Ibadah Haji Makna Dan Filosofinya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

IBADAH HAJI MAKNA DAN FILOSOFINYA A. Makna Haji Haji adalah perjalanan menuju rumah Allah (Baitullah) yang suci untuk melaksanakan ritual ibadah yang terdiri dari perbuatan dan perkataan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, seperti ihram, thawaf di baitullah Al-Haram sebanyak tujuh kali, Sa’i tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwa, wukuf di Arafah, dan melempar jumrah di Mina, serta ritual-ritual lainnya. Didalam ritual haji, banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh seorang hamba, diantaranya mendeklarasikan tauhid kepada Allah, ampunan yang besar dari Allah bagi yang melaksanakan haji, saling mengenal diantara kaum Muslimin yang berhaji, belajar hukum Islam, dan sebagainya. B. Macam-Macam Haji



1.Haji Ifrad (mendahulukan Haji daripada Umroh) :



Yaitu seorang berniat melakukan haji saja tanpa umroh pada bulan-bulan haji,dengan kata lain melaksanakan secara terpisah / sendiri-sendiri dengan melaksanakan ibadah haji dilakukan terlebih dahulu, selanjutnya melakukan umroh dalam satu musim haji. Setiba di Makkah, melakukan thawaf qudum (thawaf di awal kedatangan di Makkah), kemudian shalat dua rakaat dibelakang maqam ibrahim. Setelah itu bersa’i di antara Shafa dan Marwah untuk hajinya tersebut (tanpa bertahlull), kemudian menetapkan diri dalam kondisi berihram, tidak halal baginya melakukan hal-hal yang diharamkan ketika ihram, jadi dia tetap dalam keadaan ihram hingga datang masa tahalullnya pada tanggal 10 dzulhijjah. Untuk haji Ifrad ini, tidak ada kewajiban menyembelih hewan kurban. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah. Rincian Pelaksanaan: Ihram dari miqat untuk haji. Ihram lagi dari miqat untuk umrah Tidak membayar dan disunatkan Tawaf Qudum



2.Haji Tamattu (mendahulukan Umrah baru kemudian Haji) :



Yaitu seorang berihram untuk melaksanakan umrah pada bulan-bulan haji (syawwal, dzul qa’dah, 10 hari pertama dariDzul Hijjah), memasuki kota Makkah lalu menyelesaikan umrahnya dengan melaksanakan thawaf umrah, sa’i umrah kemudian bertahlull dari ihramnya dengan memotong pendek atau mencukur rambut kepalanya, lalu dia tetap dalam kondisi halal (tidak berihram) hingga datangnya hari Tarwiyah, yaitu tanggal 8 Dzulhijjah. Pada hari tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah) berihram kembali dari makkah untuk menunaikan hajinya hinggga sempurna. Bagi yang berhaji Tamattu’, wajib baginya menyembelih hewan kurban (seekor kambing / sepertujuh dari unta) pada tanggal 10 Dzulhijjah atau dihari-hari tasyriq (tanggal 11,12,13 Dzulhijjah). Bila tidak mampu menyembelih, maka wajib berpuasa



3.



Haji Qiran (melaksanakan Haji sekaligus Umrah) :



yaitu seorang berniat haji dan umroh secara bersama-sama pada bulan-bulan haji dengan kata lain berihram untuk menunaikan umrah dan haji sekaligus, dan menetapkan diri dalam keadaan berihram (tidak bertahallul) hingga tanggal 10 Dzul Hijjah. Dia berihram untuk umrah, lalu berihram untuk haji sebelum memulai thawaf-nya (untuk dikerjakan sekaligus bersama umrahnya). Kemudian memasuki kota Makkah dan melakukan thawaf qudum (thawaf di awal kedatangan di Makkah), lalu shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim. Setelah itu bersa’i di antara Shafa dan Marwah untuk umrah dan hajinya sekaligus dengan satu sa’i (tanpa bertahallul), kemudian masih dalam kondisi berihram dan tidak halal baginya melakukan hal-hal yang diharamkan ketika ihram hingga datang masa tahallulnya di tanggal 10 Dzul Hijjah). Untuk haji Qiran ini, wajib menyembelih hewan kurban (seekor kambing, sepertujuh dari sapi, atau sepertujuh dari unta) pada tanggal 10 Dzul Hijjah atau di hari-hari tasyriq (tanggal 11, 12, 13 Dzul Hijjah).



MAKNA ISTIHO’AH DALAM PERSPEKTIF HAJI



Istitha’ah dalam pengertian kebahasaan berasal dari akar kata tâ’a, yaitu tau’an, berarti taat patuh dan tunduk. Istithâ’ah berarti keadaan seseorang untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan syara’ sesuai dengan kondisinya. Semakin besar kemmapuan seseorang semakin besar tuntutan untuk mengerjakan suatu perbuatan. Sebagai contoh adalah kifarat sumpah bagi yang melanggarnya, memberi makan 10 orang miskin, bagi yang mempunyai kemampuan lebih dari itu memberi pakaiannya, atau bagi orang yang sudah mapan dan berkecukupan dianjurkan untuk memerdekakan hamba. Jika 1 diantara 3 hal tersebut tidak juga mampu, kewajiban yang terendah adalah puasa selama 3 hari Oleh sebab itu, kajian istithâ’ah dalam Fikih Islam menjadi penting karena sangat menentukan sejauhmana seseorang dibebankan kewajiban dalam melaksanakan perintah Allah Swt, berbeda dalam hal meninggalkan larangan, tidak dikaitkan dengan istithâ’ah.Dengan kata lain, apabila diperintahkan untuk melaksanakan sesuatu, laksanakanlah sesuai dengan kemampuan. Sebaliknya, jika diperintahkan untuk meninggalkan sesuatu, tinggalkanlah segera tanpa memandang kepada kemampuan



FILOSOFI HAJI



PAKAIAN IHRAM Pakaian ihram laki-laki terdiri dari dua lembar kain yang tidak berjahit. Warna tidak menjadi prinsip,tetapi yang menjadi prinsip adalah tidak berjahitnya itu. Hal ini dimaksudkan pemakaiannya supaya melepaskan diri dari sifat-sifat buruk yang melekat pada dirinya,seperti merasa bangga,suka pamer kemewahan,sombong atau takabur. Betapapun mahal bahan pakaian kalau hanya diselendangkan saja pada badannya tidak akan mempunyai nilai kemewahan, tetapi jika sudah dijahit menjadi baju jas misalnya,maka barulah mempunyai arti untuk sebuah kemewahan. Tujuan lebih jauh adalah agar timbul rasa merendahkan diri dan hina dihadapan Tuhannya, dan rasa tidak memiliki apapun serta kekuatan apapun bagaikan bayi yang hanya dikenakan kain yang tidak berjahit,kecuali kain popok. Pakaian ihram juga mengingatkan pemakainya bahwa ketika lahir tidak ada seutas benangpun yang lekat dibadannya dan kelak ketika meninggal dunia maka pakaian yang melekat dibadannya hanya kain putih yang tak terjahit sebagai pembungkusnya. Pada dasarnya mengenakan pakaian ihram adalah menanggalkan perhiasan dunia yang penuh gemerlap dan cobaan. Allah berfirman : ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,yaitu wanita-wanita,anak-anak,harta yang banyak dari jenis emas,perak, kuda pilihan, binatangbinatang ternak dan sawah ladang.itulah kesenangan hidup di dunia,dan di sisi Allah lah sebaikbaik tempat kembali.”(QS.Ali Imran). Mengenakan pakaian ihram merupakan ketentuan yang harus dipatuhi oleh orang-orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah,juga memiliki pendidikan rohani,yaitu hakikat manusia itu. Allah hanya melihat iman,amal dan taqwa seseorang tanpa membedakan identitas dan strata social. Dalam hadits Rasulullah saw dijelaskan, ”Sesungguhnya Allah tidak melihat dari identitas (social) dan tidak pula kepada hartamu,akan tetapi Allah melihat hati kamu dan amal-amalan kamu.”(HR.Muslim ). Dan firman Allah swt: “Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang-orang yang paling taqwa diantara kamu”(QS.Al-Hujurat:13) Orang yang berihram sebenarnya menyucikan dirinya dari berbagai hal yang terlarang . Sikap suci ini harus dimiliki oleh orang-orang yang akan bertamu kepada Allah swt, Ditanah Haram . Orang kafir tidak diperbolehkan memasuki kawasan itu. Firman allah swt: …..”sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati masjidil Haram…”(QSAt-Taubah :28). Orang musyrik (kafir) yang kotor hatinya. Karena tidak beriman, tidak pantas berdekatan pada Allah. Orang yang datang kerumah Allah (Baitullah) adalah orang yang suci hatinya,dan penuh keimanan dan ketaatan kepada Allah.



BERIHRAM Berihram itu adalah niat, yaitu niat memasuki haji atau umrah sebagai pemenuhan atas panggilan Allah swt, memenuhi panggilan dengan penuh keyakinan, ditinggalkannya kampung halaman,ditinggalkannya rumah mewah, dilepaskannya pakaian kebesarannya yang menimbulkan persaingan dan perbedaan martabat,dipakainya pakaian ihram, dua lembar kain tanpa dijahit,pakaian kafan mayat yang akan dikubur. Ditinggalkannya jabatan yang membuat sibuk sepanjang waktu, ditinggalkannya bisnis yang meraih keuntungan materi yang tidak terhitung ,menuju rumah Allah yang berupa tumpukan batu persegi empat,tidak ada keistimewaan apa-apa di rumah itu.Tetapi itulah rumah dambaan bagi setiap muslim, belum puas rasanya sebelum mengunjugi Baitullah itu, sehingga rela meninggalkan rumahnya yang mewah, pakaian yang indah dan anak cucu yang dicintainya. Lepas semua atribut, titel, gelar kebangsawanan yang lekat pada dirinya yang menjadi kebanggaan social. Kini dia, benar-benar pasrah kepada kehendak Allah, rela dan sabar menghadapi kesulitan.



TALBIYAH,SEBAGAI PANGGILAN ALLAH “Labbaika Allahumma labbaik ,Labbaika Laa syarikalakaLabbaik, innalhamda wa ni’mata laka wa almulka, La syarika laka” “Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu,tidak ada sekutu bagi-Mu.sesungguhnya segala puji, ni’mat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu,tidak ada sekutu bagi-Mu ” Talbiyah merupakan panggilan Allah kepada seseorang untuk senantiasa dengan ikhlas memenuhi panggilan Tuhannya.Menghadapi panggilan Allah,orang Mukmin dengan sepenuh hati akan menyatakan:’Labbaika Allahumma Labbaik ” ..”Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah”. Islam mengajarkan tauhid murni, mengajarkan juga agar orang yang bertauhid senantiasa dengan ikhlas memenuhi panggilan Allah. Hal ini berarti setiap orang yang bertauhid senantiasa bersikap tunduk kepada Allah. Jamaah haji yang mengumandangkan talbiyah melahirkan pernyataan tunduk mutlak kepada petunjuk-petunjuk Allah,atas dasar keyakinan secara sadar bahwa sikap demikian itu akan membawa keberuntungan bagi manusia itu sendiri. Orang yang mengumandangkan talbiyah dengan berpakaian ihram melahirkan sikap tawadhu’merendahkan diri terhadap ke-Maha Besaran Allah swt,sekaligus melahirkan kesatuan kemanusiaan di antara sesama jamaah haji sebagai makhluk ciptaan Allah yang berkewajiban mengabdi kepada-Nya. THAWAF Thawaf artinya keliling. Maksudnya mengelilingi Ka’bah baik berkaitan dengan umrah atau haji dan tidak berkaitan dengan keduanya yaitu thawaf sunnat. Firman Allah : “….Hendaklah mereka thawaf disekeliling Bait al-Atiq (Ka’bah).” (QS.al-Hajj:29)



Thawaf merupakan salah satu ibadah yang dilakukan di Baitullah,yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran yang dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad. Thawaf membawa pesan maknawi berputar pada poros bumi yang paling awal dan paling dasar. Perputaran tujuh keliling bisa di artikan sama dengan jumlah hari yang beredar mengelilingi kita dalam setiap minggu. Lingkaran pelataran Ka’bah merupakan area pertemuan dan bertamu dengan allah yang dikemukakan dengan do’a dan dzikir dan selalu dikumandangkan selama mengelilingi Ka’bah. Agar kita mengerti dan menghayati hakikat Allah ,dan manusia sebagai MakhlukNya,hubungan manusia dengan pencipta dan ketergantungan manusia akan Tuhannya. Itulah antara lain inti pernyataan dalam thawaf yang merupakan acuan dalam kehidupan kita setiap hari yang dicetuskan dalam berzikir ,do’a,dan tasbih .yang terus melilit dan mengitari kehidupan manusia setiap hari dan minggu,berulang terus,bagai putaran thawaf yang tujuh. Kita melakukan thawaf bagai di ajak untuk mengikuti perputaran waktu dan peredaran peristiwa,namun tetap berdekatan kepada Allah swt. Dengan menempatkan Allah pada tempat yang semestinya dan menjadikan hamba-Nya yang penuh taat dan tunduk pada Allah Yang Maha Agung. Dengan tidak menentang aturanNya dan melaksanakan keinginan-Nya. Kepatuhan yang mutlak kepada aturan-Nya dalam semua situasi dan kondisi, Seperti yang difirmankan Allah swt : “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri,duduk atau berbaring.”(QS.Ali Imran:191) Dari sisi lain, Ka’bah merupakan simbol berkumpul (matsabtan) . Orang berkumpul diKa’bah dalam rangka melakukan thawaf,bukan hanya berkumpul secara fisik,tetapi roh dan jiwa bersatu, yaitu menghadap dan menuju Allah. Jadi,setiap orang yang thawaf diharapkan tidak hanya mengelilingi Ka’bah dengan tidak menghayati pekerjaan-pekerjaannya,tetapi mengkonsentrasikan perlakuan dan pernyataan kepada Allah dalam hadits di jelaskan: Rasulullah saw bersabda ;”Hai Abi Hurairah,engkau akan menemukan orang yang lupa dan lalai ketika melaksanakan thawaf,thawaf mereka itu tidak di terima Allah dan amal itu tidak diangkat (dihitung) Allah.” Tentang thawaf tujuh putaran ,dapat dikemukakan bahwa angka tujuh itu menunjukan pada jumlah yang cukup banyak, dan Allah menunjuk pada angka tujuh itu untuk bilangan langit dan bumi,lebih dari itu tujuh putaran itu memberi petunjuk pada angka 7 sifat Tuhan kesempurnaan Dzat-Nya,yaitu sifat-sifat : Hayat, Ilmu, Iradat, Qadrat, Sama’, Bashar dan Kalam. Berputar (mengelilingi) berarti bergerak, bergerak sebagai pertanda hidup, hidup ini dimulai dari kelahiran,pertumbuhan,perkembangan dan pada akhirnya kematian. Pada tumbuh-tumbuhan dimulai dari menanam,tumbuh,berbuah dan pada ujungnya mati. Matahari dan bulan terus berputar menandainya terjadinya kisaran waktu, siang dan malam, menjadi ukuran hari,bulan ,tahun, kurun dan seterusnya. Demikian juga kehidupan terus berputar diantara manusia,jatuh bangun,kaya miskin mewarisi kehidupan manusia silih berganti. Thawaf itu pada lahirnya ialah mengelilingi Ka’bah, bangunan dari batu-batu hitam ,tapi pada hakikatnya kita mengelilingi yang punya bangunan itu,Rabbul Bait Yang Maha Agung. Yang mengelilingi adalah bathin kita, hati kita walau sudah diluar thawaf tetap sadar bahwa kita lahir



di dunia atas kehendak Allah. Hidup kita selalu bersama Allah (ahya wa amut ), dan pada akhirnya kita kembali kepada Allah. KA’BAH Salah satu ayat Al-Qur’an menjelaskan : “Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia.”(QS.Al-Maidah :97) Ka’bah hanya tumpukan batu-batu yang berbentuk kubus,terletak di tengah-tengah Masjidil Haram. Ka’bah yang dijadikan pusat peribadatan haji itu tidak ada sangkut pautnya dengan sisa-sisa penyembahan berhala di kalangan bangsa Arab jahiliyah. Ka’bah hanya lambang yang dijadikan Allah untuk pusat peribadatan haji yang bernilai ketaatan kepada Allah semata-mata. Manusia adalah makhluk bersimbol. Makhluk yang pandai menggunakan simbol untuk mengungkapkan perasaannya.Banyak nilai hidup yang sulit dinyatakan dengan kata-kata,tetapi mudah dilukiskan dengan simbol . Bendera kebangsaan , misalnya. Ditinjau dari bahan materinya hanyalah berupa potongan kain yang sangat murah harganya. Tetapi di nilai dari segi muatan nilai kerohanian-nya, bendera kebangsaan itu adalah lambang kebesaran dan kehormatan bangsa yang amat mahal, tidak mungkin terbeli dengan nilai berapa pun. Perang bisa saja terjadi hanya karena bendera kebangsaan suatu bangsa dirobek oleh bangsa lain. Pada upacara-upacara tertentu dilakukan pengibaran bendera kebangsaan dengan penuh khidmat dan hormat. Ini semua terjadi karena bendera kebangsaan merupakan lambang atau simbol kebesaran dan kehormatan bangsa itu. Manusia sebagai makhluk bersimbol tidak dibenarkan membuat sendiri simbol-simbol untuk mencerminkan keyakinan dan sikap tunduk serta ketaatannya kepada Allah. Untuk melambangkan tauhid beribadah hanya tertuju kepada Allah,dan menanamkan rasa kesatuan dan persaudaraan kemanusiaan. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as membangun Ka’bah Al-Musyarofah bersama-sama putranya Ismail as. Kisah Nabi Ibrahim as membangun Ka’bah disebutkan didalam Al-Qur’an.: ”Dan (ingatlah ) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah beserta Ismail (seraya berdo’a).:”Ya Tuhan kami terimalah dari kami (amalan kami) Sesungguhnya Engkaulah yang maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”(QS.Al-Baqarah:127) Setelah Ka’bah selesai dibangun, Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim as. Dan Ismail as untuk memerihara kesucian dan kebersihannya dari kotoran-kotoran lahir dan batin, bersih dari najis dan kemusyrikan,dan disediakan bagi orang-orang yang thawaf, I’tikaf,ruku dan sujud. Ka’bah inilah yang mula-mula dibangun di muka bumi ini dan menjadi tempat bertemunya umat manusia serta merupakan tempat yang aman. Allah swt menjelaskan dengan firman-Nya ”Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, adalah Baitullah yang ada di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi.”(QS Ali Imran:96)