Hadis Tarbawi, Etika Dan Metode Pembelajaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Anis Nur Diah Rohmawati NIM : 1810110086 Kelas : PAI - C A.



METODE PEMBELAJARAN Metode (method) secara harfiah berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti



“melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Secara bahasa metode dalam bahasa Arab disebut dengan istilah al-thariq (jalan). Jalan adalah sesuatu yang dilalui supaya sampai ke tempat tujuan. 1 Sedangkan dalam pandangan Abdur Rahim Ghunaimat metode mengajar adalah berbagai cara yang praktis untuk menjalankan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar adalah cara mengajar yang digunakan oleh guru yang terdiri dari berbagai kegiatan yang telah diatur secara sistematis, bertahap, dan dilandasi berbagai prinsip untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.2 B.



HADIS TENTANG METODE PEMBELAJARAN 1. Hadis Aisyah tentang Menyampaikan Perkataan yang Jelas dan Terang.



Dari ‘Aisyah rahimahallah berkata: Sesungguhnya perkataan Rasulullah SAW adalah perkataan yang jelas memahamkan setiap orang yang mendengarnya.



Nizal dan Zainal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi: Membangun Kerangka Pendidikan Perspektif Rasulullah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hal.57 2 Ahmad Izzan dan Saehudin, Hadis Pendidikan: Konsep Pendidikan Berbasis Hadis, (Bandung: Humaniora, 2016), hal. 133 1



1



Di antara sifat ucapan Rasulullah adalah mudah dipahami serta dapat menyentuh fitrah dan akal orang awam. Di samping itu, ucapan beliau tidak hanya dipahami oleh orang yang cerdas dan yang mengetahui peristilahan ilmiah, memahami logika, filsafat, eksak, astronomi, juga ilmu-ilmu alam, tetapi dipahami juga oleh orang awam, atau bermanfaat pula untuk orang-orang yang tidak diberi kelebihan dalam penguasaan ilmu. Itu karena ucapan Rasulullah diungkapkan atas dasar kemampuan pemahaman seseorang sesuai fitrahnya.3 2. Hadis Abu Hurairah tentang Metode Cerita (Kisah)



Dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah SAW pernah bersabda, “Suatu ketika seorang lelaki yang melakukan perjalanan sangat kehausan. Ia turun ke sebuah sumur. Lalu minum air dari situ. Pada saat ia keluar dari tempat itu, ia melihat seekor anjing menjilat lumpur karena rasa haus yang menyengat. Laki-laki itu berkata, ‘(Anjing) ini sengsara karena persoalan yang sama denganku’. Lalu ia (turun kembali ke dalam sumur), mengisi sepatunya dengan air, menggigitnya dengan giginya, dan memanjat dinding sumur, kemudian memberinya minum dengan air itu. Allah berterima kasih atas perbuatan (baiknya) dan memaafkannya,” orang-orang berkata, “Ya Rasulullah! Apakah kami diberi pahala bila melayani hewan?” Nabi SAW menjawab, “Ya, ,melayani keperluan makhluk hidup memperoleh pahala.” Cerita merupakan salah satu jenis sastra yang memiliki nilai eststika. Cerita adalah sastra berbentuk tulisan (yang dikonsumsi melalui bacaan) atau berbentuk lisan (yang dikonsumsi melalui audiensi). Bagi orang yang buta huruf, cerita cukup dikonsumsi



3



Najib Khalid Al-Amir, Mendidik Cara Nabi SAW (Terjemahan), (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), hal.37



2



melalui sastra berbentuk lisan saja. Adapun bagi orang yang melek huruf, ia bisa menikmati sastra cerita melalui tulisan dan lisan secara bebarengan.4 3. Hadis Abu Hurairah tentang Metode Tanya Jawab



Abu Hurairah r.a.: Ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW seraya berkata, “Siapakah orang yang paling berhak kupergauli dengan baik?” Jawab beliau, “Ibumu” Kata orang itu, “Lalu siapa?” Jawab beliau, “Ibumu”, Kata orang itu, “Lalu siapa?”, Jawab beliau, “Ibumu”, Kata orang itu, “Lalu siapa?” Jawab beliau, “Ayahmu”. Metode tanya jawab ialah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan. 4. Hadis Anas bin Malik tentang Metode Diskusi



Dari Anas bin Malik r.a.: Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tolonglah saudaramu, apakah ia seorang penindas atau tertindas.” Orang-orang bertanya, “Ya Rasulullah! Telah menjadi kewajiban kami menolong orang yang tertindas, tetapi bagaimana mungkin 4



Dr. Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Anak Lewat Cerita (Terjemahan), (Jakarta: Mustaqiim, 2003), hal. 19-20



3



kami mnolong penindas?” Nabi SAW bersabda, “(Tolong dia) dengan mencegahnya menindas orang lain.” Metode



diskusi



adalah



suatu



cara



mempelajari



materi



pelajaran



dengan



memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berpikir secara kritis dan mengluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah.



C.



PENGERTIAN ETIKA PEMBELAJARAN Secara etimologi, istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan.



Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Kata etika pun dapat diartikan dengan adab bahasa Arab yaitu aduba, ya’dabu, adaban, yang mempunyai arti bersopan santun , beradab.5 Etika belajar mengajar adalah bagaimana interaksi seorang guru dan peserta didik selama proses belajar mengajar.



D.



HADIS TENTANG ETIKA PEMBELAJARAN 1. Iklas dalam Belajar Mengajar (Mengharap Ridho Allah SWT)



“Janganlah kalian mempelajari ilmu untuk menandingi para ulama, dan jangan untuk mendebat orang-orang bodoh, dan jangan bertujuan untuk bisa menguasai pertemuan dan



A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, ( Surabaya: Pustaka Progressif. 1997), hal 462. 5



4



majlis-majlis. Barangsiapa yang berbuat seperti itu, maka neraka baginya, neraka baginya.” (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Majah, dan Al Hakim) Seorang penuntut



ilmu



hendaknya memasang niat yang iklas. Penuntut ilmu harus memurnikan niatnya dalam menuntut ilmu semata-mata hanya karena Allah, bukan untuk menyombongkan ilmunya. 2. Sabar dalam Belajar Mengajar, Tidak Boleh Bersikap Keras atau Kasar



“Ajarkanlah ilmu dan janganlah kalian bersikap keras, karena sesungguhnya mengajar ilmu lebih baik dari orang yang bersifat keras.” (HR. Al-Harits, Ath-Tayalisi, dan Al-Baihaqi) 3. Bersikap Adil



Dari Ali r.a., Ia berkata: “Rasulullah SAW selalu memberikan kepada setiap orang



yang hadir dihadapan beliau, hak-hak mereka (secara adil), sehingga diantara mereka tidak ada yang merasa paling diistimewakan.”(H.R Tirmidzi) 4. Membuat Mudah, Gembira, dan Kompak



5



Anas bin Malik r.a.: Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Ringankanlah orangorang (dalam masalah-masalah agama), dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan berilah mereka kabar gembira dan janganlah membuat mereka melarikan diri (dari Islam).” 5. Tenang, Sopan, dan Rendah Hati



Umar Ibnu Khattab r.a. beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Pelajarilah



olehmu ilmu pengetahuan dan pelajarilah pengetahuan itu dengan tenang dan sopan, rendah hatilah kami kepada orang yang belajar kepadanya.” (H.R Abu Nu’aim)



DAFTAR PUSTAKA



6



Nizal dan Zainal Efendi Hasibuan. 2011. Hadis Tarbawi: Membangun Kerangka Pendidikan Perspektif Rasulullah. Jakarta: Kalam Mulia. Ahmad Izzan dan Sehudin. 2016. Hadis Pendidikan: Konsep Pendidikan Berbasis Hadis. Bandung: Humaniora. Al-Amir, Najib Khalid. 2002. Mendidik Cara Nabi SAW (Terjmahan). Bandung: Pustaka Hidayah. Abdul Aziz Abdul Majid. 2003. Mendidik Anak Lewat Cerita (Terjemahan), Jakarta: Mustaqim. A.W. Munawwir. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progressif.



7