Indentifikasi Dan Asesmen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Foto : www.antarasumu t.com



Foto : www.antarasumut.com



Foto : Sekolah Inklusif Galuh Handayani



asumut.com



Foto : www.antar



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



A. Deskripsi Modul 3 Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus ini, berisi uraian tentang pengertian, tujuan, sasaran, strategi pelaksanaan, indikator, evaluasi, tindak lanjut identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus (ABK). Disain pengembangan materi disajikan dalam diagram berikut.



3.1 Disain Relasi Identifikasi dan Asesmen dalam Pendidikan (Budiyanto, 2009)



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



31



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



B. Tujuan Secara umum tujuan yang diharapkan setelah mempelajari modul ini, adalah agar para peserta pelatihan memahami dan mampu melakukan identifkasi dan asesmen terhadap anak berkebutuhan khusus, serta mampu mengajarkannya kepada para peserta pelatihan lainnya. Secara khusus tujuan yang diharapkan setelah mempelajari modul ini, adalah agar para peserta menguasai kemampuan-kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus 2. Memahami tujuan identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus. 3. Menentukan sasaran identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus. 4. Menjelaskan dan mampu melaksanakan berbagai strategi pelaksanaan identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus. 5. Menuliskan indikator-indikator identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus. 6. Menjelaskan dan melakukan teknik pelaksanaan evaluasi identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus. 7. Menentukan tindak lanjut hasil identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus. 8. Menyusun instrumen identifikasi dan asesmen bagi anak berkebutuhan khusus. 9. Melakukan identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus. C. Strategi Pelatihan Strategi pelatihan yang diterapkan untuk mempelajarai modul 3 ini, sebagai berikut. 1. Pelatihan diawali dengan ice breaking (penyegaran) untuk membangun komunikasi yang kondusif antara instruktur dengan peserta dan antar peserta pelatihan 2. Setelah terjadi komunikasi yang kondusif instruktur menyampaikan target pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pelatihan yang telah ditetapkan. 3. Setelah diperoleh keyakinan bahwa semua peserta memahami target pelatihan serta strategi pencapaiannya, instruktur menguraikan materi pokok identifikasi dan asesmen yang difariasikan antara ceramah, demonstrasi dan tanya jawab yang komunikatif. 4. Untuk mempertajam pemahaman dan keterampilan peserta pelatihan, mereka diberi kesempatan melaksanakan diskusi dalam bentuk kelompok kecil, membahas tentang konsep dasar, prinsip-prinsip, tujuan, materi dan strategi identifikasi dan asesmen. Masih dalam formasi kelompok, peserta melaksanakan workshop penyusunan program kegiatan identifikasi dan asesmen serta membuat instrument akademik non standarMelakukan identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus. Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



32



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



5. Semua hasil diskusi kelompok dan workshop, dipresentasikan dan disimulasikan dihadapan kelompok lain secara klasikal untuk mempertajam rasa percaya diri, serta agar memperoleh masukan dari kelompok lain maupun instruktur. 6. Setelah semua kelompok mempresentasikan dan mensimulasikan hasil kerja kelompok, instruktur memberikan rangkuman penguatan, agar terhindar dari kekeliruan yang fatal serta untuk mempertebal keyakinan dan percaya diri pada semua peserta pelatihan. 7. Kegiatan pelatihan diakhiri dengan memberikan evaluasi dan refleksi untuk mengetahui tujuan dan target pelatihan sudah tercapai atau belum, pada sisi lain kegiatan ini juga dimaksud untuk memberikan umpan balik pada semua peserta agar dapat mengetahui keunggulan dan kekurangan diri sebagai dasar peningkatan kompetensi diri lebih lanjut secara mandiri. Langkah-langkah pelatihan tersebut diskemakan sebagai berikut. ICEBREAKING



Penjelasan Tujuan dan Target Pembelajaran



Uraian / Pendalaman Materi Pembelajaran



Diskusi Kelompok dan Workshop



Evaluasi Refleksi dan Umpan Balik



Penguatan dan Rangkuman Materi oleh Instruktur



Paparan Hasil Diskusi Kelompok & Simulasi



D. Materi Identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus harus dilakukan oleh seorang guru/pendidik, agar guru memahami anak berkebutuhan khusus sebagai peserta didik dalam upayanya mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dalam praktiknya kedua kegiatan tersebut juga merupakan tahapan rangkaian kegiatan yang saling mendukung, dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Hal ini, sesuai dengan pendapat McLoughlin dan Lewis (1981) yang manyatakan bahwa identifikasi Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



33



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



merupakan kegiatan awal yang mendahului asesmen. Jadi kegiatan asesmen baru dapat dilakukan setelah adanya identifikasi. Dengan demikian, identifikasi dan asesmen merupakan tahapan atau rangkaian kegiatan dari suatu proses pelayanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Dalam bahasa sehari-hari, identifikasi sering disebut sebagai kegiatan penjaringan. Adapun asesmen disebut penyaringan (Direktorat PSLB, 2007). Kegiatan penjaringan biasanya belum tentu dilanjutkan ke kegiatan penyaringan. Sedangkan, kegiatan penyaringan dilakukan karena adanya kegiatan penjaringan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan identifikasi dapat dilakukan oleh guru dan pihak lain yang dekat dengan anak,seperti orang tua dan keluarganya, sedangkan asesmen biasanya perlu melibatkan tenaga profesional yang ahli dalam bidangnya, seperti ortopedagog, psikolog, sosiolog, terapis, dsb. Lebih jauh, untuk memahami kedua kegiatan ini perlu dijelaskan secara terpisah agar tidak terjadi kesalahpahaman atau paham yang salah tentang kedua istilah tersebut, sehingga mengakibatkan kerancuan dalam pelaksanaannya. 1. Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus a. Pengertian Identifikasi dapat diartikan menemukenali. Dalam buku Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (2007) identifikasi ABK dimaksudkan sebagai usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional, dan atau sensoris neurologis) dalam pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal). Jadi identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah suatu upaya menemukenali anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini anak berkelainan dengan berbagai gejala-gejala yang menyertainya. Identifikasi anak berkebutuhan khusus, khususnya anak berkelainan tidak hanya sebagai suatu kegiatan dalam upaya untuk menemukan anak yang diduga anak berkelainan, tetapi juga sekaligus untuk mengenali gejala-gejala prilaku yang menyimpang dari kebiasaan prilaku pada umumnya. Identifikasi anak berkebutuhhan khusus ini perlu dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi penafsiran yang salah tentang kondisi objektif perilaku anak sehingga dapat menentukan tindak lanjut yang tepat. Identifikasi anak berkebutuhan khusus dapat dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang dapat diamati, seperti (1) gejala fisik, (2) gejala prilaku, dan (3) gejala hasil belajar. Gejala fisik yang dapat diamati dan dijadikan sebagai acuan dalam proses Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



34



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



pengidentifikasian, misalnya adanya gangguan penglihatan, pendengaran, wicara, kekurangan gizi, pengaruh obat-obatan dan minuman keras, atau semuanya yang menyangkut terganggunya fungsi fisik. Gejala perilaku misalnya, emosi yang labil, perilaku sosial yang negative seperti suka membolos, suka merusak, berkelahi, berbohong, malas atau semua perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan hokum yang berlaku di masyarakat. Sedangkan gejala hasil belajar dapat diamati melalui prestasi belajar yang rendah yang mengakibatkan tidak naik kelas bahkan dikeluarkan dari sekolah alias dropt out (DO), atau segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan akademis. Apabila gejala-gejala tersebut di atas ditemukan pada anak, maka patut ditandai dan dicurigai sebagai anak berkebutuhan khusus. Proses semacam inilah yang disebut sebagai kegiatan identifikasi (Riana Bagaskorowati, 2007). b. Tujuan Secara umum tujuan utama identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah menemukan adanya gejala kelainan dan kesulitan, kemudian temuannya dijadikan dasar untuk mengambil langkah selanjutnya. Langkah tersebut, biasanya berupa asesmen yang lebih akurat (IGAK Wardani (1996)). Agar hasil identifikasi dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan objektif, maka identifikasi hendaknya dilakukan oleh orang terdekat dengan anak, seperti orang tua, sanak saudara atau gurunya yang selalu berhubungan dengan anak. Bahkan dalam pendidikan anak berkelainan, identifikasi dapat pula dilakukan oleh berbagai pihak yang berhubungan dengan pelayanan anak, yaitu ortopedagog, dokter, psikolog, atau petugas sosial sesuai dengan bidang yang menjadi tanggungjawabnya. Identifikasi yang bertujuan untuk menandai gejala-gejala berkaitan dengan kelainan atau penyimpangan prilaku yang mengakibatkan kesulitan atau hambatan dalam belajar di sekolah dapat dilakukan oleh guru dan orang tua. Salah satu cara yang dapat membantu guru dan orang tua mengenal gejala-gejala prilaku tersebut adalah dengan membuat daftar cek yang dapat dipergunakan untuk mengecek prilaku anak dalam belajar. Untuk membuat daftar cek, guru perlu terlebih dahulu membuat daftar aspek prilaku yang akan diamati sesuai dengan prilaku yang diduga menyimpang. Kemudian memperkirakan jenis prilaku anak yang menunjukan penyimpangan (contoh daftar cek identifikasi pada hal lampiran). Daftar cek tersebut dapat disusun dalam bentuk matriks sesuai dengan kebutuhan untuk merekamnya. Oleh karena identifikasi ini dilakukan secara individual, maka daftar cek tersebut harus pula memuat identitas anak yang diidentifikasi.



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



35



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Lerner (1998) menyatakan bahwa tujuan identifikasi dilakukan untuk lima keperluan, diuraikan sebagai berikut. 1) Penjaringan (Screening), yaitu suatu kegiatan identifikasi yang berfungsi untuk menandai dan menetapkan anak-anak yang memiliki kondisi kelainan secara fisik, mental intelektual, sosial dan/atau emosi serta menunjukan gejala-gejala prilaku yang menyimpang dari prilaku anak pada umumnya. Misalnya, anak dengan gangguan penglihatan secara nyata dapat dilihat dari kerusakan fungsi penglihatannya, anak dengan gangguan pendengaran dapat diamati melalui tes pendengaran atau cara mereka berkomunikasi, dan sebagainya. 2) Pengalihtanganan (referal), yaitu kegiatan identifikasi yang dilakukan untuk tujuan pengelihtanganan (referal) ke tenaga profesi lainnya yang lebih berkompeten di bidangnya, seperti dokter, terapis, psikolog, konselor, perawat, dan profesi lainnya apabila terdapat gejala-gejala yang memerlukan pengamatan lebih lanjut secara teliti dan cermat. Dengan demikian, diharapkan hasilnya dapat digunakan untuk pertimbangan pengambilan keputusan tindakan berikutnya sesuai dengan kondisinya. 3) Klasifikasi (classification), yaitu kegiatan identifikasi yang dilakukan untuk tujuan menentukan atau menetapkan apakah anak tersebut tergolong anak kebutuhan khusus yang memang memiliki kelainan kondisi fisik, mental intelektual, sosial dan/atau emosional serta gejala-gejala prilaku yang menyimpang dari prilaku anak pada umumnya sehingga memerlukan perhatian dan penangan khusus dalam pendidikannya. 4) Perencanaan pembelajaran (instructional planning), yaitu kegiatan identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan program pengajaran individual. Dasarnya adalah hasil dari klaisifikasi. Setiap jenis dan tingkat kelainan yang dialami anak berkebutuhan khusus memerlukan program pembelajaran yang berbeda satu sama lain. 5) Pemantauan kemajuan belajar (monitoring pupil progress), yaitu digunakan untuk mengetahui apakah program pembelajaran khusus yang diberikan itu berhasil atau tidak dalam meningkatkan kemampuan anak. Apabila berhasil, maka perlu dilanjutkan dan ditingkatkan lebih baik lagi programnya. Sebaliknya apabila tidak berhasil, maka program pembelajarannya perlu ditinjau ulang dan diperbaiki beberapa aspek yang berkaitan dengan tujuan, materi, metode, media dan evaluasinya.



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



36



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



c. Sasaran Identifikasi Setiap anak dapat dipastikan mengalami kesulitan dan hambatan belajar, namun pada tingkat hambatan dan kesulitan tertentu belum tentu anak memerlukan layanan pendidikan secara khusus. Mereka masih dapat ditangani melalui program pendidikan pada umumnya sehingga dapat mengikutinya tanpa hambatan dan kesulitan yang berarti. Namun apabila anak tersebut memiliki tingkat kesulitan dan hambatan belajar yang mengakibatkan perlunya layanan pendidikan secara khusus, maka mereka tergolong anak berkebutuhan khusus. Secara umum anak berkebutuhan khusus dapat dibedakan berdasarkan faktor penyebabnya, yakni faktor dari dalam diri anak itu sendiri dan/atau faktor dari luar diri anak atau lingkungan. Faktor penyebab dari dalam diri anak (internal) dapat berbentuk kelainan dan/atau penyimpangan pertumbuhan dan/atau perkembangan pada segi fisik, mental intelektual, sosial, emosi dan/atau psikologis dasarnya yang mengakibatkan kesulitan dan hambatan belajar yang relatif menetap (permanen). Sementara itu faktor penyebab dari luar diri anak atau lingkungan (eksternal) dapat berupa rendahnya tingkat ekonomi, terjadinya konflik politik, bencana alam, sistem pendidikan, korban narkoba, dan lain-lain yang mengakibatkan anak mengalami kesulitan dan hambatan belajar sehingga merka memerlukan layanan pendidikan secara khusus. Namun kesulitan dan hambatan belajar yang dialami anak ini sifatnya sementara (temporer) apabila ditangani secara tepat. Sehubungan dengan luasnya ruang lingkup anak berkebutuhan khusus, maka pada modul ini yang menjadi sasaran identifikasi difokuskan pada anak berkebutuhan khusus yang diakibatkan oleh faktor internal individu itu sendiri, yakni anak yang mengalami kelainan pada segi fisik, mental intelektual, sosial, emosi dan/atau psikologis dasarnya sehingga memerlukan layanan pendidikan secara khusus. Oleh karena itu, anak berkebutuhan khusus yang menjadi sasaran identifikasi, adalah: 1) Anak yang memiliki gejala problem belajar spesifik, meliputi (1) anak dengan problem belajar menulis (disgrafia), (2) anak dengan problem belajar membaca (disleksia), dan (3) anak dengan problem belajar berhitung (diskalkulia). 2) Anak yang memiliki gejala “under achiever” . 3) Anak yang lamban belajar. 4) Anak yang memiliki gejala gangguan emosi dan perilaku. 5) Anak yang memiliki gejala gangguan komunikasi. 6) Anak yang memiliki gejala gangguan kesehatan dan gizi. Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



37



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



7) Anak yang memiliki gejala gangguan gerakan dan anggota tubuh. 8) Anak yang memiliki gejala gangguan penglihatan. 9) Anak yang memiliki gejala gangguan pendengaran. 10) Anak yang memiliki gejala autism. 11) Anak dengan kroban kekerasan dan narkoba. (Yusuf, 2005); Ditinjau dari keberadaan anak, sasaran identifikasi diarahkan pada ABK yang sudah bersekolah di sekolah reguler, ABK yang baru masuk sekolah reguler, dan ABK yang belum/tidak masuk sekolah (Direktorat PSLB, 2007). Tetapi, tidak menutup kemungkinan sasaran identifikasi ditambah dengan anak berkelainan lainnya yang belum terungkap pada daftar tersebut yang dianggap dapat menimbulkan gangguan dan hambatan belajar, seperti anak dengan kecerdasan luar biasa yang memiliki intelegensi di atas rerata, atau sebaliknya anak dengan kecerdasan jauh di bawah rerata, seperti anak terbelakang mental (tunagrahita). Identifikasi anak dengan intelegensi di atas rata-rata dan di bawah rata-rata tentu saja memerlukan upaya kerja sama dengan tenaga profesi lain untuk mengukurnya, yakni psikolog yang memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menentukan tingkat intelegensi seorang anak berada di atas rata-rata, rata-rata, atau di bawah rata-rata. Untuk mengenal gejala-gejala perilaku yang menyertai masing-masing kelainan/gangguan tersebut dapat dilihat pada contoh instrumen (lampiran. d. Strategi Pelaksanaan Identifikasi Sesuai dengan sasaran identifikasi ABK, terutama bagi ABK yang belum bersekolah atau drop out, maka sekolah yang bersangkutan perlu bekerjasama dengan Kepala Desa/Lurah, RT, RW setempat dan posyandu untuk melakukan pendataan dan identifikasi di masyarakat. Apabila identifikasi menemukan ABK atau anak berkelainan, maka proses berikutnya dapat dilakukan pembicaraan dengan orangtua, komite sekolah maupun perangkat desa setempat untuk mendapatkan tindak lanjutnya. Secara umum pelaksanaan identifikasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. (1) Menghimpun Data Anak Tugas petugas/guru pada tahap ini adalah menghimpun data kondisi seluruh siswa di kelas (berdasarkan gejala yang nampak pada siswa) dengan menggunakan Alat Indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



38



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



(2) Menganalisis Data dan Mengklasifikasikan Anak Pada tahap ini tujuannya adalah untuk menemukan anak-anak yang tergolong Anak Berkebutuhan Khusus (yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus). Buatlah daftar nama anak yang diindikasikan berkelainan sesuai dengan ciri-ciri. Jika ada anak yang memenuhi syarat untuk disebut atau berindikasi kelainan sesuai dengan ketentuan tersebut, maka dimasukkan ke dalam daftar nama-nama anak yang berindikasi kelainan sesuai dengan format khusus yang disediakan seperti terlampir. Sedangkan untuk anak-anak yang tidak menunjukan gejala atau tanda-tanda berkelainan, tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar khusus tersebut. (3) Menginformasikan Hasil Analisis dan Klasifikasi Pada tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat oleh guru dilaporkan kepada kepala sekolah, orang tua siswa, dan dewan komite sekolah untuk mendapatkan saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya. (4) Menyelenggarakan Pembahasan Kasus (case conference) Pada tahap ini, kegiatan dikoordinasikan oleh Kepala Sekolah setelah data Anak Berkebutuhan Khusus terhimpun dari seluruh kelas. Kepala Sekolah dapat melibatkan: (1) Kepala Sekolah sendiri; (2) Dewan Guru; (3) orang tua/wali siswa; (4) tenaga profesional terkait, jika tersedia dan memungkinkan; (5) Guru Pembimbing/Pendidikan Khusus (Guru PLB) jika tersedia dan memungkinkan. Materi pertemuan kasus adalah membicarakan temuan dari masing-masing guru mengenai hasil indentifikasi untuk mendapatkan tanggapan dan caracara pencegahan serta penanggulangannya. (5) Menyusun Laporan Hasil Pembahasan Kasus Pada tahap ini, tanggapan dan cara-cara pemecahan masalah dan penanggulangannya perlu dirumuskan dalam laporan hasil pertemuan kasus. Format hasil pertemuan kasus dapat menggunakan contoh seperti pada lampiran. (Direktorat PSLB, 2007) e. Jenis dan karakteristik ABK 1)



Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra) Kurang lihat (Low Vision) memiliki ciri-ciri (1) kurang melihat (kabur) tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter, (2) kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya, (3) kerusakan nyata pada kedua bola mata, (4) sering meraba dan tersandung waktu berjalan, (5) bagian bola mata yang hitam Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



39



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



berwarna keruh/bersisik/kering, (6) mata bergoyang terus, (7) mengalami peradangan hebat pada kedua bola mata, dan (8) dalam menulis tidak dapat mengikuti garis lurus. Tidak Melihat (Tunanetra) memiliki ciri-ciri (1) tidak dapat melihat jari-jari tangannya yang berada satu meter di depannya, (2) memiliki visus sentralis 6/60 atau lebih kecil dari itu, (3) tidak dapat membedakan cahaya, dan (4) tidak dapat menggunakan penglihatannya untuk kegiatan pendidikan dan sosial. 2)



Anak dengan Gangguan Pendengaran (Tunarungu) Gangguan Pendengaran Ringan (Hard of Hearing). Anak dengan gangguan pendengaran ringan memiliki ciri-ciri (1) sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar, (2) banyak perhatian terhadap getaran, (3) tidak ada reaksi terhadap bunyi/suara di dekatnya, (4) terlambat dalam perkembangan bahasa, (5) sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi, (6) kurang atau tidak tanggap bila diajak bicara Gangguan Pendengaran Berat. Anak dengan gangguan pendengaran berat memiliki ciri-ciri (1) tidak dapat menangkap rangsangan suara melalui indera pendengaran, dan (2) tidak dapat menangkap rangsang suara untuk keperluan pendidikan dan sosial



3)



Anak Tunagrahita Tunagrahita Ringan ciri-cirinya adalah (1) memiliki IQ antara 50-70 (standar WISC), (2) dua kali berturut-turut tidak naik kelas, (3) masih mampu membaca, menulis dan berhitung sederhana, (4) tidak dapat berberfikir secara abstrak, (5) kemampuan konsentrasinya rendah, (6) kurang perhatian terhadap lingkungan, dan (7) sulit menyesuaikan diri dengan situasi (interaksi sosial) Tunagrahita Sedang ciri-cirinya adalah (1) memiliki IQ antara 25-50 (standar WISC), (2) tidak dapat berfikir secara abstrak, (3) hanya mampu membaca kalimat tunggal, (4) mengalami kesulitan dalam berhitung sekalipun sederhana, (5) perkembangan interaksi dan komunikasinya terlambat, (6) mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru (penyesuaian diri), dan (7) kurang mampu untuk mengurus diri sendiri. Tunagrahita Berat ciri-cirinya adalah (1) memiliki IQ 25- ke bawah (dari WISC), (2) hanya mampu membaca satu kata, (3) sama sekali tidak dapat berfikir secara abstrak, (4) tidak dapat melakukan kontak social, (5) tidak mampu mengurus diri sendiri, dan (6) banyak bergantung pada bantuan orang lain Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



40



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



4) Anak Tunadaksa/Kelainan Anggota Tubuh/Gerakkan Polio ciri-cirinya adalah (1) jari-jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam, (2) terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasanya, (3) terdapat cacat pada alat gerak, (4) kesulitan dalam melakukan gerakan (tidak sempurna, tidak lentur dan tidak terkendali), dan (5) anggota gerak kaku, lemah, lumpuh dan layu. 5)



Anak Cerebral Palsy (CP) Cerebral Palcy Ringan memiliki ciri-ciri (1) gejala tremor, regit, atetoit, spastic intensitasnya rendah, (2) dapat berjalan tanpa menggunakan alat, (3) dapat berbicara tegas-jelas, (4) dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Cerebral Palcy Sedang memiliki cirri-ciri (1) gejala tremor, regit, atetoit, spastic intensitasnya sedang, (2) membutuhkan treatment/latihan khusus untuk berbicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, (3) memerlukan alatalat khusus seperti brace, crotches, (4) interaksi dan mobilitas social terganggu Cerebral Palcy Berat ciri-cirinya adalah (1) menunjukkan gejala tremor, regit, atetoit, spastic intensitasnya berat, (2) membutuhkan penanganan khusus dalam bicara, berjalan dan menolong diri sendiri, dan (3) tidak mampu hidup di tengah-tengah orang lain tanpa bantuan yang lain secara terus-menerus.



6)



Tunalaras (Anak yang mengalami gangguan emosi dan Perilaku) ciricirinya adalah (1) mudah terangsang emosimya/emosional/mudah marah, (2) menentang otoritas, (3) sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu, (4) sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/ hukum dan agama, dan (5) suka mencuri, mengganggu lingkungan dan tidak suka rutinitas.



7) Anak cerdas dan/atau Berbakat Istimewa memiliki ciri-ciri (1) terampil membaca pada usia lebih muda, (2) membaca lebih cepat dan lebih banyak, (3) memiliki perbendaharaan kata yang luas, (4) mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, (5) mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa, (6) mempunyai inisitif dan dapat bekerja sendiri, (7) menunjukkan kesalahan (orisinalitas) dalam ungkapan verbal, (8) memberi jawaban, jawaban yang baik, (9) dapat memberikan banyak gagasan, (10) luwes dalam berpikir, (11) terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan, (12) mempunyai pengamatan yang tajam, (13) dapat berkonsentrasi dalam jangka



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



41



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



waktu yang panjang terutama dalam tugas atau bidang yang diminati, (14) berpikir kritis juga terhadap diri sendiri, (15) senang mencoba hal-hal baru, (16) mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi dan sintesis yang tinggi, (17) senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah-masalah, (18) cepat menangkap hubungan sebab akibat, (19) berprilaku terarah terhdap tujuan, (20) mempunyai daya imajinasi yang kuat, (21) mempunyai banyak kegemaran/hobi, (22) mempunyai daya ingat yang kuat, (23) tidak cepat puas dengan prestasinya, (24) peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi), dan (25) menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan 8)



Anak Lamban Belajar memiliki ciri-ciri (1) daya tangkap terhadap pelajaran lambat, (2) sering lamat dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik, (3) ratarata prestasi belajar selalu rendah, dan (4) pernah tidak naik kelas.



9)



Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar Spesifik (Disleksia,Disgrafia, Diskalkulia). (1) Disleksia adalah anak yang memiliki ciri-ciri (a) mengalami kesulitan membaca (b) perkembangan kemampuan membaca terlambat, (c) kemampuan memahami isi bacaan rendah, (d) kalau membaca sering banyak kesalahan, (2) Disgrafia adalah anak yang memiliki ciri-ciri (a) mengalami kesulitan menulis, (b) kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai, (c) sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya, (d) hasil tulisannya jelek dan hampir tidak terbaca, (e) tulisannya banyak salah/ terbalik/huruf hilang, (f) sulit menulis dengan lurus pada kertas bergaris, (3) Diskalkulia adalah anak yang memiliki ciri-ciri (a) mengalami kesulitan belajar berhitung, (b) sulit membedakan tanda-tanda: +, , x, :, , =, (c) sulit mengoperasikan hitungan/bilangan, (d) sering salah membilang dengan urut, (e) sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8 dan sebagainya, (e) sulit membedakan bangun geometri



10) Anak Autis memiliki cirri-ciri (1) kesulitan mengenal dan merespon dengan emosi dan isyarat sosial, (2) tidak bisa menunjukkan perbedaan ekspresi muka secara jelas, (3) kurang memiliki perasaan dan empati, (4) ekspresi emosi kaku, (5) sering menunjukkan perilaku dan meledak-ledak, (6) menunjukkan perilaku yang bersifat stereotip, (7) sulit untuk diajak berkomunikasi secara verbal, (8) cenderung menyendiri, dan (9) sering mengabaikan situasi disekelilingnya



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



42



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



11) Anak Korban/Pengidap Psikotropika cirri-cirinya adalah (1) muka kelihatan pucat, (2) murung, suka menyendiri, malu, (3) perhatian terhadap pelajaran berkurang, (4) tak mampu konsentrasi dalam waktu yang cukup lama, dan (5) dalam perawatan dirinya terkesan kacau. 12) Anak dengan Gangguan Komunikasi dan Wicara memiliki cirri-ciri (1) sulit memahami isi pembicaraan orang lain, (2) sulit mengemukakan ide dan gagasan secara tulis maupun lisan, (3) tidak lancar dalam berbicara atau mengemukakan ide, (4) ering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,(5) menunjukan gejala gagap atau gugup dalam berbicara, (6) suaranya parau/payah/aneh, dan (7) organ bicaranya tidak normal, misalnya: bibir sumbing, lidah terlalu tebal. Berikut ini disajikan contoh Instrumen Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus yang dapat digunakan oleh guru, orang tua atau orang yang dekat dengan anak. CONTOH INSTRUMEN Tabel 3.1 Instrumen Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus



Nama Sekolah Kelas Diisi tanggal Nama Petugas Guru Kelas



: : : : :



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



43



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



44



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



45



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



46



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



47



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



f. Tindak lanjut Apabila hasil identifikasi menyatakan bahwa anak tergolong sebagai anak berkebutuhan khusus yang memerlukan layanan pendidikan secara khusus sesuai dengan kebutuhannya, maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menggali kembali informasi yang lebih mendalam dan spesifik tentang kondisi anak berkebutuhan khusus sesuai kebutuhannya. Oleh karena itu, sekolah atau guru perlu menentukan informasi apa yang sangat dibutuhkan dan siapa yang dianggap dapat memberikan informasi tersebut, maka selanjutnya ABK dirujuk (referal) ke pihak atau profesi lain yang memiliki keahlian di bidangnya (misal psikolog, dokter spesialis, sosiolog, audiolog, terapis) untuk dilakukan asesmen.



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



48



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



2. Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) a. Pengertian Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi selengkap-lengkapnya mengenai individu yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan individu tersebut (Lerner (Mulyono, 2001)). Adapun asesmen pendidikan bagi ABK adalah proses pengumpulan informasi yang relevan dengan kepentingan pendidikan anak yang dilakukan secara sistematis dalam rangka pembuatan keputusan pengajaran atau layanan khusus (McLoughlin &Lewis, 1981, 2008; Sunardi & Sunaryo, 2007). Asesmen anak berkebutuhan khusus adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang anak secara menyeluruh yang berkenaan dengan kondisi dan karakteristik kelainan, kelebihan dan kelemahan sebagai dasar penyusunan program pembelajaran, agar proses pelaksanaan pembelajarannya sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Dengan demikian



diharapkan mereka mampu mengikuti



pembelajaranyanya dengan baik tanpa hambatan dan kesulitan yang berarti, dan pada gilirannya mereka dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan asemen menurut Marlina (2007), sebagai berikut. (1) Menilai anak kebutuhan khusus secara individual (2) Menggunakan berbagai prosedur. (3) Mengembangkan tes baru dan prosedur lain untuk mengasesmen kemampuan akademik, bahasa dan keterampilan lain. (4) Mengidentifikasi informasi lain yang relevan dengan pendidikan, sehingga tercapai tujuan instruksional dan pendidikan. (5) Menilai lingkungan anak melalui beberapa pertanyaan dan tugas. (6) Mengevaluasi secara berkelanjutan atau memonitor program. (7) Mengembangkan prosedur asesmen nondiskriminasi. (8) Menggunakan pendekatan tim dalam asesmen. (9) Mengembangkan peran guru pendidikan khusus dalam asesmen. (10) Menggunakan data asesmen untuk membuat keputusan legal dan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak. b. Tujuan Secara umum Sunardi & Sunaryo (2007) menjelaskan tujuan utama asesmen adalah untuk; (1) Memperoleh data yang relevan, obyektif, akurat, dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini; (2) Mengetahui profil anak secara utuh, Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



49



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



terutama permasalahan atau hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak; (3) Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemajuannya. Secara operasional tujuan asesmen adalah untuk: 1) Menemukan kondisi kemampuan/potensi perkembangan ABK, sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan program intervensi yang sesuai dengan kebutuhannya. 2) Menemukan kondisi kemampuan/potensi akademik ABK, sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. 3) Menentukan kondisi kemampuan/potensi non akademik (kebutuhan khusus) ABK, sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan program layanan kompensatoris yang sesuai dengan kelainan dan kebutuhan khusus yang diperlukan ABK. c. Sasaran asesmen 1)



Sasaran Asesmen Ditinjau dari Usia, meliputi (1) bayi usia 0 s.d. 1 tahun, (2) balita usia 1 s.d. 3 tahun, (3) usia pra sekolah 3 s.d. 5 tahun, (4) usia sekolah 7 s.d. 20, tahun.



2)



Sasaran Asesmen ditinjau dari Status Pendidikan, meliputi (1) anak-anal yang belum bersekolah, (2) siswa sekolah di SD, SMP, SMA, dst, (3) anak usia sekolah yang drop out.



3)



Sasaran Asesmen Ditinjau dari Tempat dan Waktu, meliputi (1) rumah, (3) posyandu, (4) klinik, (5) play group/taman bermain/TK/Diniyah, dan sekolah



Secara umum sasaran asesmen adalah semua anak. Karena pada hakekatnya semua anak adalah individu unik yang memiliki potensi dan kompetensi yang tidak sama. Dalam konteks pendidikan, tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan potensi semua anak seoptimal mungkin, oleh sebab itu kurikulum yang dipergunakan dalam pendidikan dikembangkan berbasis kompetensi anak pula. Secara khusus sasaran asesmen adalah semua anak yang dinyatakan berkebutuhan khusus berdasarkan



hasil identifikasi yang telah dilakukan



sebelumnya.



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



50



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



d. Strategi asesmen Pelaksanaan asesmen dapat dilakukan melalui kegiatan: (1) Observasi, yakni suatu strategi pengukuran dengan cara melakukan pengamatan langsung pada perilaku khusus ABK, termasuk di dalamnya keterampilan sosial dan akademik, kebiasaan belajar, maupun keterampilan menolong diri sendiri; (2) Analisis sampel kerja, yakni jenis pengukuran informal dengan menggunakan sampel pekerjaan anak, misalnya hasil tes, karangan ilmiah, karya seni, respon lisan; (3) analisa tugas, yakni suatu proses pemisahan, pengurutan, dan penguraian suatu komponen penting dari sebuah tugas; (4) Inventory informal, yaitu proses pengumpulan informasi yang dilakukan untuk mengukur aspek-aspek non aakademik, seperti kebiasaan, perilakku sosial, dll.; (5) daftar cek (check list), yakni suatu strategi yang digunakan untuk mengamati suatu daftar sifat dengan cepat; (6) Skala penilaian (Rating Scale), yakni suatu strategi asesmen yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang opini dan penialaian, bukan laporan perilaku yang dapat diamati; (7) Wawancara, yakni cara yang digunakan untuk menggali informasi melalui Tanya jawab dan/atau; (8) campuran dari dua alatu lebih teknikteknik 1-7 tersebut. Agar diperoleh hasil yang optimal, asesmen dapat menerapkan strategi berikut: (1) penentuan sasaran asesmen; (2) penetapan tujuan asesmen; (3) pemilihan jenis instrument asesmen yang akan dipergunakan; (4) pelaksanaan asesmen; (5) analisis data hasil asesmen; (6) case conference, untuk menetapkan indikasi kondisi krusial anak; (7) penyusunan profil anak, sebagai dasar perumusan kurikulum akademik dan program interfensi kompensatoris anak. e. Jenis-Jenis Asesmen 1) Asesmen perkembangan Asesmen perkembangan merupakan suatu proses pengumpulan informasi tentang aspek-aspek perkembangan anak yang diduga secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi akademiknya. Asemen perkembangan diperlukan untuk



bahan pertimbangan dalam merencanakan program



pembelajaran anak. Rasional asesmen perkembangan merujuk pada konsep bahwa pendidikan hendaknya diselaraskan dengan irama perkembangan anak itu sendiri, dengan asumsi bahwa pembelajaran akademik dapat lebih optimal apabila aspek perkembangan dirinya tumbuh secara optimal pula. Budiyanto (2007) menyebutnya sebagai kecakapan pra-akademik atau pre-requisite menuju pembelajaran akademik. Lebih lanjut ditegaskan bahwa program Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



51



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



pembelajaran akademik dapat berjalan dengan baik apabila anak telah memiliki kesiapan atau kematangan sesuai dengan irama perkembangannya. a) Aspek-aspek asesmen perkembangan Harwell (1982) menegaskan bahwa aspek-aspek perkembangan anak yang perlu diasesmen untuk berbagai keperluan, khususnya untuk pendidikan, meliputi: (1) gangguan motorik; (2) gangguan persepsi; (3) gangguan atensi/perhatian; (4) gangguan memori; (5) hambatan dalam orientasi ruang, arah/spatial; (6) hambatan bahasa; (7) hambatan pembentukan konsep; dan (8) mengalami masalah perilaku. b) Tingkatan perkembangan belajar Berdasarkan konsep perkembangan, tingkat perkembangan belajar anak dapat dikelompokkan menjadi tiga) yaitu: (1) tingkatan motorik (doing level); (2) tingkatan persepsi (matching level); dan (3) tingkatan konseptual (categorization level). Indikator dan perilaku tingkatan perkembangan belajar motorik nampak pada (Tabel 3.2). Adapun indikator dan perilaku tingkatan persepsi nampak pada (Tabel 3.3). Tabel 3.2 Tingkatan Perkembangan Belajar Motorik (Doing level)



Indikator Asesmen



Uraian



Diferensiasi



Kemampuan memilih & menggunakan secara tersendiri bagian tubuh dan menggerakkan secara terkontrol



Keseimbangan



Kesadaran & kemampuan mempertahankan suatu hubungan kearah titik pusat dari gaya tarik bumi



Hubungan Keruangan



Kesadaran tubuh,lateralitas, arah



Ritme



Jarak & kombinasi dari berbagai interval



Mata-tangan



Kemampuan menggabungkan apa yang dilihat dengan gerakan motorik halus



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



52



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Tabel 3.3 Perkembangan Belajar Tingkatan Persepsi (Matching level)



Uraian



Indikator Asesmen Diskriminasi



Kemampuan membedakan suatu bentuk (persepsi) dari bentuk yang lain



Bentuk & Latar



Kemampuan membedakan (memusatkan perhatian) antara bentuk utama dari latarnya (mana stimulus inti dan mana stimulus latarnya)



Closure



Kemampuan menambahkan deteil yang hilang dari suatu bentuk/benda



Ingatan



Kemampuan mengingat kembali apa yang diperoleh melalui indera



Sekuens



Kemampuan mengatur secara tepat sesuai dengan urutan, sesuatu yang pernah diamati melalui indera



Intergrasi



Penggunaan dari 2 saluran input atau lebih secara serentak dan kemampuan untuk menghubungkan keduanya



Tingkatan konseptual (Categorization level) Tingkatan konseptual (Categorization level) adalah kemampuan yangbhanya dapat dicapai apabila anak telah menguasai level perkembangan motorik dan persepsi. Tingkat perkembangan ini merupakan tingkatan perkembangan belajar tertinggi dalam perkembangan anak, ditandai dengan telah dikuasainya kemampuan mengkategorisasi dan mengklasifikasi pengalaman-pengalaman yang diperolehnya menjadi konsep utuh terhadap suatu fenomena, sehingga anak mampu menarik suatu kesimpulan baik deduksi maupun induksi dengan baik. Penguasaan konseptual ini sangat penting dalam pembelajaran akademik, karena untuk dapat menguasai materi pembelajaran akademik anak harus memiliki kemampuan konseptual atau categorization ini terlebih dahulu. Begitu kuatnya peran kesiapan perkembangan ini dalam pendidikan, sehingga di beberapa negara maju memposisikan kurikulum perkembangan lebih dominan dari kurikulum akademik, terutama pada jenjang taman kanak-kanak dan sekolah dasar (preschool and basic elementary school).



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



53



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



c) Praktik Asesmen Perkembangan Asesmen perkembangan dalam praktiknya mencakup kemampuankemampuan/keterampilan perkembangan anak meliputi aspek-aspek perkembangan (1) kemampuan kognitif, (2) ketrampilan motorik, (3) ketrampilan persepsi, (4) ketrampilan social, (5) konsep diri dan harga diri, (6) ketrampilan menolong diri sendiri, (7) kemampuan melaukan aktivitas hidup sehari-hari (ADL), (8) ketrampilan bahasa dan berkomunikasi 2) Asesmen akademik Asesmen akademik (academic assesment), merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi yang berkenaan dengan kondisi actual kemampuan akademik anak. Dalam hal ini minimal mencakup aspek kemampuan akademik dasar, yaitu asesmen keterampilan membaca, asesmen keterampilan menulis, dan asesmen keterampilan berhitung. Sebagai bahan kajian lebih lanjut, berikut disajikan beberapa contoh instrument akademik dasar.



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



54



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



LEMBAR PENGAMATAN KECAKAPAN MEMBACA IDENTITAS ANAK Nama Anak :



Kelas :



Tgl. Lahir



L/P



:



2



3



:



ASPEK YANG DIAMATI



1



4



5



KECAKAPAN MEMBACA TEKNIS Menggunakan kontek dalam membaca Akurasi dan kelancaran dalam membaca Kecakapan penguasaan kosa kata pandang Kecakapan analisis analisis fonik Kecakapan analisis struktural Mengenal huruf kecil dan huruf besar pada alfabet Pengucapan bunyi huruf Konsonan (b,d,h,k, ...) Vokal (a,I,u,e,o, …) Konsonan ganda (kr,gr,tr, …) Diftong (ai, au, oi, …) Menghubungkan bunyi membentuk kata Vareasi bunyi Kata ulang Kata majemuk, Awalan dan akhiran Imbuhan KECAKAPAN MEMBACA PEMAHAMAN Menemukan pokok pikiran utama dan spesifik wacana tertulis Mengingat urutan kejadian atau pendapat Memprediksi Mengikuti petunjuk tertulis Mencari hubungan sebab akibat Membuat kesimpulan berdasarkan wacana tertulis Mengetahui kejanggalan isi wacana Mengenal materi faktual atau fiktif Makna jadwal, tabel, diagram, peta Makna/arti dari kata dan suku kata



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



55



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



A N A L I S I S K O N S E P D A S A R M AT E M AT I K A IDENTITAS ANAK Nama Anak :



Kelas :



Tgl. Lahir



L/P



:



:



GANGGUAN HUBUNGAN KERUANGAN Pemahaman konsep atas-bawah Pemahaman konsep puncak dasar Pemahaman konsep jauh dekat Pemahaman konsep tinggi rendah Pemahaman konsep depan belakang Pemahaman konsep awal akhir



PENGUASAAN KONSEP DASAR Konsep relasi antar nilai Konsep waktu Konsep kuantitas Konsep serbaneka ABNORMALITAS PERSEPSI VISUAL Hubungan objek dengan kelompok /set Kemampuan melihat objek dalam kelompok Mengidentifikasi jumlah objek dalam kelompok Kemampuan menjumlah dua kelompok benda Membedakan bentuk geometri



ASOSIASI VISUAL-MOTOR Menghitung benda secara berurutan Menyebutkan bilangan secara berurutan



PERSEVERASI Kelekatan perhatian pada objek tertentu dalam waktu lama



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



56



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



A N A L I S I S K O N S E P D A S A R M AT E M AT I K A IDENTITAS ANAK Nama Anak :



Kelas :



Tgl. Lahir



L/P



:



:



MENGENAL dan MEMAHAMI SIMBOL Mengenal simbol + Mengenal simbol Mengenal simbol x Mengenal simbol : Mengenal simbol > Mengenal simbol < Mengenal simbol = Mengenal simbol _ Mengenal simbol ( Mengenal simbol ) Menggunakan simbol + Menggunakan simbol Menggunakan simbol x Menggunakan simbol : Menggunakan simbol > Menggunakan simbol < Menggunakan simbol = Menggunakan simbol _ Menggunakan simbol ( Menggunakan simbol )



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



57



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Contoh Pedoman Observasi Kebiasaan Menulis Nama Siswa: Kelas: Sekolah: Nama Guru:



Penampilan



Kinerja Apakah dapat menguasai dasar menulis secara benar, seperti membuat garis lurus, garis tegak, garis miring, garis lengkung, Apakah dapat menulis bentuk huruf dengan benar Apakah penulisan bentuk huruf besar dan kecil tepat dan konsisten Apakah dapat mengatur jarak suku kata secara konsisten Apakah dapat menulis dan menempatkan tanda baca secara konsisten Total Skor



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



58



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



3)



Asesmen Non Akademik (Kekhususan) Asesmen kekhususan adalah proses pengumpulan informasi tentang kondisi anak berkebutuhan khusus yang meliputi kondisi kelainan, kemampuan yang telah dikuasai dan kesulitan/hambatan yang dialami untuk pertimbangan membuat keputusan tentang kebutuhan yang diperlukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan mengurangi dampak kondisi kelainannya. Informasi tentang kondisi anak ini selanjutnya dipergunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan dalam penentuan program layanan kompensatoris bagi anak berkebutuhan khusus. a) Tujuan Tujuan asesmen non akademik (kekhususan) adalah (1) memperoleh informasi akurat tentang kondisi kelainan yang disandang anak berkebutuhan khusus, (2) memperoleh data akurat tentang indikator potensi anak berkebutuhan khusus yang dapat dioptimalkan sebagai kompensasi dari kelainan yang disandangnya, (3) memperoleh data akurat tentang indikator



yang masih dapat dikembangkan untuk



mengurangi beban kelainannya, (4) mempeoleh data akurat tentang indicator kelainan yang masih dapat dikembangkan untuk mengurangi beban akibat kelainannya Sasaran asesmen non akademik adalah anak-anak yang menunjukkan indikasi berkebutuhan khusus berdasarkan hasil identivikasi. Kelompok anak berkebutuhan khusus ini diantaranya tersaji pada gambar berikut:



ANAK DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN



ANAK DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN



ANAK BERKESULITAN BELAJAR



ANAK LAMBAT BELAJAR



ANAK DENGAN GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU



ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)



ANAK DENGAN GANGGUAN GERAK / MOTORIK



ANAK DENGAN GANGGUAN INTELEKTUAL



ANAK CERDAS DAN BAKAT ISTIMEWA



ANAK BERKELAINAN MAJEMUK



ANAK DENGAN GANGGUAN AUTISTIK



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



59



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Teknik pengumpulan informasi, strategi asesmen non akademik, pada dasarnya dapat mengacu pada asesmen perkembangan, dengan sedikit modivikasi sesuai dengan karakteristik kondisi dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Sedangkan lingkup jenis hambatan/kelainan serta layanan kompensatoris yang diperlukan adalah sebagai berikut:



NO



1



JENIS KOMPENSATORIS



HAMBATAN



q Oritentasi dan mobilitas (OM).



Tunanetra



q Braille.



q Bina isyarat, 2



Tunarungu



q Binawicara,



q Bina persepsi bunyi dan irama 3



Tunagrahita



q Bina diri (acitivity daily living)



4



Tunadaksa



q Bina diri dan bina gerak



5



Gangguan emosi/prilaku



q Bina pribadi (emosi dan social)



6



Autis dan ADD/ADHD



q Bina wicara, komunikasi, social/tingkah laku.



7



Kesulitan belajar



q Terafi edukatif



8



Cerdas/bakat istimewa



q Kurikulum berdifrensiasi.



q Bina sosial-pribadi



4) Asesmen Formal dan Informal Asessmen formal adalah tes standar yang telah dibakukan. Pengertian standar dapat diartikan sebagai suatu tingkat tertentu untuk program tertentu. Misalnya tingkat asesmen perkembangan dan asesmen akademik, program Anak Usia dini, SD/SDLB, SMP dst. Asesmen formal/standar biasanya dilengkapi dengan sebuah manual yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan asesmen,penyekoran, dan penafsiran terhadap hasil tes. Manual juga memuat keterangan tentang proses standarisasi, seperti kegiatan uji coba, analisis hasil, revisi, dan juga informasi tingginya taraf kesahihan dan keterpercayaan tes. Beberapa Contoh



jenis instrumen/alat asesmen formal bagi anak



bekebutuhan khusus sebagai berikut.



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



60



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Tabel 3.8 Contoh Beberapa Jenis Instrumen/Alat Asesmen Formal Aspek yang akan diukur



Skala Pengukuran / tes yang dapat digunakan Peabody Individual Achievement (PIA) Monroe Sherman



Achievement



Wide Range Achievement Test (WRAT)



(prestasi akademik) Woodcock-Johnson Psychoeducational Battery Woodcock Reading The Purdue Perceptual Motor Survey (PPMS) Kemampuan Motorik Anak



Monroe Sherman Detroit Test of Learning Aptitude Harris Test of Lateral Dominance (Hand,Eye,Foot) Visual Motor Integration



Kemampuan Visual



Bender Gestalt Monroe Sherman Detroit Frosting (The Developmental Test of Visual Perception) Wepman Auditory Discrmination Test



Kemampuan Auditors Illionis Test of Psycolinguistic Ability (ITPA) Kemampuan Konsep Dasar



Boehm Test of Basic Concepts



Asesmen informal adalah asesmen yang dibuat oleh guru sesuai dengan konteks pembelajarannya di kelas. Asesmen informal dilaksanakan oleh guru setelah selesai pembelajaran. Biasanya guru menggunakan tes yang terdapat dalam buku ajar atau buku soal komersial yang didasarkan kurikulum. Untuk melaksanakan asesmen informal tersebut, guru dapat menggunakan Teknik Pengukuran Informal meliputi (1) observasi, (2) analisis sampel kerja, (3) analisis tugas, (4) infentory informal, (5) daftar cek (Check List), (6) skala penilaian (Rating Scale), (7) wawancara & kuesioner f. Langkah-langkah Asesmen Pelaksanaan asesmen yang baik perlu mempertimbangkan hal-hal berikut. 1) Gunakan Alat Identifikasi ABK! 2) Perhatikan gejala-gejala yang nampak! Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



61



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



3) Beberapa pernyataan anak amati saat mengerjakan tugas! 4) Tiap gejala yang ditemukan berilah nilai 1 yang tidak ditemukan dinilai 0! 5) Jumlahkan nilai yang diperoleh pada setiap jenis kelainan! 6) Bandingkan jumlah nilai dengan nilai standar! 7) Jika jumlah nilai sama atau lebih tinggi dari nilai standar, anak dapat dikategorikan berkelainan. 8) Perhatikan kemungkinan anak memiliki kelainan ganda g. Pengembangan Instrumen Asesmen Instrumen asesmen yang akan dikembangkan oleh guru atau profesional hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut. 1) Tentukan aspek yang akan diukur . 2) Rumuskan definisi konseptual dan operasional! 3) Sebutkan ciri-ciri atau indikator yang relevan yang akan diukur! 4) Susunlah daftar pertanyaan perilaku yang harus dikerjakan! 5) Pilih teknik pengumpulan informasi yang sesuai. Tabel 3.9 Contoh Matrik Pengembangan Instrumen Asesmen Aspek yang akan diukur



Misal: Kecerdasan



...



Definisi Konseptual & Operasional



Indikator



Kemampuan seseorang dlm memecahkan masalah



1. Verbal 2. Numerikal 3. Geometri 4. Dll



Ciri-ciri /



...



ItemPertanyaan / perilaku yang harus dikerjakan



...



Teknik yang akan dipilih



Tes



...



...



h. Pengembangan Kriteria Skala Pengukuran Kriteria skala pengukuran merupakan pedoman untuk menilai kemampuankemampuan yang diasesmen atau diukur untuk memudahkan pelaksanaan asesmen/penilaian. Skala pengukuran dikembangkan dengan menentukan kriteria tertentu misalnya dengan gradasi nilai (SK, K, C, B, SB) SK: Sangat Kurang, K: Kurang, C: Cukup, B: Baik, SB: Sangat Baik) Contoh skala penilaian sebagai berikut.



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



62



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Tabel 3.10 Contoh Skala Penilaian Perilaku Anak Aspek Perilaku yang akan diukur



SK



K



C



B



SB



PEMAHAMAN AUDITORIS 1. Kemampuan mengikuti perintah 2. Dst BAHASA ANJURAN 1. Kemampuan mengekspresikan pikiran 2. Dst ORIENTASI 1. Ketepatan waktu 2. Dst PERILAKU 1. Kemampuan Kerjasama 2. Dst



Tabel 3.11 Contoh Inventory Gaya Belajar Siswa Inventory Gaya Belajar Siswa Nama Siswa: Kelas: Pertanyaan



No



Sering Kadang Jarang



1



Apakah Anda rapi & teratur



2



Apakah Anda perencana & pengatur jangka panjang



3



…………………..



4



…………………



5



…………………..



6



Dst



7



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



63



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



DAFTAR PUSTAKA



Budiyanto. (2007): Pedoman Penilaian Pembelajaran bagi Siswa Autis di Sekolah Inklusif, Surabaya, Puslit Unesa. Direktorat PSLB. (2007). Pedoman Khusus Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Direktorat PSLB. --------.(2007). Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Direktorat PSLB IGAK Wardani, (1995): Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Dikti Depdikbud. Lerner. J.W. (1988): Learning Disability: Theories, diagnosis and teaching strategies. New Jersey: Houghton Mifflin Company. Marlina. (2007): Asesmen dan Strategi Intervensi Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorders). Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. McLoughlin, James A dan Lewis, Rena B. (1981): Assesing Special Student, Strategies and procedures. Charlese Merrill Publishing Company, Colombos, Toronto, London, Sydney. Mulyono Abdurahman. (2001): Pendiddikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Jurusan PLB FIP UNJ. Munawir Yusuf & Edy Legowo. (2007): Mengatasi Kebiasaan Buruk Anak Dalam Belajar Melalui Pendekatan Modifikasi Perilaku.Jakarta: Dikti Depdiknas. Munawir Yusuf. (2005): Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar. Jakarta: Dikti Depdiknas. -----------(2005): Pendidikan bagi Anak Dengan Problema Belajar. Jakarta: Dikti Depdiknas Riana Bagaskorowati. (2007): Anaka Beresiiko: Identifikasi, Asesmen, dan Intervensi Dini. Jakarta: Dikti Depdiknas. Sunardi & Sunaryo. (2007): Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



64



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



ALAT IDENTIFIKASI/PENYARINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PETUNJUK PENGISIAN 1. Gunakan Alat Indetifikasi Anak Berkebutuhan Khusus untuk anak yang dicurigai memiliki masalah dalam belajar 2. Beri tanda ceklis (V) pada kolom pernyataan sesuai dengan gejala yang muncul Catatan : 1. Usahakan untuk melihat gejala-gejala yang tampak pada setiap anak dengan seksama, mungkin memerlukan waktu beberapa hari, jangan tergesa-gesa; 2. Agar gejala mudah dikenali, pada beberapa pernyataan, anak dapat terlebih dahulu diberi tugas tertentu baru kemudian diamati pada saat mereka mereka mengerjakan tugas tersebut; 3. Terdapat kemungkinan bahwa seorang anak mengalami lebih dari satu jenis kelainan (kelainan ganda)



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



65



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Isian Form 1



INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) Petunjuk : Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang sebenarnya. Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan kepada guru kelas tempat anak Bapak/Ibu bersekolah. A. Identitas Anak : 1.



Nama



: ....................................................



2.



Tempat dan tanggal lahir/umur



: ....................................................



3.



Jenis kelamin



: ....................................................



4.



Agama



: ....................................................



5.



Status anak



: ....................................................



6.



Anak ke dari jumlah saudara



: ....................................................



7.



Nama sekolah



: ....................................................



8.



Kelas



: ....................................................



9.



Alamat



: ....................................................



B. Riwayat Kelahiran : 1. Perkembangan masa kehamilan



: ....................................................



2. Penyakit pada masa kehamilan



: ....................................................



3. Usia kandungan



: ....................................................



4. Riwayat proses kelahiran



: ....................................................



5. Tempat kelahiran



: ....................................................



6. Penolong proses kelahiran



: ....................................................



7. Gangguan pada saat bayi lahir



: ....................................................



8. Berat bayi



: ....................................................



9. Panjang bayi



: ....................................................



10. Tanda-tanda kelainan pada bayi



: ....................................................



C. Perkembangan Masa Balita : 1. Menyusu ibunya hingga umur



: ....................................................



2. Minum susu kaleng hingga umur



: ....................................................



3. Imunisasi (lengkap/tidak)



: ....................................................



4. Pemeriksaan/penimbangan Rutin berat badan/tdk



: ....................................................



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



66



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



5. Kualitas makanan



: ......................................



6. Kuantitas makan



: ......................................



7. Kesulitan makan (ya/tidak)



: ......................................



D. Perkembangan Fisik : 1. Dapat berdiri pada umur



: ......................................



2. Dapat berjalan pada umur



: ......................................



3. Naik sepeda roda tiga pada umur



: ......................................



4. Naik sepeda roda dua pada umur



: ......................................



5. Bicara dengan kalimat lengkap



: ......................................



6. Kesulitan gerakan yang dialami



: ......................................



7. Status Gizi Balita (baik/kurang)



: ......................................



8. Riwayat kesehatan (baik/kurang)



: ......................................



9. Penggunaan tangan dominan



: ......................................



E. Perkembangan Bahasa : 1. Meraba/berceloteh pada umur



: ......................................



2. Mengucapkan satu suku kata yang bermakna kalimat (mis. Pa berarti bapak) pada umur



: ......................................



3. Berbicara dengan satu kata bermakna Pada umur



: ......................................



4. Berbicara dengan kalimat lengkap sederhana pada umur



: ......................................



F. Perkembangan Sosial : 1. Hubungan dengan saudara



: ......................................



2. Hubungan dengan teman



: ......................................



3. Hubungan dengan orangtua



: ......................................



4. Hobi



: ......................................



5. Minat khusus



: ......................................



G. Perkembangan Pendidikan : 1. Masuk TK umur



: ......................................



2. Lama Pendidikan di TK



: ......................................



3. Kesulitan selama di TK



: ......................................



4. Masuk SD umur



: ......................................



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



67



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



5. Kesulitan selama di SD



: ....................................................



6. Pernak tidak naik kelas



: ....................................................



7. Pelayanan khusus yang pernah diterima anak 8. Prestasi belajar yang dicapai



: .................................................... : ....................................................



9. Mata Pelajaran yang dirasa paling sulit



: ....................................................



10. Mata Pelajaran yang dirasa paling disenangi



: ....................................................



11. Keterangan lain yang dianggap perlu



: .................................................... Diisi Tanggal,…………………........ Orang tua,



( ......…………………………….. )



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



68



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Isian Form 2



DATA ORANG TUA/WALI SISWA (Diisi orang tua/wali siswa) 1. Nama



: ............................................



2. SD/MI



: ............................................



3. Kelas



: ............................................



A. Identitas Orang tua/wali Ayah : 1. Nama Ayah



: ............................................................



2. Umur



: ............................................................



3. Agama



: ............................................................



4. Status ayah



: ............................................................



5. Pendidikan Tertinggi



: ............................................................



6. Pekerjaan Pokok



: ............................................................



7. Alamat tinggal



: ............................................................



Ibu : 1. Nama Ibu



: ............................................................



2. Umur



: ............................................................



3. Agama



: ............................................................



4. Status Ibu



: ............................................................



5. Pendidikan Tertinggi



: ............................................................



6. Pekerjaan Pokok



: ............................................................



7. Alamat tinggal



: ............................................................



Wali : 1. Nama



: ............................................................



2. Umur



: ............................................................



3. Agama



: ............................................................



4. Status perkawinan



: ............................................................



5. Pend. Tertinggi



: ............................................................



6. Pekerjaan



: ............................................................



7. Alamat



: ............................................................



8. Hubungan Keluarga



: ............................................................



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



69



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



B. Hubungan Orang tua anak 1. Kedua orang tua satu rumah



: ...........................................



2. Anak satu rumah dengan kedua orang tua



: ...........................................



3. Anak diasuh oleh salah satu orang tua



: ...........................................



4. Anak diasuh wali/saudara



: ...........................................



C. Sosial Ekonomi Orangtua 1. Jabatan formal ayah di kantor (jika ada)



: ...........................................



2. Jabatan formal ibu di kantor (jika ada)



: ...........................................



3. Jabatan informal ayah di luar kantor (jika ada)



: ...........................................



4. Jabatan informal ibu di luar kantor (jika ada)



: ...........................................



5. Rata-rata penghasilan (kedua orangtua) perbulan



: ...........................................



D. Tanggungan dan Tanggapan Keluarga 1. Jumlah anak



: ...........................................



2. Ysb. Anak yang ke



: ...........................................



3. Persepsi orang tua terhadap anak ysb.



: ...........................................



4. Kesulitan orang tua terhadap anak ysb.



: ...........................................



5. Harapan orang tua terhadap pendidikan anak ysb.



: ...........................................



6. Bantuan yang diharapkan orang tua untuk anak ysb.



: ........................................... Diisi tanggal :………………. Orang tua/wali Murid



( ………………….……… )



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



70



Foto : BANDUNG intensive care



Foto : zoehrieya.wordpress.com



:: Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif ::



Isian Form 3



DAFTAR ANAK YANG BERINDIKASI BERKELAINAN DAN MEMERLUKAN PELAYANAN KHUSUS



No. 1.



Nama Amin



1. Nama



: ............................................



2. SD/MI



: ............................................



3. Kelas



: ............................................



L/P



L



Keterangan



Uraian/Kasus Masalah 1. Kesulitan Belajar Matematika



Standar Nilai yang



2. Gangguan penglihatan



dicapai = 4



3. Sering tidak masuk karena sakit



Standar Nilai yang dicapai = 5



2.



Roberta



P



1. Kesulitan hampir semua mata pelajaran (lamban belajar)



Standar Nilai yang dicapai = 4



2. Keluarga miskin,penghasilan rata rata Perbulan Rp.300.000,



Jumlah Sdr. Yang Sekolah = 5



dengan jumlah tanggungan keluarga 8 orang. 3.



Dst.



Dst.



Dst.



Dibuat Tangal : ……………….. Guru Kelas,



( ………………………………. )



Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus



71