Identifikasi Umur Metode Gustafson [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

METODE PENENTUAN UMUR KRONOLOGIS KORBAN MELALUI GIGI DALAM PROSES IDENTIFIKASI KORBAN MENGGUNAKAN METODE GUSTAFSON



VIVI OKTAVIA MANIK NIM: 160600181



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019



BAB 1 PENDAHULUAN



1,1 Latar belakang



Penilaian perkembangan gigi untuk memprediksi umur pada individu hidup memiliki sejarah yang panjang. Pada bidang sosiologi industri, keberadaan gigi molar permanen pertama merupakan tanda bahwa seorang anak telah berusia enam tahun yang berarti anak tersebut dapat bekerja di pertambangan batu bara di abad ke 19 revolusi industri di Inggris. Erupsi gigi masih menjadi penuntun umur seorang anak baik dalam konteks sosial maupun klinis.1 Belakangan ini, perkembangan gigi yang diamati secara metode morfologis merupaka metode estimasi umur yang membutuhkan ekstraksi gigi dan preparasi jaringan serta pemeriksaan



miskroskopik yang mendetail. Pemeriksaan miskroskopik ini



bertujuan untuk menentukan tahapan perkembangan gigi geligi. Metode ini lebih cocok digunakan pada kasus post-mortem karena pada individu yang masih hidup metode ini kemungkinan tidak diterima dengan alasan etis, agama, budaya atau pendekatan ilmiah.2 Selain tujuan untuk mengetahui umur seseorang pada kasus tanpa dokunen kelahiran, prakiraan umur seseorang juga diperlukan pada pemeriksaan forensik karena identitas asli tidak ada ataupun adanya indikasi pemalsuan identitas. Umur dapat diperkirakan karena bertambahnya usia seiring dengan meningkatnya tahap pertumbuhan dan perkembangan struktur tubuh berupa perubahan fisik yang konstan sehingga setiap tahun dari proses perubahan tersebut dapat dihubungkan dengan umur seseorang. Prakiraan umur dapat dilakukan pada individu hidup maupun mati. Pada individu mati, prakiraan umur merupakan bagian dari identifikasi korban mati pada kasus pembunuham, aborsi janin, ataupun bencana massal. Khususnya pada bencana massal, prakiraan umur dapat menjadikan identifikasi korban lebih sederhana dengan mengelompokkan umur korban. 3 Beberapa penelitian mengenai penentuan umur seseorang berdasarkan gigi geligi telah dipublikasikan. Saunders pada tahun 1837 adalah dokter gigi pertama yang memberi informasi mengenai implikasi gigi dalam penentuan umur.



Lacassagne (1889) menjadi orang pertama yang menggunakan perubahan pada gigi geligi untuk memperkirakan umur orang dewasa. Pada tahun 1925, Bodeckar menyatakan bahwa penuaan menyebabkan perubahan yang bermakna pada struktur gigi (deposisi dentin), sehingga gigi geligi dapat digunakan untuk memperkirakan umur seseorang. 4,5 Gustafson (1950) adalah ilmuan pertama yang memperkenalkan metode ilmiah dalam estimasi umur gigi. Ada enam karakteristik gigi yang menjadi parameter utama dalam temuannya antara lain deposisi dentin sekunder, atrisi, resesi gingiva, pembentukan sementum, resorpsi akar dan translusensi akar. Metode Gustafson ini termasuk invasif karena memerlukan ekstraksi gigi. Kvaal, dkk (1995) menilai deposisi dentin sekunder menggunakan radiografi gigi dan menemukan adanya hubungan antara parameter terukur dan umur sampel.5,6 Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik mengeksplorasi data-data tersebut untuk mengetahui estimasi umur kronologis berdasarkan gambaran radiografi panoramik gigi dengan menggunakan salah satu metode Gustafson. .



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Metode Gustafson Pada tahun 1950, Gosta Gostafson mengembangkan sebuah metode estimasi umur berdasarkan perubahan morfologis dan histologis pada gigi geligi. Skala nilai adalah 0,1,2,3. Gustafson membagi menjadi 6 tahapan, yaitu:5 a. Derajat atrisi (A) Derajat atrisi merupakan derajat atau keparahan atrisi atau ausnya permukaan kunyah gigi baik insisal maupun okslusal sesuai dengan pengunaannya. Makin lanjut usia derajat atrisinya semakin parah. b. Jumlah dentin sekunder (D) Pembentukan dentin sekunder oleh karena penggunaan gigi atau atrisi dari permukaan oklusi biasanya terbentuk diatas atap pulpa sehingga semakin bertambahnya usia secara rontgenografis terlihat seakan- akan pulpa menjadi sempit kerena dentin sekunder yang menebal. c. Posisi perlekatan gingiva (G) Perubahan fisiologis akibat penggunaan gigi dari perlekatan epitel ditandai dengan turunnya atau dalamnya sulkus gingiva yang melebihi 2 mm bahkan semakin lanjut usia, perlekatan gingiva turun kearah gigi sehingga terlihat seakan akan mahkota lebih panjang. d. Derajat resorpsi akar (R) Menurut Gustafson, bahwa terjadi resorbsi akar gigi permanen akibat tekanan fisiologis dengan bertambahnya usia. e. Transparansi dentin akar (T) Terjadi proses kristalisasi dari bahn- bahan mineral akar gigi berangsurangsur mulai dari akar gigi kea rah servikal menjadi transparan. Transparansi dentin dimulai dari tebal dentin tubular 5milimikron hingga pada usia 70 tahun tebal tububar dentin 1 milimikron f. Ketebalan sementum (C)



Dengan bertambahnya usia maka bertambahtebal jaringan sementum pada akar gigi. Pembentukan ini oleh karena perlekatan serat- serat periodontal dengan aposisi yang terus menerus dari gigi tersebut selama hidup.



Untuk mendapatkan nilai estimasi umur dengan metode Gustafson, maka setiap perubahan keenam faktor diberikan skor 0-3 berdasarkan perubahan yang terjadi. Keenam skor tersebut dijumlahkan dan dimasukkan ke dalam rumus Y= 11.43 + 4.56X dimana X adalah total skor dan Y merupakan estimasi umur. Kekurangan dari metode ini adalah tidak dapat digunakan pada individu yang masih hidup.5,67



Gambar 1 Gambaran perubahan jaringan keras gigi menurut Gustafson



Gambar 2 Skoring berdasarkan metode Gustafson



BAB 3 PEMBAHASAN



Perkiraan usia gigi bertujuan untuk menyediakan data rentang usia yang akurat.. Metode yang digunakan harus memiliki standar deviasi serendah mungkin dan divalidasi dalam kelompok populasi spesifik Sebuah studi harus memiliki rentang usia gigi tertentu dan harus representatif untuk menilai tahapan pembentukan gigi sejak tahap awal perkembangan hinggaa tahap akhir. Aspek penting dalam perkiraan usia gigi yang tepat adalah menggunakan lebih dari satu metode perkiraan usia gigi dan melakukan pengukuran dan kalkulasi berulangulang.6 Metode Gustafson sering dgunakan untuk penentuan usia individu dewasa melalui pemeriksaan histologis dengan melihat perubahan struktur gigi. Metode ini diyakini terpercaya meskipun penggunaan metode ini oleh beberapa peneliti lain menghasilkan standar error hingga 7,03 tahun. Meskipun demikian, prinsip evaluasi histologi perubahan gigi yang diperkenalkan oleh Gustafson menjadi dasar bagi peneliti-peneliti lain untuk meningkatkan keakuratan metode penentuan usia.7



BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Metode Gustafson sering dgunakan untuk penentuan usia individu dewasa melalui pemeriksaan histologis dengan melihat perubahan struktur gigi. Metode ini diyakini terpercaya meskipun penggunaan metode ini oleh beberapa peneliti lain menghasilkan standar error hingga 7,03 tahun. Meskipun demikian, prinsip evaluasi histologi perubahan gigi yang diperkenalkan oleh Gustafson menjadi dasar bagi peneliti-peneliti lain untuk meningkatkan keakuratan metode penentuan usia. Untuk mendapatkan nilai estimasi umur dengan metode Gustafson, maka setiap perubahan keenam faktor diberikan skor 0-3 berdasarkan perubahan yang terjadi. Keenam skor tersebut dijumlahkan dan dimasukkan ke dalam rumus Y= 11.43 + 4.56X dimana X adalah total skor dan Y merupakan estimasi umur. Kekurangan dari metode ini adalah tidak dapat digunakan pada individu yang masih hidup.



DAFTAR PUSTAKA 1.



Roberts, G.J., Parekh, S., petrie, A., Lucas, V.S. Dental Age Assessment (DAA): a simple method for childre and emerging adults. British Dental Journal, 2007;204:E7.



2.



Putri AS, Nehemia B, Soedarsono N. Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi. Jurnal PDGI 2013 SeptDes;62(3):55-62



3.



Sakhdari S, Mehralizadeh S, Zolfaghari M, Madadi M. Age estimation from pulp/tooth area ratio using dental panoramic radiography, 2015; 27(1):19-20



4.



Moshfeghi M, Ghijazadeh M, Sadrabad ZK, Shadkar MM, Shadkar Z. Age estimation in an Iranian population based on pulp/tooth area ratio (PTR). Research Journal of Medical Sciences, 2014; 8 (3): 116-120



5.



Alshiri AM, Kruger E, Tennant M. Dental age assessment of western saudi children and adolescents. The Saudi Dental Journal, 2015; 27, 131-136



6.



Ardakani F, Bashardoust N, Sheikhha M. The accuracy of dental panoramic radiography as an indicator of chronological age in iranian individuals. The Journal of Forensic Odonto-Stomatology, 2007; 25: 2



7.



Apriyono D K. Metode Penentuan Usia Melalui Gigi dalam Proses Identifkasi Korban.CDK 2016; 43(1):71-73.