Fisio [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MATA KULIAH FISIOLOGI HEWAN AIR “Sistem Reproduksi Ikan Badut (Amphiprion ocellaris)”



Oleh : 1. 2. 3. 4. 5.



Panca Dian Segalani (15/383432/PN/14263) Rr. Alfina Riska Septiani (15/383434/PN/14265) Wachidah Kurrota A’yun (15/383437/PN/14268) Wahyu Galih Yudha Purnama (15/383438/PN/14269) Annisa Gustinur W (15/383487/PN/14318)



DEPARTEMEN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2017



Kata Pengantar



Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atasrahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem Reproduksi Ikan Badut untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan Air. Pada kesempatan ini, tak lupa kami mengucapkan terimakasih pada Bu Laksmindra selaku dosen pengampu mata kuliah Fisiologi Hewan Air dan juga kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat ketidaksempurnaan, baik dalam segi bahasa, penyajian data, maupun dari segi pembahasan. Kami mngharapkan kritik, saran serta masukan yang membangun demi kesempurnaan makalah kami kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaatbagi banyakpihak dan dapat menjadi reerensi bagi pihak yang membutuhkan.



Tim Penyusun



BAB I PENDAHULUAN I.1



Latar Belakang Amphiprion termasuk jenis ikan hias akuarium air laut yang mempunyai penggemar



cukup banyak, salah satu jenis yang sangat umum dikenal dan telah berhasil ditangkarkan adalah Amphiprion ocellaris. Ada 34 jenis Amphiprion yang telah teridentifikasi, ditemukan pada perairan dangkal sampai dalam, pada dasar yang berkarang. Secara umum clown fish mempunyai corak warna dasar dengan kombinasi : merah – putih, merah – hitam dan hitam – kuning - putih. Corak warna dan variasi kombinasi warna dijadikan sebagai ciri dalam identifikasi jenis clown fish. Ikan ini hidup secara bergerombol, habitatnya di alam selalu berdampingan/bersimbiosis dengan anemon laut, dimana ikan lain tidak mampu bertahan hidup dalam ruang anemon. Simbiosis spesifik tersebut membuat ikan hias Amphiprion ini mendapat julukan Anemon fish atau Clown fish, selain itu juga dikenal dengan nama ikan badut karena penampilan warna yang cerah serta gerakan lucu/menarik (David, B. 2007). Permintaan Clown fish saat ini cukup tinggi, baik untuk pemenuhan pasar dalam negeri dan pengiriman ke luar negeri. Negara tujuan pemasaran seperti : Australia, Jepang, Jerman dan Prancis. Tingginya permintaan terkait dengan pemenuhan kebutuhan makanan rohani, dimana manusia tidak hanya memerlukan makanan untuk jasmani saja. Perkembangan kondisi pasar yang menggiurkan tersebut, tentu akan memacu para eksportir untuk mengeksploitasi sumber alam secara tidak terkendali. Apabila tidak segera diimbangi dengan kegiatan penangkaran, dapat menimbulkan kelangkaan populasi di alam seperti kuda laut. Saat ini di Indonesia telah dimulai adanya kegiatan penangkaran baik oleh instansi pemerintah dan juga unit usaha milik swasta. Kegiatan



budidaya



khususnya pembenihan



akan



berlangsung



optimal



(produksi



berkesinambungan) bila terpenuhi beberapa faktor pendukung seperti : teknologi pembenihan dan pembesaran Clown fish yang mapan, pengelolaan dan penyediaan pakan dengan optimal dan penyediaan



calon



induk



baik/unggul (Dunn, D. F. 2004).



atau



induk hasil



tangkaran



yang



berkualitas



Secara umum ketersediaan induk berkualitas dari hasil budidaya untuk dimasa mendatang sangat diperlukan. Kelangsungan budidaya dan persyaratan perdagangan internasional mewajibkan indukan untuk ikan hias dan biota laut lainnya dari hasil penangkaran minimal dari G-1 (Generasi-1). Ketatnya persyaratan perdagangan lintas Negara untuk komoditas ornamental fish memaksa insan dan instansi Pemerintah (UPT dan Lembaga Peneliti Perikanan terkait) menyediakan Induk - induk unggul hasil penangkaran. Menyikapi kondisi tersebut maka, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) – Lampung melakukan kegiatan Perekayasaan Penyedian Calon Induk dan atau Induk Unggul dari hasil Budidaya (Dunn, D. F. 2004). Sejak tahun 2007 telah dirintis domestikasi calon induk dan pemijahan induk alam dari induk generasi-1 (G-1). Untuk mendapatkan induk unggul dilakukan seleksi dimulai dari benih dengan beberapa kriteria yaitu : Larva yang dipilih adalah dari induk yang sempurna, tingkat kelangsungan



hidup



larva



yang



tinggi



dan



tingkat



kecacatan



terendah.



Menurut



Tave, 1995 dalam, salah satu metoda untuk mengeksploitasi faktor genetic (Genotype) yang menguntungkan adalah selektif breeding, yaitu dengan mengembangbiakkan suatu populasi dengan cara menyeleksi dan mengawinkan ikan-ikan yang terbaik dengan harapan dapat memproduksi



benih



yang



menampakkan



sifat-sifat



unggul



dibandingkan induknya.



Selektif breeding dapat dilakukan dengan seleksi individu, seleksi famili dan seleksi didalam famili, akan tetapi seleksi individu lebih praktis, murah dan lebih sederhana. Keberhasilan teknologi pemeliharaan larva dan benih di BBPBL – Lampung diharapkan dapat mendukung tujuan dan sasaran kegiatan Penyediaan induk Amphiprion ocellarisyang berkualitas dan unggul (Fautin, D.G. et.,al. 2005). Salah satu komoditas unggulan ikan hias air laut adalah ikan badut (Amphiprion ocellaris) yang hidup di perairan terumbu karang dan habitat aslinya ikan ini bersimbiosis dengan anemon. Ikan badut merupakan salah satu jenis produk ikan hias air laut yang paling banyak diminati terutama di pasar luar negeri karena bentuknya yang eksotis dan unik. Peningkatan penjualan ikan ini terbesar terjadi pada tahun 2004 sebesar 18,5 %, hal ini dikarenakan beredarnya film kartun Finding Nemo yang bintang utamanya ikan badut. Para eksportir ikan hias biasanya membeli ikan badut dari para nelayan sehingga penyediaannya masih bergantung pada penangkapan.Kegiatan penangkapan ikan hias di daerah karang biasanya menggunakan bahan kimia potassium. Bahan tersebut dapat berdampak buruk bagi biota lainnya



dan apabila terakumulasi maka akan merusak ekosistem terumbu karang di perairan tersebut(Fautin, D.G. et.,al. 2005). Kegiatan budidaya merupakan solusi dalam mengurangi kegiatan penangkapan di alam. Ikan badut telah berhasil dibudidayakan sejak tahun 2007 oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Teknologi rekayasa ikan ini diharapkan dapat terus berkembang sehingga dapat menjadikan ikan badut sebagai salah satu komoditas budidaya unggulan bagi negara Indonesia di masa yang akan dating (Suci, A. 2007). I.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan dibuat makalah ini untuk memahami dan mengetahui karakter tingkah laku kebiasaan makan dan tingkah laku reproduksi Clownfish / ikan Nemo. Dengan demikian dapat memudahkan peluang budidaya pencinta ikan hias atau melestarikan Clownfish / ikan Nemo sebagai hasil alam yang bernilai tinggi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1



Pengertian



Clownfish atau Ikan Nemo merupakan ikan karang tropis yang hidup di perairan hangat pada daerah terumbu dengan kedalaman kurang dari 50 meter dan berair jernih. Habitatnya memiliki banyak penyebaran diseluruh lautan, dengan daerah penyebarannya seperti di Samudera Pasifik (Fiji), Laut Merah, Samudra Hindia (Indonesia, Malaysia, Thailand, Maladewa, Burma), dan Great Barrier Reef Australia. II.2



Klasifikasi Dan Taksonomi



Kingdom: Filum: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Spesies:



II.3



Animalia Chordata Actinopterygii Perciformes Pomacentridae Amphiprion Amphiprion ocellaris



Taksonomi lkan badut adalah ikan hias air asin dari subfamili Amphiprioninae. Terdapat sekitar 28



spesies dikenali, salah satunya berada di genus Premnas, sementara sisanya di genus Amphiprion. Ikan badut berwarna kuning, jingga, kemerahan atau kehitaman. Spesies terbesar dapat tumbuh mencapai panjang 18 cm, sementara terkecil hanya mencapai 10 cm. Di jepang, ikan badut di kenal dengan nama kakure-kumanomi, di Rusia: obyknovennaya rybka-kloun, dan di Denmark: klovnfisk. (Anonimus 1) Clown fish (Amphiprion ocellaris) lebih banyak dikenal masyarakat dengan sebutan ikan badut. Clown fish sebenarnya terdiri dari 29 jenis, 28 jenis dari genus amphiprion, sedangkan satu jenis merupakan spsies dari genus promnas yang mempunyai ciri khusus duri preoperkualitas yang dijumpai dibawa matanya. Secara umum ikan Clown fish berukuran kecil,



maksimal dapat mencapai ukuran 10 – 15 cm. Berwarna cerah, tubuh lebar (tinggi) dan dilengkapi dengan mulut yang kecil (Fautin, D.G. et.,al. 2007). II.4



Morfologi Clown fish (Amphiprion ocellaris) memiliki ciri warna tubuh hitam, merah, oranye cerah,



ukuran mungil, gerakan lincah dan termasuk ikan jinak. Ada 3 garis putih pada bagian kepala, tengah-tengah badan dan pangkal ekor. Garisputi dibagian badan mempunyai corak yang berbeda dengan dua garis puti lainnya, sisi luar garis putih dihiasi siluet hitam, sisik relatif besar dengan sirip dorsal yang unik. Pola warna pada ikan ini sering dijadikan dasar pada proses identifikasi, disamping bentuk gigi, kepala dan bentuk tubuh. Ciri khas yangpaling menarik dar ikan clown fish adalh badannya yang dihiasi warna-warna cemerlangsesuai dengan tempat hidupnya, yaitu cabang-cabang karang yaitu anemon laut. Kapsul-kapsul beracun pada cabang-cabang anemone laut akan membuat ikan yang menyentunga aka terluka atau mati. Namun Clown fish tidak perna terluka oleh anemon laut, bahkan Clown fish bersembunyi di balik cabang-cabang tersebut (Fautin, D.G. et.,al. 2007). Secara



umum ikan Clwn



fish (Amphiprion



ocellaris) dikenel



sebagai



ikan badut



berukuran kecil. Maksimal mereka dapat mencapai ukuran 10 – 15 cm. Berwarna cerah, tubuh lebar (tinggi), dan dilengkapi dengan mulut yang kecil. Sisiknya relatif besar dengan sirip dorsal yang unik. Pola warna pada ikan ini sering dijadikan dasar dalam proses identifikasi mereka , disamping bentuk gigi, kepala dan bentuk tubuh. Variasi warna dapat terjadi pada spesies yang sama; khususnya berkenaan dengan lokasi sebarannya. Sebagai contoh A clarkii merupakan spesies yang mempunyai penyebaran paling luas, sehingga spesies ini mempunyai variasi warna yang paling banyak (tergantung pada tempat ditemukan) dibandingkan dengan spesies ikan badut lainnya(Mebs, D. 2009). Clown fish dapat bertahan beberapa saat terhadap sengatan tentakal sebelum lumpuh dengan cara menggosok-gosokkan badannya secara cepat pada tentakel ikan clown fis dapat melumuri seluruh tubuhnya dengan lendir anti sengat tentakel. Dalam waktu satu jam seekor ikan clown fish akan bisa menyelimuti seluruh tubuhnya dengan lendir anti sengat tersebut. Ikan clown fish akan segera kehilangan kekebalannya bila dipisahkan dengan anemon selama beberapa jam. Untuk menjadi kebal kembali perlu beradaptasi dan memerlukan waktu seperti



disebutka diatas. Setiap jenis ikan clown fish memiliki kriteria dalam memilih anemon (Mebs, D. 2009). Tentakel anemon dilapisi oleh lendir yang memiliki kandungan tertentu untuk melindunginya dari sengatan tentakel yang lain atau tersengat oleh tentakel sendiri. Lendir inilah yang dimanfaatkan oleh ikan clown fish untuk melindungi badannya dari sengatan tentakel anemon. Simbiosis mutu alisme antara ikan clown fish (Amphiprion ocellaris) dengan tanaman laut dari golongan radianthus, karena hanya ikan darai genus amphiprion yang mampu hidup bersama dan saling menguntungkan sehingga disebut ikan anemonfish (Mebs, D. 2009).



BAB III PEMBAHASAN