17 0 5 MB
HUBUNGAN ANTARA PENCAPAIAN TARGET KURIKULUM DENGAN DAYA SERAP SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA MUHAMMADIYAH DISAMAKAN WILAYAH KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
ERNA 105 190 1315 11
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H/2015 M
i
ii
iii
iv
v
PRAKATA
ْ َب ا ََِِْ ْةددح َ َِص َ َدَِاَلِد َ وَص َشمد َ دَل ََص ْالمّلِلبْ َ دمِ ََْ َ َ د ا ِ َاََم َّلِلحمد َ َال َلمَ ِمد ََْ ََصالةدََلّلِل ََصال دََ ّلِلنَ َشمد َ َه ِ ِ اَ ْل َح ْمد ّلِل ِ دََِْ َْد َدبَِ َ ْاوَ ْا ِْ َ د َََْ َْجْ َم ِل Assalamu’alikum Wr.Wb Segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya bagi kita semua, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Pencapaian Target Kurikulum Dengan Daya Serap Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sma Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar” dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Tuhan sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimah
kasih
dan
penghargaan
Pada
kesempatan
ini
penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar 2. Bapak Drs. H Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
vi
3. Ibu Amirah Mawardi, S.Ag,.M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Ibu Dra. Hj. Maryam, M.Pd.I selaku Sekretaris Jurusan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu dalam pelayanan Akademik. 4. Bapak Dr. Abd. Rahim Razaq, M.Pd dan Drs. KH. Nasruddin Razak masing-masing sebagai pembimbing I dan II yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan iklas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang berharga kepada penulis selama penyusunan skripsi. 5. Bapak/ibu dosen dan segenap staf Fakultas Agama Islam yang telah membimbing dan mengarahkan selama perkuliahan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan studi dengan baik. 6. Bapak Ka’bai,S.Pd selaku kepala sekolah dan bapak/ibu guru SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian. 7. Rekan-rekan se-Almamater terutama kelas C serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatuyang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Ayahanda tercinta Hamzah dan Ibunda Rosmawati Bangsawan yang berjasa dalam kehidupan penulis senantiasa menyertai dengan do’a. 9. Saudara-saudara saya Sitti Harmi S.Kep, Muh Chaedar, Hirma, Rina Sari Hamzah yang dengan sabar memberikan dorongan dan motivasi hingga penulis menyelesaikan pendidikan.
vii
viii
ABSTRAK
ERNA, 105 190 1315 11, Hubungan Antara Pencapaian Target Kurikulum Dengan Daya Serap Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sma Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar. Dibimbing oleh Abdul Rahim Razaq dan Nasruddin Razak. Penelitian ini hanya ingin mengetahuai adakah hubungan atara pencapaian target kurikulum dengan daya serap siswa. Dalam 3 hal: 1) Bagaimana pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan, 2) Bagaimana tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan, 3) Adakah hubungan antara Pencapaian target Kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMA Muhammadiyah Disamakan. Metedologi penelitian ini adalah deskriptif kualitatip dalam bentuk pengumpulan data diperoleh berdasarkan catatan observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi. Adapun lokasi penelitian adalah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makasar. Hasil peneitian menunjukkan bahwa pencapaian target kurikulum di sekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah tergantung dari masingmasing guru mata pelajaran apakah dalam satu semester mereka bisa menyelesaikan 4 KD yang sudah ditentukan jika mereka dapat menyelesaikan dengan baik makan pencapaian target kurikulum akan tercapai dengan baik. tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mencapai 75 % dan kendala-kendala yang di alami oleh siswa dalam pembelajaran Agama Islam khususnya pada materi pembacaan Alquran sedang, namun masih ada beberapa siswa belum mengetahui atau memahami hukum bacaan Alquran. Hubungan target kurikulum dengan daya serap siswa ada, karena target kurikulum tidak tercapai otomatis daya serap siswa juga tidak tercapai karena apa yang telah di programkan dalam satu semester itu itukan ada KD-nya sekian KD misalnya dalam satu semester 4 KD dalam satu semester, sementara ada KD yang tidak diajarkan jadi pencapain kurikulum tidak tercapai misalnya hanya 70% ketercapaiannya, kalau semua dilaksanakan, semua disampaikan dalam satu semester itu berarti pencapainya 90%.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
................................................................. iv
BERITA ACARA MUNAQASYAH............................................................
v
PRAKATA ...............................................................................................
vi
ABSTRAK ...............................................................................................
ix
DAFTAR ISI .............................................................................................
x
DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................
5
C. Tujuan Penelitian ...............................................................
5
D. Kegunaan Penelitian ..........................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
7
A. Teori Kurikulum ..................................................................
7
1. Pengertian Kurikulum.. .................................................
7
2. Tujuan Kurikulum.......................................................... 10 B. Daya Serap Siswa ............................................................ 12 1. Pengertian Daya Serap ................................................ 12 2. Daya Serap Terhadap Materi ....................................... 12 3. Jenis-jenis Tingkat Daya Serap Siswa ......................... 12 4. Prestasi Belajar ............................................................ 13 5. Evaluasi Hasil Belajar ................................................... 14 x
C. Pendidikan Agama Islam ( PAI ) ....................................... 16 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ( PAI ) ................ 16 2. Dasar-Dasar Tujuan Pendidian Agama Islam ( PAI ) ... 18
BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 20 A. Jenis Penelitian .................................................................. 20 B. Lokasi dan Obyek Penelitian ............................................. 20 C. Variabel Penelitian ............................................................ 20 D. Definisi Operasional ........................................................... 21 E. Populasi dan Sampel ......................................................... 22 F. Instrumen Penelitian .......................................................... 25 G. Teknik Pengumpulan Data................................................. 27 H. Teknik Analisis Data .......................................................... 27
BAB IV PENELITIAN................................................................................. 28 A. Gambaran Umum Sma Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar .................................................... 28 B. Pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan ............................... 42 C. Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan ...................................................................... 45 D. Hubungan antara Pencapaian target Kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan
xi
Agama Islam siswa SMA Muhammadiyah Disamakan .... 52
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 56 A. Kesimpulan ....................................................................... 56 B. Saran .................................................................................. 57 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 58 LAMPIRAN- LAMPIRAN.......................................................................... 59
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1
Populasi Penelitian………………….…………… …….
24
Tabel 2
Sampel Penelitian……………..………………………..
25
Tabel 3
Keadaan Kepala Sekolah ..........................................
30
Tabel 4
Keadaan Guru..............................................................
31
Tabel 5
Keadaan Staf…………………………………………….
33
Tabel 6
Keadaan Siswa…………………………….....................
37
Tabel 7
Keadaan sarana ....................…………………….
38
Tabel 8
Keadaan Prasarana .......................……………............
40
Tabel 9
Keadaan Petugas Keamanan.......................................
41
Tabel 10
Siswa yang cepat bosan/jenuh ketika belajar di waktu siang .................................................................
44
Tabel 11
Siswa yang mudah memahami pelajaran yang diberikan oleh guru ketika
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
duduk di belakang........................................................
45
Siswa yang memahami semua pelajaran dalam sehari ..........................................................................
46
Siswa yang lebih memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru pada waktu tenang.......................................................
47
Siswa yang memiliki semangat untuk terus memperdalam pelajaran Pendidikan Islam yang diberikan oleh guru........................................................
48
Adakah hubungan antara pencapaian target kurikulum dengan daya serap siswa...............................................
54
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Wawancara Lampiran 2. Angket Penelitian Lampiran 3. Dokumentasi Lampiran 4. Surat-surat a. SK Pembimbing b. Pengantar Penelitian dari Fakultas c. Permohonan Izin Penelitian dari LP3M d. Surat Keterangan Selesai Meneliti dari SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Lampiran 4. Riwayat Hidup
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ahmad Tafsir (2006), mengatakan bahwa “Tujuan pendidikan adalah upaya menjadi manusuia terbaik, yakni manusia memiliki ketenangan dalam hidup, memiliki akal yang cerdas dan iman yang kuat”. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional tujuan pendidikan ialah. “Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk mencapai dan mewujudkan tujuan pendidikan di atas, diperlukan sebuah perencanaan (planning) yang matang, upayaupaya yang sistemik-optimal dalam berbagai hal. Baik dalam hal komponen lunak (soft component) maupun dalam komponen keras (hard component) pendidikan. Dengan kata lain, diperlukannya sebuah perangkat sistem pendidikan yang mampu mengantarkan ke arah yang tepat. Sistem itu yang akan mampu “menata” dan “mempola” proses pendidikan, sehingga proses pendidikan berjalan secara terarah, terencana dan tujuannya tercapai. Menurut Nana Syaodih dalam buku Zainal Arifin (2012: 4). Salah satu komponen yang paling penting dalam pendidikan adalah kurikulum.Karena
kurikulum
memegang 1
perana
“kunci”
dalam
2
menentukan tujuan dan arah pendidikan kedepan. Dengan kurikulum proses pendidikan akan berjalan dengan arah yang jelas. Kurikulum akan
menggambarkan
bagaimana
keadaan
proses pendidikan
pendidikan dikemudian
dilaksanakan hari.
dan
Kurikulum
memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis dan lingkup, urutan isi dan proses pendidikan. Dalam proses pendidikan, kurikulum akan menjadi acuan yang harus dijadikan pegangan, baik oleh pengelola maupun oleh penyelenggara pendidikan. Kurikulum juga menempati posisi yang sangat urgen dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan arah, isi dan proses pendidikan yang pada gilirannya akan menentukan macam dan kualifikasi lulusan. Dengan berpedoman pada kurikulum, proses interaksi antara pendidik dan peserta didik, tidak berlangsung dalam ruang hampa, tetapiakan terjadi dalam lingkungan tertentu yang lebih terarah dan bermakna. Kurikulum mengarahkan seluruh aktivitas proses pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Kurikulum menjadi panduan yang akan memandu dan membawa ke arah mana pendidikan itu dilaksanakan. Maka tidak heran jika sebagian orang mengatakan bahwa kurikulum adalah “Kitab Sucinya” pendidikan. Kemudian jika anda ingin membangun suatu bangsa, maka bangunlah yang pertama sistem pendidikannya, dan jika anda ingin
3
membangun pendidikan, maka bangunlah yang pertama sistem kurikulumnya. Pernyataan ini perlu penulis kemukakan karena ada dua alasan penting. Pertama, kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena itu kurikulum mutlak harus ada. Kedua, kurikulum
pada
hakikatnya
merupakan
ilmu
tentang
proses
mencerdaskan anak bangsa agar ia bermakna bagi kehidupannya, baik sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat maupun sebagai warga negara bangsanya, karena itu kurikulum sebagai disiplin ilmu wajib dipelajari oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, apalagi orang tersebut adalah calon guru atau sudah menjadi guru. ”Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen, yaitu guru, siswa dan materi pelajaran atau sumber belajar”. “Untuk memahami hakikat pembelajaran, kita dapat melihatnya dari dua segi, segi emotologi (bahasa) dan segi terminologis (istilah). Secara etimologis “. Menurut
Zayadi
dalam
Heri
Gunawan
(2013:
8),
kata
pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa inggris, instruction yang
bermakna
upaya
untuk membelajarkan
seseorang
atau
kelompok orang, melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
4
Dalam pengertian terminologis, pembelajaran dikatakan oleh coray seagaimana dikutip oleh segala (2006: 61), merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus, atau menghasilkan respon dalam kondisi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Pelajaran daya serap merupakan sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pemahaman ini juga banyak faktor yang mempengaruhinya seperti, minat siswa terhadap mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, lingkungan yang kondusif, bahkan
guru
mata pelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
yang
bersahabat dengan siswa. Muhaimin, (2001: 15) Menyatakan bahwa : Pemahaman tentang Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu PAI sebagai aktivitas dan PAI sebagai fenomena. PAI sebagai aktivitas, berarti upaya secara sadar dirancang untuk membatu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani da memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manua (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai – nilai islam. Sedangkan PAI sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih dan/atau penciptaan suasana yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernapskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai - nilai islami, yang diwujudkan dalam sikap hidup serta keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak.
5
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan kalimat tanya dalam suatu laporan penelitian fungsinya untuk menunjukkan masalah yang diteliti oleh peneliti dan untuk memberikan batasan-batasan dalam penelitian sehingga penelitian itu tetap fokus pada hal yang benar-benar ingin diteliti tidak melebar ke hal-hal lain, meliputi: 1. Bagaimana pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan ? 2. Bagaimana tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan ? 3. Adakah hubungan antara Pencapaian target Kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMA Muhammadiyah Disamakan ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan
terujung
suatu
penelitian
adalah
untuk
merumuskan
pertanyaan-pertanyaan dan merumuskan jawaban-jawaban terhadap penelitian tersebut, meliputi: 1. Untuk
mengetahui
bagaimana
pencapaian
target
kurikulum
Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan. 2. Untuk mengetahui tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan.
6
3. Untuk mengetahui hubungan antara pencapaian target kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan.
D. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Ilmiah Kegunaan ilmiah adalah manfaat yang diperoleh dari hasil analisa data yang dikumpulkan berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan secara umum dan khusus meliputi: 1. Mengupayakan suatu perkembangan sebagai usaha melengkapai hasil penelitian-penelitian yang ada. 2. Sebagai bahan masukan terhadap analisa kependidikan terdahulu dengan hasil upaya yang diterapkan oleh penyusun. 3. Sebagai usaha dalam menambah koleksi atau bahan bacaan bagi mahasiswa, guru agama islam dan sebagainya.
b. Kegunaan Praktis Pelaksanaan segala aktivitas tentulah memiliki kegunaan, begitu juga penelitian ini diharapkan dapat berguna : 1. Untuk menjadi input bagi pemerintah, orang tua dan tokoh pendidik tentang pencapaian kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam. 2. Untuk menjadi input bagi para pendidik tentang kurikulum dan daya serap siswa.
7
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Teori Kurikulum 1. Pengertian Kurikulum Kata “kurikulum” mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam kamus Webster tahun 1856. Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam bidang olahraga, yakni suatu alat yang membawa orang dari star sampai ke finish. Barulah pada tahun 1995 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan. Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua macam, yaitu sebagai berikut: Tafsir, (2007: 53), menyatakan bahwa : a. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. b. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan. Secara etimologis, istilah kurikulum (Curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “Pelari” dan curere yang berarti “Tempat berpacu”. Istilah kuriulum berasal dari dua olah raga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Perancis, istilah kuriulum berasal dari kata courier yang
8
berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis star sampai dengan garis finish untuk memperoleh mendali atau penghargaan. Secara
modern
kurikulum
adalah
semua
kegiatan
dan
pengalaman potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam kelas, di halam sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada juga pengertian kurikulum yang lebih luas lagi yaitu semua kegiatan dan pengalaman belajar serta “segala sesuatu” yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik disekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Beauchamp dalam Herry Widyastono, (1975: 2): A curriculum is a writen document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in give school. Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan atau pengajaran, pelaksanaan rencana sudah masu pengajaran. Zais (1976: 2), “menjelaskan bahwa: kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran melainkan suatu yang fungsional, yang memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum (curriculum document or inert curriculum),
9
sedangkan kegiatan yang berlangsung di kelas merupakan kurikulum fungsional (functioning, live or operative curriculum)”. Selanjutnya, Layton (1989), ”mengatakan bahwa kurikulum dipengaruhi oleh sistem sosial politik, ekonomi, teknologi, moral, keagamaan, dan keindahan”. Mengacu
pada
berbagai
pengertian
kurikulum
di
atas,
selanjutnya Hasan ( 2011 ) mengelompokkan pengertian kurikulum ke dalam empat dimensi, yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu: a. Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan; b. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, yang sebenarnya merupakan suatu perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; c. Kurikulum sebagai suatu kegiatan/aktivitas, yang sering disebut pula dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum, yang sebenarnya merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dan d. Kurikulum sebagai suatu hasil, yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan. Menurut pandangan lama (tradisional) Muhammad Muzamil AlBasyir (1995:19) menyebutkan bahwa kurikulum adalah “Jami‟u Maa Tuqarriruhu al-Madrasati wa Taraahu Dharuriyan li al-Talamidz, Ba‟dha Nadhir an-Hajatihi wa Qadratihi wa Muyulihi wa Baidan an alWashti al-Ijtima‟l wal-Hayati al-Ijtimaiyati allati Tandhoruhu fi alMustaqbal” dalam pengertian ini kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari siswa. Hilda Taba (1962) berpendapat bahwa : kurikulum tidak hanya terletak pada pelaksanaannya, tetapi pada keluasan cakupannya, terutama pada isi, metode dan tujuannya,
10
terutama tujuan jangka panjang, karena justru kurikulum terletak pada tujuannya yang umum dan jangka panjang itu. Saodih dan Heri Gunawan (2008: 4), mengumukakan bahwa : Kurikulum juga merupakan rencana pengajaran dan sistem yang berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu pengajaran. Sebagai suatu sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem organisasi sekolah yang menyangkut penentuan kebijakan kurikulum, susunan personalia dan prosedur pengembangannya, penerapan, evaluasi dan penyempurnaanya. Hilda Taba mengemukakan, bahwa pada hakikatnya tiap kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat. Tiap kurikulum, bagaimanapun polanya, selalu mempunyai komponen tertentu, yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar dan mengajar dan akhirnya evaluasi hasil belajar. Perbedaan kurikulum terletak pada penekanan pada unsur-unsur tertentu.
2. Tujuan Kurikulum Seperti telah dikemukakan di atas, kurikulum merupakan suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, dalam kurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuantujuan
pendidikan
yang
ingin
dicapai
melalui
sekolah
yang
bersangkutan. Ada dua jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu sekolah.
11
a) Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan. Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya (tujuan lembaga pendidikan atau tujuan institusional). Tujuan–tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid-siswa setelah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.
b) Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi. Setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah juga mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan inipun digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid/siswa setelah mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah tertentu. Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalam kurikulum itu ada yang disebut tujuan kurikuler dan ada pula yang disebut tujuan instruksional, di mana tujuan intruksional merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan kurikuler. Menurut Daradjat (1989: 29), “tujuan kurikulum sering dimaknai sebagai sesuatu yang diharapkan tercapai setelah melakukan serangkaian proses kegiatan”. Dalam setiap kegiatan, termasuk dalam kegiatan pendidikan, sepatutnya mempunyai tujuan, karena tujuan akan menentukan arah dan target apa yang hendak dicapai. Tujuan juga menjadi gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan. Ali (1992: 6), “mengatakan dengan rumusan dan gambaran tujuan yang jelas, maka hasil yang akan dicapai itu dapat diupayakan dengan maksimal untuk mencapainya”. Tujuan suatu kegiatan dapat muncul baik dari dalam diri sendiri, maupun karena terdapat dorongan
12
orang lain. Akan tetapi, setiap tujuan yang ingin dicapai dari manapun sumbernya dapat mengarahkan kegiatan yang dilakukan.
B. Daya Serap Siswa 1. Pengertian Daya Serap Daya serap adalah kemampuan objek didik dalam menerima isi materi/bahan pelajaran yang disampaikan oleh subjek didik sehingga menjadi pemahaman baru bagi objek didik. Daya Serap Didalam kamus besar bahasa Indonesia, daya serap diartikan sebagai kemampuan seseorang atau suatu menyerap. Daya serap yang di maksud disini adalah kemampuan siswa untuk menyerap atau menguasai materi/bahan ajar yang di pelajarinya sesuai dengan bahan ajar. ( Dikutip dari internet 14 januari 2105 ). 2. Daya serap terhadap materi Pelajaran daya serap merupakan sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pemahaman ini juga banyak faktor yang mempengaruhinya seperti, minat siswa terhadap mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, lingkungan yang kondusif, bahkan
guru
mata pelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
yang
bersahabat dengan siswa. ( Dikutip dari internet, 14 januari 2015 ). 3. Jenis-jenis Tingkat Daya Serap Siswa Tingkat daya serap siswa bermacam-macam yaitu terdapat siswa yang memiliki daya serap belajar tinggi, sedang, dan rendah.
13
Menurut Piet A. Sahertian (1994:101) “ukuran tingkat daya serap siswa dapat dibedakan menjadi tiga hal sebagai berikut”:
a. Siswa yang maju Siswa yang termasuk dalam kategori maju adalah siswa yang memiliki kemampuan yang baik dalam menerima setiap materi yang dipelajarinya. Siswa yang maju lebih cepat memahami materi pelajaran dan memiliki daya analisis yang cukup baik. Siswa yang maju dapat dilihat dari kecepatan memberikan jawaban atau tanggapan pada setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. b. Siswa yang cukup Yang termasuk dalam kategori siswa yang cukup merupakan siswa yang memiliki kemampuan rata-rata dari siswa lainnya. Mereka tidak memiliki kemampuan yang begitu menonjol tetapi memiliki daya serap dan responbilitas yang baik terhadap materi yang dipelajarinya. c. Siswa yang kurang Seorang siswa termasuk dianggap kurang apabila sangat lemah dalam menerima materi yang diajarkan atau yang dipelajarinya. Bagi siswa seperti ini, materi harus diajarkan berulang-ulang agar mereka memahaminya dengan baik. ( Dikutip dari internet, 14 januari 2105 ). 4. Prestasi belajar Menurut Sudjana (1991; 49), Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspek-aspek kognitif, efektif dan
14
psikomotor. Oleh, karena itu, ketiga aspek di atas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Artinya, prestasi belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek di atas tidak berdiri sendiri, tetapi merupkan satu kesatuan yang tidak dipisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki. Adapun tipe prestasi belajar menurut Sudjana, (1991: 50-52), yaiti: a. Tipe Prestasi Belajar Bidang Kognitif Tipe-tipe prestasi belaja bidang kognitif mencakup: (1) tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan (knowledge), (2) tipe prestasi belajar pemahaman (comprehention), (3) tipe prestasi belajar penerapan (aplikasi), (4) tipe prestasi belajar analisis, (5) tipe prestasi belajar sintesis, dan (6) tipe prestasi belajar evaluasi b. Tipe Prestasi Bidang Afektif Bidang efektif berkenang dengan sikap dan nilai. Sikap seseorang bisa diramalkan perubahan-perubahannya, apabila seseorang telah menguasai bidang kogbitif tingkat tinggi. Ada kecenderungan bahwa prestasi belajar bidang efektif kurang mendapat perhatian dari guru. c. Tipe Prestasi Belajar Bidang Psikomotor Tipe prestasi belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kempauan bertidak seseorang. Menurut Syamsuddin dalam (Heri Gunawan 2014:80), menjelaskan bahwa: Yang dimaksud dengan presentasi belajar adalah kecakapan nyata atau aktual yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji karena merupakan hasil usaha yang bersangkutan dengan bahan dan dalam hal-hal tertentu yang segera dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan aspek kecakapan yang dimiliki siswa sebagai hasil usaha dan kegiatan belajar yang ditempuh, dipandang sebagai indikator penting dalam keseluruhan proses pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang telah dicapai siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar
15
tertentu yang dapat dietahui dilaksanakan oleh guru.
dan
hasil
evaluasi
yang
5. Evaluasi hasil belajar Dalam mengevaluasi terhadap kegiatan belajar siswa atau hasil belajar siswa, hendaknya guru memperhatikan aspek-aspek psikologis siswa. Kondisi psikologis siswa sangat memengaruhi aktifitas dan hasil belajarnya. Siswa yang pintar dalam kesehariannya, apabilah disaat mengikuti ujian dalam kondisi yang tidak prima, bisa saja memperoleh hasil yang buruk (tidak memuaskan). Apabila guru hanya memberikan nilai berdasarkan hasil yang diperoleh siswa secara rill, maka akan menimbulkan dampak psikologis (kecewa dan kurang puas) terhadap siswa. ( Dikutip dari internet, 21 januari 2015 ). Kondisi psikologis siswa harus menjadi pertimbangan bagi para guru (terlebih guru pendidikan agama islam) dalam memberikan pernilaian hasil belajar kepada siswa. Pernilaian hasil pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor harus dijiwai oleh psikologis,
khususnya
psikologis
pembelajaran
sehingga
tidak
menimbulkan dampak psikologis yang buruk pada siswa. Menurut Nana Sudjana dalam Pupuh Fathurrohman (2010:75) menjelaskan,
bahwa
evaluasi
pertimbangan atau harga
pada
dasarnya
memberikan
atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.
Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkat laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
16
Menurut Pupuh Fathurrohman (2001: 75), jika seorang pendidik merasa bertanggung jawab atas penyempurnaan pendidikannya, ia harus mengevaluasi pendidikannya itu agar mengetahui perubahan apa yang seharusnya dilakukan. Seorang pendidik perlu untuk mengevaluasi penyempurnaan pendidikannya dan peserta didiknya. Penilaian atau evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown adalah “The act or process to determining the value of something”. (Wand, 1957: 1). “Penilaian dalam pendidikan berati serangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan”. Yahya Kahar, (1972: 1), “Menurut ilmu jiwa, evaluasi berarti menetapkan fenomena yang dianggap berarti di dalam hal yang sama berdasarkan suatu standar”. Menurut Tardif dalam (Muhibbin Syah 2013:197),mengatakan bahwa: evaluasi berarti proses penilaian untuk menggambarakan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Selain kata evaluasi dan assesment ada pula kata lain yang searti dan relatif lebih masyhur dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan.
C. Pendidikan Agama Isalam ( PAI ) 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Banyak
orang
meracukan
pengertian
istilah
“Pendidikan
AgamaIislam” dan “Pendidikan Islam”. Kedua istilah dianggap sama, sehingga ketika seseorang berbicara tentang pendidikan islam
17
ternyata isinya terbatas pada pendidikan agama islam, atau sebaliknya ketika seseorang berbicara tentang pendidikan agama islam justru yang dibahas di dalamnya adalah tentang pendidikan islam. Padahal kedua istilah memiliki substansi yang berbeda. Tafsir dalam buku Muhaimin (2004: 6) membedakan antara Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Islam. PAI dibakukan sebagai nama kegiatan mendidikkan agama islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan “Agama Islam”, karena yang diajarkan adalah agama islam bukan pendidikan agama islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikkan agama islam disebut sebagai pendidikan agama islam. Kata “pendidikan” ini ada pada dan mengikuti setiap mata pelajaran. Dalam hal ini PAI sejajar atau
sekategori
pelajarannya
dengan
adalah
pendidikan
olahraga),
Matematika
Pendidikan
(nama
biologi
mata (nama
pelajarannya adalah biologi dan seterusnya). Sedangkan pendidikan islam adalah nama sistem, yaitu sistem pendidikan islam, yang memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung terwujudnya sosok Muslim yang diidealkan. Pendidikan islam ialah pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan Al-qur‟an dan Hadis. Zakiyah daradjat (2008: 87) menyatakan bahwa : Mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah, suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh
18
(kaffah). Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadi islam sebagai pandangan hidup. Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaebani dalam Arifin (1987: 13) menyatakan bahwa pendidikan islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dilandasi oleh nilai islami dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) Tujuan
Agama
Islam
untuk
membentuk
perilaku
dan
kepribadian individu sesuai dengan prinsif-prinsif dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai-nilai
moral dan Agama sebagai landasan
pencapaian tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan Agama Islam MA yaitu untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan,
melalui
pemberian
dan
penumpukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah Swt serta berahlak mulia. Tujuan pendidikan agama islam adalah sesuatu yang ingin dicapai setelah melakukan serangkaian proses pendidikan agama islam di sekolah atau madrasah. Terdapat beberapa pendapat mengenai tujuan pendidikan agama islam ini. Diantaranya al-Attas, ia menghendaki tujuan pendidikan (agama) islam itu adalah manusia
19
yang baik. Sementara itu, Marimba mengatakan, menurutnya tujuan pendidikan
(agama)
islam
adalah
terciptanya
orang
yang
berkepribadian muslim. Berbeda dengan al-Abrasy, menghendaki tujuan akhir pendidikan (agama) islam itu adalah terbentuknya manusia yang berakhlak mulia (akhlak al-karimah). Munir Musyi mengtakan tujuan akhir pendidikan islam adalah manusia yang sempurna (al-Insan al-Kamil). Berbeda mengatakan
dengan bahwa
pendapat tujuan
di
atas,
pendidikan
Abdul
agama
Fatah islam
Jalal adalah
terwujudnya manusia sebagai hamba Allah Swt yang Bertaqwa („abdullah). Jalal mengatakan, tujuan pendidikan ini akan melahirkan tujuan-tujuan khusus. Dengan mengutip Surah At-Takwir Ayat 27 ia mengatakan, bahwa tujuan itu adalah untuk semua manusia. Q.S AtTakwir ( 27 ) : Terjemahnya : “Alquran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam”. Jadi menurut Agama Islam tujuan pendidikan adalah haruslah menjadikan seluruh manusia, menjadi manusia yang menghambakan diri kepada Allah Swt. Maksudnya adalah, beribada kepada-Nya, dengan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian dengan menggunakan model deskriptif kualitatif yaitu suatu jenis penelitian yang mengungkap dan menggambarkan fakta-fakta dan data yang diperoleh secara mendalam dan apa adanya.
B. Lokasi dan Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Muhamadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar . Sedangkan objek penelitian adalah siswa dan Guru Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar.
C. Variabel Penelitian Variabel merupakan atribut, objek yang mempunyai variasi antara yang satu dengan yang lain atau dengan kata lain atribut/sifat/ nilai dari orang/objek/ kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Menurut Hadi dalam (Arikunto 1998: 98), “Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian variabel dalam penelitian ini adalah hubungan antara pencapaian target kurikulum
21
sebagai variabel bebas dan daya serap siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama islam sebagai variabel terikat ”. Suharsimi Arikunto (1997:89) mendefinisikan bahwa : variable sebagai “gejala yang bervariasi”. Gejala adalah objek penelitian, sehingga yang dijadikan titik penelitian adalah variabel. Variabel penelitian memegang peranan penting dalam setiap penelitian, karena dengan adanya variabel maka akan mempermudahkan untuk mengamati objek yang kita teliti. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu : 1. Variabel bebas
: Pencapaian target kurikulum.
2. Variabel Terikat
: Daya serap siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
D. Definisi Operasional Variabel Untuk memudahkan pemahaman kita, maka dianggap perlu menjelaskan beberapa variabel yang terkait dengan judul ini, sebgai berikut :
1. Pencapaian Target Kurikulum adalah mengantarkan guru dan para pendidik dapat memproses dan mengembangkan pembelajaran, menerapkan
agar dan
peserta
didik
menganalisis
dapat
memahami,
pengetahuan,
serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
22
2. Daya serap siswa adalah bagaimana siswa dapat menerima materi atau pelajaran yang diajarkan oleh guru agar mereka cepat memahami atau menangkap mata pelajaran yang diajarkan.
Baik
itu
dengan
cara
lisan
atau
dengan
menggunakan media. Jadi, definisi operasional dari judul skripsi ini adalah bahwa Hubungan Antara Pencapaian Target Kurikulum Dengan Daya Serap Siswa
Mata
Pelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
siswa
SMA
Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar dalam kemampuan objek didik menerima isi/bahan materi.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi adalah sejumlah penduduk atau kelompok individu benda atau unsur yang diteliti dan diselidiki dalam pelaksanaan penelitian, karena itu merupakan suatu bagian yang diperlukan dalam memecahkan
suatu
masalah
dalam
menunjang
keberhasilan
penelitian itu sendiri yang merupakan medifistasi dari cara manusia dalam mencari ilmu pengetahuan yang dilakukan secara ilmiah berdasarkan fakta data secara empiris, sistematis atau mengikuti aturan secara logis sesuai dengan daya analisa manusia.
23
Margono (2010: 118) mengatakan „‟Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan‟‟.
Populasi adalah jumlah keseluruhan individu yang akan menjadi objek penelitian. Suharsimi Arikunto (2002 : 108) mengatakan bahwa: ”populasi adalah keselurhan objek penelitian‟‟. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan objek
penelitian
yang
bahwa populasi adalah keseluruhan
dijadikan
sumber
karakteristik penelitian yang terdapat
data
yang
memiliki
dilokasi penelitian. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa yang ada di SMA Muhammadiyah Disamakan wilayah berlokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar yaitu berikut
jumlah 169 orang. Untuk lebih jelasnya lihat tabel
24
Tabel 1. Keadaan Populasi SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar
NO
Jenis Kelamin L P
Objek
30
35
Populasi 65
1.
Kelas X
2.
Kelas XI
35
30
65
3.
Kelas XII
14
25
39
79
90
169
Total
Sumber Data: SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar 2. Sampel Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber
data
mewakili
seluruh
populasi.
Suharsimi
Arikunto
mengatakan sampel adalah sebagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti) Sedangkan menurut sugiono, sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh popalasi tersebut. Pada dasarnya penentuan sampel dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi atau keterangan-keterangan mengenai hal yang diteliti dengan cara meneliti sebagian populasi yang telah dipilih dan dianggap dapat mewakili semua populasi yang ada. Suharsimi Arikunto ( 2000:58 ) dalam bukunya prosedur penelitian menjelaskan, berdasarkan penetapan jika subjek
25
berjumlah atau lebih dari 100 maka diambil antara 10-15 % atau 20-25 %. Tetapi apabila populasi kurang dari 100, maka diambil keseluruhannya. Berdasarkan
pendapat
diatas,
maka
penulis
mengambil
kesimpulan bahwa teknik pengambilan sampelnya adalah tehnik purvosife sampling yang berdasarkan pada teori Arikunto yakni 20 %, maka 169 x 20 % = 33,8 dibulatkan menjadi 34 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 15 orang dan siswa perempuan sebanyak 19 orang. Tabel 2 Keadaan Sampel Jenis Kelamin NO Kategori Sampel 1.
X
2.
XI Jumlah
L
P
Sampel
7
10
17
8
9
17
15
29
34
Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah.
F. Instrumen Penelitian Pengumpulan data yang disimpulkan yang dilaksanakan untuk pengumpulan data secara sistematis dipermudah oleh dengan demikian instrumen data alat bantu bagi peneliti bisa melakukan instrumen untuk menjawab responden. Beberapa pedoman dalam instrumen yaitu :
26
1. Pedoman observasi Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengamati dan melihat langsung proses pembelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam pada siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah di lokasi Dr. Ratulangi Kota Makassar. Peneliti objek secara seksama dengan melibatkan diri langsung di lokasi penelitian tersebut. 2. Pedoman angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data dan informasi dari responden, hal ini di maksud untuk memperoleh data-data kongkrit yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas di dalam penelitian. 3. Pedoman wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang lain dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. 4. Pedoman Dokumentasi Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturanperaturan, laporan kegiatan, foto-foto, film documenter dan data yang relevan dengan penelitian
27
G. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik sebagai berikut : a. Wawancara dilakukan dengan bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi b. Observasi dengan pengamatan dan pencatatn dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. c. Angket dengan menyodorkan daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data dari responden d. Dokumentasi,
dengan
teknik
pengumpulan
data
yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen.
H. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul pada setiap kegiatan observasi dianalisis secara deskriptif agar dapat melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Demikian juga hasil pengumpulan jawaban angket / tes, dianalisis dengan menggunakan prosentase untuk melihat prestasi belajar siswa.
Keterangan : P = Angka Persentase F= Frekuensi Yang Sedang Dicari Persentasinya N= Jumlah Frekuensi/Banyaknya Individu.
28
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar Pada bagian ini penulis akan membahas sejarah berdirinya SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasaran dan keadaan petugas keamanan. 1. Sejarah Berdirinya Sekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sul-Sul berdiri pada tanggal 04 agustus 1968 dengan pimpian pertamanya adalah DG.Tinggi. Peresmian sekolah ini ditandai dengan penempatan batu pertama yaitu semacam yupa oleh walikota Makassar saat itu. Pada saat sekolah ini pertamakali dibangun bukan dengan nama SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sul-Sel, melainkan bernama SPG Muhammadiyah. Seiring dengan perkembangan dan prestasi yang diraih oleh sekolah,
barulah
kemudian
berubah
nama
menjadi
SMA
Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sul-Sel. Sekarang yang menjadi kepala sekolah pada SMA Mihammadiyah Disamakan Wilayah Sul-Sel saat ini adalah bapak Drs. Ka‟bai, S.Pd. Beliau merupakan aktifis Muhammadiyah.( Di ruangan tata usaha, 2015 ).
29
SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan terletak
di
Jalan
Dr.Ratulangi
No.101
Makassar,
tepatnya
bersebelahan langsung dengan AKPER Muhammadiyah Makassar, dan sekitar kurang lebih 20 meter dari RSU. Luabang Baji. Lokasi SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatansangat strategis karena diapit beberapa sekolah lanjutan tingkat dasar dan gedung sekolah juga bersebelahan langsung dengan AKPER Muhammadiyah serta satu gedung dengan Madrasah Tsanawiyah . Dari unsur pendidik SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan memiliki tenaga pendidik sebanyak 14 orang dan beberapa diantaranya telah memperoleh gelar magister
dan yang
lainnya masih bergelar sarjana pendidikan. Disamping itu sarana dan prasarana diusahakan pengembangannya sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif. Gedung yang sudah ada meliputi : gedung belajar sebanyak 6 ruangan, 1 ruang computer, 1 ruangan Lab IPA yang sekarang sudah dialih fungsikan menjadi ruang kelas, 1 perpustakaan, 1 ruang kepala sekolah dan ruang guru. ( di Ruangan tata usaha, 2015 ) Proses pembelajaran di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatanmenerapkan kurikulum 2013 namun itu hanya berlaku kelas X dan XI. Sedangkan Kelas XII masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP.
30
Berbagai organisasi siswa yang telah dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan yakni : OSIS dan Tapak Suci. Semua organisasi ini melaksanakan program untuk menyalurkan
bakat
dan
minat
siswa
dalam
mendukung
pengembangan keterampilan yang mereka miliki. Adapun kepalah sekola dan wakil kepala sekolah yang menjabat pada tabel berikut: Tabel 3 Kepala sekolah dan wakil SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar
No.
1.
2.
Nama
Jabatan
Alamat
Ka‟bai, S.Pd
Kepala
NIP.19710313 200701 1 018
Sekolah
Drs. H. Abdul Kadir
Wakil Kepala
Jln. Mangka Dg
NIP. 19621231 198503 1166
Sekolah
Bombong BTN
Jl. Sarappo No. 78
Manggarupi permai Blok B2 No. 15 Sumber data : Kantor SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah 2015
2. Keadaan Guru Guru sering juga disebut tenaga pendidik, merupakan salah satu unsurdalam dunia pendidikan yang sangat berperan penting untuk memberikan bimbingan kepada siswa khususnya di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan. Mereka diharapkan dapat memberikan perhatian dan bimbingan
secara
31
prefosional dengan menggunakan metode yang tepat agar tercipta suasana kondusif selama proses belajar. Oleh karena itu, guru di tuntut keahlianya dalam mengajar dan mendidik siswanya, agar ilmu dan bidang studi yang diajarkan mudah diserap dan ditransfer anak didik. Selain hal tersebut, perlu juga
pembagian
bidangstudi
kepadaetiap
gurusesuai
dengan
keahlian masing-masing dengan tetap berpegang kepada kurikulum yang berlaku sebagai pedoman dalam mengajar. Karena realita yang terjadi terkadang ada seseorang guru yang mengajarkan suatu bidang studi yang memang bukan bidangnya, sehingga dalam mengajar tidak menguasai matera pelajaran yang diajarkan. Adapun keadaan guru SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan tahun ajaran 2014/2015 di lihat pada tabel berikut:. Tabel 4 Keadaan Guru SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah tahun 2015 No. Nama
Jabatan
Alamat
1.
Drs. Muh. Syahid Saleh
Guru Pkn / Pengawas sekolah
2.
Drs. Haeruddin
Guru Kimia kelas X Iis dan Mia, kelas XI Mia dan XII IPA
Jl. Abdul dg. Sirua, Paropo Indah blok C no. 4 Komp. Hasanuddin A No. 18
3.
Drs. Mahfud
Guru Penjaskes kelas X, XI, XII semua jurusan.
Jl. Poros Malino Bontomanai Gowa
32
4.
5. 6. 7.
8.
9. 10. 11.
12. 13. 14.
15.
16.
Dra. Andi Fatimah
Guru Bahasa Indonesia kelas X, XI, XII semua jurusan. Dra. Hijerah Guru Bahasa Inggris kelas XII IPA dan IPS A. Junaedi, Guru Fisika kelas X, XI S. Pd Mia, dan XII IPA Salma Syam, Guru Pendidikan S.Hi Agama Islam kelas X, XI, XII. Semua jurusan. Nuhaya, S. Guru Bahasa Inggris Pd kelas X, XII Mia dan Iis. Muh. Fajriadi, Guru Sosiologi kelas S. Pd X, XI Iis dan XII IPS. Yusnar, S. Guru Pd. I Kemuhammadiyahan Muliati, S. Pd Guru Biologi kelas X, XII Mia dan Iis, kelas XII IPA Rosmawati, Guru Ekonomi kelas X, S. Pd XI Iis dan kelas XII IPS Taufik, S. Pd Guru Matematika wajib
Jl. Abdul dg. Sirua, Paropo Indah blok C no. 4 BTN Tamarunang
Conita Hakim Guru Seni Budaya kelas X,XI, XII semua jurusan. Kasmawati Guru Sejarah kelas X, XI, dan XII semua jurusan. Ely Irmayanti, Guru Matematika S. Pd peminatan.
BTN Manggarupi
BTN Tamarunang BTN Minasa Upa
Jl. Maccini Raya Lr. Safari No. 17 Takalar Jl. Muhajirin II Jl. Poros Malino
Jl. Mannuruki II No. 3 Jl. Bontoduri
Jl. Pa‟baeng-baeng
Jl.
Sumber Data : Kantor SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah 2015
Berdasarkan
data
yang
penulis
peroleh,
maka
dapat
disimpulkan bahwa dari segi jumlah guru SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah cukup memadai dan sebagian guru alumni S1 dan sebagianya lagi belum mempunyai gelar dan adapula guru yang baru magang yang dipanggil untuk membantu guru-guru yang ada di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah.
33
3. Keadaan Staf Tabel 5 Nama –nama Staf dan Jabatannya No. 1
Nama
Jabatan
Alamat
Tata Usaha
Rini
Jl. Kumala
2
Jl. Maccini Raya lr. Nur Haya, S. Pd
3 4
Drs. H.Abdul Kadir Drs. Haeruddin
Staf Perpustakaan
Safari no. 17
UrusanKurikulum/Kepala Lab.Komputer Kepala Lab. IPA
5 Hijerah, S.Pd
Bimbingan Konseling
6 Nurhaya, S.Pd 7
Dra. A. Fatimah
Staf Perpustakaan/Kepala Lab.Bahasa Kepala Perpustakaan
8 Rosmawati, S.Pd
Wakasek Kesiswaan
Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015
4. Keadaan Siswa a. Penerimaan Siswa Baru Seperti
pada
MUHAMMADIYAH
sekolah
menengah
DISAMAKAN
atas
WILAYAH
lainnya,
SULSEL
SMA dalam
melakukan penerimaan siswa baru juga harus melalui beberapa tahapan dengan persyaratan telah dinyatakan lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tahapan pertama yang harus dilalu oleh calon siswa baru di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sul-
34
Sel adalah mendaftarkan diri sebagai calon peserta didik pada sekolah tersebut, kemudian melakukan pengambilan formulir dan mengembalikan formulir dengan syarat-syarat yang telah ditentukan sendiri oleh pihak sekolah. Siswa merupakan salah satu komponen yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Sebab siswa atau anak didiklah yang menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian, serta sasaran utama untuk di didik. b. Proses Kenaikan Kelas Proses kenaikian kelas di sekolah SMA Muhammdiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan ; 1. Dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran 2. Kehadiran tatap muka pada setiap mata pelajaran minimal 80% diperhitungkan dari tatap muka tanpa memperhitungkanketidak hadiran karena sakit atau alasan tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku. 3. Khusus untuk kelas XI, peserta didik harus mencapai KKM untuk Kompetensi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan sesuai ketentuan penilaian yang berlaku. 4. Sikap, perilaku, budi pekerti peserta didik, antara lain : - Tidak terlibat narkoba, perkelahian atau tawuran, dan tidak melawan tenaga pendidik atau tenaga kependidikan secara fisik atau nonfisik. ( Di Ruangan Tata Usaha, 2015 ).
35
- Tidak terlibat tindak kriminal. 5. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas atau tidak tuntas, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran dan memiliki kepribadian yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dikondisikan dengan peraturan daerah yakni mengikui Remedial Teaching untuk mengikuti program Kelas Tuntas Berkelanjutan (KTB). 6. Peserta didik dinyatakan tidak naik atau tidak tuntas, apabila : a) Memiliki nilai tidak tuntas pada mata pelajaran ciri khas program studi untuk kelas XI, dan mata pelajaran peminatan untuk kelas X dikondisikan dengan aturan KTB. b) Memiliki nilai tidak tuntas lebih dari ( tiga ) mata pelajaran yang bukan ciri khas program studi untuk kelas XI, atau mata pelajaran di peminatan untuk kelas X. Sebagai contoh : - Program studi Ilmu Alam dan Peminatan Matematika dan Ilmu Alam, tidak boleh memiliki nilai yang tidak tuntas pada mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. - Program studi Ilmu Sosial atau peminatan ilmu-ilmu sosial, tidak boleh memiliki nilai yang tidak tuntas pada mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi. ( Di Ruangan Tata Usaha, 2015 ).
36
Hal
ini
tetap
dikondiksikan
dengan
aturan
kelas
tuntas
berkelanjutan. Siswa akan menjadi faktor penentu dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Dengan demikian, setiap lembaga pendidikan hendaknya terdapat sistem yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Yaitu disamping adanya fasilitas, adanya guru, yang merupakan bagian integran dalam lembaga pendidikan formal. Oleh karena itu, antara siswa dan guru merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan, kedua unsur ini saling keterkaitan dalam hal terciptanya proses belajar mengajar. Seorang guru tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai pendidik tanpa adanya siswa, demikian pula sebaliknya siswa tidak dapat menerima pelajaran tanpa ada guru yang mentransferkan ilmunya. ( Di Ruangan Tata Usaha, 2015 ). c. Waktu Belajar SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan memulai jam pelajaran pertama dimulai pada pukul 07.15 apabila hari senin dan 07.30 pada hari selasa hingga hari sabtu. Istirahat pada pukul 10.00 - 10.15. Namun khusus hari Jum‟at, jam istirahat dimulai pada jam 10.15 dan jam pelajaran akan berakhir pada pukul 13.10 pada hari senin hingga kamis dan sabtu , serta 11.15 pada hari Jum‟at. ( Di Ruangan Tata Usaha, 2015 ).
37
Untuk
mengetahui dengan jelas keadaan siswa SMA
Muhammadiyah Disamakan Wilayah pada tahun ajaran 2014/2015 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6 Keadaan Siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah No.
Kelas
Jumlah
1.
Kelas X
65
2.
Kelas XI
57
3.
Kelas XII
47
Jumlah
169
Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015
Dari tabel keadaan siswa diatas, terlihat bahwa terlihat bahwa terdapat perkembangan jumlah siswa yang menggembirakan karena kebanyakan siswa sudah sadar dan mau melanjutkan di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah. 5. Keadaan Sarana dan Prasarana Salah satu faktor penentu yang takkalh pentingnya dalam sebuah lembaga pendidikan tidak hanya di tentukan oleh siswa dan tenaga guru yang profesional dan berkompeten tetapijuga ditentukan oleh tersedianya saran dan prasarana yang memadai. Dengan tersedianya fasililitas yang lengkap, maka proses belajar dapat terlaksana dengan baik, dapat menambah gairah belajar siswa serta akan membantu para guru dan pegawai dalam
38
mengelolah sekolah dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar sehingga dapat menghasilkan kualitas pendidikan yang bermutu. a. Keadaan Sarana Berdasarkan pengamatan dan data yang diperoleh penulis, maka diketahui keadaan sarana pada SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah cukup memadai dalam menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang berkualitas di SMA tersebut. Adapun sarana yang dimiliki oleh SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah dapat dilihat pada tabel: Tabel 7 Keadaan Sarana SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah
NO
NAMASARANA & PRASARANA
1.
KETERANGAN
JUMLAH
BAIK
RUSAK
Ruang Kelas
6
-
Permanen
-
2.
Ruang Kantor
1
-
Permanen
-
3.
Ruang Perpustakaan
1
-
Permanen
4
RUANG SAINS
5
Toilet/Wc
LAB.
1
-
3
2
Permanen/ dialihkan menjadi ruang kelas 3 Layak Pakai & 2 tidak layak pakai
-
5
Fasilitas Penjas/OR: 6 1 Layak Pakai 1. Lapangan Bulutangkis Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015
39
b. Keadaan Prasarana Disamping fasilitas sarana sebagai pendukung pelaksanaan proses belajar mengajar, prasarana juga memiliki peran yang takkala pentingnya dalam proses belajar, karena keduanya sama-sama berperan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut mengenai keadaan di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar.
40
Tabel 8 Keadaan Prasarana SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah
No
Jenis ruangan/gedung
Kondisi Baik
Rusak
Jumlah
1
Bangunan gedung sekolah
2
-
2
2
Ruang kelas untuk belajar
5
-
5
3
Ruang tata usaha
1
-
1
4
Ruang kepala sekolah
1
-
1
5
Ruang BK
1
-
1
6
Ruang guru-guru
2
-
2
7
Aula olah raga
-
-
-
8
WC/kamar mandi
3
-
3
9
Gudang
-
1
1
10
Aula/pertemuan
1
-
1
11
Halaman sekolah
1
-
1
12
Mushollah
1
-
1
13
Laboratorium
1
-
1
14
Koperasi
1
-
1
15
Perpustakaan
1
-
1
16
Ruang prakter
1
-
1
17
Tempat parkir
1
-
1
Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015
41
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa keadaan sarana dan prasarana di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar sudah cukup menunjang segala kegiatan proses belajar mengajarnya. Selain sarana dan prasarana yang dikemukakan dan dilakukan oleh manusia termasuk kegiatan pembelajaran tingkat kecerdasan yang selalu di tinggalkan. 6. Keadaan Petugas Keamanan Demi menjaga keamanan dan ketertiban SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan maka diperlukan peran petugas keamanan, berikut adalah nama-nama petugas keamanan yang ada di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Sulawesi Selatan : Adapun
petugas
keamanan
yang
dimiliki
oleh
SMA
Muhammadiyah Disamakan Wilayah dapat dilihat pada tabel: Tabel 9 Keadaan Petugas Keamanan di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah TUGAS TAMBAHAN SESUAI No
NAMA FUNGSI SEKOLAH
1
Abdul
Keamanan
2
Dg. Tola
Keamanan
3
Dg.Rannu
Kebersihan
Sumber Data : SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Tahun 2015
42
B. Pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan 1. Pemahaman Siswa Terhadap pelajaran Siswa
mampu
memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang pelajaran yang diajarkan serta siswa mampu mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan yang mereka miliki. Di lihat dari pemahaman siswa terhadap apa yang diajarkan oleh pendidik, sebagaian siswa mampu menangkap atau memahami apa yang sudah di berikan oleh guru bidang studi. Untuk itu dalam proses pembelajaran siswa mesti mempersiapkan kondisi fisik maupun fsikas yang benar-benar siap menerima dan memahami pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Hasil evaluasi Ketika guru selesai menjelaskan pelajaran yang diajarkan oleh siswa, maka guru mengevaluasi siswa dengan cara siswa diberi kesempatan untuk mengulangi apa-apa saja yang sudah dijelaskan oleh gurunya. Kemudian jika siswa mampu menjelaskan atau menanggapi apa yang telah diberikan oleh guru maka pencapaian siswa dalam belajar yang diperoleh dari evaluasi dan dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai sudah mampu menangkap pelajaran
43
yang
diajarkan,
dan
guru
sudah
dianggap
berhasil
dalam
membawakan mata pelajaran. 3. Pemberian Tugas Pemberian tugas kepada siswa agar apa yang telas diajarkan oleh guru baik tugas dirumah maupun disekolah dapat mereka ingat, misalnya berupa latihan LKS maupun soal-soal yang ada didalam buku-buku paket diberikan tugas guna untuk mendapatkan hasil belajar yang sebaik-baiknya. Sehinggap pada akhirnya siswa yang mengerjakan tugas dengan baik akan membantunya mencapai tujuan pembelajaran. 4. Mengadakan ujian Setelah siswa menyelesaiakan tugas yang di berikan oleh guru, makan siswa di berikan ujian guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam mata pelejaran dengan menilai apa-apa yang sudah diajarkan, apakah siswa mampu menjawab soal-soal yang dijadikan pertanyaan atau tidak, jika siswa menjawab dengan benar maka nilai ujiannya mencapai KKM yang sudah di tentukan dan akan mencapai pada keberhasialan yang sudah ditetapkan disekolah. Temuan penelitian disekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar yaitu pencapaian target kurikulum di sekolah meliputi pemahaman siswa pada pembelajaran, hasil evaluasi , pemberian tugas dan pemberian ujian pada Mata Pelajaran
44
Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah tersebut sehingga peneliti mendapatkan data yang cukup relevan. Kaitannya dengan pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Isalam, Ibu Salma Syam selaku guru Pendidikan Agama Islam, mengemukakan bahwa: Pencapaian target kurikulum SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar belum saya ketahui, karena saya baru beberapa bulan berada di sekolah ini. Dan Insya Allah saya akan mengusahakan untuk mencari tahu penerapan apa saja yang sedang berjalan di sekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah. ( Wawancara 30 Agustus 2015, di ruang kelas X.B,). Dan diperjelas pula dari Drs. H. Abd. Kadir selaku wakasek di sekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah mengatakan bahwa: Pencapain target kurikulum yaitu terkait dari mata pelajaran yang bersangkutan misalanya dalam satu semester itu apakah semua KD terlaksana atau tidak, jika semua terlaksana maka target kurikulumnya mencapai 100%. Itu dari guru yang bersangkutan, kalau kita targetkan itu 100% targetnya akan tercapai dalam satu semester tapi biasanya dalam satu pelajaran itu setiap guru kadang ada yang tidak mengajarkan semua dalam satu semester itulah target kurikulum target pencapaiannya.( Wawancara 22 Oktober 2015, diruang Lap Komputer ). Dari penjelasan di atas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pencapaian target kurikulum di sekolah SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah tergantung dari masing-masing guru mata pelajaran apakah dalam satu semester mereka bisa menyelesaikan 4 KD yang sudah ditentukan jika mereka dapat menyelesaikan
45
dengan baik makan pencapaian target kurikulum akan tercapai dengan
baik.
Dan
dilihat
dari
pemahaman
siswa,
hasil
pengevaluasian, pemberian tugas dan ujian jika mereka dapat menyelesaikan dengan baik maka target kurikulum akan tercapai.
C. Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan Daya serap adalah kemampuan objek didik dalam menerima isi materi atau bahan pelajaran yang diterimah oleh subjek didik sehingga menjadi pemahaman baru bagi objek didik. Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah disamakan wilayah memiliki tiga tingkatan yaitu siswa yang maju, siswa yang cukup dan siswa yang kurang. Dan adapun jumlah KKM yang di targetkan di SMA Muhammadiyah Disamakan Kota Makassar adalah 70-100 termasuk tuntas. Jadi
jika siswa yang memperoleh 70 sampai dengan 99
termasuk dalam belajar tuntas akan tetapi jika siswa memperoleh 50 sampai 69 tidak termasuk dalam belajar tuntas. Dari uraian tersebut maka peneliti dapat mengetahui tingkat daya serap siswa dan kendala-kendalanya melalui wawancara dengan Ibu Salma Syam selaku guru Pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa: Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mencapai 75 % dan kendala-kendala yang di alami oleh siswa dalam pembelajaran Agama Islam khususnya pada materi pembacaan Alquran sedang, namun masih ada
46
beberapa siswa belum mengetahui atau memahami hukum bacaan Alquran. ( Wawancara 30 Agustus 2015 , di ruang kelas X.B, ). Lebih diperjelas lagi dalam wawancara peneliti kepada siswa yang bernama Suci Indah Sari mengatakan bahwa: Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sangat membantu kami dalam memperbaiki perilaku atau akhlak serta mengajarkan kami tata cara membaca Alquran dengan baik dan memahami hukum bacaan Alquran. ( Wawancara 23 Agustus 2015 , di ruang kelas X.B ). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat daya serap siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar sebagian siswa sudah memahami atau menerima materi pembelajaran Agama Islam mencapai 75 % dari pencapaian nilai KKM yang telah ditentukan disekolah. Namun tingkat daya serap siswa dapat kita ketahui dari beberapa pertanyaan yaitu berupa angket ialah sebagai berikut: 1. Siswa yang cepat bosan atau jenuh ketika belajar Siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah pada saat menerima mata pelajaran yang dibawakan oleh guru Pendidikan Agama Islam sebagian siswa mengalami kejenuhan di karenakan belajar diwaktu siang. Selain itu siswa lebih banyak mengeluh ketika guru mengajar di waktu siang dikarenakan siswa mulai lelah, ngantuk dan lapar. Untuk mengetahui siswa yang cepat bosan atau jenuh ketika belajar dapat di lihat pada tabel:
47
Tabel 10 Tingkat kebosanan atau kejenuhan siswa ketika belajar Jawaban Ya Kadang-kadang Tidak Jumlah
Frekuensi 5 23 6 34
Persentase 14,8 % 67,6 % 17,6 % 100,0 %
Suber data : hasil penelitian angket kelas 1b dan 2b
Berdasarkan hasil angket diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang cepat bosan atau jenuh ketika belajar yang jawabannya ya 5 siswa dengan persentase 14,8 %, kadang-kadang 23 siswa dengan persentase 67,6 % sedangkan tidak 6 siswa dengan persentase 17,6 % jawaban responden. Siswa yang cepat jenuh atau bosan dikarenan mereka belajar di waktu siang, atau siswa yang bosan belajar karena mereka tidak menyukai guru atau pelajaran yang diajarkan oleh guru bidang studi, dan
kebanyakan
siswa
bosan
dikarenakan
gurunya
kurang
memberikan games atau permainan dalam belajar. 2. Siswa yang mudah memahami pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah sebagian besar yang mudah memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan oleh guru dan cenderung lebih memperhatikan materi yang diajarkan. Karena guru lebih mengutamakan cara mengajar yang pariatif sehingga siswa lebih mudah menangkap atau
48
memahami pelajaran yang diajarkan oleh guru. Dan berbagai cara yang diajarkan oleh guru agar siswa senang dan mudah memahami. Untuk mengetahui
siswa yang mudah memahami pelajaran
dapat dilihat pada tabel: Tabel 11 Tingkat kemudahan siswa memahami pelajaran Jawaban Ya Biasa-biasa saja Tidak Jumlah
Frekuensi 25 2 7 34
Persentase 73,5 % 5,9 % 20,6 % 100,0 %
Suber data : hasil penelitian angket kelas 1b dan 2b
Berdasarkan hasil angket diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang mudah memahami pelajaran yang jawabannya ya 25 siswa dengan persentase 73,5 %, biasa-biasa saja 2 siswa dengan persentase 5,9 % sedangkan tidak 7 siswa dengan persentase 20,6 % jawaban responden. Karena kebanyakan siswa senang dengan apa yang diajarkan oleh gurunya , dan gurunya menjelaskan dengan baik dan mudah di mengerti maka siswa lebih mudah memahami mata pelajaran yang dijelaskan oleh guru bidang studinya. 3. Siswa yang dapat memahami semua pelajaran dalam sehari. Siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah hanya mampu memahami satu atau dua mata pelajaran dalam sehari yang diberikan oleh guru. Karena tidak semua siswa mepunyai tingkat
49
daya serap yang sama, ada siswa yang cepat menangkap materi yang di sampaikan oleh guru dan ada pulah siswa yang bisa menangkap materi ketika guru selalu berulang-ulang menjelaskan materi pelajaran. Untuk mengetahui siswa yang memahami semua pelajaran dalam sehari dapat dilihat pada tabel: Tabel 12 Siswa yang memahami semua pelajaran dalam sehari Jawaban Ya Kadang-kadang Tidak Jumlah
Frekuensi 4 24 6 34
Persentase 11,8 % 70,6 % 17,6 % 100,0 %
Suber data : hasil penelitian angket kelas 1b dan 2b
Berdasarkan hasil angket diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang mudah memahami pelajaran yang jawabannya ya 4 siswa dengan persentase 11,8 %, kadang-kadang 24 siswa dengan persentase 70,6 % sedangkan tidak 6 siswa dengan persentase 17,6 % jawaban responden. jadi jelas bahwa hanya beberapa siswa yang mampu memahami semua mata pelajaran dalam sehari. Siswa yang kurang memahami semua mata pelajaran dalam sehari di karenakan kebanyakan siswa yang fokus dengan satu atau dua pelajaran saja yang dia sukai, dan sebagian siswa juga tidak bisa atau mampu menerima semua pelajaran dalam sehari.
50
4. Daya serap siswa dalam memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sebagian siswa mampu memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan oleh guru, karena guru memakai beberapa cara seperti media dan metode yang dapat membuat siswa mudah mengerti dan senang terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk mengetahui siswa yang lebih memahami pelajan Pendidikan Agama Islam dapat dilihat pada tabel: Tabel 13 Tingkat daya serap siswa dalam memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Jawaban Tinggi Sedang Jumlah
Frekuensi 25 9 34
Persentase 73,5% 26,5 % 100,0 %
Suber data : hasil penelitian angket kelas 1b dan 2b
Berdasarkan hasil angket diatas maka dapat disimpulkan bahwa daya serap siswa dalam memahami mata pelajaran Pendidiakn Agama Islam yang jawabannya tinggi 25 siswa dengan persentase 73,5 %, dan yang menjawab sedang 9 siswa dengan persentase 26,65% Karena siswa ingin mengetahui lebih dalam lagi pelajaran Pendidikan Agama Islam maka siswa hanya fokus dalam pelajaran tersebut sehingga daya serap siswa pada mata Pelajaran Agama Islam itu sangat baik, dan dengan memahami mata pelajaran
51
Pendidikan Agama Islam, dapat membantu siswa mengetahui apaapa saja yangg dilarangkan dan tidak dilarangkan dalam Islam. 5. Siswa yang memiliki semangat untuk belajar Lebih banyak siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah yang memiliki semangat untuk belajar terhadap mata pelajaran Pendidikan
Agama
Islam,
dikarenakan
mereka
ingin
lebih
mengetahui atau memperdalam ilmu agama. Agar mereka kelak menjadi siswa yang mempunyai akhlak dan sifat yang baik. Dari uraian diatas wawancara peneliti diperjelas oleh salah satu siswa yang benarma Saidil mengemukakan bahwa: Dengan belajar Pendidikan Agama Islam saya mengetahui tentang kebaikan dan dapat memberikan pelajaran bagi diri saya pribadi, untuk dapat meraih akhlak kebaikan dunia akhirat. ( wawancaran 23 Agustus 2015 , di ruang kelas X.B). Selain itu dengan belajar Pendidikan Agama Islam siswa dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik di lakukan, maka dari itu kebanyakan siswa lebih memilih belajar Pendidikan Agama Islam. Untuk mengetahui siswa yang memiliki semangat untuk belajar dapat dilihat pada tabel: Tabel 14 Tingkat siswa yang memiliki semangat untuk belajar Jawaban Semangat Kurang semangat Jumlah
Frekuensi 31 3 34
Suber data : hasil penelitian angket kelas 1b dan 2b
Persentase 91,2% 8,8% 100,0 %
52
Berdasarkan hasil angket diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang lebih memahami mata pelajaran Pendidiakn Agama Islam yang jawabannya semangat 31 siswa dengan persentase 91,2 %, kurang semangat 3 siswa dengan persentase 8,8%. Jadi dapat dilihat bahwa minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sangat meningkat. Siswa yang memiliki semangat untuk belajar memiliki daya tarik untuk mengasah ilmu yang di miliki dan menambah ilmu, karena kelak suatu hari apa yang mereka dapatkan dalam banyak belajar hasilnya akan memberikan dia pengalaman yang baik. Maka dari itu kebanyakan siswa yang memiliki semangat untuk belajar karena mereka tidak ingin ketinggalan dalam dunia persaingan. D. Hubungan antara Pencapaian target Kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMA Muhammadiyah Disamakan Kurikulum Pendidikan Agama Islam sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum secara umum, perbedaan hanya terletak pada sumber pelajarannya saja. Karena kurikulum pendidikan Agama Islam merumuskan tentang tujuan, materi, metode dan evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran Agama Islam. Daya serap adalah kemampuan objek didik dalam menerima isi materi atau bahan pelajaran yang diterimah oleh subjek didik sehingga menjadi pemahaman baru bagi objek didik.
53
Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah disamakan wilayah memiliki tiga tingkatan yaitu siswa yang maju, siswa yang cukup dan siswa yang kurang. Dari uraian tersebut maka peneliti dapat mengetahui tingkat daya serap siswa melalu salah satu angket pertanyaan yang tedapat dibagia C halaman 48 yang pertanyaanya tingkat daya serap siswa dalam memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan jawaban presentase siswa sebanyak 73,5% dan adapun wawancara ibu Salma Syam mengenai tingkat daya serap siswa dan kendalakendalanya melalui pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu: Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mencapai 75 % dan kendala-kendala yang di alami oleh siswa dalam pembelajaran Agama Islam khususnya pada materi pembacaan Alquran sedang, namun masih ada beberapa siswa belum mengetahui atau memahami hukum bacaan Alquran. ( Wawancara 30 Agustus 2015 , di ruang kelas X.B). Maka penulis mengemukan bahwa hubungan atara kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam saling mengaitkan dan saling berhubungan , karena tampa target kurikulum daya serap siswa tidak akan berhasil.. Dan diperjelas lagi dengan wawancara Ibu Salma Syam yang mengemukakan bahwa: Hubungan target kurikulum dengan daya serap siswa tentu ada ,pasti ada karena kurikulum itu tidak bisa mencapai tager jika
54
daya serap siswa kurang. ( wawancara 30 Agustus 2015 di ruang kelas X,B ). Dan diperjelas pula dari Drs. H. Abd. Kadir selaku Wakasek di sekolah SMA muhammadiyah Disamakan Wilayah Kota Makassar mengatakan bahwa: Hubungan target kurikulum dengan daya serap siswa ada, karena target kurikulum tidak tercapai otomatis daya serap siswa juga tidak tercapai karena apa yang telah di programkan dalam satu semester itu itukan ada KD-nya sekian KD misalnya dalam satu semester 4 KD dalam satu semester, sementara ada KD yang tidak diajarkan jadi pencapain kurikulum tidak tercapai misalnya hanya 70% ketercapaiannya, kalau semua dilaksanakan, semua disampaikan dalam satu semester itu berarti pencapainya 90%. Adapun angket hubungan antara pencapaian target kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah dapat dilihat tabel di bawa ini: Adakah hubungan antara pencapaian target kurikulum dengan daya serap siswa Jawaban Ada Tidak ada Jumlah
Frekuensi 31 3 34
Persentase 91,2% 8,8% 100%
Suber data : hasil penelitian angket kelas 1b dan 2b
Berdasarkan hasil angket diatas maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pencapian target kurikulum dengan daya serap siswa, siswa yang menjawab ada sebanyak 31 orang dengan presentase 91,2% dan yang menjawab tidak ada sebanyak 3 orang
55
dengan presentase 8,8%.. Jadi dapat dilihat bahwa hubungan target kurikum dengan daya serap siswa saling berhubungan. Maka dapat dilihat di atas bahwa dari penjelasan Ibu Salma Syam selaku guru Sma Muhammadiyah Wilayah , sangat jelas bahwa hubungan target kurikulum dan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mempunyai kaitan yang sangat erat. Dan diperkuat lagi dengan angket pertanyaan siswa bahwa hubungan antara pencapaian target kurikulum dengan daya serap siswa SMA Muhammadiyah Wilayah sangat berkaitan erat.
56
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan data yang diperoleh dan melakukan analis data, serta menguraikan secara sederhana semua permasalahan serta menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan skripsi ini, maka bagian ini akan mengemukakan kesimpulan pokok dari seluruh apa yang telah diuraikan sebagai penegasan dan dilengkapi dengan saran-saran. Oleh sebab itu kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi ini dapat di lihat pada uraian berikut: 1. Pencapaian target kurikulum di Sma Muhammadiyah Disamakan Wilayah sangat penting diterapkan karena jika target kurikulum diterapkan kita dapat mengetahui tingkat daya serap siswa dan pencapaian target kurikulum. 2. Tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah disamakan wilayah memiliki tiga tingkatan yaitu siswa yang maju, siswa yang cukup dan siswa yang kurang. Karena sebagian siswa Sma Muhammadiyah Wilayah ada cepat menangkap mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya dan sebagian siswa bisa menangkap mata pelajaran ketika seorang gurung mengulang-ulang penjelasan materinya dan sebagian siswa
57
pun ada yang betul-betul tidak mengetahui walaupun seorang guru sering mengulang-ulang materinya. 3. Guru pendidikan agama islam Sma Muhammadiyah Disamakan Wilayah berusaha keras memberikan pelajaran Pendidikan Agama Islam
kepada
siswa
agar
mereka
mengetahui
dan
bisa
membedakan mana yang baik dilakukan dan mana yang tidak baik. B. Saran Diharapkan guru Pendidikan Agama Islam mengajarkan siswa tentang bagaimana prilaku atau ahlak yang baik agar siswa dapat mengetahui dengan jelas pelajaran Pendidikan Agama Islam. Maka dari itu skripsi ini masih penuh dengan kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan jadi saya meminta saran dan kritik dari pembaca guna memperbaiki skripsi, untuk menjadi lebih baik.
58
DAFTAR PUSTAKA Al-qur‟an dan Alqarim Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian. Jakarta: Mahasatya , 2002, Belajar Penelitian ( Suatu Pendekatan Praktek ). Jakarta: Rineka Cipta. Arifin. Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan KURIKULUM. Cet. II. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya. Daradjat. Zakiah. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. 7. Jakarta: Pt Bumi Aksara. , 1989, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Cet: 1V; Jakarta: Bumi Aksara. Gunawan, Heri. 2004. Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Cet. II. Bandung: Alfa Beta. Majid, Abdul. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi Konsep Dan Impementasinya Kurikulum. Jakarta: Pt Rosdakarya. Margono, 2010, Meteodologi Penelitian Pendidikan, Cet 1, Jakarta: Rineka Cipta. Ms. Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Cet. 2. Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada. Muhaimin, H. 2012. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Madrasah. dan Perguruan Tinggi. Cet. 5. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. Mohammad, Ali. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pt Angkasa. Nasution. S. 2001. Asas-Asas Kurikulum. Cet. 4. Jakarta: Pt Bumi Aksara. Ridwan. Skala. 2008. Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sagala, Syaiful, 2006, Konsep dan Makna Pembelajaran, Cet. 9; Jakarta
59
Fathurrohman, Pupuh. 2010. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Cet. I. Bandung: Pt Refika Aditama. Sobry Sutikno, Fathurrohman Pupuh. 2001. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Cet. I. Bandung: Pt Refika Aditama. Sudjana. Nana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Jakarta: Bina Aksara.
Mengajar, Cet. III.
Sugiyono. Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sahertian. Piet A. 1994. Profil Pendidikan Profesional. Yogyakarta. Syah. Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Cet. 13. Jakarta: Rajawali Pers. Taba, Hilda. 1962. Curriculum Development, Theory and Practice. New York. Tafsir, Ahmad, 2006, Metodologi Pengajaran Agama Islam , Cet. XII Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Umar. Bukhari. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. 2. Jakarta: Pt Bumi Aksara. Widyastono. Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum Di Era Otonom Daerah dari Kurikulum 2014, 2006, ke Kurikulum 2013. Cet. I. Jakarta: Pt Bumi Aksara. Zais. 1976. Curriculum, Principles and Foundations. Bandung: Pakar Raya. http://id.scribd.com/doc/78722102/76228543-Efektifitas-Pembelajaran-Pai1#scribd (Dikutip dari Internet pada tanggal 14 Januari 2015) http://starawaji.wordpress.com/2011/02/12/577/ (Dikutip dari Internet pada tanggal 14 Januari 2015) http://irenepreisiliai.blogspot.com/2012/02/jud-penggunaan-metodeconsept-sentence.html (Di Kutip dari internet pada tanggal 21 Januari 2015)
FORMAT WAWANCARA
1. Bagaimana pencapaian target kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah ? 2. Bagaimana tingkat daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah Disamakan Wilayah ? 3. Adakah hubungan antara pencapaian target kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran PAI ?
ANGKET PENELITIAN I. INDENTITAS RESPONDEN Nama : Kelas :
II. PETUNJUK a. Saudara di persilahkan menjawab setiap pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberi tanda saling (x) b. Kesungguhan dan kejujuran anda dalam menjawab sangat kami harapkan c. Atas bantuan anda kami ucapkan terima kasih
III. PERTANYAAN 1. Apakah anda cepat bosan atau jenuh ketika belajar di waktu siang ? a. Ya
b.Tidak
c.Kadang-kadang
2. Apakah anda mudah memahami pelajaran yang diberikan oleh guru ketika duduk di belakang ? a. Mudah
b.Biasa-biasa saja
c.Tidak mudah
3. Apakah anda dapat memahami semua pelajaran dalam sehari ? a. Ya
b.Tidak
c. Kadang-kadang
4. Apakah anda dapatmenyerap dan memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ? a. Tinggi
b.sedang
5. Apakah anda memiliki semangat untuk terus mempelajari dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru ? a. Semanagat
b.Kurang semangat
6. Menurut anda adakah hubungan antara pencapaian target kurikulum dengan daya serap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ? a.
Ada
b. Tidak ada
Pada Saat Pembagian Angket
Pada Saat Wawancara
Mengamati Guru Pada Saat Mengajar
RIWAYAT HIDUP
ERNA, lahir di Salu Bone Kecamatan Duampanua
Kabupaten
Pinrang, pada tanggal 26 Oktober 1991 sebagai anak ke empat dari lima bersaudara. Ayah kandung bernama Hamzah dan ibu kandung bernama Rosmawati Bangsawan. Jenjang pendidikan penulis mulai SD tahun 1998 di SDN 134 DATA dan tamat tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan ke SMP Negeri 5 Duampanua dan tamat tahun 2007. Kemudian tahun 2007 penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Lembang dan tamat tahun 2010. Kemudian pada tahun 2011 diterima diperguruan tinggi suwasta dan tercatat sebagai Mahasiswi Fakultas Agama Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam dan tamat pada tahun 2015.