Filsafat Materialisme [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“ FILSAFAT MATERIALISME “



1. 1.



Pendahuluan



1. Latar Belakang Awal Materialisme dalam filsafat adalah lahirnya naturalism, demikian Juhaya S. Pradja (2000:96) menjelaskan, kata “nature” atau alam yang dipakai dalam filsafat bukan hanya terbatas pada alam lautan, gunung, dan kehidupan liar. Akan tetapi, tercakup didalamnya astronomi yang mencakup bagian-bagian yang luas dari ruang dan waktu, dari Fisika dan Kimia serta analisisnya yang bersifat atom dan sub atom. Dalam perspektif ini, kehidupan manusia mungkin tampak sebagai suatu perincian, tetapi kata “alam” tidak merupakan kebalikan dari manusia, karyakaryanya serta kebudayaannya. Alam mencakup semua itu dalam suatu system fenomena yang satu serta tidak terbagi-bagi.[1]



1. Rumusan Masalah 1). Bagaimana sejarah Filsafat Materialisme? 2). Apa definisi Filsafat Materialisme? 3). Apa saja Bentuk-bentuk dari Filsafat Materialisme? 4). Bagaimana Pandangan Materialisme menurut Karl Marx? 1. 2.



Pembahasan



1. A.



Definisi



Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di Bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaxy. Atau seorang, yang berdiri dipuncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah dibawahnya. Dia ingin menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya. Karakteristik berfikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingi yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan padanya.[2]



Materialisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa tidak ada hal yang nyata kecuali materi. Pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dari materi dan dapat dikembalikan pada unsure fisik. Materi adalah sesuatu hal yang kelihatan, dapat diraba berbentuk, menepati ruang. Hal-hal yang bersifat kerohanian seperti pikiran, jiwa, keyakinan, rasa sedih, dan rasa senang tidak lain hanyalah ungkapan proses kebendaan.[3] Tokoh-tokohnya antara lain: Demokritos (460-370 SM), berkeyakinan bahwa alam semesta tersusun atas atom-atom kecil yang memiliki bentuk dan badan. Atom-atom ini mempunyai sifat yang sama, perbedaannya hanya tentang besar, bentuk dan letaknya. Jiwa pun, menurut Demokritos dikatakan terjadi dari atom-atom, hanya saja atom-atom jiwa itu lebih kecil, bulat dan amat mudah bergerak. Thomas Hobbes (1588-1679), berpendapat segala sesuatu yang terjadi didunia merupakan gerak dari materi. Termasuk juga pikirn, perasaan adalah gerak materi belaka. Karena segala sesuatu terjadi dari benda-benda kecil, maka bagi Hobbes, filsafat sama dengan ilmu yang mempelajari benda-benda. Didalam bidang metafisika materialisme berpendapat bahwa materi atau benda itu adalah substansi dari realitas, sedangkan dalam bidang etika lebih mengutamakan kesejahteraan jasmani daripada kesejahteraan Rohani. Bahkan materialisme yang ekstrim mengatakan bahwa dunia ini hanya terdiri dari benda-benda material saja. Tokohnya La Mattrie (1709-1751)[4]



1. B.



Naturalisme



Aliran Filsafat Materialisme memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi belaka.[5] Tokoh aliran ini adalah Ludwig Freuerbach (1804-1872 M). menurutnya hanya alamlah yang ada. Manusia adalah alamiah juga. Dalam pandangan materialisme, baik yang kolot maupun modern, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda seperti kayu dan batu. Akan tetapi, materialisme mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi pada prinsipnya, pada dasarnya, manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan kata lain materi, betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul ketimbang Sapi, Batu, atau Pohon, tetapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan Sapi. Dilihat dari segi keberadaannya juga sama. Nah, disinilah bagian ajaran materialisme itu dihantam oleh eksistensialisme. Eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di dunia, Sapid an Pohon juga. Akan tetapi, cara beradanya tidaklah sama. Manusia berada didalam dunia, ia mengalami beradanya di dunia itu: manusia menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dengan mengerti apa yang dihadapinya itu. Manusia mengerti gunanya pohon, gunanya batu, dan salah satu diantaranya ialah ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti. Apa arti semua ini? artinya ialah manusia adalah subyek. Subyek artinya yang menyadari, yang sadar barang-barang yang disadarinya disebut Obyek.



Lalu, dimana kesalahan materialisme??? Rene Le Senne, seorang existentialis, merumuskan kesalahan materialisme itu secara singkat: kesalahan itu adalah detotalisasi. De artinya memungkiri, total artinya seluruh. Maksudnya, Detotalisasi adalah memungkiri manusia sebagai keseluruhan. Pandangan materialisme itu belum mencakup manusia secara keseluruhan. Pandangan tentang manusia seperti pada materialisme itu akan membawa konsekuensi yang amat penting. Lahirnya eksistensialisme merupakan salah satu dari konsekuensi itu. Yang terpenting bagi manusia bukan akalnya, tetapi usahanya. Sebab pengetahuan hanyalah alat agar usaha manusia berhasil. Kebahagiaan manusia dapat dicapai didunia ini. oleh karena itu agama dan metafisika harus ditolak. Menurut dia, Agama timbul dari sifat egoism manusia yang mendambakan kebahagiaan. Apa yang atidak ada pada manusia tetapi didambakannya. Digambarkan sebagai kenyataan yang ada pada para Dewa. Karena itu Dewa sebenarnya merupakan keinginan manusia. Bahwa ada banyak Dewa yang bermacam-macam, itu disebabkan karena manusia memiliki bermacam-macam keinginan.



1. C.



Materialisme



Istilah Materialisme dapat didefinisikan dengan beberapa cara: 1) Materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan bergerak merupakan unsure-unsur yang membentuk alam dan bahwa akal dan kesadaran, termasuk didalamnya segala proses fisikal merupakan mode materi tersebut dan dapat disederhanakan menjadi unsure-unsur fisik. 2)



Materialisme adalah doktrin alam semesta dapat ditafsirkan seluruhnya dengan sains fisik.



Kedua definisi tersebut mempunyai implikasi yang sama walaupun cenderung untuk menjanjikan bentuk materialisme yang lebih tradisional. Pada akhir-akhir ini, doktrin tersebut dijelaskan sebagai energism yang mengembalikan segala suatu pada bentuk energy, atau sebagai suatu bentuk dari positivisme yang member tekanan untuk sains dan mengingkari hal-hal seperti ultimate nature, of reality.[6] Materialisme modern mengatakan bahwa alam (universe) itu merupakan kesatuan materiil yang tak terbatas: alam, termasuk kesatuan material yang tak terbatas; alam, termasuk didalamnya segala materi dan energy (gerak atau tenaga) selalu ada dan akan tetap ada, dan bahwa alam adalah realitas yang keras, dapat disentuh, materiil, objektif, yang dapat diketahui oleh manusia. Materialisme modern mengatakan bahwa materi itu ada sebelum jiwa , dan dunia materiil adalam yang pertama, sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah nomor dua. Kelompok materialis, sebagaimana kelompok aliran-aliran filsafat lainnya, tidak sepakat atas segala persoalan, atau tidak berpegang seluruhnya pada persoalan-persoalan tersebut diatas. Dalam dunia sekarang, materialisme dapat mengambil dari salah satu dari dua bentuk:



1)



Mekanisme atau materialisme mekanik



2) Materialisme dialektik, yang merupakan filsafat resmi dari Rusia, Cina dan kelompokkelompok komunis lainnya diseluruh dunia.



1. 1.



Materialisme Mekanik



Dalam arti sempit, materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa semua bentuk dapat diterangkan menurut hokum yang mengatur materi dan gerak. Materialisme berpendapat bahwa semua kejadian dan kondisi adalah akibat yang lazim atau bentuk-bentuk yang lebih tinggi dalam alam hanya merupakan bentuk yang lebih kompleks daripada bentuk inorganic atau bentuk yang lebih rendah. Bentuk yang lebih tinggi tidak mengandung materi atau energi baru dan prinsip sains fisik adalah cukup untuk menerangkan segala yang terjadi atau yang ada. Semua proses alam, baik inorganik atau organik, telah dipastikan dan dapat diramalkan jika segala fakta tentang kondisi sebelumnya dapat diketahui. Cara berpikir yang sangat representative dari pandangan Yunani adalah cara yang terkandung dalam kata Phytagoras, Plato dan Aristoteles. Menurut pandangan ini, teraturnya dunia dan keberesannya disebabkan oleh adanya akal atau maksud. Filosof-filosof Yunani lainnya berpendapat bahwa ala mini dapat dijelaskan hanya sebagai gerak. Atomisme kuantitatif dari Democritus mungkin merupakan penyajian pertama yang sistematik dari mekanisme. Aktivitas psikis hanya merupakan gerak atom-atom sangat lembut dan mudah bergerak, Epicuros dan penyair Romawi Lucterius telah memopulerkan pandangan yang sama, sebelum mekanisme dilupakan orang pada abad pertengahan. Dari abad ke-15 hingga abad ke-20, materialisme menjadi sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran barat Karena perkembangan sains matematika serta metode eksperimen dalam ilmu alam. Banyak orang yang beranggapan bahw dunia ini hanya terdiri dari kuantitas fisik yang dapat diukur dengan matematika. Menurut materialisme mekanik, akal dan aktivitas-aktivitasnya merupakan bentuk-bentuk behavior (tindak-tanduk makhluk hidup). Oleh karena itu, psikologi menjadi suatu penyelidikan tentang behavior, dan akibatnya, otak dan kesadaran dijelaskan sebagai tindakan-tindakan otot, urat saraf atau kelenjar. Proses tersebut kemudian dapat dijelaskan dengan fisika dan kimia. Akhirnya, nilai dan ideal hanya menjadi cap subjektif bagi situasi dan hubungan-hubungan fisik. Materialisme mempunyai bermacam-macam bentuk, dari materialisme atomic pada zaman dahulu sampai kepadabehaviorisrae metafisik dan realism fisik pada zaman-zaman terakhir. Beberapa pengikut materialisme mengakui adanya pluralitas peraluran alam yang telah berevolusi dari dasar fisik, tetapi semuanya berusaha memakai suatu prinsip yang pokok yang tidak lebih jauh daripada metode objektif dan istilah-istilah sains alami. Dasar-dasar materialisme dibentuk oleh sains matematika dan fisika. Prinsip-prinsip penjelasan tersebut, kemudian dipakai oleh ilmu-ilmu Biologi, Psikologi, dan ilmu masyarakat.[7]



1. a.



Daya Tarik Materialisme Mekanik



Materialisme mekanik mempunyai daya tarik yang sangat besar karena kesederhanaannya. Dengan menerima pendekatan itu, seseorang merasa telah dapat membebaskan diri dari problema yang membingungkan selama berabad-abad. Apa yang real (benar, sungguh-sungguh ada) dalam manusia adalah badannya, dan ukuran kebenaran atau realitas adalah badannya, dan ukuran kebenaran atau realitas adalah sentuhan penglihatan dan suara, yakni alat vertivikasi eksperimental. Karena kebanyakan orang banyak berhubungan dengan benda-benda material, materialisme mekanik sangat menarik mereka. Suatu filsafat yang menganggap bahwa hanya benda benda itulah yang real, tentu mempunyai daya tarik bagi orang banyak. Materialisme sebagai suatu teori dan metode telah memberikan hasil yang besar dalam sains alam. Banyak orang yang tidak dapat menjelaskan beberapa hal secara seksama sampai mereka dapat ,menjelaskannya secara mekanik. Dalam arti ini sifat jelas menjadi sama dengan penjelasan mekanik dan materialistic. Kemudian, materialisme mekanik, dalam bentuknya yang meliputi banyak hal, tampaknya telah membebaskan manusia dari tanggung jawab pribadi atau moral. Ukuran moral dari ajakan untuk mencapai ideal hanya akal berarti bahwa manusia itu memiliki “kemerdekaan bertindak”. Bagi sekelompok orang, tidak adanya tanggung jawab ini sangat menyenangkan, karena hal ini mengeluarkan problematika etika dan moralitas dari pertimbangan-pertimbangannya atau menjadikan problema tersebut bersifat subjektif dan relative.[8]



1. b.



Implikasi Materialisme Mekanik



Banyak ahli piker berpendapat bahwa jika sains dapat menjelaskan segala sesuatu dengan sebab mekanik saja, tak ada alasan untuk percaya kepada Allah dan tujuan alam. Hokum yang sama berlaku bagi manusia, binatang-binatang yang rendah, dan planet. Kesadaran pikiran adalah hasil dari perubahan-perubahan dalam otak atau urat saraf. Alam diatur dengan hokum fisik materiil, walaupun hal itu mengenai proses yang sangat kompleks dan halus dari akal manusia. Hidup hanya merupakan proses fisiologi dan hanya mempunyai arti fisiologi. Materialisme mekanik mengatakan bahwa akal kesadaran adalah tindak-tanduk yang sejenis dengan aktivitas urat saraf, kelenjar atau otot-otot. Segala aktivitas manusia mengakui hokum fisik. Gerak stimulus dan respon dalam system urat saraf adalah fotomatik dan mekanik. Kesadaran harus disingkirkan atau dianggap sebagai epiphenomenal, yaitu fenomena yang menyertai proses badaniah seperti pijar atau emanasi dari otak. Pikiran adalah subvocal speech, yaitu kata-kata secara diam atau gerak otak. Mekanisme yang sempurn mengandung determinasi yang sempurna dan universal serta menolak kebebasan memilih. Seseorang hanya dapat menerima fakta fisik sebagaimana yang terjadi dan



sebagaimana dilukiskan oleh sains alam, kecuali jika menggunakan kekuatan materiil untuk mengubah fakta-fakta fisik. Ini semua adalah implikasi dari materialisme mekanik yang tuntas. Perkembangan terakhir dalam sains alam telah melemahkan dasar dari mekanisme lama dan materialisme. Pandangan mekanisme dan materialisme kuno yang berdasarkan pada mekanika newton. Ahli sains sekarang member perhatian pada beberapa konsep baru, seperti organisme novelty possibility (hal yang baru), kemampuan, kemungkinan, (becoming) menjadi, dan pandangan si pengamat (point of view). Materialisme mekanik terpaksa melakukan satu dari dua kemungkinan:: pertama, Menghindari benda-benda yang merupakan realitas pokok dari sebagian besar dari manusia atau memberi kepada materi suatu kekuatan untuk menjadi seorang yang sadar dan memerhatikan kebenaran, keindahan, kebaikan, dan cinta. Dunia telah memunculkan manusia-manusia yang menjadi pengungkap materialisme dan menjadi pencipta mesin-mesin. Alam telah memunculkan manusia dengan rasa cinta dan kebencian, dengan harapan dan aspirasi dengan kesadaran dan akal. Mereka berusaha untuk mencapai ideal dengan kerja keras. Mereka menceburkan diri kedalam aktivitas yang cocok dan menengok masa silam dan masa yang akan datang.



1. c.



Marxism (Karl Mark 1818-1883)



Marxisme adalah aliran dalam filsafat yang gaungnya cukup memekakkan telinga, tetapi Marxisme tidak akan lepas dari Karl Marx yang menjadi madzab besar aliran ini. Karl Marx adalah orang yang melahirkan Marxisme, tak ada Marxisme tanpa Karl Marx, dan meskipun Karl Marx telah tiada, ajaran-ajarannya masih dipelajari, bahkan dijadikan ideology suatu Negara di dunia. Marx lahir di Trier (Traves) Jemian tahun 1818. Ayahnya seorang Yahudi dan pengacara yang cukup ”berada”. Ia masuk Protestan ketika Marx berusia enam tahun. Seusainya dari Gymnesium, Marx melanjutkan studinya ke Universitas di Bonn, kemudian Berlin. Ia memperoleh gelar doctor dengan desertasinya tentang filsafat Euphcurus dan Democtirus. Harapannya untuk menjadi professor tidak tercapai, kemudian ia pun menjadi pengikut Hegelian sayap kiri dan pengikut Feurbach. Dalam usia 24 tahun, Marx menjadi redaktur Koran Rheinich Zeitun yang dibredel pemerintahnya karena dianggap revelusioner.



1. d.



Tiga Sumber Filsafat Marx



Pemikiran Marx dipengaruhi oleh tiga sumber penting, yaitu: Filsafat klasik Jerman, Sosialisme Perancis, dan Ekonomi Inggris. Marx, juga Engels, mempertahankan materialisme yang diambilnya dari Feurbach dan menjadikan teori filsafatnya. Metode untuk mendekati, memahami, dan mempelajari gejala alam diambilnya dari system dialektika Hegel, sehingga lahirlah materialisme diakletik yang dikembangkan menjadi materialisme historis. Materialisme historis merupakan puncak prestasi ilmiah Marx.



1. 2.



Materialisme Dialektika



Materialisme dialektika merupakan ajaran Marx mengenai hal ihwal alam secara umum. Perkembangan sejarah manusia dan masyarakat pun tunduk dan mempunyai watak yang materialistic dialektis. Oleh sebab itu, bila teori ini diterapkan pada gejala masyarakat, timbullah apa yang dinamakan materialisme historis. Materialisme dialektik timbul dari perjuangan social yang hebat, yang muncul sebagai akibat dari revolusi industry. Menurut materialisme, di dunia ini tidak ada sesuatu, selain benda dalam gerak, benda tidak akan dapat bergerak, kecuali dalam ruang dan waktu. Tiada tempat bagi Tuhan di dunia ini. oleh karena itu, materialisme dialektika merupakan buah dari teori gerak dan perkembangan. Pandangan materialisme yang menyatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari materi, berarti bahwa tiap-tiap benda atau kejadian dapat dijabarkan kapada materi atau salah satu proses materiil. Dalam filsafat Marx, tampak ada pandangan dualistic, yaitu ia menganggap alam ini terdiri dari dua kenyataan, yaitu materi dan ide atau kesadaran. Materi diartikan sebagai segala sesuatu yang berupa objek atau kegiatan rohaniah manusia yang meliputi pikiran, perasaan, kemauan, watak, sensasi, cita-cita dan sebagainya. Hubungan antara materi, ide dan kesadaran, manakah yang lebih dahulu diciptakan? Menurut Marx, materilah yang primer, sedangkan idea tau kesadaran adalah sekunder. Dengan demikian pandangan Marx disebut materialisme diakletik, karena Marx menilai bahwa dunia materiil ini konstan, baik dalam gerak, perkembangan atau regenerasinya. Prinsip aliran materialisme dialektika memandang bahwa alam semesta ini bukan tumpukan yang terdiri dari segala sesuatu yang berdiri sendiri dan terpisah-pisah, tetapi merupakan satu keseluruhan yang bulat dan saling berhubungan. Alam ini bukan suatu yang diam, tetapi selalu dalam keadaan bergerak terus menerus dan berkembang. Dalam proses perkembangannya, pada alam semesta ini terdapat perubahan dari kuantitatif ke kualitatif, dan sebaliknya. Perkembangan tersebut disebabkan oleh adanya pertentangan didalam benda itu sendiri. Asa-asa dialektika menurut F.Engels adalah the law of transformation of quality into quality, vice versa, the law of interpretation of opposite, the law of negation of negation, Secara singkat, cirri-ciri materialisme dialektika mempunyai asas gerak, asas saling berhubungan, asas perubahan dari kuantitatif ke kualitatif, dan asas kontradiksi intern.



1. a.



Asas Gerak



Gerak diartika perubahan pada umumnya. Gerak adalah salah satu tanda adanya benda. Setiap benda, dari yang terkecil hingga yang terbesar, dari setitik atom hingga Matahari, semuanya selalu bergerak. Artinya, selalu berubah, berkembang, dan lenyap. Kadang, gerak itu membentuk



suatu keseimbangan sehingga menjadi diam, tidak bergerak. Jadi, pada hakikatnya, diam itupun bergerak. Gerak adalah absolut, sedangkan diam itu relative. Gerak menurut Engels, terdapat dalam bidang mekanis, alamiah, kimia, biologi dan juga dalam kehidupan social manusia. Gerak bagi Engels merupakan mode of existence of nature. Tidak pernah ada materi tanpa ada gerak, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, gerak tidak bisa diciptakan, dan tidak dapat dihancurkan sebagaimana materi itu sendiri. Gerak hanya bisa dipindahkan. Bila gerak itu dipindahkan dari satu benda lain, ada dua gerak: gerak aktif yang menyebabkan gerak dan gerak pasif yang menjadi perubahan gerak itu. Gerak aktif disebut Force, dan gerak pasif disebut manifestation of force.[9] 1. b.



Asas saling berhubungan



Perubahan dan perkembangan gerak disebabkan oleh alam semesta ini berhubungan satu sama lain. Perubahan dalam satu bagian akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya. Demikian pula, hubungan itu terjadi diantara masa lampau dan masa kini. 1. c.



Asas berhubungan dari Kuantitatif kepada Kualitatif dan sebaliknya



Menurut Marx, perubahan dari kuantitas dapat mengakibatkan perubahan kualitas. Misalnya, kualitas air akan berubah menjadi uap jika dipanaskan hingga 100oC. dan akan menjadi es jika air itu bersuhu dibawah 0oC. perubahan kuantitatif selalu berlangsung kontinu dan berangsurangsur, atau berlangsung secara evolusi. Adapun perubahan dari kualitas satu pada kualitas lainnya tidak berlangsung kontinu dan terus menerus, tetapi merupakan loncatan yang terjadi sewaktu-waktu saja. Titik perubahan dari satu kualitas pada kualitas lainnya disebut Revolusi.[10]



1. d.



Asas Kontradiksi Intern



Perubahan dan perkembangan pun disebabkan oleh adanya suatu kontradiksi di dalam dirinya yang selalu terjadi dalam segala hal. Dalam segala hal selalu ada tesis dan lawannya, antithesis. Kontradiksi antara tesis dan antithesis melahirkan integrasi antara keduanya, yaitu sintesis. Sintesis ini kemudian menjadi tesis baru yang mendatangkan antithesis baru pula. Begitulah selanjutnya, dalam setiap hal selalu terdapat pertentangan antara yang lama dan yang baru, antara yang mati dan yang lahir, antara yang sedang lenyap dan yang sedang berkembang, demikianlah seterusnya. Tak ada perkembangan yang timbul dengan sendirinya, kecuali sebagai penggantian atau peniadaan (negation) dari bentuknya terdahulu. Inilah yang dimaksud oleh Engels dengan teorinya, negation of negation atau negasi rangkap.



1. 3.



Materialisme Historis



Dialektika Hegel digunakan untuk memahami gejala masyarakat. Pengertian materialisme historis disini ialah dalam filsafat Hegel, “roh” yang merupakan tesis terjun dalam materi atau alam yang merupakan antithesis. Roh dan alam didamaikan dalam sintesis, seni agama, dan filsafat. Dalam proses diakletik ini dibicarakan tentang alienasi, yaitu kalau roh terjun dalam materi yang merupakan “Negara asing”, disana roh berada diluar dirinya sendiri. Akan tetapi, menurut Marx tidaklah demikian. Manusia bukan roh yang terjun dalam materi. Manusia “bergantung” pada alam, tetapi ia mempunyai sifat aktif terhadap alam. Manusia bersama alam, menghasilkan pakaian, makanan, tempat tinggal, dan sebagainya. Jadi, alam “dihumanisasi” sedang manusia “dinaturalisasi”. Berdasarkan asas bahwa materi itu primer, Marx menyatakan bahwa dalam kehidupan kemasyarakatan, satu-satunya yang nyata adalah “adanya masyarakat”. ‘Kesadaran’ masyarakat, yaitu ide, teori, pandangan dan sebagainya hanyalah perwujudan dari gambar cermin dari apa yang nyata. Dengan demikian, social being merupakan infrastuktur yang dapat dijumpai dalam cara berproduksi barang-barang material atau factor ekonomi. Adapun “kesadaran” masyarakat merupakan suprastuktur atau “lapisan atas” ideology dari hal yang nyata, yaitu social being. Marx berangkat dari pandangan bahwa evolusi pembentukan ekonomi masyarakat merupakan suatu proses sejarah alam. Dengan demikian interaksi atara manusia dan alam dilakukan melalui kerja, dan manusia menjadi subjek sejarah yang yang menciptakan sejarah sendiri. Manusia adalah bagian dari alam yang dipandang sebagai kesatuan dan totalitas. Untuk membedakannya dari binatang, jika ia mulai menghasilkan sarana-sarana untuk hidup sehingga secara tidak langsung ia menghasilkan eksistensi materiilnya sendiri.[11] Penolakan heteronomy oleh Marx bukan sesuatu yang baru. Seperti telah disebut diatas, Kant adalah orang yang pertama kalinya menegaskan bahwa moralitas yang sebenarnya bukan semacam etika peraturan, melainkan berupa pengakuan otonom terhadap kewajiban. Hegel meneruskan pendekatan ini. akan tetapi, pandangan Marx tentang otonom melampaui posisi Kant dan Hegel. Marx tidak hanya menuntut agar lembaga-lembaga yang mewujudkan hubungan social manusia mengungkapkan otonominya. Ini lebih mirip dengan rousseau, yaitu menolak pelembagaan hubungan social itu sendiri. Ia tidak menuntut agar Negara mengungkapkan kehendak rakyat, melainkan agar Negara dihapus. Dalam masyarakat komunis tidak perlu Negara, manusia bersifat social pada dirinya sendiri, tidak perlu adanya polisi untuk menertibkannya. Sebuah pepatah Latin mengatakan, “Qui nimis probat nihil probat”, siapa yang membuktikan terlalu banyak bahkan tidak membuktikan apa-apa. Kalau mengusahakan terlalu banyak, tidak akan menghasilkan sesuatu. Utopi Marx adalah Utopi buruk karena mengalihkan perhatian dari tugas manusia sebenarnya: memanusiakan, mendemokrasikan, memberadabkan Negara. Akan tetapi Marx tidak tertarik pada tugas yang memang menjemukan itu. Ia lebih radikal, maka menyilaukan banyak pambaca, ia hendak membuang Negara seluruhnya. Utopi semacam itu mudah membuka jalan bagi kekuasaan totaliter, karena tugas begitu raksasa dan radikal, diperlukan kepemimpinan sekelompok orang yang memiliki radikalitas yang diperlukan, sehingga, dengan pertimbangan ini, mereka dapat melegitimasikan klaim mereka atas kekuasaan total.



Etika otonomi Marx sendiri yang sebenarnya berasal dari “orang tua” yang tidak perlu diragukan, Kant, Fichte dan Hegel, juga memperlihatkan segi utopis yang mudah menjadi ideologis itu. Otonomi manusia dianggap kebebasan total dari segala kendala dari luar. Semua kendala harus datang dari dalam, dari kesadaran orang sendiri? Hanya Fichte yang mencoba mengembangkan sebuah system yang secara konsekuen berdasarkan pengertian ekstrem itu. Kant tidak pernah sejauh itu, dan Hegel justru memperlihatkan segi utopisnya. Bukankah manusia itu makhluk jasmani dan bukan rohani murni. Bukankah juga masuk akal bahwa ada kendala social dan alami, artinya dari luar? Bukankah otonomi manusia tidak perlu tunduk terhadap siapapun, melainkan dimana ia tunduk secara rasional, artinya sesuait harkat dan harga diri? Menaati peraturan yang kita sadari perlu diterapkan bukan tindakan heteronom, melainkan otonom dan menghormati rasionalitas dan kemadirian rohani kita sendiri. Pemikiran Marx tentang modal, keterasingan dan pembebasan merupakan inti materialisme historis yang sebenarnya. Kemudian, Marx akan memahami materialisme historis secara problematic sebagai hubungan determinasi antara cara produksi dan tenaga-tenaga produksi disatu pihak yang merupakan basis, dan lembaga-lembaga politik dan hokum bersama dengan bentuk-bentuk kesadaran ideologis sebagai bangunan atas dipihak lain. Intisari paham itu adalah pengertian bahwa sejarah dibuat oleh manusia bahwa dalam sejarah, manusia menciptakan diri sendiri. Jadi, manusia adalah hasil pekerjaannya sendiri dan oleh karena itu tidak dapat memahami diri diluar situasi historis.



1. 1.



Politik dan Negara



Dalam “garis-garis Dasar Filsafat Hukum” Hegel menguraikan cirri khas masyarakat luas. Istilah ini dipakai Hegel untuk menunjuk pada bidang kehidupan masyarakat yang berada diantara keluarga dan Negara. Jadi, keseluruhan hubungan kehidupan manusia beraneka warna yang bersifat ekonomis, social, cultural diluar bagian yang terjadi dalam keluarga dan Negara. Anggapan itu dikritik oleh Marx dengan tajam. Ia menuduhkan dua hal pada Hegel. Pertama, bahwa ia memutarbalikkan tatanan yang sebenarnya. Bukan Negara adalah subjek dan unsureunsurnya keluarga dan masyarakat luas adalah pengandaian-pengandaian Negara. Dengan sarkasme, Marx menulis: “Logika ini bukan untuk membuktikan Negara, melainkan Negara dipakai sebagai bukti logika”. Urutan benar diputar balikkan apabila Negara dianggap tujuan sebenarnya masyarakat luas.



1. 2.



Ekonomi dan Tata Sosial



Pola produksi yang merupakan landasan dari kehidupan suatu masyarakat pun berjalan sesuai materialistic, tidak statis, terus berkembang berdasarkan asas kontradiksi intern dan asas perubahan dari kuantitatif ke kualitatif. Perkembangan produksi dimulai dari perubahan dalam tenaga produksi. Dengan demikian, untuk mendapatkan hasil yang banyak, manusia harus memperbanyak tenaga produksinya yang terdiri darimanusia dan alat produksi. Sejarah telah



membuktikan bahwa dalam perkembangan produksi, alat-alat produksilah yang berkembang lebih dahulu. Bersamaan dengan itu, keahlian dan ketrampilan manusia bertambah maju dan diikuti pula dengan kemajuan tenaga produksi, sehingga menimbulkan jurang yang semakin lebar diantara keduanya. Menurut Karl Marx, ada lima macam system produksi; empat macam terjadi bergantian pada masyarakat, system yang kelima diramalkan akan muncul pada hari esok yang dekat, dan sekarang mulai terbentuk keempat macam system produksi yaitu: 1. Sistem komunisme primitive. System ini adalah tingkatan ekonomi yang pertama dan mempunyai cirri-ciri pemilihan benda secara kolektif, hubungan yang damai antara perseorangan dan tidak adanya teknologi. 2. System produksi kuno yang terjadi ketika pertanian dan pemeliharaan binatang mengganti perburuan sebagai sarana hidup. Dengan segera, kelompok aristocrat dan kelas tinggi memperbudak kelompok lain. Pertarungan kepentingan timbul ketika kelompok minoritas menguasai sarana hidup. 3. Tingkatan dimana kelompok-kelompok feudal menguasai penduduk para pembesar feudal menguasai kelebihan hasil para penduduk yang dapat hidup secara sangat sederhana. 4. System Borjuis atau kapitalis dengan meningkatnya perdagangan, penciptaan dan pembagian pekerjaan. System pabrik menimbulkan industrialis kapittalis yang meiliki dan mengontrol alat-alat produksi. Si pekerja hanya memiliki kekuatan badan dan terpaksa menyewakan dirinya.[12]



1. 3.



Agama dan Etika



Pandangan Karl Marx terhadap agama diambil dari Feurbach yang menyalahkan bahwa agama merupakan alenasi berdasarkan proyeksi. Hakikat manusia diberi bentuk dengan nama “Allah”. Akan tetapi, dengan penciptaan “Allah” ini, manusia diasingkan dari dunia kini dan disini. Kalau manusia diletakkan diluar dirinya sendiri, ia kehilangan sesuatu yang amat penting. Dengan demikian, proses ini harus dikembalikan lagi supaya manusia dikembalikan kepada dirinya sendiri. Kalau Feurbach hanya memperhatikan “bagaimana” manusia menciptakan “Allah” dan surga, Marx menerangkan “mengapa-nya” manusia percaya kepada Allah, akhirat, dan surga serta neraka karena penderitaannya dari struktur social ekonomisnya yang telah menghimpitnya. Bagi marx dan para pengikutnya, agama adalah candu bagi masyarakat, karena agama membius masyarakat untuk (tidak) mengatasi kesulitan social ekonominya. Akan tetapi, bukan terapi. Manusia hanya sembuh jika ia bisa mengatasi alienasi social ekonominya yang merupakan alienasi religious. Filsafat Marxisme mengingkari adanya prinsip-prinsip yang abadi dalam etika dan tata susila. Konsekuunsinya, segala teori moral merupakan hasil dari tingkatan ekonomi masyarakat pada



masa tertentu. Karena masyarakat telah menjelma menjadi “perjuangan keras”, tata susilanyapun tata susila keras.



1. D.



Emansipasi Manusia Karl Marx



Karya Marx berdasarkan pengakuan implicit perbedaan antara apa yang baik, yang menunjukkan diri dalam kerjasama dan komunikasi bebas, dan apa yang jahat, yang selalu ada unsure penindasannya. Demikianlah pengartian kameka terhadap distingsi Marx antara universalitas yang hanya numerik (dalam arti memuat semua unsure dalam wilayahnya) dan yang dikualitatifkan (dimana universalitas masuk kedalam penghayatan masing-masing unsure). Nafsu memiliki bertabrakan dengan nafsu, kerakusan dengan kerakusan, keamanan mengancam keamanan. Juga kalau benar bahwa semua orang mendukung tuntutan-tuntutan itu, fakta bahwa semua yang dituntut belum membentuk kepentingan bersama. Semua tuntutan hanya untuk kepentingan Negara, bukan kepentingan manusia, dan semua tuntutan hanya untuk kepentingan sejatinya manusia. Marx pernah memancarkan pesona kuat kedalam kalangan kaum buruh maupun, barangkali lebih kedalam kaum cendekiawan. Gerakan New left di universitas-universitas dunia barat tahun 60-an abad ini membuktikan hal tersebut. Sekarang, Marx tidak banyak dibicarakan lagi. Barangkali, itulah situasi untuk melihat pemikiran Marx dengan lebih tenang. Diantara sekian banyak sudut teori Marx yang dapat diselidiki, ada tiga pokok yang mendasari teori Karl Marx dan dapat menjelaskan mengapa pikirannya begitu aktraktif, yaitu: “Imperatif kategoris” emansipasi manusia, Paham tentang pekerjaan sebagai perwujudan diri manusia, Ajarannya tentang perubahan revolusioner struktur-struktur social.[13] Emansipasi manusia perlu diusahakan dan bahwa emansipasi itu tercapai apabila manusia dapat mewujudkan diri secara bebas dari heteronomy, secara social, bebas dari kepentingan, secara produktif. Pengandaian itu memberikan perspektif menarik bagi sebuah pasal Marxisme yang sangat problematic. Anggapan bahwa cara produksi kehidupan material mempersyaratkan proses kehidupan social, politis dan rohani pada umumnya. Dengan memasukkan prinsip-prinsip moral kedalam bangunan atas, Marx menyangkal bahwa prinsip-prinsip itu merupakan factor-faktor sejarah primer. Sebaliknya, ia menunjukkan pada hubungan-hubungan ekonomis. Marx mengartikan tuntutan-tuntutan moral sebagai tuntutan tuntutan sebagai atas nama kewajiban, sebagai keharusan yang dipasang oleh kaum moralis agama atau filosofis. Tuntutan-tuntutan itu datang dari luar sehingga bersifat heteronom. Kebebasan dan kemanusiaan sejati, kesosialan yang benar, tidak memerlukan tuntutan-tuntutan normative.



Karl Marx berlandaskan sebuah pengertian antropologis fundamental bahwa manusia adalah hasil pekerjaannya sendiri. Marx telah mengembangkan pengertian ini dengan jelas dalam naskah-naskah Paris dari tahun1844.



DAFTAR PUSTAKA



Baharudin, 2013, Dasar-dasar Filsafat, Haraksindo, Bandar Lampung Hakim, Atang Abdul, dan Beni Ahmad Saebani, 2008, Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi, Pustaka Setia, Bandung Syadali, Ahmad, dan Mudzakir, 2004, Filsafat Umum, Pustaka Setia, Bandung Hasan, Fuad, 2010, Filsafat Ilmu, Rineka Cipta. Muhdafir, Ali, 2007, Mengenal Filsafat dalam Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu pengethuan, Liberty, Yogyakarta Suriasumantri, Jujun,S., Filsafat Ilmu, 2009, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta



[1] Hakim, Atang Abdul, dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofisologi, (Pustaka Setia, Bandung:2008) [2] Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu, (Pustaka Sinar Harapan, Jakarta:2009) [3] Muhdafir, Ali, Mengenal Filsafat dalam Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, (Liberty, Yogyakarta:2007), h.36 [4] Bahrudin, Dasar-dasar Filsafat, (Haraksindo, Bandar Lampung:2013),h.61-62 [5] Hasan, Fuad, Filsafat Ilmu, (Rineka Cipta:2010) [6] Hakim, Atang Abdul, op cit, h. 363



[7] Ibid, h.365 [8] Ibid, h. 366 [9] Ibid, h.372 [10] Ibid, h. 372 [11] Ibid, h. 373 [12] Ibid, h.383 [13] Ibid, h. 388



http://dwilestari-dwibcc.blogspot.com/2014/01/makalah-filsafat-skolastik.html