Filum Platyhelminthes [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Filum Platyhelminthes (Yunani Platy:pipih dan Helmins:cacing) meliputi kelompok yang mula-mula dimasukkan ke dalam hewan-hewan seperti cacing di dalam satu filum yang dinamakan Vermes, kini merupakan filum terpisah. Kelompok ini dikenal dengan sebutan cacing pipih karena bentuknya yang pipih karena bentuknya yang pipih bagian atas dan bagian bawahnya. Kelompok hewan ini tidak memiliki ruas atau dengan kata lain adalah aselomata dan triplobalastik, simetri bilateral, tidak mempunyai anus maupun rongga tubuh atau selom (ceolom) dan biasanya hemaprodit. Umumnya mulutnya terletak di bagian bawah dan ditengah dari tubuhnya, jadi tidak di ujung tubuh seperti kebanyakan hewan lainnya. Kelompok hewan ini ada yang hidup parasit pada hewan laut dan darat seperti Trematoda (fluke) dan Cestoda (cacing pita) sedangkan anggota lainnya hidup bebas di dalam air tawar dan di laut (Juwana 2007: 144). Anggota Platyhelminthes mempunyai tubuh yang pipih dan simetris bilateral. Tubuh lunak dan sistem peredaran darah masih sederhana. Sistem eksresi yang utama adalah sel frame dan tergabung ke dalam tubulus. Reproduksi secara aseksual, testis dan ovarium terdapat di dalam satu tubuh namun tidak dapat membuahi dengan sendirinya di dalam satu tubuh. Cacing pipih yang hidup sebagai parasit biasanya memiliki lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat penghisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel (Kamal 2012: 13). Platyhelminthes dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria (cacing berambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (cacing pita). Turbellaria adalah platyhelminthes yang memiliki silia pada permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak. Salah satu contoh turbellaria adalah Dugesia. Bentuk tubuh bagian depan (anterior) Dugesia berbentuk segitiga dan terdapat sepasang bintik mata. Bintik mata itu berfungsi sebagai pembeda keadaan gelap dan terang. Dugesia juga memiliki indera pembau yang disebut aurikel. Aurikel ini di gunakan Dugesia saat mencari makananya. Dugesia merupakan hewan hermafrodit, namun reproduksi seksual Dugesia harus dilakukan dua individu. Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui fase larva (George & Hademenos 2009: 349-350). Kebanyakan filum Platyhelminthes hidup sebagai parasit, maka umumnya merugikan manusia, baik langsung sebagai parasit pada tubuh manusia maupun parasit pada binatang peliharaan seperti babi, sapi, biri-biri, anjing dan sebagainya. Usaha-usaha untuk mencegah infeksi pada manusia atau binatang peliharaan biasanya dengan memutuskan siklus hidupnya baik mencegah jangn sampai terjadi infeksi pada hospes perantara maupun pada hospes tetapnya sendiri. Oleh karena hal tersebut, pembuangan faeces manusia harus diatur sehingga tidak memungkinkan terjadinya siklus hidup yang lengkap. Misalnya untuk Taenia terjadinya hexacant tertelan ternak tidak diberi kemungkinan. Daging yang akan dimakan manusia diusahakan harus matang sehingga cysticercusnya mati (Jasin, 1992). Beberapa spesies Platyhelminthes dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Salah satu diantaranya adalah genus Schistosoma yang dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut



berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia. Kerusakan tersebut disebabkan perkembanganbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga menyebabkan reaksi imunitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia. Contoh lainnya adalah Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya. Spesies ini dapat menghisap darah manusia. Pada hewan, infeksi cacing pipih juga dapat ditemukan, misalnya Scutariella didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara menghisap cairan tubuh udang tersebut (Rudi, 2012). 1.



Planaria sp Klasifikasi



:



Kingdom



: Animalia



Phylum



: Platyhelminthes



Class



: Turbellaria



Ordo



: Tricladida



Sub ordo



: Paludicola



Family



: Tricladidae



Genus



: Planaria



Species



: Planaria sp.



Sumber



: (Verma. 2002)



Bentuk tubuh Planaria ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing. Panjang tubuh planaria sekitar 5-25 mm. Di tengah-tengah bagian dorsal kepalanya ditemukan sepasang bintik mata yang sensitif terhadap rangsangan sinar. Oleh karena itu, Planaria dapat membedakan gelap dan terang, namun demikian Planaria tidak dapat melihat. Kira-kira di dekat pertengahan tubuh bagian ventral agak ke arah ekor ditemukan lubang mulut. Lubang mulut ini berhubungan dengan kerongkongan atau pharynx yang dindingnya dilengkapi dengan otot daging sirkular maupun longitudinal. Kerongkongan ini dapat ditarik dan dijulurkan. Dalam posisi menjulur, kerongkongan tersebut bentuknya mirip dengan belalai, dan biasa disebut proboscis. Di bagian kepala yaitu di bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan yang menyerupai telinga yang biasa disebut aurikel. Tepat di bawah bagian kepala terdapat bagian tubuh menyempit yang menghubungkan bagian badan dan bagian kepala, disebut bagian leher.



Tepat dibawah kepala terdapat bagian menyempit yang menghubungkan bagian badan dan bagian kepala yang disebut leher. Di sepanjang pinggiran tubuh bagian ventral ditemukan zona adesif. Zona adesif tersebut menghasilkan zat yang liat yang berfungsi untuk melekatkan diri dipermukaan benda yang ditempelinya. Di permukaan ventral pada tubuh terdapat rambutrambut getar halus yang berfungsi dalam pergerakan. Gerakannya lurus sepanjang lendir yang diekskresikannya. Planaria akan menghindarkan diri apabila terkena sinar yang kuat. Oleh karena itu pada siang hari cacing itu melindungkan diri di bawah naungan batu-batu atau daun atau di bawah obyekobyek yang lain. Di bawah sinar difus, cacing itu aktif bergerak, berenang-renang ataupun merayap. Biasanya mereka berkelompok antara 6 – 20 ekor. Pada waktu istirahat biasanya mereka melekatkan atau menempelkan diri pada suatu obyek dengan bantuan zat lendir yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar lendir yang terdapat pada zona adesif dari pada tubuh. Planaria melakukan dua macam gerakan, yaitu gerak merayap dan gerak meluncur. Planaria mempunyai arah tubuh tubuh yang jelas, yaitu arah : anterior – posterior dan dorsal – ventral.



2.



Fasciola hepatica



Klasifikasi



:



Kingdom



: Animalia



Phylum



: Platyhelminthes



Class



: Trematoda



Ordo



: Digenea



Familia



: Digeniadae



Genus



: Fasciola



Spesies



: Fasciola hepatica



(Sumber : Hegner, 1968 ) Fasciola hepatica termasuk kedalam kelas Trematoda yang mempunyai ciri-ciri yaitu: tubuhnya tidak bersilia jika dewasa tetapi berkutikula, semua anggotanya hidup parasit, tipe hidup kompleks dan mempunyai alat hisap. Pada penampang memanjang pada Fasciola hepatica menunjukkan struktur yang berikut : badan berdinding terdiri dari kulit jangat yang berisi spinules, lapisan otot dan mesenchyme. Yang mana di depan mulut terdapat alat penghisap dan



pada sisi cabangnya terdapat acetubulum. Uterus, exeroty saluran pipa, ootype, vitellaria dan kelenjar mehinis’s adalah kelihatan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap Fasciola hepatica terlihat dari morfologinya cacing ini mulutnya di sebelah anterior. Hewan ini hidup parasit dalam kantung empedu pada biri-biri, sapi, babi, dan lain-lainnya dan kadang ditemukan juga pada manusia. Mulut terletak di sebelah anterior. Di sekitar mulut terdapat alat hisap. Alaat ini terdapat juga di daerah ventral yang berfungsi sebagai alaat penempel pada hospes. Antara mulut dan alat hisap ventral terdapat lubang genital sebagai jalan untuk mengeluarkan telur. Lubang ekskresi terletak agak dekat dengan akhir posterior. Tubuh Fasciola hepatica adalah triploblastik. Ektoderm tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Endoderm melapisi saluran pencernaan. Mesoderm merupakan jaringan yang membentuk otot, alat ekskresi, dan saluran reproduksi. Cacing hati berwarna merah tua. Habitatnya di dalam hati hewan ternak memamah biak seperti sapi. Cacing ini bersifat endoparasit pada hospesnya.Cacing yang terdapat di dalam tubuh siput air tawar merupakan fase mirasidium Fasciola hepatica. Cacing ini memiliki ciri-ciri tubuhnya berwarna putih transparan. Fasciola hepatica merupakan cacing yang pada fase dewasanya hidup sebagai parasit dalam kantung empedu pada biri-biri, sapi, babi, dan hewan ternak lainnya, dan kadang-kadang juga ditemukan pada inang. Pada larva Miracidium muncul dari telur yang subur dan hidupnya bebas. Mirasidium yang mikroskopik, dorsoventral, berbentuk kerucut dalam keadaan bebas larva tersebut melangkah berenang. Badannya ditutupi dengan cilia yang seragam. Cilia itu mempunyai suatu lapisan luar/dari sel bersudut enam, mengatur di lima baris, di bawah lapisan ini adalah suatu lapisan otot tipis/encer. Di depan dan akhir produksi ke dalam suatu cuping berbentuk kerucut, apiccal papilla. Struktur internal, kelenjar/penekan apikal, cephalik,otak, dua bintik mata, dua sel api dan benih sel bersifat elementer jelas dilihat. Larva miracidium berenang mencari-cari suatu rumah intermediate yang mana adalah Limnea truncatulauntuk sekitar 4-30 jam. Apabila tidak dikocok dengan rumah yang ditempatinya, maka larva tersebut itu akan mati. Setelah memperoleh rumah yang pantas, lalu larva menembus ke dalam jaringan oleh papilla apikal.



Daftar Pustaka



George, Fried, E. H & Hademos, G. J. 2009. Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. x + 386 hlm. Juwana, Sri. 2007. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta: xii+540 hlm.



Kamal, Mustafa. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan. MIPA UNSRI. Inderalaya : ii+56 hlm Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invetebrata. Sinar Wijaya : Surabaya Hegner, Robert W. & Engemann, Joseph G. 1968. Invertebrate Zoology. The Macmillan Company. New York. Radiopoetro. 1986.Zoologi Invertebrata.Erlangga : Jakarta



Paper Plathihelminthes yang Menyerang Hewan Ternak Nama : Fauzi No BP : 1310421073 Kelas : A



Taksonomi Hewan Invertebrata Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas andalas Padang, 2014