Format Laporan Implementasi Pasca Pelatihan LITERASI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN IMPLEMENTASI PASCA PELATIHAN PENINGKATAN KOMPETENSI LITERASI PEMBELAJARAN ABAD KE-21 BAGI GURU SD TAHUN 2022



DISUSUN OLEH: NAMA



: LIRING KUSUMA ASTUTI, S.Pd



NIP



: 199203232019032017



DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA SDN RAWATERATE 01 ( NPSN : 20108774 ) Jl. Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat RT 010/004 Kelurahan Rawaterate Kecamatan Cakung, Kota Administrasi Jakarta Timur 13920 Telp. (021) 4611703



1



LAPORAN IMPLEMENTASI PASCA PELATIHAN PENINGKATAN KOMPETENSI LITERASI PEMBELAJARAN ABAD KE -21 BAGI GURU SD TAHUN 2022



I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era global salah satunya ditandai dengan cepatnya arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa terlepas dari peran perkembangan berbagai disiplin ilmu. Abad 21 bisa disebut sebagai abad pengetahuan yang ditandai dengan terjadinya transformasi besar-besaran dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat berpengetahuan (Junianto, 2017). . Sebagai



bangsa



yang



besar,



Indonesia



harus



mampu



mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup abad ke-21 melalui pendidikan yang terintegrasi Effendy dalam Gerakan Literasi Nasional (2017). Menurut World Economic Forum dalam Gerakan Literasi Nasional (2017) terdapat enam literasi dasar yang harus dikembangkan, yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan. Literasi merupakan satu di antara kompetensi utama yang sangat dibutuhkan



dalam



melakukan



kegiatan



sehari-hari.



Akan



tetapi,



kemampuan literasi di Indonesia berada pada kategori sangat rendah. Pada literasi matematika siswa yang berada pada kategori kurang yakni 77,1 % berkategori kurang, kategori cukup 20,6 %, dan kategori baik 2,3 % (INAP SD: 2016). Penilaian ini didasarkan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi yang terbentuk karena proses belajar secara bermakna. Hasil



1



penilaian merujuk pada fakta bahwa pembelajaran di Indonesia belum menuntun siswa dalam proses belajar bermakna. Membaca dan menulis merupakan salah satu langkah awal seseorang agar dapat mengembangkan dirinya. Kemampuan baca tulis yang dimiliki oleh seorang anak juga akan berpengaruh pada pendidikannya di masa yang akan datang. Kemampuan membaca yang rendah akan bisa diasosiasikan dengan rendahnya prestasi sekolah, kurangnya literasi saat dewasa, serta meningkatnya masalah perilaku dan tingkat putus sekolah. Tak dapat dipungkiri bahwa membaca banyak sekali memberikan manfaat positif. Membaca akan menambah pengetahuan dan memberikan wawasan. Selain itu membaca juga dapat melatih seseorang untuk berpikir kritis. Begitu pun dengan kegiatan menulis. Melalui kegiatan menulis seseorang dapat menuangkan gagasan dan pikiran berupa tulisan juga berlatih merangkai kata-kata. Berangkat dari pemaparan kondisi tersebut di atas, pemerintah mulai berupaya melakukan beberapa inovasi dalam pendidikan untuk peningkatan mutu dan kualitas siswa. Salah satunya yakni dicetuskannya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada tahun 2015. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis dengan kegiatan literasi selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Pentingnya kegiatan literasi yakni membekali kemampuan dasar siswa berpikir secara kritis dan mengembangkan kompetensi siswa. Pelaksanaan GLS didukung dengan buku panduan gerakan literasi sekolah dari pemerintah. Sejak diterapkan gerakan literasi tersebut, pemerintah terus memberikan evaluasi terhadap pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Kegiatan literasi tidak hanya kegiatan membaca dan menulis saja, namun terdapat



banyak



kemampuan



literasi



yang



dapat



dikembangkan.



Pemerintah mulai mengembangkan Gerakan Literasi Nasional yang dimulai pada tahun 2017 yang meliputi literasi baca-tulis, literasi



2



numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya (Kemendikbud, 2017: 2).



B. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) bertujuan menumbuhkan budaya membaca dan menulis (literasi) pada warga sekolah, baik kepala sekolah, guru, maupun peserta didik yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. GLS juga bertujuan menciptakan



lingkungan



sekolah



menjadi



lingkungan



pembelajar



sepanjang hayat dengan membudayakan aktivitas membaca yang tidak sekedar membaca dan menulis yang tidak sekedar menulis Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik (Tim Disdik, 2016:2). Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah, akademisi, penerbit, media massa, masyarakat, dan pemangku kepentingan dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.



II. PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Waktu : kamis, 28 Juli 2022 Tempat : Di kelas 6A SDN Rawaterate 01 B. Objek Implementasi Pasca Pelatihan Peserta didik kelas 6A yang berjumlah 31 siswa, dengan jumlah laki laki 16 dan jumlah siswa perempuan 15



3



C. Tahapan Pelaksanaan Implementasi Pasca Pelatihan 1.



Perencanaan : Selama perencanaan sampai penyelesaian penelitian penulis selalu berkomunikasi untuk mendapat arahan dan bimbingan dari kepala sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods, yaitu suatu langkah dengan menggabungkan dua bentuk kegiatan kualitatif dan kuantitatif. Kegiatan ini tepatnya akan menggunakan metode kombinasi model concurrent embedded yaitu menggabungkan antara metode kualitatif dan kuantitatif dengan cara mencampur kedua metode tersebut dengan cara tidak berimbang. (Sugiyono, 2016:537). Tahap awal yang dilakukan dalam adalah melaksanakan pretes baik kelas VI di sekolah yang penulis teliti. Setelah melaksanakan pemebelajaran maka dilaksanakanlah postes. Setelah mendaptkan hasil kemudian dilakukan analisis data dengan uji normlitas (Kolmogorov-Sminov) dan uji hipotesisnya Selain data kuantitatif, data kualitatif pun dilakukan yaitu melakukan pengamatan dan wawancara. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kegiatan gerakan literasi sekolah selain yang 15 menit dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, sedangkan wawancara dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan elemen sekolah dalam melaksanakan program tersebut. Yang diwawancarai adalah Kepala Sekolah, dan peserta didik



2.



Pelaksanaan Metode Pelaksanaan Kegiatan Karena Kompetensi yang hendak dicapai merupakan keseluruhan dari Keterampilan adad 21 seperti yang tertuang di bawah ini.



4



1. Pemahaman urgensi dan konsep dasar Keterampilan abad 21. 2.Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengakomodir penguasaan peserta didik akan Keterampilan Abad 21. 3. Pelaksanaan Pembelajaran dengan pemanfaatan IT sebagai media dan moda belajar. 4. Pelaksanaan Pembelajaran terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan Gerakan Literasi Nasional (GLN). 5. Pelaksanaan Pembelajaran berbasis Kompetensi abad 21 (Berpikir kritis, Kreativitas, Komunikasi dan Kolaborasi). 6. Macam-macam Penilaian berbasis keterampilan abad 21. Maka



ketercapaian



kompetensi



memerlukan



proses



secara



berkelanjutan. Sehingga program ini hanya memberikan penguatan mengenai keterampilan abad 21. Oleh karena itu metode dalam pelaksanaan program pengabdian ini adalah sebagai berikut. 1. Survey awal untuk menentukan masalah yang akan dicarikan solusi. 2. Penyampaian informasi dan tanya jawab dengan format berupa Focus Group Discussion. 3. Pelaksanaan pelatian dan penguatan. 4. Pendampingan peserta setelah pelatihan. 5. Survey akhir untuk mengevaluasi efektifitas kegiatan. Pelaksanaan Kegiatan Proses pelaksanaannya dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.



Pada



tahap



persiapan,



penyusunan



kepanitiaan,



penentuan materi inti dan penentuan peserta guru sasaran dilaksanakan. Tahap ini berlangsung sampai penyusunan program dan koordinasi kesiapan. Setelah tahap persiapan, kegiatan dilanjutkan pada tahap pelaksanaan dimana terdapat pemaparan materi dari narasumber yang kompeten, workshop



5



penyusunan rencana pembelajaran dan kelengkapannya, serta pendampingan.



3. Evaluasi : Program peningkatan kompetensi literasi pembelajaran abad ke -21 bagi guru SD di sekolah SDN Rawaterate 01 Jakarta Timur sudah terlaksana dengan baik



III. HASIL IMPLEMENTASI PASCA PELATIHAN Pasca pandemi covid-19 kegiatan belajar tatap muka diberhentikan diganti dengan pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sehingga kegiaan literasi secara langsung disekolah terhenti namun pendidik disini mencoba membangun Gerakan Literasi secara daring/digital. Dengan literasi digital kendala-kendala seperti tidak adanya buku bacaan untuk peserta didik dapat teratasi. Peran literasi digital dalam pembelajaran daring sebelum pandemi covid-19 yang menjadikan pembelajaran dilakukan secara daring, literasi membaca dengan menggunkaan teknologi digital telah diprediksi menjadi kunci dan pondasi penting dalam bidang pendidikan pada masa depan. Literasi Digital pertama kali dikemukaan oleh Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy. Menurut Gilster [2] mengemukakan literasi digital adalah kemampuan menggunakan perangkat teknologi dan informasi digital secara efektif dan efisien dalam berbagai aspek seperti akademik, karir dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu literasi digital seharusnya lebih dari sekedar kemampuan menggunakan berbagai sumber digital secara efektif, tetapi literasi digital melibatkan pula cara berpikir. Penguasaan dalam penggunaan digital literasi yang digunakan oleh tenaga pendidik maupun siswa mampu meningkatkan partisipasi aktif sisswa sehingga mampu memberikan suatu perubahan yang cakap akan tekhnologi yang berkembang saat ini.[10] Manfaat literasi juga; 1) Membantu 6



meningkatkanpengetahuan



masyarakatdengan



cara



membaca



berbagai



informasi bermanfaat, 2) Membantu meningkatkan tingkat pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang dibaca, 3) Meningkatkan kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian kritis terhadap suatu karya tulis, 4) Membantu menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang baik di dalam diri seseorang, 5) meningkatkan nilai kepribadian



seseorang



menumbuhkan



dan



melalui



kegiatan



mengembangkan



membaca



budaya



dan



literasi



menulis,



6)



ditengah-tengah



masyarakat secara luas, 7) Membantu meningkatkan kualitas penggunaan waktu seseorang sehingga lebih bermanfaat. Hal tersebut pula harus sesuai dengan prinsip-prinsip literasi harus bersifat berimbang, berlangsung pada suatu kurikulum dan pentingnya keberagaman dalam berliterasi agar khasanah ilmu dan pengetahuan semakin beragam. Saat ini, pendidikan literasi menjadi penting dan gencar dilakukan oleh para praktisi karena dinilai mampu membuat anak menjadi cerdas secara akademik, memiliki pola pikir kritis dan logis. Pratik literasi tersebut tidak harus terpaku pada pembelajaran di sekolah. Orangtua di rumah pun perlu turut andil dalam menanamkan pendidikan literasi kepada sekolah dasar.



IV. PENUTUP A. Simpulan Literasi penting dalam pembelajaran di sekolah dasar sebagai upaya meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menambah pengetahuan dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi saat ini, 1) Literasi merupakan salah satu aspek penting yang harus diterapkan di sekolah dasar. 2) Melalui kegiatan literasi membaca siswa akan terbiasa membaca dan menambah informasi siswa. 3) Kegiatan literasi juga mempunyai manfaat untuk memupuk minat dan bakat dalam diri peserta didik sejak usia dini. 4) Literasi merupakan salah satu aktifitas penting dalam hidup. 5) Sebagian besar proses pendidikan



7



bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. 5)Budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kemampuan peserta didik untuk memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif B. Saran-Saran Beberapa program pendukung literasi yang bisa diterapkan di Sekolah Dasar, yaitu : 1) Membaca 15 menit saat pembelajaran belum dimulai, sehingga minat membaca dan keterampilan membaca siswa meningkat dan menguasai secara lebih baik. 2) Pojok baca kelas dengan mewajibkan siswa membawa buku non pelajaran di setiap tahunnya untuk disumbangkan di sekolah, 3) Seminggu sekali siswa dibebaskan untuk membuat puisi, cerpen dan membuat opini dari buku yang dibaca, setelah itu siswa di wajibkan untuk mampu bercerita di depan kelas, 4) Meningkatkan kemampuan membaca siswa bisa dengan mengadakan kunjungan ke perpustakaan daerah. Siswa akan sangat antusias dalam mencari buku bacaan seperti cerita dongeng, cerpen, novel, puisi maupun berita terkini yang mereka cari di perpustakaan sekolah tidak tersedia, posterisasi yang berisi tulisan tentang motivasi atau tata tertib yang berlakudi sekolah, dan pohon literasi yang berisi rangkuman dari bukubuku yang telah dibaca oleh siswa.



8



Dokumentasi foto pelaksanaan Implementasi Pasca Pelatihan :



Mengetahui



Jakarta, 28 Juli 2022 Peserta Pelatihan ,



Liring Kusuma Astuti, S.Pd NIP. 199203232019032017



9