Ilmu Tauhid Bab 2 Kelas X [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ILMU TAUHID BAB 2 KELAS X 1. Pengertian Tauhiddan Ilmu Tauhid Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata ‫وححد‬-‫يوححد‬-‫توحيد‬. Secara etimologis, tauhid berarti keesaan, maksudnya keyakinan bahwa Allah SWT adalah esa, tunggal, satu. Mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah atau mengesakan Allah. ilmu tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang pokok-pokok aqidah agama dengan berlandaskan dalil-dalil yang pasti terutama sekali yang berhubungan dengan wujud Allah dengan segala kesempurnaan sifat-sifat-Nya 2. Pokok Pembahasan Ilmu Tauhid a. Keesaan Dzat Keesaan Dzat mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya bahwa Allah SWT tidak terdiri dari unsur-unsur, atau bagian-bagian. Al Qur’an menegaskan: ‫م‬ (١٥ )ُ ‫نلل ُاللللمميِدد‬ ‫س ُألنَلل تددم ُا لدف لق لرادء ُإمللل ُال لله ُلوال للده ُده لو ُا لغل م ن‬ ‫ليَاَّ ُأليَنللهاَّ ُالنللاَّ د‬ Wahai seluruh manusia kamulah yang butuh kepada Allah dan Allah Mahakaya tidak membutuhkan sesuatu lagi Maha Terpuji" (QS. Fathir: 15). b. Keesaan Sifat Adapun keesaan sifat-Nya, maka itu antara lain berarti bahwa Allah memiliki sifat yang tidak sama dalam substansi dan kapasitasnya dengan sifat makhluk. Seperti firman Allah dalam QS. Al Fatihah: 3, (٣ )ُ ‫اللرلحللمن ُاللرمحيِمم‬ Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (QS. Al Fatihah: 3) c. Keesaan Perbuatan Keesaan ini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berada di alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan wujud-Nya, kesemuanya adalah hasil perbuatan Allah semata. Sebagaimana firman-Nya, (٨٢ )ُ ‫إملنللاَّ ُأللم درده ُإملذا ُأللرالد ُلش ليِ ئئاَّ ُأللن ُيَلل دقولل ُلده ُدك لن ُفلل يِلدكودن‬ Sesungguhnya keadaan-Nya bila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata, 'Jadilah!' Maka jadilah ia (QS. Yasin: 82) d. Keesaan dalam beribadah kepada-Nya Mengesakan Allah dalam beribadah, menuntut manusia untuk melaksanakan segala sesuatu demi karena Allah, baik sesuatu itu dalam bentuk ibadah mahdhah (murni), maupun selainnya. Seperti firman-Nya, ‫م‬ ‫م‬ ‫قدل ُإملنل ُ ل م‬ (١٦٢ )ُ ‫يل‬ ‫ي ُلولمللاَّمتلل ُلمللمه ُلر ب‬ ‫بلل ُا للعاَّلم ل‬ ‫صلَ تل ُلونَددس كيِ ُلولمللليِاَّ ل‬ ‫ل‬ Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, (seterusnya) karena Allah, Pemelihara seluruh alam (QS. Al An'am: 162). 3. Macam-Macam Tauhid a. Tauhid Uluuhiyah Uluhiyyah berasal dari kata ilah yang berarti adalah Tuhan. Tauhid Uluhiyah adalah mengakui bahwa hanya Allah, Tuhan yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Pentingnya beriman kepada uluhiyah Allah tampak pada hal-hal di bawah ini: 1) Bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin adalah beribadah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. ‫م‬ (٥٦ )ُ ‫س ُمإلِ ُمليِلل لع بدددومن‬ ‫لولماَّ ُلخ للق د‬ ‫ت ُاللللنلل ُلوال نَل ل‬



Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu. (QS. Adz Dzariyat: 56). 2) Bahwasannya tujuan diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab samawi adalah untuk menetapkan dan mengakui bahwa Allah adalah Tuhan yang berhak disembah, sebagaimana firman Allah QS. An Nahl: 36, ‫م‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫لوللق لد ُبلل لع ثَلل لناَّ ُمفل ُدك بلل ُأدلملة ُلردسولِ ُألن ُالع بددد وا ُال للله ُلوالج تلن بدوا ُالطللاَّدغو ل‬ Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut. (QS. An Nahl: 36). 3) Sesungguhnya kewajiban pertama atas setiap manusia adalah beriman kepada uluhiyah Allah. Sebagaimana yang diwasiatkan Nabi Muhammad SAW., kepada Mu’adz bin Jabal saat ia diutus ke Yaman. Ketika itu Nabi Muhammad bersabda, ‫ك ُتلألمتلل ُقلل ومئاَّ ُممن ُألله مل ُالمكتاَّل م‬ ‫م‬ ‫ب ُفلل ل يِلدك لن ُأللولل ُملاَّ ُتللد عدلوده لم ُإملليِ مه ُلشهاَّللد دة ُأللن ُلِلل ُإمللله ُإملِلللالدل‬ ‫نَلإل ل ل ل ل‬ Sesungguhnya engkau akan datang kepada kaum dari kalangan ahli kitab, karena itu pertama kali yang hendaknya engkau serukan kepada mereka adalah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah. (HR. Bukhari dan Muslim). b. Tauhid Rubuubiyah Perkataan rububiyyah bersal dari kata rabb berarti pecipta dan mengatur segala yang ada ini. Tauhid Rububiyah adalah meyakini bahwa hanya Allah, Tuhan yang menciptakan, yang memberi rizki, yang mengatur, memelihara, yang menghidupkan dan mematikan. ‫مل م ل م‬ ‫ت ُوال رض ُوج ع ل ُالظلنلدماَّ م‬ ‫م‬ ‫ت ُلوالنلولر‬ ‫ل‬ ‫الللللم دد ُل له ُا لذي ُلخ للق ُاللسللماَّلوا ل ل ل ل ل ل ل‬ Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang (QS. Al An’am: 1) Pada zaman Nabi Muhammad SAW., orang-orang musyrikin juga mengakui Tauhid Rububiyah ini, mereka mengakui bahwa Allah yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, dan memberi rizki. Tetapi mereka masih mengingkari Tauhid Uluhiyah.Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah QS. Az Zuhruf: 87 dan QS. Yunus: 31, (٨٧ )ُ ‫لولئملن ُلس ألللتلل ده لم ُلم لن ُلخ للق ده لم ُلليِلل دقولدلنل ُال للده ُفلأللنلل ُيَلدلؤفلدكولن‬ Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", Maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)”. (QS. Az Zukhruf : 87) ‫م‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫قدلل ُلملن ُيَلل لردزقددك لم ُمملن ُاللسللماَّمء ُلوال لر م‬ ‫ت ُمملن ُاللللبيِل ُلولم لن ُيَدلد ب لدر ُاللم لر ُفللسليِلل دقودلولن‬ ‫ض ُأللم ُلملن ُليللل د‬ ‫صاَّلر ُلولم لن ُديللمردج ُاللللليِل ُملن ُاللم يِبلت ُلوديللمردج ُاللم يِبل ل‬ ‫ك ُاللسللم لع ُلوال بل ل‬ (٣١ )ُ ‫ال للده ُفلل دق لل ُأللفلَ ُتلل تللدقولن‬ Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)? (QS. Yunus: 31) c. Tauhid asmaa wa sifaat Tauhid Asma’ Wa Sifat adalah mengesakan Allah dalam apa yang Allah miliki dari namanama dan sifat-sifat-Nya. Dalam pengertian ini terkandung dua hal, yakni al itsbat dan nafyul mumatsalah. Al Itsbat adalah menetapkan semua nama dan sifat bagi Allah, dari apa yang telah Allah tetapkan sendiri dalam kitab-Nya atau apa yang



ditetapkan Rasul-Nya dalam sunnahnya. Dan nafyul mumatsalah (meniadakan penyerupaan/ penyamaan) adalah tidak menyamakan/ menyerupakan Allah dengan selain-Nya dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya. ‫ليِ س ُلكمم ثَللممه ُلش يِ ء ُوه و ُاللسلمميِع ُا لب م‬ (١١)ُ ‫ص يدل‬ ‫د ل‬ ‫ل ء لدل‬ ‫ل ل‬ Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS. Asy Syura: 11) Bertauhid nama dalam dan sifat Allah dilakukan dengan cara menetapkan nama dan sifat yang Allah tetapkan bagi dirinya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari dirinya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil, tanpa takyif, dan tanpa tafwidh. 1) Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadis tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahirnya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata istawa yang artinya bersemayam dipalingkan menjadi menguasai. 2) Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana. 3) Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain. 4) Tamtsiladalah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Misalnya, berkeyakinan bahwa tangan Allah sama dengan tangan budi, Allah bersemayam di ‘arsy seperti joki naik kuda. Mahasuci Allah dari adanya makhluk yang serupa dengan-Nya. 4. Makna Tauhid dalam Kehidupan a. Membebaskan manusia dari belenggu kepercayaan palsu Islam dengan konsep tauhidnya datang tidak kenal kompromi. Seorang muslim harus mampu menghilangkan (negasi) segala bentuk ketergantungan (dependensi) terhadap benda-benda dan memandangnya sebagai benda apa adanya, benda-benda yang seharusnya ditundukkan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. ‫م‬ ‫ل ُاللم را م‬ ‫يَل لن بمت ُلدك م ُبممه ُاللزرع ُواللزيَل دتولن ُوالنللمخيِل ُوال لع لناَّ م‬ ‫ك ُل يَلئة ُلملق لوةم ُيَللتلل لفلكلدرولن‬ ‫ت ُإملنل ُمفل ُلذل ل‬ ‫ل‬ ‫د د ل‬ ‫لل‬ ‫لل ل ل ل‬ ‫ب ُلوم لن ُدك بلل ثَل ل ل‬ Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (QS. An Nahl : 11) b. Semangat pembebasan diri (self liberation) Tauhid sebagai ekspresi iman, tidak cukup hanya dengan percaya bahwa Allah itu Esa, tetapi juga menyangkut pengertian yang benar tentang siapa Tuhan yang benar itu, dan bagaimana bersikap kepada-Nya, dan kepada objek-obyek selain Dia. َّ‫لوالع بددد وا ُال للله ُلولِ ُتدلش مردك وا ُبممه ُلش ليِ ئئا‬ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. (QS. An Nisa: 36) c. Persamaan (emansipasi) harkat dan martabat kemanusiaan Manusia juga merupakan puncak kreasi Allah. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai harkat dan matabat kemanusiaan yang sangat luar biasa. Namun demikian, manusia juga memiliki potensi untuk terdegradasi menjadi sangat rendah. ‫مم‬ (٥ )ُ ‫يل‬ ‫(دثللل ُلرلد لد لنَاَّده ُأللس لف لل ُلساَّف ل ل‬٤ )ُ ‫للق لد ُلخ للق لناَّ ُال نَللساَّلن ُمفل ُأللح لس من ُتلل لق موةيلل‬



a. b. c. d. e. f. g.



4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya 5. kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).(QS. At Tin:4-5) 5. Tujuan Mempelajari Ilmu Tauhid Sebagian sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan. Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadat dengan penuh keikhlasan. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan. Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin. Sebagai pokok dan landasan berpikir dan bertindak bagi umat Islam. Memberi rasa ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan Membentuk sikap dan perilaku dengan meneladani segala kesempurnaan Allah melalui petunjuk Nabi SAW