Gerakan Pemuda Masa Kolonial Belanda [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GERAKAN PEMUDA MASA KOLONIAL BELANDA



DISUSUN OLEH: JUNIATI LELE PADANG MUTMAINNAH FEBRYANA TASMIN NATA NOVIYANNI



SMK NEGERI 4 MAKASSAR



A. GERAKAN PEMUDA MASA KOLONIAL BELANDA Sejarah mencatat , gerakan pemuda memegang peranan penting bagi perubahanperubahan dibidang politik dan pemerintahan dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Tidak dapat dimungkuri bahwa peran pemuda , baik sekarang maupun nanti, akan tetap berperan penting untuk kepentingan negara dan bangsa ini. Hal tang telah dilakukan para pemuda pada masa itu. Segala yang dilakukan merupakan sebuah interpretasi terhadap situasi dan kondisi lingkungan sosial disekitarnya. Dengan demikian, pemuda selalu menjadi aktor penting dalam proses perjuangan bangsa ini. Persiapan menuju negara merdeka, proses merebut dan memperhatikan kemerdekaan,serta mengkritis sistem pemerintahan di era kemerdekaan, telah menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari gerakan pemuda sebagai pelaku sejarah. Telah kita pelajari bahwa ketika awal 1920-an ketika Indonesia masih berada dibawah kekuasaan kolonial Belanda telah lahir sejumlah organisasi kepemudaan yang bersifat kedaerahan, seperti Jong (muda) java, Jong Sumateranen, Jong Celebes, Jong Ambon, Dan lain lain. Dari pemikiran kaum muida ini, lahirlah sebuah peristiwa penting, yaitu Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928. Tidaklah mengherankan ketika para pemuda yang memperoleh kesempatan untuk belajar di negeri Belanda saat itu, ikut mendirikan organisasi perintis yang mempunyai inisiatif bagi masa depan bangsanya yang kemudian diberi nama Perhimpunan Indonesia. Sebagai pelaku sejarah yang ingin merintis hari depan, pemuda terpelajar ini tidak lagi melihat realitas sosial seperti apa adanya, tetapi mereka selalu mempersoalkan tentanf bagaimana seharusnya. Cara untuk menaikan derajat bangsa ini adalah denganmelepaskan diri dari belenggu penjajahan dengan menjadi negara merdeka. Perbedaan pandangan, wawasan,dan ideologi sebagai hasil belajar tidak menghalangi niat mereka untuk mengembangkan aspirasi para pemuda dengan membentuk organisasi.



1. PELAKSANAAN POLITIK ETNIS Pada awal sebelum dilaksanakannya Politk Etis keadaan sosial dan ekonomi di Indonesia begitu buruk dan jauh dari kata sejahtera terutama untuk pendidikan pribumi yang bukan dikalangan bangsawan. Pendidikan bukan menjadi baik justru sebaliknya. Dari bidang ekonomi tanah-tanah rakyat yang luas masih dikuasai pemerintahan Belanda dan penguasa tradisional meyebabkan rakyat hanya penyewa dan pekerja saja. Bidang politk masalah yang berkembang saat ini adalah sentralisasi politik yang kuat sehingga tidak ada pemisahan kekuasaan dan keuangan antara pemerintah kolonial dan bangsa Indonesia yang berdampak pada tidak sejahteraannya pribumi. Keadaan ini mendapatkan tanggapan dari golongan sosial demokrat yang didalangi oleh Von Deventer yang kemudian dijuluki bapak pangeran etis yang menginginkan adanya balas budi unntuk bangsa Indonesia. Van Deveter dalam majalah de gres mengkritrik pemerintah kolonial dan menyarankan agar dilakukan politik kehormatan (hutang kekayaan) atas segala kekayaan yang telah diberikan bangsa Indonesia terhadap negara Belanda. Lahirnya Politik Etis



Pada permulaan abad 20, kebijakan penjajahan Belanda mengalami perubahan arah yang paling mendasar dalam sejarahnya. Kekuasaannya memperoleh definisi kewilayaan baru dengan selesainya



upaya-upaya penaklukan. Kebijakan kolonial Belanda untuk mengeksploitasi terhadap Indonesia mulai berkurang sebagai pembenaran utama bagi kekuasaan Belanda, dan di gantikan dengan pertanyaan-pertanyaan keperihatinan atas kesejateraan bangsa Indonesia. kebijakan ini di namakan Politik Etis. Masa munculnya kebijakan ini mengakibatkan perubahan-perubahan yang akan dapat memahami sejarah Indonesia pada awal abad 20 apabila tidak mengacu pada kebijakan. Namun Politik Etis hanya menmpilkan banyak janji-janji dari pada penampilanya, dan fakta-fakta penting tantang eksploitasi dan penaklukan dalam kenyataan tidak mengalamim perubahan.



Politik Etis atau politik balas budi berakar pada masalah kemanusiaan maupun keuntungan ekonomi. Kecaman-kecaman terhadap pemerintahan bangsa Belanda yang di lontarkan dalam novel Max Havelaar dan sebagai pengungkapan yang lainnya mulai menambahkan hasil. Semakin banyak yang mendukung pemikiran untuk mengurangi penderitaan rakyat Indonesia. selama zaman liberal (18701900) kapitalisme swasta memainkan pengaruh yang sangat menentukan terhadap kebijakan penjajahan. Industri Belanda mulai melihat Indonesia sebagai pasar yang potesial yang standar hidupnya perlu di tingkatkan. Modal Belanda maupun Internasional mancari peluang-peluang baru bagi investasi dan eksploitasi bahan-bahan mentah, khususnya di daerah-daerah luar jawa, terasa adanya kebutuhan tenaga kerja Indonesia dalam perusahaan-perusahaan modern. Oleh kerena itulah, maka kepentingan-kepentingan perusahaan mendukung keterlibatan penjajah yang semakin intensif untuk mencapai ketenteraman, kesejatraan, keadilan dan moderitas. Pihak yang beraliran kemanusiaan membenarkan apa yang dipikirkan kalangan pengusaha itu akan menguntungkan, dan lahirlah Politik Etis.



Pada tahun 1899 C Th. Van Deventer, seorang ahli hukum yang pernah tinggal di Indonesia selama 1880-1897, menerbitkan sebuah artikel yang berjudul Een eereschuld (suatu hutang kehormatan) di dalam majala berkala Belanda de Gids. (Baudet, 1987: 16). Ia menyatakan bahwa negeri Belanda berhutang kepada Indonesia terhadap semua kekayaan yang telah diperas dari negeri Indonesia. Hutang ini sebaiknya dibayarkan kembali dengan jalan memberi prioritas utama kepada kepentingan rakyat Indonesia.



Pada tahun 1901 Ratu Wilhelmina (1890-1948) menumumkan saatu penyelidikan tentang kesejateraan masyarakat yang berada di Jawa, dan demikian politik etis secara resmi di sahkan. Isi pidato raja Belanda yaitu : “ sebagai negeri Kristen, Nederland berkewajiban di kepulauan Hindia Belanda untuk lebih baik mengatur kedudukan legal pendudukan pribumi, memberikan pada dasar yang tegas kepada misi Kristen, serta meresapi keseluruhan tindak laku pemerintahan dengan kesadaran bahwa Nederland mempunyai kewajiban moral untuk memenuhinya terhadap penduduk di daerah itu. Berhubung dengan itu, kesejateraan rakyat Jawa yang merosot memerlukan perhatian khusus. Kami meningkatkan diadakannya penelitian tentang sebab-sebabnya”.(Nasution, 1983:15)



2. GERAKAN KEBANGSAAN



Pada dasarnya, pelaksanaan edukasi melalui politik etis atau politik balas budi dari pemerintah kolonial belanda, telah memberikan kesempatan yang luas kepada orang-orang pribumi untuk memperoleh pendidikan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama,kebijakan ini telah memunculkan golongan elite baru yang berpendidikan barat dan sadar akan harga dinya. Mereka merasa kecewa atas realitas sosial yangt mereka hadapi dalam situasi pemerintahan kolonial dimasa itu. Kesadaran akan harga diri inilah yang kemudian mendorong kaum muda terdidik untuk mendirikan organisasi, baik yang bercorak politik maupun sosial budaya. Atas inisiatif para pemuda pelajaran School Tot Opleiding Van Inlandesche Artsen (STOVIA) didirikanlah organisasi Boedi Oetomo pada 20 mei 1908. Pada mulainya, orgaanisasi ini bertujuan memperbaiki kehidupan masyarakat yang masih terbelakang dan ingin meningkatkan kualitas kehidupan mereka melalui pendidikan. Sikap non politisi yang ditunjukkan oleh organisasi ini yang membuat Boedi Oetomo dapat bekerja sama dengan pemerintah belanda. Pemerintah kolonial belanda bahkan menilai bahwa organisasi ini lahir sebagai hasil positif dan pelaksanaan Politik Etis, yaitu organisasi yang lahir dari kalangan priayi jawa terpelajar yang bersikap baik terhadap pemerintah kolonial.



3. TOKOH PENGGERAKAN KAUM MUDA DAN PEMIKIRANNYA 1. Dr Sutomo Biografi Dr Sutomo. Dokter Sutomo yang bernama asli Subroto ini lahir di desa Ngepeh, Jawa Timur, 30 Juli 1888. Ketika belajar di STOVIA (Sekolah Dokter), ia bersama rekan-rekannya, atas saran dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo (BU), organisasi modem pertama di Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1908, yang kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Kelahiran BU sebagai Perhimpunan nasional Indonesia, dipelopori oleh para pemuda pelajar STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen) yaitu Sutomo, Gunawan, Suraji dibantu oleh Suwardi Surjaningrat, Saleh, Gumbreg, dan lain-lain. Sutomo sendiri diangkat sebagai ketuanya. Tujuan perkumpulan ini adalah kemajuan nusa dan bangsa yang harmonis dengan jalan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, kebudayaan, mempertinggi citacita kemanusiaan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat. Kemudian kongres peresmian dan pengesahan anggaran dasar BU diadakan di Yogyakarta 5 Okt 1908. Pengurus pertama terdiri dari: Tirtokusumo (bupati Karanganyar) sebagai ketua; Wahidin Sudirohusodo (dokter Jawa), wakil ketua; Dwijosewoyo dan Sosrosugondo (kedua-duanya guru Kweekschool), penulis; Gondoatmodjo (opsir Legiun Pakualaman), bendahara; Suryodiputro (jaksa kepala Bondowoso), Gondosubroto (jaksa kepala Surakarta), dan Tjipto Mangunkusumo (dokter di Demak) sebagai komisaris.



2. Haji Samanhudi Syarikat islam (disingkat SI) dahulu bernama Sarekat Dagang Islam (disingkat SDI) didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905 didirikan oleh SDI merupakan organisasi yang pertama kali lahir di indonesia,pada awalnya Organisasi yang dibentuk oleh Haji Samanhudi ini adalah perkumpulanperkumpulan pedaganga-pedagang islam yang menantang masuknya pedagang asing untuk menguasai



komplar ekonomi rakyat pada masa itu. Selanjutnya pada tahun 1912 berkat keadaan politik dan social tersebut HOS Tjokroaminoto menggagas SDI untuk mengubah nama dan bermetamorfosis menjadi menjadi organisasi pergerakan yang hingga sekarang disebut SYARIKAT ISLAM, HOS Tjokroaminoto mengubah yuridiksi SDI lebih luas yang dulunya mencakupi permasalahan ekonomi dan social. Kearah politik dan agama untuk menyumbangkan semangat perjuangan islam dalam semangat juang rakyat terhadap kolonialisme dan imperealisme pada masa tersebut. Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang islam. Organisasi ini dirintis pada oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar bersaing dengan pedagang Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada penduduk Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia Belanda tersebut kemudian menimbulkan perubahan social karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi yang biasa disebut Inlanders. SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar pergerakannya. Dibawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah dibatavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisurjo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan india, yang kelak kemudian memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Kehadiran Serikat Dagang Islam ditengah penjajahan Belanda pada tahun 1911 pada mulanya sarekat islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama sarekat dagang islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik jawa. Garis yang diambil dari SDI adalah koperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia dibawa panji-panji islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu, agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya maka pada tanggal 18 september 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam). Organisasi sarekat islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S. Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam karena bermotivasi agama islam.



Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah :   



Perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang cina. Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya Membuat front melawan semua penghinaan terhadap bumi putera.



Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah :     



Mengembangkan jiwa pedagang. Memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran. Memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera. Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama islam. Tidak bergerak dalam bidang politik, dan







Menggalang persatuan umat islam hingga saling tolong-menolong.



Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI manggandakan pertemuan dengan Gubernur Jenderal Indenburg untuk memperjuangankan SI berbadan hukum. Jawaban dari Indenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto tidak diberi badan hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah colonial Belanda (Gubernur Jenderal Indenburg) justru cabang-cabang SI yang ada didaerah. Ini suatu taktik pemerintah colonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Banyak pemecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S. Cokroaminoto dengan semaun mengenai kapitalisme. Menurut semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan pada tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua, yaitu SI Putih dan SI Merah. SI Putih yang tetap berlandasan nasionalisme dan islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yokyakarta.SI Merah yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat disemarang.



Dalam kongresnya di Medium, SI Putih beganti nama menjadi partai Sarekat Islam (PSI). kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Raya (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada bulan Mei 1912 seorang tokoh yang kelak menjadi ‘ruh’ pergerakan yaitu Oemar Said Tjokroaminoto, bergabung atas undangan H. Samanhudi. Oemar Said pada saat itu dikenal sebagai orang yang radikal anti foadalisme dan anti penjajah. Beliau dikenal sebagai orang yang menentang kebiasaan-kebiasaan yang ada, mengaggap sama dan sederajat dengan bangsa manapun, beliau tidak mau menghormat-hormat para pejabat, bangsawan apalagi terhadap kaum penjajah. Di samping memiliki sikap yang demikian, Tjokroaminoto mempunyai keinginan kawan sebangsanya memiliki sikap yang demikian. Anggaran Dasar baru Sarekat Islam bagi seluruh Indonesia disusun Tjokroaminoto, kemudian pada bulan September 1912 diajukan surat permohonan agar sarekat islam diakui kedudukannya sebagai badan hukum. Anggaran dasar baru menyebutkan bahwa Tujuan Sarekat Islam adalah memajukan semangat dagang bangsa, memajukan kecerdasan rakyat dan hidup menurut perintah agama dan menghilangkan faham-faham yang keliru mengenai agama islam. Kehadiran Tjokroaminoto di SI merupakan dimulainya babak baru dalam organisasi pergerakan Indonesia. Orientasi agama berubah, dari orientasi social ekonomi menjadi organisasi berorientasi social politik. Perubahan nama dari SDI menjadi sarekat islam merupakan indikasi transformasi organisasi yang berlatar belakang ekonomi kepada politik. SI sebagai gerakkan politik pada sejak tahun 1912, juga dikemukakan oleh Jhon Ingleson dalam ‘jalan kepengasingan’ yang menyatakan bahwa pada tahun 1912, ia merupakan partai politik islam yang terkemuka dan selama beberapa tahun menjadi partai modern satu-satunya pada masa colonial.



Pada tanggal 26 januari 1913, diadakan kongres I Sarekat Islam di Surabaya. Ribuan orang datang berbondong-bondong, jalan-jalan menuju taman kota dimana kongres diselenggarakan penuh sesak



oleh orang. Ketua H. Samanhudi disambut besar-besaran, distasiun beliau disambut dengan korps music dan dibopong beramai-ramai menuju mobil jemputan. Menurut laporan asisten residen kepolisian pada tanggal 12 februari, menyebutkan bahwa massa yang hadir pada saat itu ditaksir antara delapan sampai sepuluh ribu orang. Kongres tersebut dipimpin oleh Tjokroaminoto dan pada kongres itu beliau menyatakan bahwa sarekat islam bertujuan : “…membangun kebangsaan, mencari hak-hak kemanusiaan yang memang sudah tercetak oleh Allah, menjunjung derajat yang masih rendah, memperbaiki nasib yang masih jelek dengan jalan mencari tambahan kekayaan”. Kemudian pada tanggal 23 Maret tahun yang sama, kongres ke II dilaksanakan disolo. Pada kongres itu H. Samanhudi terpilih sebagai ketua dan Tjokroaminoto sebagai wakil. Kongres tersebut dipimpin oleh Tjokroaminoto.Sarekat Islam bagai setrum tegangan tinggi yang menghentakkan seluruh syaraf kesadaran kaum muslimin bangsa Indonesia untuk segera mendobrak penjara-penjara yang telah mengurung seluruh eksistensi mereka berabad-abad. Semangat perlawanan yang muncul dimanamana dipandang oleh korver sebagai gerakan emansipasi kalangan Sarekat Islam, suatu cita-cita yang dihayati oleh para pemimpinnya. Gerakan emansipasi tersebut meliputi :







Penolakan akan berbagai prasangka negative dan diskriminasi terhadap golongan pribumi.



Pada kongres di Bandung, Tjokroaminoto menyatakan : “…merupakan tugas Sarekat Islam untuk memprotes kata-kata dan perbuatan yang bermaksud merendahkan. 



Penilaian yang positif terhadap identitas diri sebagai bangsa



Identitas diri meliputi masalah keagamaan, seperti ungkapan yang melarang dan mengingkari agama sendiri, yaitu agama islam. Harian Kaum Muda pada tahun 1915 mengecam suatu perkawinan antara putri seorang Bupati dengan seorang perwira eropa yang tidak menganut agama islam.



3. AHMAD SUHARLAN/SEJARAH PENDIDIKAN K. H. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh pembaharu dalam Islam sekaligus sebagai pendiri persyarikatan Muhammadiyah. K. H. Ahmad Dahlan mulai melakukan ide pembaharuan sekembalinya dari haji pertama yaitu pada tahun 1888, melihat keadaan masyarakat Islam di Indonesia yang mengalami kemerosotan disebabkan oleh keterbelakangan pengetahuan akibat tekanan penjajahan pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda menginginkan rakyat pribumi sebagai buruh kasar dengan upah rendah sehinga tidak lagi memikirkan pendidikan. Adanya perbedaan dalam pendidikan menyebabkan berkembangnya dualisme pendidikan yakni sistem pendidikan kolonial Belanda dan sistem pendidikan Islam tradisional yang berpusatkan di pondok pesantren. Melihat perbedaan pendidikan yang terjadi pada saat itu maka timbulah ide dari K. H. Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaharuan. Dalam melakukan pembaruan K. H. Ahmad Dahlan tidak hanya mendirikan sekolah, tetapi ikut membantu mengajar ilmu keagamaan di sekolah lain seperti di Kweekschool Gubernamen Jetis. K. H. Ahmad



Dahlan juga melakukan pembaharuan lain seperti mendirikan masjid, menerbitkan surat kabar yang memuat tentang ilmu- ilmu agama islam. K.H. Ahmad Dahlan memiliki pandangan yang sama dengan Sayyid Ahmad Khan (Tokoh Pembaru Islam di India) mengenai pentingnya pembentukan kepribadian. Ahmad Khan sangat bangga dengan pendidikan para pendahulunya dan mengakui bahwa pendidikan yang demikian telah menghasilkan orang-orang besar sepanjang sejarahnya. Akan tetapi Ahmad Khan juga mengakui bahwa meniru metode pendidikan para pendahulunya tidak akan membuahkan hasil yang diinginkan. Metode-metode baru yang sesuai dengan zaman harus digali. Ahmad Khan berpandangan bahwa pendidikan sangat penting dalam pembentukan kepribadian. Sayyid Ahmad Khan tidak menganjurkan adanya masyarakat yang sekuler atau pluralis, meskipun ia mencoba mendorong kaum muslimin untuk berhubungan dengan orang-orang Barat, untuk makan bersama mereka, untuk menghormati agama mereka, untuk mempelajari ilmu-ilmu mereka, dan lain-lainnya.K.H. Ahmad Dahlan menganggap bahwa pembentukan kepribadian sebagai target penting dari tujuan-tujuan pendidikan. Ia berpendapat bahwa tak seorangpun dapat mencapai kebesaran di dunia ini dan di akhirat kecuali mereka yang memiliki kepribadian yang baik. Seorang yang berkepribadian yang baik adalah orang yang mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Hadis. Karena Nabi merupakan contoh pengamalan Al-Qur'an dan Hadis, maka dalam proses pembentukan kepribadian siswa harus diperkenalkan pada kehidupan dan ajaran-ajaran Nabi saw.K.H. Ahmad Dahlan tidak bekerja sendirian Ia dibantu oleh kawan-kawannya di Kauman, seperti Haji Sujak, Haji Fachruddin, Haji Tamim, Haji Hisyam, Haji Syarwani dan Haji Abdul Gani. Sedangkan anggota Budi Oetomo yang paling keras mendukung segera didirikan sekolah agama yang bersifat modern adalah Mas Rasyidi siswa Kweekchool di Yogyakarta, dan R. Sosrosugondo seorang guru di sekolah tersebut. Sekitar sebelas tahun kemudian setelah organisasi Muhammadiyah didirikan K.H.Ahmad Dahlan meninggal dunia pada tanggal 23 Pebruari 1923. 4. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan Merasa prihatin terhadap perilaku masyarakat Islam di Indonesia yang masih mencampur-baurkan adat-istiadat yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran umat islam, inilah yang menjadi latar belakang pemikiran K.H. ahmad Dahlan untuk melakukan pembaruan, yang juga melatar belakangi lahirnya Muhammadiyah. Selain faktor lain diantaranya, yaitu pengaruh pemikiran pembaruan dari para gurunya di Timur Tengah.Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat merugikan bangsa Indonesia. Nama asli Tan Malaka adalah Ibrahim, sedangkan Tan Malaka adalah nama semi-bangsawan yang ia dapatkan dari garis ibu. Nama lengkapnya adalah Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Tanggal kelahirannya tidak dapat dipastikan, dan tempat kelahirannya sekarang dikenal sebagai Nagari Pandan Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Ayahnya bernama HM. Rasad, seorang karyawan pertanian, dan Rangkayo Sinah, putri orang yang disegani di desa. Tan Malaka mempelajari ilmu agama dan berlatih pencak silat. Pada tahun 1908, ia didaftarkan ke Kweekschool (sekolah guru negara) di Fort de Kock. Menurut gurunya GH Horensma, Malaka, meskipun kadang-kadang tidak patuh, adalah murid yang pintarDi sekolah ini, ia menikmati pelajaran bahasa Belanda, sehingga Horensma menyarankan agar ia menjadi seorang guru di sekolah Belanda. Ia juga adalah seorang pemain sepak bola yang hebat. Ia lulus dari sekolah itu pada tahun 1913. Setelah lulus, ia ditawari gelar datuk dan seorang gadis untuk menjadi tunangannya. Namun, ia hanya menerima gelar datuk. Ia menerima gelar tersebut dalam sebuah upacara tradisional pada tahun 1913



5. Tan Malaka Semua karya Tan Malaka dan permasalahannya dilatarbelakangi oleh kondisi Indonesia pada masa itu. Terutama rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara, serta kebudayaan dan sejarah yang diakhiri dengan bagaimana mengarahkan pemecahan masalah itu. Cara tradisi nyata bangsa Indonesia dengan latar belakang sejarahnya bukanlah cara berpikir yang teoritis dan untuk mencapai Republik Indonesia sudah dia cetuskan sejak tahun 1925 lewat Naar de Republiek Indonesia. Jika membaca karya-karya Tan Malaka yang meliputi semua bidang kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran (Gerpolek-Gerilya-Politik dan Ekonomi, 1948), maka akan ditemukan benang putih keilmiahan dan ke-Indonesia-an serta benang merah kemandirian yang merupakan sikap konsisten yang jelas pada gagasan-gagasan dalam perjuangannya. Peristiwa 3 Juli 1946 yang didahului dengan penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersama pimpinan Persatuan Perjuangan, di dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun. Setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara akibat peristiwa itu. Di luar, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi Republik Indonesia akibat Perjanjian Linggajati 1947 dan Renville 1948, yang merupakan buah dari hasil diplomasi Sutan Syahrir dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin, Tan Malaka merintis pembentukan Partai Murba, 7 November 1948 di Yogyakarta. Pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya di tengah-tengah perjuangan bersama Gerilya Pembela Proklamasi di Pethok, Kediri, Jawa Timur. Tapi akhirnya misteri tersebut terungkap juga dari penuturan Harry A. Poeze, seorang Sejarawan Belanda yang menyebutkan bahwa Tan Malaka ditembak mati pada tanggal 21 Februari 1949 atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya. Direktur Penerbitan Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Karibia dan Asia Tenggara atau KITLV, Harry A Poeze kembali merilis hasil penelitiannya, bahwa Tan Malaka ditembak pasukan TNI di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri pada 21 Februari 1949. Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional. Tan Malaka dalam fiksi Sampul Majalah Tempo dengan Tan Malaka Dengan julukan Patjar Merah Indonesia, Tan Malaka merupakan tokoh utama beberapa roman picisan yang terbit di Medan. Roman-roman tersebut mengisahkan petualangan Patjar Merah, seorang aktivis politik yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dari kolonialisme Belanda. Karena kegiatannya itu, ia harus melarikan diri dari Indonesia dan menjadi buruan polisi rahasia internasional. Salah satu roman Patjar Merah yang terkenal adalah roman karangan Matu Mona yang berjudul Spionnage-Dienst. Nama patjar merah sendiri berasal dari karya Baronesse Orczy yang berjudul Scarlet Pimpernel, yang berkisah tentang seorang pahlawan Revolusi Perancis. Dalam cerita-cerita tersebut selain Tan Malaka muncul juga tokoh-tokoh PKI dan PARI lainnya, yaitu Musso (sebagai Paul Mussotte), Alimin (Ivan Alminsky), Semaun (Semounoff), Darsono (Darsnoff), Djamaluddin Tamin (Djalumin) dan Soebakat (Soe Beng Kiat). Kisah-kisah fiksi ini turut memperkuat legenda Tan Malaka di Indonesia, terutama di Sumatera



6. Maria Walanda Maramis Maria Walanda Maramis berasal dari manado yang lahir pada 1872 dan berasal dari keluarga yang cukup mapan. Pada 1878, kedua orang tuanya wafat karena wabah penyakit kolera. Setelahkedua orang tuanya meninggal ia beserta saudaranya diasuh oleh paman dari pihak ibu dan juga merupakan keluarga terpandang di maumbi. Pada 1890 maria kemudian menikah kepada Joseph Frederick Calesung dan dikaruniai tiga orang anak, suaminya adalah seorang guru bahasa melayu dan mengajari salah satu sekolah belanda di manado. Maria mendirikan organisasi yang diberi nama Percintaan Ibu Kepada Anak Keturunannya (PIKAT). Dengan tujuan yaitu: 1. Menyediakan pada bagi peerempuam Minahasa agar salingmengenal dan bergaul 2. Membina dan mendidik kaum muda perempuan Minahasa sebagai calonibu yang akan melahirkan generasi penerus bangsa 3. Membiasakan perempuan Minahasa untuk mengemukakan dan merumuskan pendapat, pandangan serta memikirkannya secara bebas.



7. Yap Tjwan Bing Namanya memang tidak pernah tertulis dalam buku sejrah manapun. Meskipun berasal dari etnis minoritas , secara pribadi ia dikenal sebagai tokoh yang sangat nasionalis. disiniYap banyak bergaul dengan tokoh-tokoh darinperkumpulan Indonesia muda yang merupakan penyatuan dari beberapa organisasi pemuda, seperti Jong Java , pemuda indonesia , Pemuda Sumatera , Jong celebes , dan sekar rukun. Dalam kegiatan politik beliau menjadi anggota PPKI dan mengikuti rapat pengesahan UUD 1945.



4. GERAKAN PEMUDA INDONESIAPADA MASA PENDUDUKAN JEPANG Kegiatan pemuda Indonesia pada masa pendudukan Jepang secara umu terbagi dalam 3 hal, yaitu: 1. Gerakan organisasi pemuda yang bersifat militer dan semi mikiter 2. Organisasi pemuda yang bergerak secarasembunyi-sembunyi atau yang lebih dikenal dengan gerakan bawah tanah , dan 3. Organisasi pemuda bentukan Jepang yang disiapkan untuk membantu Jepang manghadapi perang Asia-Timur Raya