Forensik Tenggelam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN Tenggelam merupakan akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam air, kemudian air terhisap masuk ke saluran pernafasan sampai alveoli paru.1,2 Tenggelam merupakan salah satu dari bentuk kematian akibat anoksia dan masuknya cairan ke dalam saluran pernafasan yang dapat menyebabkan refleks vagal dan spasme laring.1,3 Di Amerika Serikat, kematian yang disebabkan oleh tenggelam terjadi sebanyak 8000 kasus pertahun. Pada tahun 1995, “The United States Consumer Product Safety Commison” menemukan bahwa terjadi 1,93 kasus dalam 100.000 penduduk, dengan 3,22 kasus dalam 100.000 anak-anak yang berumur kurang dari 4 tahun. Pada kenyataanya, terdapat 2 kelompok umur yang sering mengalami peristiwa tenggelam yaitu kelompok umur 0-4 tahun dan 15-19 tahun. Pada kelompok umur 0-4 tahun, kebanyakan kasus terjadi di bak mandi dan kolam renang. Sedangkan kelompok umur 15-19 tahun kebanyakan terjadi di sungai, pantai dan danau. Pada orang dewasa dapat terjadi tanpa sengaja, yaitu korban sebelumnya di aniaya disangka sudah mati, sehingga untuk menghilangkan jejaknya korban dibuang ke sungai sehingga korban mati karena tenggelam.1,4 Tenggelam dapat terjadi karena kecelakaan, pembunuhan atau bunuh diri. Sekitar 10-33 % kasus tenggelam merupakan peristiwa bunuh diri, dengan rasio yang sama antara laki-laki dan wanita. Pada peristiwa bunuh diri, tubuh si pelaku diikat dengan benda pemberat agar tubuhnya dapat tenggelam. Sedangkan kasus tenggelam karena pembunuhan biasanya terjadi dengan anak-anak sebagai korbannya. Ada banyak cara yang digunakan, seperti melemparkan korban ke laut atau memasukkan kepalanya kedalam bak berisi air.1,5



1



Adanya mekanisme dan jenis air yang berbeda pada kasus tenggelam akan menimbulkan bermacam gambaran pada hasil pemeriksaan. Seperti pada peristiwa tenggelam di air asin akan didapatkan gambaran terjadinya anoksia dan hemokonsentrasi sedangkan pada peristiwa tenggelam di air tawar didapatkan anoksia yang disertai gangguan elektrolit. Dengan demikian dalam menghadapi kasus tenggelam, pemeriksaan yang dilakukan selain untuk mendapatkan informasi tentang sebab kematian juga dapat membantu penyidik untuk mengetahui cara kematiannya yaitu karena kecelakaan, dibunuh atau bunuh diri yang kemudian dapat dijadikan bukti untuk kepentingan peradilan.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Tenggelam Tenggelam merupakan akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh (lubang hidung dan mulut) ke dalam air kemudian air tersebut terhisap masuk ke saluran pernafasan sampai alveoli paru menyebabkan anoksia.Masuknya cairan juga dapat menyebabkan refleks vagal dan spasme laring.1,3 Jumlah air yang dapat mematikan jika dihirup oleh paru-paru adalah sebanyak 2 L untuk orang dewasa dan 30-40 ml untuk bayi.5 2.2 Tipe-Tipe Tenggelam 2.2.1 Berdasarkan Morfologi Penampakan Paru Berdasarkan morfologi penampakan paru pada otopsi, tenggelam atas dibedakan atas tenggelam kering (Dry drowning), tenggelam tipe basah (Wet drowning). 1. Tipe Kering (Dry drowning) Dry Drowning atau tenggelam tipe kering paling banyak terjadi pada anak-anak dan dewasa yang banyak dibawah pengaruh obat-obatan (Hipnotik sedatif) atau alkohol, dimana mereka tidak memperlihatkan kepanikan atau usaha penyelamatan diri saat tenggelam. Selain itu air tidak teraspirasi masuk ke traktus respiratorius bawah atau ke lambung. Kematian terjadi secara cepat, merupakan akibat dari reflek vagal yang dapat menyebabkan henti jantung atau akibat dari spasme laring karena masuknya air secara tiba-tiba kedalam hidung dan traktus respiratorius bagian atas. 2,3,5. 2. Tipe Basah (Wet drowning) Pada tenggelam tipe basah (Wet drowning) terjadi aspirasi cairan. Aspirasi 1-3 ml/kgBB air akan signifikan dengan berkurangnya pertukaran udara. Aspirasi



3



air sampai paru menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru. Air segar bergerak dengan cepat ke membran kapiler alveoli. Surfaktan menjadi rusak sehingga menyebabkan instabilitas alveoli, ateletaksis dan menurunnya kemampuan paru untuk mengembang.3,5 2.2.2 Berdasarkan Lokasi Tenggelam Jika ditinjau berdasarkan jenis air tempat terjadinya tenggelam, maka dapat dibedakan menjadi tenggelam di air tawar dan tenggelam di air asin. 1. Air tawar Pada tenggelam di air tawar,air dengan cepat diserap dalam jumlah besar, sehingga terjadi hemodilusi yang hebat sampai 72% yang berakibat terjadinya hemolisis



massif



dari



sel-sel



darah



merah



sehingga



menyebabkan



hipervolemia. Dengan pecahnya eritrosit, maka ion kalium intrasel akan dilepas sehingga menimbulkan hiperkalemi, akan mempengaruhi kerja jantung yang terjadi fibrilasi ventrikel, dan anoksia yang hebat pada miokardium. Sebaliknya kadar natrium, kalsium, protein dan hemoglobin akan menurun. 2. Air asin Pada tenggelam di air laut terjadi pertukaran elektrolit dari air asin ke darah mengakibatkan peningkatan natrium plasma, air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan intertisial paru yang akan menimbulkan edema pulmo yang hebat dalam waktu yang singkat dan peningkatan hematokrit (hipovolemia).



Peningkatan



viskositas



darah



(hemokonsentrasi)



menyebabkan sirkulasi aliran darah menjadi lambat dan anoksia pada miokardium yang menimbulkan payah jantung dan kematian yang terjadi kurang lebih 8-9 menit setelah tenggelam. 2.2.3 Klasifikasi lain Selain klasifikasi tenggelam tersebut, masih ada pembagian lain yaitu tenggelam tipe primer dan tenggelam tipe sekunder.



4



1. Tipe Primer Tenggelam disebut tipe primer bila dalam hitungan menit setelah tenggelam, tidak ada pertolongan resusitasi pada korban, atau bila kematian terjadi begitu cepat dan tindakan resusitasi tidak akan berhasil. Beberapa kematian pada



tenggelam tipe ini terjadi karena serangan jantung atau fibrilasi



ventrikel.3 2. Tipe sekunder Tenggelam tipe sekunder terjadi setelah dilakukan resusitasi atau pertolongan dimana korban berhasil diselamatkan hanya untuk beberapa waktu, sekitar 30 menit sampai beberapa minggu. Kematian pada tenggelam tipe ini akibat dari asidosis metabolic, edema paru, pneumonitis, dan infeksi yang berat.3 2.3 Cara kematian pada korban tenggelam Peristiwa tenggelam dapat terjadi karena : 1. Kecelakaan Peristiwa tenggelam karena kecelakaan sering terjadi karena korban jatuh ke laut, danau, sungai. Pada anak-anak kecelakaan sering terjadi di kolam renang atau galian tanah berisi air. Faktor-faktor yang sering menjadi penyebab kecelakaan antara lain karena mabuk atau serangan epilepsi.5 2. Bunuh diri Peristiwa bunuh diri dengan menjatuhkan diri kedalam air sering kali terjadi. Kadang - kadang tubuh pelaku diikat dengan pemberat agar supaya tubuh dapat tenggelam dengan mudah.5 3. Pembunuhan Banyak cara yang digunakan misalnya dengan melemparkan korban ke laut atau memasukkan kepala ke dalam bak berisi air.5 Pada kasus korban tenggelam yang sudah membusuk, identifikasi amat sukar atau sudah tidak diketahui tempat kejadiannya, tidak ada saksi, maka tak dapat diklasifikasikan kecelakaan atau bunuh diri/pembunuhan.



5



2.4 Mekanisme Tenggelam Untuk memahami mekanisme tenggelam, Braudrdel melakukan penelitian pada anjing dimana terdapat lima stadium dalam proses tenggelam : 1. Stadium terkejut, selama 5-10 detik. Inspirasi satu atau dua kali, tetapi tidak aktif. 2. Stadium awal henti nafas, berlangsung selama kurang lebih 1 menit. Timbul agitasi, perlawanan dan berusaha untuk mencapai permukaan. Mulut tertutup dan menahan nafas. 3. Stadium pernafasan dalam, berlangsung selama 1 menit. Terjadi inspirasi dalam, mengeluarkan buih putih kepermukaan. Mulut dan mata terbuka. Tampak gerakan menelan. 4. Stadium kedua henti nafas, berlangsung selama 1 menit. Tidak tampak gerakan dada. Sensibilitas menghilang, dalam hal ini refleks kornea serta pupil tampak dilatasi maksimal. Dapat timbul konvulsi hipoksia. 5. Stadium terminal, berlangsung selama 30 detik. Gerak nafas tiga atau empat kali yang merupakan tanda eksternal kehidupan yang terakhir, walaupun kontraksi dapat terlihat pada bibir dan otot rahang. Stadium pertama, terlihat pada perenang yang lompat masuk kedalam air dingin menyebabkan terjadinya hiperventilasi. Hiperventilasi sebagai akibat dari refleks yang timbul oleh karena iritasi reseptor dingin pada kulit. Hiperventilasi dapat tidak terkontrol sehingga memiliki resiko terjadinya inhalasi air. Peristiwa tenggelam pada manusia tidak jauh berbeda dengan anjing, hanya pada manusia terkadang dapat muncul kepermukaan satu kali atau lebih. Kematian oleh karena tenggelam air tawar memerlukan waktu 5 menit, sedangkan dalam air asin memerlukan waktu 5-10 menit. 2.5 Sebab Kematian Asfiksia merupakan faktor yang paling sering menyebabkan kematian pada korban tenggelam. Asfiksia merupakan gangguan dalam pertukaran udara



6



pernafasaan yang mengakibatkan oksigen darah berkurang disertai peningkatan karbondioksida. Jika tubuh kekurangan oksigen maka gejala klinik yang akan terjadi bergantung pada tingkat kekurangan zat tersebut : 1. Dispneu Pada stadium ini gerakan pernafasan menjadi lebih cepat dan berat, denyut nadi lebih cepat, tekanan darah naik serta sianosis. Gejala-gejala tersebut terjadi akibat rangsangan pusat pernafasan di medulla oleh kurangnya oksigen pada sel darah merah disertai penumpukan kadar CO2. 2. Konvulsi Mula-mula terjadi konvulsi klonik, di ikuti konvulsi tonik dan berakhir dengan spasme opistotonik. Pupil melebar jantung menjadi lebih lambat. Hal ini disebabkan karena adanya paralysis pada pusat saraf yang letaknya lebih tinggi. 3. Apneu Pada stadium ini pusat pernafasan mengalami depresi yang berlebihan sehingga gerakan nafas menjadi sangat lemah atau berhenti. Penderita menjadi tidak sadar dan dalam keadaan ini dapat terjadi pengeluaran sperma, urin atau feces. 4. Stadium akhir Pada stadium ini terjadi paralysis secara lengkap dari pusat pernafasan. Sebelum pernafasan berhenti sama sekali dapat terlihat gerakan nafas oleh otot-otot pernafasan sekunder.5



Patologi asfiksia dalam tenggelam dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut : Tenggelam



7



Asfiksia Inspirasi dalam Butuh udara Udara dikeluarkan dari paru



Air masuk paru



Refleks Batuk Kematian yang terjadi karena asfiksia pada peristiwa tenggelam dapat disebabkan oleh : 1) Refleks vagal Air yang masuk dengan deras ke nasofaring dan atau laring dapat menyebabkan perangsangan vagal yang menyebabkan hambatan kerja jantung. Kematian yang terjadi karena refleks vagal terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan post mortem tidak ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia maupun air didalam paru-paru sehingga sering disebut tenggelam kering. 5 2) Spasme laring Spasme laring lebih sering terjadi bila korban tenggelam dengan cara tengadah sehingga air masuk dengan mudah melalui hidung mencapai laring lalu timbul spasme laring. Pada pemeriksaan post mortem dapat ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia tetapi pada paru tidak didapatkan air atau benda-benda air.5 3) Edema pulmonum Pada tenggelam di air asin akan terjadi difusi garam ke sistem vaskuler sehingga kadar natrium, klorida dan magnesium yang meningkat.



8



Kemudian air akan bergerak masuk ke alveoli paru yang berakibat edema paru.1 4) Fibrilasi ventrikel Air yang masuk ke paru akan cepat merembes ke jaringan paru dan kapiler sekitar alveoli menyebabkan pengenceran darah dan penurunan kadar garam mineral darah yang hebat. Adanya anoksia dan penurunan kadar natrium darah merupakan pencetus fibrilasi ventrikel, kematian terjadi dalam waktu kurang dari 5 menit. 2.6 Pemeriksaan Post mortem Pada mayat akibat tenggelam, pemeriksaan harus seteliti mungkin agar mekanisme kematian dapat ditentukan. Hal penting yang perlu ditentukan pada pemeriksaan adalah : 1. Menentukan identitas korban Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain : 



Pakaian dan benda-benda milik korban







Warna dan distribusi rambut dan identitas lain







Kelainan atau deformitas dan jaringan parut







Sidik jari







Pemeriksaan gigi







Teknik identifikasi lain



2 Pemeriksaan luar Pemeriksaan luar jenazah yang dapat dijadikan petunjuk pada mati tenggelam di air



laut maupun air tawar adalah :



9



a)



Mayat dalam keadaan basah berlumuran pasir dan benda-benda asing lainnya yang terdapat di dalam air laut dan kadang-kadang bercampur Lumpur.



b)



Busa halus pada hidung dan mulut, kadang berdarah



c)



Mata setengah terbuka atau tertutup. Jarang terjadi perdarahan atau bendungan.



d)



Kutis anserinus pada ekstremitas akibat kontraksi otot erector pilli yang dapat terjadi karena rangsangan dinginnya air. Gambaran seperti kutis anserine dapat juga terjadi karena rigor mortis pada otot tersebut.



e)



Washer woman hand. Telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan berkeriput yang disebabkan karena inhibisi cairan ke dalam cutis dan biasanya membutuhkan waktu yang lama.



f)



Cadaveric spasme. Merupakan tanda vital yang terjadi pada waktu korban berusaha menyelamatkan diri., dengan cara memegang apa saja yang terdapat dalam air.



g)



Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air.



h)



Penurunan suhu mayat



i)



Lebam mayat terutama pada kepala dan leher. 4,5,7



3. Pemeriksaan dalam Pemeriksaan bedah jenazah dengan cara memeriksa organ dalam pada mati tenggelam antara lain ditemukan : a)



Pada tindakan membuka bagian leher dan rongga thorax tampak jalan nafas atas dan bawah terisi oleh buih halus. Terkadang peristiwa muntah sewaktu tenggelam sehingga terdapat isi lambung di dalalm jalan nafas.



10



b)



Ukuran paru menjadi lebih besar, pertemuan pada garis tengah di depan kantong pericardium, dapat tertutup seluruhnya. Paru menjadi tertekan oleh dinding dada dan tulang iga yang akan menimbulkan indentasi pada permukaan paru. Pada saat paru dikeluarkan keadaannya tidak dalam keadaan kolaps. Pada alvelolinya terdapat udara dan air. Pada pengirisan, permukaan kering tetapi terdapat sejumlah air, terkadang berbuih, dapat keluar dari permukaan apabila diguncang. Apabila paru dibiarkan, air dapat keluar melalui permukaan dan perlahan-lahan menjadi kolaps. Terjadi peningkatan tekanan ekspirasi paksa sehingga alveoli rupture, sehingga mengakibatkan pendarahan subpluera yang dikenal sebagai Perdarahan Paltauf’s. Kondisi paru seperti ini dikenal sebagai Emfisema Aquasum dan Trocenes Odem. Permukaan pleura memberikan gambaran marmer dengan daerah berwarna biru kebau-abuan sampai merah gelap, diselingi jaringan dengan tingkat aerasi yang lebih tinggi, daerah berwarna merah muda dan abu-abu kekuningan. Bila permukaan ditekan, akan meninggalkan lekukan. Drowning Lung bersifat karakteristik tetapi tidak patognomonik. Air dapat sampai ke perifer paru oleh karena adanya gerakan pernafasan aktif. Dengan adanya tekanan hidrostatik, air dapat masuk ke dalam jalan nafas. Jika air yang masuk hanya sedikit, maka akan mengumpul pada bagian lobus bawah paru karena adanya gaya gravitasi. Drowning Lung dapat timbul bila korban berada pada kedalaman 3 meter selama 65 jam atau 2 meter selama 20 jam. Berat paru-paru pada kasus tenggelam di air tawar tidak jauh berbeda dibanding dengan kasus tenggelam di air asin, yaitu 700 gram dan dengan standar deviasi menjadi sekitar 200 gram. Dapat juga ditemukan paru-paru yang biasa karena cairan tidak masuk dalam alveoli atau cairan sudah masuk kedalam aliran darah melalui proses imbibisi.



c)



Otak, ginjal, hati dan limfe mengalami pembendungan.



11



d)



Lambung dapat sangat membesar, berisi air, alga, lumpur dan sebagainya yang mungkin pula terdapat dalam usus halus.2,4,5,6,8



e)



Perdarahan pada otot sternocleidomastoideus dan pectoralis diduga karena gerak pernafasan paksa.



4. Test Konfirmasi Berbagai test konfirmasi dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa tenggelam. Test tersebut antara lain : a) Pemeriksaan diatome. Diatome adalah alga atau ganggang bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan panas dan asam kuat. Bila seseorang mati karena tenggelam maka cairan bersama diatome akan masuk ke dalam saluran pernafasan atau



pencernaan kemudian diatome akan masuk kedalam



aliran darah melalui kerusakan dinding kapiler pada waktu korban masih hidup dan tersebar keseluruh jaringan. Diatom dapat ditemukan dalam paru, ginjal, hepar, dan sum-sum tulang. Metode ini baik untuk menentukan apakah orang masih hidup pada waktu tenggelam. Ada 4 cara yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan diatom ini, yaitu : 1. Pemeriksaan mikroskopik langsung. Pemeriksaan permukaan paru disiram dengan air bersih iris bagian perifer ambil sedikit cairan perasan dari jaringan perifer paru, taruh pada gelas objek tutup dengan kaca penutup. Lihat dengan mikroskop. 2. Pemeriksaan mikroskopik jaringan dengan metode Weinig dan Pfanz. 3. Chemical digestion. Jaringan dihancurkan dengan menggunakan asam kuat sehingga diharapkan diatom dapat terpisah dari jaringan tersebut. 4. Inseneration. Bahan organik dihancurkan dengan pemanasan dalam oven.



12



b) Test kimia darah Test ini untuk mengetahui ada tidaknya hemodilusi atau hemokonsentrasi pada masing-masing sisi dari jantung, dengan cara memeriksa gaya berat spesifik dari kadar elektrolit antara lain kadar sodium atau clorida dari serum masing-masing sisi. Test ini baru dianggap reliable jika dilakukan dalam waktu 24 jam setelah kematian. Test kimia tersebut antara lain : 



Test Gettler Menunjukan adanya perbedaan kadar klorida dari darah yang diambil dari jantung kanan dan jantung kiri. Pada korban tenggelam di air laut kadar klorida darah pada jantung kiri lebih tinggi dari jantung kanan. Perbedaan kadar elektrolit lebih dari 10% dapat menegakkan diagnosa. Pemeriksaan tidak berarti bila ada atrial atau ventrikel septal defek. Pemeriksaan Gettler : 1).Tenggelam dalam air asin : -Kadar Cl jantung kiri > jantung kanan -Na plasma meningkat. -K plasma meningkat sedikit 2).Tenggelam dalam air tawar : -Kadar Cl jantung kiri < jantung kanan -Kadar Na plasma menurun -Kadar K plasma meningkat







Tes Durlacher Penentuan perbedaan berat plasma jantung kanan dan kiri. Pada semua kasus tenggelam berat jenis plasma jantung kiri lebih tinggi daripada jantung kanan oleh karena itu tidak dipakai membedakan



13



tenggelam di air tawar atau asin. Perbedaan sebesar 0,005 sudah bermakna.7 c) Test asal air Tes dilakukan dengan cara memeriksa air dari paru atau lambung secara mikroskopis. Kegunaan tes ini adalah untuk membedakan apakah air dalam paru berasal dari luar atau dari proses edema serta untuk mencocokkan air dalam paru dengan air dilokasi tempat tenggelam yaitu dengan meneliti spesies ganggang diatome. 2.7 Perbedaan tenggelam air tawar dan air asin 2.7.1 Tenggelam di air tawar 1) Air masuk kedalam kapiler sehingga terjadi hemodilusi yang mengakibatkan hemolisis, kalium keluar dari sel sehingga terjadi hiperkalemi dan akhirnya terjadi fibrilasi ventrikel. 2) Biasanya meninggal dalam waktu waktu 5 menit 3) Pada paru-paru terjadi :  Relative kering, ringan akibat tidak adanya cairan  Bentuk biasa dengan ukuran lebih besar  Warna lebih pucat dan emfisematous  Krepitasi positif,bila ditekan keluar buih 4) Pada darah terdapat kelainan:  Hemodilusi  Hemolisis



2.7.2 Tenggelam di air asin



14



1) Air dalam alveoli lebih pekat sehingga cairan dari kapiler ke jaringan paru dan alveoli, sedangkan elektrolit berpindah dari alveoli ke kapiler, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan edema paru 2) Biasanya meninggal dalam waktu 5-10 menit 3) Pada paru-paru terdapat kelainan: 



Relative besar, basah dan berat







Setelah dikeluarkan dari rongga dada paru-paru terlihat mendatar dan bila ditekan menjadi cekung.







Warna ungu atau kebiruan,permukaan tampak mengkilap







Krepitasi negative, tanpa ditekan keluar banyak cairan



4) Pada darah terdapat : 



Hemokonsentrasi



15