GBI-Kebanksentralan EKO4402 - Kuliah 9 SSK Dan Kebijakan Makroprudensial [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KULIAH 9 Tahun Akademik 2021-2022



STABILITAS SISTEM KEUANGAN & KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL Kebanksentralan – EKO 4402 Perry Warjiyo, PhD FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS - UNIVERSITAS GADJAH MADA



STABILITAS SISTEM KEUANGAN & KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL



Dimensi Konseptual Stabilitas Sitem Keuangan Prosiklisitas Keuangan, Interkoneksi & Jejaring Keuangan Kebijakan Makroprudensial



Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



2



Lessons Krisis Global: Waspadai Risiko Sistem Keuangan (SSK) Bank Sentral tidak boleh hanya fokus pada stabilitas harga. Dinamika prosiklisitas keuangan dan akumulasi risiko sistemik pada waktu ekonomi ‘boom’ sangat penting diwaspadai untuk pencegahan krisis finansial.



1 2



Kesehatan individual lembaga keuangan ‘necessary but not sufficient’ untuk SSK. Perlu mendalami keterkaitan makro-finansial pada prosiklisitas keuangan dan akumulasi risiko sistemik.



Prosiklisitas keuangan pada ekonomi ‘boom’ sbg ancaman utama SSK dan penyebab krisis: – Faktor prosiklisitas: akselerasi keuangan (Bernanke, Gettler & Gilchrist, 1999; Kiyotaki dan Moore, 1997), deregulasi dan inovasi keuangan, perhitungan modal bank dan akuntansi, serta herding behavior. – Siklus keuangan terbukti mempercepat siklus ekonomi (Claessens, et.al, 2011), serta mendahului dan akumulasi risiko sistemik penyebab krisis (Claessens and Kose, 2013; Reinhart and Rogoff, 2009), – Empat prosiklisitas yg bahaya & perlu diwaspadai: housing bubles, credit booms, external debts, volatile capital flows (Jorda, et.al., 2011, 2014; Calvo & Reinhart, 2000).



3 4



Pengendalian ekonomi domestik & antisipasi gejolak dr LN penting untuk mendukung terjaganya SSK.



5



Percepatan dan pewabahan ‘contagion’ melalui herding behaviour dan informasi:



Kegagalan SSK dapat berasal dr ketidakseimbangan makroekonomi & dampak rambatan (spillover) gejolak perekonomian global.



Penyebaran risiko sistemik melalui interkoneksi dan jejaring keuangan: – Diversifikasi portfolio melebihi threshold tertentu meningkatkan risiko sistemik karena interkoneksi (Allen, et. al., 2010; Acemoglu, et.al., 2015). Lending standard juga berfluktuasi (Rajan, 1994), – Krisis nilai tukar krn sudden stop pembalikan modal asing menyebar melalui interkoneksi di pasar valas shg market freeze (Calvo & Reinhart, 200). Juga, bank runs menyebar ke bank contagion karena interkoneksi di pasar uang antar bank (Freixas, et. al., 2000; Morris & Shin, 2004). – –



Perilaku latah krn ‘follow the leader’ dan remunerasi berdasar keuntungan (Bikhchandani and Sharma, 2001). Pewabahan informasi krn perilaku latah dan mis-informasi (Acharya and Yorulmazer, 2003) Krisis sub-prime mortgage di AS yang mewabah menyebabkan ‘fire sales’ dan ‘credit squeeze’ di seluruh sistem keuangan (Diamond dan Rajan, 2010), dan kemudian mewabah ke Eropa dan seluruh dunia.



Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



3



SSK: Mencegah Ketidakseimbangan Makro-Finansial Stabilitas Sistem Keuangan adalah kondisi sistem keuangan yang berfungsi secara efektif dan efisien, serta mampu bertahan dari gejolak dari dalam dan luar negeri; sehingga mampu berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian…



SASARAN & KEBIJAKAN MAKROEKONOMI: • Target: Pertumbuhan & Stabilitas Makroekonomi (inflasi, defisit transaksi berjalan, dll). • Kebijakan: Moneter, Fiskal, Reformasi Struktural



SASARAN & KEBIJAKAN MIKROPRUDENSIAL: • Target :Kesehatan individual lembaga keuangan • Kebijakan : Pengaturan & Pengawasan Mikroprudensial



Dimensi baru sejak krisis global



MACRO-FINANCIAL LINKAGES SISTEM KEUANGAN: • Lembaga Keuangan (Bank & NonBank) • Pasar Keuangan • Infrastruktur Keuangan



• • • •



FUNGSI EKONOMI: Intermediasi Transmisi moneter Distribusi risiko Jasa Keuangan (domestik & global)



SASARAN & KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL: • Target: Keseimbangan makrofinansial dan risiko sistemik dari stabilitas sistem keuangan • Kebijakan: Pengaturan & Pengawasan Makroprudensial



SASARAN & KEBIJAKAN EKTERNAL: • Target :Stabilitas makro-eksternal & ketahanan thd global spillovers. • Kebijakan: Nilai Tukar, Manajemen Modal Asing, Kecukupan cadangan devisa



Protokol Pencegahan dan Penanganan Krisis



Sumber: Warjiyo & Juhro (2016, p.600) Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



4



Pelajaran Krisis Global: Perlunya Bauran Kebijakan Krisis global semakin menegaskan perlunya menjaga SSK melalui integrasi kebijakan makroekonomi, kebijakan mikroprudensial, dan kebijakan makroprudensial... • Kebijakan makroekonomi (fiskal/moneter/eksternal): menjaga stabilitas makroekonomi (inflasi, defisit CA, dan defisit fiskal) dan mendukung pertumbuhan. Agar tidak terjadi shocks thd SSK. • Kebijakan (pengaturan dan pengawasan) mikroprudensial: menjaga kesehatan individual lembaga keuangan, baik bank maupun non-bank. Necessary (but not sufficient) for financial system stability. • Kebijakan (pengaturan dan pengawasan) makroprudensial: menjaga SSK dari sisi perspektif makro (macrofinancial linkages) dan risiko sistemik.



Sebelum Krisis Global



Perry Warjiyo, PhD



Paska Krisis Global



Kebanksentralan – EKO 4402



5



Paradigma Baru Bank Sentral Pasca Krisis Global Reformasi peran & kebijakan bank sentral sejak krisis global: Di samping kebijakan moneter untuk stabilitas harga & nilai tukar, perlu tambahan mandat dlm stabilitas sistem keuangan, tugas kebijakan makroprudensial, & penguatan manajemen aliran modal asing...



▪ Stabilitas moneter dan SSK saling komplementer. Selain mencapai stabilitas harga, bank sentral perlu mendukung stabilitas sistem keuangan (SSK). Tanpa mempertimbangkan SSK, kebijakan moneter dapat menimbulkan instabilitas sistem keuangan dan ekonomi, ‘Stability is destabilizing’. Terjaganya SSK memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter. Contoh di AS, Great Moderation menimbulkan: house price bubbles, credit booms, excessive risk taking and leverages. Demikian pula di Asia sebelum krisis 1997/98.



Kebijakan Moneter



Manajemen Aliran Modal Asing



Mandat Stabilitas Moneter dan SSK



Kebijakan Makroprudensial



▪ Perlu kebijakan makroprudensial. Kebijakan moneter umumnya kurang mempertimbangkan prosiklisitas keuangan dan risiko sistemik, tidak ‘leaning against the winds’ untuk mendukung SSK. Demikian pula pengaturan dan pengawasan mikroprudensial fokus pada kesehatan lembaga keuangan, tidak akan mampu mempertimbangkan ‘macro-financial linkages’. Perlu kebijakan makroprudensial untuk pengaturan dan pengawasan sistem keuangan dari perspektif makro dan fokus pada risiko sistemik untuk mendukung SSK. ▪ Perlu manajemen aliran modal asing, mengingat volatilitas aliran modal asing semakin tinggi sejak krisis global & mengancam stabilitas moneter dan SSK di banyak negara EMEs: (i) risiko makroekonomi dg pertumbuhan kredit yang tinggi, ketidakseimbangan neraca pembayaran dan volatilitas nilai tukar, (ii) ketidakstabilan sistem keuangan karena risiko nilai tukar dan maturitas, serta volatilitas harga aset, serta (iii) risiko pembalikan modal asing dan sudden stops. Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



6



Tujuan dan Tugas Bank Indonesia Pasca GFC dan Berdirinya OJK • Pasca krisis keuangan global, kebijakan bank sentral perlu memperhitungkan keterkaitan yang semakin kuat antara stabilitas moneter, SSK, dan sistem pembayaran. • Perlunya koordinasi/bauran kebijakan, termasuk koordinasi dengan otoritas lainnya.



Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



7



STABILITAS SISTEM KEUANGAN & KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL



Dimensi Konseptual Stabilitas Sitem Keuangan Prosiklisitas Keuangan, Interkoneksi & Jejaring Keuangan Kebijakan Makroprudensial



Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



8



Risiko Sistemik dan Stabilitas Sistem Keuangan



Shock



A



B



(Exogenous & Endogenous)



C



Vulnerabilities



Sistem Keuangan



Risiko Sistemik



Ketahanan Sistem Keuangan



No



Yes Stabilitas



Sistem Keuangan Fungsi Sistem Keuangan



Pertumbuhan Perekonomian



Perry Warjiyo, PhD



Instabilitas Sistem



A ➢



Shock (gejolak): peristiwa tertentu yang memicu (membarengi) terjadinya tekanan.



➢ B



Vulnerabilities (kerentanan): diasosiasikan dengan kondisi sistem keuangan yang dapat memperkuat (amplify) dan mempercepat penyebaran shock.



C ➢



Risiko Sistemik merupakan potensi terjadinya instabilitas sistem keuangan. Risiko ini meningkat sejalan dengan meningkatnya vulnerabilities dan termaterialisasi menjadi kerugian pada saat terjadi shock.



Keuangan



Gangguan Fungsi Sistem Keuangan



Gangguan Perekonomian



Kebanksentralan – EKO 4402



9



Prosiklisitas Sistem Keuangan: Dimensi Time Series Financial Stability Board (2009): istilah ‘prosiklisitas’ berkaitan dg: ‘the dynamic interactions (positive feedback mechanisms) between the financial & the real sectors of the economy. These mutually reinforcing interactions tend to amplify business cycle fluctuations and cause or exacerbate financial instability’. BIS(2009): Procyclicality refers to the tendency of financial variables to fluctuate around a trend during the economic cycle • Optimisme berlebihan • Kredit tumbuh tinggi • Harga asset naik • Leverage naik • Terjadi akumuasi risiko ▪ Pre-Asian crisis ▪ Pre-Global Crisis ▪ Pre-Taper Tantrum



1



Boom/Ekspansi



2



2



Materialisasi Risiko



3 Bust/Kontraksi



2 ▪ Post Asian crisis ▪ Post-Global Crisis ▪ Post-Taper Tantrum



3



• Pesimisme berlebihan • Kredit tumbuh rendah • Harga asset turun • Deleveraging • Risk averse



Perry Warjiyo, PhD



1



Fase Pemupukan (Build Up)



3



Pada fase ini muncul gejala overheating pada sistem keuangan, contoh: pertumbuhan kredit yang berlebihan, harga asset naik, dan leverga korporasi meningkat. Merupakan fase awal tekanan, al: ditandai dengan munculnya shock atau tekanan pada sistem keuangan, contoh: cap reversal



Amplifikasi dan Propagasi



Mrp fase meluasnya dampak tekanan, antara institusi keuangan, pasar keuangan, maupun dengan sektor lain, Hal ini disebabkan adanya interconnectedness dalam sistem keuangan



Kebanksentralan – EKO 4402



10



Bukti Empiris Prosiklisitas Prosiklisitas siklus keuangan mengakselerasi ‘boom’ dan ‘bust’ siklus ekonomi. Pada periode ekonomi meningkat, siklus keuangan cenderung meningkat lebih cepat daripada siklus ekonomi. Financial cycle memiliki durasi lebih panjang & amplitude lebih besar dibandingkan business cycle…



Global financial cycle memiliki hubungan yg erat dg business cycle (korelasi 0,6 berdasarkan 36 individual business cycle)…



The red line is the composite global financial factor (measured by a frequency-based (bandpass) filter capturing fluctuations over a period from five to 32 quarters and lagged by two quarters) while the blue lines are individual business cycles of 29 countries.



Sumber: Filardo et.al. (BIS, 2018): Measuring financial cycle time. Perry Warjiyo, PhD



Sumber: Aldasoro et.al. (BIS, 2020): Global & domestic financial cycles: variations on a theme. Kebanksentralan – EKO 4402



11



Prosiklisitas juga dipengaruhi risk-taking cycle Prosiklisitas merupakan interaksi antara business cycle, financial cycle, dan risk-taking cycle – yaitu perilaku yg ditandai oleh optimisme yg berlebihan ketika siklus ekonomi membaik, vice versa. Interaksi antara Business Cycle, Financial Cycle, dan Risk-taking Cycle



Expansionary Phase



Contractionary Phase



• •



• •



Business Cycle Macroeconomic stability • Stronger economic growth • •



Heightened macro volatility Less economic activity



• • •



Risk-Taking Behaviour Greater confidence and optimism More risk-taking behaviour Stronger demand for credit



Lower market confidence Risk averse Less demand for credit



• • • • • • • •



• •



Financial Cycle Lower risk assessment, narrower interest rate spread Rising asset prices raise value of collateral Leverage increases Influx of foreign capital More lending Bank deleveraging Larger loan loss provisions Broader interest rate spread Less lending Decline of foreign capital inflow



Sumber: Nijathaworn (2010), Warjiyo & Juhro (2016, p.609). Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



12



Interkoneksi dan Jejaring Keuangan: Dimensi Cross Section Percepatan & penyebaran kegagalan bank atau letupan makro-finansial menjadi krisis sistemik terjadi krn eratnya interkoneksi ‘interconnectedness’ & jejaring keuangan ‘financial networks’ di pasar & infrastruktur keuangan, di samping melalui penyebaran infomasi. • Interkoneksi keuangan menunjukkan suatu jejaring dari eksposur kredit, keterkaitan perdagangan dan hubungan transaksi lainnya, serta ketergantungan diantara pelaku keuangan (Allen and Babus, 2007; DTCC, 2015). • Dalam sistem keuangan, interkoneksi khususnya terjadi krn keterkaitan diantara: (i) lembaga keuangan, bank & non-bank; (ii) penyedia jasa infrastruktur keuangan; dan (iii) pemasok dan pihak ketiga yang mendukung lembaga keuangan. • Interkoneksi sangat penting krn menjadi sarana pewabahan ‘contagion’ yg dapat memperburuk ketidakstabilan sistem keuangan dan memicu terjadinya krisis sistemik (Allen and Gale, 2000). Pengaruh kegagalan suatu lembaga keuangan, misalnya bank, yang mempunyai interkoneksi besar akan menjalar secara cepat dan luas ke seluruh sistem keuangan. • Seberapa kuat interkoneksi melalui jejaring keuangan diantara lembaga keuangan itu menentukan seberapa jauh kegagalannya menimbulkan resiko sistemik pada sistem keuangan secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, jejaring keuangan dapat terjadi secara lengkap ‘complete’, tidak lengkap ‘incomplete’, atau terputus ‘disconnected’.



Jejaring Complete



Jejaring Incomplete



Jejaring Disconnected



Sumber: Warjiyo & Juhro (2016, p.619). Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



13



Bukti Empiris Interkoneksi Keuangan Menyadari pentingnya untuk mencegah risiko sistemik dalam sistem keuangan, pendekatan & studi empiris analisis interkoneksi & jejaring keuangan dikembangkan di sejumlah bank sentral & dunia akademis (ECB, 2010). • Sejumlah bank sentral, seperti Bank of England, Deusche Bundesbank, ECB, RB), menggunakankan model jejaring keuangan untuk menganalisis interkoneksi di pasar uang bank dalam asesmen resiko sistemik dalam sistem perbankan maupun dampaknya terhadap keseluruhan sistem keuangan. • Secara khusus, bank sentral menggunakan model jejaring keuangan untuk: (i) pemahaman visualisasi & pola hubungan & interaksi dari transaksi pinjam-meminjam antarbank yg umumnya tidak jelas diungkap dengan angka, (ii) asesmen risiko eksposur kredit, likuiditas, perilaku bank, & probablitas kepanikan yg mungkin timbul dr transaksi di pasar uang antar bank, & (iii) simulasi resiko sistemik yg mungkin terjadi dlm hal suatu bank mengalami kegagalan berdampak kepada bank lain & sistem keuangan scr keseluruhan, baik probabilitas, transmisi pewabahan, & kerugian yg timbul. Jejaring Perbankan Inggris



Jejaring Perbankan Global Node menggambarkan setiap bank di Inggris yg ukurannya menunjukkan nilai total eksposur suatu bank kepada bank lain & kepada lembaga keuangan nonbank di dalam jejaring sistem keuangan. Ketebalan garis link ditimbang scr proporsional dari eskposur kepada suatu bank pemberi pinjaman



Perry Warjiyo, PhD



Garis link menunjukan aliran modal yang diintermediasi oleh bank antar individual negara pada tahun 2007. Garis link yang tipis menunjukkan nilai aliran modal antara US$ 1 sd 5 miliar, yang sedang untuk nilai US$5-10 miliar, dan yang tebal untuk nilai di atas US$10 miliar



Kebanksentralan – EKO 4402



14



Interkoneksi Keuangan: Spillover and Contagion Risks Spillover risks dalam sistem keuangan akan semakin besar apabila sumber kegagalan adalah institusi keuangan dan non keuangan sistemik (termasuk konglomerasi) dan terdapat common risk factor dalam sistem keuangan yang bersifat struktural… Interkoneksi* Keterkaitan dalam sistem keuangan



Too Big To Fail Institution Institusi keuangan dan



non keuangan Sistemik



Sektor Keuangan Keterkaitan antar institusi keuangan



Keterkaitan dalam Infrastruktur Ps.keu



Keterkaitan dalam pasar keuangan



Common Sektor Non Keuangan



Korporasi



Risk Factor



termasuk Herding Behaviour dan



moving in the same direction



RT



* Keterkaitan dapat terjadi melalui jalur langsung (financial exposure) dan tidak langsung (persepsi pasar, psychological) termasuk common risk factor Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



15



STABILITAS SISTEM KEUANGAN & KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL



Dimensi Konseptual Stabilitas Sitem Keuangan Prosiklisitas Keuangan, Interkoneksi & Jejaring Keuangan Kebijakan Makroprudensial



Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



16



Konsep Makroprudensial: Focus on the forest, not just the tree Mikroprudensial



Mikroprudensial fokus pada kesehatan individu lembaga keuangan



Makroprudensial



Makroprudensial fokus pada upaya menjaga sistem keuangan secara keseluruhan, bukan hanya individu lembaga keuangan



“Keeping individual financial institutions sound is not enough. A broader approach is needed to safeguard the financial system”. Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



17



Definisi Kebijakan Makroprudensial Kebijakan Makroprudensial adalah kebijakan yang memiliki tujuan untuk membatasi peningkatan risiko sistemik melalui upaya mengurangi kerentanan dan peningkatan ketahanan dalam sistem keuangan…



Shock Global Dampak rambatan dari global & Volatilitas aliran modal Shock



Sistem Keuangan • Kegagalan Institusi Keuangan (faktor idiosinkratik : likuiditas, risiko kredit, operasional), dan • kegagalan Infrastruktur keuangan



Macrofinancial Linkages Finansial



Makroekonomi



Macrofinancial Imbalances



Time Varying: Pertumbuhan kredit yang berlebihan, harga aset, tingkat leverage korporasi dan RT



Kebijakan



Makroprudensial



Shocks



Makroekonomi



Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, BoP, Nilai Tukar, & Fiskal



Cross Section: common exposure, interconnectedness (Propagation), dan ketahanan institusi keuangan sistemik



Risiko Sistemik



Kebijakan



Makroprudensial



Kebijakan Makroprudensial dilaksanakan sebagai suatu bauran kebijakan bersama-sama kebijakan lain yang memiliki dampak pada stabilitas sistem keuangan Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



18



Kebijakan Makroprudensial: Sasaran Sasaran utama kebijakan makroprudensial (1) Mengelola prosiklisitas sistem keuangan karena keterkaitan macro-financial (time dimension), (2) Mitigasi risiko sistemik karena interkoneksi dan jejaring keuangan (cross-section dimension). Sasaran lain: Mendorong regulasi keuangan secara system-wide untuk insentif dan disinsentif para pelaku pasar (structural dimension)



CROSS-SECTION DIMENSION…



Bank A



TIME DIMENSION… Financial cycle



Upswing (“boom”)



Bank B



Systemic Risk



Bank D



Pro-cyclicality



Bank C



Economic cycle Downswing (“Burst”) Source: Warjiyo & Juhro (2019, p.436)



Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



19



Tiga Pilar Kebijakan Makroprudensial Memelihara Stabilitas Sistem Keuangan



Intermediasi yang Seimbang



Ketahanan Sistem Keuangan



Menjaga agar pertumbuhan kredit tidak eksesif dan memadai untuk pertumbuhan ekonomi



Menjaga agar secara struktural sistem keuangan kuat menghadapi shock



Inklusi Keuangan



Mendorong sistem keuangan yang inklusif



KOORDINASI ANTAR OTORITAS KEUANGAN Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



20



Instrumen Kebijakan Makroprudensial Instrumen Kebijakan Makroprudensial dapat dibedakan berdasarkan sasaran instrumen tersebut yakni untuk memitigasi risiko sistemik dengan menggunakan besaran permodalan, likuiditas, kredit, atau governance...



Cakupan



broad-based targeted



Broad-based instrument digunakan apabila risiko bersifat general



Targeted instrument memerlukan granular data



Single instrument Multiple instrument



cukup efektif untuk mengatasi risiko sistemik dari berbagai sudut pandang yang berbeda; tetapi high cost



Rule Based



dalam bentuk ketentuan/pedoman dan bersifat transparansi



Discretion



diperlukan clear public communication



Implementasi



Time varying



Fixed



Perry Warjiyo, PhD



digunakan apabila sumber risiko telah teridentifikasi



bersifat fleksibel dan menyesuaikan dengan siklus (automatic adjustment) dapat diformulasikan ulang atau dikalibrasi disesuaikan dengan perkembangan



Kebanksentralan – EKO 4402



21



Penggunaan Instrumen Kebijakan Makroprudensial - Global Penggunaan instrumen kebijakan makroprudensial selama 30 tahun terakhir terus mengalami peningkatan, terutama pada Emerging and Developing Economies (EMDEs). • Berdasarkan database IMF, 90% negara yang melaporkan telah menggunakan setidaknya satu instrumen makroprudensial. • Sebagian besar instrumen diimplementasikan sebagai respon dari dinamika internal, terutama pertumbuhan kredit. Namun penggunaan instrument makroprudensial di EMDEs juga merupakan respon terhadap faktor eksternal seperti dinamika suku bunga AS dan capital flow. • Sejak GFC, penerapan instrumen makroprudential semakin sering digunakan, terutama instrumen terkait permodalan dan likuiditas bank Use of Macroprudential Tools in Advance (AE) and Emerging Market and Developing Economies (EMDE) 1990-2016



Source: IMF (October 2020)



Perry Warjiyo, PhD



Composition of Macroprudential Policy, 1990-2018 [Number of times loosened (-) or tightened (+)]



Source: IMF-GFSR (April 2021)



Kebanksentralan – EKO 4402



22



Instrumen Kebijakan Makroprudensial di Indonesia 1



2



Rasio Loan to Value (LTV)/Financing to Value (FTV)



TUJUAN: Memperkuat intermediasi perbankan yang seimbang dan berkualitas.



TUJUAN: Mitigasi risiko kredit yg timbul akibat penyaluran kredit yg terlalu tinggi & terkonsentrasi pada sektor tertentu (spt property & kendaraaan bermotor) FORMULA:







3



LTV =



Nilai Agunan berupa properti pd saat pemberian kredit berdasarkan hasil penilaian terkini



TUJUAN: Memperkuat ketahanan & fleksibilitas pengelolaan likuiditas bank.



PLM = Buffer likuiditas sebesar 6% (BK) atau 4,5% (BS) dari DPK Rupiah



Dipenuhi dalam bentuk surat berharga yang memenuhi persyaratan tertentu dan seluruhnya dapat di-repokan ke BI



Perry Warjiyo, PhD



Kredit + SSB Korp. yg dimiliki RIM =



Nilai Kredit yg dapat diberikan bank



Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM)







FORMULA:



▪ ▪



Termasuk green financing.



FORMULA:



Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM/RIMS)



4



DPK + SSB yg diterbitkan + Pinjaman yg diterima Target RIM/RIMS saat ini 84 s.d. 94% Bagi Bank dengan RIM/RIMS di luar kisaran target, terdapat kewajiban Giro RIM sebesar parameter disinsentif tertentu



Countercyclical Buffer (CCB)



TUJUAN: Meningkatkan ketahanan modal pada saat ekonomi sedang boom melalui pembentukan cadangan & memanfaatkan cadangan tsb saat ekonomi turun Besarnya CCB adalah 0% s.d. 2,5% Penentuan besarnya buffer & batas waktu pembentukan buffer a.l. didasarkan pada indikator utama dan indikator pelengkap



5



Rasio Kredit/ Pembiayaan UMKM



TUJUAN: Meningkatkan akses keuangan dan pembiayaan pada UMKM Minimal 20% dari total kredit/ pembiayaan bank, disalurkan pada sektor UMKM



Kebanksentralan – EKO 4402



23



Implementasi Kebijakan Makroprudensial di Indonesia Kebijakan makroprudensial bersifat countercyclical untuk mengurangi over-optimisme dan over-pesimisme serta mengurangi materialisasi akibat contagion effect…



Macroprudential Policy melalui countercyclical measures



Pada saat bust, bank dapat menggunakan buffer untuk mengurangi kontraksi kredit



Pada saat boom, bank diwajibkan memupuk buffer untuk mengerem ekspansi yang berlebihan Periode Aktivasi Instrumen Makroprudensial



Periode Relaksasi Instrumen Makroprudensial



• • • •



• • • •



Pengetatan LTV/ Uang Muka KKB Pengetatan RIM Peningkatan PLM Aktivasi CCyB



Perry Warjiyo, PhD



Pelonggaran LTV/ Uang Muka KKB Pelonggaran RIM Penurunan PLM Deaktivasi CCyB



Implementasi kebijakan Makroprudensial dilakukan secara terintegrasi*: • Dengan kebijakan Moneter: melalui penurunan GWM yang diikuti dengan peningkatan PLM untuk meningkatkan ketahanan likuiditas Bank, dan disaat bersamaan juga diikuti dengan peniadaan disinsentif giro RIM • Dengan kebijakan Mikroprudensial: Peningkatan LTV/Uang Muka KKB bagi Bank yang juga diikuti oleh peningkatan LTV pada IKNB (*contoh implementasi selama pandemi Covid-19)



Kebanksentralan – EKO 4402



24



Kebijakan Makroprudensial: Ketentuan Uang Muka dan Rasio Loan to Value Ketentuan Rasio Loan to Value dan Uang Muka diterapkan untuk memitigasi risiko akibat penyaluran kredit yg terlalu tinggi & terkonsentrasi pada sektor tertentu (properti & kendaraaan bermotor)… Rasio Loan to Value =



Contoh:



nilai Kredit yang dapat diberikan oleh bank nilai agunan berupa Properti pada saat pemberian Kredit berdasarkan hasil penilaian terkini



Rasio LTV/FTV Tidak Berwawasan Lingkungan



Uang Muka = Rp 40 juta



Nilai properti = Rp 200 juta Rasio LTV = 80%



Pinjaman bank = Rp 160 juta



Rasio LTV/FTV Berwawasan Lingkungan



Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



25



Kebijakan Makroprudensial: Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) Tujuan: Mendorong bank agar menjalankan fungsi intermediasi sesuai kapasitasnya sehingga dapat mewujudkan intermediasi yang seimbang dan berkualitas Sejak pertama kali dirilis pada 2010, Bank Indonesia terus melakukan penyempurnaan ketentuan RIM, baik dari sisi target RIM maupun komponen perhitungan RIM. Seiring dengan dinamika struktur penghimpunan dan penyaluran dana bank, komponen RIM dipandang perlu untuk selalu dievaluasi.



2010



2015



GWM LDR



GWM LFR



Range 78-100% Komponen: ▪ Kredit ▪ DPK



Perry Warjiyo, PhD



Range 78-92% Komponen: ▪ Kredit ▪ DPK + SSB diterbitkan



2018



2019



RIM



RIM



Range 80-92% Komponen: ▪ Kredit + SSB Korp. dimiliki ▪ DPK + SSB diterbitkan



Range 84-94% Komponen: ▪ Kredit + SSB Korp. dimiliki ▪ DPK + SSB diterbitkan + Pinjaman yang diterima



2020: Menetapkan deaktivasi disinsentif RIM karena demand kredit yang terbatas ditengah pelemahan ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19. 2021: • Sejalan dengan pemulihan ekonomi, reaktivasi disinsentif RIM mulai diterapkan secara bertahap. • Untuk mendorong penyaluran kredit perbankan kepada dunia usaha & ekspor dilakukan penguatan komponen RIM berupa: penambahan wesel ekspor sbg komponen SSB yang dimiliki Kebanksentralan – EKO 4402



26



Kebijakan Makroprudensial : Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) RPIM adalah penyempurnaan dari ketentuan Rasio Kredit UMKM. Bank dapat memenuhi RPIM melalui Pembiayaan inklusif secara langsung, melalui mitra, dan/atau pembelian Surat Berharga Pembiayaan Inklusif…



𝑷𝒆𝒎𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂𝒂𝒏 𝑰𝒏𝒌𝒍𝒖𝒔𝒊𝒇 − 𝑭𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈 ∗ 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑷𝒆𝒎𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂𝒂𝒏



BANK UMUM 1. PEMBIAYAAN LANGSUNG DAN RANTAI PASOK



Perry Warjiyo, PhD



2. PEMBIAYAAN MELALUI LEMBAGA KEUANGAN/BADAN LAYANAN



3. PEMBIAYAAN MELALUI SURAT BERHARGA



Kebanksentralan – EKO 4402



Kebijakan Makroprudensial : Asesmen Transparansi SBDK #1



#2



#3



Penurunan suku bunga kredit belum sebesar penurunan BI7DRR yang telah turun 250 bps sejak Juni 2019



Latar Belakang



Tujuan



Dampak



• •



Memperkuat transmisi kebijakan moneter & makroprudensial. Meningkatkan tata kelola, disiplin pasar, dan kompetisi dalam pembentukan suku bunga dasar kredit perbankan sehingga suku bunga dasar kredit yang ditawarkan dapat lebih kompetitif dalam mendorong permintaan kredit dan mempercepat pemulihan ekonomi.







Paska publikasi yang pertama kali dilakukan pada Februari 2021, SBDK telah mengalami penurunan sebesar 124bps (ytd) pada bulan April’21. SBDK turun cukup tajam pada BUMN yang turun 209 bps (ytd) pada April’21



▪ Februari 2021



Topik



Publikasi



• Publikasi respons SBDK thd penurunan BI7DRR, termasuk asesmen SBDK per kelompok Bank dan per segmen kredit.



Maret 2021 • Pendalaman asesmen per komponen SBDK : Harga Pokok Dasar Kredit (HPDK), Overhead Cost (OHC), dan Margin Keuntungan. • Publikasi menekankan pada penurunan SBDK yang belum sepadan dg penurunan BI7DRR.



Juli 2021 • Pendalaman asesmen transmisi SBDK, komponen SBDK, dan Premi Risiko serta SB Kredit Baru per Jenis Kredit



Perry Warjiyo, PhD



April 2021 • Pendalaman asesmen dilakukan dengan melihat pergerakan HPDK dan OHC per Kelompok Bank.



Agustus 2021 • Pendalaman asesmen transmisi SBDK ke SB kredit baru KPR & Non KPR per Kelompok Bank



Mei 2021



Juni 2021



• Pendalaman asesmen atas pergerakan suku bunga kredit baru terhadap pergerakan SBDK dan BI7DRR.



• Pendalaman analisis terhadap peningkatan suku bunga kredit baru dan faktor penyebabnya, antara lain premi risiko. • Publikasi Spread SBDK vs BI7DRR Individual Bank per Segmen Kredit.



September 2021 • Pendalaman asesmen transmisi SBDK dan SB kredit baru per jenis kredit berdasarkan Kelompok Bank



Oktober 2021 • Pendalaman asesmen transmisi SBDK dan SB kredit baru sektoral



Kebanksentralan – EKO 4402



28



Current/Future Issues: Kebijakan Makroprudensial Hijau Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim dapat menimbulkan risiko fisik dan risiko transisi yang berimplikasi pada stabilitas ekonomi dan sistem keuangan…



Kenaikan Suhu Bumi Global



Risiko Fisik



Gangguan Produksi dan distribusi akibat banjir, badai, gelombang tinggi, kekeringan.



Instabilitas Ekonomi



Perry Warjiyo, PhD



Penurunan emisi karbon 41% pada tahun 2030



Green Loan Quota Transformasi menuju Ekonomi hijau (korporasi, RT)



Laporan Keuangan Hijau



Bank Green GWM Green RIM



Risiko Transisi



▪ Risiko yang muncul dalam menuju rendah karbon dan akibat menunda pencapaian rendah karbon. ▪ Kenaikan biaya akibat penurunan nilai aset karena instabilitas sistem keuangan dan keterbatasan akses dana.



Sumber: Bappenas (2021)



Green LTV Green Stress Testing



Sumber: Rudebusch (2019)



Bencana Alam di Indonesia



Kebijakan Makropru Hijau



Melalui kebijakan Keuangan Hijau, Bank Indonesia mendorong Bank bersama debitur Bank untuk bertransformasi menuju ekonomi Net Zero Emission



Green PLM



Instabilitas Sistem Keuangan



Current Macroprudential Policy supporting green economy: ✓ LTV requirement for green property loans > LTV requirement for non-green property loans ✓ Down Payment requirement for green automotive loans < Down Payment requirement for non-green automotive loans



Sudah implementasi Under discussion Possible Future Instruments



Green Countercyclical Capital Buffer Brown Loan Restriction Green Repo Green Grant Scheme



Kebanksentralan – EKO 4402



29



Current/Furure Issues:Kebijakan Makroprudensial untuk Menavigasi Inovasi di Era Digital Transformasi kebijakan makroprudensial perlu terus dilakukan sejalan dengan percepatan proses digitalisasi dan inovasi keuangan yang berpotensi mengubah business model dan struktur industri keuangan ke depan…



Transformasi Kebijakan Makroprudensial



Perry Warjiyo, PhD



Kebanksentralan – EKO 4402



30



KULIAH 9 Tahun Akademik 2021-2022



STABILITAS SISTEM KEUANGAN & KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL Kebanksentralan – EKO 4402 Perry Warjiyo, PhD FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS - UNIVERSITAS GADJAH MADA