HEPATOMA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMA



A. Definisi Hepatoma (Karsinoma Hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari sel-sel hati. Hepatoma merupakan kanker hati primer yang paling sering ditemukan. Karsinoma fibrolamelar merupakan jenis hepatoma yang jarang, yang biasanya mengenai dewasa muda. Penyebabnya bukan sirosis, infeksi hepatitis B atau C maupun faktor resiko lain yang tidak diketahui. Hepatoma adalah kanker hati primer dapat timbul dari hepatosit (sel hati), jaringan penyambung, pembuluh darah, empedu., Ester, 2002. Hepatoma atau Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma=HCC) merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit, Sudoyo, 2007. .Hepatoma(karsitoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari hepatosit (karsitoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu (kolangio karsinoma), Corwin, 2009.



1



B. Etiologi Secara umum,setiap etiologi sirosis merupakan faktor resiko utama untuk hepatocellilar carcinoma. Sekitar 80% dari pasien dengan hepatocellular carcinoma baru didiagnosis sirosis telah ada sebelumnya. Penyebab utama sirosis diamerika serikat disebabkan infeksi hepatitis C,alkohol dan infeksi hepatitis B (El-serag 2004). 1. Sirosis hati (pengerasan hati) Secara umum, sirosis manapun adalah faktor risiko utama untuk kanker hati. Sekitar 80 persen pasien dengan kanker hati sebelumnya telah didiagnosis sirosis hati. 2. Virus hepatitis B Hepatisis B merupakan penyebab paling umum kanker hati di seluruh dunia. Virus hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati karena adanya kombinasi peradangan kronis dan integrasi genom virus ke dalam DNA pasien. Pasien hapatitis B dapat meningkatkan kasus kanker hari hingga 1000 kali lipat. 3. Virus Hepatitis C Virus hepatitis C telah menjadi penyebab paling umum kanker hati di Jepang dan Eropa, dan juga bertanggung jawab atas meningkatnya kejadian kanker hati baru-baru ini di Amerika Serikat. Risiko kanker hati seumur hidup dari pasien hepatitis C adalah 5 persen, dan terjadi setelah 30 tahun terinfeksi. Dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa pengobatan antiviral infeksi hepatitis C kronis dapat mengurangi risiko kanker hati secara signifikan. 4. Alkohol Di Amerika Serikat, sekitar 30 persen kasus kanker hati dianggap berhubungan dengan konsumsi alkohol yang berlebihan. Pecinta alkohol yang minum lebih dari 80 g/d atau elbih dari 6 sampai 7 gelas per hari, dapat meningkatkan risiko kanker hati hingga 5 kali lipat.Risiko kanker hati lebih besar terjadi setelah pasien berhenti minum alkohol, karena peminum berat 2



tidak bertahan cukup lama untuk mengembangkan kanker. 5. Aflatoksin Karsinogen hati ini adalah hasil dari kontaminasi jamur pada bahan makanan di Afrika dan Asia Tenggara. Hal ini menyebabkan kerusakan DNA dan mutasi gen p53. Biasanya aflatoksin terdapat pada kacang - kacangan atau makanan yang disimpan dalam waktu lama. 6. Hemochromatosis Hemochromatosis merupakan kelainan metabolisme besi yang ditandai dengan adanya pengendapan besi secara berlebihan di dalam jaringan. Pasien dengan hemochromatosis, meningkatkan risiko kanker hati sebesar 30 persen. 7. Komplikasi penyakit lain Adanya komplikasi seperti sirosis empedu primer, steroid androgenik, kolangitis sclerosing primer, dan kontrasepsi oral dapat meningkat risiko kanker hati.



C. Manifestasi Klinis Pada tahap awal hepatoma tidak memberi gejala dan tanda klinik. Pada stadium lanjut mungkin bisa didapatkan gejala dan tanda-tanda seperti: 1.



Penurunan berat badan



2.



Anoreksia dan anemia



3.



Nyeri abdomen disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi.



4.



Kehilangan nafsu makan



5.



Mudah capek dan merasa lelah



6.



Asites pada abdomen Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena portal atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal



7.



Kulit dan matanya kelihatan kuning 3



Gejala ikterus hanya tejadi jika sluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan nodul malignan dalam hilus hati. 8.



Kotorannya berwarna putih



D. Klasifikasi Beberapa sistem stadium telah dievaluasi klinis yang menggabungkan fitur dari hati dan pasien seperti asites, keterlibatan vena porta dan status performa. Stadium Hepatoma 1.



Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm



2.



Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.



3.



Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.



4.



Stadium IV : Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase).



E. Komplikasi 1. Asites 2. Perdarahan saluran cerna bagian atas 3. Ensefalopati hepatika 4. Sindrom hepatorenal Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi. 4



F. Patofisiologi Hepatocellular carcinoma (HCC) adalah tumor ganas asal hepatoseluler yang berkembang pada



pasaien dengan factor



resiko



seperti



hepatitis



virus,



penyalahgunaan alkohol, dan penyakit hati metabolik. Penyakit ini juga dapat terjadi (jarang) pada pasien dengan parenkim hari normal. HCC dapat mengalami perdarahan dan nekrosis karena kurangnya stroma fibrosa. Invasi vascular, terutama dalam system portal. Invasi sistem bilier kurang umum. Agresif HCC dapat menyebabkan rupture (pecah) dan hemaperitoneum hepatika. Ada tiga pola pertumbuhan yang ditunjukan oleh HCC: 1.



Masa soliter.



2.



Multifocal atau pola nodular.



3.



Multiple difus dengan pola nodular.



Secara mikroskopis, sel-sel HCC menyerupai hepatosit normal dan dapat membingungkan dengan adenoma sel hati. Tumor yang lebih berbeda dapat menghasilkan empedu. HCC dapat menghasilkan alfa-fetoprotein (AFP), serta protein serum lainnya.



5



6



G. emeriksaan Penunjang 1.



Pemeriksaan bilirubin total, aspartate aminotransferase (AST), fosfatase alkali, albumin, dan waktu prothrombin menunjukan hasil yang konsisten dengan sirosis.



2.



Alpha-fetoprotein (AFP) meningkat pada 75% kasus.



3.



Radiografi. a.



Foto toraks, dilakukan untuk mendeteksi adanya metastasis paru.



b.



CT Scan. Dilakukan untuk pasien Hepatocelullar carcinoma karena meningkatnya AFP. Setiap tes memiliki 70-80% kesempatan untuk menemukan lesi soliter.



c.



MRI dapat mendeteksi lesi lebih dan juga dapat digunakan untuk menetukan aliran dalam vena vortal.



d.



USG untuk mencari tanda-tanda sirosis dalam atau pada permukaan hati.



e.



Biopsi. Biopsi sering diperlukan untuk membuat diagnosis. Secara umum, core biopsi lebih disukai dari biopsi jarum halus. Biopsi umumnya diperoleh melalui perkutaneus dibawah bimbingan ultrasonographic atau CT. sebelum mendapatkan biopsy, paracentesis volume besar mungkin berguna pada pasien dengan asites massif; selain itu, transfuse trombosit mungkin diperlukan pada pasien dengan sirosis dengan trombositopenia berat (39˚c - RR : 21x/mnt - Nadi : 112x/mnt - TD : 100/60 mmHg



DS : - Klien mengatakan tidak nafsu makan - Klien mengatakan ada mual dan muntah DO : - Porsi makan sedikit - Klien terlihat lemas



ETIOLOGI Penekanan pada dinding dada ↓ Ekspansi paru menurun ↓ Pergerakan paru menurun ↓ Pola nafas tidak efektif



MASALAH Pola nafas tidak efektif



Inflamasi ↓ Pengeluaran histamin,breadikinin ↓ Nyeri abdomen



Nyeri kronis



Inflamasi ↓ Merangsang pengeluaran pirogen ↓ Alpha interleukin ↓ Peningkatan set point di hipotalamus ↓ Hipertermi



Hipertermi



Gerakan Peristaltik ↓ ↓ Merangsang medulla vomiting center ↓ Mual muntah ↓ Intake nutrisi menurun



ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



13



5



DS : - Klien mengatakan lelah - Klien mengatakan sulit beraktivitas DO : - Lelah - Aktivitas terganggu



Reaksi Inflamasi ↓ Pembengkakan hati ↓ Menekan paru-paru ↓ Pola nafas terganggu ↓ SaO2 menurun ↓



Intoleransi aktivitas



Kelemahan pada motoris



4. NANDA NOC NIC NANDA



NOC



NIC



Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan a. Posisikan pasien untuk nafas keperawatan selama 3x24 jam memaksimalkan ventilas pasien menunjukkan keefektifan b. Identifikasi pasien perlunya jalan nafas dibuktikan dengan pemasangan alat jalan nafas buatan kriteria hasil : c. Lakukan fisioterapi dada jika perl a. Frekuensi pernafasan sesuai d. Keluarkan sekret dengan batuk atau yang diharapkan suctio b. Ekspansi dada simetris. e. Auskultasi suara nafas, catat adanya c. Bernafas mudah. suara tambahan d. Pengeluaran sputum f. Monitor respirasi dan status oksigen. e. Tidak didapatkan penggunaan g. Posisikan pasien untuk mengurangi otot tambahan. dispneu. f. Tidak didapatkan ortopneu g. Tidak didapatkan nafas Respiratory monitoring pendek. a. Monitoring frekuensi, irama dan kedalaman nafas. b. Monitoring gerakan dada, lihat kesimetrisan. c. Monitor pola nafas : takipneu d. Beri terapi pengobatan respirasi.



14



Nyeri akut NOC : Pain management : berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan i. Kaji pengalaman nyeri pasien agen injury fisik keperawatan selama 3 x 24 jam, sebelumnya, gali pengalaman nyeri hilang/terkendali dengan pasien tentang nyeri dan tindakan kriteria hasil: apa yang dilakukan pasien a. Mengenali faktor penyebab ii. Kaji intensitas, karakteristik, onset, b. Mengenali lamanya sakit durasi nyeri. (skala, intensitas, frekuensiiii. Kaji ketidaknyamanan, pengaruh dan tanda nyeri) terhadap kualitas istirahat, tidur, c. Menggunakan metode nonADL. analgetik untuk mengurangiiv. Kaji penyebab dari nyeri nyeri v. Monitoring respon verbal/non d. Melaporkan nyeri berkurang verbal dengan menggunakanvi. Atur posisi yang senyaman manajemen nyeri mungkin, lingkungan nyaman e. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Pain control : f. Tanda vital dalam rentang Ajarkan teknik relaksasi normal Management terapi : Kelola pemberian analgetik



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan memasukkan, mencerna dan mengabsorpsi makanan



NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien dapat terpenuhi kebutuhan nutrisinya, dengan kriteria hasil: a. Intake zat gizi (nutrien) b. Intake zat makanan dan cairan c. Berat badan normal



NIC Nutritional management Aktifitas: a. Kaji adanya alergi makanan b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien c. Berikan makanan yang terpilih d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori e. Berikan informasi tentang kebutuhan



15



nutrisi



Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dengan kebutuhan oksigen



NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien dapat melakukan aktivitas dengan baik dengan kriteria hasil: a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai penignkatan tekanan darah,nadi dan RR b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri c. Tanda-tanda vital normal d. Level kelemahan e. Status kardiopulmonary adekuat f. Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat



Nutritional management: a. Timbang berat badan secara rutin b. Monitor turgor kulit c. Monitor mual dan muntah d. Monitor kalori dan intake nutrisi NIC Activity therapy Observasi : a. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual b. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas. Mandiri : a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan b. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis dan sosial. c. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai d. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan. Health education : a. Ajarkan untuk penggunaan teknik relaksasi b. Ajarkan Tindakan untuk mengehemat energi. Kolaborasi : a. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang



16



Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive: pemasangan WSD (Water Seal Drainage)



NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil: a. Tanda – tanda vital klien terutama suhu dalam batas normal b. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi pada daerah pemasangan WSD c. Nilai laboratorium terutama leukosit dalam batas normal ( leukosit normal : 5000 – 10.000 rb/ul ).



tepat b. Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit jantung. NIC Observasi a. Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh, denyut jantung, drainase, penampilan luka, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan malise) b. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (misalnya, usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun, dan malnutrisi ) c. Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolut, hitung jenis, protein serum, dan algumin) d. Amati penampilan praktik higiene Personal untuk perlindungan terhadap infeksi Mandiri a. Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak menugaskan perawat yang sama untuk pasien lain yang mengalami infeksi dan memisahkan ruang perawatan pasien dengan pasien yang terinfeksi b. Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien Kolaborasi



17



a. Ikuti protokol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau kultur positif b. Berikan terapi antibiotik, bila di perlukan Health education a. Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan resiko terhadap infeksi b. Instruksikan untuk menjaga higiene personal untuk melindungi tubuh terhadap infeksi (misalnya, mencuci tangan)



5.



Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi, perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai, serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan HEPATOMA yaitu : a. Pola nafas tidak efektif b. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi c. Nyeri akut teratasi d. Tidak terjadi resiko tinggi infeksi e. Intoleransi aktivitas



18



19



DAFTAR PUSTAKA



Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.



Herdman, Heather. 2010. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.



Alrosa,



N.



(2014).



Makalah



hepatoma,



diakses



Februari,



21,



2017



dari



http://www.academia.edu/



Mutaqin, A., Sari, K. (2011). Gangguan gastro intestinal :aplikasi keperawatan medikal bedah. Salemba Medika : Jakarta.



Nurarif, A.H., Kusuma, H. (2013). Panduan penyusunan asuhan keperawatan professional. Media Action Publishing : Yogyakarta.



Suratun, Lusianah. (2010). asuhan keperawatan klien gangguan system gastrointestinal. Trans Info Media : Jakarta.



Ns. Sam. (2011). Panduan Penulisan Dx Kep, NOC-NIC. Diakses Februari, 21, 2017 dari https://docs.google.com/document/d/1ZdV_OyAqRvKub8Z3tVv32WSGCuYO8oWodh6dFCBjv4/edit.



Nurkasim, Ismail. (2015). Kumpulan Diagnosa, tujuan&Intervensi Keperawatan NANDA NIC NOC. Diakses Februari, 21, 2017 dari https://www.academia.edu/11550151/Kumpulan_Diagnosa_tujuan_and_Intervensi_Ke perawatan_NANDA_NIC_NOC.



20