Hub IMT Dengan TD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MINI PROJECT HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS GLUGUR DARAT OLEH: dr. Cynthia Margaretha PENDAMPING: dr. Sri Wirya Ningsih



PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA PUSKESMAS GLUGUR DARAT MEDAN 2021



i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project ini dengan judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh terhadap Kejadian Hipertensi di Puskesmas Glugur Darat”. Tujuan penulisan mini project ini adalah untuk melengkapi persyaratan Program Internship Dokter Indonesia (PIDI) di Puskesmas Glugur Darat Dalam penyelesaian mini project ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Sri Wirya Ningsih atas kesediaan beliau meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, mendukung, dan memberikan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project ini dengan sebaik-baiknya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang



turut



membantu dalam menyelesaikan mini project ini. Penulis menyadari bahwa penulisan mini project ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan. Semoga mini project ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.



Medan, 9 Mei 2021



Penulis



dr. Cynthia Margaretha ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................v BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5 2.1 Hipertensi .................................................................................... 5 .1.1Definisi ................................................................................. 5 .1.2Epidemologi ......................................................................... 5 .1.3Etiologi ................................................................................. 6 .1.4Faktor Risiko......................................................................... 8 2.1.5 Klasifikasi .................................................................. 9 2.1.6 Patofisiologi............................................................... 11 2.1.7 Diagnosis .................................................................. 11 2.1.8 Penatalaksanaan ........................................................ 12 2.1.9 Komplikasi ................................................................ 20 BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 22 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 22 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 22 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 22 3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 23 3.5 Metode Analisis Data ................................................................ 23 3.6 Definisi Operasional ................................................................. 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 26 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 32



iii



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 34 LAMPIRAN ..............................................................................................37



iv



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII .........................................10 Tabel 2.2. Karakteristik Hieprtensi Berdasarkan ESH .............................................10 Tabel 4.1. Karakteristik Sampel Penelitian ...............................................................26 Tabel 4.2. Karakteristik penderita hipertensi.............................................................28 Tabel 4.3. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh Responden dengan Hipertensi ......................................................................................................................................30



v



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1. Patofisiologi Hipertensi .......................................................................11 Gambar 5.1 Piring model T......................................................................................33



vi



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia, dimana penyakit tidak menular masih merupakan masalah kesehatan yang penting sehingga dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat. Oleh karena itu, PTM menjadi beban ganda dan tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. (Depkes, 2011). Salah satu penyakit tidak menular yang menyerang masyarakat saat ini adalah penyakit hipertensi. Sampai saat ini, hipertensi juga masih menjadi masalah kesehatan karena merupakan penyakit the silent killer yaitu tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar, yang akan menyebabkan komplikasi pada organ target. masalah lain akibat hipertensi, meningkatnya prevalensi hipertensi, dan banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan atau yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit lain yang mempengaruhi hipertensi sehingga dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. (Siringoringo et al, 2013; Dedullah et al, 2016). Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal sehingga memiliki resiko penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. (Siringoringo et al, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) 2011, sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi dimana dua pertiganya terdapat di Negara-negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di seluruh dunia meninggal setiap tahunnya, dimana hampir 1,5 juta penduduk diantaranya terdapat di kawasan Asia tenggara. WHO mencatat pada tahun 2012 terdapat 839 juta kasus penderita hipertensi dan diperkirakan meningkat menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia. (Dedullah et al, 2016).



1



Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran menurut usia ≥18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang diperoleh melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4% yang di diagnosis tenaga kesehatan sebesar atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi terdapat 0,1 % yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 %. (Dedullah et al, 2016). Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2016) menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi di Provinsi Sumatera Utara mencapai 334.230 jiwa diantaranya laki-laki sebanyak 156.294 jiwa dan perempuan sebanyak 177.936 jiwa. Penderita kasus hipertensi di Kota Pematangsiantar mencapai 400.735 jiwa diantaranya laki-laki sebanyak 1.815 jiwa dan perempuan sebanyak 2.920 jiwa. (Dinkes, 2016). Masalah kelebihan berat badan, baik berat badan berlebih (overweight) maupun obesitas telah mengalami kenaikan secara terus menerus sejak 1975. Pada tahun 2016, diperkirakan terdapat lebih dari 1,9 miliar orang dewasa di atas 18 tahun yang memiliki berat badan berlebih, dan di antaranya terdapat 650 juta orang dewasa yang obesitas. Hal ini berarti prevalensi kelebihan berat badan mencapai 39% orang dewasa dan 13% di antaranya obesitas. Peningkatan angka ini dikaitkan dengan peningkatan asupan makanan kaya gula dan rendahnya aktivitas fisik yang berkaitan dengan pekerjaan yang bersifat sedentari, semakin tersedianya sarana transportasi, dan peningkatan urbanisasi (WHO, 2020). Kejadian overweight dan obesitas di sebagian besar negara di Asia juga mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Ramachandran & Snehalatha, 2010), yaitu dengan prevalensi overweight 14% dan obesitas 3% untuk wilayah Asia Tenggara (WHO, 2016). Di Indonesia kelebihan berat badan bahkan juga mulai terjadi pada masyarakat pedesaan dan masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah (Roemling & Qaim, 2012). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas diseluruh provinsi selalu mengalami peningkatan pada tiap tahunnya (Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 2013) 2



Status kelebihan berat badan, yang mencerminkan peningkatan massa lemak tubuh, telah terbukti menjadi faktor risiko independen untuk hipertensi. Proses inflamasi telah terbukti memainkan peran penting dalam mekanisme yang terlibat dalam patogenesis hipertensi. Sel lemak memiliki ciri khas yaitu lebih sensitif terhadap lipolisis dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan sitokin inflamasi dalam jumlah tinggi. Respon inflamasi ini berpartisipasi dalam peningkatan tekanan darah dan kerusakan organ akhir (Landi et al., 2018). Pengelompokkan status berat badan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) lebih dianjurkan dan lebih sering digunakan karena metode ini merupakan metode yang relatif mudah, murah serta non-invasif sehingga dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih maupun masyarakat umum (Association of Public Health Observatories, 2009). IMT adalah indeks sederhana dari berat badan - tinggi badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan apakah subjek yang dinilai masuk dalam kategori kurus, normal, kelebihan berat badan (overweight) atau obesitas (WHO, 2006) 1.2. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan angka kejadian hipertensi di Puskesmas Glugur Darat? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap angka kejadian hipertensi di Puskesmas Glugur Darat. 1.3.2.Tujuan Khusus 1.



Mengetahui karakteristik pasien dewasa di Puskesmas Glugur Darat



2.



Mengetahui angka kejadian hipertensi pada orang dewasa di Puskesmas Glugur Darat



3.



Mengetahui angka kejadian hipertensi berdasarkan umur di Puskesmas Glugur Darat 3



4.



Mengetahui angka kejadian hipertensi berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Glugur Darat



5.



Mengetahui angka kejadian hipertensi berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Glugur Darat



6.



Mengetahui angka kejadian hipertensi berdasarkan riwayat hipertensi keluarga di Puskesmas Glugur Darat



7.



Mengetahui karakteristik IMT pada pasien dewasa di Puskesmas Glugur Darat



1.4. Manfaat Penelitian



1. Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan ilmu dan pemahaman penulis serta pembaca mengenai hubungan IMT dengan hipertensi. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk lebih mengembangkan pengetahuan keilmuan tentang hipertensi.



2. Bagi institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data tambahan bagi instansi terkait. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat memperkaya kepustakaan mahasiswa fakultas kedokteran.



3. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama pasien hipertensi. Diharapkan hal ini dapat mendorong pasien hipertensi agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Hipertensi



2.1.1 Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014). Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran. Tekanan darah sistol merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi (Soenarta et al, 2015). Hipertensi didefinisikan oleh joint national comitte on detection, evaluation and treatment of high blood pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg. 2.1.2 Epidemiologi Hipertensi ditemukan pada kurang lebih 6% dari seluruh penduduk dunia, dan merupakan sesuatu yang sifatnya umum pada seluruh populasi. Data epidemiologi menunjukkan adanya peningkatan prevalensi hipertensi, dengan meningkatnya harapan hidup atau populasi usia lanjut. Lebih dari separuh populasi diatas usia 65 tahun menderita hipertensi, baik hipertensi sistolik maupun kombinasi sistolik dan diastolik (Setiati et al., 2014). Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada semua umur. Data WHO tahun 2011 menunjukkan satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara



yang 1/3 populasinya menderita hipertensi sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan (Kemenkes RI,2017). 2.1.3 Etiologi Terdapat dua golongan besar hipertensi, hipertensi sekunder dan hipertensi primer, bergantung pada penyebabnya (Sherwood, 2013). 1. Hipertensi sekunder Kausa pasti hipertensi hanya dapat ditemukan pada 10% kasus. Hipertensi yang terjadi akibat masalah primer lain disebut hipertensi sekunder. Beberapa contoh hipertensi sekunder : a. Ketika aliran darah berkurang, misalnya oleh lesi ateroskletorik yang menonjol ke dalam suatu arteri renalis, ginjal berespon dengan menginisiasi jalur hormon reninangiotensin-aldosteron. Jalur ini mendorong retensi garam dan air sewaktu pembentukan urin sehingga volume darah bertambah untuk mengompensasi berkurangnya aliran darah ginjal. b. Feokromositoma, adalah suatu tumor medulla adrenal yang mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin secara berlebihan. Peningkatan abnormal kadar kedua hormon ini menyebabkan peningkatan curah jantung dan vasokonstriksi perifer generalisata, yang keduanya berperan menyebabkan hipertensi. 2. Hipertensi primer Kausa yang mendasari 90% kasus hipertensi tidak diketahui. Hipertensi ini merupakan suatu kategori umum untuk peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh beragam kausa tak diketahui dan bukan merupakan suatu kausa tunggal. Beberapa penyebab hipertensi primer : a. Gangguan penanganan garam oleh ginjal. Banyak variasi gen yang teridentifikasi berhubungan dengan hipertensi pada manusia terkait jalur hormonal renin-angiotensinaldosteron peningkat tekanan darah. Buktibukti yang ada menyiratkan bahwa individu dengan defek penghasil hipertensi pada jalur ini bersifat sensitif garam, yaitu mereka tidak mengeluarkan garam dalam urin



6



seperti seharusnya sehingga menyebabkan akumulasi terhadap garam dan air di tubuh, yang menyebabkan peningkatan progresif tekanan arteri. b. Asupan garam berlebihan. Karena garam secara osmotik menahan air, dan karenanya meningkatkan volume darah dan berperan dalam kontrol jangka panjang tekanan darah, asupan berlebihan garam dapat menyebabkan hipertensi, khususnya pada individu yang sensitif terhadap garam. c. Diet yang kurang mengandung buah, sayuran, dan produk susu (yaitu rendak K+ dan Ca+) Faktor makanan selain garam, dibuktikan berpengaruh besar pada tekanan darah. Studi DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) menemukan bahwa diet rendah lemak dan kaya buah, sayur, dan produk susu dapat menurunkan tekanan darah pada orang dengan hipertensi ringan sama seperti pemberian terapi dengan satu jenis obat. Penelitian memperlihatkan bahwa asupan K+ tinggi berkaitan dengan banyak makan buah dan sayur dapat menurunkan tekanan darah dengan merelaksasikan arteri. Selain itu, kurangnya asupan Ca+ dari produk susu diidentifikasi sebagai pola diet yang paling menonjol pada orang dengan hipertensi yang tidak diobati, meskipun peran Ca+ dalam mengatur tekanan darah masih belum jelas. d. Kelainan membran plasma, misalnya gangguan pompa Na+ dan K+. Kelainan semacam ini, dengan mengubah gradien elektrokimia menembus membran plasma, dapat mengubah kepekaan dan kontraktilitas jantung dan otot polos di dinding pembuluh darah sedemikian rupa sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Selain itu, pompa Na+ dan K+ sangat penting dalam penanganan garam oleh ginjal. Defek genetik pada pompa Na+ dan K+ pada tikus laboratorium yang rentan hipertensi adalah keterkaitan hipertensi-gen yang pertama ditemukan. e. Kelainan pada NO (Nitric Oxide), endotelin, dan bahan kimia vasoaktif yang bekerja lokal lainnya. Sebagai contoh, kekurangan NO dapat ditemukan di dinding pembuluh darah sebagian pasien hipertensi yang menyebabkan gangguan kemampuan vasodilatasi untuk



7



menurunkan tekanan darah. Selain itu, suatu kelainan di gen yang menyandi endotelin, suatu vasokonstriktor kerja lokal, diduga kuat berperan sebagai penyebab hipertensi. f. Kelebihan vasopressin Bukti-bukti eksperimen terakhir mengisyaratkan bahwa hipertensi dapat disebabkan oleh malfungsi sel penghasil vasopresin di hipotalamus. Vasopresin adalah vasokonstriktor kuat dan juga mendorong retensi air. 2.1.4 Faktor Risiko Faktor risiko terjadinya hipertensi dapat dibagi menjadi 2, yaitu: faktor resiko yang dapat dikontrol dan faktor resiko yang tidak dapat dikontrol menurut American Heart Association (AHA) (2014). Faktor yang tidak dapat dikontrol: 1. Genetika Apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang tua maka dugaan terjadinya hipertensi pada seseorang cukup besar. Hal ini terjadi karena pewarisan sifat melalui gen. 2. Usia Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis serta pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua. 3. Jenis Kelamin Hingga pada usia 54 tahun, laki-laki lebih sering mengalami peningkatan tekanan darah darah dibanding wanita.. Tetapi pada usia 55-64 tahun laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang hampir sama, dan pada usia lebih dari 64 tahun perempuan lebih sering mengalami hipertensi ketimbang laki-laki. 4. Ras Afro amerika lebih sering cendrung terjadinya hipertensi daripada Caucasian. 5. Akibat penyakit lain



8



Terutama penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular, maka akan berpotensi terjadinya hipertensi sekunder. Faktor yang dapat di kontrol (Sutanto, 2010): a. Obesitas Obesitas juga merupakan salah satu faktor risiko timbulnya hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita yang tidak mengalami obesitas. b. Stress Keadaan stress bisa menyebabkan kelainan pengeluaran atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. c. Diet Sodium Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. Terjadi mekanisme dimana cairan intraseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume caiaran ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi. d. Gaya hidup kurang sehat Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau kerusakan pada pembuluh darah turut berperan pada munculnya hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain merokok, asupan asam lemak jenuh, dan tingginya kolesterol dalam darah. Selain faktorfaktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain alkohol, gangguan mekanisme natrium yang mengatur jumlah cairan tubuh, dan faktor hormon yang mempengaruhi tekanan darah. 2.1.5 Klasifikasi Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi



9



hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II. Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII



Klasifikasi



Tekanan Darah



Tekanan Darah



Tekanan Darah Normal Prehipertensi Hipertensi derajat I Hipertensi derajat II Krisis hipertensi



Sistolik (mmHg) < 120 120 – 139 140 – 159 ≥ 160 >180



Diastolik (mmHg) < 80 80 – 89 90 – 99 ≥ 100 >110



Berbeda dengan JNC, European Society of Hypertension pada tahun 2016 membagi klasifikasi hipertensi menjadi enam bagian. Klasifikasi ini ditujukan untuk pria dan wanita dengan usia 16 tahun atau lebih. Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan European Society of Hypertension (Lurbe et al.,



2016).



Kategori Normal Normal tinggi Hipertensi Derajat 1 hipertensi Derajat 2 hipertensi ISH



Sistolik (mmHg)