Hewan Eksoterm Dan Endoderm [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUDIDAYA PERAIRAN [email protected] November 14, 2013



HEWAN ENDOTERM DAN EKTOTERM KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Terima kasih saya ucapkan kepada teman – teman yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini. Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan saya mengenai hewan yang di presentasikan sebagai hewan endothermik dan ektotermik. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangankekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun .



Semarang, 11 November 2013



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan sangatlah bervariasi untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Mengingat peristiwa penerimaan dan pelepasan energi (termogulasi), maka mahluk hidup dibagi menjadi dua garis besar yakni hewan endoterm dan ektoterm, yang secara berurutan, yakni hewan yang dapat memproduksi panas tubuhnya sendiri sebagai pusat termogulasi dan hewan yang mengandalkan suhu lingkungan untuk dapat menghasilkan termo atau suhu bagi tubuh dan metabolismenya. Meskipun pada prinsipnya kedua jenis hewan bertermogulasi beda ini tetap menjalankan dan menghasilkan panas tubuh melalui metabolisme makanan yang dikonsumsinya. Pada prinsipnya semua mahluk hidup akan berusaha beradaptasi dengan cara apapun untuk dapat menyesuaikan diri terhadap situasi lingkungan sekitar, termasuk suhu, meskipun itu melibatkan perubahan secara morfologi, anatomi maupun fisiologi tubuh mahluk hidup itu sendiri, yang secara keseluruhan proses-proses yang membuat hewan mendapatkan energy panas terbentuk disebut termogenesis



1.2. Tujuan Untuk mengetahui contoh hewan yang mempresentasikan sebagai hewan endotermik dan ektotermik. Dapat membedakan hewan mana yang termasuk ke dalam hewan endotermik dan mana yang termasuk hewan ektotermik. Juga dapat mengklasifikasikan hewan jenis endotermik dan hewan ektotermik.



1.1.Manfaat Menambah pengetahuan tentang hewan yang di presentasikan sebagai hewan



ektotermik dan hewan endotermik. Memahami perbedaan antara hewan endotermik dan hewan ektotermik. Dapat mengklasifikaikan hewan jenis endotermik dan hewan ektotermik. Memahami karakterisktik dari hewan endotermik maupun hewan ektotermik



BAB II PEMBAHASAN



2.1. Hewan Ektoterm Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Hewan-hewan ektoterm, yaitu semua jenis hewan kecuali aves dan mamalia, merupakan kelompok hewan yang panas tubuhnya tergantung dari panas dari luar tubuhnya, yaitu lingkungan. Daya mengatur yang dipunyainya sangat terbatas sehingga suhu tubuhnya bervariasi mengikuti suhu lingkungannya. Hal ini menyebabkan hewan poikiloterm memiliki rentang toleransi yang rendah, dalam artian niche pokok hewan ini sempit. Ketika suhu lingkungan tinggi, di luar batas toleransinya, hewan ektoterm akan mati sedangkan ketika suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu optimumnya, aktivitasnya pun rendah dan hewan menjadi sangat lambat, sehingga mudah bagi predatornya untuk menangkapnya. Daya mengatur pada hewan ektoterm, bukan dari adaptasi fisiologis melainkan lebih berupa adaptasi perilaku. Misalnya, bergerak mencari tempat yang teduh apabila hari terlalu panas dan berjemur dipanas matahari bila hari dingin. Diantara suhu yang terlalu rendah dan terlau tinggi, laju metabolisme hewan ektoterm meningkat dengan naiknya suhu dalam hubungan eksponensial. Contoh hewan yang tergolong ektoterm yaitu ikan salmon (22 oC), ikan saumon (18 C), crapaud bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 – 35 oC), iguana 38 oC), lezard anolois



o



sp (30 – 33 oC), dan larva lalat rumah (30 – 37 oC).



2.1.1. Termoregulasi pada ektoterm akuatik Suhu pada lingkungan akuatik relatif stabil sehingga hewah yang hidup di dalamnya tidak



mengalami



permasalahan



suhu



lingkungan



yang



rumit.



Dalam lingkungan akuatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh dengan evaporasi



2.1.2. Termogulasi pada ekoterm terestrial Termoregulasi pada ektoterm teresterial Berbeda dengan lingkungan akuatik, suhu di lingkungan terestrial selelu berubah dengan variasi yang cukup besar. Perubahan suhu sangat mudah kita rasakan, misalnya dengan membandingkan suhu udara pada siang dan nalam har, pada hari yang sama pada suatu kota, Perbedaan suhu lingkungan terestrial antara siang dan malam hari tersebut cukup bermakna Cara yang terpenting dilakukan oleh hewan ektotermik terestrial untuk memperoleh panas ialah dengan menyerap panas/radisi matahari. Hewan dapat meningkatkan penyerapan panas matahari dengan cara mengubah warna permukaan tubuhnya dan menghadapkan tubuhnya ke arah matahari.Vertebrata ektoterm, contohnya kadal.



2.2. Hewan Endoterm Hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Hewan endoterm adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas dari dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, karena mempunyai daya mengatur yang tinggi. Hewan endoterm memiliki rentang toleransi terhadap lingkungan yang lebih panjang dibandingkan hewan ektoterm sehingga niche pokok hewan jenis ini pun panjang. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas yang dimilikinya.



Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui mekanisme metabolisme ini dikarenakan hewan–hewan endoterm memiliki organ sebagai pusat pengaturnya, yakni otak khususnya hipotalamus sebagai thermostat atau pusat pengatur suhu tubuh. Suhu konstan untuk tubuh hewan–hewan endoterm biasanya terdapat di antara 35-40 derajat celcius. Karena kemampuannya mengatur suhu tubuh sehingga selalu konstan, maka kelompok ini disebut hewan regulator. Misalnya golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam istilah lain kelompok hewan ini disebut juga sebagai kelompok homeoterm. Hewan endoterm adalah hewan–hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selalu konstan berada pada kisaran suhu optimumnya. Kekonstanan suhu tubuh tersebut mengakibatkan hewan endoterm mampu menunjukkan kinerja konstan. Daya pengatur suhu tubuh itu memerlukan biaya (energi) yang relatif tinggi sehingga persyaratan masukan makanan untuk energinya pun relatif tinggi pula. Dibandingksn dengan suatu hewan ektoterm yang sebanding ukuran tubuhnya, bahkan dalam kisaran suhu zona termonetral, suatu hewan endoterm memerlukan energi yang jauh lebih besar. Dibandingkan dengan hewan-hewan ektoterm yang menunjukkan strategi biayarendah yang kadang-kadang memberikan keuntungan rendah, hewan–hewan endoterm mempunyai strategi biaya tinggi yang memberi keuntungan yang lebih tinggi. Hewan–hewan endoterm, dalam kondisi suhu lingkungan yang berubah–ubah, suhu tubuhnya konstan. Hal ini karena hewan–hewan ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui perubahan produksi panas (laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (terkait dengan sifat endoterm). Contoh : Aves (burung) dan mamalia.



2.3. Suhu Tubuh Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara hibernasi atau estivasi.



2.3.1. Pengaturan Suhu Tubuh Pengaturan



suhu



tubuh



adalah



suatu



mekanisme



makhluk



hidup



untuk



mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Mekanisme termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahliahli biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (aves), dan mamalia. Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolism dengan perubahan hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.



2.4. Perbedaan Hewan Endoterm dan Ektoterm



2.4.1. Suhu lingkungan Pada suhu yang sangat rendah, hewan ektoterm cenderung mengikuti suhu lingkungan tersebut. Hal ini menyebabkan laju metabolisme ektoterm menjadi turun drastis sedangkan pada hewan endoterm yang mampu mempertahankan suhu intinya, laju metabolismenya tidak terlalu terganggu dengan penurunan suhu selama penurunan suhu tersebut masih di batas toleransi. Suhu yang semakin tinggi mempengaruhi tingkat respirasi yang ditandai dengan konsumsi oksigen yang juga semakin meningkat, yang berarti bahwa semakin tinggi suhu akan semakin tinggi laju konsumsi oksigen suatu hewan. Tingkat konsumsi oksigen yang tinggi menandakan bahwa hewan memerlukan banyak oksigen untuk melakukan metabolisme yang terjadi dengan cepat di dalam tubuhnnya untuk menghasilkan energi lebih banyak yang dibutuhkan oleh hewan tersebut.



2.4.2. Avaibilitas makanan (energi) Hewan endoterm menggunakan energi untuk melakukan regulasi temperatur. Sebagai konsekuensinya jika hewan endoterm memiliki cadangan energi cukup banyak, maka hewan endoterm dapat mempertahankan suhu tubuhnya dan laju metabolismenya, namun jika cadangan energi terbatas, maka hewan endoterm akan kesulitan mempertahankan suhu intinya. Begitu pula sebaliknya keadaan hewan ektoterm Jadi metabolisme energi hewan ektoterm cenderung lebih efisien karena porsi energi yang berubah menjadi energi panas sangat sedikit.



2.4.3. Kontrol hipotalamus pada termoregulasi mamalia



Mamalia memiliki neuron di hipotalamus yang sensitif pada suhu sirkulasi darah. Hipotalamus juga menerima input dari termoreseptor di seluruh tubuh. Hipotalamus memiliki set point, yang berfungsi seperti thermostat. Jika suhu sirkulasi darah ke hipotalamus lebih tinggi daripada set point, maka akan ada sinyal yang menginisiasi mekanisme pendinginan (vasodilatasi kapiler, berkeringat, napas cepat, dll), sedangkan bila suhu darah lebih rendah daripada suhu set point, maka sinyal neural akan menginisiasi peningkatan suhu dengan vasokonstriksi kapiler, menggigil, termogenesis lemak, dll). Pada hewan ektoterm mekanisme tersebut tidak berjalan, sehingga ektoterm tidak mampu mengatur suhu tubuhnya sendiri, dan mengandalkan suhu lingkungan. Beberapa hewan ektoterm mengatur suhu tubuhnya dengan cara berjemur saat matahari baru terbit sehingga terjadi peningkatan laju metabolisme untuk aktivitas dan menghindari matahari yang sedang terik di siang hari dengan cara berteduh.



BAB III PENUTUP



3.1. Kesimpulan Pada hewan ektoterm laju metabolismenya berubah-ubah tergantung dengan suhu lingkungan. Sedangkan pada hewan endoderm cenderung menjaga suhu tubuh yang konstan. Akan tetapi, mereka secara umum membutuhkan lebih banyak energi untuk menjaga kekonstanan suhu tubuhnya yang cukup tinggi itu.



3.2. Saran Menurut pendapat saya, penjelasan untuk contoh hewan jenis ikan yang termasuk kedalam hewan ektotermik kurang banyak.



Iklan



Report this ad Report this ad