9 0 246 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS HERPES ZOSTER SIMPLEK DAN GENETALIA DI PUSKESMAS CAKRA NEGARA STASE KEPERAWATAMEDIKAL BEDAH
OLEH PUTU ANGGA SWANDANA NIM: 077 STYC17
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1 MATARAM 2020
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS HERPES ZOSTER SIMPLEK DAN GENETALIA 1.1 Harpes simplek virus 1.1.1 Pengertian Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis.Herpes simpleks adalah penyakit berbentuk lesi pada kulit di sebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) yang menimbulkan infeksi akut dan di tandai dengan vesikel berkelompok pada kulit yang lembab. (Patmuji, 2011) Herpes simpleks adalah penyakit infeksi akut oleh Herpes Simplex Virus (HSV) tipe I dan tipe II yang di tandai dengan vesikel berkelompok pada kulit eritematosa pada daerah dekat mukokutan.Sedangkan infeksi berlangsung secara primer ataupun rekuren. (Patmuji, 2011) HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis
sampai
keratokonjungtivitis,
ensefalitis,
penyakit kelamin dan infeksi pada neonatal. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. Virus yang berada dalam keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur hidup penderita. Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk mengadakan
reaktivasi
kembali
infeksirekuren.(Patmuji, 2011).
1
sehingga
dapat
terjadi
1.1.2 Epidemologi Prevalensi antibodi dari HSV-1 pada sebuah popoulasi bergantung pada faktor-faktor seperti Negara, kelas sosial ekonomi dan usia.HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang.Kebiasaan,
orientasi
seksual
dan
gender
mempengaruhi HSV-2. Prevalensi HSV-2 lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual. Studi serologis pada populasi menunjukan bahwa lebih 50% usia 20 tahun telah terpajan HSV.Studi pada populasi juga populasi juga menunjukan bahwa 2-4% adalah karier asimptomatik dan merupakan suatu continual virus reservoir untuk terjadinya infeksi baru. Dari data klinik penyakit mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG UI dan Unit Pelayanan Fungsional Gigi dan Mulut RSCM pada tahun 2000-2001 dijumpai 25 kasus stomatitis herpetika, 5 diantaranya merupakan infeksi primer dan sisanya infeksi rekuren yang terdiri dari 1 herpes labialis rekuren dan 14 herpes intra oral rekuren. Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan lebih tinggi Amerika Serikat dari pada Eropa dan kelompok etnik kulit hitam dibanding kulit putih. Seroprevalensi HSV-2 adalah 5% pada populasi wanita secara umum di inggris, tetapi mencapai 80% pada wanita Afro-Amerika yang berusia antara 60-69 tahun di USA. Kelompok yang mengalami peningkatan tertinggi ialah remaja (peningkatan insidens 2 kali lipat). Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun 1960-an dan 1990- an. Di Inggris laporan pasien dengan herpes genital pada klinik PMS meningkat enam kali lipat antara tahun 1972-1994. Kunjungan awal pada dokter yang di lakukan oleh
2
pasien di Amerika Serikat untuk episode pertama dari herpes genital meningkat sepuluh kali lipat mulai dari 16.986 pasien di tahun 1970 menjadi 160.000 di tahun 1995 per 100.000 pasien yang berkunjung. Disamping itu lebih banyaknya golongan wanita di bandingkan pria disebabkan oleh anatomi alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita).Seringnya rekurensi pada pria dan lebih ringan gejalanya pada pria. Walaupun demikian, dari jumlah tersebut di atas hanya 9% yang menyadari akan penyakitnya. Studi pada tahun 1960 menunjukan bahwa HSV-1 lebih sering
berhubungan
dengan
kelainan
oral
dan
HSV-2
berhubungan dengan kelainan genital.Atau dikatakan HSV-1 menyebabkan
kelainan
di
atas
pinggang
dan
HSV-2
menyebabkan kelainan di bawah pinggang.Tetapi didapatkan juga jumah signifikan genital herpes 30-40% disebabkan HSV-1.HSV2 juga kadang-kadang menyebabkan kelainan oral, diduga karena meningkatnya kasus hubungan seks oral.Jarang didapatkan kelainan oral karena HSV-2 tanpa infeksi genital. Di Indonesia, sampai saat ini belum ada angka yang pasti, akan tetapi dari 13 RS pendidikan Herpes Genitalis merupakan PMS dengan gejala ulkus genital yang paling sering dijumpai. Tabel 2.1.Angka kejadian global prevalensi infeksi Herpes Simplex, pada tahun 2003. Prevalensi Global dalam jutaan (Presentase per populasi) Um
Wanita
ur 15-
25.8
14.6 (4.8)
ya 40.4
19 20-
(9.0) 39.4
24.1
(6.9) 63.5
24 25-
(15.1) 46.5
(8.8 ) 30.5
(11.9) 77.1
29 30-
(19.0) 51.5
(12.0) 36.1
(15.4) 87.6
3
Pria
Keduan
34 35-
(21.4) 52.9
(14.6) 38.8
(18.0) 91.8
39 40-
(23.8) 50.8
(17.1) 38.8
(20.3) 89.6
44 45-
(25.9) 47.9
(13.4) 37.8
(22.6) 85.6
49 Tota
(27.7) 314.8
(21.5) 220.7
(24.6) 535.5
l
(19.4)
(13.1)
(16.2)
1.1.3 Etiologi Herpes Genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis
(HVH),
yang
merupakan
anggota
dari
famili
herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV adalah: 1. Herpes Simplex Virus tipe I : pada umumnya menyebabkan lesi atau luka pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, danleher. 2. Herpes Simplex Virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan sekitarnya (bokong, anal dan paha). Herpes Simplex Virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang menyebabkan herpes zoster dan varicella. Sebagian besar kasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan sama. Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama melalui vaginal atau anak seks.Beberapa tahun ini, HSV1 telah lebih sering juga menyebabkan herpes genital.HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau anal seks.
4
Gambar Gambar Infeksi HSV Tipe I (Cold Sore). Sumber : McGraw-Hill, 2006 1.1.4 Patofisiologi Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap kerusakan dikulit. Virus herpes simpleks tidak dapat hidup diluar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung kecil kemungkinan
terjadi.
Virus
herpes
simpleks
memiliki
kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membran sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak , menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer , virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan menyebabkan limfadenopati. Tubuh melakukan respon imun selular dan humoral yang menahan infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif.setelah infeksi awal timbul fase laten. Selama masa ini virus masuk kedalam sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi didalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia. Patofisiologi herpes zozter.Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella zoster (VZV).Virus DNA ini adalah virus yang menyebabkan penyakit cacar air (chickenpox) yang merupakan infeksi awal sebelum seseorang mengalami 5
herpes zoster.Jadi herpes zoster hanya dapat muncul pada seseorang yang telah mengalami cacar air sebelumnya. Setelah episode cacar air telah sembuh, varicella zoster akan bersifat laten didalam badan sel saraf kemudian varicella menyebar secara sintripetal kesensori fiber dan sensori ganglia. Virus tersebut dorman dan tanpa menimbulkan gejala (Fitzpatrick, 2012). Virus dapat menyebar dari satu atau lebih ganglion mengikuti dermatum saraf (daerah pada kulit yang disarafi oleh satu spinal nerve )yang meenimbulkan tanda dan gejala pada kulit berupa cluspre atau gerombolan bencolan yang kecil yang kemudian menjadi blister. Blister tersebut akan terisi cairan limfa dan kemudian pecah lalu menjadi krustal dan menghilang (Fitzpatrick, 2012). Postherpatic
neuralgia
terkadang
terjadi
dikarnakan
kerusakan pada saraf system imum akan mengeliminasi sebagian besar virus sehinga seseorang dapat dikatakan sebuh. Meskipun tanda dan gejala tidak ada, namun virus bersifat laten pada gaglion saraf (ganglion dorsal root maupun ganglion gasseri) pada dasar tengkorak. Apa bila system imun menurun virus akan mengalami
multipikasi
dan
meyebar
sepanjang
ganglion
menyebabkan nekrosis dineoron yang ditandai oleh nulagia ( Fitzpatrick,2012).
Herpes Simplek Virus
1.1.5 Phatway
(HSV)/Virus Varisela Zoster Kontak langsung ke dalam membran HSV-2 (penularan secara 6 sexual) Infeksi primer (2-20 hari)
Gangguan integritas
7
1.1.6 patogenesis HSV-1
dan
HSV-2
adalah
termasuk
dalam
famili
herphesviridae, sebuah grup virus DNA rantai ganda lipidenveloped
yang
berperanan
secara
luas
pada
infeksi
manusia.Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat sebagai subfamili virus alphaherpesviridae.Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel inang. Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV sering kali berlangsung lewat kontak erat dengan
pasien
yang
dapat
menularkan
virus
lewat
permukaanmukosa. Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi.Seseorang terpajan HSV-1 pada umumnya sebelum pubertas.Kulit dan mukosa merupakan pintu
masuk
sekaligus
tempat
multplikasi
virus,
yang
menyebabkan sel lisis dan terbentuknya vesikel. HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual.Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit.Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik.Keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglion syaraf trigeminal,
8
sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten diganglia dorsalis sakralis. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer.Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya.Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi.Replikasi virus dalam sel epidermis dan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan. 1.1.7 Manifestasi klinis Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan. Manifestasi klinis stomatitis herpetika primer berbeda dari bentuk rekurennya.Infeksi primer dapat bersifat subklinis, tetapi pada beberapa keadaan menimbulkan manifestasi berat di daerah oral dan disebut gingivostomatitits herpetika primer.Manifestasi bentuk rekuren dapat terjadi di ekstra oral (herpes labialis) atau intra oral (herpes intra oral).
9
Keparahan dan kekerapan manifestasi klinis serta rekurensi herpes genital dipengaruhi oleh faktor virus dan pejamu, misalnya tipe virus, imunitas sebelumnya, jenis kelamin, dan status imun pejamu.Pengaruh faktor pejamu lainnya terhadap kemudahan tertular infeksi ataupun ekspresi penyakit, termasuk umur, ras, tempat inokulasi, latar belakang genetic masih belum jelas. Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus.Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha.Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut: 1. Nyeri dan disuria 2. Uretral dan vaginaldischarge 3. Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakitkepala) 4. Limfadenopati yang nyeri pada daerahinguinal 5. Nyeri pada rectum,tenesmus Tanda-tanda: 1.
Eritem, vesikel, pustule, ulserasi multiple, erosi, lesi dengan krusta pada tingkat infeksi
2.
Limfadenopatiinguinal
3.
Faringitis
4.
Servisitis Macan-macam herpese genital:
1. Herpes Genital Primer Infeksi primer biasanya terjadi dalam waktu 2-21 hari setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral atau anal).Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala.Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza dan juga di tandai dengan gejala
10
sistemik dan lokal yang lama.Demam, nyeri kepala, malaise, dan mialgia. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis,
preputium,
dan
frenulum,
korpus
penis
lebih
jarangterlihat. 2. Herpes genetalia recuren Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka ditempat terjadinya outbreaks. Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis : gejaia klinis herpes progenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan imunitas dari pejamu. Stadium penyakit meliputi: Infeksi primer stadium laten replikasi virus stadium rekuren. Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV -2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.
11
Berbagai macam manifestasi klinis: 1. Infeksioro-fasial 2. Infeksigenital 3. Infeksi kulitlainnya 4. Infeksiocular 5. Kelainanneurologis 6. Penurunanimunitas 7. Herpesneonatal 1.1.8 Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan
ini
umumnya
rendah.
Cara
pemeriksaan
laboratorium yang lain adalah sebagai berikut termasuk chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur jaringan. Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis. Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40 % dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir padagenital. Tabel 2.2.Penggunaan berbagai teknik diagnosis pada infeksi virus herpes.
12
Teknik
HSV
VZV
CMV
EBV
HHV6
HH
Serodia
1&2 +
+
++
+++
&7 +
V8 +
gnostik Kultur
+++
+ +
++
±
±
±
Deteksi
+++
+ +++
+++
+
±
±
antigen Deteksi
++
+
++
+++
++
asam
++
+
+
nukleat Sumber: Marechal V. dkk 1999 Dalam banyak kasus hasil serologi herpes tidak memberikan nilai yang berarti.Antibodi spesifik HSV pada periode simptomatik infeksi primer belum di produksi, sehingga teknik serologi tidak dapat
digunakan
untuk
penentuan
terapi
pada
kasus
darurat.Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan prevalensi pada populasi dan mendeteksi kasus asimptomatik. Selain itu pemeriksaan serologi juga dipakai untuk mengevaluasi status imun kelompok tertentu, kepastian status wanita hamil, dan pernapisan antara infeksi primer danrekuren. Hasil serokonversi memberikan nilai yang besar untuk diagnostik, tetapi perlu waktu.Pengukuran afinitas yang lemah IgG dan adanya IgM dalam serum merupakan petunjuk infeksi primer baru. Pemeriksaan serologic untuk HSV-2 dapat menjadi komponen penting untuk progam pencegahan herpes genitalis, tetapi rekomendasi untuk pemeriksaan dan skrining dapat bervariasi terhadap populasi yang berbeda.
1.1.9 Komplikasi
13
Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada orang dewasa.Sering dijumpai komplikasi pada susunan syaraf pusat (SSP) dan superinfeksi jamur.Kompliasi pada SSP berupa meningitis aseptik, disfungsi sistem syaraf otonom. Pada pria bias terjadi impotensia. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama.Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes okuler.Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang
dapat
juga
disebabkan
HSV-2.Herpes
dapat
menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan. Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya.Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata.Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin.Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata. 1.1.10 Penatalaksanaan Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti : 1. Menjaga kebersihanlokal 2. Menghindari trauma atau faktorpencetus 3. Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami
rasa
nyeri
hebat,
14
maserasi
kulit
dapat
jugaterjadi. Pengobatan herpes genitalis bertujuan untuk mencegah infeksi (terapi profilaksis), memperpendek masa sakit termasuk kekerapan komplikasi infeksi primer, mencegah terjadinya latensi dan rekurensi klinis setelah episode pertama, mencegah rekurensi pada merka yang asimtomatik, mengurangi transmisi penyakit dan eradikasi infeksi laten. Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani
gejala
dan
membantu
mencegah
terjadinya
outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada pasangan seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah: 1. Asiklovir 2. Valasiklovir 3. Famsiklovir Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari selama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepatpenyembuhan a. Asiklovir Atau yang dikenal juga dengan nama asikloguanosin, adalah obat antiviral yang digunakan secara luas untuk pengobatan herpes simplex, Mekanisme kerja asiklovir didasarkan atas penghambatan enzim DNA polimerase virus. Asiklovir segera diubah menjadi asiklo-guanosin monofosfat oleh enzim timidin kinase virus, kemudian diubah lagi menjadi asiklo-guanosin
trifosfat
(asiklo-GTP).
Asiklo-GTP
bergabung dengan DNA virus yang akan mengakibatkan terhentinya aktifitas enzim DNA polimerase. b. Valasiklovir 15
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%. Oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episodeawal. c. Famsiklovir Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2.Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidinkinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari. Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir.Obat ini di metabolisme dengan baik. Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan carasectio caesaria bila pada saat melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah. Pemakaian asiklovir pada ibu hamil tidakdianjurkan. 1.1.11 Pencegahan Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV.Kondom
dapat
menurunkan
transmisi
penyakit,
tetapi
penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus.Spermatisida yang berisi surfaktannonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro.Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral
16
genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpesoral. Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genital yaitu: 1. Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes
genitalis
dan
PMS
lainnya
untuk
mengurangi
transmisipenularan. 2. Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atauasimptomatik. 3. Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat. 4. Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yangterinfeksi. 5. Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalampencegahan. 1.1.12 kerangka konsep Penyakit menular seksual Golongan virus
Herpes simplek virus Herpes simplex virus
Herpes simplex virus tipe 2
tipe 1
Factor-faktor: 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Pekerjaan 4. Pendidikan 5. Status pernikahan 1.2 Konsep AsuhanKeperawatan
17
1.1.1 Pengkajian 1. Anamnesa a. IdentitasKlien Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan dewasa muda.Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria danwanita. b. KeluhanUtama Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah yang terkena pada fasefase awal. c. Riwayat PenyakitSekarang Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami demam. d. Riwayat KesehatanLalu Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya e. Riwayat KesehatanKeluarga Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini. f. RiwayatPsikososial Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri. Reaksi yang mungkin timbul adalah: 1) Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu
18
bagiantubuh. 2) Menarik diri dari kontak social. 3) Kemampuan untuk mengurus diri berkurang. 2. Pemeriksaan Fisik Pada Klien dengan Varicella, herpes simplek, herpeszoster Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh klien.pada kondisi awal/saat proses peradangan , dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor, klitoris, introitus vagina, dan serviks.Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi.Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe regional. Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon
perilaku.
Secara
fisiologis,terjadi
diaphoresis,
peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah. Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan.
19
3. Analisa data SYPTOM
ETIOLOGI
DS:-
Herpes simplek virus
DO:
Kontak langsung ke dalam mukosa
PROBLEM Gangguan integritas kulit/jaringan
1. Kerusakan jaringan atau
HSV-2 (penularan secara seksual) dan
Infeksi primer 2 sampai 20 hari
lapisan Kesi berbentuk macula/papula
kulit
Rasa gatal dan terbakar
2. Nyeri
Gangguan integritas kulit/jaringan
3. Berdarah 4. Kemerahan 5. Hematoma
DS:-
Herpes simplek virus
DO:
Kontak langsung ke dalam mukosa
1. Suhu
tubuh
diats
nilai
Hipertermia
HSV-2 (penularan secara seksual) Infeksi primer 2 sampai 20 hari
normal 2. Kulit merah
Pustula
3. Kejang 4. Takikardia 5. Takipnea 6. Kulit
Kesi berbentuk macula/papula
terasa
hangat DS: 1. Mengeluh
Pecah menjadi ulkus Respon sistemik tubuh Hipertermi Herpes simplek virus Kontak langsung ke dalam mukosa
20
Nyeri akut
nyeri
HSV-2 (penularan secara seksual)
DO:
Infeksi primer 2 sampai 20 hari
1. Tanpak
Kesi berbentuk macula/papula
meringis
Pustula
2. Bersikap protektif (mis:
Pecah menjadi ulkus Genetalia
waspada, posisi
Pria (glens, penis, batang penis dan
menghindari nyeri)
lain-lain) Nyeri akut
3. Gelisah frekuensi nadi meningkat 4. Sulit tidur 5. Nafsu makan berubah 6. Proses berfikir terganggu 7. Menarik diri Berfokus
pada
diri
sendiri. DS:
Herpes simplek virus
1. Mengungkapk an
kecatatan
Kontak langsung ke dalam mukosa HSV-2 (penularan secara seksual)
atau kehilangan bagian tubuh 2. Tidak
mau
mengungkapk an
kecacatan
Infeksi primer 2 sampai 20 hari Kesi berbentuk macula/papula Pustula Pecah menjadi ulkus Genetalia 21
Gangguan citra tubuh
atau
Wanita (vulva, klitoris, serviks dan
kehilangan bagian tubuh 3. Mengungkapk an
anus) Struktur kulit berubah Gangguan citra tubuh
perasaan
negatif tentang perubahan tubuh 4. Mengungkapk an kekhawatiran pada penolakan atau
reaksi
orang lain 5. Mengungkapk an perubahan gaya hidup
DO: 1. Kehilangan bagian tubuh 2. Fungsi
atau
struktur bagaian tubuh berubaha atau menghilang 3. Menyembunyik an
atau
menunjukkan
22
bagian
tubuh
secara berlebihan 4. Menghindari melihat dan atau menyentuh bagian tubuh 5. Fokus berlebihan pada perubahan bagian tubuh 6. Respon verbal perubahan
non pada dan
persepsi tubuh 7. Fokus
pada
penampilan dan kekuatan masalalu 8. Hubungan sosial berubah DS:
Herpes simplek virus
DO:
Kontak langsung ke dalam mukosa HSV-2 (penularan secara seksual) Infeksi primer 2 sampai 20 hari Kesi berbentuk macula/papula Pustula Pecah menjadi ulkus
23
Resiko infeksi
Genetalia Wanita (vulva, klitoris, serviks dan anus) Wanita hamil Jalan lahir bayi Resiko infeksi DS:
Herpes simplek virus
1. Merasa
Kontak langsung ke dalam mukosa
bingung
HSV-2 (penularan secara seksual)
2. Merasa Infeksi primer 2 sampai 20 hari
khawatir dengan akibat dari
kondisi
yang dihadapi 3. Sulit berkonsentrasi 4. Merasa
tidak
berdaya DO:
Kesi berbentuk macula/papula Pustula Pecah menjadi ulkus Genetalia Pria (glens, penis, batang penis dan lain-lain) Gangguan pada pola seks
1. Tamapak
Ansietas
gelisah 2. Tampak tegang 3. Sulit tidur 4. Frekuensi nafas meningkat 5. Frekuensi nadi
24
Ansietas
meningkat 6. Muka tampak pucat
4. Diagnosa 1) Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan inflamsi jaringan 2) Hipertermia berhubugan dengan respon sistemik tubuh terhadap infeksi 3) Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit 4) Gangguan citra tubuhberhubungan dengan perubahan struktur kulit berubah akibat penyakit herpes simpleks 5) Resiko infeksi berhubungan dengan pemajanan melalui kontak langsung dengan jalan lahir bayi 6) Ansietas berhubungan dengan gangguan pola seks akibat penyakit herpes simpleks 5. Intervensi keperawatan No 1.
Diagnosa Kerusakan
Kriteria hasil Setelah dilakukan
Intervensi Perawatan integritas
integritas
tindakan 1x24 jam di
kulit
kulit/jaringan
harapkan
integritas
1. Identifikasi
kulit
membaik.
penyebab
gangguan integritas kulit
Dengan kreteria hasil:
(mis.
Perubahan
1. Nyeri menurun
sirkulasi,
perubahan
2. Perdarahan menurun
status nutrisi, penurunan
3. Kemerahan menurun
kelembabapan,
4. Hematoma menurun
lingkungan
suhu ekstrim,
penurunan mobilitas) 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 25
3. Gunakan
produk
berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering 4. Gunakan
produk
berbahan
ringan
atau
alami dan hipoalergik pada kulit sensitif 5. Anjurkan
minum
air
yang cukup Perawatan luka 1. Monitor luka
karakteristik
(mis.
Draenase,
warna, ukuran, bau) 2. Monitor
tanda-tanda
infeksi 3. Berikan
salep
yang
sesuai kekulit atau lesi jika perlu 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 5. Kolaborasi 2.
Hipertermia
Setelah
dilakukan
berhubugan
tindakan
1x24 jam
dengan penyakit
diharapkan menurun.
suhu Dengan
kreteria hasil: 1. Kulit
pemberian
antibiotik jika perlu Termoregulais 1. Ajarkan
kompres
hanagat jika demam 2. Ajarkan cara pengukuran suhu
merah 3. Anjurkan
membaik
penggunaan
pakaian yang menyerap
2. Kejang membaik
keringatanjurkan
3. Pucat membaik
pemberian
4. Takikardi membaik
sesuai indikasi
5. Takipnea membaik 26
air
4. Anjurkan
antipiretik, banayak
6. Tekanan
darah
membaik 3.
Nyeri akut
minum 5. Anjurkan
Setelah
dilakukan
tindakan
1x24 jam
diharapkan
nyeri
menurun.
Dengan
kreteria hasil:
1. Identifikasi
2. Kemampuan
karakteristik, frekuensi,
kualitas,
3. Identifikasi respon nyeri
omset 4. Identifikasi faktor yang memperberat
3. Kemampuan
dan
memperingan nyeri nyeri 5. Identifikasi
meningkat 4. Kemampuan farmakologi
pengaruh
budaya terhadap respon nyeri
menggunakan tehnik 6. Berikan meningkat
durasi,
non verbal
nyeri meningkat
non
lokasi,
nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
terkontrol meningkat
menegenali
pakaian yang longgar Manajemen nyeri
intensitas nyeri
1. Melaporakan
menegenali
penggunaan
tehnik
farmakoligi
non untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hiponesis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat atau dingin, terapi bermain) 7. Fasilitasi istirahat dan tidur 8. Jelaskan
penyebab,
priode, dan pemicu nyeri 9. Ajarkan nonfarmakologi 27
tehnik untuk
mengurangi rasa nyeri 10. Kolaborasi 4.
pemberian
analgetik jika perlu Promosi citra tubuh
Gangguan citra
Setelah
dilakukan
tubuh
tindakan
1x24 jam
1. identifikasi harapan citra
diharapkan gangguan
tubuh berdasarkan tahap
citra tubuh membaik.
perkembangan
Dengan kreteria hasil:
2. identifikasi
budaya,
1. verbalalisasi
agama, jenis kelamin,
kecacatan
dan umur terkait citra
bagian
tubuh meningkat 2. verbalisasi perasaan
tubuh 3. idetifikasi
negatif
tubuh
yang
tentang perubahan
mengakibatkan
isolasi
tubuh meningkat
sosial.
3. verbalisasi
4. Diskusikan
kekhawariran pada penolakan/ reaksi orang
lain
meningkat
perubahan
tubuh dan pungsinya 5. diskusikan
penampilan
fisik terhadap harga diri 6. diskusikan
4. verbalisasi perubahan
citra
perubahan
cara
mengembangan harapan gaya
hidup meningkat
citra tubuh 7. jelaskan kepada keluarga tentang
perwatan
perubahan citra tubuh 8. anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap 5.
Resiko defisit
Setelah
dilakukan
nutrisi
tindakan
1x24 jam
diharapkan gangguan nutrisi terpenuhi.
28
citra tubuh Manajemen nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi yang disukasi
makanan
Dengan kreteria hasil: 1. Porsi
makan
yang
dihabiskan membaik 2. Verbalisasi
keingan
3. Identifikasi
kebutuhan
kalori dan jenis nutrien 4. Monitor
asupan
makanan
untuk meningkatkan 5. Monitir berat badan nutrisi membaik
6. Pasilitasi
3. Pengetahuan tentang standar
asupan
nutrisi
yang
diet
(misal
piramida makanan)
tepat 7. Beri makan tinggi kalori
membaik 4. Sikap
pedoman
menentukan
dan tinggi protein terhadap 8. Berikan
makanan
atau
makanan bila perlu
minuman
sesuai 9. Ajarkan
dengan
tujuan
kesehatan membaik
suplemen diet
yang
diprogramkan 10. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumblah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
6.
Resiko infeksi
Setelah
dilakukan
tindakan
1x24 jam
diharapkan gangguan resiko
infeksi
menurun.
Dengan
jika perlu Perawatan
integritas
kulit 1. Identifikasi
penyebab
gangguan integritas kulit (mis.
Perubahan
kreteria hasil:
sirkulasi,
perubahan
1. Demam menurun
status nutrisi, penurunan
2. Kemerahan menurun
kelembabapan,
3. Nyeri menurun
lingkungan
4. Bengkak menurun
penurunan mobilitas)
suhu ekstrim,
2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 3. Gunakan
produk
berbahan petrolium atau 29
minyak pada kulit kering 4. Gunakan
produk
berbahan
ringan
atau
alami dan hipoalergik pada kulit sensitif 5. Anjurkan 7.
Ansietas
Setelah
dilakukan
tindakan
1x24 jam
diharapkan gangguan ansietas
membaik.
Dengan kreteria hasil: 1. Verbalisasi
minum
air
kompres
air
yang cukup Termoregulais 1. Ajarkan
hanagat jika demam 2. Ajarkan cara pengukuran suhu 3. Anjurkan
penggunaan
kebingungan
pakaian yang menyerap
menurun
keringatanjurkan
2. Verbalisasi kekhwatiran kondiri
pemberian akibat
3. Prilaku
gelisah
menurun
30
banayak
minum 5. Anjurkan
penggunaan
pakaian yang longgar
menurun 4. Prilaku
sesuai indikasi
yang 4. Anjurkan
dihadapi menurun
antipiretik,
tegang
DAFTAR PUSTAKA Ayuningati, L. K. (2015). Studi Retrospektif:Karakteristik Pasien Herpes
Zoster.
Surabaya:
https://e-
jurnal.unair.ac.id/BIKK/article/download/1575/1223. Fatmuji, O. S. (2011). PREVALENSI PENDERITA HERPES SIMPLEKS DI RSUD TANGGERANG PRIODE 1 JANUARI 2010 - 31 DESEMBER
2011.
Jakarta:
https://scholar.google.co.id/scholar?
star=10&q=artikel+herpes+zoster+simplek&hl=id&as_sdt=0,5. S, P. V. (2002). Herpes Zoster Oftalmikus Sinitra Diseminata dengan Infeksi
Sekunder
pada
Anak.
Jakarta:
https://www.researchgate.net/publication/312175607_Herpes_Zoster_Oftal mikus_Sinistra_Diseminata_dengan_Infeksi_Sekubder_pada_Anak. Saragih.(2014).
Herpes
Zoste
rGeriatri.
http://scholar.google.co.id.penyakit+herpes+zoster.
Lampung: