8 0 225 KB
INFEKSI MATERNAL I.
PMS ( penyakit menular seksual ) Mencermikan definisi setiap mikroba yang ditularkan seseorang kepada orang lain
melalui kontak yang dekat dan intim ( spense,1989 ). Etiologi : - Bakteri : Chlamydia, Gonore, Sifilis, Chancroid, Limfogranuloma venereum, salmnelosis, streptokokus tipe B. - Protozoa : Trikomoniasis, giardiasis, Amebiasis - Virus
: HIV, virus herpes simpleks tipe 1 & 2, Sitomegalovirus, Hepatitis A & B
- Parasit
: Pedikulus, Skabies
- Jamur
: Kandidiasis
1.Gonore Merupakan suatu bakteri jenis diplokokus. Etiologi : Neisseria gonorrhoea (Sumber: buku ajar keperawatan Maternitas,bobak,2005) Patofsiologis : a. Manifestasi Klinis : Timbul gejala ringan secara tak terduga ditraktus genitalia bagian bawah. Periode inkubasi ialah antara dua sampai lima hari. Gejala infeksi pada traktus urogenitalia bagian bawah mencakup disuria & sering berkemih, rabas purulen hijau kuning dalam jumlah bnyak di Os. Servikalis, nyeri tekan diservikel, vulvovaginitis, bartolinitis, dispareunia, dan perdarahan pascakoitus. Bengkak dan nyeri pada kelenjer getah bening dilipatan paha biasanya menyertai infeksi. Nyeri pada abdomen bagian bawah, nyeri tekan pada serviks, mual dan muntah menyertai gejala. Infeksi anorektal didiagnosa melalui adanya peradangan lokal, rasa terbakar saat berkemih dan pruritus. Infeksi orofaing dapat terjadi tanpa gejala atau mengakibatkan peradangan dan sakit tenggorok. Infeksi sistemik menyebabkan gonokosemia, ruam pada kulit, atritis, perikarditis dan meningitis. Penyakit gonore ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi terinfeksi dan secara
tidak langsung melalui benda mati / fomites. Penularan sendiri sering melalui tangan yang terkontaminasi. b. Komplikasi Pada ibu gonore yang tidak diobati meliputi endometritis gonokokus, salpingitis akut, dermatitis dan artritis. Pengobatan dan Pencegahan -
Ceftriakson merupakan dosis tunggal terapi yang direkomendasikan
-
Spektinomisin yaitu terapi alternatif yang lebih disukai
-
Penggunaan kondom dianjurkan saat melakukan hubungan seksual oral dan hubungan seksual genital
2. HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) Merupakan retrovirus penyebab penyakit defisiensi imun. Transmisi HIV terjadi melalui pertukaran cairan misalnya darah, semen, peristiwa perinatal. Individu yang seropositif terhadap HIV, dengan gejala – gejala, dipertimbangkan mengidap HIV – positif. Orang ini mungkin hidup untuk beberapa tahun sebelum memenuhi kriteria dari centers for diases kontrol ( CDC ) untuk mendiagnosis AIDS.(Sumber : buku ajar keperawatan maternitas,bobak,2005) CDC merekomendasikan bahwa diagnosis AIDS ditujukan pada orang yang mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan memiliki antibody positif terhadap HIV . AIDS adalah kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hsil akhir dari nfeksi oleh HIV. Kasus AIDS mencerminkan infeksi HIV yang sudah berlangsung lama. Etiologi : Human Immunodeficiency Virus. Patofisiologis : a. Manifestasi Klinis :
Begitu HIV memasuki tubuh, serum HIV menjadi positif dalam 10 minggu pertama pemaparan. Walaupun perubahan serum secara total asimptomatik, perubahan ini disertai viremia, respons tipe – influenza terhadap infeksi HIV awal. Gejala meliputi demam, malaise, mialgia, mual, diare, nyeri tenggorokan, dan ruam dan dapat menetap selama dua minggu sampai tiga minggu. Penelitian laboratorium dapat menunjukkan leukopenia, trombositopenia, anemia dan peningkatan laju endap darah. Selain itu, HIV memiliki avinitas yang kuat dengan protein marker – surface pada T – limfosit. Afinitas HIV dengan T – limfosit ini menyebabkan destruksi sel T yang signifikan. Titer sel T helper kurang dari 400 sel / mm³ berhubungan dengan perkembangan AIDS yang lebih cepat. Kehamilan tidak dianjurkan jika wanita positif menderita HIV. Pemaparan pada vius memiliki dampak yang signifikan pada kehamilan wanita dan pemberian makanan bayi baru lahir dan pada status kesehatan bayi baru lahir. Diduga HIV dari wanita terinfeksi ditransmisikan melalui tiga cara : a. Kejanin pada awal timester pertama melalui sirkulasi maternal b. Kebayi selama persalinan dan kelahiran melalui inkolusi atau darah ibu dan cairan terinfeksi lain yang ditelan janin c. Kebayi melalui air susu ibu. Periode prenatal Pemeriksaan prenatal juga dapat menunjukkan adanya gonorea, C. trachomatosis, hepatitis B, Micobacterium tubercolosis, kandidiasis ( infeksi orofarig atau infeksi vaginal kronis ), sitomegalovirus ( CMV ), dan toksoplasmolisis. Sekitar setengah jm penderita AIDS mengalami kenaikan titer. Riwayat vaksinasi dan status imun didokumentasi. Titer cacar air dan rubela ditetapkan dan tes kulit tuberkolosis ( derivat protein yang dimurnikan [ purified protein derivative[ PPD ] ) dilakukan. Vaksinasi sebelumnya dengan vaksin HB recombivax dicata karena vaksin tersebut pernah mengandung produk darah manusia.
Ibu dapat direncanakan untuk mendapat globulin imun Rh 0 ( D ). Penularan HIV belum diteliti terhadap vaksin Rh. Beberapa ketidaknyamanan prenatal ( mis, keletihan, anoreksia, dan penurunan berat badan ) menyerupai tanda dan gejala infeksi HIV. Diagosis banding semua keluhan akibat kehamilan dan gejala infeksi dibenarkan. Tanda – tanda utama pmburukan infeksi HIV meliputi berat badan lebih dari 10 % berat badan sebelum hamil, diare kronis selama lebih dari satu bulan, dan demam ( intermiten atau konstan ) selama lebih dari satu bulan. Untuk menyokong sistem imun wanita hamil, konseling diberikan, mencakup nutrisi optimum, tidur, istirahat, latihan fisisk,dan reduksi stres. Apabila infeksi HIV didiagnosis, wanita diberi penjelasan tentang konsekuensi yang mungkin terjadi pada bayinya. Apabila ia memilih untuk melanjutkan kehmilannya, ia diberi konseling teknik berhubungan seksual yang lebih aman. Penggunaan kondom dianjurkan untuk meminimalkan pemaparan HIV lebih auh jika pasangan wanita tersebut merupakan sumber infeksi. Hubungan seksual orogenital tidak dianjurkan. Hal yang sama pening ialah merujuk wanita tersebut menjalani rehabilitas untuk menghentikan penyalahgunaan substansi. Obat primer yang disetujui untuk terapi infeksi HIV ialah 3 azido-3-deoksitimidin ( zidovain, AZT [retrovir ] ). Walaupun obat ini menjanjikan hasil yang baik bagi terapi infeksi HIV, penggunaannya dalam kehamilan dibatasi karena adanya potensi efek mutagenik atau toksik potensial pada janin Periode Intrapartum Perawatan wanita bersalin tidak secara substansial berubah krena infeksi asimptomatik HIV. Model kelahiran yang akan dilakukan didasarkan hanya pada pertimbangan obstetrik karena virus menembus plasenta pada tahap awal kehamilan. Fokus utama adalah mencegah persebaran nasokomial HIV dan melindungi tenaga perawatan kesehatan. Resiko transmisi HIV dianggap rendah selama proses kelahiran pervaginam terlepas dari kenyataan bahwa bayi terpapar pada darah, cairan amniotik dan sekresi vagina ibunya.
Pemantauan janin secara elektronik dan eksternal lebih dipilih jika pemantauan diperlukan. Ada kemungkinan inokolusi virus keneonatus jika pengambilan sampel darah neonatus dilakukan pada kulit kepala janin atau elektroda dipasang pada kulit kepala jaanin. Selain itu individu yang melakukan metode ini berisik terkena jarum suntik. Periode Pascapartum Hanya sedikit diketahui tentang kondisi klinis wanita yang terinfeksi HIV selama periode pascapartum. Walaupun periode pascapartum awal tidak signifikan, follow up yang lebih lama menunjukkan frekuensi penyakit klinis yang tinggi pada ibu yang anaknya menderita penyakit. Konseling tentang pengalihan pengasuhan anak dibutuhkan jika orang tua tidak lagi mampu merawat diri mereka. Bayi baru lahir dapat tetap bersama ibunya, tetapi tidak oleh disusi. Tindakan kewaspadaan niversal harus diterapkan, baik untuk ibu maupun untuk bayinya, sebgaiman yang dilakukan pada semua pasien. Wanita dan bayinya dirujuk ketenaga perawatan yang berpengalaman dalam terapi AIDS dan kondisi terkait. 3. Infeksi TORCH Toxsoplasmosis, ( mis, hepatitis ), rubella virus, citomegalovirus and herpes simplex viruses, yang dikenal sebagai infeksi TORCH, adalah suatu kelomok organisme yang mampu menembus plasenta da mempengaruhi perkembangan janin.(Sumber : buku ajar keperawatan maternitas,bobak,2005) TOKSOPLASMOLISIS Merupakan suatu infeksi protozoa yang timbul akibat mengkonsumsi daging mentah atau tidak mencuci tangan sewaktu menyiapkan daging mentah atau terinfeksi kotoran kucing. Etiologi : Infeksi protozoa
Manifestasi klinis : Infeksi akut pada masa hamil menimbulkan gejala yang menyerupai influensa dan limfadenopati. Jika disertai dengan infeksi akut maternal menyebabkan parasitemia. Kemungkinan untuk terjadi bersama infeksi kronik maternal lebih kecil. Abortus cenderung terjadi bila terdapat infeksi akut pada awal kehamilan. Pengobatan dan pencegahan : Hindari mengkonsumsi daging metah dan terpapar kotoran kucing yang terinfeksi, jika kucing ada didalam rumah, periksa titer toksoplasma. Jika titer naik selama masa hamil dini, abortus bisa dipertimbangkan sebagai suatu pilihan. Pengobatan alternatif untuk toksoplasmosis adalah spiramisin, sulfa ( dan klindamisin untuk wanita yang alergi terhadap sulfa ) juga dipakai. Infeksi lain ( Hepatitis A & Hepatitis B ) Hepatitis a, atau hepatitis infeksiosa, adalah virus yang disebarkan oleh droplet akibat tidak mencuci tangan setelah buang air besar. Hepattis B, atau hepatitis serum adalah penyakit virus yang ditularkan seperti penularan HIV. Cara transmisinya meliputi jarum terkontaminasi, produk darah atau jarum bekas, hubungan seksual, dan pertukaran cairan tubuh. Etiologi : Virus hepatitis A & virus hepatitis B Manifestasi Klinis : Pengaruh hepatitis A pada kehamilan adalah abortus spontan dan gejala – gejala seperti influensa. Jika janin terinfeksi pada trimester pertama dan tidak diobati, pengaruhnya yang mungkin timbul adalah anomali janin atau neonatus dan kematian janin didalam rahim. Vaksinasi gamaglobulin diberikan kepada ibu dan bai baru lahir untuk menetapkan profilaksis. Gejala hepatits B bervariasi mulai dari demam, ruam, artalgia, penurunan nafsu makan, dispepsia, nyeri abdomen, sakit
diseluruh badan, malaise, lemah, ikterik, nyeri tekan dan
pembesaran hati. Infeksi terjadi pada waktu lahir.
Pengobatan dan Pencegahan : Globulin imun hepatitis B dapat diberikan sebagai profilaksis setelah pemaparan hepatitis virus B. vaksin hepatitis B dianjurkan untuk populasi berisiko, vaksin terdiri dari rangkaian 3 dosis IM Rubela Rubela dikenal dengan sebutan campak jerman, yaitu suatu infeksi virus yang ditransmisi melalui droplet. Diluar kehamilan rubella tidak berbahaya, namun dalam kehamilan penyakit ini menyebabkan kelainan bawaan. Manifestasi Klinis : Ruam, demam, dan limfe, demam ringan dapat terlihat pada ibu yang terinfeksi. Akibat pada janin lebih serius dan meliputi abortus spontan, anomali kongenital ( disebut juga sindrom rubela kongenital ), dan kematian. Insiden anomali kongenital bulan pertama 50 %, bulan kedua 25 %, bulan ketiga 10 % bulan keempat 4 %. Pemaparan dua bulan pertama malforasi jantung, mata, telinga atau otak, dermatoglifik
abnormal.
Pemaparan
setelah
bulan
keempat
yaitu
infeksi
sistemik,
hepatosplenomegali,retardasi pertumbuhan intrauterin, ruam. Pada usia 15 sampai 20 tahun, anak yang terkena bisa mengalami kemunduran intelektual dan perkembangan atau bisa menderita epilepsi. Pencegahan dan pengobatan : Vaksinasi ibu hamil dikontraindikasikan karena nfeksi rubela bisa terjadi setelah vaksin diberikan. Sebagai bagian dari konseling prakontrasepsi atau masa nifas, vaksin rubela diberikan kepada ibu yang tidak imun terhadap rubella dan mereka dianjurkan memakai kontrasepsi selama minimal tiga bulan setelah vaksinasi. Wanita hamil yang nonreaktif terhadap antigen hemaglutin – inhibisi dapat divaksinasi secara aman setelah melahirkan.
SITOMEGALOVIRUS Sitomegalovirus ( CMV ) ialah penyebab utama infeksi virus kongenital pada janin dan neonatus dan merupakan infeksi yang paling sering menyebabkan retardasi mental. Sumber – sumber infeksi virus meliputi
saliva, urine, semen, air susu ibu, darah dan sekresi
serviks/vagina. Etiologi : Virus Herpes Manifestasi Klinis : Penyakit pernapasan atau hubungan seksual yang asimptomatik atau sindrom seperti mononukleusis dapat memiliki rabas di serviks. Kematian janin atau neonatal atau penyakit menyeluruh anemia hemolitik dan ikterik : hidrosefalus atau mikrosefalus ; pneumonitis, hepatosplenomegali, ensefalitis, kelainan darah dan kebutaan. Herpes Genitalia Virus herpes simplek tipe 1 ( HAS – 1) merupakan infeksi yang paling banyak ditemukan pada masa kanak – kanak. Virus ini ditransmisikan melalui kontak dengan sekresi oral dan menyebabkan cold sores dan fever bisters. Infeksi HSV – 2 ditransmisikan terurama melalui kontak dengan sekresi genitalia. HSV berinteraksi dengan sel dan neuron neuroepitel atau epitel. Masa inkubasi antara dua dan empat minggu. Selama awal, HSV bermigrasi kesatu atau lebih ganglia saraf sensoris. Disini virus tersebut laten dan dorman sampai wakti yang tidak dapat ditentukan. Sistem imun yang utuh akan memulihkan infeksi pada tempat virus masuk. Infeksi primer meliputi sel – sel mukokutaneus, infeksi rekuren meliputi sel – sel epitel bertingkat. Stimulus stresor memicu infeksi rekuren. Demam, infeksi lain, emosi, menstruasi, hubungan seksual dan cahaya ultraviolet merupakan beberpa stresor umum. Infeksi lebih berat pada ibu yang hamil. Etiologi : Virus Herpes Simplek
Manifestasi klinis : Infeksi HSV bisa melibatkan genitalia eksterna, vagina dan serviks. Gejala lebih nyata pada infeksi HSV pertama. Luka lepuh yang nyeri muncul, kemudian mengeluarka cairan meninggalkan ulkus dangkal yang menjadi krusta dan menghilang setelah dua sampai enam minggu. Sekret vagina terlihat bila serviks atau mukosa vagina terkena. Ibu dapat menderita demam, malaise, anoreksia, limfadenopati inguinalis yang nyeri, disuria dan dispareunia. Kekambuhan biasanya diawali dengan rasa gatal, rasa terbakar didaerah genitalia, kesemutan pada tungkai, atau sekret vagina sedikit bertambah. Efek infeksi herpes genitalia meliputi abortus spontan, persalinan prematur, dan IUGR. Kemunginan hasil akhir yang buruk meningkat seiring peningkatan usia gestasi. Frekuensi dan keparahan infeksi rekuren juga meningkat, jika ibu hamil. Pencegahan dan pengobatan Rute transisi HSV dari ibu kebayi baru lahir aialah melalui jalan lahir yang terinfeksi sewaktu hamil. Resik transmisi ibu – janin lebih besar selama infeksi primer HSV – 2 daripada episode kekambuhan. Kelahiran sesaria tidak lagi direkomendasikan untuk semua ibu dengan HSV karena infeksi transplasenta dapat timbul. Hanya ibu yang memperlihatkan bukti klinis lesi aktif yang harus melahirkan perabdomen. Asiklovir digunakan untuk mengobati infeksi HSV yang membahayakan bagi orang dewasa dan bayi baru lahir. Jika dipakai untuk infeksi primer, obat ini dapat mengurangi durasi penyakit, rasa nyeri, pembentukan lesi baru, dan waktu pemulihan. Obat ini efektif untuk menekan kekambuhan pada pemakaian jangka panjang. Tindakan pengendalian infeksi merupakan bagian penting dalam pengobatan. Tenaga kesehatan dan anggota keluarga harus mencuci tangan dengan baik. Sarng tangan harus dikenakan saat kontak dengan lesi atau sekresi. Anggota keluarga yang memiliki lesi oral harus diupayakan tidak mencium bayi baru lahir. Mereka juga harus diberi penjelasan tentang higiene genital dan pencegahan infeksi. Tenaga kesehatan yang terinfeksi HSV juga harus berhati – hati. Setiap orang yang memiliki lesi HSV oral harus mengenakan masker saat kontak dengan bayi baru lahir dan setiap
orang memiliki lesi kulit tidak boleh memberi perawatan langsung sampai lesi kering dan menjadi krusta.
ASKEP DASAR PADA KLIEN INFEKSI MATERNAL I. PENGKAJIAN AKTIVITAS / ISTIRAHAT Malaise, kelelahan SIRKULASI Mungkin ikterik ELIMINASI Disuria, frekuensi urinarius, penurunan haluaran urin, hematuria MAKANAN / CAIRAN Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan. Lidah dapat terlihat lesi atau luka ( leukoplakia terlihat pada AIDS ) NYERI / KETIDAKNYAMANAN Sakit punggung, nyeri badan, nyeri kolik terlihat pada pielonefritis akut. Nyeri dada dapat terjadi pada tuberkolosis. Gatal berat, nyeri rasa terbakar dengan lesi. Dapat mengeluh pruritus dengan hepatitis ( infeksius ) A atau B aktif. PERNAPASAN Batuk mungkin kental produktif, sputum purulen. Krekels ( rales ), mengi, bunyi nafas bronchial. KEAMANAN
Peningkatan suhu tergantung pada jenis infeksi : mis, rendah pada sistitis, demam tinggi pada pielonefritis. Menggigil, berkeringat malam. Riwayat infeksi urinarius ( ISK ). Kultur positif, peningkatan titer, lesi, skrining positif terhadap penyakit infeksius. Dapat mengalami kutil. lesi, atau kanker yang terlihat pada perianal atau genital. Pemajanan pada cairan tubuh atau produk darah pada praktek professional atau sebagai pasien menerima transfuse secara parenteral ; pembawa steptokokus beta hemolitika grup B ( GBS ) atau hepatitis virus B ( Hb, Ag, Anti HbcAg ) SEKSUALITAS Dapat mengalami ( lebih dari sekali ) riwayat kehilangan kehamilan trimester awal. Mungkin baru – baru ini terpajan pada pasangan heteroseksual / biseksual yang banyak dimana meningkatkan resiko pemajanan pada HIV dan penyakit hubungan seksual ( PHS ). Suami atau pasangan seksual mungkin hemofilia, memerlukan tranfusi darah dan menempatkan ia pada resiko memperoleh HIV. Rabas vagina mungkin bau busuk, warna abu – abu kehijauan ( infeksi trikomonas ); keputihan ( infeksi kandida ); encer, sedikit, kuning – kehijauan, bau busuk, “amis” ( infeksi gardnerella vaginalis ). Bercak stroberi pada dinding vagina / serviks ( infeksi trikomonas ). Membrane mungkn ruptur premature. Tinggi fundus tidak tepat untuk usia gestasi, kemungkinan menandakan retardasi pertumbuhan intrauterus ( IUGR ) berkenaan dengan rubella atau toksoplasmolisis atau berhubungan dengan usia gestasi yang kurang dari 37 minggu, menandakan peningkatan resiko terhadap GBS. INTERAKSI SOSIAL Imigran dari afrika atau Haiti dapat mengalami peningkatan resiko AIDS; imigran dari Asia tenggara, Amerika tengah, atau kepulauan Karibia dapat mengalami peningkatan resiko infeksi atau status karier virus hepatitis B ( HBV ); Amerika Asli, kota bagian tengah, populasi dengan social ekonomi rendah, dan juga imigran dari Negara tidak berkembangmengalami peningkatan resiko tuberkolosis. PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Factor – factor resiko termasuk diabetes; malnutrisi ; adiksi obat / alcohol ; anemia ; memiliki kelas social ekonomi rendah, yang meningkatkan kerentanan/pemajanan pada agen infeksi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Urinalisis / serum, kultur sensitifitas ; mendeteksi ISK, bakterimia asimptomatik, atau GBS. RPR ( terutama VDRL ) : tes terhadap sifilis. Smear vagina, rectal, dan servikal : Menentukan adanya Gonorea, infeksi Klamidia, bakteri, GBS, atau herpes genital. Titer viral : Mengidentifikasi adanya Rubella dan Sitomegalovirus ( CMV ) Derivat protein dimurnikan ( PPD ) : Tes gigi ; reaksi positif menandakan tuberculosis. Skrining hepatitis / HIV : Dilakukan pada danya perilaku berisiko Jumlah darah lengkap : Menunjukkan anemia dan indicator infeksi ( peningkatan SDP, pergeseran diferensial kekiri ). Sinar x dada : Menunjukkan lesi nodular, bercak infiltrate, kavitasi, jaringan parut, deposit kalsium Serial ultrasonografi : Mendeteksi IUGR Penumpukkan spesimen vagina : Menentukan ketuban pecah dini ( PROM ). PRIORITAS KEPERAWATAN 1. Mengidentifikasi / menyaring infeksi prenatal 2. Memberikan informasi tentang protocol perawatan 3. Meningkatkan kesejahteraan klien / janin TUJUAN PULANG 1. Risiko / kondisi individu dipahami 2. Kondisi, prognosis, ketuban tindakan dipahami 3. Berpartisipasi dalam regimen terapeutik 4. Kehamilan dipertahankan dengan tepat / sesuai keinginan
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi infeksi terhadap ibu dan janin berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer ( mis, kulit rusak, cairan tubuh statis ), ketidakadekuatan pertahanan sekunder ( mis, penurunan hemoglobin, imunosupresi ), ketidakadekuatan imunitas yang didapat, pemajanan lingkungan, malnutrisi, pecah ketuban. 2. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) mengenai pengobatan pencegahan, prognosis dari kondisi berhubungan dengan kurang pemajanan pada informasi dan / atau tidak mengenai sumber – sumber, kesalahan interpretasi. III. INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan : 1. Resiko tinggi infeksi terhadap ibu dan janin berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer ( mis, kulit rusak, cairan tubuh statis ), ketidakadekuatan pertahanan sekunder ( mis, penurunan hemoglobin, imunosupresi ), ketidakadekuatan imunitas yang didapat, pemajanan lingkungan, malnutrisi, pecah ketuban. Tujuan : Mengidentifikasi / menyaring infeksi maternal Kriteria Hasil : 1. Mengungkapkan pemahaman tentang banyak penyebab / factor resiko individu 2. Meninjau ulang teknik dan perubahan gaya hidup untuk menurunkan resiko infeksi 3. Mencapai penyembuhan tepat waktu, bebas komplikasi TINDAKAN / INTERVENSI Mandiri
RASIONAL
Tinjau ulang gaya hidup dan profesi terhadap
Penyalahguna obat dan professional pelayanan
adanya faktor – faktor risiko yang
kesehatan berisiko terhadap pemajanan HIV /
berhubungan.
AIDS dan HBV melalui kontak dengan jarum, cairan tubuh, dan produk darah yang terkontaminasi
Dapatkan informasi tentang pasangan seksual
Pasangan seksual multiple atau koitus dengan
klien masa lalu / saat ini dan pemajanan pada
pria biseks meningkatkan resiko pemajanan
PHS.
pada PHS dan HIV / AIDS
Kaji tanda dan gejala ; beri tahu dokter bila
Tanda – tanda infeksi yang dapat diidentifikasi
ada :
membantu untuk menentukan bentuk tindakan. Beberapa organisme mempunyai kegemaran terhadap unti fetoplasenta dan neonatus, meskipun klien mungkin asimtomatik; mis, organisme mycoplasma dan ureaplasma mempengaruhi wanita hamil dalam jumlah yang bermakna dan pernah dibiakkan dari janin aborsi meskipun ibunya bebas dari gejala
Lesi / kutil yang dapat terlihat
Dapat menandakan virus herpes simpleks tipe II ( HSV – II ), yang dapat ditularkan pada bayi baru lahir pada waktu kelahiran bila lesi ada pada waktu cukup bulan atau bila penyebaran virus terjadi
Frekuensi perkemihan; disuria; keruh, bau
Dapat dihubungkan dengan Escherichia coli
urin busuk
atau GBS, atau klien dapat mengalami bakteriuria asimtomatik
Perubahan warna, konsistensi, dan jumlah
Rabas abu – abu kehijauan dapat menandakan
rabas vagina
trikomoniasis ; rabas kental putih dapat menandakan infeksi Candidia albicans; rabas sedikit, berair, kuning keabu-abuan bau busuk ( “amis” ) menandakan infeksi Gardnerella
Tentukan infeksi virus tersebut primer atau
Kedua herpes virus ( CMV dan HSV – II )
berulang
timbul lagi pada saat stress. Namun hanya CMV primer yang merupakan masalah pada janin, dan hanya mempengaruhi 50% janin yang terpajan. Meskipun kekambuhan HSV-II dihubungkan dengan penurunan waktu penyebaran virus, bayi baru lahir, bila terpajan
pada virus saat kelahiran, dapat terkena baik janin lesi yang terlihat atau yang menyebar dari penyakit tersebut. Kaji kondisi ketuban ibu. Bila rupture, pantau
Organisme infeksius ditularkan melalui rute
tanda – tanda infeksi pada ibu/janin ( mis,
asenden meliputi klamidia, mikoplasma,
peningkatan suhu, jumlah sel darah putih ),
ureaplasma urealyticum, GBS dan
dan frekuensi jantung dan janin; atau bau rabas Haemophylus influenzae. Janin – janin yang vagina busuk
terinfeksi melalui rute ini kemungkinan mengalami bakterimia dan pneumonia
Kolaborasi Evaluasi pertumbuhan janin dengan memantau
Infeksi seperti rubella dan toksoplasmolisi
kemajuan pertumbuhan tinggi fundus
dapat mengakibatkan IUGR
berdasarkan seri ultrasonografi Dapatkan specimen dan pemeriksaan laboratorium yang tepat sesuai indikasi : Urine terhadap urinalisis rutin, kultur, dan
Bakteriuria asimtomatik ( jumlah koloni lebih
sensitivitas
besar dari 100.000/ml) terjadi pada sebanyak – banyaknya 12 % klien prenatal dan telah dihubungkan dengan pielonefritis akut dan kronis, kelahiran praterm, korioamnionitis, ibu sepsis pascanatal dan kerusakan congenital. Dari 1% - 5% ISK dihubungkan dengan GBS, yang menimbulkan penyebab meningitis neonatus.
Kultur rectal / vagina terhadap gonokokus /
Kira – kira 40% - 60% pasien dengan kultur
klamidia
gonokokus positif disertai infeksi klamidia, yang paling sering PHS dihubungkan dengan konjungtivitas dan pneumonia bayi baru lahir.
Infeksi gonorea selain optalmia neonatorum jarang didapati pada bayi baru lahir, tetapi penyebab meningkatnya frekuensi mortalitas neonatus dihubungkan dengan infeksi berat. Kultur vagina / serviks terhadap listeria
Demam yang asalnya tidak spesifik dan
monocytogenesis dan GBS
riwayat absorbsi, meningitis neonatus, sepsis, listeriosis congenital atau sepsis ibu postpartum dapat menandakan infeksi listeria berulang yang memerlukan pengobatan. Dari 5% - 30% wanita yang mengalami kultur GBS positif, mungkin asimptomatik. Tindakan dengan antibiotic diindikasikan pada gestasi 38 minggu atau lebih.
Titer rubella
Dari 5% - 15% wanita usia subur masih rentan terhadap rubella, yang mana mempunyai efek teratogenik yang teridentifikasi pada janin. Bila rubella menyerang pada trimester pertama, janin tidak mempunyai kesempatan untuk melepaskan dari efek – efek teratogenik. Bila rubella menyerang pada trimester kedua, janin mempunyai kesempatan 50% untuk terkena
Serum utnuk skrin hepatitis B bagi klien pada
Hepatitis pada trimester pertama dan kedua
kelompok resiko tinggi ( mis, orang Asia,
jarang mempengaruhi janin. Wanita yang
Amerika tengah, Kepulauan karibian )
mendapat hepatitis pada trimester ketiga mempunyai kemungkinan 60% menularkan keketurunannya karena kontak dengan produk darah pada waktu melahirkan. Status karier dapat beralih pada bayi bila mereka tidak
diobati saat kelahiran. Ini kemungkinan dapat mengakibatkan sirosis dan karsinoma hepatoseluler. Serum untuk skrin HIV bila ada prilaku resiko
AIDS merusak sistem imun, menyebabkan
tinggi ( pengguna obat intravena, professional
berbagai masalah, termasuk HSV-II, CMV,
perawatan kesehatan, teknisi laboratorium,
tiksoplasmosis, kandiidasis, sarcoma Kaposi
yang terpajan pada pasangan biseksual,
dan pneumonia.
resipien produk darah atau transfusi darah )
Membantu dalam mengidentifikasi organisme
Tambahkan bila perlu dengan tampungan
penyebab pneumonia bacterial dan
sputum dan hasil roentgen dada pada klien
tuberculosis aktif. ( catatan : tuberkulosisi
dengan gejala pernapasan
tidak diekserbasi oleh kehamilan )
Berikan antibiotik / obat – obatan sesuai indikasi : Penisilin, eritromisin atau spektinomisin
ISK, listeriosis, gonoroe, sifilis, pneumonia bacterial dan GBS ( pada gestasi minggu ke 38 atau lebih ) semua berespons terhadap pengobatan antimicrobial. Sebelum gestasi mingu ke-38, tindakan tidak efektif pada klien yang karier GBS, karena rekolonosasi terjadi sebelum kelahiran, dengan bayi masih resiko terhadap sepsis neonatus untuk meningitis.
Salep atau kapsul asiklovir ( Zovirax )
Menurunkan oenyebaran virus pada klien dengan HSV-II.
HPA-23 dan Zidovudine ( AZT )
Meskipun controversial, obat – obatan ini diizinkan oleh the Food and Drug Adsministration untuk memperpanjang hidup klien dengan HIV-positif
Pirimetamin ( Daraprim ) dan sulfadiasin
Mengontrol kemajuan penyakit pada toksoplasmolisis, tetapi telah diketahui
mempunyai efek – efek teratogenik pada janin Asam folat
Mengatasi efek samping dari pirimetamin
Nistatin ( Mycostatin ) supositoria/tablet
Diindikasikan untuk pengobatan Candida
vagina
albicans ( catatn : klien diabetic cenderung pada infeksi monilia, yang mungkin secara ekstrem tahan terhadap pengobatan prenatal )
Metronidazol ( Flagyl )
Diindikasikan untuk pengobatan infeksi, trikomonas setelah gestasi minggu ke-20. pengobatan pada mingu ke-20 pertama adalah simptomatik; infeksi trikomonas mungkin reseptif terhadap klotrimazol supositoria vagina. ( catatan : kedua pasangan harus diobati untuk mencegah infeksi ulang )
Isoniazid ( INH ) dalam kombinasi dengan
Pengobatan pilihan untuk tuberculosis, yang
etambutol hidroklorida atai rifampin
efek teratogeniknya diketahui. Streptomisin dihindari, karena hubungannya. Dengan kerusakan vestibular dan auditorius: pirazinamid juga dikontraindikasikan
Imun globulin hepatitis B ( HBIG ).
Dianjurkan untuk pemajanan pada hepatitis B
Gamma globulin
Dianjurkan untuk pemajanan pada hepatitis A
Siapkan bantuan dalam pemindahan kepusat
Ketersediaan staf dan peralatan menjamin
perawatan tertier sesuai indikasi.( rujuk pada
perawatan optimal bagi klien resiko tinggi dan
MK : Risiko Tinggi Kehamilan )
janin/ bayi baru lahir.
Siapkan untuk terminasi kehamilan atau
Kehamilan dapat diterminasi untuk kondisi
induksi persalinan sesuai indikasi.
seperti toksoplasmosis yang terjadi sebelum gestasi minggu ke-20 atau rubella pada trimester pertama.
2. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) mengenai pengobatan/pencegahan, prognosis dari kondisi berhubungan dengan kurang pemajanan pada informasi dan/atau tidak mengenal sumber – sumber kesalahan interpretasi Tujuan : Memberikan informasi tentang protocol perawatan Kriteria hasil : 1. Mengidentifikasi praktik – praktik pencegahan yang tepat 2. Memilih perubahan prilaku/gaya hidup sesuai indikasi 3. Mengikuti aturan pengobatan individual. 4. Menyebutkan tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi 5. Mengungkapkan pemahaman tentang pentingnya memberikan informasi yang perlu untuk pengumpulan data. TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri Identifikasi tanda dan gejala infeksi.
Infeksi ibu mungkin tidak serius, tetapi dapat
Diskusikan pentingnya untuk melaporkan
mempunyai implikasi yang serius pada janin.
dengan segera kepada pemberi pelayanan
Intervensi tepat waktu dapat mencegah
kesehatan.
komplikasi dan meningkatkan kemungkinan hasil positif.
Diskusikan bentuk transmisi infeksi khusus,
Memberikan informasi untuk membantu klien
bila dibutuhkan
membuat keputusan relative terhadap perubahan gaya hidup/prilaku; menguatkan perlunya pasangan untuk diobati.
Berikan informasi mengenai resiko yang
Orang yang bekerja mendialisis dan profesional
diidentifikasikan berhubungan dengan
pelayanan kesehatan yang menangani produk
perusahaan atau profesi klien. Tekankan
tubuh atau darah, berisiko terhadap pemajanan
penggunaan sarung tangan dan perlunya
pada HSV-II, HIV, dan HBV dan perlu
mencuci tangan bila klien harus memegang
menggunakan tindakan pencegahan yang
produk darah, saliva atau urin
umum.
Identifikasi faktor – faktor risiko berkenaan
Penggunaan obat intravena rentan terhadap
gaya hidup klien
transmisi perkutan dari HSV-II, HBV, HIV/AIDS, dan PHS lain. Keterlibatan dengan pasangan seks multipel meningkatkan resiko terinfeksi.
Diskusikan pentingnya menghindari kontak
Mencegah pemajanan membantu menurunkan
dengan orang yang diketahui terinfeksi, seperti
resiko terinfeksi. Dari 5% - 15% wanita usia
infeksi pernapasan, tuberkulosa, rubella ( bila
subur masih rentan terhadap rubella, yang
tidak imun ), dan hepatitis. Tekankan
tersebar melalui droplet. Imunisasi
pentingnya imunisasi rubella setelah kelahiran,
setelahkelahiran mengakibatkan imunitas
sesuai indikasi.
selama kehamilan selanjutnya.
Tinjau ulang tindakan hygiene, termasuk
Membantu mencegah kontaminasi E. coli rectal
mengusap vulva dari depan kebelakang setelah
kevagina dan menurunkan kontaminasi dengan
berkemih dan sering mencuci tangan (termasuk
virus/\bakteri lain yang mungkin ditularkan
setelah kontak minimal )
melalui praktek hygiene buruk. Infeksi listeria dianggap ditularkan melalui kontak dengan binatang.
Anjurkan klien untuk minum 6 sampai 8 gelas
Dapat membantu mencegah ISK berkenaan
cairan per hari dan berkemih secara teratur.
dengan statis urin. Klien dengan bakteriuria
Diskusikan hasil tes urin
asimptomatik ( jumlah koloni lebih besar dari 100.000/ml ). Mungkin berisiko melahirkan secar premature, kerusakan congenital pada keturunan congenital pada keturunan atau anemia.
Anjurkan klien untuk berkemih setelah koitus
Dapat mencegah/menurunkan resiko ISK dan transmisi PHS, khusunya CMV, dan uretritis non-gonokokal
Anjurkan menggunakan sarung tangan saat
Membantu mencegah toksoplasmosis, paling
berkebun, menghindari kontak dengan kotak
sering diperlukan di Amerika Serikat melalui
kotoran kucing saat hamil, dan memasak
kontak dengan fese kucing. Banyak hidangan
daging pada suhu adekuat.
olahan daging orang perancis dan Jepang dimakan dalam keadaan mentah atau tidak dimasak, karenanya meningkatkan resiko terkena toksoplasmosis
Anjurkan cara alternative untuk kepuasaan
Bercumbu atau masturbasi untuk kepuasaan
seksual klien dengan HSV-II, HIV/AIDS, atau
seksual membantu mencegah penyebaran
HBV aktif
infeksi pada pasangan seksual.
Berikan informasi tentang efek infeksi yang
Infeksi mempengaruhi kira – kira 15% dari
dapat terjadi pada klien/janin
seluruh kehamilan. Untuk beberapa infeksi, seperti rubella, hasil mungkin dapat diperkirakan, bila usia gestasi saat janin terpajan diketahui. Untuk infeksi ibu yang lainnya, seperti yang disebabkan oleh organisme ureaplasma, mycoplasma atau listeria, akan lebih sulit untuk memperkirakan hasil janin/neonatus, khususnya karena klien mungkin asimptomatik. Banyak infeksi tidak menimbulkan masalah serius pada ibu, tapi dapat memberikan berbagai efek pada janin. Dua pertiga bayi yang terpajanan ini terinfeksi dalam uterus, dengan efek yang diakibatkan pada hepar dan otak. Infeksi saluran asenden mempunyai kesempatan lebih besar mengakibatkan bakterimia neonatus dan pneumonia.
Diskusikan perlunya tindakan yang mungkin
Obat – obatan ini telah diketahui mempunyai
mempunyai implikasi serius terhadap janin,
efek teratogenik pada bayi baru lahir. Bila
seperti sulfadiazine dan pirimetamin
toksoplasmosis ada, janin dirusak dengan
( digunakan untuk mengatasi toksoplasmosis ),
penyakit atau tindakan. Hiperbilirubinemia
atau sulfonamide oral ( untuk mengatasi ISK
neonatus dan kernikterus dapat terjadi pada
selama minggu akhir dari gestasi )
penggunaan sulfonamid oral.
Tinjau ketersediaan pilihan pada kasus efek
Janin lebih rentan pada efek rubella diawal
teratogenik yang diketahui
gestasi. HBV lebih berisiko terhadap fetus trimester ketiga. Efek teratogenik dari toksoplasmosis meliputi retardasi pertumbuhan, klasifikasi SSP, mikrosefali, hidrosefali, dan korioretinitis. Klien/pasangan dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan pada kasus infeksi rubella atau toksoplasmosis tergantung pada tahap gestasi dimana pemajanan terjadi. Kelahiran dengan cara operasi dapat
Diskusikan efek infeksi yang dapat terjadi pada
diindikasikan pada kasus infeksi tertentu,
tipe dan saat kelahiran
seperti HSV-II bila klien mempunyai herpes aktif dengan ketuban pecah selama lebih dari 46 jam. Bila klien atau janin telah mengalami infeksi saluran asenden diikuti PROM, janin perlu dilahirkan sebelum cukup bulan untuk mencegah sepsis ibu/janin Transmisi melalui kontak seksual menuntut
Neisseria gonorrheae
pengobatan terhadap kedua pasangan, penggunaan kondom, dan menghindari seks orogenital sampai kultur pasca-pengobatan negative pada kunjungan tindak lanjut dalam 2 kali berturut – turut. Pemajanan pada hepatits A atau B dapat
Hepatitis A dan B, termasuk penandaan status
mengakibatkan anomaly janin, kelahiran
karier hepatits B ( meliputi HBV, HB,Ag,anti
praterm, kematian janin intrauterine, atau
HbcAg )
hepatitis janin/neonatus. Status karier HBV
kronis dapat mengakibatkan sirosi dan kanker hepatoseluler Penularan terjadi melalui kontak seksual selam HSV-II
penyebaran virus, yang berakhir 21 hari pada infeksi primer aktif dan 12 hari pada infeksi berulang. Stressor seperti kehamilan dapat menyebabkan penyebaran virus. Periode untuk HIV direntang dari 6 bulan
Status HIV positif
sampai 5 tahun atau lebih. Karena sifat imunosupresifnya, HIV/AIDS mengakibatkan infeksi oportunistik, yang meliputi pneumonia, meningitis dan ensefalitis, disebabkan oleh CMV, herpesvirus, toksoplasma, histoplasma, Candida atau Pneumocystis carinii. Memandikan bayi baru lahir dengan segera
Diskusikan perawatan bayi baru lahir dan
setelah kelahiran dan memberikan HBIG dan
perlunya untuk menindaklanjuti pada bayi yang vaksin hepatitis B akan mencegah bayi terkena lahir dari ibu dengan status karier HBV atau
virus. Imunisasi lanjutan dengan vaksin
aktif
hepatitis B perlu dilakukan pada bayi baru lahir di bulan ke-1 dan ke-6 Sebagai contoh, studi longitudinal dari anak –
Berikan informasi, spesifik pada infeksi,
anak usia 3,5 sampai 7 tahun, menunjukkan
mengenai kemungkinan efek jangka panjang
bahwa efek dari CMW terus berlanjut,
dan periode inkubasi.
mengakibatkan ketidakmampuan belajar, deficit motorik, tuli, dan IQ lebih rendah dari normal. Dapat membantu klien dalam mengumpulkan
Identifikasi kelompok bantuan diri dan sumber – sumber dukungan komunitas
informasi dan mengatasi isu - isu
(Sumber: buku rencana asuhan keperawatan maternitas,doengos.2001)
ANEMIA A. Pengertian Wanita hamil atau masa nifas dinyatakan menderita anemia bila kadar
hemoglobinnya
dibawah 10 g/dl. Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan sering menyulitkan diagnosa dan penatalaksanaan penyakit – penyakit kelinan darah. Penurunan kadar Hb pada wanita sehat yang sedang hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan olume sel darah merah dan hemoglobin. Hal ini terutama terjadi pada trimester kedua.(kapita selekta kedokteran,2001) Pada akhir kehamilan, ekspansi plasma menurun sementara hemoglobin meningkat. Pada saat nifas, bila tidak terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar, konsentrasi hemoglobin tdak berbeda saat hamil. Biasanya hal ini dipertahankan selama bebrapa hari sebelum akhirnya meningkat kenilai sebelum hamil. B. Etiologi Penyakit yang menyebabkan anemia dalam kehamilan : 1. Yang didapat : anemia defisiensi besi, anemia akibat perdarahan, anemia akibat radang atau keganasan, anemia megaloblastik, anemia hemolitik didapat, anemia aplastik atau hipoplastik 2. Yang diturunkan / herediter : talasemia, hemoglobinopati lain, anemia hemolitik herediter Dua anemia yang sering ditemukan adala anemia akibat defisiensi besi dan akibat perdarahan C. Komplikasi Abortus, persalinan preterm, partus lama karena inersia uteri, perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri, syok, infeksi intra persalinan maupun pasca persalinan, payah jantung pada anemia yang sangat berat, hingga kematian bagi ibu. Janin yang dikandungnya dapat megalami kematian, prematurits, cacat bawaan, hingga kekurangan cadangan besi.
Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan. ( Sumber: buku ilmu kebidanan, sarwono.2005). Anemia Defisiensi Besi Pemeriksaan awal yang dilakukan adalah pemeriksaan darah tepi lengkap, sediaan hapus darah tepi, pegukuran konsentrasi besi serum, dan/atau feritin serum. Gambaran morfologi eritrosit mikrositik hipokrom lebih jarang ditemukan pada wanita hamil daripada wanita biasa dengan Hb yang sama. Didiagnosis pada wanita dengan anemia sedang biasanya berdasarkan penghapusan penyebab anemia lain. Jika wanita tersebut diberikan terapi besi adekuat, terdapat peningkatan hitung retikulosit. Penatalaksanaan berupa pemberian Fe Sulfat, fumarat atau glukonat secara oral dengan dosis 1 x 200 mg. tidak perlu diberikan asam askorbat atau sari buah. Jika tidak dapat secara oral, berikan secara parenteral. Untuk memenuhi cadangan besi, berikan terapi sampai 3 bulan setelah anemia diperbaiki. Jarang dilakukan tranfusi kecuali terdapat juga hipovolemia atau harus dilakukan operasi darurat. Anemia Akibat Perdarahan Biasanya lebih jelas ditemukan pada masa nifas, dapat disebabkan plasenta previa atau solusio plasenta, atau anemia sebelum melahirkan. Pada awal kehamilan, sering disebabkan absorbsi, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Perdarahan masif harus segera ditangani untuk mengembalikan dan mempertahankan prfusi organ vital. Setelah hipovolemia teratasi dan hemostatis tercapai, lakukan terapi pmberian Fe. Pada wanita dengan anemia sedang yang Hbnya > 7 g/dl, tidak demam dan stabil tanpa resiko perdarahan berikutnya. Terapi Fe selam 3 bulan lebih baik daipada transfusi darah Anemia Megaloblastik
Biasanya disebabkan defisiensi asam folat, sering ditemukan pada wanita yang jarang mengkonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein hewani tinggi. Gejalanya meliputi mual, muntah dan anoreksia yang bertambah berat. Pada pemeriksaan stadium apus darah, ditemukan tanda awal berupa hipersegmentasi neutrofil. Sesuai perkembangan anemia, produksi eritrosit menurun,makrositik, meskipun bila sebelumnya terdapat mikrositik karena anemia defisiensi besi. Dalam keadaan demikian, makrositik yang baru terbentuk tidak dpat dideteksi dengan pengukuran HER, tapi melalui pemeriksaan sediaan hapus darah tepi. Pada sum – sum tulang terjadi eritropoesis megaloblastik danbila anemia bertambah brat, dapat terjadi trombositopenia dan leukopenia. Fetus tidak terpegaruh oleh anemia yng diderita ibu, namun dapat menderita cacat bawaan. Penatalakanaan dapat berupa pemberian asam folat 1 mg/hari secara oral, diet yang bergizi dan besi. Biasanya 4 – 7 hari setelah terapi dimulai, hitung etikulosit mulai meningkat dan leukopenia serta trobositopenia yang terjadi terkoreksi. Pencegahan melalui pemberian asam folat 4 mg/hari sebelum dan sebelum kehamilan. Talasemia Talasemia ( anemia cooly atau mediterance ) merupaka anemia relatif umum terjadi, dimana jumlah globin yang diproduksi tidak cukup untuk mengisi sel – sel darah merah. Talasemia merupakan gangguan herediter yang disebabkan kelainan sintesis rantai beta globulin dan rantai alfa – globulin. Talasemia beta merupakan varietas yang lebih umum ditemukan DiAmerika Serikat dan sering kali didiagnosis pada individu keturunanbitalia, yunani atau cina bagian selatan. Sintesa globulin yang tidak seimbang menyebabkan kematian sel darah merah prematur, yang mengakibatkan anemia berat. Talasemia mayor adalah bentuk gangguan yang homozigus. Talasemia minor merupakan bentuk heterozigus. Talasemia mayor dapat memperburk kehamilan. Preklamsia lebih umum terjadi pada wanita yang menderita talasemia mayor. Tellasemia mayor dapat diasosiasikan dengak bayi lahir rendah dan peningkatan limbah janin. Berat plasenta sering meningkat, mungkin akibat anemia maternal. Frekuensi distres janin akibat hipoksia lebih tinggi daripada frekuensi distres janin
pada wanita hamil normal. Dengan demikian wanita hamil dengan talasemia mayor harus diawasi dengan ketat. Tranfusi reguler mingki dibutuhkan. Asam folat harus diberikan untuk menghindri defisiensi asam folat. Transfusi pertukaran parsial dapat dilakukan pada talasemia berat. Individu yang mendrita talasemia minor mengalami anemia prsisten, tetapi sel darah mrah dapat norml atau bahkan meningkat. Bayi – bayi yang lahir dari orang tua yng mengalami gangguan talasemia akan mewarisi gangguan ini. Individu yang hidup dengan talasemia minor memiliki masa hidup yang normal walaupun kadar hemoglobinnya menurun secara moderat.(Sumber : buku ajar maternitas keperawatan,bobak,2005).
ASKEP KLIEN DENGAN ANEMIA PENGKAJIAN I.
IDENTITAS KLIEN
II.
RIWAYAT KESEHATAN I.1 Riwayat Kesehatan Dahulu Klien pernah mendapatkan atau menggunakan obat-obatan yang mempengaruhi sumsum tulang dan metabolisme asam folat. Riwayat kehilangan darah kronis mis: perdarahan GI kronis, menstruasi berat(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan) Riwayat endokarditis infektif kronis. Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Riwayat TB, abses paru. Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis: benzene, insektisida, fenil butazon, naftalen. Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi, penyakit malabsorbsi, lan spt: enteritis regional, manifestasi caciong pita, poliendokrinopati, masalah autoimun. Penggunaan anti konvulsan masa lalu / sekarang, antibiotic, agen kemoterapi, aspirin, obat antiinflamasi, atau anti koagulan. Adanya / berulangnya episode perdarahan aktif (DB) Pembedahan sebelumnya: splenektomi, eksisi tumor, penggantian katup prostetik, eksisi bedah duodenum, reseksi gaster, gastrektomi parsial / total. I.2 Riwayat Kesehatan Sekarang Keletihan, kelemahan, malaise umum Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. klien mengatakan bahwa Ia Depresi
Sakit kepala Nyeri mulut & lidah Kesulitan menelan Dyspepsia, anoreksia Klien mengatakan BB menurun Nyeri kepala,berdenyut, sulit berkonsentrasi Penurunan penglihatan Kemampuan untuk beraktifitas menurun I.3 Riwayat Kesehatan Keluarga Kecendrungan keluarga untuk anemia. Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia congenital. Keluarga adalah vegetarian berat. Social ekonomi keluarga yang rendah. III.
PEMERIKSAAN FISIK III.1 Kardiologi o Kardiomegali , Hepatomegali o Edema perifer o Takikardi, palpitasi, III.2 Pernafasan Takipnea, orthopnea, dispnea. III.3 Sirkulasi TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil & tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Bunyi jantung murmur sistolik (DB) Ekstremitas: pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa, Sclera biru atau putih seperti mutiara. Pengisisan darah kapiler melambat
Kuku mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koilonika) (DB) Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature III.4 Gastrointestinal o Diare, muntah, o glositis (peradanagan lidah) o melena/ hematemesis III.5 Neurologi o Parastesia o Ataksia o Koordinasi buruk o Bingung III.6 Integuman o Mukosa pucat,kering o Kulit kering IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG IV.1 Pemeriksaan Diagnostik
Jumlah darah lengkap JDL) : HB & HT menurun o Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik), MCV & MCH menurun, & mikrositik dg eritosit hipokromik (DB), peningkatan (AP), pansiitopenia (aplastik) o Jumlah retikulosit bervariasi :menurun(AP), meningkat (hemolisis) o Pewarnaan SDM: mendeteksi perubahan warna & bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia) o LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi o Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnosa anemia o Tes kerapuhan eritrosit : Menurun (DB) o SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal/tinggi (hemolitik)
Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb
Bilirubin Serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia
Besi serum : tak ada(DB), tinggi (hemolitik)
TIBC serum : menurun (DB)
Masa perdarahan : memenjang (aplastik)
LDH serum : mungkin meningkat (AP)
Tes Schilling : penurunan eksresi vit. B12 urin (AP)
Guaiiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut/kronis (DB)
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatann pH dan tak adanya asam hidrokolorik bebas (AP)
Aspirasi sum-sum tulang/pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia
Pemeriksaan endoskopoi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan, perdaraha GI
Analisa data dan masalah keperawatan No 1. DS:
Analisa data
etiologi Penurunan
masalah Gangguan
klien mengeluhkan lemah
komponen
perfusi
klien mengeluhkan sakit kepala
pengangkut O2
jaringan
klien mengatakan bahwa terjadi penurunan urinnya klien mengatakan ia sering merasakan berdebar-debar klien mengatakan bahwa napasnya terasa sesak DO:
kulit terlihat pucat palpitasi, angina nafas cepat rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur Kuku mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koilonika) Pengisisan darah kapiler melambat Edema perifer Membrane mukosa kering Ekstremitas dingin 2
Perubahan tekanan darah DS:
ketidakseimbagan
Klien mengatakan bahwa ia
suplai & kebutuhan Akatifitas
merasakan lemah dan letih
O2
Klien mengatakan klien menyatakan nyeri, sakit kepala
Klien mengatakan penglihatannya kabur
Klien menyatakan penurunan semangat utk bekerja
Klien menyatakan bahwa ia membutuhkan banyak tidur
Klien mengatakan mudah letih saat bekerja
Intoleransi
DO:
Klien terlihat meringis menahan nyeri
Klien terlihat lesu, lemah
Klien terlihat mengatuk, ptosis
Kehilangan tonus otot
Palpitasi, takikardi, peningkatan TD
3
Parastesia, ataksia DS:
gangguan
Klien mengeluh sulit menelan
pencernaan
Klien mengeluh tidak nafsu
ketidakmampuan
Kurang dari
makan
mencerna/
kebutuhan
Klien menyatakan mual
menyerapnutrisi
tubuh
Klien mengatakan bahwa ia sering BAB/ diare
Klien mengeluh mulutnya terasa nyeri
DO:
Glositis
Mukosa Mulut kering, pecahpecah
BB rendah
Klien terlihat lemah
Kulit kering dan pecah-pecah
V.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan / Nutisi
yang pentingdalam pembentukan SDM normal
1: Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan komponen pengangkut O2 Tujuan: Peningkatan perfusi jaringan K.H: menunjukan perfusi adekuat, mis: tanda vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat, mental seperti biasa. Intervensi Tindakan
Rasional
Mandiri Awasi tanda vital, kaji pengisian Memberikan informasi tentang derajt/ kapiler,
warna
kulit/
membrane keadekuatan perfusi jaringan & membantu
mukosa, dasar kuku menentukan kebutuhan intevensi Tinggikan kepala tempat tidur sesuai Meningkatkan ekspansi paru toleransi
memaksimalkan
oksigenasi
& untuk
kebutuhan seluler.catt:kontraindikasi bila ada hipotenti Awasi upaya pernapasan: auskultasi Dispnea, gemercik bunyi
napas,
perhatikan
bunyi karena
adventisus Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi
regangan
menunjukanGJK jantung
lama
/
peningkatan kompensasi curah jantung. Iskemia seluler mempengaruhi jaringan
miokardial/ potensial resiko infark Kaji untuk respon verbal melambat, Dapat mengindikasikan gangguan fungsi mudah teransang, agitasi, gangguan serebral
karena
hipoksia/
defisiensi
memori, bingung vit.B12 Orientasikan ulang pasien sesuai Membantu memperbaiki proses piker & kebutuhan. Catat jadwal aktivitas kemampuam melakukan/ memperthankan pasien untuk dirujuk. Berikan waktu kebutuhan AKS untuk
berpikir, komunikasi,
aktivitas Catat nkeluhan
rasa
dan
dingin, Vasokonstriksi
menurunkan
sirkulasi
perthankan suhu lingkungan & tubuh perifer. Kebutuhan rasa hangat harus hangat sesuai indikasi
seimbang
dengan
kebutuhan
untuk
menghindari panas berlebihan pencetus
Hindari
penggunaan
vasodilatasi bantalan Termoreseptor jaringan dermal dangkal
penghangat / botol air hangat. Ukur karena gangguan oksigen suhu air mandi dengan thermometer Kolaborasi Awasi
pemeriksaan
laboratorium, Mengidentifikasi defisiensi & kebutuhan
mis: Hb/Ht, &jumlah SDM, GDA. pengobatan/ respon terhadap nyeri Berikan SDM lengkap/packed, Meningkatkan jumlah sel pembawa O2, produk darah sesuai indikasi, awasi memperbaiki defisiensi untuk menurunkan komplikasi transfuse resiko perdarahan Berikan tambahan O2 sesuai indikasi Memaksimalkan transport O2 ke jaringan. Siapkan intervensi pembedahan Transplantasi sumsum tulang dilakukan sesuai indikasi
pada kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik
2 Intoleransi Akatifitas b.d. ketidakseimbangan suplai & kebutuhan O2 Tujuan: kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi mandiri atau dengan bantuan orang lain. K.H:
1. melaporkan peningkatan toleransi aktifitas (termasuk aktifitas sehari-hari). 2.
menunjukan penurunan tanda fiosiologis intoleransi, mis: nadi, pernapasan, & TD masih dalam rentang normal. Intervensi: Tindakan
Rasional
Mandiri Kaji kemampuan pasien untuk
Mempengaruhi pilihan intrvensi/ bantua
melakukan tugas normal, catat laporan kelelahan, keletihan, & kesulitan menyelesaikan tugas Kaji kehilangan / gangguan
Menunjukan perubahan neurology karena
keseimbangan gaya jalan, kelemahan
defisiensi vit B12 mempengaruhi
otot Awasi TD, pernapasan, selama &
keamanan pasien / resiko cidera Manifestasi kardiopulmonal dari upaya
sesudah aktifitas. Catat respon
jantung & paru untuk membawa jumlah
terhadap tingkat aktifitas(mis:
O2 adekuat kejaringan
peningkatan denyut jantung/TD, disritmia, pusing, dispnea, takipnea, dsb) Berikan lingkungan tenang.
Meningkatkan istirahat untuk menurunkan
Pertahankan tirah baringbila
kebutuhan O2 tubuh & menurunkan
diindikasikan. Pantau & batasi
regangan jantung&paru
penunjung,telepon& gangguan berulang tindakan yang tidak direncanakan Ubah posisi pasien dengan perlahan
Hipotensi postural/ hipoksia serebral dapat
& pantau terhadap pusing
menyebabkan pusing, berdenyut &
Prioritaskan jadwal asuhan
peningkatan resiko cidera Mempertahankan tingkat energi &
keperawatan utk meningkatkan
meningkatkan regangan pada system
istirahat Berikan bantuan dlm aktivitas/
jantung & pernapasan Membantu bila perlu, harga diri
ambulasibila perlu, memungkinkan
ditingkatkan bila kpasien melakukan
pasien utk melakukannya sebanyak
sesuatu sendiri
mungkin Rencanakan kemajuan aktivitas dg
Meningkatkan secara bertahap tingkat
pasien. Tingkatkan tingkat aktivitas
aktivitas sampai normal & memperbaiki
sesuai toleransi
tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meningkatkan rasa harga diri & rasa
Gunakan teknik penghematan
terkontrol Mendorong pasien melakukan banyak dg
energi,Mis: mandi dg duduk
membatasi penyimpanan energi &
Anjurkan pasien utk menghentikan
mencegah kelemahan Regangan/stress kardiopulmonal
akatifitas bila palpitasi, nyeri dada,
berlebih/stress dpt menimbulkan
napas pendek, kelemahan, atau
dekompensasi/kegagalan.
pusing 3 Gangguan Nutisi Kurang dari kebutuhan tubuh b.d. gangguan pencernaan / ketidakmampuan mencerna/ menyerapnutrisi yang pentingdalam pembentukan SDM normal Tujuan: memberikan kebutuhan nutrisi/cairan K.H: Menunjukan peningkatan berat badan, atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal. Tidak mengalami tanda malnutrisi Menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan &/ mempertahankan BB yang sesuai Intervensi: Tindakan
Rasional
Mandiri Kaji riwayat nutrisi termasuk
Mengidentifikasi defisiensi, menduga
makanan yang disukai Observasi & catat masukan
intervensi Mengawasi masukan kalori/kualitas
makan pasien Timbang BB tiap hari
kekurangan konsumsi makanan Mengawasi penurunan BB / efektifitas
Berikan makanan sedikit &
intervensi nutrisi Makan sedikit dpt menurunkan kelemahan &
frekuensi sering
meningkatkan pemasukan & juga mencegah
Observasi & catat kejaduian
distensi gaster Gejala GI dpt menunjukan efek anemia
mual muntah, flatus & gejala
(hipoksia ) pd organ
lain yg berhubungan Berikan & Bantu hygiene mulut
Meningkatkan nafsu makan & pemasukan oral,
yg baik
menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan resiko infeksi
Kolaborasi Konsul pd ahli gizi
Membantu utk membuat rencana diet utk memenuhi kebutuhan individual
Pantau aktifitas labor
Meningkatkan efektifitas program pengobatan termasuk sumber diet nutrisi yg dibutuhkan
Berikan obat sesuai indikasi Vitamin & suplemen mineral
Kebutuhan penggantian tergantung pd tipe anemia
Besi dextran (IV/IM)
Diberikan sampai deficit teratasi
Tambahan besi oral
Berguna pd tipe anemia defisiensi Fe
Asam hidroklorida Anti jamur/ pencuci mulut
Mempunyai sifat absorbsi vit B12 Mungkin diperlukanpd stomatitis/glositis. Utk
anestetik jika diindikasi
meningkatkan penyembuhan jaringan mulut &
Berikan diet halus, rendah serat,
memudahkan masukan Bila ada lesi oral, nyeri dpt membatasi tipe
hindari makanan pedas, terlalu
makanan yg dpt ditoleransi pasien
asm atau sesuai indikasi. Berikan suplemen nutrisi,mis:
Meningkatkan masukan protein & kalori
ensure, isocal
Daftar pustaka Bobak, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC Sarwono, dkk.2005. Ilmu Kebidanan . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. R Mochtar, MPH. 1989. Sinopsis Obstetri : obstetri fisiologi, obstetri patologi. Jakarta : EGC Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. Price , Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep klinis proses – proses penyakit. Jakarta : EGC Doenges, E Marilynn. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal/bayi.2001. Jakarta : EGC