14 0 381 KB
ILEUS OBSTRUKTIF
A. KONSEP MEDIS 1. Pengertian Pengertian dari obstruksi usus menurut (Susan C Smeltzer, 2010) adalah sumbatan yang menghambat aliran isi usus untuk melewati saluran usus. Menurut Muttaqin Arif (2013) ileus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus didefinisikan sebagai hambatan untuk perkembangan isi usus dan cairan umumnya dimulai dengan onset mendadak (Costa et al., 2016). Definisi lain dari obstruksi usus merupakan masalah aliran usus yang tidak normal disepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat bersipat akut maupun parsial, parsial maupun total. Jika didalam usus terdapat massa dan perkembangan lambat dapat juga menyebabkan terjadinya sumbatan pada usus. Usus halus merupakan tempat yang paling sering terjadinya obstruksi. Obstruksi usus halus adalah situasi yang gawat yang memerlukan pertolongan segera serta tindakan pembedahan yang segera pula (Price & Wilson, 2015).
2. Etiologi Menurut (Suzanne C. Smeltzer & Bare, 2013) penyebab ileus dibagi menjadi dua proses, yaitu: a. Mekanis Terjadi obstruksi intramural atau obstruksi mural dari tekanan pada dinding usus. Contoh kondisi ini yang dapat menyebabkan obstruksi mekanis
adalah
intususepsi,
tumor
popiloid
dan
neoplasma,
stenosis,stritur,perlekatan, hernia,dan abses. Penyebab mekanis dari obstruksi usus yaitu sebagai berikut: Penyebab Perlekatan
Perjalanan penyakit Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah
Akibat 3 atau 4 hari pasca operatif keadaan ini menghasilkan perputaran lengkung usus
1
pembedahan abdomen Intususepsi Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya Volvulus Usus memutar dan kembali ke keadaan semula
Hernia
Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding atau otot abdomen
Tumor
Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus
Penyempitan lumen usus
Lumen usus menjadi tersumbat. Gas dan cairan berkumpul didalam usus yang terjebak. Aliran usus mungkin tersumbat total. Aliran darah kearea tersebut dapat tersumbat juga Lumen usus menjadi tersumbat sebagian ; bila tumor tidak diangkat mengakibatkan obstruksi lengkap
b. Fungsional Muskular usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya ialah amiloidosis,distrofi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson. Ini juga dapat bersifat sementara sebagai akibat dari penanganan usus selama pembedahan. 3. Patofisiologi a. Obstruksi usus halus Akumulasi isi usus,cairan, dan gas terjadi di daerah diatas usus yang mengalami obstruksi. Distensi dan retensi cairan mengurangi absorpsi cairan dan merangsang lebih banyak sekresi lambung. Dengan peningkatan
distensi,
tekanan
dalam
lumen
usus
meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan kapiler vena dan arteriola. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan edema, kongesti, nekrosis dan akhirnya rupture atau perforasi dari dinding usus, dengan akibat peritonitis (Suzanne C. Smeltzer & Bare, 2002). Muntah refluks dapat terjadi akibat distensi abdomen. Muntah mengakibatkan kehilangan ion hydrogen dan kalium dari lambung, serta
2
menimbulkan penurunan klorida dan kalium sdalam darah,yang akhirnya mencetuskan alkalosis metabolic. Dehidrasi dan asidosis yang terjadi kemudian,disebabkan karena hilangnya cairan dan natrium. Dengan kehilangan cairan akut, syok hipovolemik dapat terjadi (Suzanne C. Smeltzer & Bare, 2002). b. Obstruksi usus besar Seperti
pada obstruksi
usus
halus,
obstruksi
usus
besar
mengakibatkan isi usus, cairan dan gas berada proksimal disebelah obstruksi. Obstruksi dalam kolon dapat menimbulkan distensi hebat dan perforasi kecuali gas dan cairan dapat mengalir balik melalui katup ileal. Obstruksi usus besar, meskipun lengkap, biasanya tidak dramatis bila suplay darah kekolon tidak terganggu. Apabila suplay darah terhenti, terjadi strangulasi usus dan nekrosis (kematian jaringan). Kondisi ini mengancam hidup. Pada usus besar dehidrasi terkadi lebih lambat dibandingkan pada usus halus karena kolon mampu mengabsorbsi isi cairannya dan dapat melebar sampai ukuran yang dipertimbangkan diatas kapasitas normalnya (Suzanne C. Smeltzer & Bare, 2002). 4. Manifestasi Klinik a. Obstruksi Usus Halus Menurut (Susan C Smeltzer, 2010) gejala yang muncul pada obstruksi usus halus yaitu : 1) Gejala awal yaitu Nyeri keram, terjadi muntah dan mengeluarkan darah dan mucus namun tidak mengeluarkan materi feses atau flatus. 2) Ketika obstruksi komplit yaitu gelombang peristaltic menjadi cepat dan mengakibatkan arah berbalik yaitu mengeluarkan isi usus menuju mulut. 3) Jika obstruksi berada didaerah ileum yaitu terjadi muntah fases. 4) Terjadi dehidrasi yang menyebabakan rasa haus, mengantuk, kelemahan umum, gatal dan lidah serta membrane mukosa menjadi sangat kering
3
5) Abdomen menjadi terdistensi (semakin rendah lokasi obstruksi di saluran gastro intestinal, semakin jelas distensi) 6) Jika tidak ditangani maka mungkin terjadi hipovolemik disebabkan dehidrasi dan hilangnya volume plasma. b. Obstruksi Usus Besar Gejala yang muncul menurut (Susan C Smeltzer, 2010) akan terjadi relative ambat, seperti: 1) Terjadi konstipasi selama berbulan (obduksi didalam kolon sigmoid atau rectum) 2) Anemia defisiensi besi dikarenakan kehilangan darah melalui fases. 3) Mungkin terjadi penurunan berat badan, anoreksia dan kelemahan. 4) Nyeri keram di abdomen bawah, dikarenakan abdomen menjadi sangat terdistensi, serta gelungan usus besar menjadi terlihat dari dinding abdomen. 5) Terjadi muntah fases dan memungkinkan terjadi gejala syok. 6. Penatalaksanaan b. Obstruksi usus halus Dekompresi usus melalui selng usus halus atau nasogastrik bermanfaat dalam mayoritas kasus. Apabila usus tersumbat secara lengkap maka strangulasi yang terjadi memerlukan intervensi bedah. Sebelum pembedahan, terapi intravena diperlukan untuk mengganti penipisan air, natrium, clorida dan kalium.tindakan pembedahan tergantung pada penyebab obstruksi. Kompleksitas prosedur bedah untuk obstruksi usus tergantung pada durasi obstrusdi dan kndisi usus tang ditemukan selama pembedahan (Suzanne C. Smeltzer & Bare, 2002). c. Obstruksi usus besar Apabila obstruksi relative tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pada sekum, dapat dilakukan pada pasien yang beresiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengankatan obstruksi. Prosedur ini memberikan jalan
4
keluar untuk mengeluarkan gas dan sejumlah kecil rabas. Selang rectal dapat dapat digunakan untuk dekompresi area yang ada dibawah usus. Tindakan yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah untuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara atau permanen mungkin diperlukan.
Kadang-kadang
anastomosis
ileoanal
dilakukan
bila
pengangkatan keseluruhan usus besar diperlukan (Suzanne C. Smeltzer & Bare, 2002).
7. Pemeriksaan Diagnostik a. Tanda-tanda khas pada foto roentgen posisi supine adalah loop usus halus berdilatasi tanpa disertai distensi kolon b. CT Scan untuk melihat factor penyebab terjadinya sumbatan seperti adanya tumor abdomen, inflamasi dan abses. c. Pemeriksaan
laboratorium
untuk
melihat
gambaran
dehidras,
kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi (seperti elektrolit dan jumlah darah lengkap) (Price & Wilson, 2015).
5
Patoflowdiagram : (Muttaqin & Sari, 2013) Perlekatan, Intususepsi, Volvulus, Hernia, Tumor
Ketidakmampuan absorbsi air
Distensi abdomen
Penurunan Intake cairan
Kontraksi anular pylorus
Resiko ketidakseimbangan cairan
Ekspalasi isi lambung ke esophagus : gerakan isi lambung ke mulut
Penurunan volume cairan
Hilangnya kemampuan intestinal dalam pasase material feses
Akumulasi gas & cairan didalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi
Respon psikologis misinterprestasi perawatan dan pengobatan
Sfingter ani eksterna tidak relaksasi
Distensi abdomen
Kecemasan
Refleks lama dalam kolon & rektum
Mual, muntah, Resiko tinggi syok hipovolemik
Tekanan intra lumen Iskemia dinding usus
Konstipasi Asupan nutrisi tidak adekuat
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kehilangan cairan dan elektrolit
Merangsang pelepasan mediator kimia (histamine, bradukinin, prostaglandin)
Merangsang nociceptor
Nyeri
Proliferasi bakteri yg berlangsung cepat
Pelepasan bakteri dan toksik dari usus yg infark Bakteri lepaskan endotoksin merangsang tubuh utk melepaskan zat pirogen oleh leukosit Hipotalamus
Resiko ketidakseimbangan cairan
Hypertermi
6
DAFTAR PUSTAKA Costa, G., Ruscelli, P., Balducci, G., Buccoliero, F., Lorenzon, L., Frezza, B., … Stella, F. (2016). Clinical strategies for the management of intestinal obstruction and pseudo-obstruction. A Delphi Consensus study of SICUT (Società Italiana di Chirurgia d’Urgenza e del Trauma). Ann Ital Chir, 87, 105–17. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27179226 Muttaqin, A., & Sari, K. (2013). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika. Price, S, A., & Wilson, L, M. (2015). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi. 6. Vol. 1. Jakarta : EGC Smeltzer, S. C. (2010). Handbook for Brunner & Suddarth’s textbook of medicalsurgical nursing (12th ed.). Philadelphia: Library of Congress Cataloging-inPublication Data. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Vol. 1. Jakarta: EGC.
7