Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Sunt [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya praktis, harganya murah dan aman. (Prof. Dr. Rustam mochtar, MPH. hal 255 : 277) Selain karena metode kontrasepsi suntikan dapat membantu mengurangi masalah-masalah kewanitaan yang paling dasar dan utama bagi kesehatan reproduksi, pemakaian suntikan KB aman, sederhana dan efektif, namun akseptor harus menggunakan suntikan KB secara periodik atau setiap 1 atau 3 bulan sekali harus melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan baik bidan, puskesmas ataupun ke dokter.Kontrasepsi suntik tidak menimbulkan gangguan namun tetap mempunyai kekurangan dan efek samping. Seorang akseptor KB suntik beberapa waktu setelah penggunaan kontrasepsi tersebut terkadang mengalami beberapa gangguan seperti sakit kepala, gangguan haid dan peningkatan atau penurunan berat badan. Namun efek samping ini dapat segera hilang baik dilakukan pengobatan ataupun tidak dilakukan pengobatan. Akseptor yang tidak siap menghadapi perubahan ataupun gejala yang ditimbulkan oleh penggunaan konstrasepsi suntik seringkali menimbulkan kecemasan pada diri akseptor. Kecemasan yang terjadi pada diri akseptor KB suntik 3 bulan dapat menjadikan akseptor tersebut beralih menggunakan metode kontrasepsi lainnya. Hal ini dikarenakan sebagian besar pengguna metode kontrasepsi suntik



1



tidak



mengetahui tentang efek samping penggunaan metode kontrasepsi suntik (Mirudin, 2008). Menurut WHO Pada tahun 2007, Kontrasepsi hormon berada pada posisi ketiga di seluruh dunia, dari 25 juta pasangan usia subur, 37,53% yang memakai kontrasepsi suntik. Indonesia, pada tahun 2012 tercatat jumlah peserta KB aktif dari 64.133.347 juta jiwa, dengan jumlah PUS 161.750.743 juta jiwa dan WUS 51.472.069 juta jiwa (Kemenkes RI, 2010). Dari 64.133.347 peserta KB aktif, pengguna KB suntik (54,35%). Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan terhadap akseptor KB suntik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan KB suntik adalah terjadinya gangguan menstruasi 51,25%, kenaikan berat badan 36,25% dan peningkatan tekanan darah 3,75% (Eiska, 2007). Metode KB



suntik



menggunakan



medroksiprogesteron



(sejenis



progestin)



yang



disuntikkan 1 atau 3 bulan sekali ke dalam otot bokong atau lengan atas. Suntikan ini sangat efektif tetapi bisa mengganggu siklus menstruasi. Sepertiga pemakai KB suntik tidak mengalami menstruasi pada 3 bulan setelah suntikan pertama dan sepertiga lainnya mengalami perdarahan tidak teratur dan spotting (bercak perdarahan) selama lebih dari 11 hari setiap bulannya. Semakin lama suntikan KB dipakai, maka lebih banyak wanita yang tidak mengalami menstruasi tetapi lebih sedikit wanita yang mengalami perdarahan tidak teratur. Setelah 2 tahun memakai suntikan KB, sekitar 70% wanita sama sekali tidak mengalami perdarahan. Jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun. Dalam prakteknya seringkali seorang akseptor KB suntik 3 bulan mengalami gangguan seperti sakit kepala, gangguan haid dan peningkatan berat badan. Efek samping yang ditimbulkan dari



2



penggunaan metode kontrasepsi KB suntik seringkali menimbulkan kecemasan dalam diri akseptor. Sebagian besar akseptor tidak siap menghadapi perubahan atau efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan. Efeknya berlangsung lama, sehingga kesuburan mungkin baru kembali 1 tahun setelah suntikan dihentikan, tetapi medroksiprogesteron tidak menyebabkan kemandulan permanen. Keuntungan pemakaian KB suntik 3 bulan diantaranya adalah cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang dan kesuburan dapat pulih kembali, tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB), tidak mengganggu hubungan suami istri dan lainnya. Sementara untuk kekurangan metode KB suntik menimbulkan efek samping terhadap siklus haid (menstruasi) seperti perdarahan kenaikan berat badan dan beberapa efek lainnya. Seringkali akseptor KB suntik 3 bulan tidak mengetahui tentang efek samping penggunaan metode kontrasepsi ini sehingga menimbulkan kecemasan. Terkadang kecemasan yang timbul bisa sampai dengan tingkat kecemasan yang berlebihan (healthsolution.com). (http://erna-lusiana.blogspot.com) Hasil pelayanan Peserta KB Baru di Sumatera Utara sampai dengan bulan Agustus 2008 mencapai 180.014 peserta atau 66,11% dari perkiraan permintaan masyarakat sebagai peserta (PPM) KB Baru tahun 2008 sebanyak 272.300 peserta. Berarti pencapaian rata-rata perbulan diatas 8% dan apabila persentase pencapaian rata-rata ini dapat dipertahankan, maka sasaran pencapaian peserta KB Baru tahun 2008 akan tercapai. Dari pencapaian sebanyak 180.014 peserta KB Baru tersebut , peserta KB IUD mencapai 10.773 peserta atau 5,98%, peserta KB dengan metode Medis Operasi Pria (MOP) mencapai 351 peserta atau 0,19% dan Medis Operasi wanita (MOW) mencapai 4.560 peserta atau 2,53% , peserta KB Kondom mencapai 13.545 peserta atau 7,52%, peserta KB Implant mencapai 12.109 peserta atau 6,73% , peserta KB Suntik mencapai



3



72.090 peserta atau 40,05% dan peserta KB PIL mencapai 66.586 peserta atau 36,99%



(http://sumut.bkkbn.go.id/Lists/Berita/DispForm.) Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengangkat suatu masalah sebagai karya tulis ilmiah dengan judul ”Hubungan Pemakaian Alat kontrasepsi Suntik Dengan Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB Di Klinik Harapan Keluarga Medan tahun 2013 ”.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah: Apakah ada hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik Dengan Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB Di Klinik Harapan Keluarga, Medan tahun 2012?”



1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan gangguan menstruasi pada akseptor KB di Klinik Harapan Keluarga, Medan tahun 2012.



1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengindentifikasi hubungan alat kontrasepsi suntik dengan gangguaan menstruasi pada akseptor KB di Klinik Harapan keluarga , Medan tahun 2012. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti



4



Penelitian



ini



diharapkan



dapat



menambah



ilmu



pengetahuan,



pengalamandan wawasan peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian serta dapat menerapkan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah 1.4.2



Bagi Responden Untuk menambah pengetahuan tentang pengunaan dan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi suntik kepada akseptor KB di Klinik Harapan Keluarga, Medan.



1.4.3 Bagi Tempat Peneliti Sebagai bahan informasi dan masukan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan alat kontrasepsi bagi masyarakat. 1.4.4



Bagi Institusi Sebagai tambahan dalam memvariasikan hasil penelitian dan dapat menambah sumber bacaan di Perpustakaan sehingga nantinya hasil penelitian ini dapat dimengerti.



1.4.5 Bagi peneliti selanjutnya Dapat menjadi salah satu bahan bacaan dan perbandingan bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.4. Bagi Institusi Dapat digunakan oleh institusi pendidikan sebagai bahan pustaka.



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



6



2.1. Kontrasepsi Suntik 2.1.1 Definisi Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi dengan jalan menyuntikan hormon pencegah kehamilan kepada wanita yang masih subur. Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroksipro gestron acetat dan 5 mg estrogen sipioral yang di berikan injeksi 1.m. sebulan sekali (cyclofem) dan 50 mg moretindron enantat dan 5 mg estradiol volerot yang diberikan injeksi ksi 1.m. sebulan sekali. Kontrasepsi suntikan yang beredar di Indonesia ada2 macam yati DMPA (depo medro xyproyestr\erol acetat) yang disebut deprovera dan neten (nerotisterin enanynaye) yang disebut noristerat. 2.1.2 Mekanisme Kerja Suntikan KB. Mekanisme kerja komponen progesteron / derivat testosteron yaitu : 1) Mengurangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum. 2) Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit ditembus spermatozoa. 3) Perubahan peristaltik tuba fallupi, sehingga konsepsi dihambat. 4) Mengubah suasana enolemetrium, sehingga tidak sempurna untuk hasil implantasi konsepsi. (Maruaba, 1998). Adapun mekanisme suntikan KB dapat di bedakan menjadi dua yaitu :



7



1) Primer : Mencegah Ovulasi Kadar FSHdan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH serge) respon kelenjar Hypophyse tergadap goradotropin releasing hormon ensogenous tidak berubah sehingga membri kesan proses terjadi di hipotelamus dari pada di kelenjar hypophyse. 2) Sekunder a) Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa. b) Membuat endometrium menjadi kurang baik / layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi. c) Mungkin mempengaruhi kecepatan tranpor ovum di dalam tuba fallupi (hartanto, 2004).



Dari mekanisme suntikan KB di atas dapat disimpulkan oleh Hartanto dkk (2004) bahwa progesteron / devirat testosteron dapat mengahalangi pengeluarah FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum dan lendir servik menjadi kental sehingga sulit ditembus spermatozoa. 2.1.3 Keuntungan dan kerugian Suntikan KB 1) Keuntungan suntikan KB



8



a) Resiko terhadap kesehatan kecil b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam d) Jangka panjang Dari uaraian diatas maka keuntungan suntikan KB dapat disimpulkan Sebagai berikut : a) Pemberiannya sederhana setiap 4 sammpai 12 minggu b) Tingkat efektifitasnya tinggi c) Hubungan seks dengan suntikan bebas d) Pengawasan medis yang ringan e) Dapat di pakai atau diberikan pasca persalinan, pasca keguguran atau pasca menstruasi. f) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dalam tubuh. 2) Kerugian suntikan KB a) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, pendaahan bercak/spotng/ perdarahan selama 10 hari



9



b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan ke-2 atau ke-3 c) Penambahan berat badan d) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis dan virus atau infeksi Virus HIV. (Noviawati,, Sujiyatini, 2009) Dari uraian tentang kerugian suntikan KB diatas maka dapat disimpulajn sebagai berikut : a) Prndarahan yang tidak menentu b) Terjadi omerorea (tidak datang bulan) berkepanjangan c) Masih terjadi kemungkinan hamil (Meruaba, 1998).



2.1.4 Cara Pemberian Suntikan KB. Pada waktu pasca persalinan (postpartum) dapat diberikan suntikan KB pada hari ke 3 – 5 postpartum; atau sesudah air susu ibu berproduksi setelah ibu pulang dari rumah sakit atau 6 – 8 minggu pasca bersalin, asal dipastikan bahwa ibu tidak hamil atau belum melakukan koitus. Pada pasca keguguran (postabortus), dapat diberikan segera setalah selesai kuretuse atausewaktu ibu hendak pulang dari rumah sakit, atau 30 hari pasca abortus ; asal ibu belum hamil lagi.



10



Norigest berupa arral berisi 200 mg zat aktif, yang disuntikan 1 m agak dalam pada otot gluteus untuk 6 bulan pertama suntikan diberikan setiap 8 minggu dan setelah itu setiap 12 minggu. (Sinopsis Obstetri, Jilid 1) Cara Kerja : 1) Mencegah ovulasi 2) Mengentalkan lendr servik sehingga menolak kemampuan penetrasi sperma 3) Menjadikan selapu lendir rahim tipis dan strofi 4) Mengahmbat transpormasi gumet oleh tuba (Dyah Noviawati, Sujiyatini, 2009) 2.2.5 Efek Samping Dan Penatalaksanaan Kontrasepsi suntik Pada pemakaian alat kontrasepsi sering didapatkan efek samping, penatalaksanaan efek samping disesuaikan dengan jenis dan penyebabnya : a) Amenorea Penyebab, karena kontrasepsi progestin menimbulkan perubahan histologi pada endoretrium sapai pada atrofi endometrium. Penanggulangan : (i) Tidak perlu dilakukan tindakan apapun ukup konseling saja (ii) Bila klien, tidak dapat menerima kelainan tersebut, sebutkan jangan dilanjutkan, anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain. b) Pendarahan Gangguan ini sering terjadi ditanggulangi dengan pemberian preparat estrogen/ progesteron / pil kombinasi, diberikan juga roborandia dan motivasi untuk perbaikan gizi, bila tidak berhenti juga setelah pengobatan sebaiknya akseptor di anjurkan untuk ganti cara. c) Berat Badan Yang Bertambah.



11



Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama, penyebab berat pertambahan badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh dan bula karena retensi cairan tubuh. DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya. Penanggulangan : junlah porsi makan dikurangi dengan diet bila cara tidak menolong dan badan terus bertambah akseptor dianjurkan untuk ganti kontrasepsi. d) Sakit Kepala, mual muntah, gelisah dan pusing. Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NETEN dan terjadinya pada Penyebab : karena reaksi tubuh terhadap progesteron Penanggulangan : dijelaskan bahwa keluhan tersebut bersifat sementara dan akan hilang dalam 3 bulanan setelah penyuntikan e) Acne dan jerawat. Jerawat yang paling sering muncul didaerah wajah. Penyebab : prgestin terutama 19 morprogestin menyebabkan peningkatan kadar lemak. Penanggulangan : (i) Memberikan penjelasan bahwa hal itu merupakan efek samping suntikan (ii) Anjurkan untuk mengurangi makana-makanan yang berlemak (iii) Anjurkan untk menjaga keberihan wajah (iv) Bila tidak hilang juga dan makin bertambah banyak dianjurkan untuk ganti pemakaian kontrasepsi. f) Merorargia (Pendarahan lebih banyak/ lebih sedikit) Gangguan ini ditanggulangai dengan pemberian tablet sulfas ferogus, 3 x 1 tablet (5-7 hari) sampai keadaan membaik. g) Rambut rontok Gejala ini bisa didaptkan sesudah pemakian / setelah pemakaian. Penanggulanagn diberikan penjelasan bahwa hal itu merupakan efek sampng



12



dari kontrasepsi suntik dan gejalaitu akan hilang dan kembali normal tanpa pengobatan setelah pengehentian suntikan. (Hartanto, 2004, Dyah Noviawati & sujiyatini, 2009). Efek pada sistem reproduksi 1). Kembalinya kesuburan / fertilitas Lamanya masa tidak subur / infertil mungkin tergantung pada kesehatan metabolisme DMPA dan juga pada berat badan Akseptor.Lebih dari 50% rartor akseptor akan mengalami haid kembali setelah 6 bulan dan kira-kira 85% setelah 1 tahun.



Akseptor yang memakai kontrasepsi suntikan untuk waktu yang lama, dapat menjadi hail sura cepatnya dengan akseptor yang hanya ikut beberaa kali suntikan, yang menunjukkan bahwa tidak terjadi efek kumulatif dari obatnya.pada NETEN, kembalinya kesuburan dapat lebih cepat di bandingkan dengan DMPA, Korera NETEN di metabolisme lebih cepat ovulasi sering terjadi 3 bulan setelah penyuntikan, kadang-kadang dapat terlambat sampai 5 bulan. 2) Efek pada fetus / janin Tidak ditemukan bertambahnya kelainan korgenital atau prematuritas pada wanita hamil yang tanpa sengaja diberikan DMPA maupun pada wanita yang hamil setelah efek aseptif DMPA berakhir. 3) Laktasi



13



Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat memperbaiki kualitas ASI (memperbanyak produksi ASI). DMPA tidak merubah komposisi dariASI. Dari pengelolaan efek samping di atas dapat disimpulkan oleh para ahli bahwa yang sering terjadi pada suntikan KB 3 bulanan salah satunya yaitu berat badan bertambah tetapi belum jelas diketahui apa penyebabnya. 2.2 Menstruasi 2.2.1 Definisi Haid atau menstruasi merupakan proses alami yang dialami setiap perempuan. Haid merupakan indikasi dari seorang perempuan siap bereproduksi atau menghasilkan keturunan. Proses ini umumnya terjadi pada saat perempuan memasuki usia 10-12 tahun. Lalu kemudiannya proses haid akan berhenti sama sekali pada saat perempuan memasuki usia 40-50 tahun. Proses berhentinya haid pada usia tersebut dikenal sebagai istilah menopause.



Proses menstruasi adalah terjadinya proses pendarahan yang disebabkan luruhnya dinding rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Kondisi sakit atau tidaknya maupun status kelancaran tidaknya menstruasi seseorang dipengaruhi oleh hormon. Namun demikian masih juga ada faktor lainnya, yakni pengaruh faktor psikis. Proses haid diiringi dengan keadaan keluarnya darah dari kelamin kewanitaan. Dimana proses alamiah ini terjadi rata-rata sekitar selama 2 hari



14



sampai 8 hari. Darah yang keluar rata-rata sebanyak antara kisaran 10ml hingga 80ml per hari. Adapun siklus terjadi menstruasi yang normal adalah rata-rata selama 21-35 hari. 2.2.2 Jenis Gangguan Menstruasi 1.Oligomenorrhea (jangka waktu haid terlalu lama) Oligomenorrhea tidak berbahaya, namun perempuan dapat memiliki potensi sulit hamil, karena tidak terjadi ovulasi. Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih. Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita normal. Oligomenorrhea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas. Oligomenorrhea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit. 2.Polimenorrhea (terlalu sering haid)



15



Polimenorrhea adalah gangguan menstruasi yang berbahaya. Terlalu sering haid, misalnya 2 minggu sekali, dapat menyebabkan anemia.



Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium memendek. Yang paling sering dijumpai adalah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari kemungkinan melibatkan stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi karena korpus luteum lekas mati. Hal ini sering terjadi pada disfungsi ovarium saat klimakterium, pubertas atau penyakit kronik seperti TBC. 3.Menorrhagia (darah haid terlalu banyak) Menorrhagia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30 ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menorrhagia. Penyebab utama menorrhagia adalah ketidakseimbangan jumlah estrogen dan progesteron



dalam



tubuh.



Ketidakseimbangan



tersebut



menyebabkan



endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh membuang endometrium melalui menstruasi, perdarahan menjadi parah. Menorrhagia juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid, penyakit darah, dan peradangan/infeksi pada vagina atau leher rahim.



16



Menorrhagia biasanya berhubungan dengan nocturrhagia yaitu suatu keadaan dimana menstruasi mempengaruhi pola tidur wanita dimana wanita harus mengganti pembalut pada tengah malam. Menorrhagia juga berhubungan dengan kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.



4. Hipomenorea (darah haid terlalu sedikit) Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat sedikit ( r tabel batas signifikan 5 %. 3.9.3 Uji Korelasi Uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi product moment (berhubungan)



rxy  yaitu:



 N . xy    x   y   N . x     x   N . y     y   2



2



2



Keterangan : X



: Skor pengukuran



30



2



Y



: Skor total dari butir instrumen



∑X



: Jumlah skor dari butir instrumen



∑Y



: Jumlah skor dari total butir instrumen



∑XY : Jumlah produk dari skor butir dan skor total butir instrumen ∑X²



: Jumlah dari kuadrat skor butir instrumen



∑Y²



: Jumlah dari kuadrat skor total butir instrumen



Menurut colton, kekuatan berhubungan dengan variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam 4 area, yaitu: r = 0,00 – 0,25 tidak ada hubungan/ hubungan lemah r = 0,26 – 0,50 hubungan sedang r = 0.51 – 0,75 hubungan kuat r = 0,76 – 1,00 hubungan sangat kuat Kriteria pengujian : diterima Ha jika ± hitung > tabel dengan taraf nyata a = 0,05 dan dk = n-2, maka koefisien korelasi berarti dalam hal lain Ho ditolak maka hipotesis statistik yang akan diuji: H0 : Pxx = 0 Ha : Pxx = 0



3.10 Tehnik Analisa Data Tekhnik analisis data



adalah



cara



untuk



memudahkan



atau



menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti. Untuk menguji dan menganalisis data agar di pertanggung jawabkan secara ilmiah, maka data tersebut perlu diuji dan dianalisis secara sistematis. 3.10.1 Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masigmasing variabel, kemudian didistribusikan dalam tabel distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2010 ; 182)



31



Pada penelitian ini analisa data dengan statistik univariat akan digunakan untuk menganalisa : a. Karakteristik responden (memakai KB suntik dan tidak memakai KB suntik) b. Angka terjadinya gangguan Menstruasi akibat pemakai KB suntik 3.10.2 Analisa Bivariat Analisa bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan masingmasing variael independen dan dependen. (Notoatodjo, 2010 ; 182) Untuk mengetahui bagaimana kuat/eratnya hubungan



antara



pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan infeksi tali pusat pada bayi, maka analisis square/khi kuadrat,yaitu :  fo fe² X²   fe Dimana : X² = Nilai Chi Kuadrat fo = Frekuensi yang di amati tiap-tiap kotak fe = Frekuensi harapan tiap-tiap kotak Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan dua variable yaitu variable independent dan dependent dengan menggunakan tes kemaknaan X² (chi square). Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang terdiri dari variable independent dan dependent dengan derajat kepercayaan 95%. Hasil perhitungan statistic dapat menunjukkan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variable yang diteliti dengan melihat nilai P. Bila dari hasil perhitungan statistik nilai P < 0,05 maka hasil perhitungan statistic bermakna yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variable dengan variable lainnya.



3.11 Penyajian Data Untuk penyajian data hasil penelitian, peneliti menggunakan cara penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. 32



33