Indeks Bias Dan Sudut Putar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 PRAKTIKUM SPEKTROFOTOMETRI MODUL



: Penentuan Sudut Putar dan Indeks Bias



PEMBIMBING



: Riniati



Praktikum



: 8 Desember 2015



Penyerahan : 15 Desember 2015 (Laporan)



Oleh : Kelompok



: VII



Nama



: 1. Mizanul Islam



Kelas



141431023



2. Muhamad Kosasih



141431024



3. Nurcholifah Maharani Pratiwi



141431025



: 2A – Analis Kimia



PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2015



I. Judul Percobaan



: Penentuan Sudut Putar dan Indeks Bias



Pembimbing



: Riniati



Tanggal Percobaan



: 8 Desember 2015



II. Tujuan Praktikum



:



1. Mengenal metoda penentuan sudut putar untuk penentuan konsentrasi suatu senyawa yang bersifat optik aktif 2. Mengukur sudut putar bidang polarisasi larutan gula 3. Menentukan kadar gula dalam larutan cuplikan 4. Memahami prinsip refraktometer, dapat mengoperasikan refraktometer dengan benar 5. Menentukan harga indeks bias 6. Menentukan konsentrasi suatu zat berdasarkan harga indeks biasnya. III.



Prinsip Dasar : III.1. Sudut Putar (Polarimetri) Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada pengukuran sudutputaran (optical rotation) cahaya terpolarisir oleh senyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati sinar monokromatis yang terpolarisir tersebut.Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang getar sinarterpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiraldalam senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2), fruktosa. Cahaya monokromatik pada dasarnya mempunyai bidang getar yang banyak sekali.Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus pada bidang datar. Bidanggetar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat dipisahkan menjadi dua bidang getar yangsaling tegak lurus. Yang dimaksud dengan cahaya terpolarisasi adalah senyawa yangmempunyai satu arah getar dan arah getar tersebut tegak lurus terhadap arah rambatnya. Pada polarimeter terdapat polarisator dan analisator. Sinar yang berasal darisumber dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarisator), kemudian terus ke selpolarimeter yang berisi larutan dan akhirnya menuju prisma terpolarisasi kedua (analisator).Polarisator adalah polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan analisator adalahpolaroid yang dapat menganalisis atau mempolarisasi cahaya. Untuk menentukan posisi yang tepat sulit dilakukan, karena itu digunakan setengahbayangan. Untuk mencapai kondisi ini, polarisator diatur sedemikian rupa,



sehingga setengah bidang polarisasi membentuk sudut sekecil mungkin dengan setengah bidang polarisasi yanglainnya. Akibatnya memberikan pemadaman pada kedua sisi lain, sedangkan ditengah terang. Bila analisator diputar terus, setengah dari medan menjadi lebih terang dan lainnya redup. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman dan terang tersebut adalah “posisi putaranyang tepat” dimana pada saat ini intensitas kedua medan sama. Dapat dilihat pada gambar 1.



Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator, maka sinaryang mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator diteruskan seluruhnya.Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap analisator maka tak ada sinaryang diteruskan. Dan bila arahnya membentuk suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanyasebagian. Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optik aktif akan mengalamipemutaran bidang polarisasi. Dapat dilihat pada gambar 2. Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis suatu zat yangmenimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran bidang getar sinarterpolarisir oleh senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu : 1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam 2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran jarum jam. Sinar mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan variasi warnadan panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis. Untuk menghasilkan sinarmonokromatis, maka digunakan suatu filter atau sumber sinar tertentu. Sinar monokromatis ini akan melewati suatu prisma yang terdiri dari suatu kristal yang mempunyai sifat sepertilayar yang dapat menghalangi jalannya sinar,



sehingga dihasilkan sinar yang hanyamempunyai satu arah bidang getar yang disebut sebagai sinar terpolarisasi. Jika suatu sinar dilewatkan pada suatu larutan, larutan itu akan meneruskan sinaratau komponen gelombang yang arah getarnya searah dengan larutan dan menyerap sinaryang arahnya tegak lurus dengan arah ini. Di sini larutan digunakan sebagai suatu platpemolarisasi atau polarisator. Akhirnya sinar yang keluar dari larutan adalah sinar yangterpolarisasi bidang. Cahaya dalam keadaan terpolarisasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Gelombang ke semua arah dan tegak lurus arah rambatnya 2. Terdiri dari banyak gelombang dan banyak arah getar Jika sudut putar jenis (rotasi spesifik) diketahui, maka konsentrasi larutan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:



C = 100 α 1 x α tD Dimana, C : konsentrasi larutan (gram/ 100 mL) α : nilai sudut putar (pengukuran) l : panjang tabung polarimeter (dm) t α D : sudut putar spesifikasi/ jenis, pada suhu t dan pada panjang gelombang sinar lampu D (natrium dengan panjang gelombang 589 nm) Nilai konstanta (daya putar spesifik) merupakan ciri khas bagi zat yang dilarutkan. Beberapa nilai rotasi/ daya putar spesifik untuk senyawa-senyawa optis aktif. Senyawa d-glukosa d-fruktosa Maltosa



III.2.



(α)20D + 52,7 - 92,4 + 130,4



Senyawa Sukrosa Asam tartarat (semua senyawa di ukur dalam air)



(α)20D + 66,5 + 14,1



Indeks Bias (Refraktometri) Indeks bias dapat diukur dengan alat yang disebut refraktometer.



Pengukuran indeks bias suatu zat cair sangat penting bagi penilaian sifat dan kemurnian cairan, konsentrasi larutan-larutan dan perbandingan komponen dalam campuran dua zat cair atau kadar (presentase) zat yang diekstrasikan dalam pelarutnya. Dalam keadaan yang lebih kritik, penentuan indeks bias kadang-kadang



belum menentukan, tetapi dapat digunakan sebagai daya yang berharga bagi kelengkapan penelitian. Ciri khas refraktometer ialah dapat digunakan untuk mengukur secara cepat dan sederhana, karena hanya memerlukan zat contoh dalam jumlah yang sangat sedikit, yaitu kira-kira 0,1 mL dan dengan ketelitian yang tinggi. Apabila sinar cahaya monokromatik berpindah dari medium optik yang kurang rapat ke medium optik yang lebih rapat, maka akan terjadi pembiasan ke arah normal. Sudut yang terbentuk antara sinar datang dengan garis tegak lurus pada permukaan media disebut sudut datang (i), sedangkan sudut yang terbentuk antara sinar bias dengan garis tegak lurus disebut dengan sudut bias (r). Bila sudut datang pada garis batas kedua permukaan (90 0), maka sinar yang dibiaskan merupakan sinar kritik. Perbandingan sudut sinar datang i dengan sudut sinar bias r, adalah indeks bias (n). Sin i =n Sin r



Ketelitian refraktometer perlu dikontrol secara teratur. Pengontrolan dilakukan dengan cara mengukur indeks bias air. Harga indeks bias air destilasi pada beberapa temperatur ialah: Suhu dalam 0C



Indeks bias (nD)



10 20 25 30



1,3337 1,3330 1,3325 1,3320



Untuk temperatur yang terletak diantara harga-harga tersebut dalam tabel, indeks bias air dapat dihitung dengan cara interpolasi linier. Jika terdapat



penyimpangan, maka refraktometer harus diputar sehingga teropongnya menjadi (kira-kira) horisontal. Sistem prisma dibuka, setelah itu permukaan gelas/ kaca tera dan permukaan prisma kerja dibersihkan dengan teliti



IV.



Alat dan Bahan IV.1. Alat: Sudut putar (Polarimetri) -



Botol semprot Alat polarometer lengkap dengan



-



tabungnya Botol timbang Labu takar 50 mL (7 buah) Pipet tetes dan pipet ukur Gelas kimia 250 mL Batang pengaduk Corong gelas Neraca analitis



IV.2.



Indeks Bias (Refraktometri) -



Alat refraktometer Pipet tetes



-



Pipet ukur Labu takar 50 mL (6 buah) Botol semprot Gelas kimia 250 mL



Bahan: Sudut putar (Polarimetri) - Sukrosa - Gula pasir - Aquades



Indeks Bias (Refraktometri) - Larutan etanol 98% - Larutan aseton - Aquades - Tissue halus



V. Cara Kerja V.1. Sudut Putar (Polarimetri) V.1.1. Kalibrasi alat



Menghubungkan alat polarimetri dengan sumber arus listrik dan nyalakan alat tersebut



Tampilan pada alat akan menunjukkan angka ‘000’ dan skala ‘Z’ akan menunjukkan ‘0,0’. Biarkan bebrapa saat sampai lampu ‘LED’ menyala stabil



Isi tabung dengan aquades dan pasang pada alat. Lampu ‘zero set’ tetap menyala, jika lampu tidak ada, maka atur posisi zero +3o, lalu tekan ‘shift key’ dan tombol ‘right rotation (R+) atau ‘shift key’ dan ‘left rotation (L-) bersamaan sampai lampu menyala



Amati atau teropong cahaya



V.1.2. Pengukuran/ penentuan kadar cuplikan



Menimbang 20,0000 gram padatan sukrosa murni dan larutkan dengan aquades sampai volume 100 mL (dalam labu takar)



Buat larutan standar dari larutan induk dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10 % (dalam labu takar 25 mL)



Ukur sudut putar optis aktifnya



Isi larutan standar ke dalam tabung polarimetri dan letakkan ke dalam alat. Amati, jika sisi kanan yang terang, maka akan tekan tombol rotasi kanan sampai tampilan sisi kiri dan kanan sama terang. Begitupun sebaliknya



Catat nilai sudut putar yang tertera pada alat



Ukur pula sudut putar larutan cuplikan



Buat kurva standar/ kalibrasi antara nilai sudut putar larutan sukrosa terhadap konsentrasi dari data yang diperoleh dari percobaan di atas



Tentukan kadar larutan cuplikan dengan cara menginterpolasikan data sudut putar ke dalam kurva kalibrasi



V.2. Indeks bias (refraktometri) a. Refraktometer Manual



Menyiapkan larutan yang akan diukur.



Pasangkan refraktometer manual ke sumber listrik. Nyalakan alat



Bilas prisma dengan etanol. Keringkan dengan tisu



Teteskan larutan yang akan diukur 2-3 tetes



Tutup prisma. Atur cahaya yang masuk dan apabila belum jelas, putar mikrometer hingga terlihat batas terang gelap



Atur kembali mikrometer sehingga garis batas terang gelap memotong titik perpotongan di garis diagonal



Baca angka yang tertera pada lensa bagian bawah



Pengerjaan seperti di atas diulang untuk larutan yang konsentrasinya berbeda



B. refraktometer digital



Buka penutup prisma pada alat



Bilas dengan aquades. Keringkan dengan tisu



Teteskan prisma dengan larutan yang akan diukur. Tutup kembali prisma



Nyalakan alat. Tekan tombol “READ” untuk membaca indeks bias larutan Matikan alat setelah pengukuran. Kemudian bilas kembali prisma dengan aquades



Lakukan pengerjaan yang sama untuk larutan sampel berikutnya



VI.



Data Pengamatan 5.1 Indeks Bias Indeks Bias (nD) Larutan Digital Refraktometer



Refraktometer



Etanol



1,3376



1,341



Propanol



1,3727



1,369



Butanol



1,3964



1,382



Metanol



1,3351



1,331



5.2 Sudut Putar



1



Sudut Putar (o) 2



3



0%



0



0



0



0



2%



2,07



2,97



2,37



2,47



4%



6,67



7,17



6,97



6,93



6%



11,47



11,47



11,47



11,47



8%



14,47



14,57



14,57



14,53



10%



18,97



19,17



18,97



19,03



Sampel



14,47



14,17



13,57



14,07



Konsentrasi



Rata - rata



VII.



Pengolahan Data



Kurva Kalibrasi Larutan Standar Sukrosa 20 18



f(x) = 1.94x - 0.63 R² = 0.99



16 14 12



Sudut Putar (o)



10 8 6 4 2 0 0



2



4



6



Konsentrasi (%)



Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Sukrosa



Penentuan konsentrasi sampel : Persamaan, y = 1.9414x – 0.6349 Dimana, y = Sudut putar (o) dan x = Konsentrasi (%) Sudut putar sampel = 14.07 o y



= 1.9414x – 0.6349



14.07



= 1.9414x – 0.6349



1.9414x



= 14.7049



x



= 7.57 %



8



10



12



VIII. PEMBAHASAN 1. Mizanul Islam (141431023) Pada percobaan kali ini, kita mempelajari dan memahami tentang polarimeteri dan refraktometri. Polarimeteri adalah suatu metoda analisa kimia berdasarkan atas pengukuran daya putar optis dari suatu senyawa optis aktif terhadap sinar yang terpolarisir. Senyawa terpolarisir yaitu suatu senyawa yang dapat memutar bidang getar terpolarisir. Syarat senyawa yang dapat dianalisa dengan polarimeter adalah sampel larutan berwarna bening dan mempunya atom C kiral dan bayangan didapatkan baur-baur. Dalam percobaan ini, digunakan sukrosa sebagai senyawa optis aktif dengan variasi konsentrasi yang berbeda yaitu 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Sukrosa digunakan sebagai senyawa optis aktif karena sukrosa dapat memutar bidang terpolarisir kearah kanan (dekstro rotary) dan kearah kiri (levo rotary). Untuk daya putar kanan, semakin tinggi konsentrasi sukrosa maka akan mengakibatkan akan semakin besar daya putar senyawa tersebut. Untuk daya putar kiri, semakin tinggi konsentrasi sukrosa maka akan semakin rendah daya putar optis dari senyawa tersebut. Pada awal percobaan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran daya puatar optis dari aquadest. Dengan menggunakan polarimeter, diapatkan daya putar optisnya adalah 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa aquadest bukanlah senyawa optis aktif karena tidak memilki kemampuan untuk memutar bidang terpolarisir. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengukuran glukosa 2 % maka didapatkan daya putar rata-ratanya adalah 2,47. Pengukuran glukosa 4 % didapatkan daya putar rata-ratanya adalah 6,93. Pada pengukuran glukosa 6 % didapatkan daya putar rata-ratanya adalah11,47. Pada pengukuran glukosa 8 % didapatkan daya putar rata-ratanya adalah 14,53. Dan pada pengukuran 10% didapat 19,03 . Untuk menghitung nilai konsentrasi sampel, diperlukan persamaan regresi yang di dapatkan dari perhitungan data dari larutan standar ,didapatkan persamaan y = 2.036x - 1.33. Dimana nilai dari besar sudut putar bidang sinar terpolarisir dari sampel dimasukkan ke dalam persamaan regresi. Besar sudut putar rata-rata larutan sampel sebesar 14.07. Sehingga didapatkan persentase kesalahan 7,56%. Pada percobaan refraktometer ini, akan diperiksa indeks bias dari beberapa sampel. Indeks bias merupakan perbandingan kecepatan cahaya dalam udara



dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk mengidentifikasi zat deteksi kemurnian. Prinsip kerja dari refraktometer yaitu jika sampel merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut refraksi akan lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sampel besar. Sampel yang diukur adalah etanol dengan indeks bias refraktometer digital sebesar 1,3376 nD dan refraktometer manual sebesar 1,341 nD, larutan butanol sebesar 1,3727 nD dan 1,369 nD, larutan propanol sebesar 1,3964 nD dan 1,382 nD, dan metanol sebesar 1,3351 nD dan 1,331 nD. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa kadar gula yang terdapat dalam sampel berbanding lurus dengan indeks biasnya. Makin panjang rantai carbon yang terdapat dalam sample makin besar pula indeks biasnya. 2.



Muhamad Kosasih (141431024) Pada praktikum kali ini dilakukan dua pengukuran, yaitu penentuan sudut putar (polarimetri) dan penentuan indeks bias (refraktometri). Pada polarimetri alat yang digunakan ialah polarimeter. Hal yang diukur dan diamati adalah putaran optis yang dihasilkan larutan atau cairan yang diuji. Sumber sinar yang digunakan adalah lampu natrium yang dapat memancarkan cahaya kuning (duplet) yang disebut garis D-natrium. Syarat senyawa yang dapat dianalisa dengan polarimeter adalah sampel larutan berwarna bening dan mempunyai atom C kiral. Dalam percobaan ini, digunakan larutan sukrosa sebagai senyawa optis aktif dengan variasi konsentrasi yang berbeda yaitu 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% . Selain itu, dalam percobaan ini aquades juga diukur putaran optisnya untuk dijadikan sebagai standar dalam pengukuran untuk menentukan titik nol. Sukrosa digunakan sebagai senyawa optis aktif karena sukrosa dapat memutar bidang terpolarisir kearah kanan (dekstro rotary) dan kearah kiri (levo rotary). Pengukuran putaran optis dari sukrosa dengan metode polarimetri dilakukan dengan pengukuran aquades terlebih dahulu. Aquades dimasukkan ke dalam sel polarimeter dan tidak boleh ada gelembung udara agar tidak mengganggu hasil pembacaan. Kemudian analizer diatur sedemikian rupa agar warna antara yang kanan dan yang kiri sama. Sinar yang dihasilkan berwarna kuning. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, hal ini bertujuan untuk melakukan perbandingan terhadap hasil yang diperoleh. Kemudian



dilakukan perhitungan rata-rata terhadap hasil pengukuran sudut putaran aquades yang akan digunakan untuk menentukan titik nolnya. Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap larutan standar dengan variasi konsentrasi, yaitu sukrosa 2% dengan nilai sudut putar sebesar 2,47o, sukrosa 4% sebesar 6,93o, sukrosa 6% sebesar 11,47o, sukrosa 8% sebesar 14,53o, sukrosa 10% sebesar 19,03o dan nilai sudut putar pada sampel sebesar 14,07 o. Dari data tersebut menunjukan bahwa semakin besar konsentrasinya maka sudut putar nya semakin besar sehingga memiliki sifat optis aktif yang besar pula. Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi didapat persamaan regresi linier pada yaitu y = 1,9414x – 0,6349, dimana y adalah sudut putar yang diketahui dan x merupakan konsentrasi yang akan dicari. Dari persamaan tersebut didapat konsentrasi sampel sebesar 7,57%. Pada percobaan penentuan indeks bias alat yang digunakan adalah refraktometer digital dan refraktometer manual. Sampel yang diukur ialah etanol dengan indeks bias dengan refraktometer digital sebesar 1,3376 nD dan dengan refraktometer manual sebesar 1,341 nD, larutan butanol sebesar 1,3727 nD dan 1,369 nD, larutan propanol sebesar 1,3964 nD dan 1,382 nD, dan metanol sebesar 1,3351 nD dan 1,331 nD. 3.



Nurcholifah Maharani Pratiwi (141431025) Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan sudut putar dan indeks bias suatu senyawa. Penentuan sudut putar dilakukan menggunakan alat polarimeter, sedangkan penentuan indeks bias dilakukan dengan alat refraktometer. Prinsip pengukurannya menggunakan sinar dimana pada polarimeter, cahaya terpolarisasi digunakan untuk menentuan harga sudut putar. sedangkan pada refraktometer refraksi cahaya digunakan untuk penentuan harga indeks bias. Pertama-tama dilakukan penentuan sudut putar suatu senyawa (polarimetri). Larutan yang digunakan adalah larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi yaitu 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Larutan sukrosa digunakan karena sukrosa termasuk kedalam senyawa optis aktif yaitu senyawa yang tidak simetris sehingga dapat memutar sudut/bidang polarisasi baik ke kiri atau ke kanan ketika dilakukan penyinaran. Untuk mengkalibrasi alat polarimeter, maka yang pertama diukur sudut putarnya adalah aquadest. Pengukuran



dilakukan sebanyak tiga kali kemudian dirata-ratakan. Pada saat mengisi larutan ke dalam kuvet tidak boleh terdapat gelembung karena dapat menganggu pengamatan. Karena aquadest bukan senyawa optis aktif maka aquadest tidak akan memutar cahaya terpolarisasi. Namun pada polarimeter tercantum sudut putar aquadest sebesar 31,03. Karena seharusnya pada aquadest sudut putarnya = 0, maka pada pengukuran larutan sukrosa, harga sudut putar tiap larutannya dikurangi dengan 31.03 Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan sudut putar rata-rata untuk larutan sukrosa 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% sebesar 2.47; 6.93: 11.47: 14.53: 19.03: 14.07. Bardasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan sukrosa maka semakin besar pula sudut putarnya. Dari data yang didapat kemudian dibuat kurva sehingga didapatkan persamaan y = 2.036x - 1.33. Setelah pengukuran larutan sukrosa, dilakukan penentuan konsentrasi sampel dengan cara mengukur sudut putar sampel. Kemudian dari besar sudut putar sampel dimasukan kedalam persamaan yang didapat tadi. Besar sudut putar rata-rata larutan sampel sebesar 14.07 sehingga konsentrasi sampel sebesar 7.56%. Pada praktikum selanjutnya dilakukan penentuan harga indeks bias larutan (refraktometri). Penentuan indeks bias larutan ini menggunakan dua alat refraktometer yaitu refraktometer digital dan refraktometer manual. Sampel yang diukur adalah etanol dengan indeks bias refraktometer digital sebesar 1,3376 nD dan refraktometer manual sebesar 1,341 nD, larutan butanol sebesar 1,3727 nD dan 1,369 nD, larutan propanol sebesar 1,3964 nD dan 1,382 nD, dan metanol sebesar 1,3351 nD dan 1,331 nD. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin panjang rantai karbon (C) dalam suatu larutan, maka harga indeks biasnya pun akan meningkat.



IX.



Kesimpulan Dari hasil praktikum dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil sudut putar yaitu pada a. Sukrosa 2% sebesar 2,47o b. Sukrosa 4% sebesar 6,93o c. Sukrosa 6% sebesar 11,47o d. Sukrosa 8% sebesar 14,53o



e. Sukrosa 10% sebesar 19,03o 2. Konsentrasi sampel sukrosa yaitu 7,57 % 3. Semakin besar konsentrasi maka semakin besar sifat optis aktif nya. 4. Indeks bias yang dihasilkan dari refraktometer digital dan refraktometer manual untuk a. Etanol sebesar 1,3376 nD dan1,341 nD b. Butanol sebesar 1,3727 nD dan 1,369 nD c. Propanol sebesar 1,3964 nD dan 1,382 nD d. Metanol sebesar 1,3351 nD dan 1,331 nD 5. Semakin panjang rantai C maka semakin besar indeks bias. Daftar Pustaka Day, R. A dan A. L. Underwood. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta. Marlina, Ari. 2015. Penunjuk Praktikum Spektrofotometri. Bandung. Politeknik Negeri Bandung.