Ibu Mus Kelompok 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komponen yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran (fertilitas) yang bersifat menambah jumlah penduduk. Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita (fekunditas). Untuk itu menurut Sugiri Indonesia harus memiliki Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK), yang meliputi fertilitas, mortalitas dan mobilitas penduduk. Kondisi yang diinginkan adalah penduduk tumbuh seimbang sebagai prasyarat tercapainya penduduk tanpa pertumbuhan, dimana tingkat fertilitas , mortalitas semakin menurun, dan persebaran lebih merata. Tingkat fertilitas di suatu negara dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi atau karakteristik lainnya. Menurut Davis dan Blake faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas adalah variabel antara yaitu variabel yang secara langsung mempengaruhi dan variabel tak langsung, seperti faktor soaial, ekonomi dan budaya. Menurut Easterlin tingkat fertilitas sebagiannya ditentukan oleh karakteristik latar belakang seperti persepsi nilai anak, agama, kondisi pemukiman, pendidikan, status kerja, umur kawin pertama, pendapatan, kematian bayi/anak. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap fertilitas yang didasarkan atas karakteristik di atas. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari fertilitas? 2. Bagaimana Penilaian hasil Pemeriksaan semen? 3. Bagaimana penjelasan mengenai Lembaran kurva temperatur basal? 4. Bagaimana Instruksi penilaian hasil? 5. Bagaimana Pemeriksaan mucus serviks, Tesfern dan Ujipascacoitus? C. Tujuan umum Dibuatnya makalah ini dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan pada pra nikah dan prankonsepsi diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang pemeriksaan tambahan untuk fertilitas. D. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengertian dari fertilitas 2. Untuk mengetahui hasil penilaian pemeriksaan semen 3. Untuk mengetahui lembaran kurva temperature basal 4. Untuk mengetahui Instruksi penilaian hasil 5. Untuk mengetahui pemeriksaan mucu serviks, tesfern dan Uji pasca coitus E. Manfaat



Manfaat yang kami harapkan dengan adanya makalah ini adalah dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca, layaknya penyusun makalah ini dan dapat digunakan sebagai referensi untuk perbaikan makalah ini kedepannya.



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian 1. Fertilitas Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita (fekunditas) Fertilitas juga sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tandatanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya. Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi (Mantra, 2000:145). Definisi menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization-WHO), terdapat tiga konsep mengenai kelahiran. Pertama, lahir hidup (live birth), adalah kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, di mana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saar dilahirkan. Kedua adalah lahir mati, kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan. Konsep terakhir adalah aborsi, peristiwa kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28 minggu baik secara sengaja maupun tidak disengaja (Adioetomo dan Samosir, 2010:73-74). Menurut Suandi (2010), fertilitas merupakan bagian dari sistem yang sangat kompleks dalam sosial, biologi, dan interaksinya dengan faktor lingkungan. Dalam penentuan tinggi rendahnya tingkat fertilitas seseorang, keputusan diambil oleh istri atau suami-istri atau secara luas oleh keluarga. Penentuan keputusan ini dapat dipengaruhi oleh latar belakang dan lingkungan, misalnya pendidikan, pendapatan, pekerjaan, norma keluarga besar umur perkawinan, dan sebagainya. SDKI (2007) menyebutkan bahwa jumlah anak dari seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk tingkat pendidikan (menyebabkan penundaan perkawinan), umur kawin pertama, keinginan membatasi jumlah anak, dan penggunaan kontrasepsi. Oleh karena itu,



perbedaan-perbedaan fertilitas antar masyarakat maupun antar waktu dari suatu masyarakat baru dapat diketahui atau dipahami apabila telah memahami beragam faktor yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan fertilitas. 2. Pemeriksaan Pemeriksaan tambahan untuk fertilitas a. Penilaian hasil pemeriksaan semen Lendir yang keluar dari genitalia jantan waktu ejakulasi disebut semen mani. Ia terdiri dari bagian padat dan bagian cair . Bagian padat ialah spermatozoa, bagian chair disebut plasma semen air mani. spermatozoa dihasilkan Testis, plasma semen dihasilkan ampulla vas deferens, Dan kelenjar prostat, Vesikula seminalis, Cowper, Dan Littre. Semen keluar dari penis biasanya dalam 4 fraksi : 1. Fraksi Pre-ejakulasi 2. Fraksi Awal 3. Fraksi utama fraksi-fraksi ejakulat 4. Fraksi akhir Analisa semen parameter yang biasa diperiksa meliputi warna, bau, PH, volume, viskositas, konsentrasi spermatozoa, dengan presentase Yang motil dan mati kecepatan Mortalitas rata rata spermatozoa, presentasenya Morfologi abnormal dan sel sel lain serta uji Fruktosa yang hanya dilakukan khusus pada keadaan azoospremia Sedangkan persiapannya meliputi petunjuk abstinence, cara memperoleh semen dan pemilihan penampung semen yang disediakan oleh laboratorium. Analisis semen memerlukan spesimen segar. Pemeriksaan analisis semen harus dikerjakan dalam waktu kurang dari 30 menit setelah ejakulasi analisis semen sehingga memerlukan kesiapan pemeriksa. Analisis Semen juga memerlukan persiapan khusus pasien untuk mendapatkan spesimen yang layak periksa. Hal hal yang perlu diperiksa atau diamati dalam analisis semen adalah keadaan makroskopis Meliputi jumlah spermatozoa per ml, motilitas spermatozoa, kecepatan, Morfologi spermatozoa, sel sel muda Eritrosit lekosit agglutinasi. Secara Makroskopis Pemeriksaan Mikroskopis semen meliputi : 1. Warna Warna normal adalah putih atau agak keruh. Kadang ditemukan juga warna kekuning-kuningan atau merah. Merah kekuning-kuningan



mungkin di sebabkan karena radang saluran kencing atau abstinesi terlalu lama. Warna merah biasanya oleh karena tercemar sel eritrosit( hemospermi) 2. Volume Cairan semen yang ditampung diukur dengan gelas ukur, dan dikatakan Normospermi Bila volumenya normal yaitu 2-6 ml, dengan jumlah rata rata 2 – 3,5ml. Aspermi bila tidak keluar sperma pada waktu ejakulasi. Perspermi bila volume lebih dari 6 ml. Hipospermi bila volumenya kurang 1 ml ini mungkin disebabkan karena : a. Tercecer pada waktu memasukkan semen ke dalam botol. b. Keadaan patologis antara lain - penyumbatan kedua duktus ejakulatoriu - Kelainan kongenital misalnya agenesis Vasikula seminalis Hipospermi Biasanya diikuti oleh konsentrasi spermatozoa yang rendah dan hiperspermi dapat disebabkan karena abstinensi Yang lama dan produksi kelenjar aksesoris yang berlebihan Secara kasar volume terdiri dari Sekret kelenjar bubouretral 3% Sekret kelenjar Prostrat 20% Spermatozoa dengan cairan Epididimis 7% Dan sisanya yang merupakan bagian terbesar dari vasika seminalis 70% Mengenai cara pengeluaran nya pada waktu yang terjadi ejakulasi mula mula Sekret kelenjar prostat baru spermatozoa dengan cairan dari epididimis dan ampula lalu yang terakhir cairan seminalis. Volume semen sangat bervariasi antara tiap tiap pria, bahkan ada seorang pria pada tiap tiap ejakulasi, faktor faktor yang mempengaruhi sangat banyak antara lain lamanya Abstinensia keadaan emosi ataupun rangsangan pada waktu terjadinya ejakulasi.



-



3. Bau spermatozoa mempunyai bau khas, sekali membawa tidak akan lupa lagi bau ini mungkin disebabkan oleh proses oksidasi dari spermia yang diproduksi oleh prostat semen dapat berbau busuk atau amis bila terjadi infeksi. 4. pH cara untuk mengetahui keasaman semen digunakan kertas pH atau Lakmus, biasanya sifatnya sedikit alkalis. Semen yang terlalu lama akan berubah pH nya. Pada infeksi akut kelenjar prostat pHnya berubah menjadi di atas 8 atau menjadi 7,2 misalnya ada infeksi kronis organ organ tadi. Who memakai kriteria normal yang lajim yaitu 7,2-7,8. 5. Viskositas Vikositas Semen diukur setelah mengalami Liquifaksi betul ( 15-20 menita setelah ejakulasi). Pengukuran dapat dilakukan dengan 2 cara: Dengan pipet pasteur: Semen di isap ke dalam Pipet tersebut pada waktu pipet diangkat maka akan tertinggal sembilan berbentuk Benang pada ujung pipet. Panjang Benang diukur, normalnya panjangnya 3-5 cm.



-



Menggunakan pipet yang sudah mengalami standardisasi iPad dalam posisi tegak lalu diukur waktu yang diperlukan saat Pipet semen untuk lepas dari ujung pipet tadi, angka normal adalah 1-2 detik. 6. Likuefaksi Semen normal pada suhu ruangan akan mengalami liqueFaksi dalam waktu 60 menit walau pada umumnya sudah terjadi selama 15 min pada beberapa kasus Likuifaksi Lengkap tidak terjadi selama 60 min. Hal ini bisa terjadi bila mengandung Granulla seperti Jeli ( badan gelatine yang tidak mencair) tetapi tidak memiliki makna secara klinis bila hal ini ditemukan akan sangat mengganggu dalam analisis semen, sehingga perlu dibantu dengan pencampuran Enzimatis.



Secara Mikroskopis Pemeriksaan Mikroskopis meliputi : a. Kecepatan gerak sperma Semen yang tidak diencerkan di teteskan ke dalam. Hitung, tentukan waktu yang dibutuhkan satu spermatozoa untuk menempuh jarak 1/20 mm, pada keadaan normal dibutuhkan 1-1,4 detik ini disebut norma kinetik. b. Motilitas sperma Motilitas dikenali sebagai prediktor yang terpenting dalam aspek fungsional spermatozoa. Motilitas sperma merupakan refleksi perkembangan normal dan kematangan spermatozoa dalam epididimis. Menurut who tahun 2010 motilitas spermatozoa dikelompokkan menjadi sebagai berikut: - progresif motility spermatozoa bergerak bebas, baik lurus maupun lingkaran besar, dalam kecepatan apapun. - Non Progresif motility seperti Benang dalam lingkaran kecil atau ekor flagela yang sulit menggerakkan kepala atau hanya ekor saja bergerak. - Imotility tidak bergerak sama sekali Namun secara garis besar who dan beberapa ahli berpendapat motilitas dianggap normal bila 50% atau lebih bergerak maju atau 25% atau lebih bergerak maju dengan cepat waktu 60 min setelah ditampung. Yang dikatakan memiliki nilai motilitas normal yaitu Progresif motility lebih dari 32% atau PR + NP lebih dari 40%. Disebut asthenospermia ( 15%) periode Abstinensi Yang panjang, infeksi tractus genitalia Obstruksi duktus parsial, dan varikokel hal ini dapat menurunkan motilitas sperma dalam penetrasi ke mukosa servikal. c. Jumlah dan konsentrasi sperma Pemeriksaan ini dilakukan setelah terjadi pengeluaran cairan semen. Jumlah sperma normal lebih dari 20 juta sperma per ml bila jumlahnya kurang dari 20 juta sperma per ml maka disebut sebagai oligospermia. Azoospermia Ketiadaan



sperma dapat disebabkan karena adanya gangguan saat spermatogenesis dan disfungsi ejakulasi ataupun karena adanya Obstruksi laboratorium who menetapkan batas toleransi jumlah sperma terendah yang masih dikatakan normal adalah lebih dari 20juta sperma per ml atau jumlah sperma total lebih dari 39 juta ejakulasi. ( WHO, 2010) d. Jumlah spermatozoa per ml Perlu diketahui yang dimaksud dengan konsentrasi sperma ialah jumlah spermatozoa per ml sperma. Jumlah spermatozoa total ialah jumlah seluruh spermatozoa dalam ejakulasi jumlah sperma di katakan Normal : jumlah spermatozoa di atas 60juta per ml Subfertil : 20-60 juta/ml Steril : 20 juta atau kurang /ml Namun who menganggap bila jumlah sperma 20juta/ml atau lebih dianggap masih normal. e. Viabilitas Sperma standar nilai via bilitas normal adalah lebih dari 58% Bila sperma yang motil ditemukan kurang dari 58% sperma yang viabel Maka kemungkinan motilitas sperma akan menurun karena terdapat sperma Yang mati. Perlu dilakukan pemeriksaan via bilitas pada analisa sperma ini ( WHO 2010). f. Morfologi Morfologi spermatozoa yang normal ditentukan oleh bentuk kepala, leher tampak adanya sitoplasmik “droplets” dan bentuk ekor. Semen yang normal mengandung setidaknya 48% sampai 50% spermatozoa normal. g. Aglutinasi Sperma Pemeriksaan ini dimulai dengan hapusan tebal dengan meletakan semen pada slide yang di tutup oleh cover slip Dan diamati pada pembesaran 1000 kali melalui metode ini agglutinasi sperma keberadaan sperma dan motilitas Subyektif sperma dapat diamati. Dalam keadaan normal tidak ditemukan adanya agglutinasi dan jumlah lekosit kurang dari 1juta per ml Serta tidak ditemukan adanya Immature germ cell. Adanya Adhesi sperma ke elemen non sperma mau indikasikan adanya infeksi kelenjar aksesoris, adanya Adhesi sperma sperma mengin dikasikan adanya antibodi anti sperma Sekunder. h. Komponen seluler lain dari semen lekosit dan Eritrosit. Sel non sperma sel Germinal yang Immatur sel epitel dan lekosit. Lekosit merupakan elemen sel non sperma yang sangat signifikan dan sering dijumpai pada pasien dengan Infertilitas. Who menyatakan bahwa bila levelnya kos it di atas satu kali 106 WBC per ml maka disebut dengan Leukositospermia. nilai normalnya adalah kurang dari 1juta ml apabila sperma pemeriksaan ini hasilnya negatif, maka diagnosisnya adalah lekositspermi non infeksi, yang mengi indikasi adanya permaebilitas Abnormal traktue genital pria hingga



Sehingga mudah dilalui oleh SDP jenis sel bulat lain yang kadang ditemukan adalah sel sel Imatur dari segi spermatogenetik Dan sel epitel dari uretra dan Vasikula urinaria . Sedangkan untuk sel darah merah Eritrosit dalam keadaan normal tidak ditemukan pada pemeriksaan semen. LEMBARAN KURVA TEMPETARUE BASAL Metode Suhu Basal   Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.  Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.  Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 34 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.  Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.  1. Manfaat  Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun kontrasepsi.  a. Manfaat konsepsi Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan.  b. Manfaat kontrasepsi Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menghindari atau mencegah kehamilan.  2. Efektifitas  Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh



lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida, ataupun metode kalender (calender method or periodic abstinence).  Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh Adapunfaktor yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh antara lain:  a. penyakit  b. gangguan tidur  c. merokok dan atau minum alkohol  d. penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.  e. stres  f. penggunaan selimut elektrik  3. Keuntungan Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:  a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur/ovulasi.  b. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur untuk mendeteksi masa subur/ovulasi.  c. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil.  d. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.  e. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.    Keterbatasan  Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut.  a. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.  b. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.  c. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.  d. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.  e. Tidak mendeteksi awal masa subur.  f. Membutuhkan masa pantang yang lama.  Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu BasalTubuh Aturan perubahan suhu/temperatur sebagai berikut.  a. Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat tidur).  b. Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.  c. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.  d. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.  e. Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu.  f. Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis pelindung/suhu basal.  g. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tidak subur). 



h. Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh lebih panjang dari metode ovulasi billings.  i. Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.    Catatan  a. Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai senggama.  b. Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya.



INSTRUKSI PENILAIAN HASIL



PEMERIKSAAN MUCUS SERVIKS



Metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan obat atau alat, sehingga dapat diterima oleh pasangan taat agama dan budaya yang berpantang dengan kontrasepsi modern. Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulvamenjelang hari-hari ovulasi. Esensi Metode Mukosa Serviks Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel sekretori serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu: 1. Molekul lendir. 2. Air. 3. Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).



Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap adanya lendir pada masa subur/ovulasi. Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari. Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan: 1. Merasakan perubahan rasa pada vulvasepanjang hari.



2. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu. Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan. Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang mengontrol kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan. Manfaat Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan. Efektifitas Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat, pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen. Kelebihan Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain: 1. Mudah digunakan. 2. Tidak memerlukan biaya. 3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan.



Keterbatasan Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain: 1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan



metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal). 2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya. 3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tandatanda kesuburan. 4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir. Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh: 1. 2. 3. 4.



Menyusui. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi. Perimenopause. 5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat. 6. Spermisida. 7. Infeksi penyakit menular seksual. 8. Terkena vaginitis. Instruksi Kepada Pengguna/Klien Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut: 1. Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar



2.



3. 4.



5. 6. 7.



dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina. Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar ketidaksuburan. Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola kesuburan maupun pola dasar tidak subur. Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama tergolong aman pada dua hari setelah menstruasi. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa tidak subur. Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).



8. Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini



untuk menghindari terjadinya pembuahan. 9. Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya. Contoh Kode yang Dipakai untuk Mencatat Kesuburan Pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid). Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering. Gambar suatu tanda L dalam lingkaran atau biarkan kosong untuk memperlihatkan lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur. Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur yang kental, putih, keruh c) Zona Basah atau Berlendir Zona ini harus mendapat perhatian khusus karena disinilah lendir serviks akan muncul. Pada zona ini akan terjadi ovulasi. Inilah saat-saat emas bagi wanita (golden period). Wanita hanya akan mengeluarkan sebuah telur dari salah satu ovarium dan hanya berumur 24 jam untuk bisa dibuahi. Zona ini berlangsung kurang lebih selama enam hari. (1) Hari basah satu (L1) Ini adalah hari pertama dan permulaan masa subur karena akan ditemukannya sedikit lendir. Hal utama yang harus diperhatikan adalah warna dan kekentalannya. Lendir yang muncul pada hari pertama biasanya lebih keruh dan kental. (2) Hari basah kedua (L2) Lendir serviks benar-benar muncul. Lendir ini masih kental, keruh dan berwarna krem. Ketika diregangkan dengan meletakkan lendir serviks antara ibu jari dan jari telunjuk kemudian secara perlahan dipisahkan menjadi dua, jarak regangan lendir tersebut ± 2,5-5 cm. (3) Hari basah ketiga (L3) Lendir serviks lebih cair dan elastis serta jumlah yang lebih banyak dari hari sebelumnya. Lendir ini masih buram, tapi tidak sekeruh sebelumnya. Lendir akan terasa lebih basah dan kekentalannya lebih berair serta jarak regangannya lebih jauh. (4) Hari basah keempat (L4) Lendir serviks muncul dengan sifat lebih berair dari hari sebelumnya. Bentuknya lebih jernih dan bisa meregang lebih jauh dari hari sebelumnya. (5) Hari basah ke lima (L5) Lendir serviks yang muncul bersifat sangat berair. Kekentalannya sama seperti putih telur mentah, sangat licin dan jernih. Lendir menjadi lebih elastis dan meregang dengan jarak beberapa sentimeter (> 10 cm) tanpa terputus.



Dalam metode ovulasi, ini disebut sebagai kondisi puncak yang merupakan golden periode untuk memiliki keturunan. (6) Hari basah ke enam (L6) Lendir serviks masih keluar dengan tekstur yang jernih dan licin. Kondisi ini masih akan terlihat pada hari-hari berikutnya. Gejala puncak ini berlangsung ± 1-2 hari. Namun, ada sebagian wanita yang mengalami gejala puncak dalam beberapa jam saja. d) Zona Kering II Setelah melalui hari-hari basah, wanita masuk pada hari kering kedua. Namun berbeda dengan kering I, saat ini masih terdapat lendir serviks yang berubah menjadi kental, keruh dan tidak meregang. Lamanya juga berbeda namun relatif konstan dan paling lama dibanding tiga zona lainnya. Jika siklus haid selama 28 hari maka zona ini berlangsung sekitar 10-12 hari yang selanjutnya akan kembali pada zona berdarah. Dalam penggunaan metode lendir serviks diperlukan latihan selama minimal 3 kali siklus. Jika mengalami kesulitan menentukan ovulasi dengan lendir serviks, dapat menggunakan bantuan metode suhu basal tubuh untuk menambah informasi, terutama apabila siklus haidnya tidak teratur. (Anton dan Andari, 2011). “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS. Al-Mu’minuun : 12-14). TES FERN Pemeriksaan Fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu parameter dalam evaluasi lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur seperti daun pakis mengacu pada derajat dan pola yang tampak jika lendir dikeringkan di atas permukaan kaca objek. Wibowo (1991) menyebutkan bahwa pembentukan struktur daun pakis pada lendir serviks salah satunya ditentukan oleh konsentrasi NaCl. Sepanjang siklus menstruasi komponen tersebut merupakan garam dengan persentase tertinggi. Konsentrasi garam tersebut mencapai puncaknya pada saat ovulasi.12 Terbentuknya pola ferning tergantung pada adanya mucin, protein dan konsentrasi elektrolit . Kessereii (1993) menyebutkan bahwa pada dasarnya semua elektrolit menghasilkan reaksi pembentukan ferning dalam larutan pada konsentrasi yang tepat (optimum). Karena semua garam mempunyai kemampuan membentuk ferning, maka jumlah garam yang banyak akan memberikan gambaran ferning yang lebih jelas. Lendir serviks mengandung garam kalium dalam jumlah yang sangat sedikit atau merupakan



trace elemen (Elstein et Al,,1973), sebaliknya sepanjang siklus menstruasi garam natrium terdapat dalam jumlah paling banyak yaitu 0,7 % (Elstein et Al,,1973). Sehingga dalam lendir serviks garam natrium lebih dominan dalam pembentukan ferning. 10 Waktu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pada saat ovulasi, bentuk daun pakis akan lebih jelas terlihat apabila diambil sampel lender pada waktu yang mendekati ovulasi, dimana struktur tersebut akan mengering menjadi sebuah bentuk seperti daun pakis (tes fern). Sebelum dan sesudah ovulasi dan selama kehamilan akan di temukan pola dengan ciri khas yang berbeda. Pada saat terjadi ovulasi lender serviks akan menjadi sangat cair dan jernih sebaliknya akan tampak kekuningan dan kental jika diperiksa pada saat tahapan pra ovulasi dan pasca ovulasi dari siklus haid. 13 Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat pemeriksaan fern akan menghambatkan pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola pakis yang sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas estrogen yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks



UJI PASCA COITUS Uji paska senggama Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana namun dapat memberi informasi mengenai interaksi antara sperma dan getah seviks. Uji pasca senggama dilakukan 2-3 hari sebelum masa perkiraan ovulasi. Pengambilan lendir serviks dari kanalis-endo serviks dilakukan setelah 2-12 jam senggama.Pemeriksaan dilakukan dibawah mikroskop. Uji pasca senggama dikatakan positif apabila ditemukan paling sedikit 5 sperma perlapangan pandang besar. Uji pasca senggama dapat memberikan informasi gambaran tentang kualitas sperma, fungsi getah serviks dan keramahan getah serviks terhadap sperma. ji pasca senggama dilakukan dengan memeriksa kadar sel sperma pada lendir serviks (tepatnya di forniks posterior vagina, ektoserviks, dan endoserviks. Dari sini, bisa dievaluasi bagaimana kualitas dan kuantitas sel sperma, serta interaksinya dengan selsel di sekitar serviks. ji pasca senggama dilakukan dengan memeriksa kadar sel sperma pada lendir serviks (tepatnya di forniks posterior vagina, ektoserviks, dan endoserviks. Dari sini, bisa dievaluasi bagaimana kualitas dan kuantitas sel sperma, serta interaksinya dengan selsel di sekitar serviks. Pemeriksaan ini menandakan bahwa Teknik koitus lendir serviks normal, Estrogen ovarium cukup baik.



Daftar Pustaka



E jurnal. Femi Dwi Aldini. Hubungan Body Mass indeks dengan kejadian Infertilitas pada perempuan. 2012: Surakarta E Jurnal Siti Hawa. penilaian Hasil pemeriksaan Semen. 2018