Icra Ppi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ICRA HAIs KOMITE PPI PUSKESMAS WARA BARAT TAHUN 2022



DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WARA BARAT KOTA PALOPO TAHUN 2020



1



DAFTAR ISI Halaman SAMPUL..................................................................................................................... 1 DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 3 A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 3 B. TUJUAN .................................................................................................. 5 BAB II ICRA............................................................................................................... 6 BAB III ASSESMENT RESIKO.................................................................................. 8 BAB IV RISK PRIORITAS NUMBER ........................................................................ 19



2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HAIs masih merupakan masalah serius di pelayanan kesehatan, terutama di Puskesmas di Indonesia, karena mempunyai dampak terhadap pelayanan di Puskesmas, terutama dapat menyebabkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan meningkat. Selain itu juga mempunyai dampak terhadap citra Puskesmas dan mutu layanan menurun. Oleh karena itu sasuai UU RI No. 36 dan 44 Puskesmas mempunyai satu komite yaitu komite PPI untuk menurunkan HAIs yang salah satu program PPI tersebut adalah program ICRA (Infection Control Risk Assesment). ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi, pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan program yang berfokus pada : -



Pengurangan resiko infeksi



-



Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas.



-



Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi dan lingkungan perawatan, yang memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.



Resiko ICRA terbagi atas : 1. Resiko external : -



Bencana alam : tornado, banjir, gempa, dll



-



Kecelakaan massal : pesawat, bus, dll



-



Kejadian KLB dikomunitas yang berhubungan dengan penyakit menular : a. Influenza, meningitis b. Penyakit lain yang berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air, seperti hepatitis A dan Salmonella



3



2. Resiko internal : a. Pasien Karakteristik pasien -



Perempuan, anak-anak



-



Perawatan akut pada pasien dewasa



-



Populasi kebutuhan khusus



-



Perawatan jangka panjang



-



Rehabilitasi



Usia pasien : -



Anak-anak, dewasa dan lansia a. Status imunologi b. Penyakit yang berhubungan dengan isu-isu gaya hidup c. Manula yang sakit cenderung akan mengalami perubahan pola pikir



b. Resiko terkait peralatan Pembersihan, desinfekatan dan sterilisasi untuk proses peralatan 



Instrumen bedah







Protesa







Pemrosesan alat sekali pakai







Pembungkusan kembali alat Peralatan yang dipakai



c. Resiko terhadap petugas kesehatan Kebiasaan kesehatan perorangan 



Budaya keyakinan tentang penyakit menular







Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit



 Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (HH, pemakaian APD, penanganan peralatan pasien, teknik isolasi.  Skrening yang tidak adekuat terhadap penyakit menular



d. Resiko yang terkait pelaksanaan prosedur 



Prosedur invasive yang dilakukan 4







Peralatan yang dipakai



 Pengetahuan dan pengalaman dalam



melakukan suatu tindakan



Persiapan pasien yang memadai 



Kepatuhan terhadap teknik pencegahan yang direkomendasikan



d. Lingkungan 



Pembangunan







Kelengkapan peralatan







Pembersihan



B. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan pengunjung di Puskesmas. 2. Tujuan khusus a. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampai resiko terhadap : Paparan kuman pathigen melalui petugas, pasien dan pengunjung. Penularan melalui tindakan / prosedur invasive yang dilakukan baik melalui peralatan, teknik pemasangan, ataupun perawatan terhadap resiko infeksi (HAIs) b. Melakukan



penilaian



terhadap



masalah



yang



ada



agar



dapat



ditindaklanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas



5



BAB II ICRA (INFECTION CONTROL RISK ASSESMEN) Resiko adalah terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan dari proses kegiatan saat sekarang atau kejadian di masa dating. Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas resiko, dengan tujuan untuk menghilangan atau meminimalkan dampaknya. Risk Asesment adalah suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci dan berurutan, baik kejadian yang actual maupun yang potensial beresiko ataupun kegagalan. Dan suatu yang rentan melalui proses yang logis, dengan memprioritaskan area yang akan diperbaiki berdasarkan dampak yang akan ditimbulkan baik actual maupun potensial dari suatu proses perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan. “Proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya resiko yang dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak resiko”. Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk pasien dan publik dapat terlibat bila memungkinkan. Metode dasar manajemen resiko : a.



Observasi Laporan kejadian Dokumen Review. Pengukuran masalah : 



Tingkat kesalahan >> kemungkinan bahaya dan tingkat bahaya







Resiko sampingan



b.



Risk Assesment tool :



c.



Risk matrix grading Root cause analysis



d.



Failure mode and effect analysis (FMEA)



1. Risk Matrix Sering digunakan untuk memetakan resiko probalitas dan dampak. Risk matrix efektif adalah sebagai berikut : 



Mudah digunakan dan dimengerti







Mempunyai deskripsi detail da definitive







Menerangkan bagaimana



resiko dapat dimitigasi pada tingkat



yang bisa



ditolerir:



6



1. Rangking masalah 2. Prioritas masalah 3. Analisa manfaat biaya yang dikeluarkan (setelah dirangking, biaya untuk mengurangi resiko dibandingkan dengan biaya kalau terjadi resiko) 4. Pastikan resiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tidak 



Keputusan



untuk



menerima



resiko



dan



pengelolaannya



berdasarkan



pertimbangan : 1. Kriteria klinisi, operasional, teknik, kemanusian 2. Kebijakan tujuan 3. Sasaran dan kepentingan stakeholder 4. Keuangan, hukum, sosial 2. Evaluasi Resiko a. Rengking masalah b. Prioritas masalah c. Analisas manfaat biaya yang dikeluarkan (setelah dirangking, biaya untuk mengurangi resiko dibandingkan dengan biaya kalau terjadi resiko) d. Pastikan resiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tidak. 3. Keputusan untuk menerima



resiko dan pengelolaannya



berdasarkan



pertimbangan : a. Kriteria klinis, operasional, teknik, kemanusian b. Kebijakan tujuan c. Sasaran dan kepentingan stakeholder d. Keuangan, hukum, sosial



7



BAB III ASSESMENT RESIKO A. Risk Register Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenal resiko, kemudian dibuat daftar resiko. Daftar resiko dilengkapi dengan deskripsi resiko termasuk menjelaskan kejadian-kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang ditimbulkannya. Identifikasi dilakukan pada : sumber resiko, area resiko, peristiwa dan penyebabnya dan potensi akibatnya. Metode identifikasi resiko dilakukan dengan proaktif melalui self assesment, incident reporting system dan clinical audit dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non medis.



Tabel No 1



Area Pelayanan Pasien



Proses / Prosedur



Modus Kegagalan



Area rawat jalan (one day care)



Penerimaan pat : proses skrining / triase batuk / etika Batuk



Kegagalan proses skrining / triase batuk



Kebersihan tangan



Kegagalan penerapan kebersihan tangan



Satuan Kerja Terkait IRJ Instalasi rehabilitasi medic Instalasi radiologi Instalasi laboratorium



Seluruh pegawai Puskesmas



Potensial Risiko Pat Petugas Pengunjung Mengakibatkan pat, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang TB, MDR TB dan airbone dan/atau droplet disease liannya Mengakibatkan pat, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang mll kontak dan fecal oral Mengakibatkan pat, petugas, pengunjung mengalami kolonisasi MRSA



8



sterilisasi peralatan Prosedur aseptik Penyuntikan terapi cairan intravaskuler



Penanganan benda tajam



dekontaminasi / sterilisasi peralatan Kegagalan mempertahankan sterilisasi pada prosedur aseptik Kegagalan praktek penyuntikan yang aman Kegagalan tekanan udara negatif dan tehnik aseptik lamiary air folw peracikan sitostatika Kegagalan tekanan udara negatif dan tehnik aseptik saat peracikan pbat intra vaskuler Petugas terluka benda tajam (bukan jarum suntik) terkontaminasi Petugas tertusuk jarum suntik terkontaminasi



Barier pengaman / alat pelindung diri



Petugas terpapar cairan tubuh lewat mukosa



Penanganan Sampah infeksius



Kegagalan Penanganan sampah infeksi



silang mll kontak / bloodbornee Mengakibatkan pat mendapat infeksi silang mll kontak / bloodborne Mengakibatkan pat mendapat infeksi silang bloodborne pat cedera terpapat obat-obatan kadaluarsa Mengakibatkan pat, petugas, pengunjung cedera terpapar bahan sitotoksik Mengakibatkan pat mendapat infeksi bloodborne



Mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborna Mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne Mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang mll silang kontak bloodborne Mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang



9



Kesiapsiagaan



2



Area rawat inap dan terapi intensif



Kebersihan tangan



Baries pengaman / alat pelindung diri Isolasi protektif



Isolasi airbone



Penyunyi kan / terapi cairan prosedur diagnostik intravaskuler invasif



Kegagalan kesiapan menghadapi emerging dan outbreak Kegagalan penerapan kebersihan tangan Kegagalan penerapan kebersihan tangan Petugas terpapar cairan tubuh lewat mukosa Kegagalan mempertahankan tekanan udara positif ruangan isolasi protektif Kegagalan mempertahankan tekanan udara isolasi airbone Kegagalan praktek penyuntikan yang aman



Kegagalan mempertahankan tekanan udara positif dan tehnk aseptik saat



Mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian Rawat Inap



Mengakibatkan pat, petugas, pengunjung mendapat infeksi silang mll kontak dan fecal oral Mengakibatkan pat, petugas, pengunjung mengalami kolonisasi MRSA Mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang mll silang kontak bloodborne Mengakibatkan pat imunosuppresif mendapat infeksi silang Mengakibatkan pat, petugas, pengunjung mendapat infeksi TB, MDR TB dan airbone Mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne Pat cedera terpapar obat-obatan kadaluarsa Mengakibatkan pat mendapat infeksi silang bloodborna



10



peracikan obat intra vaskuler Kegagalan tekanan udara negatif dan tehnik aseptik laminari air flow peracikan sitostatika



Mengakibatkan pat, petugas, pengunjung cedera terpapar bahan sitotoksik Pat terjangkit infeksi aliran darah primer / bakterimia dalam waktu > 48 jam pemakaian kateter vena sentral Pat terjangkit infeksi luka infus dalam waktu > 48 jam pemasangan infus / injection port Neonatus terjangkit infeksi aliran darah primer / bakterimia dalam waktu > 48 jam pemasangan infus / injection potr



Penanganan benda tajam



Petugas terluka benda tajam (bukan jarum suntik) terkontaminasi) Petugas cedera tertusuk jarum suntik bersih Petugas tertusuk jarum Suntik terkontaminasi



Neonatus terjangkit infeksi aliran darah primer / bakterimia akibat plebotomi / fungsi arteri Mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne



Mengakibatkan petugas mendapat infeksi Silang bloodborne



11



Proses dekontaminasi sterilisasi peralatan Prosedur aseptik Prosedur diagnostik dan terapi saluran pernapasan invasif Prosedur diagnostik dan terapi saluran kemih invasif Bedrest / mobilisasi



Perawatan luka dan prosedur invasive lain Pengendali an kebersihan lingkungan / vector Penyiapan makanan



Kegagalan tekanan udara negatif dan teknik aseptik lamiary air folw peracikan sitostatika Kegagalan proses dekontaminasi / sterilisasi peralatan Kegagalan mempetahankan sterilisasi pada prosedur aseptik



Mengakibatkan pat, petugas, pengunjung cedera terpapar bahan sitotoksik



Mengakibatkan pat mendapat infeksi silang mll kontak/bloodborne Mengakibatkan pat mendapat infeksi silang mll kontak / bloodbornee Pat terjangkit pneumonia terkait ventilator dalam waktu > 48 jam pemasangan ventilator Psien terjangkit infeksi saluran kemih dalam waktu > 48 jam pemakaian kateter urin Pasien infeksi luka decubitus dalam waktu > 48 jam prosedur bedrest / mobilisasi Neonatus terjangkit infeksi tali pusat dalam waktu > 48 jam Pasien, petugas dan pengunjung terjangkit penyakit infeksi vectoborne di Puskesmas Mengakibatkan pasien terjangkit



12



peny infeksi / keracunan sal cerna dalam waktu > 48 jam mengkonsumsi makanan / air minum Puskesmas Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang



Penangan an limbah infeksius darah, cairan tubuh dan potongan jaringan tubuh Kesiapsiagaan



Mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian Petugas terjangkit rabies dalam waktu > 48 jam setelah merawat penderita Pasien mendapat infeksi MRSA Pasien mendapat



Penggunaan antimikroba / mikro organisme multi resisten obat



3



Area pelayanan gawat darurat



Penerimaan pasien : proses skrining / triase batuk / etika batuk Kebersihan tangan



Pasien mendapat infeksi MDR-TB



Kegagalan proses skrining / triase batuk / etika batuk Kegagalan penerapan kebersihan tangan



Kegagalan penerapan



Instalasi pelayanan gawat darurat



Pasien mendapat infeksi pseudomonas Auregenosa Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendpat infeksi silang TB, MDR-TB dan airbone dan droplet disease Pasien, petugas dan pengunjung



13



kebersihan tangan Proses dekontaminasi / sterilisasi peralatan Prosedur aseptic Penyuntikan / terapi cairan intravaskuler



Kegagalan proses dekontaminasi / Sterilisasi peralatan Kegagalan mempertahankan sterilisasi pada prosedur aseptic Kegagalan praktek menyuntik aman



mendapat infeksi silang mll kontak dan fecal oral Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mengalami kolonisasi MRSA Mengakibatkan pasien mendapat infeksi silang mll kontak / bloodborne Pasien mendapat infeksi silang mll kontak / bloodborne Pasien cidera terpapar obat-obatan kadaluarsa



Prosedur diagnostic dan terapi sal pernafasan invasif Prosedur diagnostic terapi sal kemih Penanganan benda tajam



Mendapatkan infeksi bloodborne Pasien terjangkit infeksi aliran darah primer > 48 jam pemakaian kateter vena sentral Pasien terjangkit infeksi luka infus dalam waktu > 48 jam pemasangan infus Pasien terjangkit pneumonia terkait ventilator dalam waktu > 48 jam pemasangan ventilator Pasien terjangkit infeksi saluran kemih dalam waktu > 48 jam pemakaian kateter urin Petugas terluka



14



benda tajam (bukan jarum suntik) terkontaminasi mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne



Barier pengaman / alat pelindung diri



Teknik isolasi dan dekontaminasi pasien



Penanganan limbah infeksius : darah, cairan tubuh dan potongan jar tubuh Kesiapsiagaan



Kegagalan mempertahankan tekanan udara negative ruangan isolasi airbone Kegagalan proses dekontaminasi pasien Kegagalan penanganan sampah infeksius



Kegagalan kesiapan menghadapi emerging dan outbreak



Petugas cidera tertusuk jarum suntik bersih Petugas tertusuk jarum suntik terkontaminasi mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne Petugas terpapar cairan tubuh lewat mukosa mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang mll kontak / bloodborne



Pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang TB, MDR-TB dan airbone disease Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung terpapar hazard material Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi Mengakibatkan



15



4



Area penunjang / pemeliharaan sarana



Kebersihan tangan



Kegagalan penerapan kebersihan tangan



Proses dekontaminasi / sterilisasi peralatan



Kegagalan proses dekontaminasi / sterilisasi peralatan



Penyuntikan / terapi cairan intravaskuler



Kegagalan mempertahankan tekanan udara positif dan teknik aseptic saat peracikan obat intravaskuler



Barier pengaman / alat pelindung diri



Penanganan benda tajam



-



Instalasi farmasi CSSD IPSRS Jenazah Insenerator IPAL



peningkatan angka kesakitan dan Petugas terjangkit rabies Pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang mll kontak dan atau fecal oral Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mengalami kolonisasi MRSA Pasien mendapat infeksi silang mll kontak / bloodborne Pasien cidera terpapar obat-obatan kadaluarsa Mengakibatkan pasien mendapat infeksi bloodborne



Petugas terpapar cairan tubuh lewat mukosa mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang mll kontak / bloodborne Petugas terluka benda tajam (bukan jarum suntik) terkontaminasi mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne



16



Petugas cidera tertusuk jarum bersih



Proses pembangunan / renovasi



Kegagalan pengontrolan infeksi proses pembangunan



Penyiapan makanan



Kegagalan higienisasi makanan



Petugas tertusuk jarum suntik terkontaminasi mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang mll air dan udara terkontaminasi Mengakibatkan pasien terjangkit peny infeksi / keracunan sal cerna dalam waktu > 48 jam mengkonsumsi makanan / air minum Puskesmas Pasien, petugas dan pengunjung terjangkit peny infeksi vectoborne Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung / masyarakat mendapat infeksi silang Mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian



Pengendali an lingkungan / vector



5



Area manajemen, Admnistrasi dan Perkantoran



Penanganan sampah infeksius



Kegagalan penanganan sampah infeksius



Kesiap siagaan



Kegagalan kesiapan menghadapi emerging dan outbreak Kegagalan penyediaan sumber daya bagi program



Sumber daya



- Direktur dan administrasi komite PPIRS



Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapatkan infeksi



17



PPI Komitmen



Program PPI



7



Area public / lingkungan



Kebersihan tangan



Kurangnya koordinasi dalam pelaksanaan program PPI Kegagalan penurunan resiko infeksi terkait pelayanan kes Kegagalan penerapan kebersihan tangan



Penyiapan makanan



Kegagalan higienisasi makanan



Penanganan sampah infeksius



Kegagalan penanganan sampah infeksius



-



Komite lain Instalasi SIMRS



silang / HAIs Menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan angka kematian akibat HAIs Menyebabkan penurunan reputasi RS Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang mll kontak dan/atau fecal oral Mengakibatkan pasien terjangkit peny infeksi / keracunan sal cerna dalam waktu > 48 jam mengkonsumsi makanan / air minum RS Mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung dan masyarakat mendapat infeksi RS / HAIs



18



BAB IV RISK PRIORITAS NUMBER No



Potensi Risiko



1



Kegagalan higienisasi makanan mengakibatkan pat terjangkit penyakit infeksi / keracunan saluran cerna dalam > 48 jam mengkonsumsi makanan / air minum Puskesmas Kegagalan kesiapan emerging dan outbreak mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian Kegagalan mempertahankan sterilisasi pada prosedur aseptik mengakibatkan pat mendapat infeksi silang melalui kontak / bloodborne Kegagalan mempertahankan tekanan udara negatif ruangan isolasi airbone mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang TB, MDR-TB dan airborne disease Kegagalan mempertahankan tekanan udara positif dan tehnik aseptik saat peracikan obat intra vaskuler mengakibatkan pasien mendapat infeksi bloodborne Kegagalan mempertahankan tekanan



2



3



4



5



6



Rsk



Frek



Sist



Skor (RXFXS)



Kriteria Risiko



Rank



19



7



8



9



10



11



12



13



udara positif ruangan isolasi protektif mengakibatkan pat imunosuppresif mendapat infeksi silang Kegagalan pembatasan jumlah personil kamar operasi mengakibatkan pasien mendapat infeksi melalui kontaminasi lingkungan Kegagalan penanganan sampah infeksius mengakibatkan pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat mendapat infeksi RS/HAIs Kegagalan penerapan kebersihan tangan mengakibatkan pat, petugas, pengunjung mendapat infeksi silang mll kontak dan fecal oral Kegagalan penerapan kebersihan tangan mengakibatkan pat, petugas, pengunjung mengalami kolonisasi MRSA Kegagalan pengontrolan infeksi proses pembangunan mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang melalui air dan udara terkontaminasi Kegagalan penurunan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan menyebabkan penurunan rumah reputasi Puskesmas Kegagalan penyediaan



20



14



15



16



17



18



19



20



sumber daya bagi program PPI mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapatkan infeksi silang / HAIs Kegagalan praktek penyuntikan yang aman mengakibatkan pasien mendapat infeksi silang bloodborne Kegagalan proses dekontaminasi pasien mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung terpapar hazard material Kegagalan proses dekontaminasi /sterilisasi peralatan mengakibatkan pat mendapat infeksi silang mll kontak / bloodbornee. Kegagalan proses skrining / triase batuk mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang TB, MDR-TB dan airbone dan dropet disease lainnya. Kegagalan tekanan udara ngatif dan teknik aseptik limiary air flow peracikan sitostatika mengakibatkan pat, petugas, pengunjung cedera terpapar bahan n sitotoksik. Kegagalan teknik aseptik hemodialisis mengakibatkan pasien terpapar bloodborne . Kurangnya koordinasi dalam pelaksanaan program PPI menyebabkan peningkatan angka



21



21 22



23



24 25



26 27 28 29



30



31



32



kesakitan dan angka kematian akibat HAIs Neonatus terjangkit infeksi tali pusat dalam waktu ? 48 jam admisi Neonatus terjangkit infeksi aliran darah primer / bakterimia akibat plebotomi akibat plebotomi pungsi arteri Neonatus terjangkit infeksi aliran darah primer / bakterimia dalam waktu > 48 jam pemasangan infus / injection port Pasien cedera terpapar obat-obatan kadaluarsa Pasien infeksi luka dekubitus dalam waktu > 48 jam prosedur berdrest / imobilisasi Pasien mendapat infeksi daerah operasi Pasien mendapat infeksi MDR TB Pasien mendapat infeksi MRSA Pasien mendapat infeksi pseudomonas aeroginosa Pasien terjangkit infeksi aliran darah primer / bakterimia dalam waktu ? 48 jam pemakaian kateter venda sentral Pasien terjangkit infeksi aliran darah primer / bakterimia dalam waktu ? 48 jam post tindakan kateterisasi intravaskuler invasif . Pasien terjangkit infeksi luka infus dalam waktu > 48 jam pemasangan infus / injection port



22



33



34



35



36



37



38 39



40



41



42



Pasien terjangkit infeksi saluran kemih dalam waktu > 48 jam pemakaian kateter urine. Pasien terjangkit pneumonia dalam waktu > 48 jam terkait pemasangan ETT / pipa trakeostomi Pasien terjangkit pneumonia terkait ventilator dalam waktu > 48 jam pemasangan ventilator Pasien terjangkit pneuminia tirah baring dalam waktu ? 48 jam prosedur bedrest/imobilisasi Pasien, petugas dan pengunjung terjangkit penyakit infeksi vectorborne di RS Petugas cedera tertusuk jarum suntik bersih Petugas terjangkit rabies dalam waktu > 48 jam setelah merawat penderita Petugas terluka benda tajam (bukan jarum suntik) terkontaminasi mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne Petugas terpapar cairan tubuh lewat mukosa mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang melalui kontak / bloodborne Petugas tertusuk jarum suntik terkontaminasi mengakibatkan petugas mendapat infeksi silang bloodborne



23



Resiko dikatakan memiliki tingkat yang dapat diterima bila : 1. Level resiko rendah sehingga tidak perlu penanganan khusus 2. Tidak tersedia penanganan untuk resiko 3. Biaya penanganan termasuk biaya asuransi lebih tinggi dari manfaat yang diperoleh bila resiko tersebut diterima. 4. Peluang dari adanya resiko tersebut lebih besar dari ancamannya. Langkah evaluasi memastikan bahwa tidak



semua resiko yang



terindentifikasi



memerlukan rencana pengendalian lebih lanjut. Hasil dari analisis resiko akan disampaikan kepada penanggung jawab tertinggi pengelola resiko di satuan kerja untuk



dilakukan



validasi.



Hasil



validasi akan



digunakan



untuk



menetapkan



rencana langkah-langkah system pengendalian untuk menurunkan kemungkinan terjadi resiko maupun untuk menurunkan dampak terjadinya resiko.



24



PRIORITAS ICRA HAIs TAHUN 2019 No 1



2



Jenis Kelompok Resiko HAIs ( Plebitis )



Infeksi Saluran Kemih



Skor



Prioritas



24



4



12



3



Tujuan Tujuan Umum Khusus Menurunkan Insiden insiden phlebitis phlebitis di menurun RSUD Padang Panjang



Menurunkan Insiden ISK insiden ISK di menurun RSUD Padang Panjang



Strategi 1. Edukasi staf 2. Monitoring dan audit pelaksanaan pemasangan iv cateter 3. Monitoring dan audit pelaksanaan HH 4. Kaji fas alkes yang tersedia 5. Monitoring terapi cairan yang diberikan apakah jenis pekat atau tidak 1. Edukasi staf 2. Monitoring dan audit pelaksanaan pemasangan



Evaluasi Laporan triwulan



Analisa 1. Data triwulan insiden phlebitis berkurang, masih di atas target yang ditetapkan 2. Pergantian alkes untuk pemasangan infus baru di area tertentu saja. 3. Edukasi HH 75% kehadiran 4. SPO sudah selesai direvisi 1. Data triwulan insidenm ISK berkurang



kateter urin menetap. 3. Kaji fas alkes yang tersedia 4. Monitoring dan audit pelaksanaan HH



2. 3. 4.



3



Pnoemonia akibat 12 tirah baring lama



2



Menurunkan Insiden insiden pneuminia pneumonia di menurun RSUD Padang Panjang



1. Edukasi staf 2. Monitoring dan audit perawatan pasien tirah baring lama 3. Kaji fas alkes yang tersedia 4. Monitoring dan audit pelaksanaan HH



1.



2.



masih di atas target yang ditetapkan Edukasi HH 75% kehadiran . SPO sudah selesai direvisi Perawatan dan penggantian kateter dilaksanakan sesuai SPO Data triwulan insiden pneumoni berkurang, masih di atas target yang ditetapkan. Monitoring dan audit penerapan bundles HAP



4



Penerapan kebersihan tangan



12



5



Meningkatkan Insiden HIs angka menurun kepatuhan cuci tangan di RSUD Padang Panjang



1. Edukasi staf 2. Monitoring dan audit kepatuhan cuci tangan 3. Kaji fas alkes yang tersedia



5



Petugas tertusuk jarum suntik bekas



12



1



Meningkatkan cara penyuntikan yang aman



1. Edukasi staf 2. Monitoring dan audit kepatuhan penyuntikan yang aman 3. Kaji fas alkes yang tersedia 4. Monitoring kepatuhan HH



Insiden tertusuk jarum berkurang



3. Edukasi HH 75% kehadiran. 4. SPO sudah selesai direvisi 1. Tingkat kepatuhan cuci tangan petugas meningkat. 2. Edukasi HH 75% kehadiran 3. Fasilitas cuci tangan tersedia lengkap. 1. Edukasi penyuntikan aman 75% kehadiran 2. Tingkat kepatuhan penyuntikan aman meningkat. 3. SPO sudah direvisi



6



Pengontrolan infeksi proses pembangunan, yang mengakibatkan pasien, petugas dan pengunjung mendapat infeksi silang melalui air dan udara terkontaminasi



12



6



Proses pembangunan RS dapat dikontrol dengan baik oleh manajemen dan PPI dengan menerapkan ICRA



ICRA 1. Tingkatkan pembangunan pelaksanaan dapat dan terlaksana pengawasan dengan lancar 2. Kaji fasilitas yang berhubungan dengan pelaksanaan ICRA 3. Monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan ICRA



1. Pelaksanaan ICRA RS terlaksana 2. SPO sudah direvisi