Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. Pembelajaran Bahasa Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan. Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Sementara itu, dalam kurikulum 2004 untuk SMA dan MA, disebutkan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara umum meliputi (1) siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi,serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional,dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Mengacu pada penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis. 2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dinyatakan dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2004 : 6) adalah sebagai berikut : 1. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa dan sastra Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara. 2. Siswa memahami bahasa dan sastra Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta mengunakannya dengan tepat dan kreatif untuk macam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.



3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa dan sastra Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan kematangan sosial. 4. Siswa memiliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa (berbicara dan menulis). 5. Siswa dapat menikmati dan memanfaatkan karya satra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6. Siswa menghargai dan membanggakan satra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual Indonesia. Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah suatu proses menyampaikan maksud kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu. Komunikasi bisa berupa pengungkapan pikiran, gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi suatu peristiwa. Hal itu disampaikan dalam aspek kebahasaan berupa kata, kalimat, paragrap atau paraton, ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, dan tempo) dalam bahasa lisan. 3. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia 1.



Pembelajaran Bahasa Menyeluruh (Whole Language)



Whole Language Approach adalah suatu pendekatan terhadap pembelajaran bahas secara utuh. Artinya, dalam pengajaran bahasa kita mengajarkannya secara kontektual, logis, kronologis dan komunikatif serta menggunakan seting yang riil dan bermakna. Pendekatan Whole Language Approach terdapat hubungan yang interaktif antara yang mendengarkan dan yang berbicara, antara yang membaca dan yang menulis. Belajar bahasa harus terinteraksi ke dalam bahan terpisah dari semua aspek kurikulum. Artinya, pembelajaran bahasa yang terpadu dengan perkembangan motorik, sosial, emosional, dan kognitif juga pengalaman anak, media dan lingkungan anak. 2.



Pembelajaran Keterampilan Proses



Pembelajaran keterampilan proses adalah pembelajaran dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan sehingga siswa mampu menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep sreta menumbuhkembangkan sikap dan nilai. 3.



Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAKEM/Joyfull Learning)



PAKEM adalah pembelajaran yang menciptakan variasi kondisi eksternal dan internal dengan melibatkan siswa secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga pembelajaran lebih bermakna. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara langsung dan optimal. 4. Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia a.



Prinsip Fungsional



Pembelajaran bahasa Indonesia yang berprinsip fungsional pada hakikatnya sejalan dengan konsep pembelajaran yang komunikatif. Dalam pelaksanaannya adalah melatih siswa menggunakan bahasa baik lisan maupun tulisan. b.



Prinsip Kontektual



Pembelajaran bahasa Indonesia yang berperinsif kontektual adalah pelajaran yang mengkaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata. Prinsip pembelajran kontektual ini mencakup tujuh komponen yaitu : konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya. c.



Prinsip Apresiatif



Pembelajaran bahasa Indonesia yang berperinsip apresiatif lebih ditekankan pada pembelajaran sastra. Hal ini mengandung arti bahwa prinsip pembelajaran yang digunakan adalah menyenangkan. 5. paradigma atau cara pandang pembelajaran bahasa 1. Imersi, yaitu pembelajaran bahasa dilakukan dengan ’menerjunkan’ siswa secara langsung dalam kegiatan berbahasa yang dipelajarinya. Contoh, ketika siswa belajar mengarang, terjunkanlah langsung dalam kegiatan mengarang. Berikan ia pengalaman bagaimana, seperti apa mengarang itu dengan memintanya menulis sebuah karangan dengan topik tertentu. Jika siswa kesulitan, berikan ia model atau contoh karangan yang sesuai. Selanjutnya, guru memandu untuk menggali ’teori’ mengarang itu berdasarkan pengalaman siswa. Jika ada yang kurang maka guru melengkapinya. Hal yang sama dilakukan untuk mengajarkan menyimak, berbicara, membaca, kesastraan, dan kebahasaan. 2. Pengerjaan (employment), yaitu pembelajaran bahasa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan berbahasa yang bermakna, fungsional, dan otentik. Bermakna artinya kegiatan berbahasa yang dilakukan siswa dapat menghasilkan wawasan, sikap atau keterampilan baru yang secara bertahap dapat meningkatkan kemampuan berbahasanya. Fungsional artinya aktivitas berbahasa yang dilakukan siswa memiliki tujuan yang jelas dalam berkomunikasi. Maksudnya, mengarah pada salah satu atau lebih dari tujuh fungsi bahasa (Lihat KB 1). Otentik artinya aktivitas berbahasa siswa terjadi dalam konteks yang jelas, yang memang lazim digunakan dalam kenyataan berbahasa di luar kelas. Ini berarti, apabila siswa harus membuat satu kalimat atau wacana, siswa harus dapat membayangkan untuk apa dan dalam situasi berbahasa apa ia membuat kalimat atau wacana tersebut. Dengan paradigma ini diharapkan tidak terjadi lagi adanya tugas atau kegiatan siswa yang asal-asalan atau hanya sekadar rekaan, yang tidak pernah ada dalam kegiatan berbahasa seharihari. Perhatikan contoh berikut, kalimat mana yang paling otentik ketika mengajarkan kalimat aktif dan pasif kepada siswa? 3. Demonstrasi, yaitu siswa belajar bahasa melalui demonstrasi --- dengan pemodelan dan dukungan --- yang disediakan guru. Model atau contoh merupakan upaya pembelajaran yang dapat menjadikan sesuatu (konsep, sikap, keterampilan) yang abstrak, rumit atau sulit menjadi konkret, sederhana atau mudah karena gambaran yang ditampilkannya. Model itu



dapat berupa manusia (guru atau sumber lain) atau sesuatu yang lain. Ketika siswa belajar membacakan berita, akan lebih efektif apabila mereka diberikan model ’pembacaan berita’ dengan mendengarkan radio, melihat TV atau melihat contoh yang ditampilkan guru. Dari model itu siswa akan menginspirasi atau mencontoh secara kreatif apa dan bagaimana membacakan berita itu. 4. Tanggung jawab (responsibility), yaitu pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih aktivitas berbahasa yang akan dilakukannya. Upaya ini akan bermanfaat bagi siswa untuk (1) menyalurkan minat dan keinginannya dalam belajar bahasa, dan (2) menjadikan siswa lebih percaya diri dan bertanggung jawab atas tugas atau kegiatan yang dipilih dan dilakukannya. Kalau siswa mendapat tugas membaca suatu karya sastra cerpen, misalnya, siswa diberi kesempatan untuk memilih salah satu karya sastra yang dibacanya. Siswa pun diberikan kebebasan untuk memilih bentuk respons terhadap karya sastra yang dibacanya. Mungkin ada yang meresponsnya hanya dengan membuat: rangkuman cerita, peta cerita, esai, menggambar tokoh atau peristiwa (yang sangat mengesankan) atau menyusun pertanyaan penting tentang isi cerita. 5. Uji coba (trial-error), yaitu pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan dari perspektif atau sudut pandang siswa. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kesalahan dalam belajar bahasa merupakan bagian dari proses belajar bahasa itu sendiri. Oleh karena itu, siswa akan lebih percaya diri dalam belajar apabila ia mengerti bahwa gurunya tidak hanya menekankan pada ketepatan, tetapi memberinya kesempatan untuk memperbaiki atau menyempurnakan hasil kerjanya melalui uji-coba yang dilakukan siswa. 6. Pengharapan (expectation), artinya siswa akan berupaya untuk sukses atau berhasil dalam belajar jika dia merasa bahwa gurunya mengharapkan dia menjadi sukses. Sikap pembelajaran ini akan ditunjukkan guru melalui perilakunya yang mau memperhatikan, mengerti, dan membantu kesulitan siswa; mendorong atau membesarkan hatinya apabila siswa melakukan kesalahan disertai dengan pemberian masukan, serta memberikannya penguatan apabila siswa melakukan hal yang benar.