Gerakan Sosial-Keagamaan Di Indonesia 2015 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Gerakan SosialKeagamaan Dianto Bachriadi, Ph.D dan Hilma Safitri, M.A.



Semester VI Kelas A-B dan C-D Jurusan Sosiologi, FISIP UIN-SGD



Dianto Bachriadi, Ph.D Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI S1: Jurusan Antropologi, FISIP Univ. Padjadjaran, Bandung (Drs)



Gerakan Sosial Keagamaan di Indonesia Jurusan Sosiologi FISIP UIN SGD



S2: Master by Research Program in Asian Studies, School of Politics and International Studies, Flinders University, Australia (upgraded to Higher Research Degree program) S3: Higher Research Degree program, School of Politics and International Studies, Flinders University, Australia (Ph.D) “Between Discourse and Action: Agrarian Reform and Rural Social Movements in Indonesia post-1965” Anggota: (1) International Association for Study of the Commons (IASC); (2) the Commission on Legal Pluralism of the International Union for Anthropological and Ethnological Sciences (IUAES) Beberapa karya tulis: ….



“Aturan Main” Perkuliahan (1)



Gerakan Sosial Keagamaan di Indonesia



Min.12X



SAP



75% kehadiran



Perhitungan untuk Nilai Akhir = [20%(T1 + T2 + T…)] + [30%(UTS)] + [50%(UAS)]



Kelompok belajar



Max. 20”



Turn off



Rentangpenilaian:



Gerakan Sosial Keagamaan di Indonesia



A=85 – 99 B =70 – 84 C=55 – 69 D=50 – 54 E =01 – 49 (mengulang) F=tidak bisadiberikan nilai,tidak ikut ujian akhir (mengulang) 99 84 69 54







95



94







90



89







80



79







75



74







65



64







60



59







50



49



A+ B+ C+ D



A B C



E







85







70







55



ABC-



“Aturan Main” Perkuliahan (2)



Gerakan Sosial Keagamaan di Indonesia



 Honesty, academic spirit and responsibility  No cheating  No plagiarism  No collusion, but collective work for group assignment  No multiple submission of assignment/papers  No fabrication on citation  Credible sources for quotation/citation



Gerakan Sosial



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke 1 & 2



“Tantangan-tantangan kolektif, yang didasari oleh tujuan-tujuan bersama dan solidaritas sosial, yang berinteraksi secara terus-menerus dengan elites, pihak lawan, dan pemegang kewenangan” (Tarrow 1998: 4) “Kampanye atas suatu klaim tertentu yang disampaikan terus-menerus melalui penampilan di publik (public performance) yang berulang-ulang terkait dengan klaim tersebut, dimana keberlangsungan aktivitasnya bersandar pada organisasi, jaringan kerja (networks), tradisi, dan solidaritas kelompok” (Tilly dan Tarrow 2007: 8) Kampanye atas klaim tertentu yang dilakukan terus-menerus Serangkaian penampilan di hadapan publik (public performance) termasuk marches, rally, demonstrasi, pembentukan kelompok-kelompok tertentu, rapat umum, petisi, tulisan-tulisan, dan lobi  social movement repertoires Secara berulang memperlihatkan kepada publik: worthiness, unity, numbers, & commitment Organisasi, jaringan kerja, tradisi dan solidaritas (social movement bases)



Dua Ranah Politik Politik Formal (institutionalized politics)



Challenger



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke 1 & 2



Politik Tidak Formal (un-institutionalized politics / extra-institutionalized politics) Polity Member Government



Outside Actor



Polity



Limits of Government’s Jurisdiction



Outside of Polity McAdam, Tarrow, Tilly 2001: 11



Gerakan Sosial dalam Perspektif Politik Perseteruan (contentious politics)



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke 1 & 2



• Contentious politics (politik perseteruan): “episodic, public, collective interactions among makers of claims and their objects when (a) at least one government is a claimant, an object of claims, or a party to the claim and (b) the claim would, if realized, affect the interests of at least one of the claimants • Contoh-contoh (politik) perseteruan: gerakan sosial, revolusi, pemogokan, nasionalisme, demokratisasi, dll



Partisipasi Politik Individu dan Kelompok



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-3







Asumsi umum yang berlaku dalam ilmu politik (dan psikologi politik) menganggap rata-rata warga negara bersikap apatis dan tidak tertarik pada politik







Bantahan: Barnes, Samuel H. dan Max Kaase, Political Action: Mass Participation in Five Western Democracies (1979); Popkin, Samuel L., The Reasoning Voter: Communication and Persuasion in Presidential Campaigns (1991)







Mancur Olson (The Logic of Collective Action, 1968): Dari sudut pandang pelaku rasional, hanya ada sedikit alasan untuk terlibat di dalam aksi kolektif







Gamson (The Strategy of Social Protest, 1975/1990): “you scratch me, I’ll scratch you back”







Studi-studi mutakhir tentang aksi-aksi kolektif dan gerakan sosial: Keterlibatan seseorang dalam politik, termasuk gerakan sosial, tidak memerlukan ciri-ciri psikologis atau sifat-sifat kepribadian tertentu, tetapi didasarkan kepada: kepentingan – baik kepentingan ideologi, politik, dan kekuasaan maupun kepentingan ekonomi dan materi(al) hingga aktualisasi diri







Gerakan sosial dan aksi-aksi kolektif merupakan kumpulan beragam kepentingan yang disatukan oleh kemasan “kepentingan bersama” atau “proses pertukaran kepentingan” para pelakunya  gerakan sosial bukan suatu fenomena yang ‘tunggal’ (Melucci 1989: unitary empirical datum), sebagaimana sering diperlakukan oleh kajian politik institusional (gerakan sosial sebagai pelaku dalam sebuah sistem hubungan sosial dan politik)







Hal apa yang mendasari seseorang terlibat di dalam aksi-aksi kolektif dan/atau gerakan sosial?



Apa yang membuat orang terlibat dalam suatu gerakan sosial? (1)



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-3



Samuel Andrew Stouffer, The American Soldier (1949); Walter Garrison Runciman, Relative Deprivation and Social Justice (1966); Ted Robert Gurr, Why Men Rebel (1970)



Hipotesis Gurr (1970: 24): Potensi untuk kekerasan kolektif sangat ditentukan oleh intensitas dan lingkup kesenjangan relatif diantara anggota-anggota kelompok tersebut



u p ke



n ke



y



an s a



Kesenjangan yang masih bisa diterima



n a a at



waktu



Kesenjangan yang tidak bisa ditoleransi



Apa yang membuat orang terlibat dalam suatu gerakan sosial? (2) Kesenjangan relatif



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-3



Struktur eksternal



“Penderitaan kolektif” Struktur Kesempatan Politik (POS)



Cultural and Ideological Framing Mobilisasi Sumberdaya (RM) Struktur internal



Aksi-aksi kolektif



Apa yang membuat orang terlibat dalam suatu gerakan sosial?



August Comte, Emile Durkheim, Gustave LeBon, Robert Park, Herbert Blumer, Talcott Parsons, Neil Smelser, dan lain-lain



(3)



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-3







Masyarakat adalah suatu sistem dimana sub-sub sistem bagiannya yang saling berinteraksi satu sama lain dan terintegrasi sedemikian rupa (dalam rangka mencapai tujuan bersama) sehingga menciptakan ‘keseimbangan sosial’ (social equilibrium) dan/atau ‘ketertiban sosial’ (social order)







Munculnya perlawanan-perlawanan, kekerasan-kekerasan, aksi-aksi kolektif atau gerakan sosial lebih merupakan kegagalan dari sub-sistem/pranata-pranata yang berfungsi menjaga ketertiban sosial untuk bekerja secara optimal; atau kegagalan sistem sosial secara keseluruhan menyerap munculnya/masuknya gagasan-gagasan baru dalam masyarakat







Teori ini melihat gerakan sosial lebih sebagai kecenderungan negatif dalam masyarakat yang mengganggu keseimbangan sosial



Apa yang membuat orang terlibat dalam suatu gerakan sosial? Karl Marx, Lenin, Mao Tse-Tung, Ralf Dahrendorf, Chantal Mouffe, dan lain-lain



(4)



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-3







Ketimpangan adalah hal yang permanen dalam struktur sosial (formasi masyarakat) non sosialis







Ketimpangan muncul karena ada kelas yang dominan. Dalam masyarakat kapitalis, kelas borjuasi mendominasi dan menindas kelas/kaum proletar







Perjuangan kelas, dalam hal ini kaum proletar, akan menjadi faktor penentu perubahan sosial untuk keadilan







Karena itu kaum proletar harus bersatu ! (“all workers unite !”)



Perspektif Marxist tentang Masyarakat dan Perubahan Sosial



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-4



Teori Evolusi Masyarakat



Struktur Sosial



Kapitalisme muncul dan mulai berkembang kirakira pada abad ke-15 di Eropa; sebagai akibat dari aksi-aksi “pemagaran tanah” (enclosure), menguatnya uang sebagi alat tukar, dan perkembangan teknologi



Sendi-sendi Kapitalisme dan Ketidakadilan (Ketimpangan) Sosial Nilai yang berlaku: NILAI TUKAR



Hukum yang berlaku: TAWAR MENAWAR DI PASAR dan PERSAINGAN



Tujuan yang hendak dicapai: KEUNTUNGAN MAKSIMAL



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-4



Akumulasi [Modal] Primitif (primitive [capital] accumulation)



K(U) + [P(WK+B) + NT] = K(U)2 K(U)2 + [P(WK+B) + NT1] = K(U)3 K(U)3 + [P(WK+B) + NT2] = K(U)4 … dst



KETIMPANGAN



PROLETARISASI, DIFERENSIASI KELAS, EKSPLOITASI



Dominant Political Power (‘state’) and Capital Accumulation (1) •



Marx (1875: 35): “Bersamaan dengan industri modern dimana antagonisme kelas antara kapital dan buruh juga berkembang, meluas, dan makin intensif, kekuasaan negara semakin menunjukan karakternya sebagai kekuatan nasional dari kapital terhadap pekerja, kekuatan publik yang diorganisir untuk perbudakan sosial, dan suatu mesin dari despotisme kelas.”







Engels (1994, asli 1887): “Negara modern, dalam bentuk apa pun, pada dasarnya adalah mesin kapitalis, negaranya kaum kapitalis, personifikasi ideal dari keseluruhan kapital nasional (hal. 67) … suatu organisasi dari kelas tertentu yakni (pro tempore) kelas yang mengeksploitasi, suatu organisasi untuk tujuan mencegah segala gangguan terhadap kondisi-kondisi produksi pada saat itu, dan kemudian, khususnya untuk tujuan menjaga kelas-kelas yang dieksploitasi tetap berada dalam kondisi yang sesuai dengan corak produksi pada saat itu (perbudakan, serfdom, buruh upahan). Negara adalah perwakilan resmi dari masyarakat secara keseluruhan; … Tetapi itu bermakna negara mewakili kelas yang pada masanya mewakili atau mencerminkan masyarakat pada waktu itu (hal. 69).







Engels (…..): “… tujuan tertinggi dari negara adalah untuk melindungi kepemilikan pribadi.”



Dominant Political Power (‘state’) and Capital Accumulation (2) •



Sweezy (1970: 249 & 243): “… negara akan beraksi dalam wilayah ekonomi (economic sphere) dalam rangka menyelesaikan masalah yang muncul dalam perkembangan kapitalisme. … dimana ada kepentingan-kepentingan kelas kapitalis, maka ada kencenderungan kuat untuk menggunakan kekuasaan negara secara bebas. … negara akan digunakan untuk membuat konsesi-konsesi kepada kelas pekerja yang akan menyatakan sejumlah konsekuensi dan bahaya yang akan terjadi jika mereka tidak menjaga stabilitas dan bekerjanya sistem secara keseluruhan (hal. 249). … negara adalah instrumen dominasi kelas (hal. 243).”







Miliband (1973: 51): “… kelas ini (the economically dominant class, kelas yang secara ekonomi berkuasa) terlibat dalam suatu hubungan dengan negara, yang tidak perlu diduga, dalam kondisi-kondisi politik yang bercorak kapitalisme lanjut, memerlukan agen-agen penghubung. … hubungan itu tentu saja sangat erat, bahkan pemegang kekuasaan negara itu sendiri, untuk beberapa alasan, adalah agen-agen dari kekuatan ekonomi swasta (private economic power), yang memegang dan mengendalikan kekuasaan dan juga boleh lah disamakan sebagai ‘kelas penguasa’ (‘ruling class’).”



Dominant Political Power (‘state’) and Capital Accumulation (3) •



Harvey (2005: 64-66): “… negara neoliberal akan (harus) menyokong sekuatnya hak-hak individu atas kepemilikan pribadi (individual private property rights), penegakan hukum (rule of law), dan lembaga-lembaga yang membuat pasar dan perdagangan bekerja secara bebas. … negara kemudian harus menggunakan monopoli untuk menggunakan kekerasan yang dimilikinya dalam rangka menjaga kebebasan ini sepenuhnya. … kebebasan bisnis dan korporasi (secara legal diakusi sebagai individu) untuk beroperasi di dalam kerangka kerja pasar dan perdagangan bebas dianggap sebagai suatu hal yang sangat baik. … Negara neoliberal akan terus menerus melakukan reorganisasi internal, penataan dan pembentukan institusiinstitusi baru yang akan meningkatkan posisi kompotitifnya sebagai suatu entitas berhadapan dengan negara-negara lainnya dalam pasar global. … Kedaulatan negara atas komoditas dan pergerakan kapital dengan sepenuh hati diserahkan kepada pasar global.”



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-5



Presentasi dan Diskusi Kelompok



UTS



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-6



Gambarkan (dengan memberikan contoh kasus) dan jelaskan dengan menggunakan salah satu alat analisa (teori) yang tersedia, bagaimana suatu gerakan (tertentu) muncul dan berkembang di tengah masyarakat? • • •



Isu atau klaim yang disampaikan sebagai tantangan kepada pihak lain – khususnya pihak penguasa Organisasi gerakannya Dinamika perkembangannya



Faktor-faktor penentu dinamika gerakan sosial



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-7



• Struktur kesempatan politik (political opportunity structure) • Mobilisasi sumberdaya (mobilization resource) • Membingkai gerakan (movement framing) • Pertukaran kepentingan (exchange of interests)



Political Opportunity Structure (1)



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-7



Sejumlah faktor eksternal yang terkait kehidupan politik di tengah masyarakat yang mempengaruhi muncul, berkembang dan bahkan terhentinya gerakan sosial Asumsi pokok (1): ada relasi yang kuat antara politik terlembaga (kehidupan politik formal, polity) dengan aktivitas/proses politik gerakan sosial Asumsi pokok (2): ketepatan, keberhasilan dan kegagalan gerakan sangat bergantung kepada peluang-peluang politik yang tersedia dan cukup bagi kelompok gerakan tersebut untuk mendorong perubahan struktural, kelembagaan maupun ideologis



Beberapa konsepsi dimensi kesempatan politik



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-7



Brockett (1991)



Kriesi et al. (1992)



Rucht (1996)



Tarrow (1994)



Akses yang tepat



Struktur kelembagaan formal



Akses kepada sistem partai



Terbuka/tertutupnya struktur politik formal (polity)



Hadirnya sekutusekutu



Prosedur informal yang terkait dengan tantangan (challenge) yang dimunculkan



Kapasitas pelaksanaan kebijakan negara



Kestabilan penyesuaian politik



Fragmentasi dan konflik elit



Konfigurasi kekuasaan (power) yang yakini oleh para penantang



Struktur aliansi yang diyakini para penantang



Kehadiran/ ketiadaan elit sekutu



Struktur konflik yang diyakini para penantang



Perpecahan/pengelo mpokan diantara elit



Derajat represi



Waktu terjadinya aksi di dalam siklus protes Sumber: McAdam, McCarthy, Zald (1996: 27)



Political Opportunity Structure (2)



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-7



• Relatif terbuka atau tertutupnya sistem politik yang terlembaga (formal) • Stabil atau tidaknya kemampuan elit-elit politik untuk menyesuaikan lingkungan politik formal (polity) • Ada atau tidaknya elit-elit sebagai sekutu • Kapasitas dan kecenderungan negara untuk bertindak represif Sumber: McAdam, McCarthy, Zald (1996: 27)



Resource Mobilization (1)



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-7



“Sebagian besar gerakan-gerakan mungkin muncul dari peluangpeluang politik yang ada di tengah masyarakat, tetapi ’nasibnya’ sangat bergantung kepada aksi-aksi dan kemampuan mereka sendiri” Kemampuan kelompok gerakan untuk menggerakan/menggunakan potensi-potensi sumberdaya (orang-orang, dana, pengetahuan, ideologi/keyakinan, ketrampilan, dan teknologi) yang ada di sekelilingnya untuk menciptakan struktur gerakan dan memajukan tantangan Asumsi pokok (1): Agar bisa bertahan, maka kelompok-kelompok gerakan harus dapat menciptakan struktur organisasi yang tepat dan dapat bertahan, termasuk melakukan penyesuaian-penyesuaian diri untuk terus-menerus melakukan tantangan



Movement entrepreneurs



Resource Mobilization (2)



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-7



Dampak struktural yang menjadi tema gerakan Konteks Struktural: -Politik - Sosial - Budaya



Gerakan Sosial Struktur Gerakan



Konteks Peristiwa



Strategi Faktor Internal Lainnya



Kegiatan Protes



Outcomes



Movement Framing (1)



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-7



Analisa makro Gersos: gerakan sosial muncul sebagai reaksi terhadap kekuatan-kekuatan yang mendorong perubahan sosial yang mempengaruhi hubungan-hubungan kekuasaan yang ada



Analisa mezo Gersos: gerakan sosial muncul manakala kelompok penantang memiliki sumberdaya yang cukup untuk diberdayakan



Analisa mikro Gersos: proses konstruksi sosial keterlibatn seseorang atau sekelompok orang dalam suatu gerakan



Movement Framing (2)



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-7



Suatu proses untuk mendefinisikan situasi sosial yang terjadi ditengah masyarakat dalam rangka mendorong munculnya protes dan gerakan perlawanan



Asumsi pokok (1): tidak ada hubungan yang sederhana atau otomatis dari keadaan tidak adil (ketidakadilan) dengan munculnya protes Asumsi pokok (2): Ada serangkaian proses sosial yang diperlukan untuk membuat seseorang terlibat atau memutuskan diri terlibat di dalam suatu gerakan atau kelompok gerakan, dimana proses tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai keagamaan, ideologi, budaya, ekonomi, kepentingan politik serta pengemasan isu gerakan itu sendiri



Movement Framing (3)



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-7



3 konsep penting dalam perspektif ‘movement framing’: Frame Alignment Frame Resonance Master Frames Movement entrepreneurs



Pertukaran Kepentingan (Exchange of Interests) - 1



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-7



Asumsi pokok (1): Kelompok gerakan – apalagi aliansi gerakan – bukan lah kesatuan yang homogen Asumsi pokok (2): Dalam setiap gerakan akan muncul aktivitasaktivitas saling memanfaatkan (‘saling menunggangi’) (“free rider”) Asumsi pokok (3): Kemampuan memelihara kestabilan pertukaran kepentingan antar kelompok dalam suatu gerakan sosial akan menentukan daya tahan dan daya gempur gerakan tersebut



Pertukaran Kepentingan (Exchange of Interests) - 2



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-7



Bert Klandermans (2007: 361 & 373): Orang mungkin mau terlibat dalam gerakan karena: (1) ingin mengubah lingkungannya, (2) ingin bertindak sebagai anggota kelompoknya, atau (3) ingin memberi makna terhadap kehidupannya dan mengekspresikan pandanganpandangan serta perasaan-peransaannya … Kepemimpinan, ideologi, organisasi, ritus-ritus dan hubungan-hubungan sosial yang tampak sebagai jaringan pertemanan merupakan hal-hal yang berkontribusi terhadap keberlanjutan komitmen seseorang terhadap gerakan Dianto Bachriadi (2010): Keberlanjutan pertukaran kepentingan menjadi faktor yang (lebih) signifikan dalam mengikat partisipan gerakan sosial untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan keterlibatannya dalam suatu gerakan sosial



Ujian Tengah Semester (UTS)



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-8



• Buat/rumuskan minimal LIMA (5) pertanyaan pokok untuk mengetahui lebih mendalam kasus yang telah kalian ungkap lewat tugas individu yang lalu (analisa singkat terhadap clipping berita), berdasarkan perspektif teoritis tentang kemunculan dan dinamika gerakan sosial yang telah dipelajari • Kerjakan dalam waktu 60 menit



Belajar Berkelompok



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-9



• Cari, baca dan bahas bersama-sama tulisan berjudul “Gerakan-gerakan Keagamaan di Jawa dalam Abad-abad ke-19 dan ke-20” karya Sartono Kartodirdjo; merupakan Bab 1 dari bukunya yang berjudul RATU ADIL (Penerbit Sinar Harapan, 1984, hal. 9-36) • Akan ada quiz (tes lisan dadakan mengenai isi dan tema tulisan tersebut pada pertemuan selanjutnya)



Gerakan Sosial Baru



Mari kita lihat slide yang lain ….



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-9



Gerakan Sosial Keagamaan



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-10



Mengapa Agama mendapat tempat istimewa dalam kajian gerakan sosial ? •



Agama tak ubahnya sebagaimana ideologi: menyediakan nilai-nilai yang harus ditegakan dan pembenaran bagi para pelaku gerakan untuk melakukan aksi-aksi kolektif demi mencapai tujuan ideal sebagaimana yang dinyatakan (klaim) oleh keyakinan tersebut dan para penganutnya (agama menjadi pembenar dan pengikat solidaritas sosial)







Sebagai pemberi makna kebenaran terakhir dan hakiki (kebenaran Ilahiah), ajaran Agama menjadi semacam ‘penawar’ untuk pengikut gerakan berkorban (ajaran agama dan keyakinan iman menjadi semacam kompensasi)







Agama seringkali dimanipulasi dan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan ekonomi dan politik dari tokoh-tokoh kelompok gerakan sosial, baik yang memiliki keyakinan sama maupun dari kelompok ideologis lainnya



Ciri dan bentuk gerakan sosialkeagamaan



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-10







Orientasi gerakan: (1) melawan masuknya pengaruh asing (mis: gerakan-gerakan sosial-keagamaan telah muncul bahkan pada masyarakat pra-kapitalis, sebagai reaksi perlawanan mereka terhadap perubahan sosial yang didorong oleh masuknya sistem kapitalisme dalam kehidupan masyarakat tersebut); (2) pertarungan keyakinan/ajaran di antara kelompok-kelompok dalam satu agama yang sama, maupun antara kelompok agama yang berbeda; (3) cenderung kembali ke masa lalu atau kehidupan ideal (“aman-tentrem-rahayu”) yang pernah dialami; (4) jika berorientasi pada masa depan yang baru, gerakan tersebut telah mengalami perkawinan ideologis dengan ideologi lainnya







Bentuk-bentuk generik: Gerakan Mesianisme (juru selamat), Revivalisme, Nativisme, Milenarianisme (ratu adil)







Bentuk-bentuk hybrid: perkawinan ideologi gerakan, proto-nasionalisme, ‘perbanditan suci’, dan lain-lain







Keyakinan agama dan ikatan kultural lebih memudahkan gerakan-gerakan sosialkeagamaan mengembangkan jaringan gerakan







Pada umumnya kepemimpinan gerakan berpusat pada satu orang atau imam tertentu; dan gerakan dipenuhi dengan ritus unsur-unsur magis tertentu



Dua Corak Gerakan Sosialkeagamaan



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-10



1. Gerakan sosial-keagamaan transformatif 2. Gerakan sosial-keagamaan reaktif



Gerakan Sosial-keagamaan Transformatif • •



• • • • • •



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-10



Merupakan gerakan ilahiah (menegakan ajaran agama sebagai satu-satunya landasan/dasar kehidupan sosial) Karena agama/keyakinan agama meliputi ajaran untuk semua aspek kehidupan, maka tujuan perubahan adalah membawa/mengembalikan kehidupan masyarakat kepada kehidupan yang berlandaskan ajaran-ajaran agama/keyakinan secara holistik; tanggapan terhadap krisis dalam kehidupan bermasyarakat Umumnya berawal/muncul dalam bentuk kelompok-kelompok peng(k)ajian (kelompok-kelompok tarbiyah) yang militan, kelompok sempalan, atau sekte Penampakan awal beragam: berbentuk kelompok peng(k)ajian, unit-unit ekonomi, atau unit-unit pendidikan Membangun jaringan gerakan multi sektor, multi layers (local to global), serta aliansi yang meluas Merambah arena politik dan perebutan kekuasaan Negara Mengefektifkan semua moda aksi dan repertoires Biasanya berada dalam siklus gerakan (movement cycle) yang panjang



Gerakan Sosial-keagamaan Reaktif



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-10







Merupakan reaksi/respon atas ancaman dari luar yang mengganggu ‘stabilitas’ kehidupan masyarakat; berbasis pada isu







Menggunakan ajaran-ajaran agama untuk memberikan pembenaran atas perlawanan dan penggalangan massa (partisipan dan simpatisan)







Muncul sebagai kelompok perlawanan yang langsung frontal/terbuka terhadap pihak lawan (opponent)







Lebih mengutamakan moda-moda aksi langsung (direct actions) terkait isu yang diperjuangkan







Membangun jaringan dan aliansi gerakan terbatas/berbasis pada isu yang menjadi sentral gerakan







Siklus gerakan biasanya pendek



Perubahan-perubahan dalam Gerakan Sosial-keagamaan



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-10



• Gerakan sosial-keagamaan yang reaktif bisa – bahkan mudah – berubah menjadi transformative karena ajaran agama pada dasarnya bersifat radikal • Radikalisme ajaran agama yang berbasis pada keimanan dapat dengan mudah mendorong gerakan sosialkeagamaan untuk: (a) menggunakan strategi atau pilihan aksi dengan kekerasan yang ekstrim, atau (b) sebaliknya berubah menjadi gerakan mistik (dalam Islam: sufisme) • Gerakan sosial-keagamaan bisa berubah menjadi sekular atau hanya menjadi agama sebagai bungkus (papan nama)



Tugas Kelompok



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-10



Buat makalah kelompok untuk dipresentasikan di kelas dalam pertemuan-pertemuan mendatang:



(1) Uraian dan analisis satu contoh gerakan sosialkeagamaan transformatif di Indonesia; (2) Uraian dan analisis satu contoh gerakan sosialkeagamaan reaktif di Indonesia. Catatan: Nilai akan mendapat bonus 10 poin (atau penambahan maksimal jika nilai makalah sudah mencapai 99): jika berhasil menggambarkan dan menganalis perubahan-perubahan di dalam gerakan atau kelompok gerakan tersebut.



Tugas Kelompok



Gerakan sosial Dianto Bachriadi, Ph.D Hilma Safitri, MA Pertemuan ke-10



Buat makalah kelompok yang menguraikan dan menganalisis: (1) Gerakan sosial keagamaan yang menentang kapitalisme; (2) Gerakan sosial-keagamaan akibat pertentangan ajaran di dalam agama yang sama; (3) Gerakan sosial-keagamaan akibat pertentangan/perbedaan agama PILIH SALAH SATU …… !



Dalam sejarahnya Gerakan Sosial “baru” muncul dalam peradaban manusia pada abad ke-18 (atau sekitar tahun 1768) Masyarakat Gerakan Sosial



Apa yang membedakan Gerakan Sosial dengan Revolusi, Pemberontakan Bersenjata atau dengan Kudeta (coup d’etat) ?



… thank you …