Hubungan Tasawuf Dengan Ilmu Jiwa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin ahlak yang mulia dan dekat dengan Allah swt. Inilah esensi atau hakikat tasawuf itu sendiri. Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran. Bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontek komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui cara bahwa manusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu dengan Tuhan) demikian menjadi inti persoalan “sufisme” baik pda agama Islam maupun diluarnya.1 Disini pemakalah akan membahas tentang pengertian dan tujuan tasawuf, serta tahanus nabi dan kehidupan kerohanian para sahabat.dan menjelaskan sumber-sumber ajaran tasawuf, yang bertujuan agar semua mahasiswa dapat memahami Sejarah perkembangan tasawuf itu sendiri. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Jiwa? 2. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Jiwa? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Jiwa 2. Untuk mengetahui Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Akhlak



1



Hilal, Ibrahim, 2007, Tasawuf antara Agama dan Filsafat, (Bandung: Pustaka Hidayah)



hal 121



1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tasawuf Dan Ilmu jiwa 1. Pengertian Tasawuf Tasawuf adalah ajaran (cara dan sebagainya) otak mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar denganNya. Tasawuf, sebagai aspek mistisisme dalam Islam, pada intinya adalah kesadaran adanya hubungan komunikasi manusia dengan Tuhannya, yang selanjutnya mengambil bentuk rasa dekat (qurb) dengan



Tuhan.



Hubungan



kedekatan



tersebut



dipahami



sebagai



pengalaman spritual dzauqiyah manusia dengan Tuhan, yang kemudian memunculkan kesadaran bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya. Segala eksistensi yang relatif dan nisbi tidak ada artinya di hadapan eksistensi Yang Absolut. 2 Salah satu disiplin ilmu yang berkembang dalam tradisi kajian Islam, selain Ilmu Kalam, Filsafat dan Fiqih. Tujuannya: memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan. Tasawuf berusaha mengetahui dan menemukan Kebenaran Tertinggi (Allah SWT); dan bila mendapatkannya, seorang sufi tidak akan banyak menuntut dalam hidup ini. Abu al-Wafa’al-Ganimi at-Taftazani (peneliti tasawuf) menyebutkan karakteristik secara umum, baginya tasawuf mempunyai 5 ciri umum, yaitu: a. Memiliki nilai-nilai moral b. Pemenuhan fana (sirna) dalam realitas mutlak c. Pengetahuan intuitif langsung



2



Hilal, Ibrahim, 2007, Tasawuf antara Agama dan Filsafat, (Bandung: Pustaka Hidayah)



hal 121



2



d. Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah SWT dalam diri sufi karena terciptanya maqamat (makam-makam atau beberapa tingkatan. e. Penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang biasanya mengandung pengertian harfiah dan tersirat. 2. Pengertian Tasawuf Dengan melihat pengertian psikologi dan agama serta objek yang dikaji, dapatlah diambil pengertian bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Dengan ungkapan lain, psikologi agama adalah ilmu jiwa agama yakni ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya. Yang menjadi objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejala- gejala kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi keagamaan (amaliah) dan mekanisme antara keduannya. Dengan kata lain, psikologia agama membahas tentang kesadaran agama (religious counciousness) dan pengalaman agama (religious experience) Objek pembahasan psikologi agama adalah gejala- gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan, kemudian mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaannya secara timbal balik dan hubungan pengaruh antara satu dengan lainnya. Masih banyak ahli-ahli jiwa yang tidak mengakui adanya satu cabang Ilmu jiwa, yang berdiri sendiri, yang tidak yang khusus meneliti dan menyoroti masalah agama. Bahkan ada diantara orang-orang yang fanatik beragama, merasa takut akan berkurangnya penghargaan terhadap agama, apabila agama diteliti secara Ilmiah. Bahkan ada pula diantara ahli-



3



ahli jiwa, yang merasa tidak perlu agama diteliti dan dipelajari dari segi psikologis, karena menurut anggapan mereka, metode-metode ilmiahempiris tidak dapat digunakan terhadap agama. Namun demikian, cabang Ilmu Jiwa yang masih muda itu tetap hidup dan berkembang untuk meneliti dan menjawab berbagai macam persoalan, yang ada sangkut pautnya dengan kenyakinan beragama. Berapa banyaknya peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang sukar untuk dimengerti tanpa menghubungkanya dengan agama. 3 Sebagai



Contoh,



mari



kita



perhatikan



orang-orang



dalam



kehidupannya sehari-hari. Ada orang yang tampaknya tenang, bahagia dan suka menolong orang, padahal hidupnya sangat sederhana. Tengah malam ia bangun untuk mengabdi kepada tuhan. Sebaliknya ada orang yang tampaknya serba cukup, harta banyak, pangkat tinggi kekuasaan besar dan pengetahuab pun cukup, namun dalam hatinya penuh kegoncangan, jauh dari kepuasan, dirumah tangga selalu cekcok dan kehidupannya merupakan rangkaian dari kegoncangan dan ketidakpuasan.4 Berapa banyak orang yang berubah jalan hidup dan kenyakinannya dalam waktu yang sangat pendek, dari seorang penjahat besar, tiba-tiba menjadi seorang yang baik, rajin dan tekun beribadah, seolah-olah ia dalam waktu yang singkatdapat berubah menjadi orang lain sama sekali. Dan sebaliknya juga ada terjadi, orang yang berubah dari patuh dan tunduk kepada agama, menjadi orang yang lalai atau suka menentang agama.5



B. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu jiwa. 3 4



Nata, Abuddin, 1996, Akhlak tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada) hal 12 Nasution, Harun, 1983. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang) hal



141 5



Hamka, 1984. Tasawuf Perkembangan dan pemurniannya (Jakarta: Pustaka Panjimas) hal



23



4



Dalam percakapan sehari-hari, orang banyak mengaitkan tasawuf dengan unsur kejiwaan dalam diri manusia. Hal ini cukup berasalan mengingat dalam subtansi pembahasannya, tasawuf selalu membicarakan persoalan yang berkisar pada jiwa manuisa. Dari sinilah tasawuf kelihatan identik dengan unsur kejiwaan manusia muslim.6 Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itu sendiri menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. 7 Kajian –kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf. Namun, perlu juga dicatat bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah istilah qalb (hati). Istilah qalb ini memang lebih spesifik dikembangkan dalam tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak berpengaruh dengan roh dan jiwa. Menurut sebagiian ahli tasawuf, an-nafs (jiwa) adalah roh setelah bersatu dengan jasad. Pernyatuan roh dan jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad terhadap roh. Pengaruh-pengaruh ini akhirnya memunculkan kebutuhan-kebutuhan jasad yang dibangun roh. Jika jasad kerja pengekangan nafsu, sedangkan kalbu (qalb,hati) tetap sehat, tuntutan-tuntutan jiwa terus berkembang sedangkan jasad menjadi binasa karena melayani jiwa.



6



Nasution, Harun, 1983. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang) hal



7



Hamka, 1984. Tasawuf Perkembangan dan pemurniannya (Jakarta: Pustaka Panjimas) hal



141 23



5



BAB III KESIMPULAN



A. Kesimpulan Tasawuf merupakan salah satu bidang kajian studi Islam yang memusatkan perhatiannya pada upaya pembersihan aspek batiniah manusia yang dapat menghidupkan kegairahan akhlak yang mulia. Jadi sebagai ilmu sejak awal tasawuf memang tidak bisa dilepaskan dari tazkiyah al-nafs (penjernihan jiwa) Ilmu tasawuf yang berkembang di dunia Islam tidak dapat dinafikan dari sumbangan pemikiran kefilsafatan. Ini dapat dilihat, misalnya, dalam kajiankajian tasawuf yang berbicara tentang jiwa. Secara jujur harus diakui bahwa termninologi jiwa atau roh itu sendiri sesungguhnya terminologi yang banyak dikaji dalam pemikiran-pemikiran filsafat. Sederetan intelektual muslim ternama juga banyak mengkaji tentang jiwa dan roh, di antaranya adalah AlKindi, Al-Farabi, Abni Sina, dan Al-Ghazali. Menurut para filosof Islam ilmu tasawuf tidak hanya berkaitan erat dengan ilmu Filsafat saja, tetapi dengan ilmu-ilmu yang lainnya seperti Ilmu Fiqih, Ilmu Kalam, dan Ilmu Jiwa.Banyak memberikan mamfaat untuk warisan dunia. B. Saran Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.



6



DAFTAR PUSTAKA



Amar, H. Imran Abu, Sekitar Masalah Tarekat Naqsabadiyah, Quddus : Manara, 1980 Anshari, Muhammad Abdul Haq, Antara Sufisme dan Syari’ah, Terj. Ahmad Nashir Budiman, Jakarta : PT. Raja Gravindo, 1993, Cet II Anwar, Rosihon. DR.M.Ag, Ilmu Tasawuf, CV PUSTAKA, 2000, Bandung Al Aziz, Senali, Saifulloh. Moh. Drs, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Terbit Terang, 1998, Surabaya. Hanafi, Ahmad. MA, Pengantar Filsafat Islam, PT Bulan Bintang, 1991, Jakarta. Rasjid, Sulaiman. 2008. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Mas’ai, Ghufron A.. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: Raja Grafindo Persada.



KATA PENGANTAR iii 7



Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.



Bengkulu, Maret 2019



Penyusun



i 8



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ....................................................................................... KATA PENGANTAR.......................................................................................i DAFATR ISI.....................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................................1 B. Tujuan



2



C. Rumusan Masalah.................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tasawuf Dan Ilmu jiwa ......................................................2 B. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu jiwa..........................................4 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................... 6 B. Kritik dan Saran ................................................................................... 6 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................iii



ii



9



MAKALAH TASAWUF Hubungan Tasawuf Dengan Ilmu Jiwa



DISUSUN OLEH : Jepi Melandani 111844006



DOSEN PEMBIMBING : Elvira Purnamasari, M.Ag



PROGRAM STUDI AKHLAK DAN FILSAFAT FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN (BENGKULU) 2019



10



DAFTAR PUSTAKA



Hilal, Ibrahim, 2007, Tasawuf antara Agama dan Filsafat, (Bandung: Pustaka Hidayah) Hamka, 1984. Tasawuf Perkembangan dan pemurniannya (Jakarta: Pustaka Panjimas) Nasution, Harun, 1983. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang) Nata, Abuddin, 1996, Akhlak tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada) Amsal Bakhtiar, Dr. H, M.A, Tasawuf dan Gerakan Tarekat, Bandung, Angkasa, Cet. I 2003 M.



Taftazani, Abu al-Wafa al-Ghinami al-, Sufi dari Zaman ke Zaman, Terj. Oleh Ahmad Rofi’ Utsmani dari Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islam, (Bandung: Pustaka, 1983).



11