Hasil Kebudayaan Pada Masyarakat Pra Aksara Tingkat Lanjut Tradisi Lisan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KELOMPOK



SEJARAH



Nama penyusun : Azhar Misda Eka Putri Jauharati Reza Maulana Sinapoi Nurul Muhammad Jumi’at Mokhtar



Hasil kebudayaan pada masyarakat pra aksara tingkat lanjut : tradisi lisan A. Tradisi Masyarakat Sebelum Mengenal Tulisan Dilakukan melalui tradisi lisan, dimana pengertian tradisi lisan itu sendiri adalah sebagai berikut. Ø Tradisi lisan merupakan tradisi yang terkait dengan kebiasaan/ adat istiadat, menggunakan bahasa lisan dalam menyampaikan pengalaman sehari-hari dari seseorang kepada orang lain. Ø Tradisi lisan dapat juga diartikan sebagai penggungkapan lisan dari satu generasi ke generasi yang lain,dst. Ø Menurut Kuntowijoyo,tradisi lisan merupakan sumber sejarah yang merekam masa lampau masyarakat manusia. Tradisi sejarah masyarakat sebelum menggenal tulisan merupakan tradisi dalam mewariskan pengalaman masa lalu serta pengalaman hidup sehari-hari yang terkait dengan adat istiadat, kepercayaan, nilai moral pada generasi mereka sendiri dan generasi yang akan datang melalui tradisi lisan, peringatan-peringatan berupa bangunan serta alat hidup sehari-hari. Tradisi lisan mengandung kejadian-kejadian sejarah, nilai-nilai moral, keagamaan, adat istiadat, cerita khayalan, peribahasa, lagu dan mantra, serta petuah leluhur. Tradisi lisan ada sejak manusia memiliki kemampuan berkomunikasi meskipun belum mengenal tulisan tetapi mereka telah mampu merekam pengalaman masa lalunya. Sebagai contoh tradisi lisan: 



Aktivitas bercocok tanam sampai sekarang masih ada karena diwariskan secara bertahap dan turun temurun dari nenek moyang kita kepada generasi selanjutnya.



Aktivitas membuat gerabah yang mulai dikenal pada masa bercocok tanam yang semakin berkembang, Bagaimana cara mereka mewariskan keahliannya? 1. Tutur Tutur adalah perkataan, atau bahasa percakapan. Adapun yang dimaksud dalam kaitannya dengan tradisi lisan yaitu tradisi dalam bentuk tuturan, atau tuturan yang sudah berupa tradisi. Tradisi lisan atau tutur yang berkembang pada masa lalu berlangsung dari generasi ke generasi. Pada tiap generasi tuturan itu menyebar dengan luas artinya tuturan itu dikenal dan digunkan oleh banyak orang walaupun berjauhan tempat tinggalnya. Tuturan semacam itu disebut sebagai tuturan rakyat yaitu yang termasuk dalam cangkupan folklore. 2. Tari dan Lagu



Tari adalah salah satu cara masyarakat pra aksara mewariskan masa lalunya Karena dengan tari orang bisa mempelajari tentang tradisi masa lampau serta meneruskan kepada generasi berikutnya. Dari berbagai jenis nyanyian rakyat, yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu sumber dari penulisan sejarah adalah nyanyian rakyat yang bersifat berkisah (narrative folksong). Nyanyian rakyat yang tergolong dalam kelompok ini adalah balada dan epos. Perbedaan antara balada dan Epos terletak pada tema ceritanya. Tema cerita balada mengenai kisah sentimentil dan romantis, sedangkan cerita Epos atau Wiracarita mengenai cerita kepahlawanan. Keduanya memiliki bentuk bahasa yang bersajak. Nyanyian yang bersifat berkisah ini banyak terdapat di Indonesia. Di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali terdapat Epos yang berasal dari Epos besar Mahabarata dan Ramayana. Nyanyian rakyat di Jawa Tengah dan Jawa Timur juga disebut sebagai “Gending”. Gending-gending tersebut masih dibagi lagi kedalam beberapa jenis, seperti: Sinom, Pucung dan Asmaradhana. Balada di Jawa Barat diwakili oleh pantun Sunda.



3. Alat dan Bangunan Masyarakat pra-aksa telah meninggalkan berbagai macam alat dan bangunan yang sampai kepada kita. Dengan alat bangunan tersebut kita bisa mengungkap kehidupan masa lampau. 4. Gerabah Gerabah merupakan benda pecah belah yang terbuat dari tanah liat. Fungsinya sebagai alat rumah tangga. Alat-alat ini sudah ada sejak zaman pra sejarah. Pada zaman bercocok tanam gerbah mulai diciptakan dengan berbagai bentuk untuk melayani berbagai keperluan. Rumah tangga dan ada pula yang digunakan sebagai alat upacara. Ada yang dihias dan ada pula yang tidak dihias. Para peneliti prasejarah sangat memperhatikan temuan gerabah ini karena berbagai bentuk dan hiasannya menggambarkan tradisi budaya yang telah menghasilkannya.



5. Perhiasan Dengan ditemukannya perhiasan memberikan bukti bahwa manusia telah gemar dan mampu membuat perhiasan. Pada umumnya bahan untuk membuat perhiasan adalah bahan-bahan yang mudah didapat disekitar tempat tinggal mereka. Misalnya kulit kerang, tanah liat yang dibakar dan manik-manik dari bahan batu. Selain itu batu dan tanah liat perhiasan juga dibuat dari perunggu seperti gelang dan cincin perunggu.



B. Cara Pewarisan Masa Lalu Seperti yang telah kita bahas pada sub bab sebelumnya bahwa kebudayaan masyarakat saat ini merupakan warisan nenek moyang kita pada masa lalu. Ada dua cara pewarisan masa lalu oleh masyarakat zaman praaksara yakni melalui keluarga dan melalui masyarakat 1. Melalui keluarga Keluarga merupakan lingkup sosial terkecil dari suatu masyarakat. Darisinilah pewarisan kisah-kisah dapat dilakukan secara turun temurun secara intern meliputi bahasa, acara adat, peraturan keluarga dll. Penggenalan dilakukan dari hal-hal sederhana yang mudah dipahami seperti:  



aspek-aspek material (benda buatan manusia yang dapat diraba dan dilihat) hingga proses pengenalan yang lebih rumit yaitu kebudayaan non material (kepercayaan, nilai, norma, dan bahasa).



Pewarisan tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi adat istiadat/kebiasaan baik secara: §



langsung (secara lisan diberitahukan mengenai tradisi dan adat istiadat yang berlaku)



§



tidak langsung (dengan memberi contoh dalam hal perilaku sehari-hari).



§ Selain disampaiakan secara lisan, juga dilakukan melalui cerita atau dongeng (sebab dalam dongeng disisipkan pesan-pesan mengenai nilai-nilai atau sesuatu yang dipandang baik untuk dilakukan maupun mengenai sesuatu yang dipandang tidak boleh dilakukan. 2. Melalui masyarakat Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang mendiami wilayah tertentu. Setiap masyarakat dapat memiliki budaya yang berbeda-beda. Mereka membuat kebudayaan dan mewariskannya kepada generasi muda dengan berbagai cara, antara lain upacara adat, kesenian, bahasa dll. Masyarakat merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan budaya, wilayah identitas, dan berinteraksi dalam suatu hubungan sosial yang tersetruktur. Masyarakat mewariskan masa lalunya melalui: Ø Tradisi dan adat istiadat (nilai,norma yang mengatur perilaku dan hubungan antar individu dalam kelompok). Adat istiadat yang berkembang di suatu masyarakat harus dipatuhi oleh anggota masyarakat di daerah tersebut. Adat istiadat sebagai sarana mewariskan masa lalu terkadang yang disampaikan tidak sama persis dengan yang terjadi di masa lalu tetapi mengalami berbagai perubahan sesuai perkembangan zaman. Masa lalu sebagai dasar untuk terus dikembangkan dan diperbaharui. Ø Nasihat dari para leluhur, dilestarikan dengan cara menjaga nasihat tersebut melalui ingatan kolektif anggota masyarakat dan kemudian disampaikan secara lisan turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.



Ø Peranan orang yang dituakan (pemimpin kelompok yang memiliki kemampuan lebih dalam menaklukkan alam) dalam masyarakat. Contoh: Adanya keyakinan bahwa roh-roh harus dijaga, disembah, dan diberikan apa yang disukainya dalam bentuk sesaji. Pemimpin kelompok menyampaikan secar lisan sebuah ajaran yang harus ditaati oleh anggota kelompoknya. Ø Membuat suatu peringgatan kepada semua anggota kelompok masyarakat berupa lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup serta bangunan tugu atau makam. Semuanya itu dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya hanya dengan melihatnya. Contoh: Benda-benda (kapak lonjong) dan berbagai peninggalan manusia purba dapat menggambarkan keadaan zaman masyarakat penggunanya. Ø Kepercayaan terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang dapat termasuk sejarah lisan sebab meninggalkan bukti sejarah berupa benda-benda dan bangunan yang mereka buat. Seperti: Menhir (tugu batu), merupakan tugu peringgatan bagi generasi yang akan datang behwa di tugu tersebut terdapat arwah nenek moyang yang harus disembah. C. Jejak-jejak Sejarah Masyarakat Indonesia sebelum Mengenal Tulisan Folklor, Mitologi, Legenda, Upacara, dan Lagu-lagu digolongkan dalam teks lisan sebagai bagian kebudayaan lisan dan dapat dijadikan sebagai sumber untuk penulisan sejarah (historiografi) setelah dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang sezaman. Terdapat sejarah di dalamnya yaitu berupa ingatan kolektif yang tersimpan dalam ingatan manusia yang diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan. Melalui tatanan sosial seperti keluarga dan masyarakat, nenek moyang mewariskan budayanya ke generasi penerus. Nah, darisinilah kita yang ada di zaman saat ini mendapat kemudahan untuk melacak jejak sejarah melalui tradisi yang dilakukan oleh masyarakat. Tentunya kita dapat melacaknya dari tradisi lisan yang dikisahkan secara turun-temurun. Bentuk tradisi lisan meliputi folklore, mitologi, legenda, upacara dan lagu-lagu daerah. 1. Folklore Berdasarkan asal kata, folklor berasal dari dua kata yaitu folk dan lore. Folk berarti sekelompok manusia yang memiliki ciri fisik, budaya dan sosial yang khas sehingga dapat membedakan masyarakat tersebut dengan masyarakat yang lain. Contohnya masyarakat yang memiliki bahasa yang sama, warna kulit yang sama, acara adat, agama dan taraf pendidikan



yang sama. Sedangkan lore berarti sebagian kebudayaan yang diwariskan secara turuntemurun melalui lisan maupun suatu contoh yang disampaikan melalui gerak isyarat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan. Ciri-ciri folklor: v Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya. v Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi). v Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya) v Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam. v



Folklor terdiri atas banyak versi



v



Mengandung pesan moral



v



Mempunyai bentuk/berpola



v



Bersifat pralogis



v



Lugu, polos



Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu: a. Folklor Lisan a. Bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis. b. Ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran. c. Pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki. d. Sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair. e. Cerita prosa rakyat. Menurut William R. Bascom, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale). Seperti: Malin Kundang dari Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, serta Jaya Prana dan Layonsari dari Bali.



f. Nyanyian rakyat, seperti: Jali-Jali dari Betawi, Ampar Ampar Pisang dari Kalimantan, dan Olesio dari Ambon. b. Folklor sebagian Lisan Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut: a. Kepercayaan dan takhayul. b. Permainan dan hiburan rakyat setempat. c. Teater rakyat, seperti: lenong, ketoprak, dan ludruk. d. Tari rakyat, seperti: Tari Tayuban, Doger, Jaran, Kepang, dan Ngibing, Ronggeng. e. Adat kebiasaan, seperti: gotong royong dalam pembuatan jalan, rumah atau pesta selamatan, dan khitanan. f. Upacara tradisional, seperti: tingkeban, turun tanah, dan temu manten. g. Pesta rakyat tradisional, seperti bersih desa sesudah panen, meruwat, dan selamatan. c. Folklor bukan Lisan Foklor ini juga dikenal sebagai artefak (artifact) meliputi sebagai berikut: a. Arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti: joglo, di Jawa,Rumah Gadang di Minangkabau, rumah Beteng di Kalimantan, dan Honay di Papua. b. Seni kerajinan tangan tradisional. c. Pakaian Tradisional d. Obat-obatan rakyat e. Alat-alat music tradisional f. Peralatan dan senjata yang khas tradisional g. Makanan dan minuman khas daerah 2. Mitologi Mite (myth) berarti cerita yang memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal gaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa atau setengah dewa. Mitologi



Mitologi adalah cerita rakyat yang diyakini telah terjadi dan menyangkut terbentuknya sesuatu atau bertalian dengan terjadinya suatu tempat. Mitologi sangat dianggap sebagai cerita suci oleh si pemiliknya. Tokoh-tokoh dalam mitologi biasanya diperankan oleh orang suci, dewa atau manusia setengah dewa. Contoh mitologi antara lain kisah dewi sri, kisah pemindahan Gunung Suci Mahameru di India oleh para dewa ke Gunung Semeru, cerita Barong di Bali dll. Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya mengisahkan tentang terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam dan sebagiannya. Mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah pecintaan mereka, kisah perang mereka, dan sebagainya. Cerita-cerita yang terkandung dalam mite bukanlah sejarah tetapi didalamnya terdapat unsurunsur sejarahnya. Contoh mite: Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali Nyai Pohaci dari Jawa Barat Nyai Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta Mado-Mado (lowalangi) dari Nias Wahadi dari Timor. Mitos di Indonesia dibagi menjadi 2 macam berdasarkan tempat asalnya, yakni: 1)



Asli Indonesia



2)



Berasal dari luar negeri terutama dari India, Arab, dan kawasan Laut Tengah.



Mitos dari luar negeri umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa lagi keasingannya, karena telah mengalami proses adaptasi. Sebagai contoh: Orang jawa telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai dewa dan pahlawan Jawa. Orang Jawa percaya bahwa mitos yang berasal dari epos Ramayana dan Mahabarata terjadi di pulau Jawa dan bukan di India.



3. Legenda Legenda adalah suatu cerita rakyat yang diyakini benar-benar terjadi dimana ceritanya dihubung-hubungkan dengan tokoh sejarah tertentu yang memiliki ilmu atau kesaktian. Legenda dapat kita bagi menjadi empat kelompok, yakni: a. Legenda keagamaan yakni legenda yang menceritakan seorang tokoh suci. Legenda Keagamaan adalah legenda orang-orang yang dianggap suci atau saleh. Cerita-cerita tersebut dikenal sebagai hagigrafi (legent of the saint) yang berarti cerita mengenai orang-orang suci. Karya semacam itu termasuk folklore karena versi asalnya masih tetap hidup di kalangan masyarakat sebagai tradisi lisan. Contoh: legenda tentang wali songo di daerah jawa atau legenda tentang Ratu Calon Arang di Bali. b. Legenda kegaiban atau alam gaib yakni legenda yang menceritakan tentang alam gaib atau hal-hal yang berbau supranatural. Legenda semacam ini biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Fungsi legenda semacam ini adalah untuk meneguhkan kebenaran “takhayul” atau kepercayaan rakyat. Contoh legenda ini yaitu kepercayaan terhadap adanya hantu, gendruwo dan sundel bolong, Legenda Nyai Roro Kidul di pantai selatan atau legenda tentang Si manis jembatan Ancol.



c. Legenda perseorangan yakni legenda yang menceritakan tentang tokoh yang diyakini dulu pernah ada dan terjadi. Legenda perseorangan merupakan cerita mengenai tokohtokoh tertentu yang dianggap benar-benar terjadi. Di Indonesia legenda semacam ini banyak sekali. Di Jawa Timur yang paling terkenal adalah legenda tokoh Panji. Panji adalah seorang putra raja Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur yang senantiasa kehilangan istrinya. Akibatnya, banyak muncul cerita Panji yang temanya selalu perihal istrinya yang menjelma menjadi wanita lain. Cerita Panji yang semula merupakan kesusastraan lisan (legenda), namun telah banyak dicatat orang sehingga mempunyai beberapa versi dalam bentuk tulisan. Contohnya: Lutung Kasarung dari Jawa Barat, Rara Mendut dan Jaka Tingkir dari Jawa Tengah dll. d. Legenda lokal atau legenda setempat yakni legenda yang menceritakan tentang asal usul terjadinya suatu tempat atau bangunan. Legenda setempat adalah cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu tempat, berbukit-bukit, berjuarang dan sebagainya. Legenda setempat yang berhubungan dengan nama suatu tempat misalnya legenda Kuningan. Kuningan adalah nama suatu kota kecil yang terletak di lereng Gunung Cermai, di sebalah selatan kota Cirebon, Jawa Barat. Misalnya: legenda tentang terjadinya danau tangkuban perahu, danau toba atau legenda tentang terjadinya candi prambanan. 4. Dongeng



Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak pernah terjadi tapi tetap diceritakan dikarenakan berisi nasehat atau petuah yang baik. Dongeng adalah”cerita pendek” kolektif kesusastraan lisan. Diceritakan untuk hiburan, meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran. Tokohnya, biasanya binatang (fables), seperti Si Kancil, maupun manusia seperti Bawang Merah dan Bawang Putih. Terkadang ada pergeseran sebuah legenda menjadi dongeng. Misalnya dongeng Meraksamana dari Papua, Jaka Tarub yang mencuri pakaian bidadari berasal dari Jawa Timur, “Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu” ke dongeng “Sangkuriang” dapat terjadi karena kini cerita Sangkuriang oleh sebagian penduduk Sunda sudah dianggap fiktif. 5. Upacara Upacara merupakan sebuah tindakan atau acara tertentu yang terkait dengan nilai adat istiadat, agama dan kepercayaan tertentu. Adapun jenis upacara yang sering dilakukan oleh masyarakat antara lain upacara pernikahan, kelahiran, kematian, penyambutan tamu, pengukuhan kepala adat atau kepala suku dll. Contoh: Upacara penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai perburuan, dan upacara perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang. Fungsi Upacara: 1. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatankekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan pada mereka. Upacara tersebut juga dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari kemarahan kekuatankekuatan gaib yang seringkali diwujudkan dalam berbagai malapetaka dan bencana alam. Biasanya terkait dengan legenda yang berkembang di masyarakat tentang asal usul mereka. 2.



Sebagai alat legitimasi tentang keberadaan mereka seperti tertuang dalam cerita rakyat.



Contoh: Upacara “Kasodo” oleh masyarakat Tengger di Sekitar Gunung Bromo. Upacara “Larung Samudra” yaitu melarung makanan ke tengah laut. Upacara “ Seren Taun” di daerah Kuningan Upacara “ Mapang Sri” di daerah Parahyangan



Macam-macam upacara: 



Upacara Membuat Rumah



Rumah dipandang memilki nilai magis tersendiri yang diyakini memiliki kekuatan dan melindungi kehidupan manusia. Sehingga, ketika pertama kali mendirikan rumah mereka menggunakan berbagai macam sesaji yang dipercayai dapat mendukung keselamatan keluarga atau orang yang mendirikan rumah, seperti di daerah Toraja, Bali, dan Madura. 



Upacara kematian/ Penguburan



Muncul ketika adanya kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal akan pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari lingkungan dimana ia pernah tinggal. Contoh: tradisi penguburan di suku Toraja. 



Upacara Perkawinan



Pada suku Minangkabau, menganut garis keturunan matrilineal, sehingga upacara perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga istri. Berbeda dengan suku Batak dan Bali yang menganut garis keturunan patrilineal dimana upacara perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga laki-laki.



6. Lagu-lagu daerah (Folksongs) Lagu-lagu daerah atau yang disebut sebagai tembang rakyat merupakan syair-syair yang dialunkan dengan irama tertentu serta beredar secara lisan. Setiap kelompok masyarakat pada zaman dahulu memiliki tembang rakyat yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas tertentu terutama dalam hal bahasa dan logat. Misalnya: tembang Cublak- Cublak Suweng dan Ilir-Ilir dari Jawa tengah-timur, lagu Kampuang nan Jauh di Mato dari daerah Sumatra Barat dll Lagu daerah adalah lagu yang menggunakan bahasa daerah. Ciri-cirinya: Ø



Terdiri atas kata-kata dan lagu yang keduanya tidak dapat dipisahkan.



Ø



Sifatnya mudah berubah-ubah (dapat diolah menjadi nyanyian pop)



Ø Beredar secara lisan diantara kolektif tertentu dan memiliki banyak varian, berbentuk tradisional. Ø Bentuknya sangat beraneka ragam, yakni dari yang paling sederhana sampai yang cukup rumit. Contoh:



Bungong Jeumpa, Ampar-ampar Pisang, Yamko Rambe Yamko, Butet, Kampung nan Jauh di Mato. Fungsi nyanyian rakyat: 1. Kreatif, yaitu untuk menghilangkan kebosanan hidup sehari-hari untuk menghibur diri dan untuk mengiringi permainan anak-anak. 2.



Sebagai pembangkit semangat, yaitu nyanyian untuk bekerja.



Holopis Kuntul Baris (Jawa Timur), rambate Rata(Sulawesi Selatan) 3. Sebagai protes sosial, yaitu proses mengenai ketidakadilan dalam masyarakat atau negara bahkan dunia. 4.



Untuk memelihara sejarah setempat dan klan.



“hoho”(Nias),untuk memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado. Menurut Brunvand, nyanyian rakyat dapat digolongkan dalam 3 jenis: a.



Nyanyian rakyat yang berfungsi



b.



Nyanyian rakyat yang bersifat liris



Nyanyian bersifat liris biasanya sebagai pencetusan rasa haru pengarangnya (anonim). Nyanyian, dibedakan menjadi dua yaitu: - nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya, contoh: Lagu Cinte Manis - Nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya, contoh: Pok Ame-ame dan Oh Mama Saya Mau Kawin dari Betawi. c. Nyanyian rakyat yang bersifat kisah Contohnya: Balada (sentimental)



Pantun Sunda



romantik(tentang cinta) epos (kepahlawanan)



Ramayana



C. NILAI NORMA, DAN TRADISI YANG DIWARISKAN DI DALAM SEJARAH LISAN INDONESIA 1. Nilai Kesusilaan Nilai-nilai yang dapat diambil dari sejarah lisan adalah norma-norma kesusilaan seperti menghormati orang tua, menghormati yang lebih muda serta sifat unggah-ungguh, andapasor, sopan santun dan sebagainya. 2. Nilai Hiburan Tradisi lisan banyak disebar luaskan dalam kehidupan keluarga seperti bapak bercerita kepada anaknya, kakek bercerita kepada cucunya atau guru kepada muridnya dalam rangka memberikan hiburan/selingan. 3. Nilai Pendidikan Selain nilai kesusilaan dan nilai hiburan, tradesilisan dapat memberikan nilai pendidikan seperti: 



Kwalat kalau nglangkahi (melompati orang tua)







Berdosa kalau berbohong. 



Menghormati/berbakti kepada orang tua dan sebagainya.