Full [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



TESIS



KAJIAN ETNOMATEMATIKA SERTA ANALISIS AKTIVITAS FUNDAMENTAL MATEMATIS MENURUT BISHOP PADA INDUSTRI KAIN CUAL BANGKA BELITUNG An Ethnomathematical Study and Analysis of Fundamental Mathematical Activities according to Bishop on the Industry of Bangka Belitung Cual Woven Fabric



Disusun oleh: Fransiskus Ivan Gunawan NIM: 181442001



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM MAGISTER JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



TESIS



KAJIAN ETNOMATEMATIKA SERTA ANALISIS AKTIVITAS FUNDAMENTAL MATEMATIS MENURUT BISHOP PADA INDUSTRI KAIN CUAL BANGKA BELITUNG An Ethnomathematical Study and Analysis of Fundamental Mathematical Activities according to Bishop on the Industry of Bangka Belitung Cual Woven Fabric



Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Derajat Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister



Disusun oleh: Fransiskus Ivan Gunawan NIM: 181442001



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM MAGISTER JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019



i



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



ii



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



iii



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



HALAMAN PERSEMBAHAN Ku persembahkan karyaku ini untuk Tuhan Yesus yang selalu menyertai aku dalam setiap perjalanan hidup yang telah aku lewati. Ibu Maria Suyanti, S.Pd., dan Bapak Drs. Antonius Budi Gunawan, S.Mn., yang selalu mendukung dan mendoakan aku dalam setiap jalan yang telah aku pilih Adik-adikku Verena Gunawan serta Kusuma Sari Gunawan yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada diriku dalam menjalani pilihanku. Keluargaku yang telah memberikan dukungan, serta doa kepada diriku hingga saat ini. Irene Tiara Asmaraningrum, S.Pd., yang selalu menyertai, mendoakan, dan mendukung peneliti dalam menjalani pilihan yang telah diambil.



iv



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



HALAMAN MOTTO Jangan pernah meremehkan waktu karena waktu akan meremehkan kamu jika kamu meremehkan dirinya . (Fransiskus Ivan Gunawan) Disiplin waktu kunci keberhasilanmu . (Fransiskus Ivan Gunawan) Genius is 1 percent of inspiration and 99 percents of perspiration. Di dunia ini tidak ada yang namanya kalah. Di dunia ini hanya ada yang namanya menang dan belajar dari kesalahan. Keberhasilan bukanlah milik orang pintar, keberhasilan adalah milik mereka yang mau berusaha. Dalam hidup ini, saya memiliki mental seperti orang yang bermain sepeda. Bila saya tidak mengayuh sepeda, maka saya akan jatuh. Bila saya berhenti bekerja, maka saya akan mati. (Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng.)



Ad Maiorem Dei Gloriam Fides Quaerrens Intellectum



v



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



vi



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



ABSTRAK Fransiskus Ivan Gunawan. 2019. Kajian Etnomatematika serta Analisis Aktivitas Fundamental Matematis Menurut Bishop pada Industri Kain Cual Bangka Belitung. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek kebudayaan yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung yang menunjukkan kedudukan kain tenun cual dalam budaya masyarakat di Bangka Belitung, mengetahui proses produksi pada pembuatan kain tenun cual Bangka Belitung, mengetahui aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang terdapat pada proses pembuatan kain tenun cual Bangka Belitung, mengetahui aspek-aspek matematis apa saja yang terdapat pada kain tenun cual Bangka Belitung, mengetahui bentuk dan isi paket pembelajaran matematika untuk SMP (atau SMA) yang bisa disusun dengan berbasis pada kain tenun cual Bangka Belitung. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan penelitian pengembangan yang menggunakan model pengembangan Plomp, di mana akan dihasilkan paket pembelajaran yang berbasis etnomatematika pada kain cual Bangka Belitung. Narasumber penelitiannya merupakan budayawan, serta tiga industri yang memproduksi kain cual Bangka Belitung. Data yang digunakan adalah hasil wawancara terhadap narasumber penelitian, data yang diperoleh dari hasil pengamatan, hasil dokumentasi proses pembuatan kain cual dan hasil dari proses pembuatan kain cual, serta akan diperoleh data yang berupa bentuk dan isi dari paket pembelajaran yang berbasis pada kain cual Bangka Belitung. Instrumen bantu yang digunakan adalah pedoman observasi, lembar validasi paket pembelajaran, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik analisis data untuk pengamatan pada produksi kain cual antara lain pengumpulan data, reduksi data/kondensasi data, penyajian data, dan pengambilan keputusan/verifikasi, sedangkan pada analisis paket pembelajaran menggunakan interval yang digunakan untuk menentukan kevalidan dari paket pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kain cual Bangka Belitung merupakan hasil perpaduan antara budaya orang darat, budaya orang laut, budaya orang Melayu, dan budaya Tionghoa. Kain cual juga menunjukkan kedudukan yang tinggi bagi masyarakat Bangka Belitung, selain itu juga menunjukkan keistimewaannya sebagai identitas dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui warna dan motifnya yang khas. Kain cual juga sangat unik dikarenakan menerapkan dua perpaduan teknik tenun ikat dan teknik tenun cungkit. Proses produksi kain cual Bangka Belitung antara lain proses pencelupan benang sutra yang dilakukan dalam kurun waktu 6 bulan atau 1 tahun untuk 1 kali proses pencelupan, proses pembuatan konsep kain cual Bangka Belitung dimulai dari melihat keadaan lingkungan sekitar, proses merealisasikan konsep motif kain cual ada yang bermula dari motif terdahulu



vii



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



dan ada yang menggunakan desain dari komputer, proses penentuan motif dapat berpedoman pada motif kain cual yang telah ada maupun dapat menambahkan variasi terhadap motif yang telah ada, proses memodifikasi kain cual dilakukan pada kreativitas dari penenun kain cual. Untuk aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang terdapat pada proses pembuatan kain cual Bangka Belitung antara lain aktivitas counting yang dapat dilihat ketika memperkirakan waktu penyelesaian sebuah kain cual, menentukan banyaknya pegawai yang dibutuhkan dalam pembuatan kain cual, dan menentukan harga sebuah kain cual. Untuk aktivitas measuring dapat dilihat ketika proses pembuangan getah (serisine) pada benang sutra (fibroine). Untuk aktivitas locating dapat dilihat ketika ketika menentukan tempat penyuplai bahan baku atau banyaknya bahan baku yang diperlukan dalam produksi kain cual, serta penentuan lokasi atau penempatan pegawai dalam proses produksi kain cual. Untuk aktivitas designing dapat dilihat ketika merencanakan dan membuat pola motif pada kain cual, serta dapat dilihat pada alat produksi kain cual yang berbentuk teropong. Untuk aktivitas playing dapat dilihat ketika membuat strategi apakah produk kain cual itu akan diproduksi kembali atau tidak. Untuk aktivitas explaining dapat dilihat ketika memaknai filosofi dari motif maupun sejarah dari kain cual. Aspek-aspek matematis yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung antara lain konsep perbandingan yang dapat dilihat pada proses pembuangan getah (serisine) pada benang sutra (fibroine), konsep bangun ruang tanpa alas dan tanpa tutup yang dapat dilihat pada alat produksi kain cual Bangka Belitung yang dinamakan sebagai teropong, konsep segiempat, konsep segitiga, konsep refleksi, konsep translasi konsep rotasi, konsep simetri liat yang dapat dilihat pada motif kain cual, konsep aritmetika sosial dan konsep bentuk aljabar yang dapat dilihat pada proses penjualan kain cual Bangka Belitung dan proses yang terkait dengan distribusi kain cual Bangka Belitung. Dalam paket pembelajaran yang telah disusun, maka diperoleh bentuk paket pembelajaran matematika yang berbasis pada kain cual Bangka Belitung. Dalam paket pembelajaran tersebut mencakup pengantar mengenai peta kompetensi yang akan dibahas dalam paket pembelajaran. Peta kompetensi yang terdapat dalam paket pembelajaran mencakup unsur-unsur bentuk aljabar, penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar, perkalian bentuk aljabar, dan pembagian bentuk aljabar. Dalam pengantar paket pembelajaran, maka diberikan pengantar yang berupa kebudayaan kain cual Bangka Belitung, serta etnomatematika secara singkat. Dalam paket pembelajaran juga terdapat lembar kerja peserta didik yang dikaitkan dengan materi bentuk aljabar. Berdasarkan hasil validasi terhadap paket pembelajaran, maka paket pembelajaran valid apabila akan digunakan di dalam proses pembelajaran di kelas dan memenuhi aspek kepraktisan paket pembelajaran.



Kata Kunci: Etnomatematika, Industri Kain Cual Bangka Belitung, Aktivitas Fundamental Matematis, Paket Pembelajaran



viii



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



ABSTRACT



Fransiskus Ivan Gunawan. 2019. An Ethnomathematical Study and Analysis of Fundamental Mathematical Activities according to Bishop on the Industry of Bangka Belitung Cual Woven Fabric. Thesis. Master Program of Mathematics Education, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. This study aims to determine the cultural aspects contained in the Bangka Belitung cual woven fabric which show the position of cual woven fabric in the culture of the people in Bangka Belitung, to know the production process in the making of Bangka Belitung cual woven fabric, to know the mathematical fundamental activities according to Bishop which were found in the process of producing Bangka Belitung cual woven fabric, to know what mathematical aspects are found in Bangka Belitung cual woven fabric, to know the form and contents of mathematics learning packages for junior high school (or senior high school) which can be compled based on Bangka Belitung cual woven fabric. This research is a descriptive qualitative research and development research that uses the Plomp development model, in which ethnomathematic-based learning packages will be produced on the Bangka Belitung cual fabric. The resource persons of the research are cultural figures, as well as three industries that produce Bangka Belitung cual fabric. The data used are the results of interviews with research sources, as well as data obtained from observations and the results of the documentation of the cual fabric making process and the results of the cual fabric making process, as well as data obtained in the form and contents of the learning package based on the Bangka Belitung cual fabric. Assistive instruments used were observation guidelines, learning package validation sheets, interview guidelines, and documentation guidelines. Data analysis techniques for observation on cual fabric production include data collection, data reduction/data condensation, data presentation, and decision making/verification, while in the learning package analysis uses intervals used to determine the validity of the learning package. The results showed that the Bangka Belitung cual fabric was the result of a combination of land-based culture, sea-based culture, Malay culture, and Chinese culture. Cual cloth also shows a high position for the people of Bangka Belitung, in addition it also shows its privileges as the identity of the Bangka Belitung Islands Province through its distinctive colors and motifs. Cual fabric is also very unique because it employs a combination of hand-loom and weaving techniques. The production process of Bangka Belitung cual fabric includes the process of dyeing silk threads that are carried out within a period of 6 months or 1 year for 1 time dyeing process, the process of making the concept of Bangka Belitung cual fabric starts from seeing the condition of the surrounding environment, the process of realizing the concept of cual fabric motif originating from previous motifs and some using designs from computers, the process of determining motifs can be guided by



ix



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



existing cual fabric motifs or can add variations to existing motifs, the process of modifying cual fabrics is carried out on the creativity of cual fabric weavers. For the fundamental mathematical activities according to Bishop contained in the process of making cual cloth Bangka Belitung, among others, counting activities that can be seen when estimating the completion time of a cual cloth, determine the number of employees needed in making cual cloth, and determine the price of a cual cloth. For measuring activity can be seen when the process of removing sap (serisine) on silk thread (fibroine). Locating activities can be seen when determining where to supply raw materials or the number of raw materials needed in the production of cual fabrics, and determining the location or placement of employees in the production process of cual fabrics. For designing activities can be seen when planning and making patterns on cual fabric, and can be seen in the cual fabric production tool in the form of binoculars. For playing activities can be seen when making a strategy whether the cual fabric products will be produced again or not. For explaining activities can be seen when interpreting the philosophy of the motives and history of cual fabric. Mathematical aspects found in Bangka Belitung cual fabric include the comparative concept that can be seen in the process of removing sap (serisine) on silk threads (fibroine), the concept of building spaces without a base and without a cover that can be seen in the production of Bangka Belitung cual fabric which is called binoculars, quadrilateral concept, triangular concept, reflection concept, translational concept of rotation concept, clay symmetry concept which can be seen in cual fabric motifs, social arithmetic concepts and algebraic form concepts which can be seen in the Bangka Belitung cual fabric sales process and the process related to the distribution of Bangka Belitung cual fabric. In the learning package that has been compiled, the form of mathematics learning package is obtained based on the cual fabric of Bangka Belitung. The learning package includes an introduction to the competency map which will be discussed in the learning package. The competency map contained in the learning package includes elements of algebraic forms, addition and subtraction of algebraic forms, multiplication of algebraic forms, and division of algebraic forms. In introducing the learning package, an introduction is given in the form of Bangka Belitung cual fabric culture, as well as ethnomatematics briefly. In the learning package there are also student worksheets that are linked to the material in the form of algebra. Based on the results of the validation of the learning package, the learning package is valid if it will be used in the learning process in class and fulfill the practicality of the learning package.



Keywords: Ethnomathematics, Cual Industry Bangka Belitung, Mathematical Fundamental Activities, Learning Package



x



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



xi



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan yang diberikan kepada penulis selama ini, terkhusus saat penulis berada dalam tahap proses penulisan tesis ini, serta saat penulis melakukan penelitian yang digunakan untuk tesis ini. Berkat rahmat yang diberikan oleh-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan tesis dengan lancar, tepat waktu dan dalam keadaan kesehatan yang baik. Berkat kerja keras, ketekunan dan dukungan dari semua pihak yang memberikan support kepada penulis untuk menyelesaikan tesis, maka akhirnya tesis ini berhasil diselesaikan oleh penulis. Penulis menyadari dengan benar bahwa tanpa adanya dukungan dari semua pihak ketika penulis melaksanakan penelitian, maka tesis tidak akan berjalan dengan baik dan lancar. Dukungan yang diberikan kepada penulis memiliki dampak yang begitu besar kepada penulis untuk menyelesaikan tesis. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Stephanus Suwarsono, selaku dosen pembimbing tesis yang berkenan untuk membimbing penulis dengan memberikan waktu, dengan memberikan ide atau masukan yang sungguh sangat bermanfaat bagi keberhasilan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Selain itu, penulis berterima kasih karena bersedia sebagai validator paket pembelajaran. 2. Kedua orang tua penulis dan saudara penulis yang memberikan dukungan moral kepada penulis agar segera menyelesaikan tesis, serta Irene Tiara Asmaraningrum yang telah membantu penulis dalam melakukan pengumpulan data. 3. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis hingga saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di fakultas ini.



xii



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



4. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan di universitas ini. Selain itu, penulis berterima kasih karena bersedia sebagai validator paket pembelajaran. 5. Bapak Drs. Akhmad Elvian yang telah berkenan meluangkan waktu kepada peneliti dalam memberikan informasi mengenai kain cual Bangka Belitung 6. Ibu Hj. Isnawaty yang telah berkenan meluangkan waktu dalam memberikan informasi kepada peneliti terkait dengan kain cual Bangka Belitung 7. Ibu Maslina Yazid yang telah berkenan meluangkan waktu kepada peneliti dalam memberikan informasi mengenai kain cual Bangka Belitung 8. Ibu Dra. Catharina Kristiatmini yang telah berkenan meluangkan waktu kepada peneliti dalam memberikan informasi mengenai kain cual Bangka Belitung 9. Bapak Drs. Budi Gunawan, S.Mn., yang telah berkenan meluangkan waktu sebagai validator instrumen paket pembelajaran yang telah disusun 10. Ibu Linda Susilowati yang telah berkenan meluangkan waktu sebagai validator instrumen paket pembelajaran yang telah disusun 11. Segenap dosen, staff, dan karyawan Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister dan Universitas Sanata Dharma yang telah mendampingi penulis selama berproses untuk memperoleh bekal pengetahuan 12. Teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister Universitas Sanata Dharma yang telah bersama-sama berdinamika selama proses perkuliahan 13. Pihak-pihak terkait yang telah membuat dokumentasi terkait dengan kain cual Bangka Belitung 14. Serta kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penulis yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis



xiii



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



xiv



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................................ii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv MOTTO .................................................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ............................................................................................................. ix LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... xi KATA PENGANTAR .......................................................................................... xii DAFTAR ISI ......................................................................................................... xv DAFTAR TABEL ........................................................................................... ...xviii DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xx DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. ......................xxii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 4 C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6 D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7 E. Pembatasan Masalah .................................................................................... 7 F.



Penjelasan Istilah .......................................................................................... 8



G. Kebaruan Penelitian ................................................................................... 10



xv



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



H. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10 BAB II ................................................................................................................... 12 LANDASAN TEORI ............................................................................................ 12 A. Masyarakat Bangka Belitung ..................................................................... 12 B. Kebudayaan ................................................................................................ 13 C. Kebudayaan Masyarakat Bangka Belitung ................................................ 17 D. Aspek-aspek Kebudayaan .......................................................................... 17 E. Etnomatematika.......................................................................................... 18 F.



Aktivitas Fundamental Matematis ............................................................. 22



G. Kain Cual Bangka Belitung ....................................................................... 25 H. Paket Pembelajaran .................................................................................... 40 I.



Model Pengembangan Plomp .................................................................... 42



J.



Kerangka Berpikir ...................................................................................... 44



BAB III ................................................................................................................. 47 METODE PENELITIAN ...................................................................................... 47 A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 47 B. Narasumber Penelitian ............................................................................... 48 C. Objek Penelitian ......................................................................................... 49 D. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 49 E. Bentuk Data ................................................................................................ 49 F.



Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 50



G. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................... 53 H. Metode/Teknik Analisis Data .................................................................... 56 I.



Model Pengembangan Paket Pembelajaran ............................................... 58



xvi



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



J.



Upaya untuk Meningkatkan Kredibilitas Data dan Hasil Penelitian



............................................................................................................................60 K. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ............................... 61 L. Penjadwalan Waktu Penelitian................................................................... 63 BAB IV ................................................................................................................. 65 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 65 A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 65 B. Analisis Data Penelitian ............................................................................. 67 C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 86 D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 146 E. Refleksi .................................................................................................... 147 BAB V................................................................................................................. 153 PENUTUP ........................................................................................................... 153 A. Kesimpulan .............................................................................................. 153 B. Saran ......................................................................................................... 159 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 160



xvii



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



DAFTAR TABEL Tabel 1. Penjadwalan Waktu Penelitian................................................................ 63 Tabel 2. Waktu Kegiatan Pengumpulan Data ....................................................... 67 Tabel 3. Data Terkait Proses Pembuatan Konsep Kain Cual Bangka Belitung .... 70 Tabel 4. Data Terkait Proses Realisasi Konsep-konsep dalam Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung .................................................................................. 73 Tabel 5. Data Terkait Proses Penentuan Motif dalam Produksi Kain Cual Bangka Belitung ................................................................................................................. 74 Tabel 6. Data Terkait Proses dalam Memodifikasi Motif-motif pada Kain Cual Bangka Belitung .................................................................................................... 76 Tabel 7. Data Terkait Makna Filosofi pada Kain Cual Bangka Belitung ............. 77 Tabel 8. Data Terkait Proses dalam Menentukan Tempat Penyuplai Bahan Baku ............................................................................................................................... 79 Tabel 9. Data Terkait Penentuan Lokasi atau Penempatan Pegawai dalam Proses Produksi Kain Cual Bangka Belitung ................................................................... 80 Tabel 10. Data Terkait Proses Merencanakan Pola pada Kain Cual Bangka Belitung ............................................................................................................................... 81 Tabel 11. Data Terkait Proses Penentuan Harga Jual Kain Cual Bangka Belitung ............................................................................................................................... 82 Tabel 12. Data Terkait Proses Penentuan Suatu Produk akan Dihasilkan Kembali atau Tidak .............................................................................................................. 84 Tabel 13. Data Terkait Proses Mengestimasi Bahan Baku yang Dibutuhkan ...... 85 Tabel 14. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Alat Produksi Kain Cual Bangka Belitung .................................................................................................. 106 Tabel 15. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 1) .............................................................................................. 107 Tabel 16. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 2) .............................................................................................. 108 Tabel 17. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 3) .............................................................................................. 109 Tabel 18. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 4) .............................................................................................. 111 Tabel 19. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 5) .............................................................................................. 112 Tabel 20. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 6) .............................................................................................. 113 Tabel 21. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 7) .............................................................................................. 115 Tabel 22. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 8) .............................................................................................. 117 Tabel 23. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 9) .............................................................................................. 118 Tabel 24. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 10) ............................................................................................ 120 xviii



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



Tabel 25. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 11) ............................................................................................ 122 Tabel 26. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 12) ............................................................................................ 123 Tabel 27. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 13) ............................................................................................ 125 Tabel 28. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 14) ............................................................................................ 127 Tabel 29. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 15) ............................................................................................ 128 Tabel 30. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 16) ............................................................................................ 129 Tabel 31. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 17) ............................................................................................ 130 Tabel 32. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Proses Penjualan Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 18) .............................................................................. 131 Tabel 33. Hasil Investigasi Awal ........................................................................ 132 Tabel 34. Hasil Validasi Kepraktisan prototyping 1 ........................................... 137 Tabel 35. Hasil Validasi Kepraktisan Paket Pembelajaran ................................. 139 Tabel 36. Hasil Validasi Instrumen Penilaian oleh Ahli ..................................... 141 Tabel 37. Saran-saran Validator .......................................................................... 142 Tabel 38. Penjelasan Mengenai Validator .......................................................... 145 Tabel 39. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Kain Cual Bangka Belitung ............................................................................................................................. 156



xix



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1. Contoh 1 kain Cual Bangka Belitung .................................................. 35 Gambar 2. Contoh 2 kain Cual Bangka Belitung .................................................. 35 Gambar 3. Contoh 3 kain Cual Bangka Belitung .................................................. 36 Gambar 4. Contoh 4 kain Cual Bangka Belitung .................................................. 36 Gambar 5. Contoh 5 kain Cual Bangka Belitung .................................................. 37 Gambar 6. Contoh 6 kain Cual Bangka Belitung .................................................. 37 Gambar 7. Contoh 7 kain Cual Bangka Belitung .................................................. 38 Gambar 8. Contoh 8 kain Cual Bangka Belitung .................................................. 38 Gambar 9. Contoh 9 kain Cual Bangka Belitung .................................................. 39 Gambar 10. Contoh 10 kain Cual Bangka Belitung .............................................. 39 Gambar 11. Bagan Terkait dengan Kerangka Berpikir ......................................... 46 Gambar 12. Aspek Matematis Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 2) ......... 109 Gambar 13. Aspek Matematis Segiempat (1) pada Motif Kain Cual (Obyek 3) 110 Gambar 14. Aspek Matematis Segiempat (2) pada Motif Kain Cual (Obyek 3) 110 Gambar 15. Aspek Matematis Segiempat (3) pada Motif Kain Cual (Obyek 3) 110 Gambar 16. Aspek Matematis pada Motif Kain Cual (Obyek 4) ....................... 111 Gambar 17. Aspek Matematis (1) pada Motif Kain Cual (Obyek 5) .................. 112 Gambar 18. Aspek Matematis (2) pada Motif Kain Cual (Obyek 5) .................. 113 Gambar 19. Aspek Matematis (1) pada Motif Kain Cual (Obyek 6) .................. 114 Gambar 20. Aspek Matematis (2) pada Motif Kain Cual (Obyek 6) .................. 114 Gambar 21. Aspek Matematis Berbentuk Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 7) ......................................................................................................................... 116 Gambar 22. Aspek Matematis Berbentuk Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 7) ............................................................................................................................. 116 Gambar 23. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi dan Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 7) ................................................................................. 116 Gambar 24. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 8) .................................................................................................... 117 Gambar 25. Aspek Matematis (2) Berupa Konsep Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 8) .................................................................................................... 118 Gambar 26. Aspek Matematis Berupa Konsep Translasi pada Motif Kain Cual (Obyek 8) ............................................................................................................ 118 Gambar 27. Aspek Matematis Berupa Konsep Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 9) ............................................................................................................ 119 Gambar 28. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 9) ............................................................................................................ 119 Gambar 29. Aspek Matematis (2) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 9) ............................................................................................................ 119 Gambar 30. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 9) ............................................................................................................ 119 Gambar 31. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 10) .......................................................................................................... 120



xx



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



Gambar 32. Aspek Matematis Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 10) .......................................................................................................... 121 Gambar 33. Aspek Matematis Berupa Konsep Simetri Lipat dan Translasi pada Motif Kain Cual (Obyek 10) ............................................................................... 121 Gambar 34. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 11) .......................................................................................................... 122 Gambar 35. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 11) .......................................................................................................... 123 Gambar 36. Aspek Matematis (2) Berupa Konsep Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 11) .......................................................................................................... 123 Gambar 37. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 12) .......................................................................................................... 124 Gambar 38. Aspek Matematis Berupa Konsep Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 12) .......................................................................................................... 124 Gambar 39. Aspek Matematis Berupa Konsep Translasi pada Motif Kain Cual (Obyek 13) .......................................................................................................... 126 Gambar 40. Aspek Matematis Berupa Konsep Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 13) .......................................................................................................... 126 Gambar 41. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 14) .......................................................................................................... 127 Gambar 42. Aspek Matematis (2) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 14) .......................................................................................................... 127 Gambar 43. Aspek Matematis Berupa Konsep Rotasi pada Motif Kain Cual (Obyek 15) ....................................................................................................................... 128 Gambar 44. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 15) .......................................................................................................... 129 Gambar 45. Aspek Matematis Berupa Konsep Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 15) .......................................................................................................... 129 Gambar 46. Aspek Matematis Berupa Konsep Translasi pada Motif Kain Cual (Obyek 16) .......................................................................................................... 130



xxi



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1. Surat Penelitian dari Kampus ......................................................... 165 Lampiran 2. Instrumen Bantu ............................................................................. 169 Lampiran 3. Transkrip Wawancara ..................................................................... 173 Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 195 Lampiran 5. Lembar Validasi Instrumen Penilaian Paket Pembelajaran ............ 217 Lampiran 6. Perangkat Pembelajaran ................................................................. 228 Lampiran 7. Hasil Validasi Paket Pembelajaran ................................................. 300



xxii



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Pembelajaran matematika apabila dipandang dari sudut pandang ilmu yang lain, misalnya kebudayaan maka pembelajaran tersebut akan memiliki perbedaan dengan pembelajaran matematika seperti pada umumnya. Matematika dan kebudayaan akan menjadi suatu konteks ilmu yang menarik apabila dikembangkan ke dalam dunia pendidikan pada saat ini. Hal tersebut dikarenakan, peserta didik akan mempelajari matematika dengan didasarkan pada kebudayaan yang dikenal dan dipahami oleh peserta didik di dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga melalui akulturasi antara matematika dan budaya tersebut, maka peserta didik akan lebih mudah untuk memahami matematika. Oleh karena itu, melalui pembelajaran yang dikaitkan dengan budaya, maka akan diperoleh berbagai hasil positif yang dapat diperoleh peserta didik itu sendiri. Hal-hal positif tersebut, antara lain dapat memperkenalkan kebudayaan daerah setempat, dapat memperkenalkan keterkaitan yang ditemukan oleh peserta didik antara matematika dan budaya setempat. Selain itu, peserta didik akan lebih mudah untuk mengeksplorasi pemahaman mereka terhadap keabstrakan matematika melalui suatu representasi visual yang diwujudkan dalam bentuk kebudayaan yang telah dikenal oleh peserta didik. Oleh karena itu, etnomatematika tidak hanya digunakan untuk mengkaitkan matematika dengan kebudayaan saja, melainkan melalui kajian etnomatematika maka dapat membantu peserta didik untuk dapat mengkonstruksi pemahaman matematisnya melalui representasi visual yang benar-benar nyata dirasakan oleh peserta didik itu sendiri. Perkembangan budaya juga merupakan suatu hal yang dinamis, dalam artian budaya akan berkembang sesuai dengan perubahan pola pikir



1



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2



dari masyarakat dan kebutuhan akan perubahan aspek-aspek budaya yang dikehendaki oleh masyarakat. Oleh karena itu, pengetahuan tentang matematika juga akan berkembang seiring dengan perkembangan budaya tersebut. Menurut Putri (2017), etnomatematika terbentuk dari cara-cara maupun kebiasaan yang dapat membaur dengan kehidupan masyarakat setempat. Oleh karena itu, tumbuh serta berkembangnya suatu kebudayaan tidak disadari oleh masyarakat bahwa di dalamnya terkandung unsur-unsur matematika. Hal tersebut dikarenakan matematika yang terdapat di dalam kebudayaan bentuknya lebih sederhana dibandingkan matematika yang dipelajari di sekolah. Menurut Suwarsono (2015), etnomatematika merupakan suatu studi tentang matematika yang muncul atau digunakan di dalam kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Etnomatematika itu sendiri diperkenalkan oleh D’Ambrosio, seorang matematikawan asal Brazil pada tahun 1977. D’Ambrosio (1985) mengemukakan bahwa etnomatematika merupakan matematika yang dipraktekkan diantara kelompok budaya yang diidentifikasi dalam kelompok buruh, kelompok anak-anak usia tertentu, buruh, serta anak-anak dari kelas profesional. Masyarakat juga belum terbiasa untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebudayaan daerah setempat dalam hal untuk melihat keterkaitannya dengan matematika, sehingga ada rasa tidak percaya yang dibangun oleh masyarakat apabila kebudayaan yang dimilikinya terkandung nilai-nilai matematika. Oleh karena itu, sudah saatnya memberikan pemahaman kepada masyarakat agar dapat lebih peka untuk menganalisis kebudayaannya tersebut. Matematika sebenarnya telah memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan dalam berbagai macam peran dan aktivitas yang terdapat di dalam kehidupan sehari-hari, maka dapat diidentifikasi bahwa matematika terdapat di dalamnya. Keberadaan budaya sebagai hasil proses berpikir oleh manusia juga pada saat ini mulai tergerus dengan perkembangan zaman. Masyarakat modern pada saat ini sudah sangat sedikit yang berusaha untuk melestarikan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3



kebudayaan yang ada pada daerahnya tersebut. Bahkan masyarakat juga mulai tidak tertarik untuk mengenal kebudayaan yang ada di daerahnya, sehingga ada kekhawatiran yang begitu besar terhadap keberlangsungan kebudayaan di suatu daerah dikarenakan adanya perubahan yang menurun begitu



drastis



pada



minat



kebudayaannya.



Oleh



karena



masyarakat itu,



untuk



untuk



lebih



membantu



memahami melestarikan



kebudayaan dari suatu daerah, maka langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan memperkenalkan kebudayaan tersebut melalui sudut pandang matematika, sehingga diharapkan di kemudian hari bahwa matematika dan kebudayaan akan menjadi satu kesatuan yang tidak akan terpisahkan, dalam artian matematika akan dipengaruhi oleh budaya maupun sebaliknya, tetapi perkembangan budaya juga akan dipengaruhi oleh pemikiran matematika yang sedang berkembang. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai macam kebudayaan yang berbeda-beda pada setiap suku yang mendiami kepulauan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran yang lebih mendalam mengenai kebudayaan yang dimiliki oleh setiap daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan memahami perbedaan kebudayaan tersebut, maka dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai kebudayaan yang ada di Indonesia. Begitu pula, kebudayaan masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dibagi lagi ke dalam beberapa kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikarenakan setiap kabupaten/kota memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga akan lebih menarik apabila dilakukan penyelidikan yang lebih mendalam terhadap kebudayaan tersebut. Kebudayaan masyarakat di Bangka Belitung juga tidak terlepas kaitannya dengan matematika. Hal tersebut dikarenakan peneliti telah mencoba untuk mengamati beberapa kebudayaan yang ada di Bangka Belitung dan peneliti menemukan beberapa aspek matematis yang terdapat pada kebudayaan masyarakat di Bangka. Pada penelitian ini, kebudayaan yang diambil lebih difokuskan ke kain cual Bangka Belitung. Hal tersebut dikarenakan kain



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4



cual merupakan suatu simbolisasi kebudayaan yang mencerminkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui obyek fisik yang berbentuk kain. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada awalnya merupakan satu kesatuan dengan Provinsi Sumatera Selatan, namun pada saat ini Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan suatu daerah otonom. Kepulauan Bangka Belitung sangat dekat dengan Palembang, sehingga ada kesamaan antara kain Songket (Palembang) dengan kain Cual (Bangka Belitung). Pada awalnya kain cual berkembang dari daerah Muntok, di mana daerahnya terletak di ujung barat dari Pulau Bangka pada awal abad ke-18. Menurut sejarahnya, pada awalnya pembuatan kain cual hanya boleh dilakukan oleh para puteri bangsawan saja. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kain cual menjadi suatu warisan kebudayaan dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada saat ini produksi kain cual mulai didistribusikan kepada masyarakat umum, sehingga ada kesadaran dari masyarakat untuk melestarikan kebudayaan dari Bangka Belitung. Kain cual itu sendiri dapat dilihat terdiri dari berbagai macam motif yang memiliki makna filosofisnya tersendiri. Oleh karena itu, kain cual merupakan warisan kebudayaan dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan berbagai macam sejarah yang meliputi keberadaan dari kain cual itu sendiri walaupun memiliki kesamaan karakteristik dengan kain dari daerah lainnya.



B. Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelitian Romadoni (2017), diperoleh hasil bahwa materi matematika yang ada pada budaya masyarakat Banjar, seperti budaya fisik misalnya alat-alat pertanian tradisional dan non fisik seperti cara mengukur luas tanah secara tradisional yang kemudian dilakukan pengembangan paket pembelajaran matematika berbasis etnomatematika dengan model pengembangan Plomp yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5



Berdasarkan penelitian Gunawan (2019), diperoleh hasil bahwa dalam permainan tak tek, maka aktivitas fundamental matematisnya yaitu explaining, playing, serta counting. Dalam permainan tak tek, maka aspek matematisnya yaitu topik kelipatan yang digunakan untuk menghitung poin dalam menentukan pemenang dari pertandingan, selain itu ada kaitannya dengan topik sudut ketika mencungkil kayu anak dengan kayu induk. Pada permainan antu bekitok, maka aktivitas fundamental matematisnya yaitu explaining, playing, designing, dan counting. Aspek matematisnya yaitu terkait dengan bentuk permainannya yang berupa konsep lingkaran, serta konsep penjumlahan untuk menentukan poin. Pada permainan lubang batok, maka terdapat aktivitas explaining, playing, serta counting. Aspek matematisnya, yaitu area permainannya yang berbentuk persegi panjang, serta konsep kesejajaran. Berdasarkan penelitian Krisnawati (2017), juga diperoleh hasil penelitian, yaitu aktivitas matematis pada pelaksanaan tradisi pernikahan Yogyakarta oleh masyarakat di Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY, antara lain: 1) Counting: number relationship, 2) Location: environmental, location, 3) Measuring: estimation, moneyconventional units, 4) Designing: similarity, design, 5) Explaining: story explanation, symbolic explanation, 6) Playing: plan strategy. Materi matematika SMP yang diperoleh, yaitu: 1) Bilangan bulat dan pecahan, 2) Bentuk aljabar, 3) Persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, 4) Perbandingan, 5) Transformasi, 6) Bangun datar, 7) Volume benda, 8) Penyajian data, 9) Statistika, 10) Peluang. Berdasarkan penelitian Haryanto (2016), diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa konsep matematika yang lebih rumit diterapkan oleh masyarakat Papua pada jenis anyaman dan perubahan bentuk-bentuk geometri akibat elastisitas noken. Berdasarkan penelitian Sari (2018), menunjukkan bahwa aktivitas pengrajin Kasongan dalam proses pembuatan gerabah secara umum di Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul meliputi: pengolahan terhadap



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6



tanah yang terdiri dari pasir, tanah merah, tanah hitam, tanah coklat dan air dengan cara digiling, pembentukan terhadap gerabah yang telah dibentuk dengan bantuan panas matahari dan angin. Pembakaran terhadap gerabah yang sudah kering dengan suhu 1.200℃, dan pengepakan gerabah yang sudah dingin setelah melalui proses pembakaran. Setiap aktivitas tersebut dideskripsikan untuk melihat aspek matematis yang terdapat di dalamnya dengan menggunakan enam aktivitas fundamental matematis yang dikemukakan oleh Bishop. Berikut adalah aktivitas fundamental matematis dalam kegiatan pengrajin tersebut: a) Menghitung (Counting) yang terdiri dari perkiraan (approximation), ketepatan (accuracy), dan tenaga atau kekuatan (power), b) Menentukan lokasi (Location) yang terdiri dari lokasi lingkungan (envinromental location), menggunakan garis lurus (straight), bentuk melingkar (circle), dan elips (ellips), c) Mengukur (Measuring) yang terdiri dari perkiraan waktu (time), luas (area), volume (volume), suhu (temperature), dan pemesanan (ordering), d) Merencanakan (Designing) terdiri dari bentuk (shapes), ukuran besar (large), kecilnya (small), permukaan (surfaces), e) Bermain (Playing) yang terdiri dari prediksi (prediction plan strategy) dan model (modelling), f) Menjelaskan (Explaining) yang terdiri dari penjelasan (approximation) dan simbol (symbol). Berdasarkan penelitian Nay (2017), pada budaya masyarakat Lamalera yang sangat kental dengan tradisi penangkapan ikan paus adalah peninggalan leluhur orang Lamalera yang sudah sejak zaman dahulu, serta pasar barter yang ada di Lamalera mengandung unsur-unsur matematika seperti sudut, geometri, peluang, logika, dan aritmatika sosial.



C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7



1. Aspek-aspek kebudayaan apa saja yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung yang menunjukkan kedudukan kain tenun cual dalam budaya masyarakat di Bangka Belitung? 2. Bagaimana proses produksi pada pembuatan kain tenun cual Bangka Belitung? 3. Bagaimana aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang terdapat pada proses pembuatan kain tenun cual Bangka Belitung? 4. Aspek-aspek matematis apa saja yang terdapat pada kain tenun cual Bangka Belitung? 5. Bagaimanakah bentuk dan isi paket pembelajaran matematika untuk SMP (atau SMA) yang bisa disusun dengan berbasis pada kain tenun cual Bangka Belitung?



D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui aspek-aspek kebudayaan yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung yang menunjukkan kedudukan kain tenun cual dalam budaya masyarakat di Bangka Belitung. 2. Mengetahui proses produksi pada pembuatan kain tenun cual Bangka Belitung. 3. Mengetahui aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang terdapat pada proses pembuatan kain tenun cual Bangka Belitung. 4. Mengetahui aspek-aspek matematis apa saja yang terdapat pada kain tenun cual Bangka Belitung. 5. Mengetahui bentuk dan isi paket pembelajaran matematika untuk SMP (atau SMA) yang bisa disusun dengan berbasis pada kain tenun cual Bangka Belitung.



E. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini masalah hanya dibatasi untuk pendeskripsian kebudayaan masyarakat di Bangka ditinjau dari kain cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8



menurut para tokoh, budayawan, sejarawan, serta individu-individu yang memang menekuni kebudayaan masyarakat di Bangka dalam bentuk kain cual Bangka Belitung, pendeskripsian kain cual tersebut juga dibatasi pada 3 (tiga) perusahaan yang memproduksi kain cual Bangka Belitung, mengetahui proses produksi yang terdapat pada pembuatan kain cual, menggali pola pikir yang terbatas pada penentuan aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada kebudayaan masyarakat di Bangka dalam bentuk kain cual Bangka Belitung, serta menentukan aspek-aspek matematis apa saja yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung dan menentukan bentuk, serta isi paket pembelajaran untuk SMP (atau SMA) yang bisa disusun dengan berbasis pada kain cual tersebut.



F. Penjelasan Istilah Peneliti memiliki pandangan bahwa untuk meminimalkan perbedaan penafsiran dalam berbagai sudut pandang pembaca mengenai penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa penjelasan istilah terkait dengan penelitian yang dilakukan, yaitu sebagai berikut: 1. Etnomatematika Etnomatematika merupakan suatu studi mengenai keterkaitan matematika dengan budaya yang berada pada sekelompok masyarakat tertentu dengan tujuan matematika dapat digunakan oleh berbagai elemen masyarakat atau dengan kata lain matematika sebagai "grass root" bagi setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.



2. Kebudayaan masyarakat di Bangka Belitung Kebudayaan masyarakat di Bangka Belitung merupakan suatu hasil kolaborasi yang dimiliki oleh masyarakat etnis Melayu dan Tionghoa yang saling berakulturasi dalam pemikirannya, sehingga tercipta suatu kebiasaan



yang dilakukan oleh masyarakat



kegiatannya sehari-hari.



untuk



menopang



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9



3. Kain cual Bangka Belitung Kain cual Bangka Belitung merupakan suatu warisan kebudayaan yang pada awalnya merupakan suatu kain yang diperuntukkan bagi bangsawan yang berada di bagian barat pulau Bangka yang daerahnya diberi nama Muntok. Kain ini kemudian menjadi kain khas dari Bangka Belitung dikarenakan motifnya menggambarkan nilai estetika dari Provinsi Bangka Belitung. Kain cual ini pada awalnya dinamakan limar Muntok, yang kemudian seiring berjalannya waktu dinamakan cual yang memiliki makna bahwa cual adalah celupan awal.



4. Aktivitas fundamental matematis Aktivitas fundamental matematis merupakan suatu aktivitas mendasar atau fundamental yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan aktivitas counting (menghitung), locating (menentukan lokasi), measuring (mengukur), designing (merancang), playing (bermain), serta explaining (menjelaskan). Aktivitas fundamental matematis tersebut dimaksudkan untuk memberikan deskripsi singkat mengenai proses matematis yang terdapat di dalam suatu proses pengolahan suatu obyek yang akan diteliti.



5. Pengembangan Pengembangan merupakan suatu proses, cara ataupun suatu perbuatan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan suatu hal. Penelitian ini merupakan salah satu jenis penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji suatu teori, namun digunakan untuk mengembangkan



suatu



produk. Melalui



penelitian ini,



maka



pengembangan tersebut akan menghasilkan suatu produk paket pembelajaran yang berbasis etnomatematika pada kain Cual Bangka Belitung.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10



6. Paket Pembelajaran Paket pembelajaran merupakan suatu kumpulan dari perangkatperangkat



pembelajaran



yang



membantu



pendidik



dalam



mengeksplorasi kegiatan atau aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran.



G. Kebaruan Penelitian Kebaruan penelitian ini, yaitu pendeskripsian kain cual Bangka Belitung secara mendetail, sehingga memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kain cual Bangka Belitung yang merupakan suatu bagian penting dari budaya di Bangka Belitung. Hal tersebut dikarenakan belum ada penelitian yang dilakukan secara mendalam yang membahas mengenai kain cual Bangka Belitung. Selain itu, kebaruan penelitian ini, yaitu pada penentuan aspek-aspek matematis yang terdapat pada proses pembuatan kain cual Bangka Belitung, serta penentuan aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam pembuatan kain cual Bangka Belitung dan membuat paket pembelajaran yang berbasis pada kain cual Bangka Belitung.



H. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan oleh peneliti, maka manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti yang hendak mengambil kajian mengenai etnomatematika yang terdapat pada masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terkhusus penelitian yang difokuskan pada kain cual Bangka Belitung. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai input bagi pengembangan ilmu pendidikan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11



c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bagi pakar pendidikan terkhusus kepada pakar yang hendak mendalami kajian etnomatematika terkhusus pada kain cual Bangka Belitung.



2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini berguna bagi peneliti untuk mengembangkan kajian penelitian etnomatematika pada masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam proses pembelajaran. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pemahaman masyarakat terhadap aktivitas fundamental matematis yang terkandung dalam pembuatan kain cual Bangka Belitung.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



BAB II LANDASAN TEORI



A. Masyarakat Bangka Belitung Elvian (2014) mengemukakan bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbentuk sebagai provinsi pada tahun 2000 setelah sebelumnya bergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000, Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi yang berbentuk kepulauan. Jika ditinjau dari letak geografisnya, maka terdapat kurang lebih 256 buah pulau di provinsi ini dengan Pulau Bangka dan Pulau Belitung sebagai dua pulau besar. Sebelum pemekaran pada tahun 2003, terdapat 2 kabupaten dan 1 kota di daerah ini, yakni Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, dan Kota Pangkalpinang. Pada tahun 2003, terjadi pemekaran sehingga kabupaten bertambah menjadi 4, yaitu Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung Timur. Etnis yang dominan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah etnis Melayu, serta etnis terbesar kedua adalah etnis Tionghoa, serta beberapa etnis lainnya seperti Jawa, Bugis, Madura, Flores, Batak, dan sebagainya, sehingga daerah ini merupakan daerah plural dengan berbagai etnis hidup berdampingan di daerah ini. Masyarakat Bangka Belitung merupakan sekelompok individu yang mendiami wilayah Pulau Bangka Belitung, di mana dalam aktivitasnya sehari-hari terdapat berbagai macam akulturasi budaya yang sangat beragam dari etnis Melayu dan etnis Tionghoa, serta sekelompok individu tersebut saling memahami dan menghormati etnis yang lainnya dalam usaha untuk mewujudkan kehidupan berdemokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.



12



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13



B. Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang dalam bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”, sehingga kebudayaan merupakan hal-hal yang bersangkutan dengan akal manusia. Kebudayaan dalam konteks lebih sempit dapat disebut sebagai kultur yang mempunyai pengertian sebagai keseluruhan sistem gagasan atau tindakan. Dalam kata antropologi, budaya dan kebudayaan tidak dibedakan antara satu kata dengan kata yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan kata budaya digunakan untuk singkatan dari kebudayaan saja, sehingga makna antara budaya dan kebudayaan memiliki arti yang sama. Adapun kata culture yang merupakan kata asing yang artinya kebudayaan, dari bahasa Latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah atau bertani. Oleh karena itu, kata kebudayaan berkembang dari kata culture yang berarti aktivitas manusia untuk mengolah dan merubah alam. Dalam Liliweri (2014), Fredrik L. Benu mengemukakan bahwa kata “kebudayaan” berasal dari kata dasar budaya dan dalam konteks kebangsaan, kata budaya selalu dihubungkan dengan identitas nasional. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya merupakan sebuah pemikiran adat istiadat atau akal budi. Secara tata bahasa, arti dari kebudayaan diturunkan dari kata budaya, di mana cenderung menunjuk kepada cara berpikir manusia. Ki Hadjar Dewantara (1994) mengemukakan bahwa kebudayaan berarti buah budi manusia sebagai hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Spradley (2007) mengemukakan bahwa konsep kebudayaan terkait dengan berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok masyarakat tertentu, seperti adat



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14



(custom), atau cara hidup (way of life) masyarakat. Dikatakan pula bahwa kebudayaan merujuk pada pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan oleh orang untuk menginterpretasikan pengetahuan dan melahirkan tingkah laku. Clarkson (2004) mengemukakan kebudayaan sebagai sesuatu yang dapat dipahami sebagai pengetahuan, keyakinan, dan konsep. Sebaliknya dapat juga dipahami sebagai suatu pola arti ysng dibentuk oleh sejarah dan diteruskan secara sosial yang diwujudkan dalam bentuk simbol dan bahasa melalui suatu hal di mana umat manusia bisa saling berkomunikasi, menghargai, dan mengembangkan pengetahuan mereka dan memahami kehidupan mereka. Koentjaraningrat (1969) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan dari hasil budi dan karya atau dengan kata lain kebudayaan merupakan keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh manusia melalui pemikiran maupun melalui karyanya. Liliweri (2002) mengemukakan kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar, di mana semuanya diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dalam Liliweri (2002), Taylor mengemukakan kebudayaan tersusun dari kategori-kategori kesamaan gejala umum yang disebut adat istiadat yang mencakup teknologi, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, estetika, rekreasional, dan kemampuankemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam Liliweri (2014), Kluckhohn dan Kelly memandang kebudayaan sebagai desain untuk hidup. Dalam Liliweri (2014), Kluckhohn, Harris dan Moran memandang kebudayaan sebagai cara hidup suatu kelompok masyarakat tertentu. Dalam Liliweri (2014), Kroeber dan Kluckhohn mengemukakan kebudayaan sebagai pola pemikiran dan perilaku yang sudah dikenal oleh masyarakat. Dalam



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15



Liliweri (2014), Herskovits memandang kebudayaan sebagai bagian buatan manusia dalam lingkungannya. Dalam Liliweri (2014), Clifford Geertz mendefinisikan kebudayaan sebagai (1) keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat, atau setiap kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat sendiri mengajukan konsep tentang kebudayaan, (2) kebudayaan adalah pola pelbagai makna yang dikemas dalam simbol-simbol yang secara historis ditularkan, dan (3) kebudayaan juga adalah konsepsi yang diwariskan melalui ekspresi simbolik sebagai cara orang mengkomunikasikan, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang dan sikap terhadap kehidupan. Dalam Liliweri (2002), kebudayaan adalah jumlah keseluruhan perilaku yang dipelajari oleh sekelompok orang yang secara umum menerangkan sebuah tradisi kehidupan yang diwariskan oleh sebuah generasi kepada generasi lain. Dalam Liliweri (2002), kebudayaan terdiri dari pola-pola yang eksplisit maupun implisit dari dan untuk sebuah perilaku tertentu yang dialihkan melalui simbol-simbol yang merupakan prestasi kelompok manusia, termasuk peninggalan berbentuk artifak yang merupakan inti atau esensi dari gagasan tradisional dan dikemas dalam nilai-nilai yang telah mereka terima. Dengan kata lain, sistem kebudayaan dapat diterangkan melalui produk atau tindakan, yang dipandang menjadi faktor berpengaruh terhadap tindakan mereka. Nida (1964) mengemukakan budaya adalah “We should be fully aware that in a sense ‘culture’ is an abstraction, even as the divisions of culture into material, social, religious, linguistic, and esthetic are abstractions. Culture is a way of behaving, thinking, and reacting, but we do not see culture”. Hawkins (2012) mengatakan bahwa budaya adalah suatu kompleks yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni,



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16



moral, adat istiadat, serta kemampuan dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai bagian masyarakat. Soemardjan (1964) menerangkan bahwa kebudayaan merupakan buah atau hasil karya cipta & rasa masyarakat. Dalam Saliyo (2012), Djojodigoeno mengemukakan definisi kebudayaan mengandung arti “cipta, rasa dan karsa”, di mana definisi tersebut kental dengan bahasa Jawa, sehingga maknanya sulit untuk dipahami orang-orang. Selain itu, definisi tersebut merupakan penggalian dari kearifan lokal (local wisdom) yang ada di nusantara. Colletta (1987) mengemukakan definisi kebudayaan sebagai perilaku berpola yang ada dalam kelompok tertentu yang anggotaanggotanya memiliki makna yang sama, serta simbol yang sama untuk mengkomunikasikan makna tersebut. Oleh karena itu, kebudayaan dapat disimpulkan sebagai suatu tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam pemikirannya, sehingga akan tercipta suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menopang kegiatannya seharihari. Koentjaraningrat



(1969)



mengemukakan



ada



tujuh



unsur



kebudayaan, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi), mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi. Selain itu kebudayaan sebagai objek penelitian antropologi mempunyai tiga aspek, yaitu kebudayaan sebagai tata kelakuan manusia, kebudayaan sebagai kelakuan manusia itu sendiri, serta kebudayaan sebagai hasil kelakuan manusia. Salah satu unsur budaya bukan kebendaan ialah adat. Adat didefinisikan sebagai satu aturan dan cara hidup yang mencerminkan segala perbuatan, di mana perbuatan tersebut dilakukan setiap hari atau musim, bulan atau tahun. Oleh karena itu, budaya merupakan suatu pengalaman-pengalaman yang diperoleh atau dilakukan oleh individu maupun sekelompok individu atau



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17



masyarakat



dalam



kehidupannya



sehari-hari,



sehingga



akan



memperoleh konstruksi terhadap pengalaman-pengalaman tersebut.



C. Kebudayaan Masyarakat Bangka Belitung Berdasarkan definisi dari budaya yang telah dikemukakan diatas, maka diperoleh pengertian mengenai kebudayaan merupakan suatu tingkat



pengetahuan



yang



dimiliki



oleh



masyarakat



dalam



pemikirannya, sehingga akan tercipta suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menopang kegiatannya sehari-hari. Melalui definisi atau pengertian yang sebelumnya, maka masyarakat Pulau Bangka Belitung adalah sekelompok individu yang mendiami wilayah Pulau Bangka Belitung, di mana dalam aktivitasnya sehari-hari terdapat berbagai macam akulturasi budaya yang sangat beragam dari etnis Melayu dan etnis Tionghoa, serta sekelompok individu tersebut saling memahami dan menghormati etnis yang lainnya dalam usaha untuk mewujudkan kehidupan berdemokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Berdasarkan pengertian dari kebudayaan dan masyarakat Pulau Bangka Belitung, maka kebudayaan masyarakat di Pulau Bangka Belitung merupakan suatu hasil kolaborasi yang dimiliki oleh masyarakat etnis Melayu dan Tionghoa yang saling berakulturasi dalam pemikirannya, sehingga tercipta suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menopang kegiatannya sehari-hari.



D. Aspek-aspek Kebudayaan Dalam kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat, ada beberapa aspek-aspek kebudayaan yang dapat ditinjau. Aspek-aspek kebudayaan itu dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok atau dua jenis, yaitu:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18



1. Aspek-aspek Fisik Aspek-aspek fisik memiliki artian bahwa adanya contoh benda yang dapat diklasifikasikan ke dalam budaya yang berkembang pada masyarakat. Aspek-aspek fisik tersebut berupa benda-benda fisik, seperti bangunan, rumah-rumah, alat-alat yang digunakan, pakaian-pakaian, adat, dan sebagainya.



2. Aspek-aspek Non Fisik Aspek-aspek kebudayaan yang berbentuk nonfisik antara lain: a. Sejarah masyarakat yang bersangkutan b. Adat-istiadat atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat di daerah tersebut (yang sudah berlaku secara turun temurun) c. Kepercayaan-kepercayaan d. Cara berpikir atau cara pandang dalam menanggapi suatu permasalahan e. Cara mendidik atau mempersiapkan anak-anak atau generasi muda yang terdapat di daerah yang bersangkutan



E. Etnomatematika Dalam Rosa & Orey (2011: 35), D'Ambrosio mengemukakan bahwa “The term ethnomathematics has been used by D’Ambrosio (1985) to mean “the mathematical practices of identiable cultural groups and may be regarded as the study of mathematical ideas found in any cultures”. Kemudian pernyataan dari D'Ambrosio tersebut apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi penggunaan matematika dari sekelompok budaya dan dapat dianggap sebagai suatu studi dari matematika ditemukan di berbagai budaya. Etnomatematika itu sendiri diperkenalkan oleh D’Ambrosio, seorang matematikawan asal Brazil pada tahun 1977. D’Ambrosio (1985) mengemukakan bahwa etnomatematika merupakan matematika



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19



yang dipraktekkan diantara kelompok budaya yang diidentifikasi dalam kelompok buruh, kelompok anak-anak usia tertentu, buruh serta anakanak dari kelas profesional. Oleh karena itu, etnomatematika apabila dipandang secara luas, maka dapat diartikan sebagai antropologi kebudayaan dari bidang kajian matematika dan pendidikan matematika, sehingga matematika tersebut dapat dipraktikkan oleh sekelompok budaya, seperti masyarakat pedesaan, perkotaan, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok tertentu, masyarakat adat, serta yang lainnya. Menurut Suwarsono (2015), etnomatematika merupakan suatu studi tentang matematika yang muncul atau digunakan di dalam kelompokkelompok masyarakat tertentu. Albanese (2015) mengemukakan bahwa etnomatematika merupakan program penelitian di mana yang menjadi fokusnya, yaitu pada hubungan antara matematika dan budaya. Albanese (2015) juga mengemukakan lebih jauh bahwa matematika merupakan hasil dari sejarah sosial serta proses budaya yang dikembangkan dengan kontribusi dari berbagai masyarakat dan budaya. Bishop (1994) mengemukakan bahwa etnomatematika merupakan teori yang



membangun



pemeriksaan



radikal



terhadap



pendidikan.



Etnomatematika itu dapat digunakan oleh guru untuk melakukan proses pengembangan



kurikulum



yang



terkait



dengan



pembelajaran



matematika. Gerdes (1994) mengemukakan etnomatematika merupakan alat untuk menghidupkan kembali politik dari matematika dan pendidikan matematika di negara berkembang. Etnomatematika itu dapat dipandang sebagai suatu pengetahuan yang digunakan untuk mengkonstruksi pembelajaran matematika dengan mengidentifikasi kebudayaan yang berada dalam kehidupannya sehari-hari. Arismendi (2001) menjelaskan bahwa studi tentang etnomatematika terkait dengan penyelidikan mengenai suatu budaya dari kelompok tertentu dalam hal mengklasifikasi, mengurutkan, menghitung, mengukur,



mempertimbangkan,



menyimpulkan,



memodelkan,



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20



membuat sandi, serta memecahkan masalah. Dalam Rosa & Orey (2011), Barton mengemukakan bahwa etnomatematika sebagai "program that investigate the ways in which different cultural groups comprehend, articulate, and apply concepts and practices that can be identified as mathematical practices". Melalui pernyataan Barton tersebut, maka etnomatematika merupakan suatu program penyelidikan terhadap suatu kelompok budaya dalam hal memahami, mengartikulasi dan mengaplikasi berbagai konsep dan praktik yang dapat diidentifikasi sebagai kegiatan matematika. Borda (dalam Rosa & Orey, 2011) mengemukakan bahwa etnomatematika sebagai "a way in which people from a particular culture use mathematical ideas and concepts for dealing with quantitative, relational, and spatial aspects of their lives". Oleh karena itu, pendapat Borda dapat disimpulkan sebagai suatu jalan atau cara yang digunakan oleh setiap orang dalam menggunakan ide-ide matematika, serta konsep matematika untuk menjalankan aspek-aspek dalam kehidupannya dalam suatu budaya. Menurut Marsigit (2016), etnomatematika merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk memahami bagaimana matematika diadaptasi dari sebuah budaya dan berfungsi untuk mengekspresikan hubungan antara



budaya



etnomatematika



dan



matematika,



merupakan



ilmu



sehingga yang



dengan



mengkaji



kata



lain



kebudayaan



masyarakat. Etnomatematika itu sendiri terbentuk melalui cara-cara atau kebiasaan yang membaur dengan masyarakat, sehingga kajiannya terkait dengan kebiasaan atau cara-cara yang biasanya dilakukan oleh masyarakat setempat dalam melaksanakan suatu aktivitas atau kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, dari berbagai pendapat beberapa ahli, maka etnomatematika



merupakan



suatu



studi



mengenai



keterkaitan



matematika dengan budaya yang berada pada sekelompok masyarakat tertentu dengan tujuan matematika dapat digunakan oleh berbagai elemen masyarakat atau dengan kata lain matematika sebagai "grass root" bagi setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21



Menurut Suwarsono (2015), beberapa ide yang dikaji dalam etnomatematika yaitu: a. Lambang-lambang,



konsep-konsep,



prinsip-prinsip,



dan



keterampilan-keterampilan matematis yang ada pada kelompokkelompok bangsa, suku ataupun kelompok masyarakat. b. Perbedaan atau kesamaan dalam hal-hal yang bersifat matematis antara



suatu



kelompok



masyarakat



dengan



kelompok



masyarakat lainnya dan faktor-faktor yang ada di belakang perbedaan atau kesamaan tersebut. c. Hal-hal yang menarik atau spesifik yang ada pada suatu kelompok atau beberapa kelompok masyarakat tertentu, misalnya cara berpikir, cara bersikap, cara berbahasa, dan sebagainya, yang ada kaitannya dengan matematika. d. Berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat yang ada kaitannya dengan matematika, misalnya: 1) Literasi keuangan (financial literacy) dan kesadaran ekonomi (economic awareness) 2) Keadilan sosial (social justice) 3) Kesadaran budaya (cultural awareness) 4) Demokrasi (democracy) dan kesadaran politik (political awareness) 5) Hukum (law) yang berlaku di suatu daerah atau negara, dan kaitannya dengan matematika Suwarsono (2015) juga mengemukakan tujuan dari kajian etnomatematika antara lain sebagai berikut: a. Agar keterkaitan antara matematika dan budaya bisa lebih dipahami, sehingga persepsi siswa dan masyarakat tentang matematika menjadi lebih tepat, dan pembelajaran matematika bisa lebih disesuaikan dengan konteks budaya siswa dan masyarakat, dan matematika bisa lebih mudah dipahami karena



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22



tidak lagi dipersepsikan sebagai sesuatu yang asing oleh siswa dan masyarakat. b. Agar aplikasi dan manfaat matematika bagi kehidupan siswa dan masyarakat luas lebih dapat dioptimalkan, sehingga siswa dan masyarakat memperoleh manfaat yang optimal dari kegiatan belajar matematika.



F. Aktivitas Fundamental Matematis Bishop (1988) mengemukakan 6 fundamental mathematical activities (6 aktivitas fundamental/dasar matematika) antara lain: a. Counting: Quantifiers (each, some, many, none); Adjectival number names; Finger and body counting; Tallying; Numbers; Place value; Zero; Base 10; Operations on Numbers; Combinatories; Accuracy; Approximation; Errors; Fractions; Decimals; Positive; Negatives; Infinitely large, small; Limit; Number patterns; Powers; Number relationships; Arrow diagrams Algebraic representation; Events; Probabilities; Frequency representations. Aktivitas counting pada awal mulanya berkembang dikarenakan adanya kebutuhan dari masyarakat untuk membuat suatu catatan yang didasarkan pada harta dan benda yang dimilikinya. Oleh karena itu, aktivitas ini awalnya untuk membantu masyarakat dalam merepresentasikan suatu objek yang dimilikinya dengan objek lain yang memiliki nilai yang sama. Dalam aktivitas counting terdapat beberapa hal yang ada, yaitu kuantifikasi/kuantor, nama-nama bilangan, penggunaan jari dan bagian tubuh untuk menghitung, bilangan, nilai tempat, basis 10, operasi bilangan, akurasi, pendekatan, kesalahan dalam membilang, desimal, positif, negatif, besar tidak terhingga, kecil



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23



tidak terhingga, limit, pola bilangan, pangkat, diagram panah, representasi aljabar, probabilitas, representasi frekuensi.



b. Locating: Prepositions; Route descriptions; Enviromental locations; N.S.E.W. Compass bearings; Up/down; Left/right; Forwards/Backwards; Journey (distance); Straight and Curved lines; Angle as turning rotations; System of location; Polar coordinates,2D/3D coordinates, Mapping; Lattitude/Longitude; Loci; Linkages; Circles; Ellipse; Vector; Spiral. Aktivitas locating awalnya untuk membantu masyarakat dalam menentukan lokasi berburu yang cocok, menentukan arah dengan menggunakan kompas pada saat melakukan perjalanan, serta dengan menentukan lokasi yang didasarkan pada objek benda langit. Dalam aktivitas locating terdapat beberapa hal, yaitu preposisi (misalnya letaknya di luar atau di dalam) dalam hal ini bisa dalam bentuk titik maksimum, titik minimum, deskripsi rute/lintasan, lokasi lingkungan, arah mata angin, atas/bawah, depan/belakang, jarak, garis lurus/garis lengkung, sudut sebagai penanda perputaran, sistem lokasi, koordinat kutub, koordinat 2D/3D, pemetaan, lintang/bujur, tempat kedudukan (lokus), penghubungan, lingkaran, elips, spiral.



c. Measuring:



Comparative



quantifiers



(faster,



thinner);



Ordering; Qualities; Development of units (heavy - heaviest – weight); Accuracy of units; Estimation; Length; Area; Volume; Time; Temperature; Weight; Conventional units; Standard units; System of units (metric); Money; Compound units. Aktivitas measuring pada awalnya untuk membandingkan suatu objek dengan objek lainnya yang dilakukan oleh masyarakat untuk menentukan suatu berat, volume, kecepatan, waktu, serta hal-hal lainnya. Dalam aktivitas measuring terdapat



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24



beberapa hal, yaitu pembanding kuantitas (misalnya lebih cepat atau



lebih



kurus/lebih



tipis),



mengurutkan,



kualitas,



pengembangan dari satuan, keakuratan satuan, estimasi, waktu, volume, area, temperatur, berat, satuan konvensional, satuan standard, sistem satuan, uang, satuan majemuk.



d. Designing: Design; Abstraction; Shape; Form; Aesthetics; Objects compared by properties of form; Large, small; Similarity; Congruence; Properties of shapes; Common geometric shapes, figures and solids; Nets; Surfaces; Tesselations;



Symetry;



Proportion;



Ratio;



Scale-model



Enlargementes; Rigidity of shapes. Aktivitas ini pada awalnya untuk melihat bentuk dari keanekaragaman bentuk suatu objek yang berupa gedung atau untuk melihat pola-pola yang berkembang dalam berbagai tempat yang ada. Dalam aktivitas designing ada beberapa hal, yaitu rancangan, abstraksi, bentuk (geometris), bentuk secara umum,



estetika/keindahan,



objek



yang



dibandingkan



berdasarkan bentuknya yang besar maupun kecil, kesebangunan, kekongruenan, sifat-sifat dari bangun, bentuk geometri yang umum, jaringan, gambar dan benda, permukaan, pengubinan, simetri, proporsi, perbandingan, pembesaran dengan skala, kekauan dari suatu benda.



e. Playing: Games; Fun; Puzzles; Paradoxes; Modelling; Imagined reality; Rule-bound activity; Hypothetical reasoning; Procedures; Plans Strategies; Cooperatives games; Competitive games; Solitaire; Chance, prediction. Awalnya aktivitas ini untuk melihat suatu keanekaragaman yang terdapat pada permainan anak-anak yang berupa aspek-aspek matematis seperti bentuk bangun datar, sehingga melalui proses



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25



pengamatan tersebut maka anak-anak diajak untuk berpikir lebih kritis mengenai objek-objek yang membangun permainan tersebut. Dalam aktivitas playing ada beberapa hal, yaitu puzzle, memodelkan, aktivitas yang didasarkan pada aturan, paradoks, prosedur, permainan, permainan berkelompok, permainan secara sendiri, strategi, pilihan, prediksi, penentuan hipotesis misalnya peluang.



f. Explaining:



Similarities;



Classification;



Conventions;



Hierarchical classifying of objects; Story explanation; logical connectives; Linguistic explanations; Logical arguments, Proofs; Symbolic explanations: Graphs, Diagrams, Charts, Matrices; Mathematical modelling; Criteria: internal validity, external generalisability. Awalnya aktivitas ini untuk membantu masyarakat dalam menganalisis pola grafik, diagram, maupun hal lainnya yang memberikan suatu arahan untuk menuntun masyarakat dalam mengolah suatu representasi yang diwujudkan oleh keadaan yang ada. Dalam aktivitas explaining ada beberapa hal, yaitu kesamaan dalam bentuk benda-benda, klasifikasi, klasifikasi yang didasarkan pada hierarki, penjelasan cerita, kata-kata penghubung dalam logika (misalnya dan, atau, serta yang lainnya), eksplanasi/penjelasan, penjelasan dengan simbolsimbol, diagram, matriks, pemodelan matematika



G. Kain Cual Bangka Belitung Kain cual merupakan warisan budaya dari provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berbentuk fisik. Ada beberapa tahap mulai dari sejarah perkembangan, tahap realisasi gagasan untuk membuat kain cual, tahap pencermatan terhadap hasil produksi kain cual tersebut, serta



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26



tahap pemasaran kain cual tersebut. Berikut ini beberapa tahap dalam proses pembuatan kain cual, yaitu sebagai berikut: a. Tahap Sejarah Awal/Latar Belakang Munculnya Kain Cual Kain cual merupakan salah satu peninggalan karya seni yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada awalnya kain cual merupakan kain adat bagi bangsawan yang berada di bagian barat pulau Bangka, yaitu Muntok. Walaupun kain cual ada kemiripan dengan kain songket, namun kain cual ini memiliki motif yang khas dan warna-warni yang berasal dari hasil pintalan berbagai macam benang. Motifnya juga lebih luwes, sehingga motifnya dapat disesuaikan dengan lingkungan dan sekitarnya. Oleh karena itu, motifnya dapat berbentuk tumbuhan, hewan, alam, benda yang berada di lingkungannya. Kain cual ini sudah ada sejak abad XVI dan dalam beberapa waktu terakhir ini industri kain cual mulai menunjukkan adanya perkembangan dalam masyarakat, sehingga adanya keinginan dari masyarakat untuk melestarikan kain cual. Kain cual ini walaupun memiliki motif yang relatif tua, namun melalui motif inilah kekhasan dari Bangka Belitung akan terlihat apabila dibandingkan dengan motif dari daerah lainnya. Melalui beberapa peninggalan sejarah menyebutkan bahwa pada awalnya kain cual lebih dikenal sebagai Limar Muntok. Menurut sumber lisan, pada awalnya Mahmud Badaruddin sebagai pewaris sah dari kesultanan Palembang kembali untuk merebut tahta dari pamannya, Kamaruddin pada tahun 1724. Ia dibantu oleh angkatan perang Johor yang dipimpin oleh Daeng Parani dan Penguasa Sintan, Wan Akub bersaudara. Setelah Mahmud Badaruddin berhasil menduduki tahta Palembang kembali, Bangka Belitung diserahkan kepada Wan Akub. Istri yang dinikahi Mahmud Badaruddin, yaitu Mas Ayu Ratu ternyata ingin tinggal di Bangka. Oleh karena itu, Mahmud Badaruddin memerintahkan kepada Wan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27



Akub dan Wan Serin untuk membangun sebuah kota, di mana letaknya berhadapan dengan Palembang, sehingga dipilih untuk dijadikan kota. Setelah dibangun kota tersebut (Muntok), kerabat Wan Akub dijemput dari Siantan dan Wan Akub diangkat sebagai kepala negeri di Muntok. Menurut sumber yang ada, kepindahan kaum kerabat Wan Akub dari Siantan ini membawa keterampilan menenun kain yang disebut cual. Kata “cual” berarti celupan benang pada proses awal, benang atau mori yang akan diwarnai, dicelup, atau diikat. Dalam perkembangannya kemudian, kata cual kemudian menjadi sebutan untuk kain ini. Kain cual masuk dalam kategori tenun ikat dan songket. Ciri khas kain cual itu sendiri, yaitu pada teknik tenunnya yang memadukan teknik cungkit dan tenun ikat. Teknik ini juga dikenal pada beberapa jenis tenun yang ada, misalnya kain Songket Palembang dan kain tenun Siak. Meskipun ada kesamaan, namun perbedaan mendasarnya yaitu dalam tenun songket Palembang, teknik pencungkitan lebih dominan sehingga motifnya didominasi oleh benang emas. Pewarnaan benang pakan melalui pencelupan benang dengan motif susunan bunga penuh dan bunga bertabur, sedangkan kain cual didominasi teknik tenun ikat, sehingga dalam membentuk motif lebih banyak dipakai susunan benang pakan dengan pewarnaan melalui teknik pencelupan, pengikatan dan pemoletan, serta motifnya berupa motif corak dan ruang kosong. Jika dilihat dari motifnya, kain cual memiliki berbagai macam motif yang merupakan representasi dari kehidupan manusia. Motifmotif tersebut berasal dari lingkungan alam setempat, dari keseharian masyarakat. Motif kain cual antara lain dalam bentuk bunga kundur, bunga hutan, bunga bakung, bunga melati, bunga mentimun, bunga kiambang, bunga cengkih, bunga setaman, bunga serangkai, bunga berseluk, bunga bersanggit, bunga sejurai, bunga



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28



kembar, bunga tunggal, kembang selari, tampuk manggis, buah hutan, buah delima, buah anggur, buah setangai, pisang, kesemek, mengkudu, kuntum merekah, kuntum serangkai, kuntum bersanding, kuntum sejurai, daun bersusun, daun sirih, daun keladi, daun bersanggit bunga, susun sirih pengantin, susun sirih sekawan, daun berseluk, burung serindit, burung balam, burung kurau, kurau mengigal, garuda menyambar, burung merak, ular melingkar, ular tidur, naga berjuang, naga bersabung, naga bertangkup, lebah bergantung, lebah bergayut, belalang rusa, sepatung berkawan, ikan bergelut, ikan sekawan, ketam-ketam, segi penjuru empat, segi penjuru enam, segi lima, segi delapan, segi tiga, segi panjang, bulat penuh, bujur telur, lengkung anak bula. Motif-motif tersebut memiliki filosofi, misalnya motif bunga melambangkan kesucian, keanggunan, rezeki, serta segala kebaikan; motif semut melambangkan kerjasama, sehingga mereka mampu membuat sarang yang besar dan mengangkat benda-benda yang jauh lebih besar dari badannya; motif pucuk rebung melambangkan harapan yang baik seperti pucuk rebung yang kelak akan menjadi bambu yang kuat tetapi lentur. Berbagai motif lainnya, misalnya melambangkan nilai kerukunan seperti pada motif balam dua setengger, akar berpilin, sirih bersusun, kembang setaman; nilai kearifan misalnya dalam motif burung serindit; nilai kasih sayang, misalnya pada motif bunga sekuntum, bunga cengkih, bunga mentimun, bunga bakur, bunga kundur, kuntum setaman, kuntum sejurai; nilai kesuburan, misalnya pada motif pucuk rebung; nilai tanggung jawab, misalnya pada motif siku keluang, akar berjalin. b. Tahap Realisasi Gagasan Kain Cual Pada dasarnya motif kain cual itu didasarkan pada keindahan alam, misalnya motif tumbuh-tumbuhan, hewan, dan sebagainya. Untuk membuat suatu motif itu sendiri didasarkan pada motif kain



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29



cual yang sudah berusia ratusan tahun kemudian dimodifikasi menjadi motif baru, sehingga walaupun ada modifikasi namun motif tersebut tidak terlalu berbeda dengan motif aslinya dikarenakan untuk mempertahankan kelestarian budaya yang ada pada motif terdahulu. Untuk membuat suatu kain cual itu sendiri ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut: 1) Mencelup Mula-mula gulungan benang sutra dipilah menjadi dua, yaitu untuk benang lungsi dan untuk benang pakan. Benang yang digunakan untuk benang lungsi dicelup untuk mendapatkan warna yang diinginkan, serta benang pakan dibagi menjadi dua bagian. Satu bagiannya dicelup, sedangkan sebagiannya lagi diikat dan dipalet, yaitu diwarnai dengan warna berbeda lalu digulung dalam palet. Berikut tahapan dalam proses pencelupan, yaitu sebagai berikut: a) Proses degumming, yaitu proses pembuangan getah (serisine) pada benang sutra (fibroine), di mana dalam proses ini benang sutra dimasak dalam larutan sabun dengan sedikit alkali dengan air yang mendidih. Caranya yaitu sutra mentah direndam dalam larutan tinovetine Ju (1-2 kg/lt) dan abu soda (1gr/lt) dengan perbandingan bahan dan air 1:30, kemudian air didihkan dan sutra direndam sekitar 30-60 menit dalam larutan tersebut, kemudian sutra dibilas dengan menggunakan air dingin. b) Proses pencelupan sutra, yaitu sutra dicelupkan dalam pewarna eryoil. Caranya yaitu zat pewarna eryoil dilarutkan dalam air mendidih, kemudian larutan dimasukkan dalam tempat pencelupan berisi air dengan perbandingan antara bahan dan air 1:20. Di dalam larutan tersebut diberi asam cuka (1-3 cc/lt) dan univadine PA atau obat perata (1gr/lt). Pemberian asam cuka dilakukan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30



dua kali, setengah bagian dilakukan pada tahap awal pencelupan dan setengah bagian lagi dilakukan pada akhir pencelupan. Proses pencelupan berlangsung selama 30-45 menit pada suhu air mendidih. Setelah proses pencelupan selesai, maka benang sutra dicuci bersih lalu dikeringkan.



2) Melerai Proses melerai dilakukan dengan tujuan untuk menguraikan gumpalan benang. Benang yang sudah dilerai, kemudian dililitkan pada sebilah buluh kecil atau peleting buluh. Proses peleraian menggunakan alat rahat dan guwing. Benang yang dileraikan ini akan menjadi benang lungsi dan benang pakan.



3) Menganing Proses menganing merupakan proses untuk pengaturan benang lungsi. Benang lungsi merupakan benang yang diatur memanjang atau vertikal dan diregang pada alat penenun. Panjang benang yang direntang mengikuti panjang kain yang diinginkan, sedangkan lebar rentangannya mengikuti lebar kain. Mula-mula benang yang telah dileraikan dan telah dipintal pada peleting disusun di atas anian (alat tenun). Cara pemasangan benang lungsi antara lain sebagai berikut: a) Bentangkan benang lungsi hingga ke ujungnya. b) Bagi benang lungsi tersebut menjadi beberapa bagian di mana yang paling ujung diikat keawitan, balok kayu panjang yang melekat pada dayan. Pada awitan terdapat beberapa lubang. Setiap lubang dimasukkan dua benang lungsi.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31



c) Setelah semua bagian benang lungsi masuk ke dalam lubang awitan, awitan tersebut kita pasangkan pada dayan. d) Rentangkan benang lungsi dari dayan ke pengapit. Usahakan agar benang lungsi tersebut dalam posisi lurus. e) Benang lungsi tersebut siap untuk digulung.



4) Menggulung Benang-benang yang telah disusun di anian, ujungnya digulung dengan papan lungsi (dayan) untuk memudahkan penenunan. Lebar gulungan mengikuti lebar suri dan panjang lungsi (lebar kain yang dikehendaki pada papan gulung).



5) Menyapuk Setelah benang lungsi dimasukkan ke dalam gigi atau suri, dua urat benang lungsi dikaitkan melalui setiap celah suri. Benang yang digulung dimasukkan dengan cara menyusuri suri sebelum dilekatkan ke pengapit yang terletak di bagian depan tempat



duduk



penenun.



Proses



ini



dilakukan



dengan



menggunakan pengait.



6) Mengarak Benang lungsi berangka genap dan ganjil akan diangkat turun-naik secara berselang-seling dengan penyincing sewaktu menenun.



7) Menyongket Proses ini merupakan proses untuk merancang corak di atas benang lungsi dengan menggunakan alat yang terbuat dari lidi atau bilah nibung dengan menyongketkan benang lungsi



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32



sebanyak tiga atau lima lembar dan kemudian diikat. Proses ini juga disebut dengan proses ikat butang.



8) Menenun Proses dalam menenun kain cual antara lain sebagai berikut: a) Mula-mula siapkan teropong yang telah berisi benang pakan, belire dan buluh di sebelah kanan. b) Angkat penyincing atas, kemudian masukkan buluh dalam sela-sela benang yang telah terkuak, lalu geserkan ke depan bersama penyincing bawah. c) Masukkan belire dan tegakkan. d) Masukkan teropong yang telah berisi benang pakan dari sela benang-benang yang telah terkuak, dari sebelah kanan ke kiri. e) Helaikan benang pakan tersebut dengan menyesuaikan bentuk motif. f) Sentakkan



benang



yang



telah



masuk



dengan



menggunakan belire dan ketatkan tenunnya. g) Ketika benang telah sampai ke tepi kiri, keluarkan belire dan angkat penyincing bawah. h) Masukkan kembali belire dan tegakkan. i) Masukkan teropong berisi benang pakan dari sebelah kiri ke kanan. j) Helaikan benang sesuai dengan motifnya. k) Sentakkan benang dengan belire, kemudian ketatkan kembali hasil benang tenunan.



c. Tahap Pencermatan terhadap Kain Cual Pada awalnya kain cual itu sendiri hanya digunakan oleh bangsawan di daerah Muntok saja. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu penggunaan kain cual mulai merambah pada sektor-sektor



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33



yang ada di masyarakat. Produksi kain cual memang mengalami pasang surut dikarenakan pada sekitar tahun 1917 produksinya terhenti dikarenakan bahan baku utama untuk membuat kain cual itu sendiri mengalami kelangkaan. Setelah itu secara perlahan produksi kain cual mulai bergerak kembali dikarenakan pasokan untuk bahan baku mulai didistribusikan kembali. Kain cual yang diproduksi secara langsung dengan cara ditenun tanpa menggunakan mesin memang memiliki harga yang lumayan mahal dikarenakan membutuhkan proses yang lama untuk menenun sebuah kain cual dengan teknik yang sederhana. Untuk meningkatkan produksi kain cual, maka secara perlahan produksi kain cual mulai menggunakan alat tenun yang menggunakan mesin dikarenakan selain untuk membuat efisiensi terhadap waktu pembuatan juga untuk menekan harga kain cual supaya dapat diproduksi secara massal dengan harga yang tidak terlalu mahal. Pada saat ini di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, masyarakat mulai menggunakan kain cual untuk dijadikan seragam. Hal tersebut untuk melestarikan nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalam kain cual itu sendiri, serta untuk memperkenalkan kain cual kepada khalayak luas.



d. Tahap Pemasaran Kain Cual Kerajinan tenun cual Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki motif unik berhasil menembus pasar di beberapa negara. Negara-negara yang menjadi prospek bagi kain cual tersebut, antara lain Tiongkok, Belanda, Malaysia dan Singapura. Selain itu, pemasaran tenun cual juga semakin luas dengan bantuan dari pemerintah provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan PT. Timah Tbk. Pada saat ini antusiasme masyarakat terhadap kain cual semakin



meningkat



baik



pada



tingkat



nasional



maupun



internasional. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan permintaan pasar yang semakin meningkat. Selain itu, pemasaran kain cual juga



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34



melalui pameran dalam tingkat nasional dan internasional. Pemasaran kain cual juga mulai merambah melalui perkembangan teknologi, yaitu kain cual dapat diperoleh dengan melalui order secara online. Dalam proses pembuatan kain cual di atas, dapat dilihat secara sekilas bahwa aktivitas fundamental matematis yang ada, yaitu: Aktivitas explaining pada proses pembuatan kain cual tersebut menjelaskan makna filosofi yang terdapat pada motif kain cual Bangka Belitung, kemudian ada suatu proses mengklasifikasikan motif kain cual tersebut. Aktivitas locating pada proses pembuatan kain cual tersebut antara lain pada proses untuk menentukan tempat penyuplai bahan baku yang akan digunakan dalam membuat suatu kain cual, selain itu penentuan lokasi atau penempatan pegawai untuk membuat suatu kain cual. Aktivitas Designing yang ada di dalam proses pembuatan kain cual antara lain dalam merencanakan dan membuat pola pada kain cual, serta dalam menentukan perbandingan campuran bahan-bahan untuk membuat kain cual. Aktivitas Measuring pada pembuatan kain cual antara lain pada pengukuran lebar pola, serta untuk mengukur suatu lebar kain cual yang akan dihasilkan. Aktivitas Counting yang terdapat pada proses pembuatan kain cual, antara lain dalam memperkirakan waktu penyelesaian sebuah kain cual, menentukan banyak pegawai yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kain cual cual, menentukan upah pegawai serta dalam menentukan harga jual sebuah kain cual. Aktivitas Playing yang terdapat pada proses pembuatan kain cual antara lain strategi yang digunakan untuk menentukan produk tersebut apakah akan dibuat lagi atau tidak. Berikut merupakan beberapa gambaran dari kain cual Bangka Belitung:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35



Gambar 1. Contoh 1 kain Cual Bangka Belitung



Gambar 2. Contoh 2 kain Cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36



Gambar 3. Contoh 3 kain Cual Bangka Belitung



Gambar 4. Contoh 4 kain Cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37



Gambar 5. Contoh 5 kain Cual Bangka Belitung



Gambar 6. Contoh 6 kain Cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38



Gambar 7. Contoh 7 kain Cual Bangka Belitung



Gambar 8. Contoh 8 kain Cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39



Gambar 9. Contoh 9 kain Cual Bangka Belitung



Gambar 10. Contoh 10 kain Cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40



H. Paket Pembelajaran Paket pembelajaran merupakan suatu kumpulan dari perangkatperangkat



pembelajaran



yang



membantu



pendidik



dalam



mengeksplorasi kegiatan atau aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran itu sendiri merupakan suatu alat atau perlengkapan yang digunakan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran dapat digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran di kelas, laboratorium, maupun di luar kelas. Macam-macam perangkat pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 1. Silabus Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa silabus merupakan suatu acuan dalam menyusun kerangka pembelajaran untuk setiap bidang studi. Silabus disusun dan dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang disesuaikan dengan pola pembelajaran.



2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan suatu rencana kegiatan atau proses pembelajaran melalui tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP itu dikembangkan berdasarkan silabus yang digunakan untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran dari peserta didik dalam upayanya untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik dalam suatu satuan pendidikan memiliki kewajiban untuk menyusun RPP secara lengkap berdasarkan panduan yang diberikan agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara sistematis, efisien,



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41



menantang, serta memotivasi peserta didik untuk ikut berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi pengembangan kretivitas peserta didik.



3. Buku atau modul Buku atau modul merupakan suatu materi pelajaran yang disajikan secara tertulis, sehingga diharapkan pembaca dapat memahami dan mencerna sendiri materi yang disajikan melalui tulisan-tulisan tersebut. Melalui buku atau modul diharapkan pembaca dapat memahami bahan belajarnya secara mandiri.



4. Lembar Kerja Peserta Didik Lembar kerja peserta didik merupakan suatu panduan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk melakukan kegiatan pencermatan suatu permasalahan. LKPD dapat disusun berdasarkan panduan tertutup yang disesuaikan dengan pedoman yang ada. Melalui LKPD, maka diharapkan peserta didik dapat lebih mengeksplorasi kemampuan kreativitasnya.



5. Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan suatu alat komunikasi yang dapat digunakan sebagai perantara dari pembuat pesan kepada penerima pesan agar pesan tersebut dapat membawa pesanpesan tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.



6. Instrumen penilaian Instrumen



penilaian



mempunyai



tujuan



untuk



mengumpulkan informasi tentang kemajuan yang dialami oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang telah diikutinya.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42



Dari penjelasan diatas, maka peneliti menjadikan perangkatperangkat pembelajaran tersebut untuk disusun sebagai suatu paket pembelajaran yang kemudian dikoneksikan dengan kain Cual Bangka Belitung.



Dalam



pengembangan



tersebut



digunakan



model



pengembangan Plomp sebagai dasar atau acuan dalam proses pembuatannya.



I. Model Pengembangan Plomp Model



pengembangan



Plomp



terdiri



dari



beberapa



fase



pengembangan. Berikut adalah fase dalam model pengembangan Plomp: 1. Fase Investigasi Awal (Preliminary Investigation/Preliminary Research) Pada tahap pertama dalam penelitian pengembangan yang dirancang oleh Plomp, maka tahap Preliminary Research merupakan



penelitian



pendahuluan



yang



digunakan



untuk



menganalisis kebutuhan dan untuk menganalisis konteks yang terkait, dapat juga berupa tinjauan literatur, serta dapat berupa pengembangan kerangka konseptual atau teoritis untuk penelitian. Pada tahap ini, maka peneliti mengumpulkan data-data atau informasi yang terdapat di lapangan, kemudian mengidentifikasi permasalahan tersebut. Pengumpulan data ini dimaksudkan agar memperkuat latar belakang masalah, tujuan penelitian, serta manfaatnya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, studi dokumentasi dan observasi.



2. Fase Desain (Design) Plomp juga menjelaskan beberapa tahap



penelitian



pengembangan atau tahap prototyping merupakan tahap dari desain iteratif yang terdiri dari iterasi yang dijadikan penelitian dalam jumlah kecil dan evaluasi formatif sebagai kegiatan penelitian



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43



penting dengan tujuan untuk meningkatkan dan menyempurnakan fase intervensi. Pada tahap ini, maka peneliti melakukan proses mendesain paket pembelajaran secara lengkap. Untuk mendesain sebuah paket pembelajaran, maka yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu mendesain materi pembelajaran yang hendak dibahas, kemudian langkah selanjutnya adalah menyusun konsep paket yang akan dibuat dalam bentuk dokumen teks dengan penulisan yang bersifat naratif untuk mengungkapkan tujuan proyek pengembangan paket.



3. Fase Realisasi/konstruksi (Realization/construction) Dalam fase ini, maka membuat rencana kerja dalam bentuk desain yang lebih spesifik, sehingga akan terbentuk suatu desain pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam fase ini, maka dapat dihasilkan suatu produk kurikulum maupun desain pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran.



4. Fase tes, evaluasi, dan revisi (test, evaluation, and revision) Plomp juga menjelaskan tentang cara untuk mengevaluasi dan menilai paket dari hasil pengembangan. Dalam tahap evaluasi, maka digunakan untuk menyimpulkan apakah hasil tersebut memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Tahap ini merangkum beberapa rekomendasi untuk perbaikan produk. Pada tahap ini, maka dilakukan validasi oleh ahli produk dan ahli materi. Validasi diperlukan untuk menilai apakah rancangan produk yang telah dihasilkan sudah sesuai dan layak atau belum. Kegiatan validasi desain dilakukan dengan meminta dosen, serta ahli di bidang produk yang sedang dikaji untuk disesuaikan dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Kegiatan yang dilakukan pada tahap validasi yaitu sebagai berikut:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44



a. Meminta pertimbangan ahli dan praktisi tentang kelayakan digunakannya paket pembelajaran yang telah dibuat. Untuk tahap ini, maka diperlukan instrumen berupa lembar validasi dan paket pembelajaran yang kemudian diserahkan kepada validator.



b. Melakukan proses analisis terhadap hasil validasi yang telah diserahkan oleh validator. Berikut



adalah



beberapa



pertimbangan analisis yang digunakan: 1) Validasi tanpa revisi, maka kegiatan selanjutnya jika memungkinkan adalah uji coba lapangan. 2) Validasi



dengan



sedikit



revisi,



maka



kegiatan



selanjutnya adalah melakukan proses revisi kemudian dilakukan uji coba lapangan jika memungkinkan. 3) Tidak valid, maka dilakukan revisi sehingga akan dibuat prototype yang baru kemudian dilakukan validasi kembali. Proses validasi akan dilakukan secara berulang agar diperoleh paket pembelajaran yang sesuai.



5. Fase Implementasi (implementation) Setelah dilakukan evaluasi dan diperoleh produk yang valid, praktis, dan efektif, maka produk dapat diimplementasikan untuk wilayah yang lebih luas. Dengan kata lain, produk pengembangan yang



telah



dihasilkan



pada



fase



sebelumnya



akan



diimplementasikan dalam ruang lingkup yang lebih besar.



J. Kerangka Berpikir Etnomatematika merupakan suatu studi mengenai keterkaitan matematika dengan budaya yang berada pada sekelompok masyarakat tertentu dengan tujuan matematika dapat digunakan oleh berbagai elemen masyarakat atau dengan kata lain matematika sebagai "grass



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45



root" bagi setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, sedangkan kebudayaan merupakan suatu tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam pemikirannya, sehingga akan tercipta suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menopang kegiatannya seharihari. Pembelajaran matematika apabila dipandang dari sudut pandang ilmu yang lain, misalnya kebudayaan maka pembelajaran tersebut akan memiliki perbedaan dengan pembelajaran matematika seperti pada umumnya. Matematika dan kebudayaan akan menjadi suatu konteks ilmu yang menarik apabila dikembangkan ke dalam dunia pendidikan pada saat ini. Hal tersebut dikarenakan, peserta didik akan mempelajari matematika dengan didasarkan pada kebudayaan yang dikenal dan dipahami oleh peserta didik di dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga melalui akulturasi antara matematika dan budaya tersebut maka peserta didik akan lebih mudah untuk memahami matematika. Oleh karena itu, melalui pembelajaran yang dikaitkan dengan budaya, maka akan diperoleh berbagai hasil positif yang dapat diperoleh peserta didik itu sendiri. Oleh karena itu, melalui matematika yang begitu universal maka dengan menggunakan



kajian aktivitas



fundamental matematis yang dikemukakan oleh Bishop, serta dengan mengkaji motif dari kain cual Bangka Belitung dengan menggunakan matematika, maka matematika dapat dikaji keterkaitannya dengan kebudayaan yang diyakini dan dijalani oleh masyarakat, sehingga melalui keterkaitan antara matematika dan budaya, maka masyarakat akan menggunakan kajian-kajian matematika dalam setiap aktivitasnya sehari-hari. Setelah diperoleh aspek matematis yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung, maka langkah selanjutnya adalah membuat paket pembelajaran untuk SMP atau SMA yang berbasis etnomatematika pada kain cual Bangka Belitung. Pengembangan paket pembelajaran tersebut didasarkan pada pengembangan yang dikemukakan oleh Plomp.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46



Budaya (Berbagai macam wujud)



Aspek kebudayaan Proses produksi



Kain cual Bangka Belitung (Bentuk budaya yang berwujud fisik)



Aktivitas fundamental matematis Aspek matematis



Adanya keterkaitan matematika dengan budaya Terdapat konsep matematika yang dapat ditemukan



Pengembangan paket pembelajaran yang berbasis etnomatematika pada kain cual Bangka Belitung



Dianalisis dengan menggunakan aktivitas fundamental matematis Bishop Data diperoleh dari pengamatan, wawancara, serta dokumen terkait



Dikembangkan dari hasil analisis data terkait dengan aspek matematis yang telah ditemukan, kemudian dibuat perangkat pembelajaran yang dikemukakan oleh Plomp



Gambar 11. Bagan Terkait dengan Kerangka Berpikir



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



BAB III METODE PENELITIAN



A. Jenis Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui aspek-aspek kebudayaan yang terdapat pada budaya masyarakat di Bangka dalam bentuk kain Cual, mengetahui proses produksi pada pembuatan kain cual Bangka Belitung, mengetahui aktivitas fundamental matematis apa saja yang terdapat pada pembuatan kain cual Bangka Belitung dan mengetahui aspek-aspek matematis apa saja yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung, serta untuk mengetahui bentuk dan isi paket pembelajaran matematika yang disusun dengan berbasis pada kain cual Bangka Belitung. Dalam penelitian ini, maka digunakan dua tahap penelitian. Tahap pertama dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang berorientasi pada studi kasus. Oleh karena itu, melalui penelitian ini akan diperoleh data-data dalam bentuk tulisan, kata-kata maupun dokumen yang berasal dari sumber penelitian dengan penelitian dilakukan melalui upaya melakukan deskripsi dan analisis yang mendalam terhadap suatu keadaan. Dalam Merriam (2009: 13), Van Maanen mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan berbagai teknik interpretasi yang berusaha untuk mendeskripsikan, “membaca” kode, menerjemahkan, dan di samping itu bisa memahami makna, bukan frekuensi, dari berbagai fenomena yang secara alami ada di dunia sosial. Menurut Creswell (2015), penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi dan penggunaan kerangka penafsiran/teoretis yang membentuk atau memengaruhi studi tentang permasalahan riset yang terkait dengan makna yang dikenakan oleh individu atau kelompok pada suatu permasalahan sosial atau manusia. Proses penelitian mengalir dari



47



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48



asumsi filosofis, menuju lensa penafsiran, kemudian menuju prosedur yang dilibatkan dalam mempelajari isu-isu sosial atau manusia. Menurut Sugiyono (2015), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan makna daripada generalisasi. Kemudian untuk tahap kedua dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian yang didasarkan pada pengembangan, di mana dalam tahap ini maka akan dihasilkan suatu produk tertentu. Dalam tahap pengembangan ini, maka peneliti menggunakan model pengembangan Plomp. Dalam model pengembangan Plomp tersebut terdiri atas lima fase, yaitu Preliminary research/Preliminary investigation; Design phase; Realization/Construction; Test, Evaluation, and Revision; Implementation.



B. Narasumber Penelitian Narasumber pada penelitian ini merupakan budayawan yang berasal dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, di mana beliau telah banyak menghasilkan



karya-karya



yang



banyak



membahas



mengenai



kebudayaan yang ada di daerah-daerah yang terletak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan memahami kebudayaan Bangka Belitung dalam bentuk kain cual Bangka Belitung. Selain itu, penelitian ini akan dikhususkan pada tiga industri yang memproduksi kain cual Bangka Belitung. Industri yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian, yaitu Galeri Destiani, Ishadi Kain Cual, dan Koperasi Kain Tenun Cual Maslina. Ketiga industri ini menjadi pilihan dikarenakan ketiga industri ini sudah memasok hasil jadi kain cual tidak terbatas pada lingkup nasional saja, melainkan sudah dalam lingkup mancanegara, serta ketiga industri ini sering mengirimkan wakilnya untuk



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49



merepresentasikan kain cual Bangka Belitung dalam beberapa event baik dalam lingkup lokal, regional, maupun internasional. Untuk penelitian yang didasarkan pada pengembangan, maka subjek penelitian merupakan peserta didik dari tingkat SMP maupun SMA jika dimungkinkan untuk dilakukan proses uji coba (dalam pelaksanaan tidak dimungkinkan dilakukan uji coba).



C. Objek Penelitian Pada penelitian ini, objek penelitiannya berupa kebudayaan yang berkembang pada masyarakat di Bangka dalam bentuk kain cual, serta terkait dengan aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam pembuatan



kain



pengembangan,



cual maka



Bangka objek



Belitung.



penelitiannya



Untuk



penelitian



merupakan



paket



pembelajaran yang dihasilkan.



D. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Maret 2019 - Oktober 2019. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Juli 2019 - Agustus 2019.



2. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya kota Pangkalpinang.



E. Bentuk Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap narasumber penelitian, serta data diperoleh dari hasil pengamatan dan data juga diperoleh dari dokumentasi mengenai proses pembuatan kain cual beserta hasil dari pembuatan kain cual tersebut, di mana data tersebut akan dianalisis dan dideskripsikan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga akan diperoleh informasi secara lebih



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50



mendalam mengenai kebudayaan yang berkembang pada masyarakat di Bangka dalam bentuk kain cual, serta melalui data tersebut akan dianalisis aktivitas fundamental matematis yang terkait dengan kebudayaan tersebut dan akan dilakukan analisis mengenai aspek-aspek matematis yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung. Untuk bentuk data pada penelitian pengembangan, maka dihasilkan data yang diperoleh dari hasil validasi dari ahli, serta hasil uji coba dari peserta didik (dalam pelaksanaan tidak dimungkinkan). Data tersebut dimaksudkan agar nantinya dapat memberikan gambaran mengenai kelayakan media pembelajaran dan kualitas dari paket pembelajaran.



F. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Berikut akan dijabarkan mengenai metode pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data dikarenakan dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Jenis wawancara yang akan digunakan adalah wawancara semi terstruktur (Semistructure Interview). Hal tersebut dikarenakan dalam pelaksanaannya



lebih



bebas



bila



dibandingkan



dengan



wawancara terstruktur dan sudah termasuk dalam kategori indept interview. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51



Dalam proses wawancara ini, maka digunakan tiga level yang digunakan dalam proses pencarian data, yaitu: 1) Level masyarakat Bangka Belitung secara umum (terkait dengan



aspek-aspek



budaya



masyarakat



Bangka



Belitung) 2) Level budaya yang terkait dengan kain cual 3) Level budaya yang terkait dengan produksi kain cual di ketiga perusahaan yang bersangkutan (yang spesifik terjadi pada ketiga perusahaan tersebut)



b. Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati proses kebudayaan yang berkembang pada masyarakat di Bangka dalam bentuk kain cual, sehingga melalui observasi tersebut maka peneliti dapat memperoleh berbagai data yang terkait dengan aspek-aspek historis yang melatarbelakangi munculnya kebudayaan yang berkembang di dalam masyarakat tersebut. Peneliti juga akan mengamati setiap proses pembuatan kain cual, sehingga akan ditemukan aktivitas fundamental matematis yang terkandung dalam kain cual.



c. Dokumentasi Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti, yaitu terkait dengan berbagai kebudayaan yang berkembang pada masyarakat di Bangka dengan bentuk kain cual dalam bentuk foto maupun video, sehingga melalui hasil yang diperoleh melalui foto maupun video diharapkan dapat menunjang data yang diperoleh untuk menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52



Dalam tahap penelitian pengembangan, maka pengumpulan data dilakukan dengan mengkaitkan kajian yang telah diperoleh dengan proses pembelajaran yang meliputi: 1. Penilaian paket pembelajaran Hasil penilaian paket pembelajaran diperoleh dari validasi ahli, serta tanggapan dari peserta didik atau pendidik.



2. Observasi Jika dimungkinan, maka observasi dilakukan pada saat pengujian produk, pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran



menggunakan



paket



pembelajaran



(dalam



pelaksanaan tidak dimungkinkan).



3. Wawancara Jika dimungkinkan wawancara dilakukan terhadap pendidik yang memahami kaitan kain Cual Bangka Belitung terhadap pembelajaran memperoleh



matematika. hasil



yang



Wawancara tepat



dalam



dilakukan



untuk



menyusun



paket



pembelajaran atau bisa juga dengan memberikan paket pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya untuk diberikan penilaian (dalam pelaksanaan tidak dimungkinkan).



4. Dokumentasi Hasil penelitian dari observasi diperoleh dari hasil proses pembelajaran yang digunakan untuk mencerminkan keadaan yang



sebenarnya



dalam



proses



mengujicobakan



paket



pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan apabila dilakukan proses mengujicobakan paket pembelajaran (dalam pelaksanaan tidak dimungkinkan).



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53



G. Instrumen Pengumpulan Data 1. Instrumen Utama Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama atau alat penelitian yang utama adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi



validasi



terhadap



pemahaman



metode



kualitatif,



penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahamannya terhadap metode kualitatif yang akan digunakan sebagai bekal dalam proses penelitian. Selain itu, peneliti akan dibantu dengan instrumen bantu yang berupa pedoman wawancara.



2. Instrumen-instrumen Bantu a. Pedoman Observasi Adapun pedoman observasi yang digunakan di dalam penelitian ini terkait dengan: 1) Proses pembuatan kain cual 2) Kondisi masyarakat Bangka Belitung dalam pandangannya terhadap kain cual Selain itu, pedoman observasi dalam penelitian ini juga mencakup pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan paket pembelajaran yang telah disusun. Dalam hal ini, maka dilakukan pengamatan terhadap respon peserta didik mengenai paket pembelajaran tersebut.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54



b. Lembar Validasi Paket Pembelajaran Lembar validasi diberikan kepada ahli yang sekiranya memahami keterkaitan antara pembelajaran matematika dengan etnomatematika yang terkait dengan kain Cual. Ahli tersebut antara lain dosen yang kajiannya terkait dengan etnomatematika dan pendidikan matematika, serta pendidik yang memiliki kemampuan di bidang pendidikan matematika.



c. Pedoman Wawancara Adapun pedoman wawancara yang digunakan di dalam penelitian ini terkait dengan: 1) Kedudukan kain cual dalam kehidupan masyarakat Bangka Belitung 2) Pandangan masyarakat Bangka Belitung terhadap kain Cual 3) Proses produksi kain cual 4) Perkiraan pegawai dalam proses pembuatan kain cual 5) Penentuan motif pada kain cual 6) Proses penentuan lokasi untuk menyuplai bahan baku 7) Proses menentukan harga jual dari kain cual 8) Proses dalam menentukan lokasi untuk memasarkan kain cual Berikut ini merupakan pertanyaan yang akan diajukan dalam penelitian ini, yaitu: 1) Wawancara dengan Penggiat Industri Kain Cual Bangka Belitung a) Bagaimana tahap pembuatan konsep kain cual Bangka Belitung? b) Bagaimana tahap untuk merealisasikan konsep tersebut dalam proses produksi kain cual?



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55



c) Bagaimana proses untuk menentukan motif pada kain cual? d) Apakah ada kriteria khusus yang digunakan untuk memanipulasi motif-motif yang ada sehingga akan terbentuk motif-motif yang baru? e) Apakah ada keterkaitan sejarah atau makna dari motifmotif yang baru terhadap motif-motif terdahulu? f) Apakah



ada



suatu



pertimbangan



khusus



dalam



menentukan suatu motif akan diproduksi lagi atau tidak? g) Bagaimana



cara



mengombinasikan



yang



digunakan



motif-motif



yang



untuk



ada



untuk



dilakukan



dalam



membentuk motif yang baru? h) Bagaimana



langkah/tahap



yang



memproduksi suatu kain cual? i) Bagaimana proses untuk mendesain motif-motif pada kain cual? j) Bagaimana cara untuk menentukan banyaknya pegawai dalam proses pembuatan kain cual? k) Bagaimana cara menentukan penempatan pegawai dalam proses pembuatan kain cual? l) Bagaimana proses yang dilakukan untuk menentukan lokasi dalam menyuplai bahan baku? m) Bagaimana cara untuk menentukan harga jual dari kain cual? n) Apakah kain cual ini juga dipasarkan dalam bermacammacam lokasi yang berbeda? o) Apakah ada perbedaan harga terhadap kain cual yang dipasarkan



di



tempat



lain



dengan



harga



yang



dicantumkan ketika dipasarkan di galeri sendiri? p) Apakah ada cara yang digunakan untuk menentukan lokasi untuk memasarkan kain cual?



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56



2) Wawancara dengan Budayawan a) Secara umum, bagaimana perkembangan kebudayaan yang berkembang pada masyarakat Bangka Belitung? b) Apakah budaya yang berkembang pada masyarakat di Bangka Belitung telah membawa banyak sisi positif dalam kehidupan sehari-hari masyarakat? c) Bagaimana sejarah perkembangan kain cual yang ada di Bangka Belitung? d) Bagaimana peran dari kain cual itu sendiri terhadap kehidupan bermasyarakat di Bangka Belitung? e) Bagi masyarakat di Bangka Belitung, apakah makna dari kain cual yang berkembang di masyarakat? f) Apakah ada kekhasan khusus yang dimiliki oleh kain Cual itu sendiri? g) Apakah penggunaan kain Cual itu memiliki aturanaturan tersendiri?



d. Pedoman Dokumentasi Adapun pedoman dokumentasi yang digunakan di dalam penelitian



ini



terkait



dengan



dokumen-dokumen



yang



menempatkan kain cual di dalam kehidupan masyarakat Bangka Belitung.



H. Metode/Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Terkait dengan Kajian Etnomatematika pada Kain Cual Bangka Belitung Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57



(Moleong, 2016: 247). Setelah data telah terkumpul, maka dilakukan penyusunan data lagi secara sistematik, sehingga kesimpulan diambil dari hasil data tersebut. Menurut Miles and Huberman (1992: 16) pengolahan data dilakukan dalam empat tahap, yaitu sebagai berikut: a. Pengumpulan data Peneliti mencatat semua data yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi secara apa adanya sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.



b. Reduksi data/Kondensasi data Peneliti melakukan usaha untuk membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.



c. Penyajian data (display data) Peneliti menyajikan data dalam bentuk deskripsi yang didapatkan dari proses reduksi data.



d. Pengambilan keputusan dan verifikasi (verification) Peneliti melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan datadata yang telah diperoleh serta telah dianalisis.



2. Analisis Paket Pembelajaran Data yang diperoleh dari hasil validasi untuk paket pembelajaran



digunakan



untuk



menyempurnakan



paket



pembelajaran. Data ini dianalisis secara kualitatif agar dapat dideskripsikan secara kualitatif guna memberikan gambaran dan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58



paparan



tentang



etnomatematika.



paket Untuk



pembelajaran menentukan



yang



berbasis



kevalidan



dari



pada paket



pembelajaran tersebut maka berikut adalah interval yang digunakan: 4 ≤ 𝑅𝐾 ≤ 5: Sangat valid /sangat baik 3 ≤ 𝑅𝐾 < 4: Valid /baik 2 ≤ 𝑅𝐾 < 3: Tidak valid/tidak baik 1 ≤ 𝑅𝐾 < 2: Sangat tidak valid /sangat tidak baik RK merupakan range kevalidan atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai interval yang digunakan untuk menentukan kevalidan paket pembelajaran. Perangkat dikatakan praktis apabila validator mengemukakan pada lembar validasi bahwa terdapat revisi kecil atau tanpa revisi terhadap paket pembelajaran tersebut.



I. Model Pengembangan Paket Pembelajaran Dalam pengembangan paket pembelajaran pada penelitian ini maka merujuk pada penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Plomp. Model pengembangan menurut Plomp tersebut terdiri dari lima fase, yaitu: 1. Fase Investigasi Awal (Preliminary investigation/Preliminary research) Fase investigasi awal merupakan tahap persiapan untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan yang terjadi pada kain Cual Bangka Belitung, serta mengumpulkan informasiinformasi mengenai kebutuhan dalam proses pembelajaran matematika, model pembelajaran yang akan digunakan, serta perangkat pembelajaran yang dapat diangkat dalam pembelajaran matematika. Dalam tahap ini, maka terlebih dahulu mengkaji etnomatematika yang terkait dengan kain Cual Bangka Belitung yang kemudian dilakukan pemilihan unsur-unsur yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran matematika.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59



2. Fase Desain (Design) Setelah melalui tahap pencermatan terhadap analisis kebutuhan, serta kajian literatur maka disusun suatu rancangan paket pembelajaran yang akan dilakukan pengembangan. Pada tahap ini, maka



akan



dihasilkan



paket



pembelajaran



yang



dapat



mengakomodasi proses pembelajaran matematika yang berbasis pada kain Cual Bangka Belitung. Paket pembelajaran tersebut dapat berupa rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, buku atau modul, media pembelajaran, maupun instrumen penilaian.



3. Fase Realisasi (Realization/Construction) Dalam tahap ini, maka paket pembelajaran dibuat dalam bentuk yang lebih rinci dan lebih mengedepankan aspek pembelajaran matematika dengan didasarkan beberapa masukan dari hasil validasi oleh ahli terkait dengan paket pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.



4. Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi (Test, Evaluation, and Revision) Dalam tahap ini, maka dilakukan pencermatan kembali poinpoin penting yang tidak begitu memiliki makna penting dalam proses pembelajaran. Melalui tahap ini, maka akan dilakukan evaluasi secara mendalam mengenai paket pembelajaran tersebut, sehingga diharapkan akan diperoleh paket pembelajaran yang dapat mengoneksikan antara pembelajaran matematika dengan kain Cual Bangka Belitung. Dalam tahap ini, maka dilakukan proses uji coba (dalam pelaksanaan tidak dimungkinkan) paket pembelajaran ke dalam pembelajaran matematika. Dalam tahap ini, maka akan dikaji aspekaspek yang kurang begitu memiliki keterkaitan antara kain Cual Bangka Belitung dengan pembelajaran matematika. Melalui tahap



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60



tersebut, maka akan dilakukan proses revisi terhadap paket pembelajaran yang telah diujicobakan.



5. Fase Implementasi (Implementation) Dalam fase ini, menurut Plomp (1997) paket pembelajaran yang telah disusun diimplentasikan dalam wilayah yang lebih luas. Akan tetapi, dalam proses penelitian ini tidak diimplementasikan dalam wilayah yang lebih luas.



J. Upaya untuk Meningkatkan Kredibilitas Data dan Hasil Penelitian Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat



kepercayaan



kebergantungan



(credibility),



(dependability),



keteralihan



dan



kepastian



(transferability), (confirmability)



(Moleong, 2016: 324). Teknik yang digunakan untuk meningkatkan kredibilitas data salah satunya adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. (Moleong, 2016: 330). Dalam penelitian ini, maka yang digunakan adalah triangulasi waktu. Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61



Selain itu, akan dilakukan validasi dari pakar (dosen maupun guru matematika) terhadap instrumen bantu yang akan digunakan dalam proses wawancara, observasi maupun kegiatan penelitian lainnya. Proses validasi dari pakar ini bertujuan agar instrumen bantu yang telah disusun tersebut dapat membantu peneliti dalam memperoleh hasil yang sesuai dengan rumusan masalah.



K. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan Prosedur



pelaksanaan



penelitian



secara



keseluruhan



yaitu



melakukan analisis terhadap masalah, merumuskan masalah, kemudian menarik kesimpulan dari analisis masalah tersebut. Berikut prosedur pelaksanaan penelitiannya: 1. Merancang Proposal Penelitian Proposal penelitian digunakan sebagai rambu-rambu dalam melaksanakan penelitian, sehingga dapat digunakan oleh peneliti dalam proses penelitian.



2. Merancang instrumen-instrumen bantu a. Instrumen bantu yang berbentuk pedoman wawancara b. Instrumen bantu yang berbentuk pedoman observasi c. Instrumen bantu yang berbentuk pedoman pencermatan dokumen



3. Validasi Instrumen Bantu Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan tepat dalam menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu dengan melakukan validasi instrumen-instrumen bantu yang telah disusun.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62



4. Pengumpulan Data di Lapangan Wawancara dengan budayawan dimaksudkan agar peneliti dapat



memperoleh



berbagai



data



mengenai



budaya



yang



berkembang pada masyarakat di Pulau Bangka dalam bentuk kain cual serta wawancara dengan penggiat industri kain cual agar peneliti dapat memperoleh data mengenai proses produksi dan pemasaran kain cual Bangka Belitung dan mendokumentasikan proses pembuatan kain cual Bangka Belitung di tempat industrinya.



5. Pendeskripsian Hasil Wawancara dengan Narasumber Penelitian Hasil



wawancara



yang



telah



diperoleh



kemudian



dideskripsikan dan dianalisis sesuai keperluan.



6. Validasi Data Data



divalidasi



agar



dapat



dipergunakan



untuk



keberlangsungan penelitian pada tahap selanjutnya.



7. Penentuan Aktivitas Fundamental Matematis dan Aspek-aspek Matematis Setelah ditemukan berbagai data mengenai budaya yang berkembang pada masyarakat di Bangka dalam bentuk kain cual, maka



langkah



selanjutnya



adalah



menganalisis



aktivitas



fundamental matematis yang terkandung di dalamnya dan menganalisis aspek-aspek matematis yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung.



8. Validasi Aktivitas Fundamental Matematis dan Aspek-aspek Matematis Validasi dilakukan setelah aktivitas fundamental matematis yang ada pada budaya masyarakat di Bangka dalam bentuk kain cual



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63



ditemukan oleh peneliti, serta dilakukan validasi terhadap aspekaspek matematis pada kain cual Bangka Belitung.



9. Penyusunan Hasil Penelitian Pada proses ini maka dilakukan pembahasan mengenai hasil penelitian serta dilakukan proses pengembangan paket pembelajaran yang berbasis etnomatematika pada kain Cual Bangka Belitung.



10. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dilakukan setelah semua tahap-tahap dalam proses penelitian telah selesai dilakukan.



L. Penjadwalan Waktu Penelitian Tabel 1. Penjadwalan Waktu Penelitian Tahap 1



Waktu 08 Oktober 2018



2 3



20 Januari 2019 Maret 2019 - April 2019



4



April 2019 - Mei 2019



5



15 Juli 2019 - 08 Agustus 2019



6



08 Agustus 2019 - 07 Oktober 2019



7



08 Oktober 2019 - 17 November 2019



8



18 November 2019 - 30 November 2019



Kegiatan Pengajuan Praproposal Penelitian Pengajuan Proposal Penelitian Penyusunan instrumen bantu untuk penelitian beserta penyusunan proposal penelitian Pengajuan proposal penelitian kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian Pelaksanaan Pengumpulan Data Analisis Hasil Penelitian (Preliminary Research) dan Pembuatan Perangkat Pembelajaran Validasi Perangkat Pembelajaran dan Revisi Paket Pembelajaran Analisis Hasil Penelitian Secara Keseluruhan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64



Tahap 9 10



Waktu 01 Desember 2019 - 09 Desember 2019 12 Desember 2019



Kegiatan Penulisan Hasil Penelitian dalam Bentuk Tesis Tesis Selesai



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan data yang dilakukan untuk menggali informasi mengenai kain cual dilaksanakan di empat tempat yang berbeda, yaitu kantor sekretaris daerah DPRD Kota Pangkalpinang, koperasi tenun kain cual Maslina, Ishadi kain cual, dan galeri Destiani. Kantor sekretaris daerah DPRD Kota Pangkalpinang beralamat di Jalan Rasa Kunda Bukit Intan, Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Koperasi tenun kain cual Maslina beralamat di Jalan Raya Selindung Nomor 17, RT/RW 02/02, Kelurahan Selindung, Kecamatan Gabek, Pangkalpinang, 33171. Ishadi kain cual beralamat di Jalan Ahmad Yani Nomor 46, Kelurahan Taman Sari, Pangkalpinang. Galeri destiani beralamat di Jalan Adhiyaksa Nomor 3, Kacang Pedang, Kecamatan Gerunggang, Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam penelitian ini, maka narasumber yang akan dijadikan sumber dalam pengumpulan data, yaitu sebagai berikut: 1. Bapak Drs. Akhmad Elvian, selaku budayawan dan sejarawan yang memahami sejarah dari perkembangan kain cual Bangka Belitung. Beliau pada saat ini bekerja di kantor DPRD Pangkalpinang, di mana beliau berfokus pada kebudayaan yang berkembang di Bangka Belitung dan dalam hal ini juga terkait dengan kebudayaan kain cual Bangka Belitung. 2. Ibu Maslina Yazid, selaku penggiat industri kain cual Bangka Belitung. Beliau memasarkan dan memproduksi kain cual Bangka Belitung di galerinya sendiri, yaitu koperasi kain tenun cual Bangka Belitung yang beralamat di Jalan Raya Selindung Nomor 17, RT/RW 02/02, Kelurahan



65



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66



Selindung, Kecamatan Gabek, Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3. Ibu Hj. Isnawaty, selaku penggiat industri kain cual Bangka Belitung. Beliau memasarkan kain cual Bangka Belitung hasil kreasinya sendiri di Ishadi Kain Cual yang beralamat di Jalan Ahmad Yani Nomor 46, Kelurahan Taman Sari, Pangkalpinang. 4. Ibu Dra. Catharina Kristiatmini, selaku penggiat industri kain cual Bangka Belitung. Beliau memasarkan kain cual Bangka Belitung di galerinya sendiri yang beralamat di Jalan Adhiyaksa Nomor 3, Kacang Pedang, Kecamatan Gerunggang, Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilakukan dengan memberikan surat izin kepada Bapak Drs. Akhmad Elvian pada tanggal 10 Mei 2019, Ibu Hj. Isnawaty pada tanggal 11 Mei 2019, Ibu Dra. Catharina Kristiatmini pada tanggal 11 Mei 2019, dan Ibu Maslina Yazid pada tanggal 25 Mei 2019. Setelah mendapatkan izin penelitian dari masing-masing narasumber, maka langkah selanjutnya adalah mendiskusikan mekanisme penelitian kepada masingmasing narasumber. Hal-hal yang terkait dengan mekanisme penelitian, yaitu mengenai waktu pengumpulan data yang akan dilakukan, mengenai hal-hal yang akan didiskusikan dalam pengumpulan data, serta terkait dengan hal-hal apa saja yang akan ditanyakan kepada narasumber. Setelah proposal tesis telah diterima dan disetujui oleh masing-masing narasumber, maka peneliti memulai pelaksanaan pengumpulan data pada tanggal 15 Juli 2019. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2019 pukul 10.00-11.30 WIB, 17 Juli 2019 pukul 17.00-18.30 WIB, 18 Juli 2019 pukul 15.00-16.30 WIB, 18 Juli 2019 pukul 17.00-18.30 WIB, dan 22 Juli 2019 pukul 10.00-11.30 WIB. Adapun rincian kegiatan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67



Tabel 2. Waktu Kegiatan Pengumpulan Data Nomor



Waktu



Kegiatan



1



15 Juli 2019 pukul 10.00-11.30 WIB



Wawancara dengan Ibu Maslina Yazid



2



17 Juli 2019 pukul 17.00-18.30 WIB



Wawancara dengan Ibu Dra. Catharina Kristiatmini



3



18 Juli 2019 pukul 15.00-16.30 WIB



Wawancara dengan Bapak Drs. Akhmad Elvian



4



18 Juli 2019 pukul 17.00-18.30 WIB



Pengamatan proses produksi kain cual di koperasi tenun kain cual Maslina



5



22 Juli 2019 pukul 10.00-11.30 WIB



Wawancara dengan Ibu Hj. Isnawaty



B. Analisis Data Penelitian 1. Aspek Kebudayaan yang Terdapat Pada Kain Cual Bangka Belitung yang Menunjukkan Kedudukan Kain Cual dalam Budaya Masyarakat di Bangka Belitung Perkembangan kebudayaan dari masyarakat Bangka Belitung itu secara universal ada dua macam, yaitu kebudayaan yang berbasis darat atau land based culture, di mana dapat diartikan sebagai orang darat atau orang gunung dan diartikan dalam konteks secara ilmiah sebagai hill people.



Kemudian,



kebudayaan



masyarakat



Bangka



Belitung



selanjutnya adalah kebudayaan yang berbasis pada kelautan atau bahari atau sea based culture, di mana orang-orangnya merupakan orang sekak atau seafarer atau pengembara laut.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68



Kemudian dari kedua kebudayaan tersebut diperkaya dengan kebudayaan dari pendatang, yaitu orang-orang melayu yang datang dari semenanjung tanah Melayu yang datang dari Johor, datang dari Siantan, datang dari Malaka ke tanah Bangka itu sendiri pada masa Kesultanan Palembang di bawah pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin 1 Jayawikromo sekitar tahun 1724-1757. Orang-orang Melayu tersebut melakukan migrasi ke Bangka dikarenakan Sultan memperistri putri Melayu dari Siantan. Dari pihak keluarga istri Sultan itu melakukan migrasi dalam jumlah yang relatif banyak, yaitu sekitar 5.000 orang Melayu ke tanah Bangka dan orangorang Melayu itu juga yang mempengaruhi dan memperkaya budaya masyarakat Bangka Belitung yang telah berbasis pada kebudayaan darat dan kebudayaan laut. Selain itu, sekitar tahun 1710 pada masa pemerintahan Sultan pada waktu



itu,



yaitu



Sultan



Muhammad



Mansyur



Jayawinlago



mendatangkan orang-orang Tionghoa ke Pulau Bangka untuk menambang timah dan bekerja di parit-parit penambangan timah dalam rangka untuk meningkatkan produksi timah karena Sultan melakukan penandatanganan kontrak dagang dengan VOC. Untuk meningkatkan produksi timah pada saat itu, maka Sultan mendatangkan tenaga kerja ahli yang merupakan orang Tionghoa. Dengan proses kedatangan orang-orang Tionghoa itu juga mempengaruhi budaya Bangka Belitung. Oleh karena itu, budaya Bangka Belitung saling berakulturasi dan berasimilasi satu sama lain. Jadi budaya Bangka Belitung itu berasal dari 4 kebudayaan, yaitu kebudayaan darat, kebudayaan laut, kebudayaan Tionghoa, dan kebudayaan Melayu. Dari kebudayaan Bangka Belitung yang beraneka ragam tersebut, maka memberikan dampak yang positif bagi masyarakat Bangka Belitung. Hal tersebut dikarenakan kebudayaan Bangka Belitung menjadi unik dan beraneka ragam dikarenakan dipengaruhi oleh



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69



keempat kebudayaan tersebut. Dengan keunikan dan keragaman budaya Bangka Belitung tersebut, maka mempengaruhi perkembangan kain cual Bangka Belitung yang kemudian menjadi ciri khas bagi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kain cual itu sendiri apabila ditinjau dari sejarah awalnya, maka dibawa oleh orang-orang Melayu yang datang ke Pulau Bangka, di mana mereka berasal dari Sintan dan merupakan keluarga dari Zamnah atau Baniah yang masih keluarga dari istri Sultan Mahmud Badaruddin I. Kemudian mereka memilih tinggal di Mentok dan tinggal di kampung-kampung seperti kampung Patemun, kampung Kranggan, kampung Jirang Siantan. Kemudian perempuan-perempuan Melayu tersebut yang berasal dari Semenanjung Melaka yang berada di Johor ataupun perempuan-perempuan Melayu yang berasal dari Mentok itu menenun sebuah kain yang dinamakan kain cual. Jadi kain cual itu sendiri memiliki keistimewaannya tersendiri dikarenakan gabungan dari teknik cungkit dan teknik ikat. Selain itu, kain cual memiliki motif yang berbasis pada flora dan fauna, kemudian tekstur dari kainnya sendiri halus dan bagi masyarakat Bangka Belitung akan menunjukkan bahwa marwahnya sangat tinggi apabila dilihat dari kejauhan. Berdasarkan pemaparan hasil di atas, maka aspek kebudayaan yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung yang menunjukkan kedudukan kain cual dalam budaya masyarakat di Bangka Belitung antara lain: a. Kebudayaan masyarakat Bangka Belitung merupakan akulturasi dan asimilasi dari kebudayaan yang berbasis darat (land based culture), kebudayaan yang berbasis laut (sea based culture), serta kebudayaan dari pendatang seperti kebudayaan melayu dan kebudayaan dari orang-orang Tionghoa. b. Dengan



adanya



perpaduan



kebudayaan



tersebut,



maka



kebudayaan yang berkembang di Bangka Belitung menjadi unik dan menarik, sehingga mempengaruhi perkembangan kain cual



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70



di Bangka Belitung dikarenakan dalam perpaduan motif-motif dari kain cual tersebut dilandasi pada kebudayaan-kebudayaan tersebut. c. Kain



cual



menjadi



istimewa



dalam



perkembangannya



dikarenakan dalam membuat kain cual, maka digunakan teknik gabungan cungkit dan ikat, sehingga kain cual tersebut menjadi sangat halus. d. Kain cual bagi masyarakat Bangka Belitung akan menunjukkan marwahnya apabila dipandang dari kejauhan dikarenakan ada keistimewaan yang dimiliki oleh kain tersebut.



2. Proses Produksi pada Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung a. Proses Pembuatan Konsep Kain Cual Bangka Belitung Tabel 3. Data Terkait Proses Pembuatan Konsep Kain Cual Bangka Belitung Koperasi Kain Tenun Cual Maslina Proses pembuatan konsep pada koperasi tenun cual Maslina dilakukan dengan melakukan proses berpikir dan berkonsentrasi sebelum membuat suatu konsep kain cual. Cara yang dapat dilakukan, yaitu ketika sedang pergi ke pantai, maka ketika melihat binatang laut seperti ubur-ubur maupun binatang laut lainnya, maka secara



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



Proses pembuatan konsep pada galeri destiani dilakukan dengan didasarkan pada saat mendampingi ibu walikota dalam tugas PKK dan menemukan kain cual kuno. Kain kuno itu dibuat oleh pengrajin di daerah Mentok, Bangka Barat. Kain kuno itu sudah berusia ratusan tahun dan benangnya dicelup dengan benang emas.



Proses pembuatan konsep pada galeri Ishadi Kain Cual dilakukan dengan berdasarkan patokan motif kuno yang telah ada sebelumnya dikarenakan motif-motif tersebut bersifat heritage, sehingga sudah ada pakemnya dari awal. Pakem tersebut tidak dapat diubah karena sifatnya



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina tidak langsung dapat menjadi ide untuk membuat suatu konsep kain cual. Selain itu, bisa juga mendapatkan ide ketika melihat keanekaragaman yang berada di sekitar lingkungan.



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



Kemudian dari proses pendampingan tersebut, maka narasumber berpikir mengapa tidak melestarikan dan memberdayakan masyarakat untuk menenun motif kuno itu. Tujuannya agar keberadaan kain kuno itu tetap eksis di Bangka Belitung. Selain untuk melestarikan, maka narasumber juga hendak mengembangkan dan memasyarakatkan kain itu agar kain kuno itu dapat terangkat kembali. Kemudian narasumber berpikir bahwa kain kuno itu tidak hanya dapat diproduksi dengan cara ditenun saja, namun dapat dikembangkan dengan teknik-teknik yang lain seperti printing, cap, dengan cara dicanting. Akan tetapi, dengan menggunakan teknik yang lain juga tetap memperhatikan kualitas dari motif kuno itu tadi atau dengan kata lain tidak mengubah



sudah budaya yang sudah seharusnya tidak dapat diubahubah.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



paten dari desain kain kuno itu tadi. Proses pembuatan konsep kain cual Bangka Belitung apabila dibuat dalam bentuk point atau intinya, yaitu sebagai berikut: 1) Dalam proses produksi kain cual di koperasi kain tenun cual Maslina ditinjau dari proses pembuatan konsep kain cual Bangka Belitung, maka yang dilakukan terlebih dahulu adalah melakukan proses berpikir secara mendalam mengenai konsep yang akan dibuat melalui proses konsentrasi sebelum akan dituangkan ke dalam konsep kain cual tersebut. Proses yang dapat dilakukan, yaitu dengan melakukan kegiatan refreshing, misalnya ketika sedang pergi ke pantai, maka binatang laut yang terlihat dapat dijadikan sebagai ide awal dalam pembuatan konsep. Hal lainnya adalah ketika mengamati keadaan di sekitar pekarangan rumah dan melihat keanekaragaman flora yang ada, maka dapat dijadikan sebagai konsep atau ide awal dalam pembuatan konsep. 2) Dalam proses pembuatan konsep di galeri destiani, maka ide awalnya berasal dari proses menemukan kain cual kuno ketika sedang melakukan kegiatan safari dengan ibu walikota. Melalui pengamatan pada kain cual kuno tersebut, maka akan diproduksi konsep-konsep kain cual untuk generasi selanjutnya. Selain itu, konsep awalnya juga dikarenakan hendak melestarikan kain cual agar perkembangan dari kain cual yang telah ada tidak punah oleh perkembangan zaman. 3) Dalam proses pembuatan konsep di Ishadi kain cual, maka ide awalnya dimulai dari patokan motif kuno yang telah ada sebelumnya. Motif tersebut bersifat heritage, sehingga dijadikan pakem untuk pembuatan konsep kain cual generasi selanjutnya.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73



b. Proses Realisasi Konsep-konsep dalam Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung Tabel 4. Data Terkait Proses Realisasi Konsep-konsep dalam Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung Koperasi Kain Tenun Cual Maslina Proses merealisasikan konsep-konsep dalam pembuatan kain cual di koperasi tenun cual maslina, yaitu dengan membuat gambarnya terlebih dahulu. Setelah proses menggambar di kertas, maka selanjutnya adalah dipindahkan ke benang. Benang yang digunakan adalah benang sutra yang berwarna putih yang telah dicelupkan pada cairan yang berwarna. Kemudian dibuat dan didesain benang-benang tersebut dengan didasarkan pada gambaran yang telah dibuat sebelumnya.



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



Proses merealisasikan konsep-konsep dalam pembuatan kain cual di galeri destiani, yaitu dengan membuat konsep printing terlebih dahulu. Desain dari printing itu dibuat dengan menggunakan komputer. Setelah desain dari motif tersebut telah selesai, maka selanjutnya diajukan untuk memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dari Departemen Hukum dan HAM. Setelah itu baru dibuat dalam bentuk mass production. Kemudian pengembangan selanjutnya adalah dalam bentuk teknik yang lain, seperti cap dan teknik yang lainnya.



Proses merealisasikan konsep-konsep dalam pembuatan kain cual di galeri Ishadi kain cual dilakukan ketika Provinsi Bangka Belitung terbentuk. Hal tersebut dikarenakan untuk membuat sesuatu itu tidak mudah, sehingga ide awalnya dalam merealisasikan konsep dalam bentuk print. Jadi pertama kali dalam bentuk print dikarenakan untuk memberikan harga yang lebih terjangkau kepada masyarakat Bangka Belitung.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74



Proses realisasi konsep dalam-konsep dalam proses produksi kain cual Bangka Belitung apabila dibuat dalam point atau inti adalah sebagai berikut: 1) Untuk realisasi konsep dalam proses produksi kain cual Bangka Belitung di koperasi kain tenun cual Maslina, maka yang dilakukan dengan membuat gambarnya terlebih dahulu, kemudian gambar dipindahkan ke benang yang akan diproduksi menjadi kain cual. 2) Untuk realisasi konsep dalam proses produksi kain cual Bangka Belitung di galeri destiani, maka yang dilakukan dengan membuat konsep atau desain menggunakan printing terlebih dahulu yang dibuat dengan menggunakan komputer. Setelah itu, desain tersebut akan diproduksi secara mass production. 3) Untuk realisasi konsep dalam proses produksi kain cual Bangka Belitung di Ishadi kain cual, maka yang dilakukan adalah mendesain terlebih dahulu dengan menggunakan teknik print, dengan maksud agar harga kain cual dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.



c. Proses Penentuan Motif dalam Produksi Kain Cual Bangka Belitung Tabel 5. Data Terkait Proses Penentuan Motif dalam Produksi Kain Cual Bangka Belitung Koperasi Kain Tenun Cual Maslina Proses penentuan motif yang dilakukan dalam pembuatan kain cual di koperasi kain tenun cual Maslina, yaitu dengan berkonsentrasi terlebih dahulu dalam



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



Proses penentuan motif yang dilakukan dalam pembuatan kain cual di galeri destiani, yaitu dengan berpedoman pada motif baku yang



Proses penentuan motif yang dilakukan dalam pembuatan kain cual di galeri Ishadi kain cual, yaitu berpedoman pada koleksi kain cual kuno yang



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina memikirkan suatu ide, kemudian dari proses itu maka dapat dicocokkan dengan panduan motif yang telah ada. Dari hal tersebut, maka dapat dibuat suatu motif yang akan digunakan dalam proses produksi kain cual.



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



telah ada sebelumnya. Motif bakunya ada dua macam, yaitu motif ketuyut dan motif lebah. Setelah pengamatan maka diperoleh juga motif kuno berlandaskan pada flora dan fauna yang bentuknya abstrak. Kemudian melihat warna kesukaan dari orang Melayu yang lebih dominan warnawarna yang meriah dan cerah. Kemudian selanjutnya dikembangkan menjadi berbagai macam kombinasi warna dan kombinasi motif.



berjumlah sekitar 20 lembar. Dalam masing-masing kain kuno tersebut terdapat pesan berantai dari orang tua dulu. Motifmotif dibuat berdasarkan pada motif yang ada pada kain kuno tersebut, misalnya motif flora dan fauna seperti motif bebek, burung hong, naga bertarung, kupukupu, bunga lotus, kembang gajah, dan motif-motif lainnya.



Proses penentuan motif dalam produksi kain cual Bangka Belitung apabila dibuat dalam point atau inti adalah sebagai berikut: 1) Untuk penentuan motif dalam produksi kain cual Bangka Belitung di koperasi kain tenun cual Maslina, maka dengan menggunakan panduan motif yang telah dibuat dalam proses berpikir ketika membuat konsep awal dalam pembuatan konsep kain cual. 2) Untuk penentuan motif dalam produksi kain cual Bangka Belitung di galeri destiani, maka dengan berpedoman pada motif



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76



baku yang telah dipatenkan, yaitu motif lebah dan motif ketuyut. Kemudian



baru



dikombinasikan



dengan



berbagai



macam



pewarnaan. 3) Untuk penentuan motif dalam produksi kain cual Bangka Belitung di Ishadi kain cual, maka dengan menggunakan berpedoman pada koleksi kain cual kuno yang memiliki motif flora dan fauna.



d. Proses dalam Memodifikasi Motif-motif dalam Produksi Kain Cual Bangka Belitung Tabel 6. Data Terkait Proses dalam Memodifikasi Motif-motif pada Kain Cual Bangka Belitung Koperasi Kain Tenun Cual Maslina Proses memodifikasi motif yang dilakukan dalam proses pembuatan kain cual di koperasi tenun cual Maslina, yaitu dengan didasarkan pada kreativitas dari masing-masing penenun yang telah memiliki jobdesk masing-masing. Untuk saat ini motif tersebut sudah dikombinasi dengan motif-motif yang telah ada sebelumnya dan dengan didasarkan



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



Proses memodifikasi motif yang dilakukan dalam proses pembuatan kain cual di galeri destiani, yaitu berpedoman pada motif baku yang telah ada sebelumnya. Melalui motif kuno dan baku tersebut, maka akan dibuat motif-motif yang lainnya.



Proses memodifikasi motif yang dilakukan dalam proses pembuatan kain cual di galeri Ishadi kain cual, yaitu pada proses print dan pembatikan. Akan tetapi, proses memodifikasi tersebut tetap berpedoman pada kain kuno yang telah ada dikarenakan kain tersebut bersifat heritage, sehingga tidak dapat dimodifikasi terlalu jauh. Motif-motif tersebut juga sudah



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina pada motif yang khas sebelumnya.



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



diakui dari kementerian terkait.



Proses dalam memodifikasi motif-motif dalam produksi kain cual Bangka Belitung apabila dalam bentuk point atau inti adalah sebagai berikut: 1) Untuk memodifikasi motif dalam produksi kain cual Bangka Belitung di koperasi kain tenun cual Maslina, maka dilakukan dengan kreativitas dari masing-masing penenun yang telah memiliki jobdesk masing-masing dan bisa juga didasarkan pada motif sebelumnya. 2) Untuk memodifikasi motif dalam produksi kain cual Bangka Belitung di galeri destiani, maka dilakukan dengan berpedoman pada motif kuno. 3) Untuk memodifikasi motif dalam produksi kain cual Bangka Belitung di Ishadi kain cual, maka dilakukan dengan berpedoman pada kain kuno yang bersifat heritage tersebut.



3. Aktivitas Fundamental Matematis Menurut Bishop yang Terdapat Pada Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung a. Explaining: Makna Filosofi pada Kain Cual Bangka Belitung Tabel 7. Data Terkait Makna Filosofi pada Kain Cual Bangka Belitung Budayawan



Koperasi Galeri Ishadi Kain Kain Destiani Cual Tenun Cual Maslina Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan pemaparan yang pemaparan pemaparan pemaparan diberikan, maka yang yang diberikan, yang diberikan,



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78



Budayawan



motif-motif dari kain cual diproduksi dengan berbasis pada flora dan fauna dikarenakan motif-motif tersebut diambil dari flora dan fauna yang khas dari Bangka Belitung, kemudian flora dan fauna mitologi dari orang-orang Tionghoa. Jadi gambaran dari makna-makna filosofis dari motif-motif flora dan fauna itu mereka tampilkan di dalam motif kain tenun, sehingga nanti orang yang menggunakan kain cual itu kira-kira menggambarkan makna yang ada.



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina diberikan, maka kain cual ini sudah menjadi jati diri bagi masyarakat Bangka Belitung dikarenakan sudah digunakan untuk datang ke suatu kegiatan atau acara.



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



maka dengan hadirnya kain cual ini masyarakat senang dikarenakan kebudayaannya terangkat. Maknanya secara moril bahwa kebudayaan mereka akan terangkat dan bermakna sekali bagi mereka. Kebudayaan di Bangka Belitung ini masih banyak yang tersembunyi dan tidak muncul. Setelah kita kembangkan, maka mereka baru menyadari bahwa nenek moyangnya memiliki kebudayaan seperti itu. Oleh karena itu, setelah dikembangkan akan memiliki makna yang positif bagi



maka kain cual merupakan heritage bagi kebudayaan masyarakat Bangka Belitung. Dengan adanya kain cual, maka diharapkan masyarakat dapat menggunakan kain cual dalam berbagai macam kegiatan yang akan dilakukan.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79



Budayawan



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



kehidupan masyarakat.



b. Locating: Proses dalam Menentukan Tempat Penyuplai Bahan Baku Tabel 8. Data Terkait Proses dalam Menentukan Tempat Penyuplai Bahan Baku Koperasi Kain Tenun Cual Maslina Proses dalam menentukan tempat penyuplai bahan baku di koperasi kain tenun cual Maslina, yaitu untuk masalah bahan baku tidak susah dikarenakan sering dibawa oleh pemerintah untuk pameran di Jakarta. Di Jakarta sudah banyak langganan disana, setelah itu karena sering pameran maka sering ditawarin bahan baku dan tidak susah karena ada juga bahan bakunya di Palembang dan bisa dikirimkan ke Bangka.



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



Proses dalam menentukan tempat penyuplai bahan baku di galeri destiani, yaitu bahan baku diperoleh di Pulau Jawa. Jadi bahan baku itu semuanya diperoleh di Jawa Tengah. Di Jawa Tengah benang sutranya juga ada banyak dan untuk bahan produksi itu tidak masalah. Jadi untuk pembuatan kain cual itu menggunakan kain katun primisima. Akan tetapi, biaya pengiriman benang itu setiap tahunnya selalu naik dan otomatis ongkos kirimnya juga naik,



Proses dalam menentukan tempat penyuplai bahan baku di galeri Ishadi kain cual, yaitu dengan didasarkan pada kebutuhan bahan baku. Jadi, lokasi bahan baku itu sudah rutin dan sudah dibagi-bagi untuk masingmasing karyawan. Jadi, setiap bulan kapasitas untuk kain primisima 1.000 yard atau kain sutra butuh 1.000 yard. Jadi, kapasitasnya sudah tetap seperti itu. Jadi, akan ditambahkan kapasitasnya jika ada penambahan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



sehingga akan orderan semakin mahal. masuk.



yang



c. Locating: Penentuan Lokasi atau Penempatan Pegawai dalam Proses Produksi Kain Cual Bangka Belitung Tabel 9. Data Terkait Penentuan Lokasi atau Penempatan Pegawai dalam Proses Produksi Kain Cual Bangka Belitung Koperasi Kain Tenun Cual Maslina Proses dalam penentuan lokasi atau penempatan pegawai di koperasi kain tenun cual Maslina dilakukan melalui pengelompokkan masing-masing keahlian dari pegawai yang ada. Jika pegawai memiliki keahlian di bagian pewarnaan, maka akan tetap memegang bagian pewarnaan itu. Jika pegawai memiliki keahlian di bagian permotifan, maka akan tetap berada di bagian permotifan. Jika pegawai memiliki keahlian di bagian menenun, maka akan tetap berada di bagian menenun itu. Dari pegawai yang ada itu



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



Proses dalam penentuan lokasi atau penempatan pegawai di galeri destiani dilakukan melalui keahlian dari masing-masing pegawai. Hal tersebut dapat dilihat bahwa pegawai yang kemampuannya di bagian membatik, maka akan ditempatkan di bagian membatik. Pegawai yang keahliannya di bagian cap, maka akan ditempatkan di divisi cap. Pegawai yang keahliannya di bagian tenun, maka akan ditempatkan di divisi tenun. Pegawai yang keahliannya di divisi jahit, maka akan ditempatkan di



Proses dalam penentuan lokasi atau penempatan pegawai di galeri Ishadi kain cual dilakukan dengan menempatkan masing-masing pegawai pada keahliannya masing-masing. Jika pegawai tersebut memiliki keahlian dalam pembatikan, maka akan ditempatkan pada bagian pembatikan. Jika pegawai memiliki keahlian dalam menggambar, maka akan ditempatkan di bagian menggambar. Jika pegawai memiliki keahlian di bidang mencanting, maka akan ditempatkan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina tidak akan pernah dijadikan satu dikarenakan akan sulit dalam proses produksinya.



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



divisi jahit. Jadi di bagian pegawai itu mencanting. diklasifikasikan berdasarkan keahliannya masing-masing.



d. Designing: Proses Merencanakan Pola pada Kain Cual Bangka Belitung Tabel 10. Data Terkait Proses Merencanakan Pola pada Kain Cual Bangka Belitung Koperasi Kain Tenun Cual Maslina Dalam proses merencanakan pola pada kain cual di koperasi kain tenun cual Maslina, maka yang dilakukan adalah berkonsentrasi terlebih dahulu sebelum mendesain pola kain cual tersebut. Selanjutnya adalah membuat pola dengan didasarkan pada panduan motif yang telah ada sebelumnya dan kemudian dipelajari, setelah itu baru dipahami motif kuno tersebut dan baru akan dibuat motif tersebut kembali.



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



Dalam proses merencanakan pola pada kain cual di galeri destiani, maka yang dilakukan adalah membuat desain pola tersebut melalui tiga teknik, yaitu printing, cap, dan tulis. Untuk kainnya sendiri menggunakan kain katun, kain sutra, serta kain yang lainnya. Untuk teknik itu ada yang manual dan ada yang menggunakan alat, yaitu tenun dan bukan tenun. Kalau yang berbentuk bukan tenun, maka sudah berbentuk kain sedangkan



Dalam proses merencanakan pola pada kain cual di galeri Ishadi kain cual, maka yang dilakukan yaitu ada bagian desain grafisnya tersendiri untuk yang print. Untuk bagian tenun, maka yang diambil disesuaikan dengan pakem yang ada di kain kunonya dan tidak akan mengubah motifnya. Dalam pembuatan kain tenun itu membutuhkan waktu atau proses sekitar 1 bulan dan bahkan ada yang 8 bulan. Hal tersebut disesuaikan dengan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



untuk yang tenun kualitas maka pekerja bahannya. melihat terlebih dahulu motif yang sudah ada kemudian baru memintal benangnya.



dari



e. Counting (yang juga memuat aktivitas playing): Proses Penentuan Harga Jual Kain Cual Bangka Belitung Tabel 11. Data Terkait Proses Penentuan Harga Jual Kain Cual Bangka Belitung Koperasi Kain Tenun Cual Maslina Dalam menentukan harga jual dari satu kain cual, maka koperasi kain tenun cual Maslina melihatnya dari segi kualitas bahannya. Jika kualitasnya I, maka harga akan semakin mahal. Kemudian juga dari waktu yang diperlukan oleh penenun untuk menyelesaikan satu potong kain cual tersebut. Untuk kualitas I, maka akan ditenun dalam waktu selama 6 bulan, sedangkan untuk kualitas II ditenun selama 1 bulan. Untuk kualitas I



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



Dalam menentukan harga jual dari satu kain cual, maka galeri destiani menghitung harga terlebih dahulu di Pulau Jawa. Jika harganya 200 per potong, maka harus dihitung dengan ongkos kirimnya juga, sehingga di galeri akan dijual sebesar 300. Untuk penyelesaiannya tergantung pada pegawai yang bekerja dalam proses produksi.



Dalam menentukan harga jual dari satu kain cual, maka galeri Ishadi kain cual menghitungnya dari harga bahan dasar, harga pewarna, serta cost produksinya dan ongkos yang diperlukan. Untuk kain yang ditenun maka ada yang membutuhkan waktu 1 bulan dan ada yang 8 bulan. Untuk yang 8 bulan dikarenakan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina (sehelai benang), maka akan menghasilkan selendang besar (panjang 225 cm, lebar 56 cm) dengan bahan baku sutra tanpa campuran akan dihargai sebesar Rp15.000.000,00 sampai Rp 30.000.000,00. Untuk kualitas II (dua helai benang) dan menghasilkan selendang besar (panjang 225cm, lebar 56cm) dengan bahan baku sutra tanpa campuran akan dihargai sebesar Rp8.000.000,00 sampai Rp9.000.000,00. Untuk kualitas I (sehelai benang) dan menghasilkan selendang kecil (panjang 190cm, lebar 56cm) dengan bahan baku sutra tanpa campuran akan dihargai sebesar Rp6.000.000,00 sampai Rp7.000.000,00. Untuk kualitas II (dua helai benang) dan menghasilkan selendang kecil (panjang 190cm, lebar 56cm) dengan bahan baku sutra



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual akan sangat halus dan akan memiliki kemiripan dengan motif kunonya.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina tanpa campuran akan dihargai sebesar Rp2.800.000,00 sampai Rp6.000.000,00.



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



f. Playing: Proses Penentuan Suatu Produk akan Dihasilkan Kembali atau Tidak Tabel 12. Data Terkait Proses Penentuan Suatu Produk akan Dihasilkan Kembali atau Tidak Koperasi Kain Tenun Cual Maslina Proses dalam menentukan suatu produk akan diproduksi lagi atau tidak di koperasi tenun cual Maslina, yaitu dengan didasarkan pada kualitas produknya. Hal tersebut dikarenakan ada kualitas I, kualitas II Apabila produknya tersebut semakin mahal, maka tidak boleh diproduksi secara massal dikarenakan apabila harganya mahal dan diproduksi mahal akan terlihat murah. Hal lainnya dikarenakan ongkos untuk pekerja dalam membuat produk



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



Proses dalam menentukan suatu produk akan diproduksi lagi atau tidak di galeri destiani, yaitu motif tersebut tetap berpedoman pada motif yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi motif baru akan tetap dikembangkan variasinya. Misalnya motifnya diperbesar atau diperkecil atau dapat juga warnanya dikombinasikan menjadi berbagai macam.



Proses dalam menentukan suatu produk akan diproduksi lagi atau tidak di galeri Ishadi kain cual, yaitu dengan didasarkan pada pembuatan motif sebelumnya. Suatu motif akan dibuat dalam 10 desain dan dalam setiap bulannya, maka motif akan berubah dikarenakan untuk membuat produk tidak monoton dan tidak massal hasilnya.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina yang mahal itu juga tinggi sehingga tidak dapat dibuat sembarangan.



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



g. Measuring: Proses Mengestimasi Bahan Baku yang Dibutuhkan Tabel 13. Data Terkait Proses Mengestimasi Bahan Baku yang Dibutuhkan Koperasi Kain Tenun Cual Maslina Bahan baku yang diperlukan didasarkan pada orderan yang masuk karena harga dari bahan baku untuk produksi termasuk mahal sehingga harus adanya kontrol terhadap bahan baku yang diperlukan. Ketika melakukan proses pembuangan getah (serisine) pada benang sutra (fibroine), maka dalam proses ini sutra mentah direndam dalam larutan tinovetine Ju (1-2 kg/lt) dan abu soda (1gr/lt) dengan perbandingan bahan dan air



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



Untuk orderan dalam jumlah yang banyak, maka belum berani untuk memperbanyak bahan produksi maupun penempatan pegawai dalam jumlah yang banyak. Kita melihat orderan atau demand juga karena sistem pembayarannya cash and carry. Semakin banyak orderan yang masuk, maka akan ada penambahan bahan baku serta dalam hal penempatan pegawainya.



Untuk bahan yang akan masuk dalam biaya pengeluaran didasarkan pada proses permintaan pada periode sebelumnya atau dapat juga dilihat dari orderan yang masuk.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina sebesar 1:30. Selain itu, ketika proses pencelupan sutra, di mana larutan dimasukkan ke dalam tempat pencelupan dengan perbandingan bahan dan air 1:20.



Galeri Destiani



Ishadi Kain Cual



C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Aspek Kebudayaan yang Terdapat Pada Kain Cual Bangka Belitung yang Menunjukkan Kedudukan Kain Cual dalam Budaya Masyarakat di Bangka Belitung Kain cual Bangka Belitung apabila ditinjau dari sejarahnya, maka bermula dari kedatangan beberapa masyarakat yang membawa kebudayaan dari daerahnya masing. Kebudayaan yang dibawa oleh masyarakat tersebut, antara lain kebudayaan Melayu dan kebudayaan Tionghoa. Kebudayaan Melayu berasal dari semenanjung tanah Melayu, Johor, kemudian Siantan, serta dari Melaka. Untuk kebudayaan Tionghoa berasal dari daratan Tiongkok. Dari kedua kebudayaan tersebut, maka akan berakulturasi dengan kebudayaan yang telah berkembang sebelumnya di Bangka dan Belitung, yaitu kebudayaan orang darat atau hill based culture, serta kebudayaan orang laut atau sea based culture. Dari akulturasi kebudayaan tersebut, maka kain cual mulai muncul sebagai hasil dari akulturasi tersebut. Ada banyak keunikan dan keragaman dari hasil akulturasi kebudayaan tersebut. Kain cual merupakan salah satu contoh hasil dari keunikan dan keragaman akulturasi yang telah bergabung di daratan Bangka Belitung. Hal tersebut dikarenakan motif-motif yang terdapat pada kain cual Bangka



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87



Belitung menunjukkan adanya kebudayaan yang telah berakulturasi tersebut. Dari kebudayaan Melayu, maka dapat dilihat dari warna kain cual yang dominan berwarna merah maupun ungu, sedangkan dari kebudayaan yang lainnya ditunjukkan melalui perwujudan motif-motif yang ada di kain cual tersebut yang menunjukkan flora dan fauna yang berbentuk abstrak. Kain cual itu kemudian menjadi sangat unik dikarenakan perpaduan dari dua teknologi tenun. Teknologi tenun yang digunakan pada proses pembuatan kain cual, yaitu teknologi cungkit dan teknologi ikat. Teknologi cungkit itu menghasilkan kain songket dan teknologi ikat menghasilkan kain tenun ikat. Perpaduan antara dua teknologi tenun ini merupakan kearifan lokal masyarakat Bangka Belitung yang akhirnya menghasilkan kain tenun sendiri, yaitu kain cual Bangka Belitung. Di samping perpaduan dua teknologi tersebut, maka keunikannya terletak pada tekstur kainnya yang sangat halus dan dilihat dari motifnya yang menunjukkan kedudukan yang tinggi bagi masyarakat Bangka Belitung.



2. Proses Produksi pada Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung Berdasarkan hasil analisis data, maka diperoleh bahwa proses produksi kain cual Bangka Belitung terdiri dari 4 proses yang dilakukan, yaitu proses pembuatan konsep kain cual Bangka Belitung, proses realisasi konsep-konsep dalam produksi kain cual Bangka Belitung, proses penentuan motif dalam produksi kain cual Bangka Belitung, proses memodifikasi motif-motif pada produksi kain cual Bangka Belitung. Dalam proses produksi kain cual Bangka Belitung, maka masing-masing pengrajin industri kain cual Bangka Belitung memiliki masing-masing cara yang berbeda. Untuk pengrajin industri dari koperasi kain tenun cual Maslina, maka yang dilakukan adalah dengan melihat keadaan lingkungan sekitar yang sekiranya menarik untuk dapat dieksplorasi sebagai bahan dalam mengkonstruksi konsep pembuatan konsep awal untuk motif kain cual



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88



Bangka Belitung, misalnya ketika sedang pergi ke pantai apabila melihat ubur-ubur atau binatang laut lainnya, maka dapat digunakan sebagai konsep awal untuk menggambar atau mendesain motif kain cual yang akan dibuat. Berbeda pula untuk pengrajin dari galeri destiani dan Ishadi kain cual. Untuk galeri destiani, maka yang dilakukan untuk mengkonstruksi konsep awal sebelum proses pembuatan kain cual, maka yang dilakukan adalah dengan melihat motif kuno yang diperoleh ketika melakukan kunjungan ke daerah Muntok, Kabupaten Bangka Barat. Kain kuno tersebut sudah berusia ratusan tahun dan benangnya juga berasal dari benang yang mengandung emas. Kemudian dari hal tersebut, maka pengrajin mulai berpikir untuk membuat konsep dengan didasarkan pada motif kuno tersebut. Untuk pengrajin dari Ishadi kain cual, maka diperoleh bahwa dalam mendesain konsep awal sebelum pembuatan kain cual, maka pengrajin melihat terlebih dahulu patokan desain dari kain cual kuno yang dimilikinya. Dari patokan tersebut, maka selanjutnya adalah membuat variasi dari motif kuno tersebut karena motif kuno tersebut sifatnya heritage. Untuk tahap merealisasikan konsep awal tersebut dalam pembuatan kain cual, maka masing-masing pengrajin juga memiliki pakemnya tersendiri. Untuk pengrajin dari koperasi kain tenun cual Maslina, maka yang dilakukan adalah dengan membuat desain gambarannya terlebih dahulu, misalnya dari proses mencermati yang dilakukan sebelumnya, maka selanjutnya adalah membuat gambaran dari apa yang telah dilihat sebelumnya. Setelah itu, maka gambaran tadi dituangkan ke dalam benang-benang. Jadi, dalam tahap pewarnaan benang maka telah dikonsepkan mengenai motif yang akan dibuat untuk tahap selanjutnya. Dalam proses ini, maka benang yang digunakan adalah benang sutra dan benang putih.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89



Untuk tahap merealisasikan konsep-konsep pada galeri destiani, maka yang dilakukan adalah membuat konsep dengan menggunakan komputer terlebih dahulu, kemudian dari desain motif tersebut maka selanjutnya adalah mengajukannya ke Departemen Hukum dan HAM agar memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Setelah itu baru dibuat dalam bentuk mass production. Setelah itu baru dikembangkan dalam teknik-teknik produksi yang lainnya. Untuk tahap merealisasikan konsep-konsep pada Ishadi kain cual, maka yang dilakukan adalah ide awalnya adalah merealisasikan konsep tersebut dalam bentuk print, kemudian baru diproduksi secara massal. Konsep produksi tersebut dibuat dalam bentuk print memiliki alasan tersendiri, yaitu agar dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam proses penentuan motif pada produksi kain cual Bangka Belitung, maka koperasi kain tenun cual Maslina melakukannya dengan berkonsentrasi terlebih dahulu sebelum menetapkan ide yang akan digunakan dalam pembuatan motif pada kain cual, selanjutnya baru ide tersebut didesain menjadi motif kain cual. Untuk galeri destiani, maka yang dilakukan adalah berpedoman pada motif baku yang telah ada sebelumnya. Motif baku tersebut ada 2, yaitu motif lebah dan motif bunga ketuyut, kemudian divariasikan dengan berbagai macam warna. Untuk Ishadi kain cual, maka yang dilakukan adalah berpedoman pada koleksi kain cual kuno yang telah ada sebelumnya, kemudian baru dikembangkan menjadi suatu motif yang lainnya. Dalam memodifikasi motif-motif pada kain cual, maka koperasi kain tenun cual Maslina membuat modifikasi berdasarkan kreativitas dari pegawai yang sudah memiliki jobdesk-nya masing-masing. Selain itu, juga berpedoman pada motif yang telah ada sebelumnya. Untuk galeri destiani, maka yang dilakukan adalah berpedoman pada motif baku, kemudian motif-motif baru akan didesain kembali dengan berbagai macam variasi, misalnya motifnya dibuat menjadi lebih besar atau bahkan motifnya dibuat menjadi lebih kecil, bisa juga



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90



dikombinasikan dengan berbagai macam warna yang lainnya. Untuk Ishadi kain cual, maka yang dilakukan adalah tetap berpedoman pada kain kuno yang sifatnya heritage, sehingga motif kuno tersebut dapat dimodifikasi dengan batasan bahwa motif kunonya tidak boleh diubah terlalu dominan karena kain cual ini memiliki sifat historis dalam perkembangannya.



3. Aktivitas Fundamental Matematis Menurut Bishop yang Terdapat Pada Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung Berikut ini akan dibahas mengenai aktivitas fundamental matematis (6 fundamental mathematics) pada industri kain cual Bangka Belitung menurut yang dikemukakan oleh A.J. Bishop: a. Aktivitas Counting pada Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung Dalam proses produksi kain cual, aktivitas counting dapat terlihat ketika memperkirakan waktu penyelesaian sebuah kain cual dan menentukan harga jual dari sebuah kain cual. Dalam menyelesaikan sebuah kain cual, maka yang harus dilakukan adalah memperkirakan terlebih dahulu bahan dan alat kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi. Jadi, harus ada persiapan terkait dengan bahan baku yang akan digunakan, yaitu benang sutranya, kemudian harus menyiapkan pewarna yang akan digunakan dalam proses pewarnaan. Proses untuk menyelesaikan sebuah kain cual itu didasarkan pada kualitas dari produk yang akan dihasilkan. Produk tersebut, antara lain ada yang kualitas I, kualitas II. Kualitas I itu didasarkan pada benang yang akan digunakan, yaitu sehelai benang. Kualitas II didasarkan pada dua helai benang yang digunakan. Untuk kualitas I itu ditenun selama 6 bulan, sedangkan untuk kualitas II ditenun selama 1 bulan.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91



Untuk kualitas I (sehelai benang) dan menghasilkan selendang besar (panjang 225cm, lebar 56cm) dengan bahan baku sutra tanpa campuran akan dihargai sebesar Rp15.000.000,00 sampai Rp30.000.000,00. Untuk kualitas II (dua helai benang) dan menghasilkan selendang besar (panjang 225cm, lebar 56cm) dengan bahan baku sutra tanpa campuran akan dihargai sebesar Rp8.000.000,00 sampai Rp9.000.000,00. Untuk kualitas I (sehelai benang) dan menghasilkan selendang kecil (panjang 190cm, lebar 56cm) dengan bahan baku sutra tanpa campuran akan dihargai sebesar Rp6.000.000,00 sampai Rp7.000.000,00. Untuk kualitas II (dua helai benang) dan menghasilkan selendang kecil (panjang 190cm, lebar 56cm) dengan bahan baku sutra tanpa campuran akan dihargai sebesar Rp2.800.000,00 sampai Rp6.000.000,00. Selain itu, ada juga yang menentukan harga dari sebuah kain cual dengan perhitungan sebagai berikut. Jika harga di Pulau Jawa dihargai sebesar Rp200.000,00, maka harga satu kain cual yang akan dijual di galerinya akan berkisar Rp300.000,00. Hal tersebut dikarenakan disesuaikan dengan ongkos kirim yang akan digunakan dalam proses pengiriman kain cual tersebut. Selain itu, harga jual dari sebuah kain cual akan dipengaruhi oleh bahan dasar yang akan digunakan dalam proses produksi, pewarna yang dibutuhkan itu berapa banyak dan cost yang harus digunakan dalam proses produksi. Aktivitas counting pada proses pembuatan kain cual Bangka Belitung apabila dibuat dalam point atau inti adalah sebagai berikut: 1) Aktivitas counting dapat dilihat pada proses memperkirakan waktu penyelesaian sebuah kain cual, ada yang dapat diselesaikan dalam 6 bulan dan ada yang dapat diselesaikan dalam waktu 1 bulan.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92



2) Aktivitas counting dapat juga dilihat pada proses penentuan harga jual dari kain cual. Ada yang didasarkan pada kualitas dari kain cual yang akan dihasilkan. Selain itu, juga dapat didasarkan pada estimasi harga produksi di Pulau Jawa dan harga tersebut akan dijadikan harga jual di Bangka Belitung.



b. Aktivitas Measuring pada Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung Dalam proses produksi kain cual, aktivitas measuring dapat terlihat ketika proses pembuangan getah (serisine) pada benang sutra (fibroine). Dalam proses ini sutra mentah direndam dalam larutan tinovetine Ju (1-2 kg/lt) dan abu soda (1gr/lt) dengan perbandingan bahan dan air sebesar 1:30. Selain itu, juga dapat terlihat ketika proses pencelupan sutra, di mana larutan dimasukkan ke dalam tempat pencelupan dengan perbandingan bahan dan air 1:20. Selain itu, juga dapat dilihat ketika rumah produksi memperoleh orderan yang banyak, maka bahan produksi juga akan ditambah sesuai dengan orderan yang diterima. Aktivitas measuring pada proses pembuatan kain cual Bangka Belitung apabila dibuat dalam point atau inti adalah sebagai berikut: 1) Aktivitas measuring dapat dilihat pada proses pembuangan getah (serisine) pada benang sutra (fibroine) dan juga pada proses pencelupan sutra. 2) Aktivitas measuring juga dapat dilihat ketika mengestimasi bahan baku dan pegawai yang dibutuhkan ketika memperoleh orderan yang lumayan banyak.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93



c. Aktivitas Locating pada Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung Dalam proses produksi kain cual, aktivitas locating dapat terlihat ketika menentukan menentukan tempat penyuplai bahan baku atau banyak bahan baku yang diperlukan, penentuan lokasi atau penempatan pegawai dalam proses produksi dari kain cual. Untuk menentukan penyuplai bahan baku atau banyaknya bahan baku yang diperlukan, maka masing-masing tempat industri telah memiliki lokasinya masing-masing. Untuk galeri destiani, maka lokasi penyuplai bahan baku diperoleh di Pulau Jawa, khususnya daerah Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan di daerah tersebut masih terdapat banyak sekali benang katun yang terbuat dari katun primisima. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan adalah harga dari benang tersebut setiap tahun akan naik dan otomatis menjadi mahal untuk produksinya. Untuk koperasi kain tenun cual Maslina, maka lokasi penyuplai bahan baku diperoleh di Jakarta dikarenakan sering mengadakan pameran di Jakarta dan disana sudah banyak langganan, sehingga sering ditawarin bahan baku juga, selain itu bahan baku juga diperoleh dari Palembang dikarenakan disana juga merupakan salah satu lokasi untuk menyuplai bahan baku yang akan digunakan. Untuk galeri Ishadi kain cual, maka lokasi penyuplai bahan baku sudah tetap. Yang terkadang akan berubah adalah banyaknya bahan baku yang digunakan. Hal tersebut dipengaruhi oleh orderan yang masuk dalam list pesanan. Semakin banyak orderan yang masuk, maka tempat penyuplai bahan baku juga akan semakin menambah orderan untuk bahan bakunya. Dalam hal penempatan pegawai untuk produksi kain cual, maka masing-masing industri memiliki cara atau strateginya masing-masing. Untuk galeri destiani, maka yang dilakukan yaitu



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94



dengan menempatkan pegawai sesuai dengan keahliannya masingmasing. Misalnya, pegawai memiliki keahlian dalam bidang printing, maka akan ditempatkan di bagian printing dikarenakan lebih mudah dan sudah menggunakan mesin tersendiri. Kemudian, apabila pegawai memiliki keahlian di bidang stempel, maka akan ditempatkan di divisi stempel, bagian stempel memiliki kerumitan yang lebih tinggi dibandingkan printing karena harus menempatkan stempelnya dengan hati-hati. Kemudian jika memiliki keahlian membatik, maka akan ditempatkan di divisi membatik. Kemudian jika memiliki keahlian di bagian tenun, maka akan bekerja di divisi tenun. Untuk yang bagian printing, biasanya pegawai yang masih pemula sedangkan yang sudah terampil dan sepuh biasanya ditempatkan di bagian batik maupun tenun. Untuk koperasi kain tenun cual Maslina, maka pegawai ditempatkan sesuai dengan keahliannya juga. Jika pegawai memiliki keahlian di bagian permotifan, maka akan bekerja di bagian permotifan. Jika pegawai memiliki keahlian di bagian pewarnaan, maka akan bekerja di bagian pewarnaan. Jika pegawai memiliki keahlian di bagian menenun, maka akan ditempatkan di bagian menenun. Dalam penempatan pegawai juga disesuaikan dengan masa kerja dari pegawai yang bersangkutan dikarenakan untuk memenuhi kuota dari kualitas produk yang akan dihasilkan. Semakin lama pegawai tersebut sudah bekerja, maka akan ditempatkan di bagian yang memerlukan konsentrasi yang tinggi dan harga jual dari produknya juga akan semakin mahal. Untuk galeri Ishadi kain cual, maka setiap pegawai akan ditempatkan sesuai dengan keahliannya juga. Jika keahliannya dalam menenun, maka akan ditempatkan di bagian menenun. Jika memiliki keahlian di bidang membatik, maka akan ditempatkan di bagian membatik. Jika memiliki keahlian di bidang menggambar, maka akan ditempatkan di bagian menggambar. Dalam pembagian



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95



tersebut sudah disesuaikan dengan masing-masing kapasitas pegawai yang diperlukan. Selain itu, dalam memasarkan produknya masing-masing juga. Dari masing-masing industri memiliki lahan atau lokasinya masing-masing. Ada yang telah memasarkan produknya di Jakarta, ditempatkan di gerai-gerai yang ada di mall, maupun mengikuti pameran yang diadakan atau undangan dari pemerintah untuk membuka tempat pameran di mancanegara. Hal tersebut telah dilakukan secara bertahap dengan tujuan agar kain cual Bangka Belitung dapat dikenal baik secara lokal, regional, maupun mancanegara. Aktivitas locating pada proses pembuatan kain cual Bangka Belitung apabila dibuat dalam point atau inti adalah sebagai berikut: 1) Aktivitas locating dalam proses produksi kain cual dapat terlihat pada penentuan tempat penyuplai bahan baku atau banyaknya bahan baku yang dibutuhkan. Ada yang tempat penyuplai bahan bakunya sudah tetap dikarenakan sudah menjadi langganan sejak lama dan bahan baku yang tersedia cukup memadai dalam proses produksi. Selain itu, apabila orderan bertambah maka penyuplai bahan baku juga akan ditambah. 2) Aktivitas locating dalam proses produksi kain cual dapat terlihat pada penempatan pegawai dalam proses produksi kain cual. Dalam hal penempatan pegawai, maka masing-masing rumah produksi melakukannya dengan didasarkan pada masing-masing keahlian pegawai yang bersangkutan.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96



d. Aktivitas Designing pada Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung. Dalam proses produksi kain cual, aktivitas designing dapat terlihat ketika merencanakan dan membuat pola pada kain cual. Untuk galeri destiani, maka yang dilakukan pertama kali adalah membuat konsep atau ide dari kain cual dengan mengikuti ibu walikota dalam tugas PKK. Dalam kegiatan tersebut, maka ditemukan kain kuno yang sudah berusia tahun di daerah Muntok, Bangka Barat. Kain kuno itu sudah lama sekali keberadaannya, sehingga apabila dipegang akan merusak citra dari kain kuno tersebut. Kain kuno tersebut apabila diperhatikan lebih lanjut, maka akan terlihat helaian benang emas yang terkandung di dalamnya. Kemudian tercetuslah ide untuk mengembangkan dan melestarikan kain cual tersebut agar keberadaannya tidak akan punah. Pertama-tama melihat lebih lanjut lagi motif-motif yang ada. Setelah itu, membuat atau mendesain motif yang akan digunakan dalam produksi kain cual tersebut. Setelah motif telah selesai, maka akan diajukan untuk memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk proses produksi secara massal. Dari motif-motif tersebut ada dua motif yang sudah dipatenkan, yaitu motif lebah dan moif bunga ketuyut. Dari kedua motif tersebut kemudian didesain lebih lanjut untuk model yang lainnya. Motif tersebut dapat dipadukan dengan warna yang akan disesuaikan. Motifnya dapat diperbesar maupun diperkecil, warnanya dapat dikombinasikan dengan beragam variasi. Dalam produksinya, maka digunakan teknik printing, teknik membatik, teknik menenun, dan teknik cap atau stempel. Untuk koperasi kain tenun cual Maslina, maka ide awalnya berawal dari pengamatan yang disengaja maupun tidak disengaja ketika sedang berada di suatu tempat, misalnya ketika ke pantai menemukan ubur-ubur maupun binatang laut lainnya, maka objek tersebut akan diingat dan akan dikonstruksikan bentuk maupun



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97



keunikannya agar nantinya dapat digambarkan pada benang sutra. Selain itu, dapat pula dilakukan ketika mengamati lingkungan sekitar rumah dan menemukan bunga, misalnya bunga melati. Hal yang sama juga akan dilakukan, yaitu berkonsentrasi dalam mengkonstruksi objek tersebut agar dapat menjadi suatu ide awal bagi pembuatan konsep motif. Selanjutnya, adalah menyiapkan alat kerja, bahan baku, pewarna, maupun hal-hal lainnya yang diperlukan dalam proses produksi. Jika sudah siap, maka konsep atau ide awal tadi dikonstruksikan ke dalam motif-motif yang akan diproduksi menjadi suatu kain cual. Selain itu, bisa juga dengan didasarkan pada panduan motif yang telah ada sebelumnya. Dari panduan motif tersebut, maka akan dibuat variasi dalam bentuk lainnya agar adanya kombinasi yang menarik dalam produksi kain cual. Konsep pewarnaan juga akan lebih diperhatikan agar warna yang akan diproduksi tidak terlalu mencolok dan aneh apabila diproduksi. Untuk galeri Ishadi kain cual, maka ide awalnya dari pengamatan pada koleksi kain cual kuno yang sifatnya heritage. Jadi motif kuno yang dijadikan pedoman tersebut motifnya adalah flora dan fauna serta berpedoman pada kain kuno yang ditenun di Muntok. Kemudian dari hasil pengamatan tersebut dibuat dulu dalam bentuk print dari desain yang akan diproduksi tersebut. Motif yang digunakan antara lain motif burung hong, motif naga bertarung, motif bebek, motif kupu-kupu, motif lotus, motif kembang gajah. Selanjutnya, baru masuk ke bagian produksi dari kain cual itu sendiri. Setiap bulannya juga ada perbedaan desain, hal tersebut untuk mengantisipasi banyaknya kesamaan dalam motif kain cual yang akan membuat nilai estetika dari motif dan pewarnaan tersebut akan hilang.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98



Aktivitas designing pada proses pembuatan kain cual Bangka Belitung apabila dibuat dalam point atau inti adalah sebagai berikut: 1) Aktivitas designing pada proses produksi kain cual dapat terlihat pada proses merencanakan dan membuat pola pada kain cual serta pada alat produksinya. Dalam proses tersebut, masingmasing rumah produksi memiliki caranya masing-masing. Ada yang membuatnya dengan didasarkan pada motif kain kuno, serta ada yang didasarkan pada pengamatan lingkungan sekitar.



e. Aktivitas Playing pada Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung Dalam proses produksi kain cual, aktivitas playing dapat terlihat ketika membuat strategi apakah produk kain cual itu akan diproduksi kembali atau tidak. Untuk galeri Ishadi kain cual, maka strategi tersebut didasarkan pada proses awal dalam pembuatan desain. Dalam proses awal tersebut, maka akan dibuat 10 desain yang berbeda-beda agar adanya nilai estetika dari hasil produksinya. Kemudian untuk bulan selanjutnya, maka akan dibuat variasi dan keberagaman hasil produksi agar kombinasi hasil produksi akan semakin beragam dan agar tidak adanya kemonotonan motif yang beredar di pasaran. Untuk galeri destiani, maka strategi yang digunakan yaitu akan tetap berpedoman pada motif pakem yang telah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk galeri itu sendiri. Motif yang akan digunakan adalah motif bunga ketuyut dan motif lebah. Dalam produksi selanjutnya, maka yang membedakan adalah variasi ukuran dari motif tersebut serta dari variasi pewarnaan dari kain cual tersebut. Motif tersebut dapat diperbesar maupun dapat diperkecil, selain itu dapat pula dikombinasikan menjadi berbagai macam ragam pewarnaan dalam kain cual yang akan diproduksi.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99



Untuk koperasi kain tenun cual Maslina, maka yang dilakukan adalah melihat kualitas hasil produksi yang akan dihasilkan. Jika akan diproduksi kain cual dengan kualitas yang harganya mahal, maka tidak akan diproduksi secara massal dikarenakan untuk membuat hasil produksi tersebut menjadi eksklusif, sedangkan untuk kualitas yang memiliki harga bahan baku dan cost produksi yang tidak terlalu tinggi, maka akan diproduksi dalam jumlah yang lumayan banyak, namun juga akan tetap diperhatikan ragam motif yang akan dihasilkan agar hasil produksi dari tempat produksi tersebut memiliki nilai keindahan apabila dipandang. Aktivitas playing pada proses pembuatan kain cual Bangka Belitung apabila dibuat dalam point atau inti adalah sebagai berikut: 1) Aktivitas playing pada proses produksi kain cual dapat terlihat pada proses penentuan apakah suatu produk yang telah dihasilkan akan diproduksi kembali atau tidak. Dalam hal ini, ada yang memproduksi dengan melakukan variasi pada motif atau produk yang telah ada sebelumnya dan ada juga yang tidak memproduksi lagi dikarenakan untuk mempertahankan keeksklusifan dari produk yang telah dihasilkan sebelumnya.



f. Aktivitas Explaining pada Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung Dalam proses produksi kain cual, aktivitas explaining dapat terlihat ketika memaknai filosofi dari motif maupun sejarah dari kain cual itu sendiri. Berikut makna filosofi dan makna historisnya dari kain cual Bangka Belitung (sumber: Elvian, Akhmad. 2019): Pada tanggal 20 Mei 1812 Masehi, pasukan Inggris di bawah pimpinan Jenderal Robert Rollo Gillespie menguasai kota Mentok dan kemudian memproklamirkan, bahwa Inggris berkuasa atas



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100



pulau Bangka, serta mengubah nama pulau Bangka menjadi Duke of York's Island dan nama kota Mentok diubah menjadi Minto, sebagai penghormatan kepada Sir G. Elliot Earl of Minto, seorang Gubernur Jenderal Inggris di India Pada masa pemerintahan residen Inggris untuk Palembang dan Bangka, Mayor MH Court (Tahun 1812-1816), jabatan tumenggung di Pulau Bangka yang berkedudukan di Kota Mentok dihapuskan, begitu juga dengan jabatan pangeran Adiwijaya dan pangeran-pangeran Palembang di wilayah Bangka Selatan turut dihapuskan. Pemerintahan di pulau Bangka kemudian diatur oleh residen Inggris, Mayor MH Court dan untuk pemerintahan di kota Mentok diserahkan kepada Abang Muhammad Saleh, bergelar Rangga Citra Nindiata yang diberikan wilayah kekuasaan atas Kampoeng Keranggan, kemudian kepada Abang Yunus bergelar Demang Wirada Perana yang diberikan wilayah kekuasaan atas Kampoeng Pemuhun dan Kampoeng Patemun (Kampung Teluk Rubiah), dan selanjutnya kepada Abang Muhammad yang menjadi juru tulis diberi wilayah kekuasaan atas Kampoeng Jiran Peranakan dan Kampoeng Siantan (Kampung Tanjung), serta kepada Abang Abdul Raoef bin Abang Tawi) diberikan kekuasaan atas Kampoeng Pekauman Dalam. Pada kampung-kampung lama di kota Mentok inilah tumbuh dan berkembang tenunan kain Cual yang dikerjakan oleh perempuan-perempuan di Mentok. Kekuasaan Inggris atas pulau Bangka berlangsung singkat (Tahun 1812-1816), setelah Traktat London, pulau Bangka kemudian diserahkan Inggris kepada Kerajaan Belanda. Setelah masa usainya perlawanan rakyat Bangka melawan kolonial Belanda yang dipimpin oleh Depati Amir tahun 1851 Masehi dan pulau Bangka kemudian menjadi satu koloni Belanda yang regelmatig dari seluruh koloni Belanda di Hindia Belanda, maka pada tahun 1865 Masehi pemerintah Hindia Belanda



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101



menetapkan pulau Bangka menjadi 10 distrik, yaitu distrik Mentok, Jebus, Sungailiat, Merawang, Belinyu, Pangkalpinang, Kepulauan Lepar, Sungaiselan, Toboali, dan Koba. Pada masing-masing distrik di pulau Bangka masa ini dikepalai oleh seorang administrateur district (berkebangsaan Belanda), dibantu oleh seorang demang (kepala distrik diangkat dari pribumi) dan di bawahnya beberapa orang kepala onderdistrict yang bergelar Batin yang kemudian membawahkan beberapa kepala kampung (gegading) dan kepala dusun (lengan). Pada masa ini, kota Mentok sebagai tempat kedudukan Residen Bangka sangat terkenal karena berbagai kemajuannya. Perempuan-perempuan dalam kota Mentok terutama yang tinggal di kampung-kampung, seperti Kampung Pemuhun dan Kampung Patemun (sekarang Teluk Rubiah) pada masa itu pekerjaannya bertenun, membuat kain dan selendang dari sutra dan ada juga yang dicampur dengan benang emas terutama untuk pakaian orang-orang perempuan. Kain tenun Mentok itu kemudian disebut dengan nama kain Limar Muntok yang kemudian menjadi kain Cual. Kain ini kemudian diperdagangkan orang ke negeri lain seperti ke Palembang, pulau Belitung, Pontianak, Singapura dan bagian lain tanah Melayu. Harga selembar kain Cual pada waktu itu dengan bentuk selendang dihargai kira-kira yang paling murah sekitar f 25,sampai f 100,-. Menenun kain Cual, awalnya merupakan tradisi kekriyaan bangsawan di Mentok yang bergelar "Abang" dan "Yang", terutama perempuan keturunan dari Ence Wan Abdul Hayat (Lim Kau Tian), jadi tidak mengherankan bila beberapa motif Cual mendapat pengaruh dari daratan China, seperti Naga Bertarung, Burung Hong, dan motif Kembang Cina. Pada sekitar abad 18 Masehi, tenun Cual merupakan salah satu kriya etnik Nusantara yang memiliki fungsi religius, untuk upacara, kepentingan magis, dan untuk fetish. Fungsi primer dari



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102



tenun Cual adalah sebagai pakaian kebesaran bangsawan di Bangka, pakaian pengantin, atau upacara yang berhubungan dengan daur kehidupan (life cycle) dan pakaian sehari-hari kebesaran Islam dan adat lainnya, yang dapat digunakan sebagai barang hantaran pengantin maupun sebagai mahar pada acara nyurung barang yang langsung menggambarkan status sosial (pangkat dan kedudukan) seseorang pada masa itu dan dapat pula dijadikan sebagai benda pajangan di dinding rumah agar memperindah tampilan rumah dan menunjukkan status sosial penghuni rumah. Sebagai pusaka lama, maka Cual juga sering dijadikan "obat" untuk mengatasi penyakit tertentu pada diri manusia. Cual itu sendiri berasal dari kata "celupan awal" pada benang yang akan diberi warna. Tenun Cual itu sendiri merupakan perpaduan antara teknik sungkit (songket) dan tenun ikat, namun yang menjadi ciri khas yang sangat mendasar adalah bahwa pada susunan motif yang menggunakan teknik tenun ikat, dari hal inilah yang menjadikan tenun Cual sebagai kriya etnik Melayu Bangka dan membedakannya dengan jenis tenunan dan songket dari etnis lainnya yang ada di Nusantara. Jenis motif tenun Cual dengan ide garapan motif yang digali dari kekayaan flora dan fauna lokal di Pulau Bangka. Dalam hal ini, maka cual yang khusus untuk motif fauna biasanya ditenun dengan cara disamarkan mengingat orang Bangka yang beragama Islam. Dari dua jenis motif tersebut mengandung makna simbolik dan filosofis yang mendalam bagi pemakai dan orang yang memandangnya. Kehalusan tenunan, tingkat kerumitan motif, ide garapan yang dipakai dan warna pada tenun Cual mengandung makna filosofi hidup, hasil kontemplasi perjalanan religi dan budaya penenunnya dan sebagai lambang identitas serta karakter budaya Melayu Bangka.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103



Tenun Cual sangat terkenal karena tekstur kainnya yang begitu halus, adanya harmoni antara cungkit, ikat dan motif sehingga tidak ada sesuatu yang dominan dari yang lain, warna celupan benangnya tidak berubah, dan ragam motif seakan timbul jika dipandang dari kejauhan sebagai simbol masyarakat Melayu Bangka yang rendah hati dan selalu menjaga marwahnya. Berbagai motif tenun Cual lama yang saat ini tersisa dan tersimpan dengan baik di beberapa kolektor dan penenun antara lain, seperti motif Bebekbebek, Bebek Setaman, Kupu-kupu, Naga Bertarung, Burung Hong, Kembang Cina, Seroja atau Lotus, Kembang Kecubung, Teratai, Kembang Cempaka (Kembang Telok), Kembang Kenango dan Kembang Gajah, Garuda, Sumping Garuda, Lebah dan Kembang Pelawan, Ketuyut atau Kantung Semar yang merupakan kombinasi dari motif-motif tersebut. Tiap motif tenun Cual tersebut memiliki makna filosofisnya tersendiri, sebagai contoh motif "Lebah Hutan (apis dorsata) dan bunga atau kembang pohon Pelawan (Tristania Mainganyi)". Di hutan Pulau Bangka banyak terdapat lebah yang menghasilkan madu berkualitas dengan rasa sesuai dengan bunga pohon yang dihisap oleh lebah tersebut. Jenis-jenis rasa madu tersebut, misalnya bisa terasa pahit, karena lebah menghisap bunga atau kembang dari pohon Pelawan (Tristania Mainganyi). Motif lebah (fauna) mengandung filosofi bahwa dalam kehidupan manusia harus saling bekerjasama, saling membantu, dan saling bersatu agar dapat tercipta kehidupan yang kokoh, damai, dan sejahtera, serta dapat bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta patuh kepada pemimpin, hidup hemat, dan bersahaja, sedangkan motif bunga Pelawan (flora) mengandung bahwa sesuatu yang dirasakan tidak enak (pahit) belum tentu bersifat buruk, tetapi bisa saja akan bermanfaaat bagi kesehatan. Keindahan dari bunga juga bermakna sebagai keluhuran



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104



dan keanggunan bagi pemakai kain yang bermotif bunga ini, serta pohon Pelawan sendiri sarat makna terhadap kepatuhan hukum dan aturan, serta menghargai hak orang lain dalam kehidupan. Makna filosofis lainnya, yaitu motif ketuyut dan ketakung atau kantung semar (Nepenthes sp). Di hutan pulau Bangka terdapat ketuyut atau kantung semar (Nepenthes sp), di mana pohon dan akarnya disebut sebagai ketakung yang biasanya akan dimanfaatkan oleh masyarakat Bangka sebagai tali pengikat yang kuat (tali ketakung) dengan fungsinya sebagai pengikat jerejak atau lantai rumah panggung orang Bangka. Tanaman ini juga memiliki kemampuan insektivora, dengan arti bahwa sebagai tanaman pemakan serangga. Motif ketuyut dan ketakung atau kantung semar (Nepenthes sp) mengandung makna filosofis bahwa manusia harus bekerja keras dan bekerja cerdas dalam kehidupannya, memiliki semangat pantang menyerah terutama dalam menghadapi bahtera kehidupan. Ketuyut juga bermakna filosofi bahwa manusia yang baik adalah manusia yang banyak memberikan manfaat kepada orang lain. Kemudian makna lainnya adalah manusia harus berhati-hati dalam kehidupan, jangan mudah terpengaruh dengan rayuan maupun tawaran manis yang akan menjerumuskan dalam kehancuran. Sementara itu, untuk motif naga bertarung dan motif burung hong, yang dipercaya sebagai hewan mitologi China dan dianggap memiliki kedudukan tinggi sebagai pelindung dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa, tidak terkecuali yang tinggal di Pulau Bangka dan Belitung. Penggunaan motif hewan mitos ini secara filosofis adalah hidup merupakan sebuah perjuangan untuk sebuah kehormatan, serta hidup ini untuk melindungi yang lemah. Sementara itu, burung hong adalah hewan mitologi China yang merupakan gambaran metafora simbol dari sifat utama



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105



manusia. Kepala dari burung hong merupakan kebajikan, sayap burung hong merupakan tanggung jawab, punggung burung hong merupakan perbuatan baik manusia, dada burung hong merupakan kemanusiaan, dan perut burung hong merupakan sifat terpercaya. Burung hong juga menjadi simbol dalam pelbagai sendi dalam daur hidup (life cycle) manusia. Selain itu, burung hong dan naga merupakan simbol istri dan suami, lambang permaisuri dan kaisar. Oleh karena itu, dengan memakai kain tenun cual motif burung hong merupakan simbol status sosial dan tingkat kebangsawanan bagi pemakainya. Aktivitas explaining pada proses pembuatan kain cual Bangka Belitung apabila dibuat dalam point atau inti adalah sebagai berikut: 1) Kain cual Bangka Belitung pada awal mulanya berkembang di kampung-kampung lama yang berada di kota Mentok. Kampungkampung tersebut, misalnya Kampung Pemuhun dan Kampung Patemun (sekarang Teluk Rubiah). Pada zaman dahulu, perempuan di Mentok pekerjaannya sebagai penenun. Kain yang ditenun tersebut awal mulanya disebut sebagai Limar Muntok yang di kemudian hari menjadi kain cual. Menenun kain cual tersebut pada awalnya merupakan tradisi kekriyaan bangsawan di Mentok yang bergelar "Abang" dan "Yang", seni bertenun itu juga mendapatkan pengaruh dari daratan China dikarenakan perempuan tersebut masih merupakan keturunan Ence Wan Abdul Hayat (Lim Kau Tian). 2) Sekitar abad 18 Masehi, tenun cual tersebut merupakan salah satu kriya etnik Nusantara yang memiliki fungsi religius, di mana digunakan sebagai upacara, kepentingan magis, dan untuk fetish. Fungsi primer dari kain cual ini sendiri adalah pakaian kebesaran bagi bangsawan di Bangka, sebagai pakaian pengantin, atau upacara yang berhubungan dengan daur kehidupan (life cycle). Selain itu,



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106



digunakan sebagai barang hantaran pengantin maupun sebagai mahar pada acara nyurung barang yang secara langsung menggambarkan status sosial (pangkat dan kedudukan) seseorang pada masa itu. Sebagai pusaka lama, maka cual juga sering dijadikan "obat" untuk mengatasi penyakit tertentu. Cual sendiri berasal dari kata "celupan awal" pada benang yang akan diberi warna. 3) Jenis motif cual itu sendiri didasarkan pada kekayaan flora dan fauna lokal di Pulau Bangka. Untuk motif fauna biasanya ditenun dengan cara disamarkan dikarenakan mengingat orang Bangka kebanyakan beragama Islam. Kehalusan tenunan, tingkat kerumitan motif, ide garapan yang dipakai dan warna pada cual merupakan makna filosofi hidup dan merupakan hasil kontemplasi perjalanan religi dan budaya penenunnya sebagai lambang identitas serta karakter budaya Melayu Bangka. 4) Berbagai motif tenun Cual lama yang saat ini tersisa dan tersimpan dengan baik di beberapa kolektor dan penenun antara lain seperti motif Bebek-bebek, Bebek Setaman, Kupu-kupu, Naga Bertarung, Burung Hong, Kembang Cina, Seroja atau Lotus, Kembang Kecubung, Teratai, Kembang Cempaka (Kembang Telok), Kembang Kenango dan Kembang Gajah, Garuda, Sumping Garuda, Lebah dan Kembang Pelawan, Ketuyut atau Kantung Semar yang merupakan kombinasi dari motif-motif tersebut.



4. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat Pada Kain Cual Bangka Belitung Tabel 14. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Alat Produksi Kain Cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107



No 1



Hal yang Diamati



Dari tabel 14. di atas, maka dapat dilihat bahwa salah satu peralatan yang digunakan dalam proses produksi kain cual, yaitu teropong yang berbentuk tabung tanpa alas dan tanpa tutup. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh bahwa aspek matematis pada peralatan produksi kain cual Bangka Belitung adalah bangun ruang yang berbentuk tabung tanpa alas dan tanpa tutup.



Tabel 15. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 1) No 1



Hal yang Diamati



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108



Dari tabel 15. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual kuno tersebut terdapat bangun datar segitiga. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa aspek matematis pada salah satu motif kain cual kuno terdapat aspek matematis bangun datar. Jika dilihat lebih jauh lagi juga terdapat bentuk segi empat pada motif kain cual kuno tersebut.



Tabel 16. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 2) No 1



Hal yang Diamati



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109



Dari tabel 16. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual kuno tersebut terdapat aspek matematis terkait dengan refleksi. Berikut ini adalah gambaran secara lebih jelas terkait dengan refleksi pada kain cual kuno tersebut:



Gambar 12. Aspek Matematis Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 2)



Tabel 17. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 3) No 1



Hal yang Diamati



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110



Dari tabel 17. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis untuk bangun datar segiempat. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 13. Aspek Matematis Segiempat (1) pada Motif Kain Cual (Obyek 3)



Selain itu, dapat terlihat juga aspek matematis dengan bentuk segi empat pada motif kain cual tersebut. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 14. Aspek Matematis Segiempat (2) pada Motif Kain Cual (Obyek 3)



Gambar 15. Aspek Matematis Segiempat (3) pada Motif Kain Cual (Obyek 3)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111



Tabel 18. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 4) No 1



Hal yang Diamati



Dari tabel 18. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep simetri lipat. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 16. Aspek Matematis pada Motif Kain Cual (Obyek 4)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112



Tabel 19. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 5) No 1



Hal yang Diamati



Dari tabel 19. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa translasi (pergeseran). Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 17. Aspek Matematis (1) pada Motif Kain Cual (Obyek 5)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113



Selain itu, terdapat juga aspek matematis yang berupa konsep segiempat pada motif kain cual tersebut. Berikut ini adalah gambaran aspek matematis tersebut:



Gambar 18. Aspek Matematis (2) pada Motif Kain Cual (Obyek 5)



Tabel 20. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 6) No 1



Hal yang Diamati



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114



Dari tabel 20. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep simetri lipat. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 19. Aspek Matematis (1) pada Motif Kain Cual (Obyek 6)



Selain itu, terdapat juga aspek matematis yang berupa segiempat pada motif kain cual tersebut. Berikut ini adalah gambaran aspek matematis tersebut:



Gambar 20. Aspek Matematis (2) pada Motif Kain Cual (Obyek 6)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115



Tabel 21. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 7) No 1



Hal yang Diamati



Dari tabel 21. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep segitiga dan konsep segiempat. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116



Gambar 21. Aspek Matematis Berbentuk Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 7)



Selain itu, terdapat juga aspek matematis yang berupa segitiga pada motif kain cual tersebut. Berikut ini adalah gambaran aspek matematis tersebut:



Gambar 22. Aspek Matematis Berbentuk Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 7)



Selain itu, terdapat juga aspek matematis yang berupa konsep refleksi dan simetri lipat pada motif kain cual tersebut. Berikut ini adalah gambaran aspek matematis tersebut:



Gambar 23. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi dan Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 7)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117



Tabel 22. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 8) No 1



Hal yang Diamati



Dari tabel 22. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep refleksi, konsep translasi dan konsep simetri lipat. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 24. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 8)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118



Gambar 25. Aspek Matematis (2) Berupa Konsep Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 8)



Gambar 26. Aspek Matematis Berupa Konsep Translasi pada Motif Kain Cual (Obyek 8)



Tabel 23. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 9) No 1



Hal yang Diamati



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119



Dari tabel 23. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep segiempat, konsep simetri lipat. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 27. Aspek Matematis Berupa Konsep Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 9)



Gambar 28. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 9)



Gambar 29. Aspek Matematis (2) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 9)



Gambar 30. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 9)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120



Tabel 24. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 10) No 1



Hal yang Diamati



Dari tabel 24. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep refleksi. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 31. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 10)



Selain itu, dalam motif kain cual tersebut juga terdapat aspek matematis yang berupa konsep segiempat, konsep simetri lipat dan konsep translasi. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121



Gambar 32. Aspek Matematis Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 10)



Gambar 33. Aspek Matematis Berupa Konsep Simetri Lipat dan Translasi pada Motif Kain Cual (Obyek 10)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122



Tabel 25. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 11) No 1



Hal yang Diamati



Dari tabel 25. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep refleksi. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 34. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 11)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123



Selain itu, dalam motif kain cual tersebut juga terdapat aspek matematis yang berupa konsep segitiga. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 35. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 11)



Gambar 36. Aspek Matematis (2) Berupa Konsep Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 11)



Tabel 26. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 12) No 1



Hal yang Diamati



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124



Dari tabel 26. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep refleksi. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 37. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 12)



Selain itu, dalam motif kain cual tersebut juga terdapat aspek matematis yang berupa konsep segitiga. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 38. Aspek Matematis Berupa Konsep Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 12)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125



Tabel 27. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 13) No 1



Hal yang Diamati



Dari tabel 27. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep translasi. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126



Gambar 39. Aspek Matematis Berupa Konsep Translasi pada Motif Kain Cual (Obyek 13)



Selain itu, dalam motif kain cual tersebut juga terdapat aspek matematis yang berupa konsep segitiga. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 40. Aspek Matematis Berupa Konsep Segitiga pada Motif Kain Cual (Obyek 13)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127



Tabel 28. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 14) No 1



Hal yang Diamati



Dari tabel 28. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep segiempat. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 41. Aspek Matematis (1) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 14)



Gambar 42. Aspek Matematis (2) Berupa Konsep Segiempat pada Motif Kain Cual (Obyek 14)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128



Tabel 29. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 15) No 1



Hal yang Diamati



Dari tabel 29. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep rotasi. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 43. Aspek Matematis Berupa Konsep Rotasi pada Motif Kain Cual (Obyek 15)



Selain itu, dalam motif kain cual tersebut juga terdapat aspek matematis yang berupa konsep refleksi dan konsep simetri lipat. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129



Gambar 44. Aspek Matematis Berupa Konsep Refleksi pada Motif Kain Cual (Obyek 15)



Gambar 45. Aspek Matematis Berupa Konsep Simetri Lipat pada Motif Kain Cual (Obyek 15)



Tabel 30. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 16) No 1



Hal yang Diamati



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130



Dari tabel 30. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam motif kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep translasi. Berikut ini adalah gambaran mengenai aspek matematis tersebut:



Gambar 46. Aspek Matematis Berupa Konsep Translasi pada Motif Kain Cual (Obyek 16)



Tabel 31. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Produksi Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 17) No 1



Hal yang Diamati Dalam proses pembuangan getah (serisine) pada benang sutra (fibroine) dilakukan proses sutra mentah direndam dalam larutan tinovetine Ju (1-2 kg/lt) dan abu soda (1gr/lt) dengan perbandingan bahan dan air sebesar 1:30. Selain itu, juga dapat terlihat ketika proses pencelupan sutra, di mana larutan dimasukkan ke dalam tempat pencelupan dengan perbandingan bahan dan air 1:20.



Dari tabel 31. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam proses produksi kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep perbandingan dalam menentukan banyaknya bahan dan air yang diperlukan.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131



Tabel 32. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Proses Penjualan Kain Cual Bangka Belitung (Obyek 18) No 1



Hal yang Diamati Untuk kualitas 1 (sehelai benang) dan menghasilkan selendang besar (panjang 225cm, lebar 56cm) dengan bahan baku sutra tanpa campuran akan dihargai sebesar Rp15.000.000,00 sampai Rp30.000.000,00. Untuk kualitas II (dua helai benang) dan menghasilkan selendang besar (panjang 225cm, lebar 56cm) dengan bahan baku sutra tanpa campuran akan dihargai sebesar Rp8.000.000,00 sampai Rp9.000.000,00. Untuk kualitas 1 (sehelai benang) dan menghasilkan selendang kecil (panjang 190cm, lebar 56cm) dengan bahan baku sutra tanpa campuran akan dihargai sebesar Rp6.000.000,00 sampai Rp7.000.000,00. Untuk kualitas II (dua helai benang) dan menghasilkan selendang kecil (panjang 190cm, lebar 56cm) dengan bahan baku sutra tanpa campuran akan dihargai sebesar Rp2.800.000,00 sampai Rp6.000.000,00.



Dari tabel 32. di atas, maka dapat dilihat bahwa dalam proses penjualan kain cual tersebut terdapat aspek matematis yang berupa konsep aritmetika sosial dan dapat dimodelkan dalam bentuk konsep bentuk aljabar.



5. Bentuk dan Isi Paket Pembelajaran Matematika yang Berbasis Pada Kain Cual Bangka Belitung Paket pembelajaran yang akan dihasilkan dalam penelitian ini merupakan paket pembelajaran yang berbasis etnomatematika pada kain cual Bangka Belitung. Dalam penelitian pengembangan menurut Plomp, maka berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hal tersebut: a. Fase Investigasi Awal (Preliminary Research) Dalam tahap ini, maka telah dilakukan proses menganalisis terkait dengan pemerolehan informasi mengenai aspek matematis yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung. Dalam proses ini juga dilakukan proses mengumpulkan data terkait dengan kain cual



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132



Bangka Belitung melalui pengamatan secara langsung, serta ada beberapa pengambilan foto beserta video, kemudian melakukan wawancara kepada narasumber yang terlibat dalam perkembangan kain cual Bangka Belitung. Dalam proses pengumpulan data tersebut, maka diperoleh beberapa data terkait dengan proses produksi kain cual Bangka Belitung, proses penentuan penempatan pegawai, proses penentuan lokasi penyuplai bahan baku, penentuan produk diproduksi kembali atau tidak, makna dari kain cual, proses mengestimasi bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi kain cual, serta beberapa data lainnya. Proses tersebut bertujuan agar paket pembelajaran yang akan dihasilkan merupakan paket pembelajaran yang memang didasarkan pada kain cual Bangka Belitung. Berikut ini pemilihan materi pembelajaran matematika dengan didasarkan pada hasil pengumpulan data terkait kain cual Bangka Belitung: Tabel 33. Hasil Investigasi Awal No



Hal yang diamati



Aktivitas



Materi



matematis



Matematika yang Sesuai



1



Proses



pembuangan



Measuring



getah (serisine) pada



Konsep perbandingan



benang sutra (fibroine) 2



Alat produksi kain cual Bangka



Designing



Belitung



Motif kain cual



bangun



ruang tabung tanpa



(teropong) 3



Konsep



alas dan tanpa tutup Designing



Konsep segiempat, konsep



segitiga,



konsep



refleksi,



konsep



translasi,



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133



No



Hal yang diamati



Aktivitas



Materi



matematis



Matematika yang Sesuai konsep



rotasi,



konsep simetri lipat 4



Proses penjualan kain



Counting



Konsep



aritmetika



cual Bangka Belitung



sosial,



konsep



dan proses yang terkait



bentuk aljabar



dengan distribusi kain cual Bangka Belitung



b. Fase Desain Pembelajaran (Design) Dalam tahap ini, maka akan didesain paket pembelajaran yang didasarkan pada aspek matematis pada kain cual Bangka Belitung yang telah diperoleh sebelumnya. Pada tahap ini, akan dibuat pengembangan paket pembelajaran yang dikaitkan dengan materi matematika yang sesuai dengan kain cual Bangka Belitung, di mana hasil dari paket pembelajaran tersebut masih berupa prototype tipe I. Dalam



proses



mendesain



paket



pembelajaran



yang



didasarkan pada kain cual Bangka Belitung, maka dibuat suatu paket pembelajaran untuk membelajarkan topik matematika yang terkait dengan bentuk aljabar. Konsep bentuk aljabar yang dibuat antara lain dalam hal unsur-unsur bentuk aljabar, operasi penjumlahan bentuk aljabar, operasi pengurangan bentuk aljabar, operasi perkalian bentuk aljabar, operasi pembagian bentuk aljabar. Dalam tahap ini, maka diberikan berbagai revisi yang pertama terkait dengan prototype tipe I dari paket pembelajaran yang telah disusun. Revisi yang diberikan terkait dengan konteks yang diangkat dalam proses penyusunan soal dalam LKPD dikarenakan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134



ada beberapa hal yang kurang sesuai dengan kain cual Bangka Belitung. Selanjutnya, dengan didasarkan pada saran tersebut maka paket pembelajaran dilakukan proses mendesain kembali paket pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.



c. Fase Realisasi/konstruksi (Realization/construction) Setelah melakukan proses revisi prototyping tipe 1, maka selanjutnya dibuat realisasi dari desain paket pembelajaran yang disesuaikan dengan masukan maupun komentar dan saran yang diberikan pada fase sebelumnya (fase desain). Dalam fase ini, telah terbentuk suatu desain paket pembelajaran yang lebih spesifik dibandingkan prototyping tipe 1.



d. Fase Tes, Evaluasi dan Revisi Desain Pembelajaran (test, evaluation, and revision) 1) Bentuk Paket Pembelajaran Matematika yang Berbasis Pada Kain Cual Bangka Belitung Dalam paket pembelajaran yang telah disusun, maka diperoleh bentuk paket pembelajaran matematika yang berbasis pada kain cual Bangka Belitung. Dalam paket pembelajaran tersebut mencakup pengantar mengenai peta kompetensi yang akan dibahas dalam paket pembelajaran. Peta kompetensi yang terdapat dalam paket pembelajaran mencakup unsur-unsur bentuk aljabar, penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar, perkalian bentuk aljabar, serta pembagian bentuk aljabar. Kemudian, dibahas mengenai pengantar kepada pembaca mengenai kebudayaan kain cual Bangka Belitung. Hal tersebut dimaksudkan agar pembaca memiliki wawasan terlebih dahulu mengenai kain cual Bangka Belitung. Dalam hal ini juga dibahas secara singkat mengenai etnomatematika agar pembaca dapat memahami



etnomatematika



secara



singkat.



Kemudian,



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135



selanjutnya dibahas mengenai landasan historis, serta landasan filosofi pada kain cual Bangka Belitung. Kemudian, pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai rancangan



pelaksanaan



pembelajaran



dalam



proses



pembelajaran matematika, serta lembar kerja peserta didik (LKPD) yang dapat digunakan di dalam proses pembelajaran.



2) Isi Paket Pembelajaran Matematika yang Berbasis Pada Kain Cual Bangka Belitung Dalam penyusunan paket pembelajaran matematika yang berbasis pada kain cual Bangka Belitung terdapat beberapa hal yang dikaji lebih lanjut. Hal pertama, yaitu mengkaji bagaimana proses penyampaian aspek-aspek kebudayaan yang terkait dengan kain cual Bangka Belitung agar dalam proses awalnya ada pengantar kepada pembaca mengenai kain cual terlebih dahulu. Hal kedua, yaitu mengkaji mengenai topik pembelajaran matematika yang berbeda dibandingkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan penelitian etnomatematika. Dalam hal ini, biasanya ditemukan bahwa penelitian etnomatematika lebih menekankan aspek geometri dalam kaitannya dengan materi pembelajaran matematika. Akan tetapi dalam penyusunan paket pembelajaran dalam penelitian ini akan menekankan kaitan kain cual dengan materi pembelajaran bentuk aljabar. Hal ketiga, yaitu mengkaji mengenai lembar kerja peserta didik (LKPD) yang akan disusun dalam paket pembelajaran yang disesuaikan dengan hasil pengumpulan data pada proses sebelumnya. Dalam hal ini, LKPD memang belum sepenuhnya terkait dengan hal yang spesifik pada kain cual dikarenakan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136



adanya kesulitan dalam penyesuaian dengan materi bentuk aljabar.



3) Hasil Validasi Paket Pembelajaran Matematika yang Berbasis Pada Kain Cual Bangka Belitung a) Hasil Validasi 1 Paket Pembelajaran Dalam proses validasi 1 paket pembelajaran, maka diperoleh



beberapa



komentar



terkait



dengan



paket



pembelajaran yang telah disusun. Komentar terhadap paket pembelajaran tersebut antara lain harus adanya perubahan soal pada bagian lembar kerja peserta didik (LKPD) 1 dan harus adanya perubahan soal pada bagian lembar kerja peserta didik (LKPD) 3 agar dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan, sedangkan pada lembar kerja peserta didik (LKPD) lainnya sudah sesuai dengan kain cual Bangka Belitung. Komentar lainnya terkait dengan harus adanya penambahan latihan soal terkait dengan kain cual, perlu adanya penambahan sumber belajar agar peserta didik memiliki bahan yang lebih baik dan lebih komprehensif. Untuk bagian komponen pembelajaran berbasis etnomatematika secara keseluruhan memperoleh skor 5 pada setiap bagiannya. Untuk bagian rencana pelaksanaan pembelajaran



(RPP)



berbasis



etnomatematika



secara



keseluruhan memperoleh skor 5, sedangkan pada bagian referensi peserta didik untuk belajar memperoleh skor 4. Untuk bagian lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis etnomatematika secara keseluruhan memperoleh skor 5 dan memperoleh beberapa catatan yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk angket kepraktisan dari guru, maka berikut akan dijabarkan hasil yang diperoleh:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137



Tabel 34. Hasil Validasi Kepraktisan prototyping 1



No



Pilihan Penilaian



Pernyataan SS



S



Penerapan pembelajaran berbasis 1



etnomatematika dapat







dilaksanakan dalam proses pembelajaran Pengaktifan peran peserta didik 2



dalam proses pembelajaran







mudah untuk dilakukan Alokasi waktu 3



untuk diskusi







cukup Alokasi waktu 4



untuk pembelajaran







cukup Alokasi waktu 5



untuk penyampaian materi cukup







TS



STS



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138



No



Pilihan Penilaian



Pernyataan SS



S



TS



STS



Alokasi waktu 6







untuk memahami konsep cukup Kompetensi dasar



7



yang ditentukan dapat dicapai oleh







peserta didik Presentasi oleh 8



peserta didik







dapat terlaksana dengan baik Proses diskusi



9







oleh peserta didik dapat terlaksana



b) Hasil Validasi 2 Paket Pembelajaran i.



Hasil validasi terkait aspek kepraktisan dari paket pembelajaran Keterangan: Kategori



Pilihan Penilaian



Sangat Setuju



SS



Setuju



S



Tidak Setuju



TS



Sangat Tidak Setuju



STS



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139



Tabel 35. Hasil Validasi Kepraktisan Paket Pembelajaran Pilihan Penilaian No



Pernyataan



Pak A



Pak S



Pak B



Bu L



1



Penerapan pembelajaran berbasis etnomatematika dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran



SS



SS



SS



SS



2



Pengaktifan peran peserta didik dalam proses pembelajaran mudah untuk dilakukan



S



SS



SS



S



3



Alokasi waktu untuk diskusi cukup



S



S



S



S



4



Alokasi waktu untuk pembelajaran cukup



SS



S



SS



S



5



Alokasi waktu untuk penyampaian materi cukup



SS



SS



SS



S



6



Alokasi waktu untuk memahami konsep cukup



S



S



S



S



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140



Pilihan Penilaian No



Pernyataan



Pak A



Pak S



Pak B



Bu L



7



Kompetensi dasar yang ditentukan dapat dicapai oleh peserta didik



S



SS



SS



SS



8



Presentasi oleh peserta didik dapat terlaksana dengan baik



S



S



S



S



9



Proses diskusi oleh peserta didik dapat terlaksana



S



S



SS



S



Berdasarkan hasil validasi terkait aspek kepraktisan



paket



pembelajaran,



maka



dapat



disimpulkan bahwa paket pembelajaran yang telah disusun memenuhi aspek kepraktisan dikarenakan validator mengemukakan keterangan sangat setuju dan keterangan setuju dalam pilihan penilaian terhadap pernyataan yang terkait dengan kepraktisan paket pembelajaran.



ii.



Hasil validasi instrumen penilaian oleh para ahli



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141



Tabel 36. Hasil Validasi Instrumen Penilaian oleh Ahli No



Instrumen



Rata-rata



Kategori



1



Instrumen komponen pembelajaran berbasis etnomatematika



4,575



Sangat valid/sangat baik



2



Instrumen rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis etnomatematika



4,53



Sangat valid/sangat baik



3



Instrumen lembar kerja peserta didik berbasis etnomatematika



4,68



Sangat valid/sangat baik



Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh



ahli



terhadap



instrumen



komponen



pembelajaran berbasis etnomatematika, instrumen rencana



pelaksanaan



pembelajaran



berbasis



etnomatematika, instrumen lembar kerja peserta didik



berbasis



etnomatematika,



maka



dapat



disimpulkan bahwa ketiga instrumen tersebut memperoleh hasil sangat valid/sangat baik apabila akan direncanakan untuk dilakukan proses uji coba dengan menggunakan paket pembelajaran tersebut. Berikut akan disajikan saran-saran dari validator, baik yang sudah direvisi maupun yang belum direvisi:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142



Tabel 37. Saran-saran Validator Saran validator



Sudah



Belum



direvisi direvisi Memperbaiki soal-soal pada lembar







kerja peserta didik (LKPD) 3 Latihan soal diperbanyak







Sumber belajar diperbanyak







Budaya yang terkait dengan kain cual







perlu digunakan dalam pembelajaran sejak awal Pada RPP, seharusnya ada komponen







media pembelajaran, yang isinya (terutama) adalah kain cual dan LKPD.



Jadi,



kain



cual



harus



ditunjukkan kepada siswa dalam pembelajaran tersebut Pendekatan pembelajaran pada RPP







seharusnya pendekatan saintifik dan kontekstual



(berbasis



budaya



setempat). Pembelajarannya berbasis etnomatematika Rumusan



tujuan



pembelajaran







sebaiknya menggunakan pedoman (standar) ABCD: A = Audience B = Behaviour C = Condition D = Degree Pada langkah-langkah pembelajaran, materi pembelajaran yang digunakan







PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143



Saran validator



Sudah



Belum



direvisi direvisi perlu disebutkan dalam penjelasan tentang langkah-langkah yang ada (pada bagian yang sesuai) Perlu ada lampiran yang memuat







materi secara lengkap Dalam pembelajaran, kepada siswa







betul-betul harus ditunjukkan kain cual



yang



nyata.



Jadi



siswa



mempunyai gambaran yang jelas tentang kain cual, yang berperan sebagai



media



pembelajarannya



(sejak awal pembelajaran) Dalam pelaksanaan pembelajaran,







kepada siswa perlu ditunjukkan kain cual yang sebenarnya sejak awal ✓



Dalam pelaksanaan pembelajaran, kain cual perlu difungsikan lebih banyak,



antara



lain



dengan



memperbanyak soal-soal yang betulbetul didasarkan pada keberadaan kain



cual



tersebut,



sedemikian



sehingga kain cual tersebut tidak bisa begitu saja digantikan oleh benda lain Perubahan urutan 3) dan 4) dalam







LKPD 1 Umpan balik diberikan oleh guru







Kegiatan penutup untuk nomor 3)







dilaksanakan setelah nomor 5)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144



Saran validator



Sudah



Belum



direvisi direvisi Perubahan soal nomor 7 pada LKPD 4







Dalam daftar isi perlu dirinci agar







lebih nampak strukturnya Bahan ajar sebaiknya perlu diberikan







Evaluasi (tes sumatif)



✓ ✓



Perlu dimanfaatkan lagi hasil kajian etnomatematika



(6



aktivitas



fundamental) yang sudah dilakukan ✓



Masalah yang diangkat benar-benar dari konteks budaya yang sudah dibahas







Perlu dipikirkan lagi tugas yang diberikan agar lebih memberi ruang siswa



untuk



bereksplorasi



dan



mengarah ke HOTS Aspek



4C



hendaknya



yang dipastikan



direncanakan







terfasilitasi



dalam LKPD Sebaiknya pembelajaran dipikirkan







lagi agar benar-benar berbasis dari hasil kajian dalam budaya, jangan terpancing pada batasan istilah konsep tertentu dalam buku. Konsep yang akan dibahas bisa lintas konsep dan bermacam-macam Hasil



kajian



etno



yang



sudah



diperoleh agar dapat dimanfaatkan lebih maximal lagi







PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145



Saran validator



Sudah



Belum



direvisi direvisi Untuk rencana evaluasi perlu dirinci







lagi bentuk dan modelnya/jenis serta alokasi waktunya Untuk dapat memisalkan variabel







yang dimaksud di pemodelan/kalimat matematika, perlu diberikan masalah apa yang akan dibahas, karena itu terkait pemisalan variabel



Tabel 38. Penjelasan Mengenai Validator Kode



Keterangan Validator



Validator Pak A



Beliau merupakan dosen S1 Pendidikan Matematika dan S2 Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta



Pak S



Beliau merupakan dosen S1 Pendidikan Matematika dan S2 Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta



Pak B



Beliau pernah mengajar di SMP Santa Theresia Pangkalpinang dan pernah mengajar di SMA Santo Yosef Pangkalpinang



Bu L



Beliau mengajar di SMP Santo Paulus Pangkalpinang



e. Fase Implementasi (Implementation) Untuk fase implementasi tidak dilaksanakan dikarenakan fase implementasi merupakan suatu fase di mana dilakukan untuk



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146



mengujicoba desain dari paket pembelajaran yang telah dibuat dalam lingkup yang lebih luas dengan tujuan untuk melihat keefektifan dari desain paket pembelajaran yang telah dibuat. Fase implementasi tidak termasuk dalam kerangka penelitian yang telah disusun, sehingga fase implementasi tidak dilaksanakan dalam penelitian ini.



D. Keterbatasan Penelitian Dalam setiap penelitian yang telah dilakukan, maka ada banyak hal yang namanya kekurangan sebab masih tetap ada hal-hal yang dapat menjadi panduan agar penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat disempurnakan selanjutnya. Dalam penelitian ini, maka keterbatasan penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Proses dalam penelitian ini ada hal-hal yang belum dapat diamati secara lebih mendalam, misalnya proses ketika mencelupkan benang pada proses awalnya. 2. Dalam paket pembelajaran yang telah disusun, maka yang menjadi keterbatasannya ditinjau dari soal yang LKPD pada paket pembelajaran tersebut. Dalam soal yang dibuat belum terlalu menonjolkan kekhasan terkait dengan kain cual Bangka Belitung. Hal tersebut dimaksudkan karena peneliti mencoba untuk membuat pembelajaran yang berbeda dibandingkan pada penelitian etnomatematika yang telah ada sebelumnya. Pada penelitian yang telah ada, biasanya selalu dikaitkan dengan topik geometri, sedangkan pada paket pembelajaran yang disusun oleh peneliti hendak menekankan pada topik bentuk aljabar. Selanjutnya,



dapat



dikembangkan



soal-soal



kontekstual



yang



didasarkan pada budaya kain cual. 3. Dalam penelitian ini, tidak menggunakan ujicoba di kelas yang sesungguhnya pembelajaran.



dikarenakan



penelitian



untuk



mendesain



paket



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147



E. Refleksi Dalam proses pembuatan tesis ini, maka saya sebagai penulisnya akan membagikan pengalaman saya dari awal proses pembuatan hingga sampai selesainya tesis ini. Pada awal proses pembuatan tesis ini sebenarnya telah saya rancang dan saya buat konsepnya ketika saya sedang dalam tahap proses pembuatan skripsi. Ketika saya mengajukan topik untuk skripsi tersebut, saya juga mengajukan topik etnomatematika ini. Akan tetapi, saya menyampaikan pendapat saya kepada dosen pembimbing bahwa topik etnomatematika ini akan saya buat penelitiannya pada saat saya akan melanjutkan studi lanjut. Mengapa saya tertarik sekali untuk topik etnomatematika ini? Apalagi topik yang saya ajukan terkait dengan kebudayaan Bangka Belitung? Hal tersebut dikarenakan melalui penelitian terkait etnomatematika tersebut, maka saya dapat lebih mengembangkan kebudayaan Bangka Belitung, sehingga dapat lebih dikenal dan dapat dikembangkan oleh para peneliti yang lainnya. Hal tersebut itu juga yang menjadi salah satu keinginan saya untuk melanjutkan studi lanjut ini. Dalam proses pembuatan tesis ini, memang ada hambatan-hambatan dan kendala yang akan saya hadapi ke depannya. Hambatan-hambatan tersebut berupa akan saya bawa ke arah mana hasil penelitian ini pada awalnya dikarenakan yang saya ketahui bahwa kain cual Bangka Belitung ini merupakan suatu heritage bagi masyarakat Bangka Belitung. Saya berpikir bahwa tidak boleh ada salah langkah dalam proses menganalisis data yang telah saya peroleh. Selain itu, ada berbagai masukan juga terkait dengan tesis ini, namun juga menjadi pertimbangan yang mungkin berat untuk dilaksanakan karena dalam mengolah data terkait kain cual, serta dalam mengumpulkan data untuk topik ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Hal tersebut dikarenakan narasumber penelitian yang memberikan informasi kepada saya terkait dengan kain cual Bangka Belitung yang saya ketahui merupakan individu-individu yang jadwal kegiatannya sungguh sangat padat sekali.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148



Untuk berkonsultasi terkait dengan jadwal saja awalnya saya mulai bingung. Bukan dari itu saja, dari awal saya hendak menyerahkan proposal tesis ini saja saya telah berpikir jauh ke depan apakah proposal tesis ini akan diterima dengan mudahnya untuk proses pengumpulan data. Saya sangat bersyukur sekali sebab apa yang saya hasilkan ini sesuai dengan pepatah yang mengatakan "Gusti Ora Sare" atau dapat diterjemahkan bahwa "Tuhan itu tidak tidur". Saya benar-benar merasakan keajaiban yang Tuhan berikan kepada saya dalam proses pengerjaan tesis ini. Mengapa saya bisa berkata demikian? Pertama, saya akan bercerita bahwa salah satu narasumber merupakan orang yang penting di bagian sekretaris daerah untuk DPRD Kota Pangkalpinang. Hal tersebut membuat saya kaget karena yang saya ketahui bahwa beliau belum bertugas disana sebelumnya. Dalam hati saya berpikir bagaimana saya akan mencoba untuk proses menentukan jadwal dalam proses pengumpulan data kalau demikian adanya. Ketika pertama kali saya ke kantor DPRD saja saya sudah ditanyakan oleh petugas yang berjaga disana terkait dengan kepentingan apa, serta apakah sudah ada jadwal sebelumnya dengan beliau. Setelah itu, saya beserta orang tua harus menunggu terlebih dahulu karena petugas tersebut ke ruangan beliau untuk membicarakan hal tersebut. Kemudian petugas tersebut kembali dan menanyakan apakah sudah bertemu dengan beliau sebelumnya. Dengan tegas kami menyampaikan bahwa beberapa bulan lalu sudah ada tembusan proposal yang disampaikan kepada beliau dan beliau telah memberikan kepastian terkait hal tersebut (mungkin ada campur tangan bahwa orang tua saya dengan beliau pernah kenal dekat dalam satu kegiatan, sehingga beliau memberikan kesempatan tersebut). Ya selanjutnya, kami ke ruangan beliau di bagian sekretaris daerah untuk komisi di DPRD. Untung saja masih ada waktu dari beliau yang diberikan kepada saya, jika tidak ada waktu lagi mungkin saya tidak akan paham lagi bagaimana tesis ini ke depannya. Kedua, narasumber selanjutnya juga mengemukakan bahwa untung saja tesis ini masih ada kaitannya dengan pendidikan, jika tidak beliau mengemukakan bahwa banyak orang yang



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149



hendak bertanya kepada beliau terkait dengan kain cual tersebut namun dengan padatnya waktu beliau, maka tidak dapat dilayani. Oh God, kedua kalinya ada campur tangan dari Tuhan yang bekerja atas saya dalam proses pengerjaan tesis ini. Jika dari dua hal tersebut saya tidak memperoleh kepastian, maka tesis ini akan kelar pada saat itu juga (dalam artian pengumpulan data akan failed). Ketiga, narasumber selanjutnya juga untuk meluangkan waktu agak sedikit sulit dikarenakan beliau memiliki agenda-agenda untuk pameran baik itu yang lingkupnya nasional maupun lingkupnya internasional. Saat itu juga saya agak khawatir juga jika waktu yang tersedia tidak dapat disesuaikan dengan waktu penelitian saya juga. Akan tetapi, seperti sebelumnya bahwa campur tangan Tuhan itu sungguh adil. Waktu yang diberikan kepada saya itu persis seperti yang saya harapkan, sehingga walaupun banyak hal yang tidak dapat diperoleh lebih jauh lagi namun saya rasa beberapa poin penting sudah saya peroleh. Keempat, yang menjadi kekhawatiran saya ketika menganalisis, yaitu saya tidak memperoleh pengamatan secara langsung dalam proses pencelupan benang yang akan digunakan dalam proses produksi kain cual Bangka Belitung. Saat itu mungkin ada kekecewaan yang saya alami karena ada hal yang saya lewatkan, namun apa daya proses pencelupan tersebut tidak dilakukan setiap saat karena rentang waktunya 6 bulan bahkan 1 tahun sekali proses pencelupan tersebut akan dilakukan. Saya rasa tidak mungkin dalam jangka waktu tersebut saya harus menunggu, sedangkan saya sudah saatnya harus menyelesaikan tesis ini. Kelima, setelah saya memperoleh semua data tersebut. Yang saya alami pertama kalinya ketika akan menuliskan tesis ini, maka bagaimana sistematika atau kerangka dari hasil penelitian tersebut akan saya tuliskan karena saya tidak mau bahwa hasil tersebut saya tuliskan seenaknya begitu saja. Mengapa demikian? Karena yang akan saya tuliskan ini sifatnya merupakan heritage dan sifatnya tidak dapat sembarangan dituliskan. Saya menghitung sekitar 2 minggu saya berdiam diri, merenung, bahkan dalam



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150



mengerjakan aktivitas yang lainnya, maka yang namanya penulisan tesis tersebut akan menjadi salah satu prioritas yang harus dipikirkan. Tidak mudah memang untuk membagi waktu untuk membagi pengerjaan tersebut. Keenam, saya hendak bercerita bahwa saya sempat tidak dapat melihat proses produksi kain cual tersebut secara langsung dikarenakan untuk sekali proses pembuatan kain cual itu tetap membutuhkan yang namanya cuan untuk ongkos bagi penenunnya. Saat itu sudah terlintas di benak saya dan sempat saya sampaikan kepada orang tua saya bahwa mau tidak mau harus ada biaya yang harus dikeluarkan untuk ongkos tersebut. Sempat ada perdebatan terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan. Saya juga sempat menanyakan kepada pemilik tempat produksinya terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan tersebut. Akan tetapi, saya memang harus sangat bersyukur bahwa campur tangan Tuhan bekerja dalam setiap pekerjaan saya. Ternyata setelah saya mengumpulkan data melalui wawancara kepada budayawan, saya dihubungi bahwa sedang ada proses produksi kain cual untuk saat itu namun saya harus segera bergegas sebab yang membiayai kegiatan tersebut dari pihak PT. Timah, sehingga saya harus segera hadir disana sebab mereka akan melakukan dokumentasi terhadap kegiatan penenunan tersebut. Ketujuh, saya merasakan penyesalan yang begitu mendalam dalam management waktu pengerjaan tesis ini sebab waktu yang telah saya rencanakan ternyata tidak sesuai dengan yang saya harapkan, padahal saya adalah orang yang sangat tidak senang apabila ada miss dengan yang namanya waktu. Ini merupakan salah satu yang menjadi beban dalam pikiran saya karena ternyata membuat penulisan tesis untuk topik ini tidak terlalu mudah untuk dikerjakan. Harus banyak pertimbangan yang perlu diambil sebelum mengeksekusi hasil pemikiran tersebut. Selain itu, saya sempat diomelin oleh orang tua terkait dengan ketidakseriusan dalam proses management waktu ini. Yang menjadi poin penting bagi saya adalah ujian tesis harus di bulan Desember 2019 agar dapat wisuda pada Maret 2020. Saya berharap target tersebut akan saya capai dengan sistematika



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151



pengerjaan yang tidak boleh salah langkah. Selain itu, saya patut berbahagia sebab sebagai putra daerah, saya diperbolehkan untuk mengkaji topik yang menyangkut kain cual Bangka Belitung. Kedelapan, saya merasakan kesulitan dalam menyusun paket pembelajaran yang berbasis pada kain cual Bangka Belitung. Hal tersebut dikarenakan tidak mudah untuk mengkaitkan secara kontekstual hal-hal yang diperoleh selama pengumpulan data dengan materi pembelajaran yang akan dibuat paket pembelajarannya. Hal lainnya dikarenakan peneliti hendak membuat suatu hal yang berbeda dibandingkan penelitian etnomatematika yang biasanya lebih menekankan kebudayaan yang dikaji dengan materi pembelajaran matematika yang terkait dengan topik geometri. Dalam hal ini, maka peneliti memang mengalami kesulitan dalam penyusunan paket pembelajaran yang mengkaitkan antara kain cual dengan materi bentuk aljabar. Dalam paket pembelajaran yang telah dibuat, diperoleh saran bahwa soal-soal yang telah dibuat belum mencerminkan budaya kain cual seluruhnya. Hal tersebut dikarenakan peneliti memang mengalami kesulitan dalam memodifikasi soal-soal dalam budaya kain cual. Oleh karena itu, untuk paket pembelajaran dapat lebih dikembangkan pada penggunaan soal kontekstual yang didasarkan kain cual Akan tetapi, ada suatu hal membuat saya menjadi sangat bersedih dalam penulisan tesis ini. Hal tersebut dikarenakan papa tidak dapat melihat secara langsung bahwa saya telah menepati target yang telah saya sampaikan bahwa saya akan ujian tesis pada bulan Desember 2019, dikarenakan papa telah dipanggil oleh Tuhan pada 28 November 2019. Saya sempat merasakan hampa, kosong bahkan tidak dapat mengingat secara jelas terkait dengan apa yang saya tuliskan untuk tesis saya dikarenakan salah seorang yang menjadi tumpuan saya untuk dapat lulus dengan cepat telah pergi ke rumah Bapa dengan waktu yang sangat cepat (bahkan saya tidak melihat papa terakhir kalinya). Akan tetapi, saya harus tetap membuat papa bangga dan harus dapat membuat mama bangga bahwa saya dapat lulus sesuai dengan target yang saya sampaikan ketika saya pertama kali



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152



memutuskan bahwa saya akan lulus dalam waktu 1,5 tahun. Memang secara langsung papa tidak dapat melihat secara langsung, namun saya percaya bahwa ada papa yang tetap mendampingi dan menjadi pendoa bagi saya beserta keluarga terkait dengan apa yang kami lakukan. Target selanjutnya yang harus saya capai adalah menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain, baik itu dalam tindakan maupun dalam perkataan dan saya harus menjadi seseorang yang benar-benar dapat menjadi berkat bagi sesama melalui hal-hal yang saya lakukan.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan 1. Aspek Kebudayaan yang Terdapat Pada Kain Cual Bangka Belitung yang Menunjukkan Kedudukan Kain Cual dalam Budaya Masyarakat di Bangka Belitung Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka diperoleh aspek kebudayaan yang terdapat pada kain cual Bangka Belitung, di mana kain cual tersebut menunjukkan kedudukannya dalam budaya masyarakat di Bangka Belitung adalah sebagai berikut: a. Kain cual Bangka Belitung merupakan hasil perpaduan antara budaya orang darat (land based culture), budaya orang laut (sea based culture), budaya orang Melayu, serta budaya orang Tionghoa. b. Kain cual Bangka Belitung menunjukkan kedudukan yang tinggi bagi masyarakat Bangka Belitung dalam berpakaian. c. Kain cual Bangka Belitung memiliki keistimewaan tersendiri dikarenakan menunjukkan identitas dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan warna dan motifnya yang khas. d. Kain cual Bangka Belitung menjadi sangat unik dikarenakan hasil dari dua perpaduan teknik tenun, yaitu tenun ikat dan tenun cungkit.



2. Proses Produksi pada Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka diperoleh proses produksi pada pembuatan kain cual Bangka Belitung adalah sebagai berikut: a. Proses pencelupan benang sutra dilakukan dalam kurun waktu 6 bulan atau 1 tahun untuk 1 kali proses pencelupan.



153



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154



b. Proses pembuatan konsep kain cual Bangka Belitung dimulai dari melihat keadaan lingkungan sekitar yang sekiranya dapat dieksplorasi menjadi konsep motif kain cual Bangka Belitung. Ada pula yang membuat konsep tersebut dengan didasarkan pada motif kain cual kuno yang telah ada sebelumnya. c. Proses merealisasikan konsep motif kain cual Bangka Belitung tersebut ada yang bermula dari pakem motif yang telah ada sebelumnya. Ada pula yang membuat terlebih dahulu desain gambaran motif tersebut, kemudian gambaran tersebut dituangkan ke dalam benang-benang yang akan dilakukan proses pencelupan. Selain itu, ada juga yang membuat desainnya dengan menggunakan komputer terlebih dahulu, kemudian baru menuangkan desain tersebut dalam proses produksi kain cual Bangka Belitung secara mass production. d. Proses penentuan motif pada produksi kain cual Bangka Belitung dilakukan dengan mengeksplorasi keadaan lingkungan sekitar yang sekiranya dapat dilanjutkan untuk penentuan motif yang akan dijadikan objek jadinya dalam bentuk kain cual Bangka Belitung. Ada pula yang berpedoman pada motif baku kain cual tersebut, sehingga dalam proses produksi selanjutnya disesuaikan dengan motif tersebut dengan tambahan variasi-variasi terhadap motif tersebut. e. Proses memodifikasi motif kain cual Bangka Belitung dilakukan dengan didasarkan pada kreativitas dari penenun kain cual tersebut. Ada pula yang membuat variasi terhadap motif yang telah diproduksi sebelumnya dan ada pula yang berpedoman pada kain cual kuno.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155



3. Aktivitas Fundamental Matematis Menurut Bishop yang Terdapat Pada Proses Pembuatan Kain Cual Bangka Belitung Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka diperoleh aktivitas fundamental matematis pada proses pembuatan kain cual Bangka Belitung adalah sebagai berikut: a. Dalam proses produksi kain cual, maka aktivitas counting dapat dilihat ketika memperkirakan waktu penyelesaian sebuah kain cual, menentukan banyaknya pegawai yang dibutuhkan dalam pembuatan kain cual, dan menentukan harga sebuah kain cual. b. Dalam proses produksi kain cual, maka aktivitas measuring dapat dilihat ketika proses pembuangan getah (serisine) pada benang sutra (fibroine). c. Dalam proses produksi kain cual, maka aktivitas locating dapat dilihat ketika menentukan tempat penyuplai bahan baku atau banyaknya bahan baku yang diperlukan dalam produksi kain cual, penentuan lokasi atau penempatan pegawai dalam proses produksi kain cual. d. Dalam proses produksi kain cual, maka aktivitas designing dapat dilihat ketika merencanakan dan membuat pola motif pada kain cual dan dapat dilihat pada alat produksi kain cual yang dinamakan sebagai teropong, di mana digunakan sebagai tempat meletakkan benang sutra yang akan diproduksi menjadi kain cual. e. Dalam proses produksi kain cual, maka aktivitas playing dapat dilihat ketika membuat strategi apakah produk kain cual itu akan diproduksi kembali atau tidak. f. Dalam proses produksi kain cual, maka aktivitas explaining dapat dilihat ketika memaknai filosofi dari motif maupun sejarah dari kain cual itu sendiri.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156



4. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat Pada Kain Cual Bangka Belitung Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka diperoleh aspek-aspek matematis pada kain cual Bangka Belitung adalah sebagai berikut: Tabel 39. Aspek-aspek Matematis yang Terdapat pada Kain Cual Bangka Belitung No



Hal yang diamati



Aktivitas



Materi



matematis



Matematika yang Sesuai



1



Proses



pembuangan



Measuring



getah (serisine) pada



Konsep perbandingan



benang sutra (fibroine) 2



Alat produksi kain cual Bangka



Designing



Belitung



Motif kain cual



bangun



ruang tabung tanpa



(teropong) 3



Konsep



alas dan tanpa tutup Designing



Konsep segiempat, konsep



segitiga,



konsep



refleksi,



konsep



translasi,



konsep



rotasi,



konsep simetri lipat. 4



Proses penjualan kain



Counting



Konsep



aritmetika



cual Bangka Belitung



sosial,



dan proses yang terkait



bentuk aljabar



dengan distribusi kain cual Bangka Belitung



konsep



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157



5. Bentuk dan Isi Paket Pembelajaran Matematika yang Berbasis Pada Kain Cual Bangka Belitung a. Bentuk Paket Pembelajaran Matematika yang Berbasis Pada Kain Cual Bangka Belitung Dalam paket pembelajaran yang telah disusun, maka diperoleh bentuk paket pembelajaran matematika yang berbasis pada kain cual Bangka Belitung. Dalam paket pembelajaran tersebut mencakup pengantar mengenai peta kompetensi yang akan dibahas dalam paket pembelajaran. Peta kompetensi yang terdapat dalam paket pembelajaran mencakup unsur-unsur bentuk aljabar, penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar, perkalian bentuk aljabar, serta pembagian bentuk aljabar. Kemudian, dibahas mengenai pengantar kepada pembaca mengenai kebudayaan kain cual Bangka Belitung. Hal tersebut dimaksudkan agar pembaca memiliki wawasan terlebih dahulu mengenai kain cual Bangka Belitung. Dalam hal ini juga dibahas secara singkat mengenai etnomatematika agar pembaca dapat memahami etnomatematika secara singkat. Kemudian, selanjutnya dibahas mengenai landasan historis, serta landasan filosofi pada kain cual Bangka Belitung. Kemudian, pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai rancangan pelaksanaan pembelajaran dalam proses pembelajaran matematika, serta lembar kerja peserta didik (LKPD) yang dapat digunakan di dalam proses pembelajaran.



b. Isi Paket Pembelajaran Matematika yang Berbasis Pada Kain Cual Bangka Belitung Dalam penyusunan paket pembelajaran matematika yang berbasis pada kain cual Bangka Belitung terdapat beberapa hal yang



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158



dikaji lebih lanjut. Hal pertama, yaitu mengkaji bagaimana proses penyampaian aspek-aspek kebudayaan yang terkait dengan kain cual Bangka Belitung agar dalam proses awalnya ada pengantar kepada pembaca mengenai kain cual terlebih dahulu. Hal kedua, yaitu mengkaji mengenai topik pembelajaran matematika yang berbeda dibandingkan penelitian-penelitian yang telah



dilakukan



sebelumnya



terkait



dengan



penelitian



etnomatematika. Dalam hal ini, biasanya ditemukan bahwa penelitian etnomatematika lebih menekankan aspek geometri dalam kaitannya dengan materi pembelajaran matematika. Akan tetapi dalam penyusunan paket pembelajaran dalam penelitian ini akan menekankan kaitan kain cual dengan materi pembelajaran bentuk aljabar. Hal ketiga, yaitu mengkaji mengenai lembar kerja peserta didik (LKPD) yang akan disusun dalam paket pembelajaran yang disesuaikan



dengan



hasil



pengumpulan



data



pada



proses



sebelumnya. Dalam hal ini, LKPD memang belum sepenuhnya terkait dengan hal yang spesifik pada kain cual dikarenakan adanya kesulitan dalam penyesuaian dengan materi bentuk aljabar.



c. Hasil Validasi Paket Pembelajaran Matematika yang Berbasis Pada Kain Cual Bangka Belitung Berdasarkan hasil validasi kepraktisan paket pembelajaran yang berbasis etnomatematika pada kain cual Bangka Belitung, maka diperoleh hasil bahwa paket pembelajaran memenuhi aspek kepraktisan apabila akan digunakan di dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh ahli terhadap instrumen komponen pembelajaran berbasis etnomatematika, instrumen



rencana



pelaksanaan



pembelajaran



berbasis



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159



etnomatematika, instrumen lembar kerja peserta didik berbasis etnomatematika, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga instrumen tersebut memperoleh hasil sangat valid/sangat baik apabila akan direncanakan untuk dilakukan proses uji coba dengan menggunakan paket pembelajaran tersebut.



B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diambil melalui penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Untuk penelitian selanjutnya, kemungkinan besar apabila hendak melanjutkan penelitian ini maka dapat mengalokasikan jangka waktu sekitar 2 atau 3 tahun dalam pengamatan proses produksi kain cual ini dikarenakan akan ada banyak hal yang dapat diamati lebih lanjut. 2. Melalui hasil penelitian ini, ada beberapa aspek matematis yang belum dibuat paket pembelajarannya lebih lanjut, sehingga dapat dilanjutkan untuk model paket pembelajarannya. 3. Untuk paket pembelajaran yang telah dibuat, maka akan lebih baik apabila dilakukan uji coba secara terbatas ataupun secara berjenjang, kemudian paket pembelajaran tersebut dibuat secara massal atau dalam artian dibuat untuk lingkup yang lebih luas. 4. Untuk paket pembelajaran dapat lebih dikembangkan pada penggunaan soal kontekstual yang didasarkan kain cual



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160



DAFTAR PUSTAKA



Albanese, Perales. 2015. "Enculturation with Ethnomathematical Micro Projects: From Culture to Mathematics." Journal of Mathematics & Culture 9(1) 1-11. Arismendi, Eduardo Jesus. 2001. Ethnomathematics An Alternative Approach to The Practice of Teaching and Learning. A discourse delivered at the Mathematics across the curriculum summer institute. Bishop, A.J. 1988. Mathematics Enculturation: A Cultural Perspective on Mathematics Education. Dordrect: Kluwer. Bishop, A.J. 1994. Cultural Conflicts in Mathematics Education: Developing a Research Agenda. For the Learning Mathematics. Vol. 14 No.2. Clarkson, P.C. 2004. Multiculture Classrooms: Contexts for Much Mathematics \ Teaching and Learning, Ethnomathematics and Mathematics Education. Proceeding of the 10th ICME, 2004, PP.9-16. Colletta, Nat. J., Kayam Umar, dkk. 1987. Kebudayaan dan Pembangunan: Sebuah Antropologi Terapan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Creswell, J.W., 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset, Memilih di antara Lima Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. D’Ambrosio, U., Ethnomathematics and Its Place In The History and Pedagogy of Mathematics For Learning of Mathematics, 5 (1), 1985. D’Ambrosio, U. 1990. Ethnomathematics. Sao Paulo: Editora Atica. Elvian, Akhmad. 2014. Setengah Abad Kota Pangkalpinang sebagai Daerah Otonom. Pangkalpinang: Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Pangkalpinang. Elvian, Akhmad. (2019). "Histori Tenun Cual (Celupan Awal)". Babel Pos (30 April 2019).



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161



Gerdes. 1994. Reflection on Ethnomathematics. For the Learning Mathematics. Vol.14 No.2. Gunawan, Fransiskus Ivan & St. Suwarsono. 2019. Kajian Etnomatematika Terhadap Permainan Tradisional di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Prosiding Sendika, Vol 5, No 1. Haryanto, Toto Nusantara, Subanji dan Abadyo. 2016. Ethnomathematics in Arfak (West Papua Indonesia): Hidden Mathematics on knot of Rumah Kaki Seribu. Academic Journals Vol.11 (7), pp 420-445, 10 April, 2016. Hawkins, P. 2012. Creating a Coaching Culture. New York: Bell and Bain Ltd. Himstreet, William C., Baty, Wayne Murlin. 1990. Business Communicationss: Principles and Methods. Boston: PWS-Kent Publishing Company. Huberman, M. & Miles, 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Ki Hadjar Dewantara. 1994. Bagian II Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa. Koentjaraningrat. 1969. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Krisnawati, Yoanna. 2017. Kajian Etnomatematika Terhadap Tradisi Pernikahan Yogyakarta oleh Masyarakat di Kecamatan Minggir, Sleman, DIY, dalam Rangka Penentuan Aspek-aspek Matematis yang dapat Digunakan dalam Pembelajaran Matematika di SMP. Tesis. Tidak Diterbitkan. Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara. Liliweri, Alo. 2014. Pengantar Studi Kebudayaan. Bandung: Penerbit Nusa Media.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162



Marsigit. 2016. Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 STKIP PGRI Sumatera Barat dengan Tema Etnomatematika, Matematika dalam Perspektif Sosial dan Budaya. 16 April 2016. Padang: Indonesia. Merriam, S. B. 2009. Qualitative Research: A guide to design and implementation. New York: John Wiley and Sons. Moleong, Lexy J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nay, Florianus Aloysius. 2017. Aspek Etnomatematika pada Budaya Penangkapan Ikan Paus Masyarakat Lamalera Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia. Nida, A.E. 1964. Toward a science of Translation. Leiden: E.J. Brill. Plomp, Tjerd. 1997. Educational Design: Introduction. From Tjerd Plomp (eds). Educational & Training System Design: Introduction. Design of Education and Training (in Dutch). Utrecht (the Netherland): Lemma. Netherland. Faculty of Educational Science and Technology, University of Twente. Putri, Linda Indiyarti. 2017. Eksplorasi Etnomatematika Kesenian Rebana sebagai Sumber Belajar Matematika pada Jenjang MI. Jurnal Ilmiah “Pendidikan Dasar” Vol. IV No. 1 Januari 2017.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163



Romadoni, Almu Noor. 2017. Aspek-aspek Etnomatematika pada Budaya Masyarakat Banjar dan Penggunaan Aspek-aspek tersebut untuk Pengembangan Paket Pembelajaran Matematika. Tesis. Tidak Diterbitkan. Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Rosa, Milton dan Orey, Daniel Clark. 2011. Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatematica, 4(2). 32-54. Saliyo. 2012. Konsep Diri dalam Budaya Jawa. Buletin Psikologi Volume 20, No. 1-2: 26-35. Sari, Ana Easti Rahayu Maya. 2018. Aspek Matematis pada Aktivitas Pembuatan Gerabah di Kasongan dan Implementasinya dalam Pembelajaran Matematika. Tesis. Tidak Diterbitkan. Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Spradley, J.P. 2007. The Ethnographic Interview, terjemahan Indonesia: Metode Etnografi oleh: Misbah Zulfa Elisabeth, Tiara Wacana. Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Yayasan Penerbit FE UI. Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suwarsono. 2015. PPT Etnomatematika (Ethnomathematics) Materi Kuliah S2 Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164



LAMPIRAN



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165



Lampiran 1. Surat Penelitian dari Kampus



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169



Lampiran 2. Instrumen Bantu Kisi-kisi Pedoman Wawancara



No 1



Informan Budayawan



2



Penggiat industri kain cual



Indikator 1. Kedudukan kain cual dalam kehidupan masyarakat Bangka Belitung 2. Pandangan masyarakat Bangka Belitung terhadap kain cual 1. Proses produksi kain cual 2. Penentuan motif pada kain cual 3. Perkiraan pegawai dalam proses pembuatan kain cual 4. Proses penentuan lokasi untuk menyuplai bahan baku 5. Proses menentukan harga jual dari kain cual 6. Proses untuk menentukan lokasi untuk memasarkan kain cual



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170



Kisi-kisi Instrumen Bantu dan Pertanyaan Kepada Budayawan



No



Indikator



1



Kedudukan kain cual dalam kehidupan masyarakat Bangka Belitung



2



Pandangan masyarakat Bangka Belitung terhadap kain cual



Pertanyaan 1. Secara umum, bagaimana perkembangan kebudayaan yang berkembang pada masyarakat Bangka Belitung? 2. Apakah budaya yang berkembang di masyarakat di Bangka Belitung telah membawa banyak sisi positif dalam kehidupan sehari-hari masyarakat? 3. Bagaimana sejarah perkembangan kain cual yang ada di Bangka Belitung? 4. Apakah ada kekhasan khusus yang dimiliki oleh kain cual itu sendiri? 5. Apakah penggunaan kain cual itu memiliki aturan-aturan tersendiri? 6. Bagaimana peran dari kain cual itu sendiri terhadap kehidupan bermasyarakat di Bangka Belitung? 7. Bagi masyarakat di Bangka Belitung, apakah makna dari kain cual yang berkembang di masyarakat?



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171



Kisi-kisi Instrumen Bantu dan Pertanyaan Kepada Penggiat Industri Kain Cual Bangka Belitung



No



Indikator



1



Proses produksi kain cual



2



Penentuan motif pada kain cual



3



Perkiraan pegawai dalam proses pembuatan kain cual



4



Proses penentuan lokasi untuk menyuplai bahan baku



Pertanyaan 1. Bagaimana tahap pembuatan konsep kain cual Bangka Belitung? 2. Bagaimana tahap untuk merealisasikan konsep tersebut dalam proses produksi kain cual? 3. Bagaimana proses untuk mendesain motif pada kain cual? 4. Bagaimana langkah/tahap yang dilakukan dalam memproduksi suatu kain cual? 5. Apakah ada kriteria khusus yang digunakan untuk memanipulasi motif-motif yang ada sehingga akan terbentuk motif-motif yang baru? 6. Apakah ada keterkaitan sejarah atau makna dari motif-motif yang baru terhadap motifmotif terdahulu? 7. Apakah ada suatu pertimbangan khusus dalam menentukan suatu motif akan diproduksi lagi atau tidak? 8. Bagaimana cara yang digunakan untuk mengombinasikan motif-motif yang ada untuk membentuk suatu motif yang baru? 9. Bagaimana proses untuk mengukur motifmotif pada kain cual 10. Bagaimana cara menentukan penempatan pegawai dalam proses pembuatan kain cual? 11. Bagaimana cara untuk menentukan banyaknya pegawai dalam proses pembuatan kain cual? 12. Bagaimana proses yang dilakukan untuk menentukan lokasi dalam menyuplai bahan baku?



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172



No



Indikator



5



Proses menentukan harga jual dari kain cual



13. Bagaimana cara untuk menentukan harga jual dari kain cual?



Proses untuk menentukan lokasi untuk memasarkan kain cual



14. Apakah kain cual ini juga dipasarkan dalam bermacam-macam lokasi yang berbeda? 15. Apakah ada perbedaan harga terhadap kain cual yang dipasarkan di tempat lain dengan harga yang dicantumkan ketika dipasarkan di galeri sendiri? 16. Apakah ada cara yang digunakan untuk menentukan lokasi untuk memasarkan kain cual?



6



Pertanyaan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173



Lampiran 3. Transkrip Wawancara 1. Transkrip Wawancara dengan Bapak Drs. Akhmad Elvian Peneliti (P): Selamat sore Pak Elvian Bapak Akhmad Elvian (AE): Selamat sore P: Saya Fransiskus Ivan Gunawan, mahasiswa Magister Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma. Di sini, saya hendak mengumpulkan data terkait dengan kain cual Bangka Belitung Pak, untuk penyusunan tesis saya Pak. AE: Kain tenun cual Bangka Belitung ya? P: Iya Pak. Bisa kita mulai Pak? AE: Silakan P: Yang ingin saya tanyakan pertama itu Pak. Secara umum, bagaimana perkembangan kebudayaan yang ada pada masyarakat Bangka Belitung ini Pak? AE: Kebudayaan masyarakat Bangka Belitung secara universal itu ada dua. Yang pertama itu yang disebut dengan kebudayaan berbasis darat atau land based culture. Pendukung kebudayaan yang berbasis darat atau land based culture itu adalah orang darat atau orang gunung. Dalam konteks ilmiah sering disebut dengan hill people. Kemudian kedua, kebudayaan yang berbasis kelautan atau bahari atau sea based culture. Pendukungnya adalah orang-orang laut yang sering disebut orang sekak atau seafarer atau pengembara laut. Kemudian kebudayaan berbasis darat dan laut itu diperkaya dengan kebudayaan pendatang, yaitu orang-orang melayu yang datang dari semenanjung tanah melayu, yang datang dari johor, datang dari siantan, datang dari malaka. Datang ke Bangka pada masa kesultanan palembang, pada masa pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin I Jayawikromo, itu sekitar tahun 1724-1757. Jadi orang-orang Melayu melakukan migrasi ke Bangka karena Sultan memperistri putri melayu dari siantan. Keluarga istri sultan itu melakukan migrasi sekitar 5.000 orang melayu ke Bangka dan orang-orang melayu itulah yang memperkaya budaya masyarakat Bangka Belitung yang berbasis darat dan berbasis laut. Kemudian sekitar tahun 1710, Sultan pada waktu itu yaitu Sultan Muhammad Mansyur Jayawinlago itu mendatangkan orangorang Tionghoa dari daratan Tionghoa ke Bangka untuk menambang timah dan bekerja di parit-parit penambangan timah untuk meningkatkan produksi timah karena Sultan pada waktu itu melakukan penandatanganan kontrak dagang ya dengan VOC. Untuk meningkatkan produksi timah, maka didatangkanlah tenaga-tenaga kerja dari Tionghoa yang ahli di bidang pertambangan. Orang-orang Cina yang datang ke Bangka itu juga ikut mempengaruhi budaya Bangka Belitung yang berbasis darat dan laut. Jadi



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174



budaya Bangka Belitung kemudian berasimilasi dan berakulturasi menjadi budaya Bangka Belitung. Jadi akulturasi dan asimilasinya itu berasal dari 4 etnik grup itu, ada etnik grup orang darat, orang laut, orang Melayu, dan orang-orang Tionghoa. P: Kemudian Pak, apakah budaya yang berkembang itu banyak memberikan dampak yang positif bagi masyarakat Bangka Belitung sendiri? AE: Kebudayaan yang berkembang di Bangka Belitung itu hasil dari asimilasi, hasil dari akulturasi budaya dari empat etnik grup itu. Kemudian berkembang menjadi kebudayaan Bangka Belitung dan kebudayaan Bangka Belitung yang didorong oleh empat etnik itu sangat kaya, sangat unik karena berasal dari empat etnik grup yang berbeda sehingga kebudayaan Bangka Belitung sangat unik dan beraneka ragam. P: Kemudian Pak, untuk sejarah perkembangan kain tenun cual Bangka Belitung itu sendiri seperti apa Pak? AE: Orang-orang Melayu yang datang ke Bangka, yang berasal dari siantan, keluarga dari Zamnah atau Baniah, keluarga dari istri Sultan Mahmud Badaruddin I kemudian memilih tinggal di Mentok dan mereka tinggal di kampung-kampung seperti kampung Patemun, kampung Kranggan, kampung Jirang Siantan. Mereka tinggal di perkampungan-perkampungan di Mentok. Pada masa aman, pada masa damai, perempuan-perempuan Melayu keturunan Mentok ataupun perempuan-perempuan Melayu dari Semenanjung Malaka di Johor itu mereka menenun kain, yang kemudian kain tenun itu diberi nama dengan tenun cual. P: Kemudian Pak, apakah ada kekhasan khusus atau keistimewaan dari kain tenun cual itu sendiri? AE: Tenun cual ini sangat unik karena dia perpaduan dari dua teknologi tenun. Jadi perpaduan antara teknologi cungkit dan teknologi ikat. Teknologi cungkit yang kita ketahui menghasilkan kain songket. Teknologi ikat itu menghasilkan kain tenun ikat. Perpaduan antara dua teknologi ini yang merupakan kearifan lokal masyarakat Bangka Belitung melahirkan kain tenun tersendiri yang disebut kain tenun cual. Di samping teknologinya merupakan perpaduan dua teknologi itu, keunikannya juga yaitu tekstur kainnya sangat halus, kemudian motifnya itu diangkat dari motif-motif flora, fauna khas dari Bangka Belitung. Kemudian, kalau motif itu dipandang dari jauh tentu sangat kelihatan coraknya yang menunjukkan bahwa orang melayu Bangka itu sangat tinggi marwahnya dan sangat menjaga marwahnya. P: Kemudian Pak, mengapa dari kain cual itu diproduksi motif-motifnya berbasis flora dan fauna?



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175



AE: Karena motif-motif flora dan fauna khas yang ada di Bangka Belitung, kemudian flora dan fauna mitologi dari orang-orang Tionghoa yang datang ke Bangka itu terkandung makna-makna filosofis dari masing-masing motif yang mereka tenun. Jadi, gambaran dari makna-makna filosofis dari motifmotif flora maupun fauna itu mereka tampilkan di dalam motif kain tenun, sehingga nanti orang yang mengenakan kain tenun cual itu kira-kira menggambarkan sifat dan makna filosofis dari motif itu. Misalnya, saya beri contoh ada motif madu atau lebah dengan bunga pelawan. Kalau orang memakai itu kan secara filosofis orang yang mengenakan pakaian itu orangnya yang ulet bekerja, rajin bekerja, suka bekerjasama, nah seperti itu ya. Kemudian, madu itu bermanfaat bagi orang banyak. Jadi, filosofisnya yang ada di motif itu diharapkan menjadi cermin dalam perilaku dalam kehidupan orang mengenakan kain cual. P: Kemudian Pak, dalam penggunaan kain cual Bangka Belitung itu apakah ada aturan-aturan tersendiri Pak? AE: Awalnya kan fungsi tenun cual itu ada yang disebut dengan fungsi primer. Fungsi primer itu fungsinya untuk kepentingan upacara adat yang sifatnya ritual, sifatnya sakral, sifatnya magis. Jadi fungsi primernya seperti itu. Jadi, dipakai pada upacara-upacara adat yang penting dalam masyarakat Bangka. Kemudian fungsi primer yang lain, tenun cual ini untuk mahar ya. Jadi, barang hantaran ketika orang akan menikah. Orang menikah itu kan ada mahar atau barang hantaran ya, itu menunjukkan status sosial ya, karena kain itu kan mahal ya. Jadi untuk status sosial untuk upacara urun barang ya pada pernikahan di Bangka sebagai mahar. Kemudian, untuk motif-motif tertentu ya seperti motif garuda, motif burung hong, motif naga bertarung, pengguna atau pemakai motif-motif itu adalah golongan-golongan bangsawan yang menunjukkan status sosial. Jadi social stratification atau kelas sosial bangsawan ke atas. Kemudian, di samping untuk upacara ya, untuk mahar, fungsi status sosial. Kemudian, kain cual itu digunakan untuk hiasan pada rumah-rumah orang di Bangka atau sebagai pajangan. Itu fungsi primer dari kain cual. Bagaimana sekarang kita mengembangkan dari fungsi primer itu ke fungsi sekunder. Kalau untuk fungsi primer itu kan dia menjadi barang yang eksklusif ya. Tapi kalau kita kembangkan ke fungsi sekunder, untuk fungsi pariwisata misalnya ya. Dengan berbagai macam motif cual itu kita kembangkan menjadi berbagai macam pakaian, souvenir, berbagai perlengkapan kehidupan. Nah itu, dia menjadi fungsi sekunder dan menjadi fungsi kekinian untuk kepentingan pariwisata, kepentingan ekonomi, kepentingan budaya dan kepentingan ilmu pengetahuan. P: Kemudian Pak, bagaimana peran dari kain cual itu sendiri untuk masyarakat Bangka Belitung pada saat ini?



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176



AE: Nah, karena kain tenun cual itu milik Bangka Belitung. Saya katakan milik Bangka Belitung ya karena teknologi yang lahir dari karsa dan rasa orang Bangka ya dan merupakan perpaduan antara teknik cungkit dan teknik ikat tadi. Jadi dia milik orang Bangka Belitung. Karena dia menjadi milik orang Bangka Belitung maka dia menjadi identitas. Jadi, tenun cual itu menjadi identitas bagi orang Bangka Belitung, ketika kita menggunakan kain tenun cual untuk upacara-upacara adat atau kita menggunakan pakaian dengan motif cual, nah orang akan paham kalau dari Bangka Belitung. Itu menunjukkan identitas. Identitas itu bisa menghasilkan dignity. Dignity itu keagungan, keluhuran budi, kejayaan. Kalau dalam bahasa melayunya, identitas itu bisa menunjukkan marwah dan wibawanya orang Bangka Belitung. Orang Bangka Belitung sangat tinggi marwahnya, misalnya dia menggunakan motif tenun cual yang begitu tinggi nilai filosofisnya. P: Kemudian Pak, bagaimana pemerintah Bangka Belitung itu sendiri mengenalkan kain cual kepada masyarakat Bangka Belitung? AE: Kain cual itu sendiri kan sejak tahun 1913 kan pernah terputus produksinya karena pada saat itu kan terjadi perang dunia I. Jadi, pasokan bahan baku seperti benang, sutra itu kemudian benang emas tidak diperoleh ya di pasar-pasar Batavia, di Palembang, maupun di Singapura sehingga produksi tenun cual pun terhenti dan bagaimana orang mau menenun kalau suasana perang ya karena tidak aman. Jadi, menenun itu bisa dilakukan pada suasana tenang, aman, dan damai sehingga terhenti produksinya. Nah itu penyebabnya. Yang kedua, ibukota karesidenan Bangka juga dipindahkan tanggal 03 September 1913 dari Mentok ke Pangkalpinang. Yang menyebabkan tenun cual itu juga tidak berkembang. Kemudian, Mentok menjadi kota yang biasa-biasa saja. Kalau dulu dia menjadi ibukota Karesidenan Bangka, selanjutnya dia menjadi ibukota distrik, kemudian Pangkalpinang menjadi ibukota Karesidenan Bangka. Itu juga menyebabkan mengapa kain tenun cual lamban perkembangannya. Nah baru tahun 1980-an, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pangkalpinang kemudian menggali, mengembangkan, memanfaatkan kain tenun cual itu pelan-pelan. Kemudian kembali terangkat kain cual itu. Untuk memperkenalkannya, itu diproduksi dalam jumlah yang banyak, kemudian dimodifikasi, dan di samping kain tenun juga ada ada yang dicap, ada yang dicetak menggunakan mesin, ada yang menggunakan ATBM. Nah, itu cara memperkenalkannya, kemudian juga dilakukan berbagai macam pelatihan kepada masyarakat, kepada generasi muda untuk paham bagaimana menenun cual ya. Kemudian kita juga mulai mendirikan museum, galeri di masyarakat juga berdiri, dan terakhir pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung itu menyusun kurikulum muatan lokal, di mana salah satunya adalah teknologi tenun cual. Di samping, ada beberapa sekolah



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177



yang mewajibkan peserta didiknya menggunakan seragam dengan motif tenun cual. P: Dulu kan tenun cual hanya dipakai bangsawan di Mentok Pak. Kemudian mengapa penggunaan kain cual itu berkembang untuk masyarakat umum Pak? AE: Karena mulai bergeser fungsi primernya ke fungsi sekunder. Karena orang melihat bahwa tenun cual itu memang sangat unik, sangat menarik sehingga dia mulai beralih ke fungsi sekunder. Jadi, ada semacam dignity dan kebanggaan ketika kita mengenakan identitas Bangka Belitung.



2. Transkrip Wawancara dengan Ibu Dra. Catharina Kristiatmini Peneliti (P): Selamat sore Ibu Ibu Nina (N): Selamat sore Mas P: Saya Fransiskus Ivan Gunawan, mahasiswa program studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma. Di sini, saya ingin mewawancarai terkait dengan kain cual Bangka Belitung dengan Ibu. Apakah bisa kita mulai sekarang Bu? N: Bisa P: Yang ingin saya tanyakan itu bagaimana tahap pembuatan konsep kain cual Bangka Belitung di tempat Ibu ini? N: Awalnya kami itu jujur saja datang dari Jawa. Datang ke Bangka Belitung ini sudah 20 tahun yang lalu. Kemudian, ketika kami sering pergi ke kampung-kampung seperti itu dalam tugas PKK mendampingi ibu walikota ini menemukan kain kuno. Kain kuno itu yang sudah ratusan tahun yang lalu yang dibuat oleh pengrajin di daerah Muntok. Mentok itu daerah Bangka Barat. Kain kuno itu sudah lama sekali keberadaannya, bahkan dipegang pun bisa rontok saking tuanya karena kain tua itu berupa tenun. Tenun itu terbuat dari benangnya dicelup dengan emas ratusan tahun yang lalu dan itu sudah lama dan keberadaannya sudah tidak ada. Namun, saya berpikir kenapa kain ini tidak dilestarikan dalam bentuk persis seperti aslinya. Kalau sekarang kan penenun yang dulu sudah tidak ada tapi kita dengan zaman sekarang ini kan kita bisa melatih dan memberdayakan masyarakat untuk menenun dengan motif kuno tadi. Jadi, istilahnya mereplika. Tujuannya karena untuk melestarikan kain kuno itu supaya keberadaannya itu tetap eksis di Bangka Belitung. Lalu, tidak hanya melestarikan namun juga mengembangkan dan memasyarakatkan supaya kain yang sudah ratusan tahun itu kembali. Kain itu kan salah satu budaya khas Bangka Belitung yang harus kita lestarikan, kita kembangkan keberadaannya. Nah berawal dari situ karena tidak hanya tenun, namun kami mengembangkannya dengan teknik-teknik yang lain. Kalau menenun



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178



itu kan pakai handmade ya secara manual. Manual itu pengerjaannya lebih lama, lebih sulit. Berarti kan nanti juga lebih mahal karena tingkat kesulitannya lebih tinggi. Lalu, kami mengembangkannya dengan teknik lain, yaitu dalam bentuk batik. Nah, dalam bentuk batik tetapi tetap kita mempertahankan motifnya tadi bukan hanya dalam sembarang batik seperti batik pada umumnya tetapi kita mengacu pada motif cual tadi. Ya mengapa dinamakan cual itu tadi karena celupan awal, istilahnya atau sejatinya. Pada saat mencelup benang emas yang dulunya itu kan kemudian nampak bagus tenunnya itu, maka sebetulnya cual itu berasal dari celupan awal tetapi kemudian kita menggeneralisasi menjadi khas Bangka Belitung. Nah seperti ulos itu dari Batak dan songket itu dari Palembang. Lalu kita lestarikan dalam bentuk batik, batik itu tekniknya macam-macam, ada printing, ada cap, cap yang pakai stempel itu, ada juga batik tulis yang pakai canting membatiknya. Semakin memakai tangan maka semakin mahal, kalau printing kan pakai mesin, kalau cap kan pakai alat. Kalau dengan tulis atau canting itu kan pakai tangan, jadi handmade dan manual kan. Jadi, tujuan kita itu satu karena kita menemukan kain kuno tadi lalu tergerak hati untuk melestarikan dan mengembangkan, serta memasyarakatkan supaya salah satu budaya khas Bangka Belitung itu hidup kembali dan muncul kembali supaya tidak hanya masyarakat Bangka Belitung, tetapi juga tanah Air Indonesia bahkan juga nanti sampai kepada dunia. Nah itu tujuan kami. P: Kemudian Bu, tahap dalam merealisasikan konsep-konsep itu dalam proses pembuatan kain cual itu seperti apa Bu? N: Nah, tahapnya saya membuat motif yang mudah itu dengan printing dulu. Saya printing dulu, saya buat desainnya pakai komputer ya motifnya itu kita printing. Lalu, motif itu kita ajukan supaya mendapatkan hak kekayaan intelektual (HAKI). Setelah memperoleh HAKI sekitar dua tahun keluarlah sertifikatnya. Nah, kemudian saya kembangkan pada teknikteknik yang lain, dengan cap kemudian mulai kita mengajak masyarakat yang bisa membatik untuk membuat motif tersebut, nah itu tahapannya. Jadi, tahapannya kita mencoba dulu membuat motifnya tadi kemudian saya replika motifnya, saya buat dalam bentuk printing pakai mesin. Kemudian dari motif itu saya mengajukan HAKI untuk mendapatkan sertifikat di Departemen Hukum dan HAM. Ketika itu keluar, baru saya berani memproduksi dalam bentuk mass production. Untuk sekarang bisa dibuat seragam, untuk souvenir, untuk masyarakat luas. Begitu tahapannya, sehingga motif yang saya produksi dan saya kembangkan ini sudah mendapatkan sertifikat HAKI (Hak Kekayaan Intelektual). P: Kemudian Bu, bagaimana yang dilakukan Ibu atau proses yang dilakukan untuk menentukan motif yang akan digunakan dalam proses produksi kain cual itu Bu?



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179



N: Jadi motif tadi kan kita sudah punya motif baku. Motifnya ada dua macam, lebah dan bunga ketuyut. Perlu diingat bahwa kain-kain kuno tersebut setelah diteliti bermotifkan flora dan fauna. Tidak ada motif kuno bentuknya rumah. Semuanya itu dalam bentuk flora dan fauna dan flora fauna itu bentuknya abstrak. Kalau bebek ya tidak melulu bentuknya bebek, lebah juga begitu. Yang saya salut adalah imajinasi masyarakat dulu itu menerjemahkan hewan dan bunga-bunga itu sangat abstrak. Bahkan era dewasa ini motif yang abstrak itu bebas digunakan oleh siapapun. Kadang ada kan aliran tertentu yang tidak mau memakai motif burung, motif naga sehingga ada kelompok tertentu tidak mau memakainya. Jadi abstrak, nah itu motifnya terlebih dahulu. Kemudian saya melihat lagi, kalau orang Melayu itu lebih suka atau cenderung warna-warni yang meriah dan cerah. Beda dengan masyarakat Jawa Tengah yang dominan memakai warnawarna sogan, warna-warna cokelat, warna tanah, warna sogan. Kalau Melayu itu meriah. Kalau kesenian pun suka yang warna-warni. Dari motif itu saya kembangkan warna-warninya. Jadi, motifnya sudah satu itu yaitu lebah. Tetapi saya kombinasi, saya variasi. Misalnya lebah kecil, kemudian difondasi lebah dalam bentuk yang besar. Kemudian kanan kirinya, kalau lebah itu kan menghisap madu kembang. Ada kembang-kembangnya, ada bunga-bunganya. Lebahnya juga itu lebah pelawan. Lebah di Bangka Barat, dan ada yang namanya bunga Pelawan. Kalau lebah menghisap bunga pelawan itu, maka madunya enak sekali. Jadi lebahnya pun lebah pelawan. Lebah yang hinggap di bunga pelawan. Untuk menentukan motifnya seperti itu. Jadi tidak sembarang membuatnya. Masalah warnanya tinggal celupannya. Kalau satu warna lebih murah dan lebih gampang. Kalau dua warna lebih meningkat. Satu kain itu kalau motifnya banyak warna itu lebih susah. P: Kemudian Bu, apakah ada kriteria khusus dalam memodifikasi motifmotif yang telah ada itu sehingga akan dibentuk motif yang baru Bu? N: Kriteria khusus itu saya tetap pada motif baku itu tadi, yaitu motif lebah dan motif lebah itu tidak bisa dicampur dengan motif kuno, motif kontemporer. Lebah kami itu lebah abstrak, bunganya pun bunga abstrak. Saya tidak ingin dicampur dengan bunga sepatu atau bunga mawar. Jadi kriterianya tetap berpedoman pada motif kuno itu tadi. Motif kunonya itu semuanya abstrak. Bahkan motif satu lagi yang saya patenkan dan saya dapatkan sertifikatnya itu kan dua. Satu motif lebah dan satunya motif bunga ketuyut. Bunga ketuyut itu kantong semar. Itu nepenthes species. Itu filosofinya juga ada, kegunaannya juga ada tersendiri. Saya punya filosofi bunga nepenthes tadi dan lebah yang tadi. P: Kemudian Bu, apakah ada keterkaitan makna dari motif yang telah ada sebelumnya itu untuk motif yang baru Bu?



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180



N: Maka dari itu kenapa saya mengatakan saya tertarik dengan motif itu. Saya tertarik karena filosofi dari motif itu ada. Itu juga salah satu persyaratan mendapatkan sertifikat HAKI. Jadi filosofinya itu apa sudah ada. Jadi saya senang atau tertarik itu karena filosofinya bagus. P: Kemudian Bu, misalkan pada saat ini ada suatu motif yang diproduksi. Kemudian apakah motif itu akan diproduksi lagi atau tidak Bu? N: Motifnya tetap satu itu namun kita tetap kita kembangkan dengan variasi warna atau kita kembangkan dengan kombinasi. Misalnya, motif lebah dengan motif ketuyut. Tapi motifnya tetap motif yang sudah kita patenkan tadi. Cuma mungkin diperbesar atau diperkecil atau warna-warnanya diperbanyak. Misalnya di dalam lebah itu warnanya kuning, kemudian besok saya tambahkan warna hijau atau warna lainnya. Tapi motifnya sudah baku. P: Kemudian Bu, bagaimana Ibu mendesain motif-motif yang baru itu dalam produksi kain cual Bu? N: Cual itu saya tuangkan dalam teknik. Jadi berbicara teknik ada tiga, yaitu printing, cap atau stempel dan tulis. Nah kalau kainnya itu ada kain katun, kain sutra, dan ada bermacam-macam kain lainnya. Tapi untuk teknik manual dan menggunakan alat itu ada dua, yaitu tenun dan bukan tenun. Kalau bukan tenun itu sudah berbentuk kain. Kalau tenun tadi kita masih berbentuk benang, kita tenun dulu, dan si penenun tadi sudah melihat motif yang sudah ada. Kemudian dia istilahnya langsung menduplikasi dengan benang-benang sekarang, bukan benang antik. Kalau benang dulu kan bentuknya antik, jadi betul-betul dicelup menjadi benang emas 12 karat. Kalau sekarang kan sudah jarang seperti itu. Sekarang menggunakan benang pabrikan, tapi motifnya tetap motif yang sudah kita patenkan tadi, yaitu lebah dan bunga tadi. Jadi, ada beberapa kriteria, tenun tadi langsung ditenun mengikuti motif dan bisa juga benang putih kita jadikan menjadi batik. Dari benang kita pintal kemudian kita tenun menjadi satu lembaran kain lalu kita batik atau menenun sudah dengan motifnya, jadi tidak perlu lagi dibatik. Jadi membatiknya ke kiri, kemudian ke kanan sehingga membentuk motif dan itu lebih sulit dan lebih mahal. P: Kemudian Bu, bagaimana cara menentukan penempatan pegawai dalam proses produksi kain cual Bu? N: Oh ya, jadi tentu kita jujur saja kalau kita membatik itu kita masih memakai workshop-nya di Jawa karena orang Jawa dulu kan memang kebiasaannya membatik itu menjadi mata pencaharian, sehingga jiwanya sudah menyatu. Kalau di Sumatera atau Bangka Belitung sendiri kan masih jarang orang yang bisa membatik karena bukan kebiasaan. Mereka biasanya memetik sahang, kemudian biasanya melimbang timah. Tapi apabila



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181



langsung dialihkan untuk membatik kan susah. Padahal kebutuhan kita itu sudah semakin meningkat. Kalau hanya mengandalkan tenaga dari sini itu susah. Maka saya produksinya masih di Jawa. Di Jawa kan sudah lihai, sudah pintar membatik. Jadi, yang sudah lihai membatik ya dia di bagian membatik. Nanti yang belum bisa membatik dengan tangan, dia hanya bisa mesin maka dia membuat printing tadi. Kalau printing kan lebih mudah karena mesinnya sudah seperti sablon. Kalau stempel juga lebih mudah lagi dan lebih di atas printing dan agak sulit sedikit karena menempatkan stempelnya kan harus tetap pakai tangan seperti menyetrika itu kan. Kemudian tingkatan di atasnya lagi yang sudah pandai membatik ya dia membatik terus, jadi terus di divisi batik. Jadi kita menempatkannya di divisi printing, divisi cap, divisi batik, divisi tenun, dan divisi jahit terakhirnya. Divisi printing itu ya masih pemula-pemula karena kan dikendalikan dengan mesin. Di atas itu yang sudah agak senior keahliannya adalah cap. Tapi yang sudah sepuh-sepuh, yang sudah pinter-pinter itu batik tulis karena tingkat kesulitannya kan sudah tinggi dan perlu detail, perlu ketelitian, dan pelu keahlian. P: Kemudian Bu, proses produksinya di daerah mana saja Bu? N: Kita di daerah Pekalongan dan di dekat Sragen karena mereka juga saudara sendiri. Jadi tetap punya kita tetapi disana. Disana itu untuk mencari orang-orang dan tenaga untuk membatik itu gampang. Kalau di sini, walaupun alat sudah ada tetapi susah untuk membatik maka percuma saja alat-alat tersebut. P: Kemudian Bu, bagaimana cara untuk menentukan banyaknya pegawai dalam masing-masing divisi? N: Kita kemarin kan sesuai dengan orderan juga. Kalau orderannya belum banyak, ya belum berani menempatkannya banyak. Karena kita setiap Sabtu bayar dan secara mingguan. Kalau kemarin kan kita juga melihat orderan atau demand-nya karena mereka kan harus cash and carry, jadi tidak bisa ditunda-tunda upahnya. Jadi menempatkannya ya tergantung. Kalau batik tulis itu biasanya jarang karena beberapa orang saja tapi kalau printing itu perlu tenaga yang banyak karena lebih mudah. Kalau batik tulis kan demand-nya sedikit dan untuk kalangan tertentu karena mahal harganya. Tapi untuk stempel dan printing kan banyak dipakai untuk seragamseragam. Jadi membutuhkan lebih banyak pekerjanya. Jadi menempatkannya seperti itu. P: Kemudian Bu, bagaimana proses dalam menentukan lokasi untuk menyuplai bahan baku? N: Kebetulan bahan bakunya itu semua kita masih dapatkan di Jawa. Di Jawa Tengah ada, kalau benangnya katun itu katun primisima itu ada



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182



banyak. Benang sutranya juga ada banyak dan untuk bahan produksi tidak bermasalah. Cuma kadang-kadang ya tiap tahun naik, sehingga benangnya mahal dan otomatis ongkos produksi juga semakin mahal dan dikirim kesini ongkos kirimnya semakin mahal. Sekarang mahal sekali, baik lewat darat atau lewat laut. P: Kemudian Bu, bagaimana cara yang Ibu lakukan untuk menentukan harga dari satu kain cual Bu? N: Nah, harga satu kain cual itu kita lihat harga kain katun terlebih dahulu di Jawa ya. Misalnya harga di Jawa itu kan 200 untuk satu potong. Di sini kan kalau dikirim kesini kan pakai ongkos. Jadi disini 300 dan sudah sangat murah karena disana sudah 200. Kalau disini masih sama kan kita tetap mengirimkannya pakai ongkos juga, jadi menentukan harganya disitu dan tetap berpatokan kain itu di Jawa harganya berapa lalu kita tetap mempertahankan kualitas karena orang di sini juga sudah tahu tentang kualitas. Kalau bahannya sudah bagus, mereka juga tidak mikir tentang mahalnya. P: Kemudian Bu, apakah kain cual ini dipasarkan dalam beberapa lokasi yang berbeda Bu? N: Enggak. Kebetulan saya disini saja karena disini saja masih perlu banyak dan belum kemana-mana. P: Kemudian Bu, makna kain cual itu bagi masyarakat di Bangka Belitung itu sendiri seperti apa Bu? N: Dengan hadirnya kain cual ini masyarakat itu senang karena kebudayaannya terangkat. Maknanya itu secara moril bahwa kebudayaan mereka dengan saya mengembangkan ini kan mereka terangkat dan bermakna sekali bagi mereka. Kadang-kadang kita tuh sudah menjadi orang Bangka Belitung tapi tidak tahu kebudayaan itu. Dulu kan masih tersembunyi dan tidak muncul. Setelah kita kembangkan, mereka baru menyadari bahwa nenek moyangnya pernah memiliki kebudayaan seperti ini. Selain itu, maknanya satu ya secara sandang dan pangan dan di balik itu makna psikologisnya adalah yaitu budaya kita dikembangkan. Kalau 20 tahun yang lalu mungkin belum terlalu mengenal cual, padahal itu sudah ada ratusan tahun yang lalu. Setelah dikembangkan menjadi bermakna kan dan budayanya semakin meningkat. 3. Transkrip Wawancara dengan Ibu Maslina Yazid Peneliti (P): Selamat pagi Bu Maslina Ibu Maslina Yasid (M): Iya selamat pagi P: Saya Fransiskus Ivan Gunawan, saya mahasiswa Magister Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Disini saya ingin



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183



menanyakan lebih jauh lagi terkait dengan kain cual dikarenakan kain cual ini saya jadikan sebagai topik untuk penelitian tesis saya. Apakah bisa kita mulai Bu? M: Iya bisa P: Yang ingin saya tanyakan itu sejarah perkembangan kain cual di Bangka Belitung itu sendiri seperti apa Bu? M: Kalau untuk sekarang ini alhamdulilah, karena kain cual ini bukan hanya masyarakat saja atau pengrajin saja yang mau mengangkatnya tetapi pemerintah daerah juga sangat kuat ingin mengangkat kain cual ini. P: Kemudian dari awal mulanya itu seperti apa Bu kain cual ini? M: Pada awalnya kain cual ini dari tahun 1990 memang sudah sama sekali tidak dikenal oleh masyarakat Bangka Belitung, tapi karena kita dari keturunan dari tenun kain cual ini maka setidaknya harus bisalah mengangkat kembali kain cual ini. Jadi mulai tahun 1990, sudah mulai kita angkat kain cual ini. Kita cari sejarahnya di Mentok untuk kain cual ini. Jadi sekarang yang dari Mentok itu sudah diadopsi ke Pangkalpinang untuk kain cual ini. P: Kemudian Bu, apakah ada kekhasan khusus dari kain cual ini dibandingkan dengan kain lainnya Bu? M: Tetap itu ada ciri khasnya karena 30 sekian Provinsi itu punya kain tenun dan dia secara prosesnya atau motifnya punya persamaan. Tapi punya kita dari Bangka Belitung dia punya khasnya sendiri. P: Apakah motif-motifnya itu ada kekhasan yang menampilkan atau menonjolkan dari Provinsi Bangka Belitung ini Bu? M: Jelas itu ada motif yang sangat menonjol karena kita bukannya mencontoh itu. Lalu kita yang benar-benar khas itu yang dari umurnya ratusan tahun itu kita angkat kembali tapi tidak 100% kita contoh karena harus ada bekas dari hasil tangan kita sendiri. P: Kemudian Bu, dalam penggunaan kain cual itu sendiri apakah ada aturanaturan yang harus ditaati Bu, misalnya kan ada warna tersendiri yang tidak boleh digunakan sehari-hari itu apakah ada Bu? M: Saya rasa kalau untuk sekarang tidak ada. Kalau dulu memang ada, kalau untuk raja-raja itu kan beda. Untuk masyarakat biasa juga ada, untuk yang meninggal pun untuk diletakkan di ringga-ringga itu ada. Untuk sekarang itu sudah tidak ada lagi, yang jelas merah marun kemudian ungu itu ialah khas kita. Ciri khas kita Provinsi Bangka Belitung.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184



P: Kemudian Bu, dalam membuat suatu kain cual itu kan ada konsep awal sebelum mendesainnya Bu. Bagaimana tahap pembuatan konsep itu Bu? M: Disini kita harus konsentrasi, kita harus pikirkan itu kan karena yang khas Bangka Belitung itu kan waktu kita ke pantai kemudian melihat binatang di pantai kan seperti ubur-ubur kan binatang laut kita di pantai provinsi Bangka Belitung. Nah kalau kita pengrajin, kita langsung terinspirasi seperti itu. Oh motif binatang ini nanti kalau sudah di rumah bisa kita pikirkan sebagai motif Bangka Belitung. Misalnya kembang melati, di halaman-halaman rumah kan ada menanam kembang melati itu atau bisa juga kembang sepatu. Dari situlah dia alami sekali. Jadi dari itu seperti tumbuh-tumbuhan atau dari binatang langsung kita punya inspirasi untuk dibuat motif-motif di kain cual itu. P: Kemudian untuk selanjutnya itu Bu, bagaimana merealisasikan konsep tersebut karena setelah melihat dari alam kemudian bagaimana langkah selanjutnya Bu? M: Kita gambar dulu. Setelah digambar di kertas itu dan sudah ada hasilnya di kertas baru kita pindahkan ke benang. Jadi dari benang sutra putih itu kita buat pencelupan warna-warni sesuai dengan apa yang sudah kita lihat tadi sesuai dengan apa yang kita mau. P: Kemudian Bu, di kain cual ini kan ada motif-motifnya Bu. Kemudian bagaimana untuk membuat suatu motif itu Bu? M: Proses itu kita harus menyiapkan alat. Jadi dari alat kerja kita siapkan dulu, setelah itu kita siapkan bahan baku dan pewarnaan. P: Kemudian Bu, bagaimana langkah dari awal sampai akhir itu dalam memproduksi suatu kain cual? M: Langkah awal ya itulah tadi, kita siapkan alat kerja, kita siapkan bahan baku, setelah itu pewarnaan, permotifan, dan setelah semuanya sudah siap maka bisa langsung diproses. Ada yang satu bulan selesai, ada yang dua bulan, bahkan ada yang 6 bulan baru bisa selesai untuk satu stel. P: Nah untuk waktunya kan ada yang 1 bulan, ada yang 6 bulan itu Bu. Nah itu dilihat dari apanya Bu, sampai ada yang 1 bulan, ada yang 6 bulan? M: Untuk yang satu bulan itu kan yang kain tenunnya sederhana, itupun dia agak tebal karena itu kami tenun dengan 3 helai benang, 2 helai benang. Kalau untuk yang 6 bulan itu benar-benar khas dan ditenun dengan 1 helai benang, motifnya pun khusus, setelah itu dari benang emasnya juga dia asli dan ada kadar emasnya.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185



P: Kemudian Bu, apakah ada kriteria-kriteria khusus untuk membuat atau memanipulasi motif-motif yang ada sebelumnya itu untuk memunculkan motif-motif yang baru Bu? M: Bisa, dari inilah si penenun ini dulu satu orang bisa menguasai mulai dari pewarnaan, dari semuanya itu dia kuasai sendiri tapi sekarang kita sudah berbagi tugas. Untuk pewarnaan itu sendiri, untuk permotifan lain. Kalau untuk manipulasi tadi kalau bisa ditenun dan bisa dijual maka bisa dimodifikasi dan kita jual pun harganya lebih murah. Itulah hasil dari manipulasi tadi. Jadi ada misalnya motif cual ini sudah diproduksi dalam bentuk printing, ada yang sudah dibatik, ada yang sudah dibuat dengan ATBM dan juga dari motif-motif yang khas itu sudah dicampur baur mencontoh motif-motif lainnya. Itu juga tergantung selera si pembeli. Kalau pembeli maunya seperti ini, kemudian seperti ini kan kita sudah tahu. Kalau seperti ini kan bisa kita manipulasi motif khas Bangka. Tapi karena si pembeli mau, maka kita pengrajin itu menurut apa yang si pembeli mau. Kalau dia mau seperti ini ya kita bikin. Sebenarnya yang benar-benar khas itu sudah ada. P: Kemudian Bu, apakah ada keterkaitan makna dari motif-motif yang dulu dengan motif-motif yang sekarang? M: Kalau motif-motif yang dulu tetap ada. Kalau yang sekarang sudah banyak yang tidak tahu. Tapi kalau hasil kerja kita tetap ada keterkaitan dengan motif yang dulu. P: Kemudian Bu, apakah ada pertimbangan khusus untuk suatu motif itu diproduksi lagi atau tidak Bu? M: Motif-motif yang tertentu itu kita produksi tapi harganya tidak bisa murah karena kita bedakan dari kualitas 1, kualitas 2, kualitas 3 itu harus kita bedakan. Karena yang mahal itu tidak boleh diproduksi secara massal. Walaupun dia mahal, dia bagus kalau diproduksi massal itu dia kelihatannya jadi murah, jadi memang harus kita bedakan. Jadi, kalau yang khusus itu kan jarang kita bikin karena dari upah kerjanya juga pun mahal dan dijual pun harganya mahal. Jadi kita bikin seperti inilah, yang sudah dimodifikasi. P: Kemudian Bu, bagaimana cara yang digunakan untuk mengombinasikan motif-motif yang ada ini untuk membentuk motif yang baru Bu? Misalnya ada kombinasi dari suatu motif kemudian jadi motif yang baru Bu. M: Sekarang sudah banyak kita produksi dari motif-motif yang sebelumnya dengan warna yang baru, karena untuk yang dulu itu motif dan warnanya ada merah marun dan ungu. Tapi sekarang sudah ada yang pink kita produksi, sudah ada yang hijau, sudah banyak sekali, ada yang putih dan sudah banyak sekali perkembangan dari yang dulu dalam pewarnaannya atau motifnya.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186



P: Dulu kan merah marun dan ungu Bu. Itu apakah ada makna khusus mengapa hanya dua warna itu saja Bu? M: Karena dulu kan ciri khasnya Bangka kedua warna itu. Jadi dari pengantin-pengantin juga, dari raja-raja juga dia pakai kedua warna itu dan tidak lupa warna kuning, kuning itu kan benang emasnya. Jadi perpaduan ungu itu dengan kuning dan kuningnya itu untuk benang emasnya. Untuk sekarang sudah kita bikin motif dan warna yang baru. P: Kemudian Bu, bagaimana untuk mendesain suatu motif pada kain cual Bu? M: Yang pertama kita harus konsentrasi dulu, kemudian yang kedua kita harus ada panduan motif. Jadi misalnya yang ada itu kan motif yang kuno. Dari itulah kita pelajari, kemudian setelah kita pelajari dan kita pahami baru kita angkat kembali. P: Selanjutnya terkait dengan penempatan pegawai Bu, bagaimana cara Ibu untuk menentukan penempatan pegawai dalam produksi kain cual? M: Kita menempatkan pegawai itu kita tergantung. Karena mereka ini ada pengalaman kerjanya sudah belasan tahun, ada yang puluhan tahun, ada yang 3 tahun, ada yang 2 tahun, ada yang 4 tahun. Kita tetap ada pembagian masing-masing. Kalau kain cual ini yang harganya 6 juta ke atas belum bisa ditenun oleh yang pengalaman kerjanya 2 tahun atau 3 tahun. Jadi yang 6 juta ke atas dikerjakan oleh yang pengalaman kerjanya 5 tahun ke atas. Lalu misalnya yang 6 juta ke bawah bisa dikerjakan oleh yang pengalaman kerjanya 5 tahun ke bawah. Jadi tetap mereka itu kita lihat hasil kerja mereka masing-masing. Jadi seperti itulah kami membagi pekerja kami, juga dilihat dari hasil kerjanya juga. Kalau hasil kerjanya cepat, kerjanya bagus maka kita kasih yang paling bagus, yang paling berkualitas lah. Jadi kita jual juga dengan harga yang lebih tinggi, tapi kalau hasil kerjanya lagi jelek atau mereka baru pelatihan dari pemerintah dan baru selesai maka kita angkat sebagai tenaga kerja kita dan kita kasih yang kualitasnya menengah ke bawah. P: Kemudian Bu, bagaimana menentukan banyaknya pegawai dalam proses pembuatan kain cual, misalnya dalam proses pewarnaan, proses pencetakan dan proses-proses lainnya Bu? M: Sekarang ada sekitar 50-an tenaga kerja dan itu tetap berbagi tugas. Misalnya dulu itu ada yang bagian pewarnaan maka dia tetap memegang bagian pewarnaan itu dan dia tetap duduknya di posisi itu. Setelah itu ada yang menguasai bagian permotifan, maka dia tetap di bagian permotifan itu. Jadi posisinya tetap seperti itu. Kemudian ada yang bagian bisa menenun, dan posisinya tetap di bagian menenun itu. Seperti itu pembagiannya, kalau seperti itu kita tidak susah dan kita bisa banyak menyerap tenaga kerja. Lalu



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187



kalau misalnya posisi mereka digabung menjadi satu, maka kita akan susah nantinya dan kita bagi tugaslah. P: Kemudian Bu, bagaimana proses yang dilakukan untuk menentukan lokasi atau tempat untuk menyuplai bahan baku Bu? M: Kalau untuk bahan baku ini kita gak susah ya. Kita kan sering dibawa pemerintah untuk pameran di Jakarta. Di Jakarta kan kita sudah banyak langganan disana. Setelah itu karena kita sering pameran, maka kita sering ditawarin bahan baku dan juga untuk bahan baku ini tidak susah karena sudah ada tokonya di Palembang dan bisa dikirimkan kesini kan. Jadi kita banyak bahan baku dan tidak pernah putus lah untuk bahan baku. P: Kemudian Bu, bahan baku apa saja yang diperlukan untuk produksi kain cual itu sendiri Bu? M: Kalau bahan baku tidak banyak ya, hanya sutra dengan benang emas. Setelah itu ada sedikit benang polyester. Jadi itu saja dan hanya 3 macam itu. Katun juga, jadi ada 4 macam. Jadi ada katun, benang sutra, benang emas, dan polyester. P: Kemudian Bu, bagaimana cara untuk menentukan harga jual dari suatu kain cual? M: Untuk harganya tadi kita lihat dari kualitasnya ya, misalnya ini kualitas nomor 1, di mana ada 1 helai benang dan benang emasnya itu asli. Itu salah satunya. Kemudian selanjutnya dari si penenunnya, apakah penenun ini pengalaman kerjanya sudah berapa belas tahun dan itu tetap bisa mahal. Kalau yang sedang-sedang, misalnya usia pengalaman kerjanya 5 tahun nah itu bisa murah sedikit kan harganya. Kalau pengalaman kerjanya 2 tahun atau 3 tahun nah itulah yang harganya murah. P: Kemudian Bu, apakah kain cual ini dipasarkan dalam lokasi-lokasi yang berbeda atau hanya di tempat ini saja Bu? M: Untuk kain cual ini sudah ada dipasarkan di Pangkalpinang, kemudian yang kedua juga ada pengrajin yang sudah berhasil di Belitung, di Tanjung Pandan. Untuk pemasarannya kita juga dibantu pemerintah, misalnya kan ada kunjungan ke Bangka Belitung kan tetap dibawa kesini. Jadi disini sudah termasuk agenda pariwisata. P: Kemudian Bu, apakah ada perbedaan dari harga kain cual yang dipasarkan di tempat lain dengan yang dipasarkan di tempat ini sendiri Bu? M: Saya rasa untuk perbedaan harga tetap ada karena kita juga termasuk usaha ini dagang lah kan. Kadang-kadang yang harga mahal juga bisa kita jual murah kalau misalnya tenaga kerja kita mau gajian kan. Kalau uang tidak mencukupi, maka yang mahal juga bisa kita jual murah dan bisa juga



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188



yang murah itu kadang-kadang pembeli itu gak nawar berapa yang kita taruh harga itu mereka tetap beli. Nah begitulah rahasia dagangnya. Tapi untuk harga tetapnya itu tetap ada, misalnya untuk yang kualitas 1 itu tetap gak bisa jauh turunnya karena sudah ada patokan harganya. P: Kemudian Bu, apakah ada cara yang digunakan untuk menentukan lokasi dalam pemasaran kain cual ini Bu? M: Kalau untuk penentuan seperti itu saya rasa tidak ada ya. Sekarang ini kan untuk dagang dan jual kemana-mana itu sudah gampang. Bisa lewat online, bisa lewat facebook. Kita foto hasil kerja kita kemudian kirim ke teman-teman kita. Itu juga sudah membantu pemasaran kita. P: Kemudian Bu, kain cual ini maknanya bagi masyarakat Bangka Belitung itu sendiri apa Bu? M: Kain cual ini kalau kita baca di sejarah dan kita pernah membaca di buku sejarah Kepulauan Bangka Belitung. Cual ini sebenarnya celupan pada proses awal yang berarti sutra putih atau mori putih yang sedang diproses. Berarti sutra putih itu dikasih warna-warna. Itulah cual sebenarnya. Tapi sekarang karena berjalannya zaman, waktunya juga sudah banyak berjalan maka masyarakat Bangka Belitung mengatakan cual itu yang sudah siap pakai ini. Kadang-kadang yang diprinting itu dikatakan cual, padahal kalau cual itu tidak bisa yang printing, yang batik itu bukanlah cual. Yang cual itu adalah yang ditenun tradisional. Nah itulah cual. P: Kemudian Bu, langkah-langkah dalam proses produksinya itu seperti apa Bu? Misalkan dalam pembuatan konsep terus ada pencelupan itu sampai akhirnya itu bagaimana Bu? M: Nah itu, karena kita agak sulit juga di proses itu kan karena dari pencelupannya itu kan bahannya menggunakan bahan kimia dan jarang kita lakukan. Kalau dulu kan kita modalnya belum ada ya. Jadi bahan kimia itu kita beli sedikit lalu kita kerjakan sendiri tapi limbahnya itu kita khawatirkan karena kita punya anak, kita punya cucu, kita punya apa kan. Setelah itu, tetangga-tetangga di lingkungan rumah juga kan berbahaya, Tapi sekarang kita sudah ada sedikit modal kan. Jadi untuk pencelupan itu kadang-kadang kita lakukan 6 bulan sekali dan jika perlu itu bisa setahun sekali. Jadi untuk celupnya itu kan limbahnya bisa kita atur dan tidak di lingkungan rumah. Misalnya di tempat yang jauh jaraknya. Jadi limbahnya tidak berbahaya bagi masyarakat di lingkungan rumah kita. P: Kemudian Bu, apakah kain cual ini sendiri berperan bagi kehidupan masyarakat di Bangka Belitung Bu? M: Sangat berperan karena pertama-tama kita baru buka usaha itu tahun 90an itu masyarakat Bangka Belitung belum kenal apa artinya cual itu. Tapi



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189



kalau sekarang kalau mereka pakai untuk pergi undangan itu masih banyak yang pakai levi's itu kan, untuk saat ini ya sudah alhamdulilah ya sudah jauh sekali perkembangannya dan banyak dikenal. Jadi kalau pergi ke undangan atau ke acara-acara yang resmi itu sudah banyak sekali yang menggunakan kain cual. P: Kain cual itu sendiri asalnya darimana Bu awalnya? M: Kain cual ini awalnya ditenun di Mentok. Jadi dari keturunan raja-raja dan istrinya raja yang nenunnya dan belum banyak waktu itu kan yang bisa nenun, karena hanya di lingkungan raja saja yang bisa. Jadi dulu itu aturan mereka itu kalau mau menikah itu harus dengan hasil tenun tangan mereka sendiri kainnya, tapi lama kelamaan kan sudah bisa dikenal oleh masyarakat Bangka Belitung kan. Pada awalnya tahun 90 itu kita cari motif-motifnya itu ke Mentok, dari alat kerja terus motifnya itu. Kita cari motif karena keturunan kita sudah bisa menenun dan untuk yang Bangka itu kan belum kenal. Sekarang alhamdulilah lah sudah tersebar kemana-mana ya. Pengrajin kita juga sudah berapa ratus lah ya yang sudah dilatih di Bangka Belitung. 4. Transkrip Wawancara dengan Ibu Hj. Isnawaty Peneliti (P): Selamat pagi Bu Ishadi, saya Fransiskus Ivan Gunawan, Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma. Disini saya ingin meneliti kain cual di mana nanti kain cual itu akan saya analisis untuk dikaitkan dengan matematika Bu. Bisa kita mulai Bu? Ibu Hj. Isnawaty (I): Oke silakan Ivan. P: Yang ingin saya tanyakan pertama kali itu bagaimana tahap pembuatan konsep untuk produksi kain cual Bu? I: Oke. Selamat pagi Ivan. Sebelumnya kami dari Yayasan Ishadi Kain Cual mengucapkan terima kasih atas kesempatan juga yang bisa hadir di museum kami dalam rangka penelitian kain cual. Nama saya Hj. Isnawaty Hadi. Ishadi merupakan nama gabungan dari nama saya dan almarhum suami. Jadi konsep untuk pembuatan kain cual ini sebenarnya kita sudah ada patokan motif karena ini sifatnya adalah heritage ya. Jadi yang sifatnya budaya, kita tidak mengubah-ubah dari pakemnya ya. Jadi seperti motif kain cual itu motifnya adalah flora dan fauna yang sudah pakem. Jadi, untuk pembuatan atau produksi kain cual, kami mengacu ke kain kunonya yang sudah ditemukan pada abad ke-17 dan pertama kali ditenun di kota Mentok. P: Kemudian Bu, untuk merealisasikan konsep-konsep kain cual itu seperti apa Bu?



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190



I: Jadi untuk merealisasikannya kita pertama kali mengangkat kain cual ini sejak Provinsi Bangka Belitung terbentuk, di mana pada awalnya bergabung dengan Sumatera Selatan itu pada tahun 2000. Kita awalnya karena untuk membuat sesuatu itu tidak mudah maka ketika mengangkat kain cual itu kita awalnya adalah membuat print. Jadi print kain cual yang kami buat pertama kali bertujuan agar dapat mengenalkan kepada masyarakat luas agar masyarakat luas lebih tahu karena dengan harga print harganya lebih murah dan lebih terjangkau. Jadi kita buatnya massal begitu. Jadi mengenalkan mulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, sampai ke perguruan tinggi hingga ke PNS. Jadi awalnya adalah print yang diambil dari motif kain tenun cual kunonya. P: Kemudian Bu, untuk menentukan motif-motifnya itu bagaimana proses yang dilakukan Bu? I: Untuk menentukan motif ini kan kebetulan kita punya koleksi kain cual sekitar 20 lembar. Jadi dia sudah ada nama. Jadi dia itu diibaratkan sebagai pesan berantai dari orangtua kita dahulu dan sebelumnya bahwa ini misalnya seperti motif bebek. Motif kain cual kita ini berdasarkan pada flora dan fauna. Namun yang fauna kita beda dengan kain-kain atau batik atau lainnya itu, kita punya itu bentuknya abstrak. Itu yang unik dari kain cual kita. Jadi motif-motifnya sudah ada flora dan fauna. Seperti yang fauna ada pengaruh budaya Cina juga seperti motif burung hong, motif naga bertarung, kemudian ada motif bebek atau kupu-kupu. Kalau yang floranya, misalnya ada motif lotus, bunga lotus, kembang gajah, nah seperti itu. Jadi sudah ada motif yang kita ambil dari kain cual tenunnya. P: Kemudian Bu, bagaimana langkah-langkah atau tahap yang dilakukan dalam memproduksi suatu kain cual itu? I: Eh, dari awal tahun 2000 kami mulai dengan print. Kemudian setelah orang mulai mengenal kain cual, masyarakat lokal terutama karena ini kan sudah ditenun sejak abad ke-17 dan berhenti perang Eropa tahun 1914. Kita mulai menggali dan mengangkat kembali dengan bekerja sama dan bermitra, kita mengajukan bahwa ada pelatihan agar masyarakat belajar menenun kembali. Itu dari awal juga kita ada proses pembatikan. Jadi disini kita ada tenun, ada print dan ada juga proses pembatikan. Jadi ada 3 yang kita lakukan disini. P: Kemudian Bu, dari kain cual itu sendiri keunikan apa yang terdapat dalam kain cual itu Bu? I: Kalau keunikan saya rasa memang tiap-tiap provinsi punya keunikan tersendiri, tapi kalau saya lihat dan bukan dari kita tetapi dari masyarakat luas yang berkunjung ke galeri kita atau museum kita, maka diperoleh bahwa kain cual mempunyai keunikan tersendiri. Jadi memang lain dari



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 191



provinsi yang lain. Kalau tenun seperti yang kita ketahui bahwa daratan Sumatera semuanya adalah tenun, seperti tenun pada songket. Seperti Palembang ada songket, seperti daerah Batak ada ulos nah bermacammacam tapi motif kita memang unik seperti yang kita sampaikan tadi bahwa ada motif yang bentuknya abstrak tadi. Ada motif fauna tapi abstrak, itu keunikannya. P: Kemudian Bu, apakah ada kriteria khusus dalam memodifikasi motifmotif yang telah ada sebelumnya? I: Untuk memodifikasi itu kita ada pada proses print dan pembatikan. Jadi itu bisa kita modifikasi, tapi kalau tenun itu merupakan heritage dari provinsi Bangka Belitung dan sudah diakui dari Kementerian bahwa kain cual masuk WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) milik Provinsi Bangka Belitung. Jadi motif-motif yang kita modifikasi itu pada motif pada printnya atau pada proses pembatikannya. Misal pada pembatikannya dari satu motif, misalnya kita ambil motif bebek maka kita dapat modifikasi sampai 10 desain dan dapat kita kembangkan. P: Kemudian Bu, dari motif-motif yang telah ada sebelumnya itu apakah ada keterkaitan makna dengan motif-motif yang akan diproduksi selanjutnya? I: Tetap. Seperti yang tadi saya bilang bahwa kain cual kuno merupakan pakemnya. Ini namanya juga budaya, heritage kita maka kita tidak boleh lari dan tidak mau membohongi masyarakat dan kita tidak boleh lari dari budaya. Jadi apapun yang terdapat pada motif kain cual kuno itulah yang kita angkat. Jadi kita tidak membuat motif baru atau apapun, tetapi kita membuat berdasarkan kain kunonya. P: Kemudian Bu, apakah ada suatu pertimbangan dalam memproduksi suatu motif itu akan diproduksi lagi atau tidak Bu? I: Dari satu motif kita dapat membuat 10 desain. Kami tiap bulan itu selalu membuat perubahan dalam desain supaya tidak monoton dan tidak massal. Misalnya yang pembatikan itu prosesnya lebih cepat. Kalau untuk membuat 1 tenun itu prosesnya bisa satu bulan dan harganya mahal. Kalau proses pembatikan itu harganya lebih murah dan bisa dijadikan souvenir bagi orang yang mencari souvenir dengan harga yang murah. P: Kemudian Bu, bagaimana untuk mendesain motif-motif pada kain cual Bu? I: Kami ada desain grafisnya untuk yang print. Kalau tenun kita ambil dengan didasarkan pada pakem dari kain kunonya. Kalau tenun saya tidak mau merubah motifnya. Kalau tenun ada yang bisa dibuat dalam 1 bulan dan ada yang dapat dibuat dalam 8 bulan. Kalau 8 bulan itu memang



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 192



kualitasnya memang sudah halus hampir sama dengan kain kunonya, kalau untuk yang print dan pembatikan kita ada desain grafisnya. Jadi misalnya saya ingin motif ini tapi dikombinasikan, misalnya sebuah pulau yang ada hamparan pasir. Jadi kita kombinasikan dengan apa yang ada di sekitar kita. P: Kemudian Bu, dalam menentukan pegawai ini apakah ada cara khusus dari Ibu dalam menempatkan pegawai dalam setiap proses produksi? I: Yang jelas kalau untuk produksi mereka ditempatkan sesuai dengan keahliannya masing-masing ya. Jadi tidak mungkin ditukar-tukar. Misalnya seperti tenun, memang mereka tetap di tenun itu ya tidak pindah-pindah supaya lebih tekun karena proses tadi terbilang lama. Kalau pembatikan, mereka ditempatkan sesuai dengan keahliannya juga, misalnya seperti menggambar atau mencanting maka itu prosesnya sudah kita kelompokkan masing-masing ya. P: Kemudian Bu, dalam setiap produksi kain cual ini kira-kira berapa orang pegawai yang dibutuhkan Bu? I: Kalau untuk 1 stel tenun itu yang megang 1 orang ya. Jadi misalnya ada 5 orang berarti dapat diperoleh 5 stel ya, dengan masing-masing 1 bulan ya. Kalau proses pembatikan, memang prosesnya lebih mudah dan kita untuk penjualan memang lebih banyak di pembatikan. Dalam satu bulan itu bisa ribuan pcs yang bisa kita produksi ya. P: Kemudian Bu, bagaimana proses untuk menentukan lokasi yang menyuplai bahan baku Bu? I: Untuk bahan baku kan kita sudah dibagi-bagi karyawan kita, karena kita kan sudah rutin ya. Misalnya kapasitas kita untuk yang batik ya kita perlu katun primisimanya 1.000 yard atau kain sutranya kita butuh 1.000 yard ya. Itu setiap bulan, maka kapasitasnya sudah tetap ya terkecuali kalau memang ada tambahan order ya. Kalau ada tambahan order, kita akan menambah lagi untuk bahan baku dan untuk yang tenun maka benangnya kita beli dan proses pencelupan dan pemberian motifnya itu sebelum ditenun maka dilakukan proses pencelupan ya. Itu juga bagiannya beda-beda ya. P: Kemudian Bu, untuk menentukan harga suatu kain cual itu bagaimana proses yang dilakukan Bu? I: Untuk penentuan harga kita lihat dari bahan dasar, pewarna yang kita butuhkan berapa dan cost yang dikeluarkan berapa dan ditambah dengan ongkos biaya-biaya pengiriman. P: Kemudian Bu, untuk kain cual yang Ibu produksi ini apakah dipasarkan dalam lokasi yang berbeda Bu?



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 193



I: Kain cual ini karena sudah banyak dikenal dan dalam promosinya juga lebih gampang juga tidak seperti dahulu ya, sekarang sudah ada medsos ya dan juga ada beberapa tamu-tamu yang berkunjung kemudian tertarik dan repeat lagi dan tidak hanya di lokal provinsi Bangka Belitung saja. Di kota Pangkalpinang ini adalah pusatnya, kita juga buka cabang di pulau Belitung karena lihat pariwisata disana cukup berkembang dan buka cabang disana serta juga ada di bandara dan di Jakarta kita ada di gedung SMESCO dan sebelumnya kita juga ada di Plaza Senayan di Metro Dept. Store-nya. Kemarin kita mau ulang lagi agar dapat buka disana kembali dan ada juga permintaan dari Sarinah. P: Kemudian Bu, apakah ada perbedaan harga antara penjualan di tempat ini dengan di tempat lainnya? I: Ya jelas. Kita juga kan kena cost pengiriman, biaya operasional, juga ada pajak juga ada perbedaan harganya. P: Kemudian Bu, apakah ada cara yang dilakukan untuk menentukan lokasi penjualan? I: Untuk pemasaran ya kita melihat adanya perkembangan pariwisata terus untuk ke depannya ini kita sudah bermitra dengan pemerintah. Kita mengharapkan agar pemerintah juga agar UMKM yang ada di Babel bisa bekerjasama dengan hotel. Misalnya pojok UMKM lah, ini yang hendak kita realisasikan agar tamu-tamu dapat memiliki solusi karena tidak ada waktu ke galeri sehingga mereka bisa membeli di galeri hotel saja. Ke depannya kita harus ada surat dari pemerintah agar dapat lebih memudahkan ya kalau ada rekomendasinya. P: Kemudian Bu, kain cual ini bagi masyarakat Bangka Belitung itu sendiri bagaimana maknanya? I: Untuk kain cual bagi masyarakat Bangka Belitung itu sendiri ya karena itu merupakan heritage ya, maka paling tidak pejabat harus sudah punya duluan ya. Dengan pejabat dan ASN-nya sudah punya, maka mereka akan kenal dengan kain cual. Dengan tidak seperti itu, maka mereka tidak akan kenal kain khas dari provinsi Bangka Belitungnya. Kami juga selama ini sudah mengenalkan ke sekolah-sekolah dengan membuat seragam mulai dari TK, SD, SMP, SMA dan kita mengharapkan agar mereka menggunakan kain khas atau tradisional dari provinsi Bangka Belitung. Jadi, sebagai muatan lokal mereka akan tahu kalau mereka punya kain identitas daerahnya masing-masing. P: Kemudian Bu, dari motif yang sudah ada itu filosofi-filosofi apa yang terkandung di dalamnya?



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194



I: Jadi kain cual itu saya rasa memang sarat dengan makna ya karena merupakan kain khas provinsi Bangka Belitung. Misalnya, motif naga bertarung itu melambangkan kekuasaan ya. Jadi motif naga bertarung itu sebaiknya dipakai para petinggi ya karena maknanya juga untuk melindungi juga ya.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195



Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian



Peneliti dengan Bapak Drs. Akhmad Elvian di ruang kerjanya



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196



Proses Produksi Kain Cual



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197



Proses Produksi Kain Cual



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 198



Proses Produksi Kain Cual



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 199



Proses Produksi Kain Cual



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 200



Kain cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 201



Kain cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 202



Kain cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 203



Kain cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 204



Museum Ishadi Kain Cual



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 205



Museum Ishadi Kain Cual



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 206



Kain Cual Maslina



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 207



Kain Cual Maslina



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 208



Koperasi Kain Tenun Cual Maslina



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 209



Penghargaan Koperasi Kain Tenun Cual Maslina



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 210



Penghargaan Koperasi Kain Tenun Cual Maslina



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 211



Penghargaan Koperasi Kain Tenun Cual Maslina



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 212



Penghargaan Koperasi Kain Tenun Cual Maslina



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 213



Penghargaan Koperasi Kain Tenun Cual Maslina



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 214



Penghargaan Koperasi Kain Tenun Cual Maslina



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 215



Kain cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 216



Kain cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 217



Lampiran 5. Lembar Validasi Instrumen Penilaian Paket Pembelajaran



LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN KOMPONEN PEMBELAJARAN BERBASIS ETNOMATEMATIKA A. Tujuan Instrumen ini digunakan untuk mengukur kevalidan komponen pembelajaran yang berbasis etnomatematika, di mana komponen tersebut akan digunakan dalam proses pembelajaran.



B. Petunjuk Berikan tanda check (✓) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu dengan skala penilaian sebagai berikut: 1 : Tidak valid, jika tidak ada kesesuaian dengan indikator dan harus diganti 2 : Kurang valid, jika sesuai dengan indikator tetapi perlu banyak revisi 3 : Cukup valid, jika sesuai dengan indikator tetapi perlu penggantian redaksi kalimat 4 : Valid, jika sesuai dengan indikator tetapi perlu sedikit revisi 5 : Sangat valid, jika sesuai dengan indikator dan tidak membutuhkan revisi



C. Penilaian Skor 1 2 3 Langkah-langkah proses pembelajaran



No



Indikator



1



Ketercakupan langkah-langkah pembelajaran dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



2



Kesinambungan langkahlangkah pembelajaran dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



4



5



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 218



No



Indikator



3



Potensi keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



1



2



Skor 3



4



Kontekstual 1



2



3



Ketercakupan sistem di kehidupan nyata dalam rangkaian kegiatan pembelajaran Potensi terciptanya sistem sosial dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran Potensi keterlaksanaan sistem sosial dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran Potensi Umpan Balik



1



Ketercakupan prinsip reaksi dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



2



Potensi keterlaksanaan prinsip reaksi dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



1



2



Dampak Instruksional dan Pengiring Ketercakupan dampak instruksional dan pengiring dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran Potensi ketercapaian dampak instruksional dan pengiring dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



D. Saran Validator 1. Langkah-langkah pembelajaran .................................................................................................................. ..................................................................................................................



5



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 219



.................................................................................................................. .................................................................................................................. 2. Kontekstual .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. 3. Potensi umpan balik .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. 4. Dampak instruksional dan pengiring .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. 5. Lain-lain .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. ..................................................................................................................



Yogyakarta,............Oktober 2019 Validator



......................................................



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 220



LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS ETNOMATEMATIKA A. Tujuan Instrumen ini digunakan untuk mengukur kevalidan komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berbasis etnomatematika, di mana komponen tersebut akan digunakan dalam proses pembelajaran.



B. Petunjuk Berikan tanda check (✓) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu dengan skala penilaian sebagai berikut: 1 : Tidak valid, jika tidak ada kesesuaian dengan indikator dan harus diganti 2 : Kurang valid, jika sesuai dengan indikator tetapi perlu banyak revisi 3 : Cukup valid, jika sesuai dengan indikator tetapi perlu penggantian redaksi kalimat 4 : Valid, jika sesuai dengan indikator tetapi perlu sedikit revisi 5 : Sangat valid, jika sesuai dengan indikator dan tidak membutuhkan revisi



C. Penilaian No



Indikator



1



Kesesuaian indikator dengan kompetensi dasar



2



Keterwakilan kompetensi dasar



3



Penggunaan kata kerja operasional yang dapat diukur



1 2 Rumusan Indikator



Skor 3



4



5



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 221



No



Indikator



Skor 1 2 3 Rumusan Tujuan Pembelajaran



1



Rumusan tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil



2



Kesesuaian rumusan tujuan pembelajaran dengan kompetensi dasar



4



Alokasi waktu 1



Kesesuaian alokasi waktu dengan pencapaian tujuan pembelajaran Kesesuaian dengan Pendekatan Etnomatematika



1



Orientasi masalah



2



Referensi peserta didik untuk belajar



D. Saran Validator ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................



5



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 222



........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................



Yogyakarta,............Oktober 2019 Validator



......................................................



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 223



LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS ETNOMATEMATIKA A. Tujuan Instrumen ini digunakan untuk mengukur kevalidan komponen lembar kerja peserta didik (LKPD) yang berbasis etnomatematika, di mana komponen tersebut akan digunakan dalam proses pembelajaran.



B. Petunjuk Berikan tanda check (✓) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu dengan skala penilaian sebagai berikut: 1 : Tidak valid, jika tidak ada kesesuaian dengan indikator dan harus diganti 2 : Kurang valid, jika sesuai dengan indikator tetapi perlu banyak revisi 3 : Cukup valid, jika sesuai dengan indikator tetapi perlu penggantian redaksi kalimat 4 : Valid, jika sesuai dengan indikator tetapi perlu sedikit revisi 5 : Sangat valid, jika sesuai dengan indikator dan tidak membutuhkan revisi



C. Penilaian No 1



Indikator



1



2 Kesesuaian Isi



Skor 3



2



Cakupan Materi Sesuai dengan tujuan pembelajaran Kesesuaian dengan Pendekatan Etnomatematika



1



Memiliki keterkaitan dengan budaya kain cual Bangka Belitung Kesesuaian dengan Syarat Konstruksi



4



5



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 224



No



Indikator



1



Penggunaan bahasa sesuai pedoman umum ejaan bahasa Indonesia (PUEBI)



2



Penggunaan bahasa komunikatif yang sesuai dengan tingkat berpikir dan kemampuan membaca peserta didik



3



Penggunaan struktur kalimat sederhana yang disesuaikan dengan tingkat berpikir dan kemampuan membaca peserta didik



4



Penggunaan petunjuk jelas, sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda



1



2



Skor 3



4



D. Saran Validator ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................



5



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 225



........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................



Yogyakarta,............Oktober 2019 Validator



......................................................



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 226



ANGKET KEPRAKTISAN DARI GURU



A. Tujuan Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui kepraktisan implementasi pembelajaran berbasis etnomatematika dan paket pembelajaran



B. Petunjuk Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan penilaian dengan memberikan tanda cek (✓) pada kolom yang tersedia dengan kategori sebagai berikut: Kategori



Pilihan Penilaian



Sangat Setuju



SS



Setuju



S



Tidak Setuju



TS



Sangat Tidak Setuju



STS



C. Penilaian



No



Pilihan Penilaian



Pernyataan SS Penerapan pembelajaran berbasis



1



etnomatematika dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran Pengaktifan peran peserta didik



2



dalam proses pembelajaran mudah untuk dilakukan



3



4



Alokasi waktu untuk diskusi cukup Alokasi waktu untuk pembelajaran cukup



S



TS



STS



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 227



No



Pilihan Penilaian



Pernyataan SS



5



6



S



TS



STS



Alokasi waktu untuk penyampaian materi cukup Alokasi waktu untuk memahami konsep cukup Kompetensi dasar yang



7



ditentukan dapat dicapai oleh peserta didik



8



9



Presentasi oleh peserta didik dapat terlaksana dengan baik Proses diskusi oleh peserta didik dapat terlaksana



D. Saran ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................



Yogyakarta,............Oktober 2019 Validator



......................................................



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 228



Lampiran 6. Perangkat Pembelajaran



PAKET PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ETNOMATEMATIKA PADA KAIN CUAL BANGKA BELITUNG



PENGEMBANGAN PAKET PEMBELAJARAN Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister



Disusun oleh: Fransiskus Ivan Gunawan NIM: 181442001



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM MAGISTER JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 229



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i DAFTAR ISI............................................................................................................ii PETA KOMPETENSI.............................................................................................iv BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Tujuan .......................................................................................................... 4 C. Cakupan Materi ............................................................................................ 4 BAB II ..................................................................................................................... 5 LANDASAN TEORI .............................................................................................. 5 A. Masyarakat Bangka Belitung ....................................................................... 5 B. Kebudayaan .................................................................................................. 6 C. Kebudayaan Masyarakat Bangka Belitung .................................................. 7 D. Etnomatematika............................................................................................ 7 E. Kain Cual Bangka Belitung ......................................................................... 8 BAB III ................................................................................................................. 18 MATERI PEMBELAJARAN ............................................................................... 18 A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................................ 18 B. Lembar Kerja Peserta didik 1 (LKPD 1) ................................................... 50 C. Lembar Kerja Peserta didik 2 (LKPD 2) ................................................... 55 D. Lembar Kerja Peserta didik 3 (LKPD 3) ................................................... 58 E. Lembar Kerja Peserta didik 4 (LKPD 4) ................................................... 60 F.



Test Penilaian ............................................................................................. 62



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 230



G. Lembar Refleksi 1 ...................................................................................... 64 H. Lembar Refleksi 2 ...................................................................................... 65 I.



Lembar Refleksi 3 ...................................................................................... 66



J.



Lembar Refleksi 4 ...................................................................................... 67



BAB IV ................................................................................................................. 68 PENUTUP ............................................................................................................. 68



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 231



PETA KOMPETENSI



Bentuk Aljabar



Unsurunsur



Penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar



Perkalian bentuk aljabar



Pembagian bentuk aljabar



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 232



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Matematika untuk saat ini dapat dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang dipandang penting untuk dapat dikembangkan, baik itu dalam proses pembelajaran, maupun diaplikasikan ke dalam kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi, apabila matematika disajikan dalam bentuk yang kurang menarik, maka dampaknya akan membuat peserta didik menjadi bosan ketika mengikuti proses pembelajaran. Dalam hal ini, maka ada berbagai macam aktivitas yang dapat dilakukan untuk membangun kebiasaan yang positif dalam memperkenalkan matematika dalam sudut pandang yang lain. Oleh karena itu, kita dapat memperkenalkan matematika itu sendiri melalui berbagai fenomena, aktivitas, maupun hal-hal ataupun benda-benda fisik yang berada di lingkungan peserta didik. Hal lain yang dapat digunakan, yaitu memperkenalkan matematika melalui budaya yang berkembang



di



sekitar



peserta



didik



itu



sendiri.



Selain



dapat



memperkenalkan budaya yang ada, namun dapat pula memperkenalkan matematika melalui perspektif yang lain. Nilai kebudayaan tersebut dapat dipandang sebagai salah satu fondasi yang penting dalam pembangunan karakter masyarakat. Hal tersebut dikarenakan melalui nilai-nilai atau filosofi-filosofi yang dimiliki oleh suatu kebudayaan tersebut, maka karakter akan dipupuk secara terus menerus. Diperlukan usaha yang berjenjang dalam proses pembangunan tersebut. Oleh karena itu, melalui pembelajaran matematika yang dibangun dengan pendekatan budaya, maka akan ada banyak hal yang dapat diperoleh peserta didik. Hal yang diperoleh, antara lain mengenal kebudayaannya, memperoleh pengetahuan atau ilmu matematika dalam perspektif yang lain,



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 233



serta dapat pula sebagai dasar atau fondasinya dalam pembangunan karakter yang dimilikinya. Selain itu, peserta didik akan lebih mudah untuk mengeksplorasi pemahaman mereka terhadap keabstrakan matematika melalui suatu representasi visual yang diwujudkan dalam bentuk kebudayaan yang telah dikenal oleh peserta didik. Oleh karena itu, etnomatematika tidak hanya digunakan untuk mengkaitkan matematika dengan kebudayaan saja, melainkan melalui kajian etnomatematika maka dapat membantu peserta didik untuk dapat mengkonstruksi pemahaman matematisnya melalui representasi visual yang benar-benar nyata dirasakan oleh peserta didik itu sendiri. Keberadaan budaya sebagai hasil proses berpikir oleh manusia juga pada saat ini mulai tergerus dengan perkembangan zaman. Masyarakat modern pada saat ini sudah sangat sedikit yang berusaha untuk melestarikan kebudayaan yang ada pada daerahnya tersebut. Bahkan masyarakat juga mulai tidak tertarik untuk mengenal kebudayaan yang ada di daerahnya, sehingga ada kekhawatiran yang begitu besar terhadap keberlangsungan kebudayaan di suatu daerah dikarenakan adanya perubahan yang menurun begitu



drastis



pada



minat



masyarakat



untuk



lebih



memahami



kebudayaannya. Oleh karena itu, untuk membantu melestarikan kebudayaan dari suatu daerah, maka langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan memperkenalkan kebudayaan tersebut melalui sudut pandang matematika, sehingga diharapkan di kemudian hari bahwa matematika dan kebudayaan akan menjadi satu kesatuan yang tidak akan terpisahkan, dalam artian matematika akan dipengaruhi oleh budaya maupun sebaliknya, tetapi perkembangan budaya juga akan dipengaruhi oleh pemikiran matematika yang sedang berkembang. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai macam kebudayaan yang berbeda-beda pada setiap suku yang mendiami kepulauan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran yang



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 234



lebih mendalam mengenai kebudayaan yang dimiliki oleh setiap daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan memahami perbedaan kebudayaan tersebut, maka dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai kebudayaan yang ada di Indonesia. Begitu pula, kebudayaan masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dibagi lagi ke dalam beberapa kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikarenakan setiap kabupaten/kota memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga akan lebih menarik apabila dilakukan penyelidikan yang lebih mendalam terhadap kebudayaan tersebut. Kebudayaan masyarakat di Bangka Belitung juga tidak terlepas kaitannya dengan matematika. Hal tersebut dikarenakan peneliti telah mencoba untuk mengamati beberapa kebudayaan yang ada di Bangka Belitung dan peneliti menemukan beberapa aspek matematis yang terdapat pada kebudayaan masyarakat di Bangka. Pada penelitian ini, kebudayaan yang diambil lebih difokuskan ke kain cual Bangka Belitung. Hal tersebut dikarenakan kain cual merupakan suatu simbolisasi kebudayaan yang mencerminkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui obyek fisik yang berbentuk kain. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada awalnya merupakan satu kesatuan dengan Provinsi Sumatera Selatan, namun pada saat ini Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan suatu daerah otonom. Kepulauan Bangka Belitung sangat dekat dengan Palembang, sehingga ada kesamaan antara kain Songket (Palembang) dengan kain Cual (Bangka Belitung). Pada awalnya kain cual berkembang dari daerah Muntok, di mana daerahnya terletak di ujung barat dari Pulau Bangka pada awal abad ke-18. Menurut sejarahnya, pada awalnya pembuatan kain cual hanya boleh dilakukan oleh para puteri bangsawan saja. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kain cual menjadi suatu warisan kebudayaan dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada saat ini produksi kain cual mulai didistribusikan kepada masyarakat umum, sehingga ada kesadaran dari masyarakat untuk melestarikan kebudayaan dari Bangka Belitung. Kain cual itu sendiri dapat dilihat terdiri dari berbagai macam motif yang



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 235



memiliki makna filosofisnya tersendiri. Oleh karena itu, kain cual merupakan warisan kebudayaan dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan berbagai macam sejarah yang meliputi keberadaan dari kain cual itu sendiri walaupun memiliki kesamaan karakteristik dengan kain dari daerah lainnya. Melalui paket pembelajaran ini, maka diharapkan akan membantu peserta didik maupun pendidik dalam mengeksplorasi pembelajaran matematika dengan berbasiskan pada kain cual Bangka Belitung.



B. Tujuan Melalui



paket



pembelajaran



ini,



maka



bertujuan



untuk



pengembangan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu penelitian yang mengkaji mengenai etnomatematika pada kain cual Bangka Belitung. Selain itu, untuk memberikan pandangan dan wawasan yang luas kepada pembaca mengenai keunikan pembelajaran matematika yang didasarkan pada kain cual Bangka Belitung.



C. Cakupan Materi Dalam paket pembelajaran ini terdapat beberapa materi yang akan dibahas, yaitu unsur-unsur bentuk aljabar, penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar, perkalian bentuk aljabar, serta pembagian bentuk aljabar.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 236



BAB II LANDASAN TEORI



A. Masyarakat Bangka Belitung Elvian (2014) mengemukakan bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbentuk sebagai provinsi pada tahun 2000 setelah sebelumnya bergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000, Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi yang berbentuk kepulauan. Jika ditinjau dari letak geografisnya, maka terdapat kurang lebih 256 buah pulau di provinsi ini dengan Pulau Bangka dan Pulau Belitung sebagai dua pulau besar. Sebelum pemekaran pada tahun 2003, terdapat 2 kabupaten dan 1 kota di daerah ini, yakni Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, dan Kota Pangkalpinang. Pada tahun 2003, terjadi pemekaran sehingga kabupaten bertambah menjadi 4, yaitu Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung Timur. Etnis yang dominan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah etnis Melayu, serta etnis terbesar kedua adalah etnis Tionghoa, serta beberapa etnis lainnya seperti Jawa, Bugis, Madura, Flores, Batak, dan sebagainya, sehingga daerah ini merupakan daerah plural dengan berbagai etnis hidup berdampingan di daerah ini. Masyarakat Bangka Belitung merupakan sekelompok individu yang mendiami wilayah Pulau Bangka Belitung, di mana dalam aktivitasnya sehari-hari terdapat berbagai macam akulturasi budaya yang sangat beragam dari etnis Melayu dan etnis Tionghoa, serta sekelompok individu tersebut saling memahami dan menghormati etnis yang lainnya dalam usaha untuk mewujudkan kehidupan berdemokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 237



B. Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang dalam bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”, sehingga kebudayaan merupakan hal-hal yang bersangkutan dengan akal manusia. Kebudayaan dalam konteks lebih sempit dapat disebut sebagai kultur yang mempunyai pengertian sebagai keseluruhan sistem gagasan atau tindakan. Dalam kata antropologi, budaya dan kebudayaan tidak dibedakan antara satu kata dengan kata yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan kata budaya digunakan untuk singkatan dari kebudayaan saja, sehingga makna antara budaya dan kebudayaan memiliki arti yang sama. Adapun kata culture yang merupakan kata asing yang artinya kebudayaan, dari bahasa Latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah atau bertani. Oleh karena itu, kata kebudayaan berkembang dari kata culture yang berarti aktivitas manusia untuk mengolah dan merubah alam. Koentjaraningrat



(1969)



mengemukakan



ada



tujuh



unsur



kebudayaan, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi), mata



pencaharian



hidup



dan



sistem-sistem



ekonomi,



sistem



kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi. Selain itu kebudayaan sebagai objek penelitian antropologi mempunyai tiga aspek, yaitu kebudayaan sebagai tata kelakuan manusia, kebudayaan sebagai kelakuan manusia itu sendiri, serta kebudayaan sebagai hasil kelakuan manusia. Salah satu unsur budaya bukan kebendaan ialah adat. Adat didefinisikan sebagai satu aturan dan cara hidup yang mencerminkan segala perbuatan, di mana perbuatan tersebut dilakukan setiap hari atau musim, bulan atau tahun. Oleh karena itu, budaya merupakan suatu pengalamanpengalaman yang diperoleh atau dilakukan oleh individu maupun sekelompok individu atau masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga akan memperoleh konstruksi terhadap pengalaman-pengalaman tersebut.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 238



C. Kebudayaan Masyarakat Bangka Belitung Berdasarkan definisi dari budaya yang telah dikemukakan diatas, maka diperoleh pengertian mengenai kebudayaan merupakan suatu tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam pemikirannya, sehingga akan tercipta suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menopang kegiatannya sehari-hari. Melalui definisi atau pengertian yang sebelumnya, maka masyarakat Pulau Bangka Belitung adalah sekelompok individu yang mendiami wilayah Pulau Bangka Belitung, di mana dalam aktivitasnya sehari-hari terdapat berbagai macam akulturasi budaya yang sangat beragam dari etnis Melayu dan etnis Tionghoa serta sekelompok individu tersebut saling memahami dan menghormati etnis yang lainnya dalam usaha untuk mewujudkan kehidupan berdemokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Berdasarkan pengertian dari kebudayaan dan masyarakat Pulau Bangka Belitung, maka kebudayaan masyarakat di Pulau Bangka Belitung merupakan suatu hasil kolaborasi yang dimiliki oleh masyarakat etnis Melayu dan Tionghoa yang saling berakulturasi dalam pemikirannya sehingga tercipta suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menopang kegiatannya sehari-hari.



D. Etnomatematika Etnomatematika itu sendiri diperkenalkan oleh D’Ambrosio, seorang matematikawan asal Brazil pada tahun 1977. D’Ambrosio (1985) mengemukakan bahwa etnomatematika merupakan matematika yang dipraktekkan diantara kelompok budaya yang diidentifikasi dalam kelompok buruh, kelompok anak-anak usia tertentu, buruh serta anak-anak dari kelas profesional. Oleh karena itu, etnomatematika apabila dipandang secara luas, maka dapat diartikan sebagai antropologi kebudayaan dari bidang kajian matematika dan pendidikan matematika, sehingga matematika tersebut dapat dipraktikkan oleh sekelompok budaya, seperti masyarakat pedesaan,



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 239



perkotaan, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok tertentu, masyarakat adat, serta yang lainnya. Menurut Suwarsono (2015), etnomatematika merupakan suatu studi tentang matematika yang muncul atau digunakan di dalam kelompokkelompok masyarakat tertentu. Albanese (2015) mengemukakan bahwa etnomatematika merupakan program penelitian di mana yang menjadi fokusnya, yaitu pada hubungan antara matematika dan budaya. Albanese (2015) juga mengemukakan lebih jauh bahwa matematika merupakan hasil dari sejarah sosial serta proses budaya yang dikembangkan dengan kontribusi dari berbagai masyarakat dan budaya. Bishop (1994) mengemukakan bahwa etnomatematika merupakan teori yang membangun pemeriksaan radikal terhadap pendidikan. Etnomatematika itu dapat digunakan oleh guru untuk melakukan proses pengembangan kurikulum yang terkait dengan pembelajaran matematika. Gerdes (1994) mengemukakan etnomatematika merupakan alat untuk menghidupkan kembali politik dari matematika dan pendidikan matematika di negara berkembang. Etnomatematika itu dapat dipandang sebagai suatu pengetahuan yang digunakan untuk mengkonstruksi pembelajaran matematika dengan mengidentifikasi kebudayaan yang berada dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena



itu, dari



berbagai



pendapat



beberapa



ahli, maka



etnomatematika merupakan suatu studi mengenai keterkaitan matematika dengan budaya yang berada pada sekelompok masyarakat tertentu dengan tujuan matematika dapat digunakan oleh berbagai elemen masyarakat atau dengan kata lain matematika sebagai "grass root" bagi setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.



E. Kain Cual Bangka Belitung Pada tanggal 20 Mei 1812 Masehi, pasukan Inggris di bawah pimpinan Jenderal Robert Rollo Gillespie menguasai kota Mentok dan kemudian memproklamirkan, bahwa Inggris berkuasa atas pulau Bangka,



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 240



serta mengubah nama pulau Bangka menjadi Duke of York's Island dan nama kota Mentok diubah menjadi Minto, sebagai penghormatan kepada Sir G. Elliot Earl of Minto, seorang Gubernur Jenderal Inggris di India Pada masa pemerintahan residen Inggris untuk Palembang dan Bangka, Mayor MH Court (Tahun 1812-1816), jabatan tumenggung di Pulau Bangka yang berkedudukan di Kota Mentok dihapuskan, begitu juga dengan jabatan pangeran Adiwijaya dan pangeran-pangeran Palembang di wilayah Bangka Selatan turut dihapuskan. Pemerintahan di pulau Bangka kemudian diatur oleh residen Inggris, Mayor MH Court



dan untuk



pemerintahan di kota Mentok diserahkan kepada Abang Muhammad Saleh, bergelar Rangga Citra Nindiata yang diberikan wilayah kekuasaan atas Kampoeng Keranggan, kemudian kepada Abang Yunus bergelar Demang Wirada Perana yang diberikan wilayah kekuasaan atas Kampoeng Pemuhun dan Kampoeng Patemun (Kampung Teluk Rubiah), dan selanjutnya kepada Abang Muhammad yang menjadi juru tulis diberi wilayah kekuasaan atas Kampoeng Jiran Peranakan dan Kampoeng Siantan (Kampung Tanjung), serta kepada Abang Abdul Raoef bin Abang Tawi) diberikan kekuasaan atas Kampoeng Pekauman Dalam. Pada kampung-kampung lama di kota Mentok inilah tumbuh dan berkembang tenunan kain Cual yang dikerjakan oleh perempuanperempuan di Mentok. Kekuasaan Inggris atas pulau Bangka berlangsung singkat (Tahun 1812-1816), setelah Traktat London, pulau Bangka kemudian diserahkan Inggris kepada Kerajaan Belanda. Setelah masa usainya perlawanan rakyat Bangka melawan kolonial Belanda yang dipimpin oleh Depati Amir tahun 1851 Masehi dan pulau Bangka kemudian menjadi satu koloni Belanda yang regemaltig dari seluruh koloni Belanda di Hindia Belanda, maka pada tahun 1865 Masehi pemerintah Hindia Belanda menetapkan pulau Bangka menjadi 10 distrik, yaitu distrik Mentok, Jebus, Sungailiat, Merawang, Belinyu, Pangkalpinang, Kepulauan Lepar, Sungaiselan, Toboali, dan Koba.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 241



Pada masing-masing distrik di pulau Bangka masa ini dikepalai oleh seoorang administrateur district (berkebangsaan Belanda), dibantu oleh seorang demang (kepala distrik diangkat dari pribumi) dan di bawahnya beberapa orang kepala onderdistrict yang bergelar Batin yang kemudian membawahkan beberapa kepala kampung (gegading) dan kepala dusun (lengan). Pada masa ini, kota Mentok sebagai tempat kedudukan Residen Bangka sangat terkenal karena berbagai kemajuannya. Perempuanperempuan dalam kota Mentok terutama yang tinggal di kampung-kampung seperti Kampung Pemuhun dan Kampung Patemun (sekarang Teluk Rubiah) pada masa itu pekerjaannya bertenun, membuat kain dan selendang dari sutra dan ada juga yang dicampur dengan benang emas terutama untuk pakaian orang-orang perempuan. Kain tenun Mentok itu kemudian disebut dengan nama kain Limar Muntok yang kemudian menjadi kain Cual. Kain ini kemudian diperdagangkan orang ke negeri lain seperti ke Palembang, pulau Belitung, Pontianak, Singapura dan bagian lain tanah Melayu. Harga selembar kain Cual pada waktu itu dengan bentuk selendang dihargai kira-kira yang paling murah sekitar f 25,- sampai f 100,-. Menenun kain Cual, awalnya merupakan tradisi kekriyaan bangsawan di Mentok yang bergelar "Abang" dan "Yang", terutama perempuan keturunan dari Ence Wan Abdul Hayat (Lim Kau Tian), jadi tidak mengherankan bila beberapa motif Cual mendapat pengaruh dari daratan China seperti Naga Bertarung, Burung Hong, dan motif Kembang Cina. Pada sekitar abad 18 Masehi, tenun Cual merupakan salah satu kriya etnik Nusantara yang memiliki fungsi religius, untuk upacara, kepentingan magis, dan untuk fetish. Fungsi primer dari tenun Cual adalah sebagai pakaian kebesaran bangsawan di Bangka, pakaian pengantin, atau upacara yang berhubungan dengan daur kehidupan (life cycle) dan pakaian seharihari kebesaran Islam dan adat lainnya, yang dapat digunakan sebagai barang hantaran pengantin maupun sebagai mahar pada acara nyurung barang yang langsung menggambarkan status sosial (pangkat dan kedudukan) seseorang



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 242



pada masa itu dan dapat pula dijadikan sebagai benda pajangan di dinding rumah agar memperindah tampilan rumah dan menunjukkan status sosial penghuni rumah. Sebagai pusaka lama, maka Cual juga sering dijadikan "obat" untuk mengatasi penyakit tertentu pada diri manusia. Cual itu sendiri berasal dari kata "celupan awal" pada benang yang akan diberi warna. Tenun Cual itu sendiri merupakan perpaduan antara teknik sungkit (songket) dan tenun ikat, namun yang menjadi ciri khas yang sangat mendasar adalah bahwa pada susunan motif yang menggunakan teknik tenun ikat, dari hal inilah yang menjadikan tenun Cual sebagai kriya etnik Melayu Bangka dan membedakannya dengan jenis tenunan dan songket dari etnis lainnya yang ada di Nusantara. Jenis motif tenun Cual dengan ide garapan motif yang digali dari kekayaan flora dan fauna lokal di Pulau Bangka. Khusus untuk motif fauna biasanya ditenun dengan disamarkan mengingat orang Bangka yang beragama Islam. Dari dua jenis motif tersebut mengandung makna simbolik dan filosofis yang mendalam bagi pemakai dan orang yang memandangnya. Kehalusan tenunan, tingkat kerumitan motif, ide garapan yang dipakai dan warna pada tenun Cual mengandung makna filosofi hidup, hasil kontemplasi perjalanan religi dan budaya penenunnya dan sebagai lambang identitas serta karakter budaya Melayu Bangka. Tenun Cual sangat terkenal karena tekstur kainnya yang begitu halus, adanya harmoni antara sungkit, ikat dan motif sehingga tidak ada sesuatu yang dominan dari yang lain, warna celupan benangnya tidak berubah, dan ragam motif seakan timbul jika dipandang dari kejauhan sebagai simbol masyarakat Melayu Bangka yang rendah hati dan selalu menjaga marwahnya. Berbagai motif tenun Cual lama yang saat ini tersisa dan tersimpan dengan baik di beberapa kolektor dan penenun antara lain seperti motif Bebek-bebek, Bebek Setaman, Kupu-kupu, Naga Bertarung, Burung Hong, Kembang Cina, Seroja atau Lotus, Kembang Kecubung, Teratai, Kembang Cempaka (Kembang Telok), Kembang Kenango dan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 243



Kembang Gajah, Garuda, Sumping Garuda, Lebah dan Kembang Pelawan, Ketuyut atau Kantung Semar yang merupakan kombinasi dari motif-motif tersebut. Tiap motif tenun Cual tersebut memiliki makna filosofisnya tersendiri, sebagai contoh motif "Lebah Hutan (apis dorsata) dan bunga atau kembang pohon Pelawan (Tristania Mainganyi)". Di hutan Pulau Bangka banyak terdapat lebah yang menghasilkan madu berkualitas dengan rasa sesuai dengan bunga pohon yang dihisap oleh lebah tersebut. Jenisjenis rasa madu tersebut misalnya bisa terasa pahit, karena lebah menghisap bunga atau kembang dari pohon Pelawan (Tristania Mainganyi). Motif lebah (fauna) mengandung filosofi bahwa dalam kehidupan manusia harus saling bekerjasama, saling membantu, dan saling bersatu agar dapat tercipta kehidupan yang kokoh, damai, dan sejahtera, serta dapat bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta patuh kepada pemimpin, hidup hemat, dan bersahaja, sedangkan motif bunga Pelawan (flora) mengandung bahwa sesuatu yang dirasakan tidak enak (pahit) belum tentu bersifat buruk, tetapi bisa saja akan bermanfaaat bagi kesehatan. Keindahan dari bunga juga bermakna sebagai keluhuran dan keanggunan bagi pemakai kain yang bermotif bunga ini, serta pohon Pelawan sendiri sarat makna terhadap kepatuhan hukum dan aturan, serta menghargai hak orang lain dalam kehidupan. Makna filosofis lainnya, yaitu motif ketuyut dan ketakung atau kantung semar (Nepenthes sp). Di hutan pulau Bangka terdapat ketuyut atau kantung semar (Nepenthes sp), di mana pohon dan akarnya disebut sebagai ketakung yang biasanya akan dimanfaatkan oleh masyarakat Bangka sebagai tali pengikat yang kuat (tali ketakung) dengan fungsinya sebagai pengikat jerejak atau lantai rumah panggung orang Bangka. Tanaman ini juga memiliki kemampuan insektivora, dengan arti bahwa sebagai tanaman pemakan serangga. Motif ketuyut dan ketakung atau kantung semar (Nepenthes sp) mengandung makna filosofis bahwa manusia harus bekerja



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 244



keras dan bekerja cerdas dalam kehidupannya, memiliki semangat pantang menyerah terutama dalam menghadapi bahtera kehidupan. Ketuyut juga bermakna filosofi bahwa manusia yang baik adalah manusia yang banyak memberikan manfaat kepada orang lain. Kemudian makna lainnya adalah manusia harus berhati-hati dalam kehidupan, jangan mudah terpengaruh dengan rayuan maupun tawaran manis yang akan menjerumuskan dalam kehancuran. Sementara itu, untuk motif naga bertarung dan motif burung hong, yang dipercaya sebagai hewan mitologi China dan dianggap memiliki kedudukan tinggi sebagai pelindung dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa, tidak terkecuali yang tinggal di Pulau Bangka dan Belitung. Penggunaan motif hewan mitos ini secara filosofis adalah hidup merupakan sebuah perjuangan untuk sebuah kehormatan, serta hidup ini untuk melindungi yang lemah. Sementara itu, burung hong adalah hewan mitologi China yang merupakan gambaran metafora simbol dari sifat utama manusia. Kepala dari burung hong merupakan kebajikan, sayap burung hong merupakan tanggung jawab, punggung burung hong merupakan perbuatan baik manusia, dada burung hong merupakan kemanusiaan, dan perut burung hong merupakan sifat terpercaya. Burung hong juga menjadi simbol dalam pelbagai sendi dalam daur hidup (life cycle) manusia. Selain itu, burung hong dan naga merupakan simbol istri dan suami, lambang permaisuri dan kaisar. Oleh karena itu, dengan memakai kain tenun cual motif burung hong merupakan simbol status sosial dan tingkat kebangsawanan bagi pemakainya. Berikut beberapa contoh kain cual Bangka Belitung:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 245



Gambar 1. Contoh 1 kain Cual Bangka Belitung



Gambar 2. Contoh 2 kain Cual Bangka Belitung



Gambar 3. Contoh 3 kain Cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 246



Gambar 4. Contoh 4 kain Cual Bangka Belitung



Gambar 5. Contoh 5 kain Cual Bangka Belitung



Gambar 6. Contoh 6 kain Cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 247



Gambar 7. Contoh 7 kain Cual Bangka Belitung



Gambar 8. Contoh 8 kain Cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 248



Gambar 9. Contoh 9 kain Cual Bangka Belitung



Gambar 10. Contoh 10 kain Cual Bangka Belitung



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 249



BAB III MATERI PEMBELAJARAN



A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)



Satuan Pendidikan: SMP....................... Mata Pelajaran



: Matematika



Kelas/Semester



: VII/I



Materi Pokok



: Bentuk Aljabar



Alokasi Waktu



: 10 × 40 menit



A.



Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 250



B.



C.



Kompetensi Dasar Pengetahuan



Keterampilan



3.5 Menjelaskan bentuk aljabar dan melakukan operasi pada bentuk aljabar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian).



4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bentuk aljabar dan operasi pada bentuk aljabar



Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Peserta didik dapat menjelaskan unsur-unsur bentuk aljabar 2. Peserta didik dapat menjelaskan operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar 3. Peserta didik dapat melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar 4. Peserta didik dapat menjelaskan operasi perkalian bentuk aljabar 5. Peserta didik dapat melakukan operasi perkalian bentuk aljabar 6. Peserta didik dapat menjelaskan operasi pembagian bentuk aljabar 7. Peserta didik dapat melakukan operasi pembagian bentuk aljabar



D.



Tujuan Pembelajaran 1. Dengan LKPD, peserta didik dapat menjelaskan unsur-unsur bentuk aljabar dengan tepat



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 251



2. Dengan LKPD, peserta didik dapat menjelaskan operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar dengan tepat 3. Dengan LKPD, peserta didik dapat melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar dengan tepat 4. Dengan LKPD, peserta didik dapat menjelaskan operasi perkalian bentuk aljabar dengan tepat 5. Dengan LKPD, peserta didik dapat melakukan operasi perkalian bentuk aljabar dengan tepat 6. Dengan LKPD, peserta didik dapat menjelaskan operasi pembagian bentuk aljabar dengan tepat 7. Dengan LKPD, peserta didik dapat melakukan operasi pembagian bentuk aljabar dengan tepat



E.



Materi Pembelajaran 1. Unsur-unsur bentuk aljabar Perhatikan soal bagian a pada LKPD 1. Berikut ini akan dijabarkan mengenai unsur-unsur bentuk aljabar dengan menggunakan jawaban untuk soal nomor a. Dari latihan pada LKPD 1 bagian a, maka kita dapat membuat suatu pemisalan. Misalnya kita memperoleh bentuk 2a = 6.000.000, maka kalimat tersebut merupakan persamaan aljabar atau persamaan. Dalam persamaan aljabar tersebut terdiri dari dua ruas, yaitu ruas sebelah kiri dan ruas sebelah kanan. Dalam tiap ruas dalam persamaan tersebut memuat sesuatu yang disebut sebagai bentuk aljabar. Pada persamaan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 252



tersebut, terdapat notasi 2a yang menyatakan harga 2 lembar selendang kecil, kemudian di dalam matematika disebut sebagai suku. Notasi a dalam suku 2a menyatakan harga 1 lembar selendang kecil. Dalam matematika, maka notasi a disebut sebagai variabel, karena notasi a merepresentasikan suatu bilangan yang belum diketahui dari suatu kumpulan bilangan yang diberikan. Kemudian dari notasi 2a tersebut, maka bilangan 2 disebut sebagai koefisien dari variabel a. Dalam bentuk aljabar 2a



=



6.000.000,



terdapat



bilangan



6.000.000



yang



merepresentasikan harga 2 lembar selendang kecil. Dalam matematika,



maka



bilangan



6.000.000



disebut



sebagai



konstanta, karena bilangan 6.000.000 menunjuk pada suatu bilangan tertentu.



2. Operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar Untuk menentukan hasil penjumlahan maupun hasil pengurangan pada bentuk aljabar, maka perlu diperhatikan halhal berikut: a. Suku-suku yang sejenis b. Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan maupun pengurangan, yaitu: 1) 𝑎𝑏 + 𝑎𝑐 = 𝑎(𝑏 + 𝑐) atau 𝑎(𝑏 + 𝑐) = 𝑎𝑏 + 𝑎𝑐 2) 𝑎𝑏 − 𝑎𝑐 = 𝑎(𝑏 − 𝑐) atau 𝑎(𝑏 − 𝑐) = 𝑎𝑏 − 𝑎𝑐 c. Hasil perkalian dua bilangan bulat, yaitu: 1) Hasil perkalian dua bilangan bulat positif adalah bilangan bulat positif, 2) Hasil perkalian dua bilangan bulat negatif adalah bilangan bulat negatif, 3) Hasil perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif adalah bilangan bulat negatif.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 253



3. Operasi perkalian bentuk aljabar a. Perkalian Suku Tunggal Bentuk aljabar 2 × 𝑎 dapat disederhanakan menjadi 2𝑎 dan 5 × 𝑥 dapat disederhanakan menjadi 5𝑥. Selain itu, dikarenakan perkalian bersifat komutatif, maka: 𝑎 × 2 = 2 × 𝑎 = 2𝑎 𝑥×1=1×𝑥 =𝑥 Dengan menggunakan cara dan sifat tersebut, maka diperoleh perkalian-perkalian bentuk aljabar berikut ini: 𝑎 × 𝑏 = 𝑎𝑏 dan 𝑏 × 𝑎 = 𝑎 × 𝑏 = 𝑎𝑏 b. Perkalian Suatu Bilangan dengan Suku Dua Untuk perkalian suatu bilangan dengan suku dua, maka diperoleh sebagai berikut: Untuk sembarang bilangan 𝑥, 𝑦, 𝑑𝑎𝑛 𝑘 selalu berlaku: 𝑥(𝑥 + 𝑘) = 𝑥 2 + 𝑘𝑥 𝑥(𝑥 + 𝑦 + 𝑘) = 𝑥 2 + 𝑥𝑦 + 𝑘𝑥 c. Perkalian Suku Dua dengan Suku Dua 1) Menggunakan hukum distributif Perkalian suku dua dengan suku dua dapat dijabarkan dengan menggunakan hukum distributif, yaitu: (𝑥 + 𝑎)(𝑥 + 𝑏) = 𝑥(𝑥 + 𝑏) + 𝑎(𝑥 + 𝑏)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 254



2) Menggunakan skema Perkalian dua suku dua dapat dijabarkan dengan menggunakan skema berikut: a) (𝑥 + 𝑝)(𝑥 + 𝑞) = 𝑥(𝑥) + 𝑥(𝑞) + 𝑝(𝑥) + 𝑝(𝑞) = 𝑥 2 + (𝑝 + 𝑞)𝑥 + 𝑝𝑞 b) (𝑥 + 𝑝)(𝑥 − 𝑝) = 𝑥 2 + (𝑝 − 𝑝)𝑥 + 𝑝(−𝑝) = 𝑥 2 − 𝑝2



4. Operasi pembagian bentuk aljabar Jika dua bentuk aljabar memiliki faktor yang sama, maka hasil pembagian kedua bentuk aljabar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk yang sederhana dengan memperhatikan faktorfaktor yang sama. Bentuk aljabar 8𝑎 dan 2𝑎 memiliki faktor yang sama, yaitu 2𝑎, sehingga hasil pembagian 8𝑎 dengan 2𝑎 dapat disederhanakan menjadi 8𝑎: 2𝑎 = 4. Demikian halnya dengan 6𝑥𝑦 dan 3𝑦 yang memiliki faktor yang sama yaitu 3𝑦, sehingga 6𝑥𝑦: 3𝑦 = 2𝑥.



F.



Metode Pembelajaran dan Model Pembelajaran 1. Pendekatan: Saintifik dan Kontekstual (yang berbasis budaya kain cual) 2. Model Pembelajaran: Discovery learning 3. Metode Pembelajaran: Diskusi Kelompok, Penugasan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 255



G.



Sumber Pembelajaran dan Media Pembelajaran Sumber Pembelajaran: Adinawan, M. Cholik & Sugijono. 2014. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Penerbit Erlangga. Adinawan, M. Cholik. 2016. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII Semester I. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kristanto, Yosep Dwi & Russasmita Sri Padmi. 2018. Super Modul Matematika SMP/MTS kelas VII, VIII, IX. Jakarta: Penerbit PT. Grasindo Melisa, Margaretha Madha, dkk. 2017. Buku Ajar Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.



Media Pembelajaran: Kain cual Bangka Belitung dan Lembar kerja peserta didik (LKPD)



H.



Langkah-langkah Pembelajaran 1. Sikap



:



Menerima,



menjalankan,



menghargai,



menghayati, hingga mengamalkan 2. Pengetahuan



: Mengetahui, memahami, menerapkan,



menganalisis, mengevaluasi hingga mencipta 3. Keterampilan



: Mengamati, menanya, mencoba, menalar,



menyaji, dan mencipta



I.



Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 (𝟐 × 𝟒𝟎 menit)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 256



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



Pendahuluan a. Orientasi



1. Guru mengucapkan salam dan mengecek 10 kehadiran peserta didik (PPK-Penguatan Pendidikan Karakter “SOPAN” dan “DISIPLIN”) 2. Peserta didik merespon salam tanda syukur pada anugerah Tuhan dan saling mendoakan



(PPK-Penguatan



Pendidikan Karakter “RELIGIUS”) 3. Guru memeriksa kesiapan ruang kelas, yaitu dengan meminta peserta didik untuk mengecek



kebersihan



masing-masing Pendidikan



tempat



duduk



(PPK-Penguatan Karakter



“CINTA



LINGKUNGAN”) 4. Guru memeriksa kesiapan peserta didik untuk belajar, yaitu dengan meminta peserta didik untuk meletakkan buku pelajaran matematika dan menyiapkan perlengkapan alat tulis yang diperlukan, serta



meminta



peserta



didik



untuk



menyimpan perlengkapan yang tidak dibutuhkan dalam pembelajaran 5. Guru meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa (PPK-Penguatan Pendidikan Karakter “RELIGIUS”) 6. Guru



menjelaskan



materi-materi



pembelajaran yang akan dipelajari secara garis besar. Materi-materi yang akan



menit



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 257



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



dipelajari antara lain unsur-unsur bentuk aljabar, di mana terkait dengan suku, variabel, koefisien, dan konstanta 7. Guru menggali komitmen peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran 8. Guru b. Apersepsi



memberikan



apersepsi



terkait



dengan: a. Guru



memberikan



informasi



kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan b. Peserta didik menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan c. Menyepakati kegiatan yang akan dilakukan Pendidikan



(PPK-Penguatan Karakter



“Menanamkan sikap bertanggung jawab atas apa yang menjadi kesempatan”) d. Guru juga menjelaskan sejarah singkat mengenai kain cual Bangka Belitung dan memberikan/menunjukkan contoh kain cual Bangka Belitung sebelum memulai proses pembelajaran



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 258



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



9. Peserta didik diberikan permasalahan seperti pada LKPD 1



Inti



Mengamati



60



1) Peserta didik membaca mengenai materi yang berkaitan (literasi media) 2) Peserta didik diberikan materi beserta tugas



mengenai



unsur-unsur



bentuk



aljabar (LKPD 1) 3) Peserta didik mencermati materi yang telah diberikan (literasi komunikasi “kompetensi memahami/mendengarkan”) 4) Beserta guru, maka peserta didik bersamasama menyelesaikan lembar kerja yang telah diberikan



Menanya 1) Peserta didik bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan dan materi yang belum dipahami 2) Peserta didik mencatat materi yang diberikan (literasi



komunikasi



penjelasan guru”)



“Menulis



menit



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 259



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



Mencoba dan Mengasosiasi 1) Setelah peserta didik memahami materi yang dijelaskan, maka guru memberikan beberapa tugas yang harus didiskusikan di dalam LKPD (LKPD 1) 2) Peserta didik berdiskusi dengan temannya dalam



menyelesaikan



tugas



yang



diberikan (4C- COMMUNICATION “Peserta didik dapat menciptakan, memahami, dan saling berkomunikasi dengan



teman-temannya



menyampaikan



dalam



pendapat/gagasan”,



COLLABORATIVE



“Peserta



menunjukkan



didik



kerjasama,



kepemimpinan,



beradaptasi,



menghormati atas perspektif yang berbeda untuk mencapai tujuan bagi diri



sendiri



dan



orang



lain



“,



CRITICAL THINKING “Peserta didik memiliki



kemampuan



untuk



menyusun, menalar, mengungkapkan, menganalisa,



dan



menyelesaikan



masalah secara mandiri atas pilihan yang sulit dan rumit”, CREATIVITY “Peserta didik memiliki kemampuan untuk melaksanakan,



mengembangkan, dan



menyampaikan



gagasan-gagasan baru kepada yang



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 260



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap



perspektif



baru



dan



berbeda”) 3) Guru menilai sikap peserta didik dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan



Mengkomunikasikan 1) Peserta didik menuliskan penyelesaian tugas yang telah diberikan dalam bentuk presentasi hasil jawaban di kelas 2) Peserta didik mendiskusikan/melakukan tanya jawab mengenai penyelesaian yang telah dikerjakan Penutup



1. Peserta didik beserta guru melakukan 10 evaluasi pembelajaran



menit



2. Guru memberikan umpan balik terhadap evaluasi pembelajaran yang telah dicapai 3. Guru menyimpulkan kembali materi pembelajaran yang membahas mengenai unsur-unsur bentuk aljabar 4. Guru memberikan sumber belajar yang dapat dipelajari 5. Peserta didik beserta guru mengakhiri KBM kepada



dengan



mengucapkan



Tuhan



syukur



(PPK-Penguatan



Pendidikan Karakter “RELIGIUS”) 6. Peserta



didik



membersihkan



dan



membereskan kelas (PPK-Penguatan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 261



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



Pendidikan



Karakter



“CINTA



LINGKUNGAN”)



Pertemuan 2 (𝟐 × 𝟒𝟎 menit) Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



Pendahuluan



1. Guru



mengucapkan



salam



dan 10 menit



mengecek kehadiran peserta didik (PPK-Penguatan Karakter



Pendidikan



“SOPAN”



dan



“DISIPLIN”) 2. Peserta didik merespon salam tanda syukur pada anugerah Tuhan dan saling mendoakan (PPK-Penguatan Pendidikan



Karakter



“RELIGIUS”) 3. Guru memeriksa kesiapan ruang kelas, yaitu dengan meminta peserta didik untuk mengecek kebersihan tempat duduk masing-masing (PPKPenguatan Pendidikan Karakter “CINTA LINGKUNGAN”) 4. Guru memeriksa kesiapan peserta didik untuk belajar, yaitu dengan meminta meletakkan



peserta buku



didik



untuk pelajaran



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 262



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



matematika



dan



menyiapkan



perlengkapan



alat



tulis



yang



diperlukan, serta meminta peserta didik



untuk



menyimpan



perlengkapan yang tidak dibutuhkan dalam pembelajaran 5. Guru meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa (PPKPenguatan Pendidikan Karakter “RELIGIUS”) 6. Guru



menjelaskan



materi-materi



pembelajaran yang akan dipelajari secara garis besar. Materi-materi yang akan dipelajari antara lain operasi penjumlahan dan operasi pengurangan bentuk aljabar. 7. Guru menggali komitmen peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran 8. Guru memberikan apersepsi terkait dengan: a. Guru memberikan informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat,



dan



pembelajaran



langkah



yang



akan



dilaksanakan b. Peserta informasi



didik



menerima kompetensi,



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 263



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan c. Menyepakati kegiatan yang akan



dilakukan



Penguatan Karakter



(PPK-



Pendidikan “Menanamkan



sikap bertanggung jawab atas apa yang menjadi kesempatan”) Inti



Mengamati



60 menit



1) Peserta didik membaca mengenai materi



yang



berkaitan



(literasi



media) 2) Peserta



didik



diberikan



materi



mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar (LKPD 2) 3) Peserta didik mencermati materi yang



telah



komunikasi



diberikan



(literasi



“kompetensi



memahami/mendengarkan”) 4) Beserta guru, maka peserta didik bersama-sama menyelesaikan lembar kerja tersebut (LKPD 2)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 264



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



Menanya 1) Peserta didik bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan dan materi yang belum dipahami 2) Peserta didik mencatat materi yang diberikan komunikasi “Menulis



(literasi



penjelasan guru”)



Mencoba dan Mengasosiasi 1) Setelah peserta didik memahami materi yang dijelaskan, maka guru memberikan



beberapa



tugas



mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. (LKPD 2) 2) Peserta didik berdiskusi dengan temannya dalam menyelesaikan soal yang



diberikan



(4C-



COMMUNICATION



“Peserta



didik



dapat



menciptakan,



memahami,



dan



saling



berkomunikasi



dengan



teman-



temannya dalam menyampaikan pendapat/gagasan”, COLLABORATIVE



“Peserta



didik menunjukkan kerjasama, kepemimpinan,



beradaptasi,



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 265



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



menghormati atas perspektif yang berbeda untuk mencapai tujuan bagi diri sendiri dan orang lain “, CRITICAL THINKING “Peserta didik memiliki kemampuan untuk menyusun,



menalar,



mengungkapkan,



menganalisa,



dan menyelesaikan masalah secara mandiri atas pilihan yang sulit dan rumit”, CREATIVITY “Peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan



menyampaikan



gagasan-



gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda”) 3) Guru menilai sikap peserta didik dalam mengerjakan latihan soal yang telah diberikan



Mengkomunikasikan 1) Peserta



didik



penyelesaian



tugas



menuliskan yang



telah



diberikan dalam bentuk presentasi di kelas,



kemudian



peserta



mendiskusikan/melakukan



didik tanya



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 266



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



jawab mengenai penyelesaian yang telah dikerjakan Penutup



1. Peserta



didik



beserta



guru 10 menit



melakukan evaluasi pembelajaran 2. Guru



memberikan



umpan



balik



terhadap evaluasi pembelajaran yang telah dicapai 3. Guru menyimpulkan kembali materi pembelajaran terkait dengan materi operasi



penjumlahan



dan



pengurangan bentuk aljabar 4. Guru memberikan sumber belajar yang dapat dipelajari 5. Siswa beserta guru mengakhiri KBM dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan



(PPK-Penguatan



Pendidikan



Karakter



“RELIGIUS”) 6. Peserta didik membersihkan dan membereskan



kelas



(PPK-



Penguatan Pendidikan Karakter “CINTA LINGKUNGAN”)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 267



Pertemuan 3 (𝟐 × 𝟒𝟎 menit) Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



Pendahuluan



1. Guru



mengucapkan



salam



dan 10 menit



mengecek kehadiran peserta didik (PPK-Penguatan Karakter



Pendidikan



“SOPAN”



dan



“DISIPLIN”) 2. Peserta didik merespon salam tanda syukur pada anugerah Tuhan dan saling mendoakan (PPK-Penguatan Pendidikan



Karakter



“RELIGIUS”) 3. Guru memeriksa kesiapan ruang kelas, yaitu dengan meminta peserta didik untuk mengecek kebersihan tempat duduk masing-masing (PPKPenguatan Pendidikan Karakter “CINTA LINGKUNGAN”) 4. Guru memeriksa kesiapan peserta didik untuk belajar, yaitu dengan meminta



peserta



meletakkan



buku



didik



untuk pelajaran



matematika



dan



menyiapkan



perlengkapan



alat



tulis



yang



diperlukan, serta meminta peserta didik



untuk



menyimpan



perlengkapan yang tidak dibutuhkan dalam pembelajaran



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 268



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



5. Guru meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa (PPKPenguatan Pendidikan Karakter “RELIGIUS”) 6. Guru



menjelaskan



materi-materi



pembelajaran yang akan dipelajari secara garis besar, yaitu terkait dengan operasi perkalian bentuk aljabar 7. Guru menggali komitmen peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran 8. Guru memberikan apersepsi terkait dengan: a. Guru



memberikan



kompetensi,



materi,



manfaat,



dan



pembelajaran



informasi tujuan, langkah



yang



akan



dilaksanakan b. Peserta



didik



menerima



informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran



yang



akan



dilaksanakan c. Menyepakati kegiatan yang akan dilakukan



(PPK-Penguatan



Pendidikan “Menanamkan



Karakter sikap



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 269



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



bertanggung jawab atas apa yang menjadi kesempatan”) Inti



Mengamati



60 menit



1) Peserta didik membaca mengenai materi



yang



berkaitan



(literasi



media) 2) Peserta



didik



diberikan



materi



mengenai operasi perkalian bentuk aljabar (LKPD 3) 3) Peserta didik mencermati materi yang



telah



diberikan



komunikasi



(literasi



“kompetensi



memahami/mendengarkan”) 4) Beserta guru, maka peserta didik bersama-sama menyelesaikan lembar kerja tersebut (LKPD 3)



Menanya 1) Peserta didik bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan dan materi yang belum dipahami 2) Peserta didik mencatat materi yang diberikan (literasi



komunikasi



“Menulis penjelasan guru”)



Mencoba dan Mengasosiasi 1) Setelah peserta didik memahami materi yang dijelaskan, maka guru



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 270



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



memberikan



beberapa



tugas



mengenai operasi perkalian bentuk aljabar (LKPD 3) 2) Peserta didik berdiskusi dengan temannya dalam menyelesaikan soal yang



diberikan



(4C-



COMMUNICATION



“Peserta



didik



dapat



menciptakan,



memahami,



dan



saling



berkomunikasi



dengan



teman-



temannya dalam menyampaikan pendapat/gagasan”, COLLABORATIVE



“Peserta



didik menunjukkan kerjasama, kepemimpinan,



beradaptasi,



menghormati atas perspektif yang berbeda untuk mencapai tujuan bagi diri sendiri dan orang lain “, CRITICAL THINKING “Peserta didik memiliki kemampuan untuk menyusun, mengungkapkan,



menalar, menganalisa,



dan menyelesaikan masalah secara mandiri atas pilihan yang sulit dan rumit”, CREATIVITY “Peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan



menyampaikan



gagasan-



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 271



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda”) 3) Guru menilai sikap peserta didik dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan



Mengkomunikasikan 1) Peserta



didik



penyelesaian



menuliskan



tugas



yang



telah



diberikan dalam bentuk presentasi di kelas,



kemudian



peserta



mendiskusikan/melakukan



didik tanya



jawab mengenai penyelesaian yang telah dikerjakan Penutup



1. Peserta didik beserta guru melakukan 10 menit evaluasi pembelajaran 2. Guru



memberikan



umpan



balik



terhadap evaluasi pembelajaran yang telah dicapai 3. Guru menyimpulkan kembali materi pembelajaran. 4. Guru memberikan sumber belajar yang dapat dipelajari 5. Siswa beserta guru mengakhiri KBM dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan



(PPK-Penguatan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 272



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



Pendidikan



Karakter



“RELIGIUS”) 6. Peserta didik membersihkan dan membereskan



kelas



(PPK-



Penguatan Pendidikan Karakter “CINTA LINGKUNGAN”)



Pertemuan 4 (𝟐 × 𝟒𝟎 menit) Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



Pendahuluan



1. Guru



mengucapkan



salam



dan 10 menit



mengecek kehadiran peserta didik (PPK-Penguatan Karakter



Pendidikan



“SOPAN”



dan



“DISIPLIN”) 2. Peserta didik merespon salam tanda syukur pada anugerah Tuhan dan saling mendoakan (PPK-Penguatan Pendidikan



Karakter



“RELIGIUS”) 3. Guru memeriksa kesiapan ruang kelas, yaitu dengan meminta peserta didik untuk mengecek kebersihan tempat duduk masing-masing (PPKPenguatan Pendidikan Karakter “CINTA LINGKUNGAN”)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 273



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



4. Guru memeriksa kesiapan peserta didik untuk belajar, yaitu dengan meminta



peserta



meletakkan



didik



buku



untuk pelajaran



matematika



dan



menyiapkan



perlengkapan



alat



tulis



yang



diperlukan, serta meminta peserta didik



untuk



menyimpan



perlengkapan yang tidak dibutuhkan dalam pembelajaran 5. Guru meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa (PPKPenguatan Pendidikan Karakter “RELIGIUS”) 6. Guru



menjelaskan



materi-materi



pembelajaran yang akan dipelajari secara garis besar, yaitu terkait dengan operasi pembagian bentuk aljabar 7. Guru menggali komitmen peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran 8. Guru memberikan apersepsi terkait dengan: a. Guru



memberikan



kompetensi,



materi,



manfaat,



dan



informasi tujuan, langkah



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 274



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



pembelajaran



yang



akan



dilaksanakan b. Peserta



didik



menerima



informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran



yang



akan



dilaksanakan c. Menyepakati kegiatan yang akan dilakukan



(PPK-Penguatan



Pendidikan



Karakter



“Menanamkan



sikap



bertanggung jawab atas apa yang menjadi kesempatan”) Inti



Mengamati



60 menit



1) Peserta didik membaca mengenai materi



yang



berkaitan



(literasi



media) 2) Peserta



didik



diberikan



materi



beserta



tugas



mengenai



operasi



pembagian bentuk aljabar (LKPD 4) 3) Peserta didik mencermati materi yang



telah



komunikasi



diberikan



(literasi



“kompetensi



memahami/mendengarkan”) 4) Beserta guru, maka peserta didik bersama-sama menyelesaikan lembar kerja tersebut (LKPD 4)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 275



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



Menanya 1) Peserta didik bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan dan materi yang belum dipahami 2) Peserta didik mencatat materi yang diberikan (literasi



komunikasi



“Menulis penjelasan guru”)



Mencoba dan Mengasosiasi 1) Setelah peserta didik memahami materi yang dijelaskan maka guru memberikan



beberapa



tugas



mengenai operasi pembagian bentuk aljabar (LKPD 4) 2) Peserta didik berdiskusi dengan temannya dalam menyelesaikan soal yang



diberikan



(4C-



COMMUNICATION



“Peserta



didik



dapat



menciptakan,



memahami,



dan



saling



berkomunikasi



dengan



teman-



temannya dalam menyampaikan pendapat/gagasan”, COLLABORATIVE



“Peserta



didik menunjukkan kerjasama, kepemimpinan,



beradaptasi,



menghormati atas perspektif yang berbeda untuk mencapai tujuan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 276



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



bagi diri sendiri dan orang lain “, CRITICAL THINKING “Peserta didik memiliki kemampuan untuk menyusun,



menalar,



mengungkapkan,



menganalisa,



dan menyelesaikan masalah secara mandiri atas pilihan yang sulit dan rumit”, CREATIVITY “Peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan



menyampaikan



gagasan-



gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda”) 3) Guru menilai sikap peserta didik dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan



Mengkomunikasikan 1) Peserta



didik



penyelesaian



tugas



menuliskan yang



telah



diberikan dalam bentuk presentasi di kelas,



kemudian



peserta



mendiskusikan/melakukan



didik tanya



jawab mengenai penyelesaian yang telah dikerjakan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 277



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



Penutup



1. Peserta didik beserta guru melakukan 10 menit evaluasi pembelajaran 2. Guru



memberikan



umpan



balik



terhadap evaluasi pembelajaran yang telah dicapai 3. Guru menyimpulkan kembali materi pembelajaran. 4. Guru memberikan sumber belajar yang dapat dipelajari 5. Siswa beserta guru mengakhiri KBM dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan



(PPK-Penguatan



Pendidikan



Karakter



“RELIGIUS”) 6. Peserta didik membersihkan dan membereskan



kelas



(PPK-



Penguatan Pendidikan Karakter “CINTA LINGKUNGAN”)



Pertemuan 5 (𝟐 × 𝟒𝟎 menit) Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



Pendahuluan



1. Guru mengucapkan salam dan mengecek 10 kehadiran peserta didik (PPK-Penguatan Pendidikan Karakter “SOPAN” dan “DISIPLIN”)



menit



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 278



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



2. Peserta didik merespon salam tanda syukur pada anugerah Tuhan dan saling mendoakan



(PPK-Penguatan



Pendidikan Karakter “RELIGIUS”) 3. Guru memeriksa kesiapan ruang kelas, yaitu dengan meminta peserta didik untuk mengecek



kebersihan



masing-masing Pendidikan



tempat



duduk



(PPK-Penguatan Karakter



“CINTA



LINGKUNGAN”) 4. Guru memeriksa kesiapan peserta didik untuk mengikuti penilaian materi bentuk aljabar 5. Guru meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa (PPK-Penguatan Pendidikan Karakter “RELIGIUS”) 6. Guru mereview materi mengenai unsurunsur bentuk aljabar, operasi penjumlahan bentuk



aljabar,



operasi



pengurangan



bentuk aljabar Inti



Pada kegiatan inti, maka guru mempersilakan 60 peserta didik untuk mempersiapkan dirinya sebelum memulai mengerjakan soal-soal yang akan digunakan sebagai penilaian pada materi bentuk aljabar. Selain itu, guru juga menjelaskan waktu yang diberikan kepada peserta didik dalam mengerjakan soal tersebut.



menit



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 279



Kegiatan



Deskripsi Kegiatan



Alokasi Waktu



Penutup



1. Guru memberitahukan bahwa waktu telah 10 selesai



dan



peserta



didik



dapat



mengumpulkan berkas soal dan jawaban dari peserta didik 2. Peserta didik beserta guru mengakhiri KBM



dengan



kepada



mengucapkan



Tuhan



syukur



(PPK-Penguatan



Pendidikan Karakter “RELIGIUS”) 3. Peserta



didik



membereskan Pendidikan



membersihkan kelas



(PPK-Penguatan



Karakter



“CINTA



LINGKUNGAN”)



J.



Penilaian Hasil Belajar, Remedial, dan Pengayaan Aspek



Teknik Penilaian



Sikap



Observasi



Pengetahuan



Bentuk/Instrumen



selama Catatan dalam jurnal



KBM



guru



Penugasan:



Rubrik penilaian tugas



Tugas mandiri dan individu dan kelompok kelompok (LKPD) Keterampilan



Unjuk Kerja: Presentasi



Rubrik hasil presentasi



kerja individu



Pembelajaran Remedial Kegiatan pembelajaran remedial antara lain dalam bentuk 1) Pembelajaran ulang 2) Bimbingan perorangan



dan



penilaian



menit



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 280



3) Belajar kelompok 4) Penempatan tutor sebaya



Pembelajaran Pengayaan Berdasarkan hasil analisis penilaian peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan dan/atau pendalaman materi antara lain dalam bentuk tugas mengerjakan soalsoal dengan tingkat kesulitan lebih tinggi yang dikaji dari buku-buku referensi. Pangkalpinang, .... Oktober 2019 Mengetahui, Guru Matematika



Peneliti



.................................



Fransiskus Ivan Gunawan



NIK



NIM 181442001



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 281



LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 1 A. Materi Pembelajaran 1. Unsur-unsur bentuk aljabar Mari kita berlatih dengan beberapa pernyataan di bawah ini Tuliskan kalimat-kalimat berikut ini ke dalam bentuk kalimat matematika. a. Dina membeli 2 lembar selendang kecil (P.190cm, L.56cm) dengan kualitas II (dua helai benang), di mana bahan bakunya sutra tanpa campuran seharga Rp 6.000.000,00



b. Veny membeli 2 buah selendang kecil dengan bahan kain cual (dua helai benang) dan 2 buah selendang besar dengan bahan kain cual (dua helai benang) seharga Rp 21.000.000,00



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 282



c. Heri membeli 10 selendang kecil (P.190cm, L.56cm) dengan kualitas I (sehelai benang) seharga Rp 60.000.000,00 d. Harmawan membeli 3 selendang kecil kualitas II dan 2 selendang kecil kualitas I. Kemudian ia mendapatkan kembalian sebesar Rp 4.000.000,00 setelah membayar Rp 25.000.000,00 Mari kerjakan dan diskusikan soal tersebut dengan kelompok masingmasing (waktu untuk mengerjakan selama 10 menit) Lembar Jawaban



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 283



Kemudian bagaimana jika kita membuat pemisalan sebagai berikut:



dimisalkan sebagai harga 1 lembar selendang kecil



Kemudian jika saya memisalkan seperti gambar di atas, maka gambar berikut ini akan menjadi kalimat seperti apa: seharga Rp 6.000.000,00



Mari diskusikan pertanyaan tersebut dalam kelompok masing-masing (waktu untuk berdiskusi selama 10 menit) kemudian berikan jawaban dalam lembar jawaban di bawah ini.



Kemudian apakah kita perlu memberikan tanda operasi di antara tulisan harga 1 lembar selendang kecil? Jika kita perlu menuliskan tanda operasi tersebut, maka tanda operasi apakah yang harus kita berikan? Tuliskan jawaban pada lembar jawaban berikut ini.



Kemudian apakah kita boleh mengganti harga 1 lembar selendang kecil tersebut dengan simbol a? Mengapa demikian? Tuliskan jawaban pada lembar jawaban berikut ini.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 284



Kemudian setelah kita mengganti kata-kata harga 1 lembar selendang kecil dengan simbol a, maka apa yang dapat kita peroleh? (jika sebelumnya kita diperbolehkan mengganti kata-kata harga 1 lembar selendang kecil dengan simbol a). Tuliskan jawaban kalian pada lembar jawaban berikut ini.



Kemudian dari jawaban di atas, maka dapatkah kita menyederhanakan jawaban tersebut. Tuliskan jawaban dari penyederhanaan tersebut dalam lembar jawaban di bawah ini.



Kemudian, kerjakan untuk soal bagian b, c, dan d dalam lembar jawaban berikut ini. (waktu yang diberikan selama 20 menit)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 285



Mari kita cermati penjelasan di bawah ini Dari latihan di atas, misalnya kita memperoleh bentuk 2a = 6.000.000, maka kalimat tersebut merupakan persamaan aljabar atau persamaan. Dalam persamaan aljabar tersebut terdiri dari dua ruas, yaitu ruas sebelah kiri dan ruas sebelah kanan. Dalam tiap ruas dalam persamaan tersebut memuat sesuatu yang disebut sebagai bentuk aljabar. Pada persamaan tersebut, terdapat notasi 2a yang menyatakan harga 2 lembar selendang kecil, kemudian di dalam matematika disebut sebagai suku. Notasi a dalam suku 2a menyatakan harga 1 lembar selendang kecil. Dalam matematika, maka notasi a disebut sebagai variabel, karena notasi a merepresentasikan suatu bilangan yang belum diketahui dari suatu kumpulan bilangan yang diberikan. Kemudian dari notasi 2a tersebut, maka bilangan 2 disebut sebagai koefisien dari variabel a. Dalam bentuk aljabar 2a = 6.000.000, terdapat bilangan 6.000.000 yang merepresentasikan harga 2 lembar selendang kecil. Dalam matematika, maka bilangan 6.000.000 disebut sebagai konstanta, karena bilangan 6.000.000 menunjuk pada suatu bilangan tertentu.



B. Latihan Soal Kerjakan latihan soal di bawah ini secara mandiri. 1. Ana membeli 5 baju jadi dengan bahan kain cual seharga Rp 1.500.000,00. Tuliskan dalam bentuk aljabar pernyataan tersebut. 2. Devi membeli 2 buah selendang besar dari kain cual (sehelai benang) dan 4 buah selendang besar dari kain cual (dua helai benang) seharga Rp 62.000.000,00. Tuliskan dalam bentuk aljabar pernyataan tersebut. 3. Diko membeli 3 selendang besar dari kain cual (dua helai benang) dan 3 selendang kecil dari kain cual (dua helai benang). Kemudian ia memperoleh kembalian sebanyak Rp 2.000.00,00 setelah ia membayar Rp 35.000.000,00. Tuliskan dalam bentuk aljabar pernyataan tersebut.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 286



LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2 A. Materi Pembelajaran 1. Operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar Novi membeli 2 bungkus benang sutra dan 4 buah pewarna untuk memproduksi kain cual seharga Rp 600.000,00. Keesokan harinya membeli lagi 4 bungkus benang sutra dan 6 buah pewarna dengan model sama dengan sebelumnya seharga Rp 1.100.000,00. Dari benang sutra dan pewarna yang telah dibeli ternyata terdapat 1 bungkus benang sutra dan 5 buah pewarna yang tidak layak digunakan, sehingga dikembalikan kepada tokonya dan memperoleh pengembalian uang sebesar Rp 450.000,00. a. Buatlah ilustrasi dengan didasarkan cerita di atas! b. Tulislah persamaan dari barang-barang yang dibeli serta uang yang dikeluarkan oleh Novi di hari pertama! c. Tulislah persamaan dari barang-barang yang dibeli serta uang yang dikeluarkan oleh Novi di hari kedua! d. Tulislah persamaan dari barang-barang yang dikembalikan oleh Novi ke toko tersebut, serta uang pengembalian yang diperoleh Novi! e. Tulislah persamaan yang diperoleh dari cerita Novi tersebut! Kerjakan soal di atas pada lembar jawaban di bawah ini. Soal tersebut dapat dikerjakan dengan memisalkan terlebih dahulu barang-barang yang dibeli Novi, kemudian baru membuatnya dalam bentuk aljabar yang dimaksudkan.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 287



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 288



B. Latihan Soal Kerjakan soal operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar di bawah ini secara mandiri. Buatlah langkah penyelesaiannya dengan runtut dan jelas. 1. 12𝑏 + 8 − 6𝑏 + 16 2. Jika 24𝑎 + 10𝑏 − 8𝑐 − 18 dikurangkan dengan 18𝑎 − 14𝑏 − 24𝑐 − 24, maka hasil yang diperoleh adalah... 3. 12𝑒 + 30𝑓 − 20𝑒 + 14 − 28𝑓 − 28



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 289



LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 3 A. Materi Pembelajaran 1. Operasi perkalian bentuk aljabar Dalam suatu proses produksi kain cual Bangka Belitung, maka dapat dihasilkan berbagai macam produk dengan harga yang berbeda-beda dari kain tenun cual tergantung pada kualitasnya (kualitas I maupun kualitas II), serta dari hasil produksi yang dihasilkan (selendang kecil maupun selendang besar). Di sini diketahui bahwa suatu produk kain tenun cual diproduksi dengan ukuran panjang (4𝑥 + 1)𝑐𝑚 dan lebar (3𝑦 + 2)𝑐𝑚. Tentukanlah luas dari produk kain tenun cual tersebut! Selain itu, diproduksi juga suatu kain tenun cual dengan ukuran panjang (4𝑥 + 2)𝑐𝑚 dan lebar (3𝑦 + 2)𝑐𝑚. Tentukanlah luas dari produk kain tenun cual tersebut!



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 290



B. Latihan Soal 1. Sebuah persegi panjang mempunyai panjang 2 kali dari lebarnya. Jika keliling persegi panjang tersebut 66 cm. Luas persegi panjang tersebut adalah... 2. Bentuk sederhana dari 4(2𝑥 − 5𝑦) − 5(𝑥 + 3𝑦) adalah... 3. Bentuk sederhana dari 2(𝑥 2 − 2𝑥) − 3(1 − 2𝑥) adalah... 4. Tentukan hasil kali antara (2𝑚2 + 3𝑚𝑛) dan −7𝑛 adalah... 5. Hasil kali (5𝑥 − 2) dan (3𝑥 + 1) adalah...



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 291



LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 4 A. Materi Pembelajaran 1. Operasi pembagian bentuk aljabar Dari cerita Novi pada LKPD 2 kita memperoleh bentuk aljabar 5𝑠 + 5𝑝 = 1.250.000. Selanjutnya, hitunglah harga dari 1 bungkus benang sutra dan harga dari 1 buah pewarna yang dibeli oleh Novi. Tulislah langkah pengerjaannya dalam lembar jawaban berikut ini. Buatlah proses pemisalan apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 292



B. Latihan Soal 1. Tentukan hasil dari 6𝑎𝑏: 8𝑏 2. Tentukan hasil dari 20𝑥 3 𝑦 4 : (30𝑥 2 𝑦 2 : 2𝑦) 3. Tentukan hasil dari (12𝑚3 𝑛3 + 16𝑚4 𝑛5 ): 4𝑚𝑛 4. Tentukan hasil dari 20𝑎5 : 4𝑎2 5. Tentukan hasil dari 36𝑥 6 𝑦 4 𝑧 3 : 4𝑥 3 𝑦 3 𝑧 6. Tentukan hasil dari bentuk aljabar berikut: −5𝑥 2 3𝑥 2 −15𝑥 2 + − 2 4 8 7. Tentukan hasil dari 𝑥 3 − 7𝑥 − 6 ÷ 𝑥 − 3



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 293



TES PENILAIAN Nama: Kelas: Hari/Tanggal: 1. Tentukan suku-suku yang sejenis pada bentuk aljabar berikut! a. 9𝑘 + 8𝑚 − 4𝑘𝑚 − 15𝑘 + 7𝑘𝑚 b. 7𝑝2 − 8𝑝2 𝑞 − 11𝑝2 + 𝑝2 𝑞 + 12𝑝𝑞 2



2. Sederhanakanlah bentuk-bentuk aljabar berikut! a. 4𝑏 + 2𝑏 b. 7𝑚 + 2𝑚 + 4𝑚 c. 4(3𝑥 2 + 2𝑥) − 15𝑥 2 3. Gambar di bawah menunjukkan sebuah persegi dengan panjang sisi 2𝑛 cm. Tentukan keliling persegi tersebut dinyatakan dalam 𝑛!



4. Sebuah lahan berbentuk persegi panjang dengan panjang (2𝑥 − 3) meter, dan lebar (𝑥 + 6) meter. Sekeliling lahan tersebut dibuat jalan selebar 2 meter. Hitunglah luas lahan yang tersisa!



5. Diketahui jarak yang ditempuh oleh sebuah mobil 102 km dan kecepatannya 68 km/jam. Hitunglah waktu yang digunakan untuk menempuh jarak tersebut! (Jika hubungan jarak yang ditempuh (s), waktu (t) dan kecepatan (𝑣) dinyatakan dengan rumus 𝑠 = 𝑣 × 𝑡)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 294



6. Sebuah roket diluncurkan dari suatu tempat dan mencapai ketinggian ℎ meter setelah 𝑡 detik. Jika ketinggian roket dirumuskan dengan ℎ = 5𝑡 2 − 2𝑡, tentukan tinggi roket setelah 6 detik diluncurkan!



7. Sebuah truk mengangkut 𝑥 ton beras dan (2𝑥 − 2) ton kacang sehingga berat muatan seluruhnya adalah 𝐵 ton. a. Nyatakan 𝐵 dalam 𝑥, kemudian sederhanakanlah! b. Jika 𝑥 = 3, hitunglah nilai 𝐵!



8. Panjang sisi suatu segitiga merupakan tiga bilangan bulat berurutan. Apabila keliling segitiga tersebut adalah 171 cm, maka berapakah panjang sisi terpanjang dari segitiga tersebut?



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 295



LEMBAR REFLEKSI I



Nama: Kelas: Materi: Unsur-unsur Bentuk Aljabar Hari/Tanggal:



1. Bagaimana perasaan Anda dalam mempelajari materi pada hari ini?



2. Apakah ada kesulitan yang dirasakan oleh Anda dalam mempelajari materi pada hari ini? (Jika ada, tuliskan materi yang dirasakan sulit dan menjadi kendala bagi Anda)



3. Apakah teman satu kelompokmu belajar dengan baik? (Jika ada yang tidak belajar dengan baik, tuliskan namanya)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 296



LEMBAR REFLEKSI II



Nama: Kelas: Materi: Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar Hari/Tanggal:



1. Bagaimana perasaan Anda dalam mempelajari materi pada hari ini?



2. Apakah ada kesulitan yang dirasakan oleh Anda dalam mempelajari materi pada hari ini? (Jika ada, tuliskan materi yang dirasakan sulit dan menjadi kendala bagi Anda)



3. Apakah teman satu kelompokmu belajar dengan baik? (Jika ada yang tidak belajar dengan baik, tuliskan namanya)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 297



LEMBAR REFLEKSI III



Nama: Kelas: Materi: Operasi Perkalian Bentuk Aljabar Hari/Tanggal:



1. Bagaimana perasaan Anda dalam mempelajari materi pada hari ini?



2. Apakah ada kesulitan yang dirasakan oleh Anda dalam mempelajari materi pada hari ini? (Jika ada, tuliskan materi yang dirasakan sulit dan menjadi kendala bagi Anda)



3. Apakah teman satu kelompokmu belajar dengan baik? (Jika ada yang tidak belajar dengan baik, tuliskan namanya)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 298



LEMBAR REFLEKSI IV



Nama: Kelas: Materi: Operasi Pembagian Bentuk Aljabar Hari/Tanggal:



1. Bagaimana perasaan Anda dalam mempelajari materi pada hari ini?



2. Apakah ada kesulitan yang dirasakan oleh Anda dalam mempelajari materi pada hari ini? (Jika ada, tuliskan materi yang dirasakan sulit dan menjadi kendala bagi Anda)



3. Apakah teman satu kelompokmu belajar dengan baik? (Jika ada yang tidak belajar dengan baik, tuliskan namanya)



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 299



BAB IV PENUTUP



Paket pembelajaran ini pada dasarnya disusun untuk membantu peserta didik dalam mengeksplorasi matematika melalui kebudayaan kain cual Bangka Belitung. Isi paket pembelajaran tersebut antara lain rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang disesuaikan dengan kain cual Bangka Belitung. Melalui paket pembelajaran yang sederhana ini, maka diharapkan peserta didik dapat mengenal setidaknya budaya kain cual yang berkembang di Bangka Belitung. Melalui pembelajaran yang berbasiskan pada etnomatematika, pada dasarnya untuk membantu proses konstruksi konsep matematika yang berkembang pada kain cual Bangka Belitung tersebut agar peserta didik diharapkan pula untuk materi pembelajaran yang lainnya dapat mencoba mengkaitkannya dengan kebudayaan yang berkembang di daerahnya.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 300



Lampiran 7. Hasil Validasi Paket Pembelajaran 1. Hasil Validasi 1 Paket Pembelajaran



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 301



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 302



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 303



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 304



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 305



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 306



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 307



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 308



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 309



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 310



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 311



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 312



2. Hasil Validasi 2 Paket Pembelajaran



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 313



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 314



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 315



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 316



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 317



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 318



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 319



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 320



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 321



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 322



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 323



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 324



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 325



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 326



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 327



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 328



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 329



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 330



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 331



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 332



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 333



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 334



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 335



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 336



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 337



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 338



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 339



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 340



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 341



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 342



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 343



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 344



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 345



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 346



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 347



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 348



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 349



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 350



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 351



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 352



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 353



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 354



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 355



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 356



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 357



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 358



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 359



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



Hasil validasi instrumen komponen pembelajaran berbasis etnomatematika Skor No



Indikator



Pak A



Pak S



Pak B



Bu L



Total Skor



Range Kevalidan



Langkah-langkah proses pembelajaran



1



Ketercakupan langkah-langkah pembelajaran dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



4



5



5



4



18



4.5



2



Kesinambungan langkah-langkah pembelajaran dalam rangkaian kegiatan proses pembelajarany



4



5



5



4



18s



4.5



360



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



Skor No



3



Indikator



Potensi keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



Total Skor



Range Kevalidan



Pak A



Pak S



Pak B



Bu L



5



4



5



4



18



4.5



Kontekstual



1



Ketercakupan sistem di kehidupan nyata dalam rangkaian kegiatan pembelajaran



5



4



5



4



18



4.5



2



Potensi terciptanya sistem sosial dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



5



5



5



4



19



4.75



361



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



Skor No



Indikator



3



Potensi keterlaksanaan sistem sosial dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



Total Skor



Range Kevalidan



Pak A



Pak S



Pak B



Bu L



5



5



5



4



19



4.75



Potensi Umpan Balik



1



Ketercakupan prinsip reaksi dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



4



5



5



4



18



4.5



2



Potensi keterlaksanaan prinsip reaksi dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



4



5



5



4



18



4.5



362



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



Skor No



Indikator



Pak A



Pak S



Pak B



Bu L



Total Skor



Range Kevalidan



Dampak Instruksional dan Pengiring



1



Ketercakupan dampak instruksional dan pengiring dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



5



5



5



4



19



4.75



2



Potensi ketercapaian dampak instruksional dan pengiring dalam rangkaian kegiatan proses pembelajaran



5



4



5



4



18



4.5



363



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



Hasil validasi instrumen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis etnomatematika Skor No



Indikator



Pak A



Pak S



Pak B



Bu L



Total Skor



Range Kevalidan



Rumusan Indikator



1



Kesesuaian indikator dengan kompetensi dasar



4



5



5



5



19



4.75



2



Keterwakilan kompetensi dasar



4



5



5



5



19



4.75



364



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



Skor No



Indikator



Pak A



Pak S



Pak B



Bu L



Total Skor



Range Kevalidan



4



5



5



17



4.25



4



5



5



17



4.25



Rumusan Indikator



3



Penggunaan kata kerja operasional yang dapat diukur



3



Rumusan Tujuan Pembelajaran



1



Rumusan tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil



3



365



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



Skor No



Indikator



Pak A



Pak S



Pak B



Bu L



Total Skor



Range Kevalidan



5



5



5



19



4.75



4



5



5



18



4.5



Rumusan Indikator



2



Kesesuaian rumusan tujuan pembelajaran dengan kompetensi dasar



4



Alokasi Waktu



1



Kesesuaian alokasi waktu dengan pencapaian tujuan pembelajaran



4



Kesesuaian dengan Pendekatan Etnomatematika



366



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



Skor No



Indikator



Pak A



Pak S



Pak B



Bu L



Total Skor



Range Kevalidan



Rumusan Indikator



1



Orientasi masalah



4



4



5



5



18



4.5



2



Referensi peserta didik untuk belajar



4



4



5



5



18



4.5



367



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



Hasil validasi instrumen lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis etnomatematika Skor No



Indikator



Pak A



Pak S



Pak B



Bu L



Total Skor



Range Kevalidan



Kesesuaian Isi



1



Cakupan Materi



4



5



5



5



19



4.75



2



Sesuai dengan tujuan pembelajaran



4



4



5



5



18



4.5



5



4



18



4.5



5



5



19



4.75



Kesesuaian dengan Pendekatan Etnomatematika 1



Memiliki keterkaitan dengan budaya kain cual Bangka Belitung



4



5



Kesesuaian dengan Syarat Konstruksi



1



Penggunaan bahasa sesuai pedoman umum ejaan bahasa Indonesia (PUEBI)



4



5



368



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



Skor No



Indikator



Pak A



Pak S



Pak B



Bu L



Total Skor



Range Kevalidan



Kesesuaian Isi



2



Penggunaan bahasa komunikatif yang sesuai dengan tingkat berpikir dan kemampuan membaca peserta didik



5



5



5



5



20



5



3



Penggunaan struktur kalimat sederhana yang disesuaikan dengan tingkat berpikir dan kemampuan membaca peserta didik



5



5



4



5



19



4.75



4



Penggunaan petunjuk jelas, sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda



5



4



4



5



18



4.5



369