10 0 888 KB
Afany Tawwab (1152050001) Dhea Sri Rahayu (1152050024) Faizar Hidayatulloh (1152050034)
FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA FILSAFAT PENDIDIKAN Pengertian Filsafat Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Pengertian Pendidikan i. Pengertian Pendidikan Secara Umum Dalam bahasa Inggris, pendidikan berasal dari kata education. Sedangkan dalam bahasa latin, pendidikan berasal dari kata educatum, di mana kata ini tergabung atas kata 2 kata yaitu
E dan
Duco,
E artinya adalah
perkembangan dari luar ke dalam, dan perkembangan dari sedikit menuju banyak, sedangkan Duco artinya adalah sedang berkembang. Dari sinilah, pendidikan bisa juga
disebut
sebagai
upaya
untuk
mengembangkan kemampuan diri. Secara
umum,
pendidikan
diartikan
sebagai sebuah usaha sadar, real, dan direncanakan dalam sebuah proses belajar dan mengajar untuk mewujudkan kualitas diri peserta didik yang secara aktif mampu mengembangkan potensi di dalam diri agar mereka mempunyai pondasi kuat dalam beragama,
berkepribadian
memiliki
pengendalian
pemikiran
yang
bertanggung
baik, diri,
memiliki
dna
dinamis,
kritis
jawab,
cerdas,
dan
memiliki
keterampilan aktif yang diperlukan, baik bagi dirinya
sendiri
maupun
masyarakat.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok
dalam
upaya
mendewasakan
manusia melalui sebuah pengajaran dan pelatihan. ii. Menurut para ahli Ki Hajar Dewantoro yang lebih akrab dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, mengemukakan bahwa pengertian pendidikan adalah tuntunan tumbuh dan berkembangnya anak. Artinya, pendidikan merupakan upaya untuk menuntun kekuatan kodrat pada diri setiap anak agar mereka mampu tumbuh dan berkembang sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat yang bisa mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam hidup mereka. iii. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi di dalam diri
untuk
memiliki
kekuatan
spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. A. Pengertian Filsafat Pendidikan Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Menurut Al-Syaibany filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat menjadi sebagai jalan untuk
mengatur,
memadukan
proses
menyelaraskan pendidikan.
dan
Artinya
Filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilainilai
dan
maklumat-maklumat
yang
diupayakan untuk mencapainya. Filsafat
pendidikan
juga
bisa
didefenisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsipprinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan
persoalan-persoalan
pendidikan
secara
praktis. Menurut John Dewey, fisafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar
yang
fundamental,
baik
yang
menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya
perasaan (emosional), menuju
tabiat
manusia. Sementara menurut Thopmson, filsafat artinya melihat suatu masalah secara total
dengan
tanpa
ada
batas
atau
implikasinya; ia tidak hanya melihat tujuan, metode atau alat-alatnya, tapi juga memiliki dengan
sama
hal-hal
yang
dimaksud.
Keseluruhan masalah yang dipikirkan oleh filosof tersebut merupakan suatu upaya untuk menemukan hakekat masalah, sedangkana suatu hakekat itu dapat dibakukan melalui proses kompromi. (Ali, 1987) Menurut
Imam
Barnadib
filsafat
pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya
merupakan
pertanyaan-pertanyaan
jawaban dalam
dari bidang
pendidikan
baginya
filsafat
pendidikan
merupakan aplikasi suatu analisis filosofis terhadap
bidang
pendidikan.
Sedangkan
menurut
seorang ahli filsafat Amerika,
Brubachen (Ali, 1987), filsafat pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta didepan seekor kuda, dan filsafat dipandang sebagai bunga,
bukan
sebagai
akar
tunggal
pendidikan. Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena punya kaitan dengan filsafat umum. Kendati kaitan ini tidak penting, tapi yang terjadi
ialah,
pandangan
suatu
keterpaduan
antara
filosofis
dengan
filsafat
pendidikan, karena filsafat sering diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tahap. Pendidikan
adalah
upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah
cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan
menyiapkan
pribadi
dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.
guna
mencapai
tujuan
hidup
kemanusiaan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli maka dapat di tarik bahwa filsafat pendidikan adalah sebagai ilmu pengetahuan pendidikan norma-norma
normatif
dalam
merumuskan dan
bidang
kaidah-kaidah,
ukuran
tingkah
laku
perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya. B. Ruang Lingkup Bahasan Filsafat dan Filsafat Pendidikan Ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan
pemikiran
manusia
yang
komprehensif. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada (nyata), baik material konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi, objek filsafat itu tidak terbatas (Syam, 1988).
Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran
filsafat
yaitu
permasalahan
kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi: 1) Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the natureof education); 2) Merumuskan
sifat
hakikat
manusia,
sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of man); 3) Merumuskan
secara
tegas
hubungan
antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan; 4) Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan; 5) Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideology), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (system pendidikan); 6) Merumuskan system nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Kesimpulannya, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan adalah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakekat
pendidikan
itu
sendiri,
yang
berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan. Memperhatikan tujuan atau ruang lingkup filsafat yang begitu luas, maka para ahli pun membatasi ruang lingkupnya. Menurut Will Durant (Ali, 1987), ruang lingkup studi filsafat itu ada lima: Logika, estetika, etika, politik, dan metafisika. Sebagaimana
filsafat
umum,
filsafat
pendidikan juga memiliki beberapa sumber; ada yang tampak jelas dan ada yang tidak jelas. Sumber-sumber primer dari filsafat hidup dan filsafat pendidikan : manusia, Sekolah, dan Lingkungan.
Menurut Will Durant (Ali, 1987) ruang lingkup studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, politik dan metafisika. 1) Logika. Studi mengenai metode-metoe ideal mengenai berpikir dan meneliti dalam
melaksanakan
introspeksi,
dedukasi
observasi, dan
induksi,
hipotensis dan analisis eksperimental dan lain-lain, yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia melalui upaya logika agar bisa dipahami. 2) Estetika.
Studi
keindahan
tentang
atau
bentuk
kecantikan
dan yang
sesungguhnya dan merupakan filsafat mengenai kesenian. 3) Etika. Studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan
yang
nilainya
tinggi.
Menurut sacrotes, bahwa etika sebagai pengetahuan tentang baik, buruk, jahat dan mengenai kebijaksanaan hidup.
4) Politik. Suatu studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang diperkirakan orang, tetapi juga sebagai
seni
pengetahuan
dalam
melaksanakan pekerjaan kantor. Politik merupakan organisasi aristokrasi, markisme,
pengetahuan sosial
seperti
demokrasi, feminisme,
mengenai monarki, sosialisme,
dan
lain-lain,
sebagai ekspresi actual filsafat politik. 5) Metafisika. Suatu studi mengenai realita tertinggi dari hakikat semua benda, nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda dalam proses pengamatan dan pengetahuan.
Menurut Imam Barnadib, filsafat sebagai ilmu yang mempelajari objek dari segi hakikatnya, memiliki beberapa problema
pokok, antara lain: realita, pengetahuan dan nilai. i. Realita,
yakni
selanjutnya
kenyataan mengarah
yang kepada
kebenaran, akan muncul bila orang telah mampu mengambil konklusi bahwa pengetahuan yang diperoleh tersebut memang nyata. Realita dibagi oleh matafisika; ii. Pengetahuan, yakni yang menjawab pertanyaan-pertanyaan, missal apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan tersebut, dan
jenis-jenis
pengetahuan.
Pengetahuan dibagi oleh epistemologi; iii. Nilai, yang dipelajari oleh filsafat disebut aksiologi. Pertanyaanpertanyaan yang dicari jawabannya, misalnya nilai yang bagaimana yang diingini manusia sebagi dasar hidupnya.
Sebagai filsafat umum, filsafat pendidikan memiliki beberapa sumber; ada yang tanpa jelas dan ada yang tidak jelas. 1) Manusia.
Manusia
kebanyakan
mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses kedewasaan atau kematangan. Hal ini tentunya memiliki dampak yang signifikan bagi keyakinan manusia sebagai individu. Orang tua, guru, teman,
saudara
kandung,
anggota
keluarga, tetangga dan orang lain dalam masyarakat
akan
mempengaruhi
pemikiran dan tingkah laku individu. Macam-macam
hubungan
dan
pengalaman di atas membantu proses penciptaan
sikap
dan
sistem
keyakinannya. 2) Sekolah. Pengalaman seseorang, jenis sekolah, dan guru-guru di dalamnya merupakan
sumber-sumber
pokok
filsafat pendidikan. Banyak orang yang telah memutuskan untuk berprofesi
sebagai
guru
karena
mereka
menyenangi sekolah, atau mungkin karena dipengaruhi seseorang selama belajar
disekolah.
Sekolah
telah
terus
akan
mempengaruhi
dan
mempengaruhi
filsafat
pendidikan
seseorang. 3) Lingkungan. Lingkungan sosial budaya tempat seseorang tinggal dan dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan. Jika seseorang dibesarkan dalam masyarakat yang menempatkan suatu nilai pendidikan yang tinggi hal ini
akan
pendidikan
mempengaruhi
filsafat
seseorang.
Dengan
demikian hubungan fisafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting. Karena masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses
pendidikan
berkembang
berada
bersama
dan proses
perkembangan hidup dan kehidupan
manusia. Dalam kontek ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. C. Hubungan
Filsafat
dengan
Filsafat
Pendidikan Filsafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa, termasuk aspek pendidikan. Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang dianut
oleh
pendidikan mekanisme
suatu
bangsa.
merupakan dalam
suatu
Sedangkan cara
menanamkan
atau dan
mewariskan nilai-nilai filsafat itu sendiri. Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi
menanamkan
dan
mewariskan
sistem-sistem norma tingkah laku yang didasarkan pada dasar-dasar filsafat yang dijunjung lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin
upaya pendidikan dan proses tersebut efektif, dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan ilmiah sebagai asas normative dan pedoman pelaksanaan pembinaan (Syam, 1988). Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan: i.
Filsafat,
dalam
arti
filosofis,
merupakan satu cara pendekatan yang dipakai
dalam
problematika
memecahkan
pendidikan
dan
menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli. ii.
Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memilki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
iii.
Filsafat,
dalam
hal
ini
filsafat
pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.
1. Filsafat Pendidikan di Indonesia Pancasila merupakan dasar negara yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain, sedangkan filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk
mencari
Sementara
filsafat
pemikiran
yang
kebenaran
sesuatu.
pendidikan mendalam
adalah tentang
kependidikan berdasarkan filsafat. Jika kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan, ditinjau dari filsafat pendidikan, maka dapat kita jabarkan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menerapkan sila-sila Pancasila,
diperlukan
sungguh-sungguh
pemikiran
mengenai
yang
bagaimana
nilai-nilai pancasila itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, tentu pendidikanlah yang mempunyai peran utama.
Pancasila
sebagai
pedoman
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ditegaskan dalam TAP MPR RI No. 11/ MPR/ 1988 bahwa dasar pendidikan adalah Pancasila. Juga ditegaskan dalam UUSPN No.2 Tahun 1989, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan yang diselenggarakan atas dasar falsafah hidup bangsa dikenal sebagai pendidikan nasional. Pancasila
sebagai
konsep
filsafat
memiliki nilai-nilai luhur yang menjiwai kehidupan
bangsa
Indonesia,
karena
didalamnya mengandung muatan-muatan filosofis yang dapat dikaji dan diyakini kebenarannya. 1)
Pancasila dan metafisika
Bangsa Indonesia meyakini adanya Tuhan
YME
sebagai
causa
prima.
Keyakinan ini menjadi pondasi terhadap seluruh perilaku bangsa Indonesia untuk kehidupan bernegara.
2)
Pancasila dan epistemologi
Salah
satu
pokok
pikiran
dalam
pembukaan UUD 1945 adalah Negara hendaknya mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat.
mengandung berupaya
Pokok
makna
pikiran
bahwa
meningkatkan
kesejahteraan
hidup
ini
Negara keadilan,
rakyat
melalui
pembangunan di segala bidang. Semuanya harus didukung melalui pengembangan ilmu pengetahuan. 3)
Pancasila dan aksiologi
Ilmu dan teknologi merupakan pondasi suksesnya pembangunan. Namun sukses tersebut
memerlukan
disiplin
dari
manusianya. Nilai dasar pancasila adalah kemerdekaan seperti tercantum pada alinea 3
pembukaan
UUD
1945.
Nilai
kemerdekaan sebagai modal dasar bangsa
Indonesia untuk lebih maju dalam keadilan dan kemakmuran rakyat.
FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
A. Filsafat Pendidikan Matematika Filsafat ilmu pendidikan dalam arti luas menurut Mudyahardjo (2004) dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni: a. Analisis secara menyeluruh dan kritis tentang
bagaimana
seharusnya
pendidikana dilaksanakan. b. Analisis
secara
mendalam
dan
menyeluruh tentang pendidikan dan konsep-konsep psikologi pendidikan yang berkaitan dengan teori-teori belajar,pengukuran
pendidikan,
prosedur pembuatan kurikulum, dst. Filsafat merupakan pendidikan, menelusuri
pendidikan salah yang dan
satu
matematika cabang
mana
filsafat
didalamnya
menyelidiki
hakekat
pelaksanaan pendidikan matematika, yang berkesinambungan
dengan
tujuan,
latar
belakang, serta kegunaanya. Filsafat pendidikan matematika dapat dibedakan dalam tiga kategori, yakni: 1. Ontologi Ilmu Pendidikan Matematika Ontologi
adalah
cabang
filsafat
yangmembahas tenatng realitas, yaitu kenyataan yang menjurus pada suatu kebenaran (Abdullah dan Jalaluddin, 2012). Apabila pengertian
disangkutkpautkan diatas,
maka
dengan Ontologi
pendidikan matematika adalah hakikat yang ada dalam matematika atau yang ada dibalik matematika secara menyeluruh. Ontologi pendidikan matematika terdiri dari : a. Karakteristik
Pendidikan
Matematika Memiliki kajian yang bersifat abstrak
Bersifat abstrak karena objek matematika adalah objek mental dan pikiran (Soedjadi, 2000). Sehingga objek kajian disekolah adalah berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Fakta
adalah
kesepakatan
atau konvensi dalam matematika, seperti
istilah,
notasi,
dan
lambang. Contoh notasi 2 < 3, mengungkapkan
fakta
bahwa
bilangan dua lebih kecil atau lebih sedikit dari bilangan tiga. Konsep
adalah
ide
yang
memungkinkan untuk ide itu dapat
digunakan
atau
tidak,
konsep ini dipelajari melalui definisi. Contoh konsep sebuah lingkaran didefinisikan sebagai kumpulan titik-titik pada bidang datar yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu (titik pusat).
Operasi
merupakan
suatu
keterampilan dalam matematika berupa kemampuan pengerjaan dengan
prosedur-prosedur
tertentu. Contoh 2 × 3, perkalian tersebut
dapat
dengan
dioperasikan
melakukan
prosedur
penjumlahan 3 sebanyak 2 kali, maka 2 × 3 = 3 + 3. Prinsip antara
adalah
beberapa
hubungan
objek
dasar
matematika, sehingga terdiri dari beberapa
fakta,
konsep,
dan
dikaitkan oleh suatu operasi. Prinsip disini, berupa aksioma, teorema, sifat, dll. Contoh luas suatu persegi panjang merupakan hasil
kali
dari panjang dan
lebarnya (𝑝 × 𝑙), hal tersebut merupakan suatu prinsip dengan konsep persegi panjang, dan dinotasikan
dengan
p
untuk
panjang dan l untuk lebar, dengan operasi perkalian. Mangacu pada kesepakatan Fakta matematika merupakan hasil
kesepakatan,
kesepakatan
tersebut
sehingga menjadi
sebuah pembahasan yang mudah dikomunikasikan. Mempunya pola pikir deduktif Pola pikir deduktif didasarkan pada
urutan
pengertian
kronologis
pangkal,
dari
aksioma
(postulat),
definisi,
sifat-sifat,
dalil-dalil
(rumus-rumus)
dan
penerapannya dalam matematika sendiri atau dalam bidang lain dan kehidupan sehari-hari. Pola pikir deduktif adalah pola pikir yang didasarkan pada hal yang bersifat umum dan diterapkan pada hal yang bersifat khusus, atau pola
pikir yang didasarkan pada suatu pernyataan
yang
sebelumnya
telah diakui kebenarannya. Konsisten dalam sistemnya Dalam matematika konsistensi artinya
suatu
sistem
berlaku
hukum
atau
tidak
kontradiksi
ketaatazasan, boleh
di
terjadi
dalamnya.
Konsistensi ini mencakup dalam hal
makna
maupun
nilai
kebenarannya. Memiliki simbol kosong dari arti Matematika memiliki banyak simbol. Rangkaian simbol-simbol dapat
membentuk
kalimat
matematika yang dinamai model matematika. Secara umum simbol dan
model
sebenarnya
kosong
matematika dari
arti,
artinya suatu simbol atau model matematika tidak ada artinya bila
tidak dikaitkan dengan konteks tertentu. Contoh: Simbol x tidak ada artinya. Bila kemudian kita menyatakan
bahwa
x
adalah
bilangan bulat, maka x menjadi bermakna, artinya x mewakili suatu bilangan bulat. Memeperhatikan
semesta
pembicaraan. Karena simbol-simbol dan model-model matematika kosong dari arti, dan akan bermakna bila dikaitkan dengan konteks tertentu maka perlu adanya lingkup atau semesta
dari
dibicarakan. semesta
dari
konteks
yang
Lingkup
atau
konteks
yang
dibicarakan sering diistilahkan dengan
nama
semesta
pembicaraan. Ada-tidaknya dan benar-salahnya
penyelesaian
permasalahan dalam matematika
dikaitkan
dengan
semesta
Bila
dijumpai
matematika
4𝑥 = 10,
pembicaraan. model
kemudian akan dicari nilai x, maka penyelesaiannya tergantung pada semesta pembicaraan. Bila semesta
pembicaraannya
himpunan bilangan bulat maka tidak
ada
Mengapa?
penyelesaiannya. Karena
tidak
ada
bilangan bulat yang bila dikalikan 4 hasilnya 10. Bila semesta pembicaraannya bilangan rasional maka
penyelesaian
permasalahan adalah 𝑥 =
dari 10 4
=
2,5. b. Objek Pendidikan Matematika Menurut Gagne, secara garis besar ada dua macam objek yang dipelajari dalam matematika, yaitu:
Objek langsung, yakni (abstrak),
fakta
konsep,
operasi/keterampilan dan prinsip. Objek
tak
meliputi
langsung,
kemampuan
yakni berpikir
logis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berpikir analitis, sikap positif terhadap matematika,
ketelitian,
ketekunan, kedisiplinan, dan ha lain yang secara implisit akan dipelajari
jika
mempelajari
matematika c. Sejarah pengembangan pendidikan matematika 2. Epistimologi
Ilmu
Pendidikan
Matematika Epistimologi yang
mengkaji
adalah
pengetahuan
pertayaan-pertanyaan
seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan
dan jenis-jenis pengetahuan itu sendiri (Abdullah dan Jalaluddin, 2012). Sehingga apabila dikaitkan dengan pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa
epistimologi
matematika
merupakan
pengetahuan menggali
pendidikan
yang mana tentang
suatu didalamnya
bagaimana
cara
memperoleh pengetahuan matematika, apa
saja
sumber-sumber
pendidikan
matematika, dst. Sehingga Epistemologi pendidikan matematika dapat diklasifikasikansebagai berikut: c. Metode Pendidikan Matematika Metode pendidikan matematika adalah teknik penyampaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang harus dikuasai pengajar untuk menyajikan bahan
pelajaran
kepada
peserta
didiknya. Adapun metode yang lazim digunakan
dalam
pendidikan
matematika yaitu seperti metode ceramah, metode ekspositori, metode demonstrasi, metode drill atau latihan, metode tanya jawab, metode inkuiri, metode discovery, metode pemberian tugas, dan metode permainan (untuk tingkat tertentu). d. Alat Pengembangan Pendidikan Matematika Alat pengembangan pendidikan matematika adalah suatu media yang digunakan pengajar dalam proses mengajar
dengan
meningkatkan semangat
tujuan
pemahaman
belajar
siswa
untuk dan agar
pembelajaran semakin efektif. Alat pengembangan
pendidikan
matematika meliputi software dan hardware yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Menurut Vernon S. Gerlack dan Donald P Hardware adalah the materials and
equipment which store and for transmit
instructional
stimuli
or
content. Sedangkan, Software adalah the stimuli (content) which are stored and transmitted (Darhim, 1983). Yang mana Hardware sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu multimedia dan alat peraga, peralatan multimedia seperti: overhead proyektor, LCD, Komputer,
Powerpoint,
Video
animasi, dsb. Sedangkan peralatan alat peraga seperti: loncat kakat, menara hanoi, sesatan hexagon, dll. Sedangkan
Software
merupakan
informasi atau cerita yang terdapat dalam overhead proyektor tersebut. e. Sumber-sumber dan Batas-batas Pengembangan
Pendidikan
Matematika Sumber pembelajaran merupakan sarana
dalam
kegiatan
belajar
mengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran
yang
diharapkan.
Pengembangan sumber pembelajaran yang dimaksud setidaknya mencakup beberapa hal berikut. i.
Sumber
belajar
disajian
dibuat
sedemikian
dan rupa
sehingga mudah dipahami dan ringan untuk dilakukan; ii.
Sumber belajar harus disesuaikan dengan
kondisi
siswa
dan
lingkungan sekolah
Sedangkan pengembangan
untuk
batasan pendidikan
matematika yakni adalah seperti apa yang tercantum dalam GBPP(Garisgaris Besar Program Pengajaran). 3. Aksiologi Ilmu Pendidikan Matematika Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih
mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa di pungkiri bahwa peradaban manusia sangat beruntung kepada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti
hal
kelaparan,
memberantas
penyakit,
kemiskinan, dan
berbagai
wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, komunikasi dan lainnya. Singkatnya ilmu merupakan sarana yang untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidup. Beberapa definisi tentang aksiologi diataranya: a.
Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos
yang
berarti
teori.
Jadi
aksiologi adalah teori tentang nilai. (Salam, 1997).
b.
Sedangkan aksiologi yang terdapat di dalam
bukunya
Jujun
S.
Suriasumantri Filsafat Ilmu sebuah pengantar Populer bahwa aksiologi di artikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang
diperoleh.
(Suriasumantri). c.
Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian, pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, Esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio – political life,yaitu kehidupan sosial politik yang akan elahurkan filsafat sosio-politik. Secara filsafat, aksiologi pendidikan
matematika, dapat kita kaji berdasarkan tujuan
pembelajaran
sekolah, antara lain :
matematika
di
a. Memahami
konsep
matematika,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara
luwes,
akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan
matematika
manipulasi
dalam
membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami
merancang
model
menyelesaikan
masalah,
matematika, model
dan
menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah/
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat
dalam
mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri
dalam
pemecahan
masalah. Dari
lima
tujuan
pembelajaran
matematika di sekolah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai dari pembelajaran
matematika
pembentukan
karakter/
adalah
kepribadian
seseorang berpikir matematis. Salah
satu
contoh
dari
aksiologi
pendidikan matematika adalah pendidikan matematika pembentukan
yang
bertujuan
karakter
salah
untuk satunya
karakter disiplin. Aksiologi
pendidikan
matematika
terdiri dari: a. Pembenaran Matematika
Pendidikan
Dalam
kamus
umum
bahasa
Indonesia menurut Purwadarminta ditemukan
arti
pembenaran
diantaranya yaitu keadaan sesuatu yang benar, dan sungguh-sungguh ada. Pembenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyataan ini pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Pembenaran ialah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan
yang
benar
adalah
pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan,
keterampilan,
dan
kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi
berikutnya
melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Matematika
berarti
ilmu
pengetahuan yang didapat dengan
berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi
matematika
terbentuk
karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. b. Prinsip-prinsip
Pengembangan
Pendidikan Matematika Pendidikan
matematika
di
Indonesia berkembang sejalan dengan perkembangan matematika
pendidikan dunia.
Perubahan-
perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran
di
kelas,
selain
dipengaruhi adanya tuntutan sesuai perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan juga seringkali diawali adanya perubahan pandangan tentang hakekat
matematika
pembelajarannya.
serta Perubahan
pandangan
tentang
matematika
dapat
terjadinya
hakekat mendorong
perubahan
substansi
kurikulum. Sementara itu perubahan pandangan
tentang
pembelajaran
matematika sangat dipengaruhi oleh terjadinya perkembangan mengenai teori belajar baik yang bersifat umum maupun dengan
yang
khusus
belajar
berkaitan
matematika.
Walaupun perubahan pembelajaran matematika saat ini terjadi secara pelan-pelan, akan tetapi upaya-upaya untuk memperbaiki kualitasnya sesuai perkembangan yang terjadi di dunia mulai dilakukan sekalipun masih bersifat terbatas. Bagian ini memuat uraian tentang beberapa hal yang berkaitan
dengan
pendidikan
matematika khususnya di Indonesia. Uraian tersebut antara lain meliputi perkembangan kurikulum matematika
sekolah di Indonesia, pembelajaran matematika masa kini, pengembangan kemampuan berpikir matematik, dan beberapa pendekatan pembelajaran matematika kontemporer yang banyak diadaptasi dalam proses pembelajaran matematika di Indonesia. Perkembangan
Kurikulum
Matematika Sekolah Terdapat dua prinsip dalam pengembangan kurikulum, yakni pertama
prinsip
meliputi
umum
prinsip
yang
relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, praktis, evektivitas, dan integritas. Dan kedua
prinsip
khusus
yakni
prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan, pemilihan isi pendidikan,
proses
belajar
mengajar, pemilihan media, dan pemilihan Adapun
kegiatan
penilaian.
model-model
dalam
pengembangan
kurikulum
diantaranya adalalah model the administrative model, the grass roots
model, taba’s
inverted
model, beauchamp’s system, the demonstration
model,
roger’s
interpersonal relations model, dan systematic action-research model. (Jihad, 2017) PERJALANAN KURIKULUM MATEMATIKA Tahun
1968
Ciri-ciri
Materi
Kurikulum
Matematika
1.
Lebih a.
mengutamakan hafalan sifatnya
Pengajaran
geometri,
yang penekanan lebih mekanis diberikan
pada
daripada
keterampilan
pengertian.
berhitung
2.
Diutamakan b.
pengerjaan
soal- peljaran
materi
Tahun
Ciri-ciri
Materi
Kurikulum
Matematika
soal latihan guna matematika yang meningkatkan
lain
lebih
daya ingat akan menekankan rumus-rumus. 3.
pada
Menggunakan penggunaan
teori
belajar rumus-rumus
Skinner,
bukan bagaimana rumus-rumus tersebut diperoleh
1975
1. Pengajaran lebih a.
Geometri
menekankan pada bidang pengertian, berpusat
dan Ruang pada b. Statistika dan
siswa. 2.
dan
probabilitas Soal-soal c. Relasi
bersifat
d.
Sistem
pemecahan
numerasi kuno
Tahun
Ciri-ciri
Materi
Kurikulum
Matematika
masalah daripada e. rutin. 3.
Penulisan
lambang
Menggunakan bilangan
non-
teori beljar Piaget desimal dan Brunner 1984
Memiliki ciri yag Materi sama kurikulum
1994
dengan pengenalan tahun kalkulator, muali
1984
diberikan.
Menggunakan
SD : berhitung,
kembali
teori pengantar
Skinner di SD, dan aljabar, geometri Piaget dan Brunner pengukuran, di SMP dan SMA
pengantar statistik. SMP : aritmatika, aljabar, peluang, geometri,
dan
statistika. SMA :
Tahun
Ciri-ciri
Materi
Kurikulum
Matematika pengenalan teori graf.
2002
Pembelajaran lebih SMA : aljabar, menekankan pada geometri
dan
kemampuan
pengukuran,
pemecahan
trigonometri,
masalah
dan peluang
berpusat siswa
dan
pada statistika, logika sebagai matematika.
pengembang
Sedangkan
pengetahuan
dan SMP masih materi sama
SD
yang dengan
kurikulum 1994. 2006
Pembelajaran
Materi pelajaran
digunakan dengan masih
sama
metode
pada
belajar sepeti
yang bervariasi. 2013
Tiap pelajaran
kurikulum 2002.
mata Materi pelajaran masih
sama
Tahun
Ciri-ciri
Materi
Kurikulum
Matematika
mendukung semua seperti kompetensi diajarkan
pada
dan kurikulum 2002. dengan
pendekatan saintifik c. Aliran
Pengembangan
Pendidikan
Matematika Dalam subbab sebelumnya telah dibahas
mengenai
aliran
fislafat
matematika, yaitu aliran absolutisme dan platonisme. Pada subbab ini sama halnya dengan
aliran
sebelumnya,
filsafat filsafat
matematika pendidikan
matematika memiliki beberapa aliran, yakni: 1. Konvensionalisme Pandangan
pengikut
aliran
konvensionalis menyebutkan bahwa pengetahuan
matematika
dan
kebenaran didasarkan pada konvensi
(kesepakatan) linguistik. Atau lebih jauh kebenaran logika dan matematika memiliki sifat analitis, benar karena ada hubungan nilai dari makna istilah yang digunakan. Bentuk moderat dari konvensionalisme (1936)
atau
menggunakan
seperti Hempel
(1945)
konvensi
sebagai
sumber
matematika
dasar
landasan
Quine
linguistic kebenaran
yang
menjadi
konstruksi
bangunan
matematika.
Bentuk
konvensionalisme ini sedikit banyak sama dengan ifthenisme. Filasafat
matematika
konvensionalis memiliki dua kritik, yaitu Pertama, aliran ini tidak banyak memberikan informasi. Terlepas dari penjelasan
tentang
sifat
social
matematika, konvensionalisme hanya memberikan Kedua,
sedikit
penolakan
informasi. dari
Quine.
Penolakan Quine tidak memiliki alasan kuat karena penolakan itu tidak dapat dikenakan pada bahasa asli dan dikenakan pada peran pembatas pada konvensi umum. Sebaliknya dia benar dengan mengatakan bahwa kita tidak akan menemukan semua kebenaran matematika
dan
logika
yang
dikemukakan secara literal seperti aturan
dan
Meskipun
konvensi
linguistik.
Quine
konvensionalisme
mengkritik
terkait
dengan
logika, dia memandang aliran ini memiliki potensi menjadi filsafat matematika yang sedikit berbeda. 2. Empirisme Pandangan
empiris
pengetahuan menyebutkan matematika empirik
tentang
matematika bahwa adalah
kebenaran generalisasi
(pengamatan).
Konsep
empirik terbagi menjadi dua, yaitu:
i.
Konsep matematika memiliki asal usul empirik.
ii.
kebenaran memiliki
matematika dasar
kebenaran
empirik maka diambil dari dunia nyata. Konsep
pertama
tidak
dapat
disangkal dan telah diterima oleh sebagian besar filsuf matematika (sehingga
banyak
konsep
tidak
terbentuk
secara
langsung
dari
pengamatan tetapi terdefinisi karena adanya
konsep
lain
yang
menyebabkan terbentuknya konsep dari pengamatan melalui serangkaian definisi). Konsep yang kedua ditolak oleh semua pihak kecuali penganut aliran empiris karena arahnya yang mengarah
ke
ketidakjelasan.
Penolakan pertama beralasan bahwa sebagian
besar
ilmu
matematika
diterima dengan dasar alasan teoritis
dan bukan empiris. Oleh karena itu saya tahu bahwa 999.999 + 1 = 1.000.000 tidak melalui pengamatan kebenarannya di dunia tetapi melalui pengetahuan teoritis saya tentang angka dan penjumlahan. Empirisme sejumlah
kritik
terbuka
untuk
(Ernest,
1991).
Pertama, menurut Davis dan Hersh, 1980
ketika
berlawanan
pengalaman dengan
kita
kebenaran
matematika dasar, kita tidak akan menyangkalnya, kita justru akan berasumsi
bahwa
mungkin
ada
kesalahan dalam penalaran kita karena ada kesepakatan bersama tentang matematika sehingga kita tidak dapat menolak kebenaran matematika. Oleh karena itu, “1 + 1 = 3” sangat jelas salah, bukan karena jika seekor kelinci ditambahkan ke kelinci lainnya tidak dapat berjumlah tiga kelinci tetapi
dengan definisi “1 + 1” artinya “pengganti dari 1” dan “2” adalah pengganti
dari
“1”.
Kedua,
matematika sangat abstrak dan begitu banyak konsepnya tidak memiliki keaslian dalam pengamatan di dunia nyata.
Justru
konsep
tersebut
didasarkan pada konsep yang sudah terbentuk
sebelumnya.
Kebenarankebenaran tentang konsep seperti itu yang membentuk bangunan matematika tidak dapat dikatakan berasal dari kesimpulan dari observasi dunia luar. Ketiga, empirisme bisa dikritik
karena
terfokus
secara
eksklusif (khusus) pada masalahmasalah
pondasionis
dan
gagal
menguraikan
kecukupan
tentang
pengetahuan
matematika.
Dengan
dasar
kritik
ini
kami
menolak
pandangan empirik sebagai filsafat matematika yang tepat.
References Abdullah dan Jalaluddin. (2012). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Ali, H. (1987). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang. Darhim. (1983). Media Pendidikan Matematika untuk Guru dan Calon Guru Matematika. Bandung. Ernest, P. (1991). The Phylosophy of Mathematics Education. Francis: Routledge. Jihad, A. (2017). Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Cipta Persada. Kneller, G. F. (1971). Introduction to The Philosophy of Education. New York: Jhon Willey Sons Inc.
Salam, B. (1997). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Reneka Cipta. Sisnandar. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Pendidikan Tinggi. Syam, M. N. (1988). Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.