Fletcher Munson Ind [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MEMAHAMI GRAFIK FLETCHER-MUNSON Manusia tidak mendengar semua frekuensi bunyi di tingkatan yang sama. Hal ini disebabkan telinga kita lebih sensitif untuk beberapa frekuensi dan kurang sensitif untuk frekuensi lain. Selain itu, kepekaan juga berubah dengan aras tekanan bunyi (SPL). Perhatikan Gambar 1 berikut ini, sumbu mendatar menyatakan frekuensi bunyi dan sumbu tegaknya adalah SPL.



Gambar 1. Grafik Fletcher-Munson Pada Gambar 1 di atas terdapat sejumlah kurva, masing-masing diberi nilai tingkatan kenyaringan. Mari kita mulai dengan melihat kurva penuh yang paling rendah ditandai dengan tingkat kenyaringan 10 phon.(Tingkat Kenyaringan diukur dalam phon adalah ukuran subyektif-tingkatan ini menyatakan rasa kita terhadap bunyi saat didengar). Dari frekuensi 500Hz sampai 1,500Hz garisnya datar pada skala SPL 10dB. Hal ini berarti, untuk merasakan bunyi dengan tingkat kenyaringan 10 phon, mulai frekuensi 500Hz sampai 1,500 Hz, SPL-nya harus 10dB. Bisa dipahami khan? OK, sekarang lihat lebih lanjut pada frekuensi yang lebih tinggi, katakan 5,000Hz. Terlihat bahwa kurva menurun disini—ini berarti kita merasakan 5,000Hz adalah 10 phon ketika sumber sebenarnya berSPL hanya 6dB. Sedangkan untuk merasakan 10,000Hz di tingkatan yang sama (10 phon), diperlukan sumber bunyi sekitar 20dB. Berdasar grafik tersebut dengan jelas dapat kita lihat bahwa telinga lebih sensitif di cakupan frekuensi antara 2,000Hz sampai 5,000Hz, dan tidak begitu sensitif di cakupan frekuensi lebih dari 6,000Hz. Tinjaulah frekuensi yang yang lebih rendah sekarang, katakan 100Hz. Untuk dapat merasakan bunyi 100Hz senyaring 1,000Hz (saat sumber bunyi memiliki SPL 10dB), sumber bunyi 100Hz harus berSPL 30dB—artinya 20dB lebih tinggi dari sumber 1000Hz. Lihat lebih jauh ke bawah, pada frekuensi 20Hz mendekati 75dB (artinya 65dB lebih tinggi daripada sumber bunyi 1000Hz). Terlihat dengan jelas bahwa telinga kita sangat tidak sensifif untuk frekuensi lebih rendah. Mengapa ini terjadi? Sederhananya, penjelasan fisiknya adalah bahwa resonansi telinga dan saluran telinga memperkuat suara berfrekuensi antara 2,500Hz dan 4,000Hz. Kenapa Tuhan tidak



membuat telinga kita untuk dapat mendengar tiap-tiap frekuensi di tingkatan yang sama? Alasan yang mungkin adalah dikarenakan kebanyakan kejelasan suara yang diinginkan (suara ucapan manusia) ditemukan di cakupan antara 2,000Hz sampai 5,000Hz, Ia merancang telinga kita untuk lebih sensitif di sini. Selagi telinga kita mampu untuk mendengar frekuensi yang lebih rendah, badan kita lebih merasakannya daripada yang didengar. Ini menjadi alasan mengapa banyak orangorang yang tuli masih dapat menikmati musik—mereka dapat merasakan kandungan frekuensi rendah melalui badan mereka. ( Ini mengasumsikan bahwa tingkatannya cukup untuk mereka dapat merasakan itu. Sering orang-orang seperti itu akan duduk didepan speaker agar mereka mendapat kontak langsung sehingga getaran dari speaker dirasakan langsung pada badan mereka.) Harus diingat bahwa saat tingkat kenyaringan dinaikkan, kurva frekuensi rendah semakin datar. Hal ini disebabkan pada SPL yang lebih tinggi kita lebih sensitif untuk bunyi frekuensi yang lebih rendah. Catat juga bahwa sejalan dengan peningkatan SPL, kita kurang sensitif untuk bunyi berfrekuensi di atas 6,000Hz. Hal ini menjelaskan mengapa bunyi musik yang lembut/pelan terasa kurang penuh dan kaya dibandingkan musik yang keras -- semakain keras musiknya, semakin dapat kita rasakan frekuensi yang lebih rendah, sehingga terasa lebih kaya dan penuh. Inilah alasannya kenapa banyak sistem stereo mempunyai tombol kenyaringan –saat sedang mendengarkan stereo pada volume rendah, mengaktipkan tombol ini akan mengangkat frekuensi rendah dan frekuensi tinggi untuk menyelaraskan bunyi. Umumnya orang tidak nyaman dengan tingkatan bunyi di atas 100dB. Perlu diingat bahwa 100dB diperlukan untuk merasa tingkat kenyaringan 100 phon pada 1,000Hz--hanya 90dB diperlukan untuk merasa tingkat kenyaringan 100 phon pada 4,000Hz. Demikian juga, dibutuhkan sekitar 104dB untuk merasakan tingkat kenyaringan 100 phon pada 100Hz. Mengapa semua ini demikian penting? Sederhananya, hal ini membantu kita untuk memahami mengapa subwoofers diperlukan untuk menghasilkan suatu tingkatan kenyaringan sepadan dengan yang dicapai oleh frekuensi yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa telinga lebih sensitif terhadap frekuensi yang lebih tinggi yang mana dapat sangat menyakitkan jika bunyinya terlalu nyaring. Sering kali membantu dengan menggunakan suatu penyelaras untuk memotong sebagian dari frekuensi di sekitar 2,000Hz sampai 5,000Hz jika musik dimainkan dengan keras. Tindakan ini akan menjaga bunyi tetap renyah, tetapi tidak cacat dan sakit pada tingkatan SPL yang lebih tinggi. Suatu alat ukur desibel (atau SPL meter) mengukur amplitudo bunyi. Meter murah bereaksi sama terhadap semua frekuensi, sehingga menghasilkan bentukan yang disebut "tanggapan flat/datar". SPL meter yang lebih mahal mengijinkan pengukuran dilakukan dengan "C-Weighting" dan " A-Weighting". A-Weighting lebih mendekati tanggapan frekuensi telinga kita (bagian rendah dari pengukuran dihilangkan, mengarah untuk menirukan kurang pekanya telinga kita untuk frekuensi rendah). C-Weighting mempertimbangkan lebih banyak terhadap bunyi frekuensi rendah, sungguhpun telinga kita tidak mendengarnya di tingkatan yang sama. Jadi, yang terbaik adalah untuk mengukur dengan A-weighting untuk melihat bagaimana telinga kita bereaksi terhadap bunyi. Pada waktu yang sama, menarik untuk memindahkan tombol untuk melihat tanggapan yang diberikan dengan C-weighting untuk bunyi yang kita tidak dengar, tetapi bisa dirasakan.