Gigi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

kesehatan gigi Resume pemeriksaan kesehatan gigi 1. Indeks pemeriksaan Jaringan keras gigi Menurut Herijulianti, dkk (2002), data khusus mengenai penyakit gigi di dapat dengan cara menggunakan beberapa indeks, yang sering digunakan yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.



DMF-T def-t OHI-S Prevalensi dan Insidensi SiC Cara pengukuran indeks jaringan keras gigi adalah sebagai berikut:



1. Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukka klinis penyakit karies gigi, indeks yang bisa dipakai yaitu: 2. DMF-T Merupakan angka untuk menggambarkan banyaknya karies yang di derita seseorang dari dulu sampai sekarang untuk gigi permanen (Herijulianti dkk, 2002) D = Decay



: Jumlah gigi karies yang masih bisa di tambal



M = Missing



: Jumlah gigi tetap yang telah/ harus dicabut karena karies



F = Filling



: Jumlah gigi yang telah di tambal



Rumus : 1. def-t Merupakan angka untuk menggambarkan banyaknya karies yang di derita seseorang dari dulu sampai sekarang untuk gigi susu (Herijulianti dkk, 2002)



d = decay



: Jumlah gigi karies yang masih dapat di tambal



e = extolasi



: Jumlah gigi susu yang telah/ harus di cabut karena karies



f = filling : jumlah gigi yang telah di tambal PTI Performance Traetment Index (PTI) merupakan angka presentase dari jumlah gigi tetap yang ditumpat terhadap angka DMF-T. PTI menggambarkan motivasi dari seseorang untuk menumpatkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap. (Depkes RI, 2008). RTI Required Treatment Index(RTI) merupakan angka presentasi dari jumlah gigi tetap yang karies terhadap angka DMF-T. RTI menggambarkan besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan / pencabutan (Depkes RI, 2008) MTI Missing Treatment Index (MTI) merupakan angka presentasi dari jumlah gigi tetap yang hilang karena karies terhadap angka DMF-T (Depkes RI, 2008).



2. Pengukuran OHI-S Menurut Pintauli dan Hamada (2008), Oral Hygiene Indeks Simplified merupakan penjumlahan dari indeks debris dan indeks kalkulus yang masing-masing mempunyai rentang 0 – 3. Gigi indeks pemeriksaan DI dan CI:



6



1



6



6



1



6



Rumus



Rumus Nilai OHI-S : Kriteria OHI-S : Baik



(0 – 1,2)



Sedang



(1,3 – 3,0)



Buruk



(3,1 – 6,0)



3. Prevalensi dan Insidensi Menurut Herijulianti, dkk (2002), prevalensi adalah frekuensi suatu penyakit pada suatu jangka waktu tertentu di kelompok masyarakat tertentu. Rumus : Sedangkan Insidensi adalah frekuensi timbulnya penyakit-penyakit baru selama satu jangka waktu disatu kelompok masyarakat tertentu. Rumus : 4. SiC



Menurut Pintauli dan Hamada (2008), SiC digunakan sebagai standar pengukuran statistic epidemiologis yang lebih ditekanakan pada individu yang mempunyai angka karies yang tinggi pada suatu populasi. SiC < 3. Skor SiC diperoleh dari rerata DMF-T dari sepertiga populasi yang mempunyai skor karies paling tinggi. Yang perlu dilakukan adalah:   



Mengurutkan individu sesuai dengan skor DMF-Tnya Memilih sepertiga dari populasi dengan skor karies paling tinggi Menghitung DMF-T untuk kelompok studi.



1. Pengukuran Jaringan Periodontal Pengukuran jaringan periodontal dapat dilakukan dengan menggunakan: 1. GI (Gingival Indeks) Menurut Bathla (2011), pengukuran gingival indeks bertujuan untuk menilai kekerasan gingiva atau gusi yang terdiri dari warna, konsistensi dan perdarahan ketika dilakukan probing. Gigi indeks pada GI (Gingival Indeks), yaitu gigi 16, 11, 24, 36, 31, 44. Rumus : Kriteria GI : 0



= normal, tidak ada perdarahan



1 = keradangan ringan, terlihat ada sedikit pewarnaan pada permukaan gingiva, tetapi tidak ada perdarahan 2 = keradangan sedang, warna kemerahan, adanya pembengkakan dan terjadi perdarahan pada saat probing



3 = Keradangan besar warna kemerahan ada pembengkakan adanya perdarahan spontan. = 0,1 – 1,0



Kriteria penilaian GI : Baik Sedang



= 1,1, – 2,0



Buruk



= 2,1 – 3,0



2. CPITN (Community Periodontal Index For Treatment Needs) Menurut Herijuliant (2008), CPITN diergunakan untuk mendapatkan gambaran tingkat kondisi jaringan periodontal dan baik macam maupun besarnya kebutuhan perawatan. Prinsip kerja CPITN adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.



Mempergunakan sonde khusus yang disebut Periodontal probe Terdapat sextan yang meliputi 6 buah sextan Terdapat gigi indeks Terdapat nilai/ skor untuk berbagai tingkatan kondisi jaringan periodontal Menentukan skor tertinggi dengan KKP (Kategori Kebutuhan Perawatan) Gigi indeks untuk orang dewasa usia 20 tahun keatas adalah 7 6



1



6 7



7 6



1



6 7



Gigi indeks untuk anak usia 19 tahun kebawah 6



1



6



6



1



6



Menentukan jumlah sektan rata-rata yang terkena penyait periodontal N



Sehat



Berdarah



Calculus



Poket Dangkal



Poket Dalam



Tidak



(C)



(P1)



(P2)



Dinilai



(B) 0



1+2+3+4



2+3+4



3+4



4



X



∑ Sextan / Resp



∑ Sextan / Resp



∑ Sextan / Resp



∑ Sextan / Resp



∑ Sextan / Resp



∑ Sextan / Resp



Tabel kebutuhan perawatan: Kode



Kriteria



Traetment Needs



TN 0



Sehat







TN 1



(B+C+P1+P2)



EIKM



TN 2



(C+P2+P2)



EIKM + Sk



TN 3



P1 + P2



EIKM + Sk



TN 4



P2



EIKM + Pk



Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5.



EIKM (Edukasi dan Instruksi Kesehatan Mulut) Sk (Skalling) Pk (Perawatan Kompleks) Analisis Saliva Rest saliva atau saliva istirahat Saliva istirahat adalah saliva yang dikeluarkan katika tidak ada aktifitas di dalam rongga mulut. sekresi saliva mencapai minimal pada saat tidak distimuli atau sedang istirahat, rata-rata aliran saliva pada saat istirahat adalah 20ml/jam (Indriana, 2011). Cara pengukurannya sebagai berikut:



1. Hidrasi saliva Hidasi saliva digunakan untuk mengetahui tingkat aliran saliva. Kecepatan aliran saliva tanpa terstimulasi yaitu 2,06 ml/menit dengan pH berkisar antara 6,10 –



6,47 dan dapat meningkat mencapai 7,8 pada saat kecepatan aliran saliva mencapai maksimal (Indriana, 2011). Kategori hidrasi saliva: Apabila hidrasi saliva > 60 detik, maka hidrasi saliva rendah Apabila hidrasi saliva < 60 detik, maka hidrasi saliva normal 1. Viskositas saliva Viskositas adalah cara yang digunakan untuk mengukur kekentalan saliva. Volume yang bertambah dan saliva yang encer akan mengurangi kesempatan mikroorganisme berkolonisasi di dalam rongga mulut (Ridoan dkk, 2012). Apabila saliva sangat lengket dan bergelembung, maka viskositas tinggi. Apabila saliva berbusa dan bergelembung, maka viskositas tinggi. Apabila saliva seperti air jernih dan mengalir, maka viskositas saliva normal. 1. pH Saliva Pengukuran pH saliva adalah suatu cara yang digunakan untuk mengukur derajat keasaman saliva di dalam rongga mulut. Indikator pH : Merah



pH 5,0 – 5,8



Asam



Kuning



pH 6,0 – 6,6



Normal



Hijau



pH 6,8 – 7,8



Basa



2. Stimulate Saliva



Adalah saliva yang keluar ketika terstimuli atau ada kegiatan kimiawi seperti mengunyah makanan. Pengukuran stimulate saliva dapat dilakukan dengan mengukur kuantitas saliva dan kapaistas buffer. 1. Kuantitas Saliva Kuantitas saliva adalah cara yang digunakan untuk mengukur jumlah saliva yang keluar. Apabila saliva > 5 ml, maka kuantitas saliva normal Apabila saliva 3,5 – 5 ml, maka kuantitas saliva rendah Apabila saliva < 5 ml, maka kuantitas saliva sangat rendah 1. Kapasitas Buffer Kapasitas buffer adalah suatu proses untuk menetralisir pH saliva. kriteria sebagai berikut: Point 0 -5



: kapasitas buffer sangat rendah



Point 6 – 9



: kapasitas buffer rendah



Point 10 – 12



: kapaistas buffer normal



1. pH Plak pH plak adalah derajat keasaman dari plak yang diukur dengan mengamati menggunakan Plaque indicator kit. Cara pengukurannya adalah dengan mengamati perubahan warna pada plak lima menit setelah plak dicelupkan



selama satu detik ke dalam cairan indikator plak.



Gambar Warna perubahan pH plak 1. Cariogram Merupakan palikasi yang digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang karies gigi sebagai penyakit multifaktorial. Ada 10 parameter yang harus diisi dan diberi skor (0-3) pada kotak yang tersedia dengan menggunakan tanda panah ke atas dan ke bawah. Kesepuluh parameter tersebut meliputi pengalaman karies (DMF-T), penyakit umum, diet karbohidrat, frekuensi diet, skor plak (indeks plak), jumlah s. mutans, penggunaan flour, sekresi saliva, kapasitas buffer saliva dan penilaian klinis dari operator. Apabila setidaknya tujuh atau lebih parameter telah terjawab, maka akan muncul kariogram ditengah layar. Unutk semua par meter, skor 0 berarti nilai paling baik dan 3 adalah paling buruk. Keadaan akan menguntungkan apabila sektor hijau (peluang untuk menghindari karies baru) cukup besar. Jika sektor hijau mencapai 80% atau lebih, maka dapat disimpulkan bahwa pasien memilki peluang yang besar untuk terhindar dari karies baru sampai tahun yang akan datang, dengan catatan bahwa kondisi tidak berubah. Sebaliknya, apabila sektor hijau 20% atau kurang, menandakan bahwa resiko karies sangat tinggi (Pintauli dan Hamada, 2008).



Gambar Hasil Cariogram Penumpatan karies kelas II dengan menggunakan amalgam Menurut klasifikasi G.V. Black karies kelas II adalah karies yag letak kavitas pada proksimal gigi posterior (Harty dan Ogston, 1995) Prinsip preparasi menurut GV Black: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Outline form Retention form Resistence form Convinence form Removal of caries Finishing Cavity toilet Tahapan restorasi amalgam kelas II (UGM, 2008):



1. Restorasi boks : preparasi oklusal dengan menggunakan fissure bur sampai pit dan fissure, dinding preparasi konvergen ke arah oklusal. 2. Prokmsimal boks : kedalaman preparasi kearah pulpa 1-1,5 mm 3. Isthmus lebarnya ±1/3 jarak inter tonjol 4. Garis sudut aksiopulpa line angel dibuat membulat 5. Sisa jaringan karies diambil dengan bur kecepatan rendah,lalu dihaluskan 6. Isolasi gigi yang akan ditumpat dengan cotton roll 7. Bersihkan dan keringkan kavitas, kemudian ben cavity varnish atau bahan lain seperti semen seng phospat, semen ionomer kaca 8. Pada kavitas yang dalam lindungi pulpa dengan kalsium hidrokside



9. Pasang matriks dan mahkota sampai melewati dinding gingival, pasang wedge untu k stabilisasi matriks dan membetuk bagian proksimal 10. Siapkan adonan amalgam yang balk. 11. Aplikasikan ke dalam kavitas dengan amalgam pistol, dahulukan pada bagian proksimal 12. kemudian baru bagian oklusal, padatkan dengan amalgam condenser. Usahakan wedge tidak terdorong ke arah proksimal pada waktu kondensasi Ulangi sampai kavitas penuh. 13. Gunakan eksplorer atau sonde untuk membentuk tepi permukaan proksimal, untuk mengurangi resiko terjadinya fraktur tumpatan 14. lepaskan matriks secara hatihati agar tumpatan bagian proksimal tidak mengalami kerusakan 15. Bentuk/ukir tumpatan dengan amalgam karver sesuai anatoms gigi, dan tidak traumatik dengan gigi antagonis. Haluskan dengan borniser. 16. Pemolishan dilakukan setelah 24 jam



Penumpatan GIC Kelas III Tahapan restorasi kelas III (UGM, 2008): 1. Bila tidak ada jalan masuk, maka buka dari permukaan palatal atau lingual dengan menggunakan round bur kecil 2. Preparasi pada proksimal berbentuk segitiga dengan dasar pada gingival area dengan menggunakan inverted round bur 3. Bentuk isthmus dan dovetail kea rah proksimal boks 4. Retensi berbentuk groove pada dinding bukal dengan round bur 5. Buat bevel pada aksiopulpa line angle 6. Sisa jaringan karies diambil dengan bur kecepatan rendah, selanjutnya dinding preparasi dihaluskan 7. Isolasi gigi yang akan ditumpat dengan cotton rool, untuk rahang atas tempatkan pada sebelah labial, untuk rahang bawah pada sebelah labial dan lingual (dibawah lidah) 8. Bersihkan dan keringkan kavitas, kemudian ben cavity varnish atau bahan lain seperti semen seng phospat, semen ionomer kaca, semen polikarboksilat. 9. Pada kavitas yang dalam lindungi pulpa dengan kalsium hidrokside (Ca (OH)2). 10. Pasang celluloid strip melingkari gigi 11. Siapkan adonan Glass Ionomer 12. Aplikasikan ke dalam kavitas dengan menggunakan plastis filling instrument kemudian di tekan menggunakan semen stopper. Kemudian lepas celluloid strip pelan-pelan 13. Cek tumpatan dengan menggunakan articulating paper



14. Polesh dengan menggunakan varnish



Daftar Pustaka



Bathla, Shalu., 2011, Periodontics Revisited, Jaypee, London, h. 46



Depkes RI, 2008, Hasile Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nusa Tenggara Barat 2007



Harty, F. J., Ogston, R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi, EGC, Jakarta



Herijulianti, Eliza., Indriani, T. S., Artini, Sri, 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta, h. 97-98, 108-110, 114



Indriana, Tecky., 2011, Perbedaan Laju Aliran Saliva dan pH Karena Pengaruh Stimulus Kimiawi dan Mekanis, FKG Universitas Jember, J. Kedokteran Meditek Vol 17, Mei-Agust 2011 h. 44



Pintauli, Sondang., Hamada, Taizo.,2008, Menuju Gigi dan Mulut Sehatn Pencegahan dan Pemeliharaan, USU Press, Medan, h. 18



Riodan, moh satari., Hermiawati, Mieke., Rolleta, Edeh., 2012. Efek Mengunyah Permen Karet yang Mengandung Sukrosa, Xylitol, Probiotik Terhadap Volume, Kecepatan Alira, Viskositas, pH, dan Jumlah Koloni Streptococcus mutans Saliva, Universitas Padjajaran, Bandung



Universitas Gadjah Mada, 2008, Konservasi Gigi pada Anak