117 84 4 MB
Indonesian Pages [194] Year 1997
Table of contents :
Front Cover
1983 1988 1993 1995 ...
TABEL 2.A.6 ...
- ...
| ...
|||| ...
EE ...
----@_t_64+ ...
baru di Irja, NTB, dan Pongkor Jabar, ...
TABEL 2.D.4 ...
No. ...
है ...
1 ...
GAMBAR 2.E.1.3 ...
GAMBAR 2.E.1.5 ...
ribu buah ...
Peringkatan angkatan peryebarangan makin memantapkan hubungan antara simpul-simpul ...
ANGKUTAN KERETA API ...
TABEL 2.E.S ...
TABEL 2.E.6 ...
No. ...
TABEL 2.F.1 ...
1993/94 ...
GAMBAR 2.F.1.3 ...
TABEL 2.F.2 ...
hi ...
GAMBAR 2.F.2.3 ...
694.2 ...
TABEL 2.F.4 ...
GRAFIK 2.F4.2 ...
TABEL 2.6.2 ...
...
TABEL 2.G.5 ...
TABEL 2.H.6 ...
GRAFIK 2.1.1.1 ...
L. ...
HOTELS ...
Keglatan ...
TABEL 3.F.5 ...
UNIVERSITY OF MICHIGAN ...
GRAD HC
447 .156 1997 v.1
wwww GOLONGAN KARYA
INFORMASI DAN KAJIAN PEMBANGUNAN NASIONAL
BUKU -
-
HASIL- HASIL PEMBANGUNAN NASIONAL
Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya Jakarta 1997
E H T E
KE
TH
T
SI
ER
SE
VER OF
S E I R IL BRA AN.
CHIG
EMRI
UF
GOLONGAN KARYA
INFORMASI DAN KAJIAN PEMBANGUNAN NASIONAL
BUKU - | HASIL- HASIL PEMBANGUNAN NASIONAL
Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya Jakarta 1997
ERAD HC
447
-156
1991 V, A
AYRANLADMO.Ge
r
EL Stucke NPAC - INDO SEASI
11-28.97
PENGANTAR
Buku I, Hasil-hasil Pembangunan Nasional, melaporkan hasil
hasil pembangunan nasional dalam kurun waktu 1968-1995 /96 . Melalui buku ini, dengan angka -angka ditunjukkan perkembangan nasional dan hasil-hasilnya. Buku ini dimaksudkan sebagai bahan referensi yang konkrit dan bersifat kuantitatif bagi para kader Golkar dalam memberikan
penjelasan kepada masyarakat mengenai hasil-hasil pembangunan selama PJP I dan dalam dua tahun pertama PJP II. Disesuaikan dengan kondisi
dan forumnya masing-masing kader Golkar diharapkan dapat mengembangkan ulasan lebih lanjut dari data -data ini. Buku ini terdiri dari empat bagian. Bagian I Umum berisi rangku man indikator- indikator Ekonomi dan Sosial antara lain Kependudukan, Produksi Nasional, dan Indikator Sosial. Bagian II Ekonomi terdiri dari 9 sub bagian, yaitu Keuangan dan Perbankan ; Pertanian, Pengairan dan
Kehutanan; Industri; Pertambangan dan Energi; Perhubungan dan Pekerjaan Umum ; Pariwisata , Pos dan Telekomunikasi; Perdagangan,
Koperasi dan Penanaman Modal; Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Bagian III Kesejahteraan Rakyat terdiri dari: Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; Pendidikan dan Kebudayaan; Kesehatan , Keluarga Berencana dan
Kesejahteraan Sosial; Perumahan dan Pemukiman; Peranan Wanita dan Generasi Muda; Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Penelitian. Bagian IV
Politik terdiri dari : Aparatur Pemerintah; Hukum dan Perundang Undangan; Penerangan dan Media Masa.
i
Hasil-hasil pembangunan pada masing-masing bagian tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang masing -masing diikuti oleh narasi. Narasi mengupas mengenai makna dari berbagai tabel dan grafik tersebut. Dengan demikian, tabel dan grafik tersebut baik secara sendiri sendiri maupun sebagi kelompok dapat dipergunakan untuk menjelaskan
hasil pembangunan bidang tertentu secara lebih utuh. Untuk memperoleh bahan yang lebih lengkap tentunya harus mencari sumber-sumber rujukan lain , seperti lampiran pada pidato kenegaraan Presiden RI tanggal 16 Agustus 1995, terbitan- terbitan BPS dan bahan -bahan lainnya.
ji
DAFTAR ISI Halaman
Pengantar
i
DAFTAR ISI...........
ii
I.
UMUM
Tabel 1.1 Penduduk dan pertumbuhannnya, 1971 , 1980, 1990, 1993, 1994 ......
dan 1995.............
1
1.2 Persentase penduduk menurut
wilayah kota dan perdesaan 1971 , 2
1980, 1990 dan 1995 ............
1.3 Produk domestik bruto,, 1969 - 1995 .................. 3 1
1.4 Distribusi persentase produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut beberapa lapangan usaha, 1969-1995...........
4
1.5 Laju pertumbuhan ekonomi, 1969-1995 ............ 5 1.6 Laju pertumbuhan sektor pertanian, 1969-1995
6
1.7 Laju pertumbuhan sektor industri, 1969-1995
1.8
Pendapatan perkapita, 1969-1995.
7 8
Pola pengeluaran konsumsi rumahtangga Perkapita sebulan, 1969, 1980, 1990 , 1993 ........ 9 10 1.10 Distribusi pendapatan rumahtangga . 1.9
1.11 Jumlah penduduk miskin, 1976-1993 ............ 1.12 Laju inflasi, 1966-1995 ............
11 12
Hii
1.13 Beberapa indikator sosial, Repelita I Repelita VI........... II
...... 13
EKONOMI A. KEUANGAN DAN PERBANKAN
Tabel 2.A.1 Penerimaan pemerintah, Repelita I
14
Repelita VI
2.A.2 Penerimaan dalam negeri, Repelita I Repelita VI.......
15
2.A.3 Penerimaan pajak, Repelita I Repelita VI ..... 2.A.4. Dana pembangunan , Repelita I Repelita VI 2.A.5 Pengeluaran subsidi daerah otonom , Repelita I - Repelita VI .........
16
17
.....
18
2.A.6 Pengeluaran untuk bantuan proyek -pruyek 19 inpres Repelita I - Repelita VI ............ 2.A.7 Jumlah bank dan kantor bank, 1969/70 1995/96 ...........
20
2.A.8 Jumlah uang beredar, 1973/74 1995/96
21
2.A.9 Jumlah giro, deposito dan tabungan, 1968 -1996
2.A.10 Kredit yang diberikan kepada sektor swasta, 1968- 1995 ..........
22
23
2.A.11 Kredit usaha kecil (KUK ), 1990 - 1995 .. 24 2.A.12 Kredit pemilikan rumah (KPR ), Kredit umum pedesaan (Kupedes ), dan ....... 25 Koperasi, 1984 - 1995 ............ iv
2.A.13 Cadangan Devisa , 1969 - 1995.........
26
B. PERTANIAN , PENGAIRAN DAN KEHUTANAN 2.B.1
Produksi beras, 1968 - 1995 .................
27
Tabel
2.B.2
Rata -rata produksi per hektare padi dan .... palawija, 1968-1995 .......
28
2.B.3
Produksi tanaman dan luas areal
perkebunan I, 1968-1995 .......... 2.B.4
Produksi tanaman dan luas areal 30
perkebunan II, 1968-1995 ..... 2.B.5
Produksi perikanan laut dan darat, 1968-1995 ........
2.B.6
...
..........
32
Pembangunan pengairan, 1973/74 - 1995/96
Gambar 2.B.8 2.B.9
..... 31
Produksi daging, telur dan susu , 1968-1995
2.B.7
29
........
33
Perkembangan luas hutan /kebun rakyat 34 Perkembangan unit dam pengendali/
penahan 2.B.10 Perkembangan luas HTI 2.B.11 Perkembangan jumlah desa yang ....
memperoleh bina desa HPH ........
35 36
37
C. INDUSTRI Tabel
2.C.1
Produksi beberapa komoditi sektor industri, 1968/69 - 1995/96 ........
Gambar 2.C.1.1 Produksi tekstil .....
38 39
2.C.1.2 Produksi serat rayon
40
2.C.1.3 Produksi minyak goreng
41
2.C.1.4 Produksi pupuk urea ...... 2.C.1.5 Produksi Plywood ..
42
2.C.1.6 Produksi semen ....
44
2.C.1.7 Produksi besi beton /profil
45
2.C.1.8 Produksi mobil ....
46
2.C.1.9 Produksi traktor tangan
47
2.C.1.10 Produksi kertas
48
43
D. PERTAMBANGAN DAN ENERGI Tabel
2.D.1
Produksi minyak bumi, gas bumi, batubara dan LNG , 1968/69 - 1995/96 .... 49
Tabel
2.D.2
Produksi barang tambang lainnya,
Tabel
Tabel
2.D.3
1968/69 - 1995/96 ......
50
Produksi dan daya terpasang tenaga listrik , 1968/69 - 1995/96 .........
51
2.D.4 Pembangunan listrik perdesaan, 1971 -1995
.... 52
E. PERHUBUNGAN DAN PEKERJAAN UMUM Tabel
2.E.1
Hasil pembangunan jalan dan
jembatan selama PJP I dan Repelita VI ... 53 Gambar 2.E.1.1 Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan ....
54
2.E.1.2 Rehabilitasi dan pemeliharaan jembatan ... 55 56 2.E.1.3 Peningkatan jalan 57
2.E.1.4 Penggantian jembatan 2.E.1.5 Pembangunan jalan
2.E.1.6 Pembangunan jembatan
58 ..........................
59
vi
Tabel
Jumlah kendaraan bermotor angkutan jalan raya selama PJP I dan Repelita VI .....
2.E.3
Angkutan penyeberangan selama ...... 61
PJP I dan Repelita VI 2.E.4 2.E.5
Angkutan kereta api selama PJP I dan Repelita VI ........ Jumlah barang dan penumpang yang diangkut armada nusantara selama PJP I dan Repelita VI .........
62
63
2.E.6
*)
60
2.E2
Angkutan udara dalam negeri 64
selama PJP I dan Repelita VI
2.2.7
Angkutan udara luar negeri selama
2.E.8
PJP I dan Repelita VI Penambahan fasilitas pelabuhan selama PJP I dan Repelita VI
65
66
F. PARIWISATA , POS DAN TELEKOMUNIKASI Tabel
2.F.1
Kunjungan wisatawan mancanegara, perolehan devisa dan kamar hotel, 1969 - 1995/96
67
Gambar 2.F.1.1 Kunjungan wisatawan mancanegara, 68
1969 - 1995/96 1
2.F.1.2 Penerimaan devisa dari kunjungan 69
wisman, 1969 - 1995/96
2.F.1.3 Jumlah kamar hotel (bintang dan non bintang ), 1969 - 1995/96 ... Sarana produksi pos dan giro, 2.F.2
......
Tabel
1969 - 1995
...... 70 71
vii
Gambar 2.F.2.1 Kantor pos dan giro
Tabel
72
2.F.2.2 Unit pelayanan pos bergerak ...
73
2.F.2.3 Surat pos
74
2.F.3
Sarana dan produksi telekomunikasi, 75
1969 - 1995 ...... 2.F.4
Produksi telekomunikasi, 1984 - 1995 ...... 76 77
Gambar. 2.F.4.1 Telepon umum kartu ( TUK )
2.F.4.2 Telepon umum coin ( TUC)
78
2.F.4.3 Warung telekomunikasi (Wartel)
79
G. PERDAGANGAN , KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
Tabel
2.G.1
Nilai ekspor, 1969 - 1995
2.G.2
Nilai ekspor non migas menurut
.... 80
......
81
sektor, 1981 - 1995 ....
2.G.3
Nilai impor menurut golongan barang ekonomi, 1969 - 1995
.....
82
2.G.4 . Jumlah koperasi seluruh Indonesia, 1968 - 1996 ......
83
Tabel
2.G.5
Jumlah anggota koperasi, 1968 - 1995...... '84
Tabel
2.G.6
Proyek - proyek penanaman modal
dalam negeri yang telah disetujui pemerintah, 1967/68 - 1995/96 ......... 2.G.7
85
Proyek - proyek penananman modal
asing yang telah disetujui pemerintah, 1967/68 - 1995/96 ......
viii
...... 86
H. TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Tabel
2.H.1
Persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan, 1971 - 1995 .... -
87
2.H.2 Perkembangan angkatan kerja (AK ), 1971 - 1995 ....
88
2.H.3
Jumlah peserta Jamsostek
89
2.4.4
Upah minimum regional
2.1.5
Perkembangan kesepakatan kerja ...... 91
bersama
Pembukaan lahan pertanian melalui transmigrasi
92
2.H.6
.... 90
I. SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Tabel
2.1.1
Hasil penting dalam pembangunan lingkungan hidup, 1993/94 - 1995/96
93
Gambar 2.1.1.1 Perkembangan luas areal reboisasi, Repelita I - VI ........ 2.1.1.2 Perkembangan luas areal penghijauan, Repelita I - VI . -
94
95
III. KESEJAHTERAAN RAKYAT A. AGAMA DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
Tabel 3.A.1 Jumlah tempat peribadatan yang memperoleh bantuan pembangunan .......... 96 .-3.A.2 Pengadaan kitab suci selama Repelita I - V dan dua tahun pertama .... 97 Repelita VI ..... -
ix
98
3.A.3 Jumlah jemaah haji selama Repelita I - V dan Repelita VI ................. B. PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tabel
3.B.1
Perkembangan jumlah sekolah, guru 99
dan murid sekolah dasar
3.B.2
Perkembangan jumlah sekolah, guru dan murid sekolah lanjutan tingkat ..... 100
pertama..... 3.B.3
Perkembangan jumlah sekolah, guru dan murid sekolah lanjutan tingkat atas
3.B.4
3.B.5
Gambar 3.B.6
101 ........
Perkembangan jumlah perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa perguruan tinggi Persentase penduduk kelompok usia 7-18 tahun yang sedang sekolah Perkembangan jumlah peserta kelompok belajar melalui pendidikan luar sekolah ....
102
... 103
104
C. KESEHATAN , KELUARGA BERENCANA DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Tabe)
3.C.1
3.C.2
Perkembangan jumlah puskesmas, puskesmas pembantu dan puskesmas keliling, 1973/74 - 1995/96 ... Perkembangan posyandu, 1986 - 1995/96............
3.0 3
.... 105
... 106
Perkembangan jumlah rumah sakit pemerintah dan swasta,
1973/74 - 1995/96 .....
X
... 107
3.C.4
3.C.5
Perkembangan tenaga kesehatan, 1973/74 - 1995/96 .....
108
Beberapa indikator keluarga berencana, Repelita I - VI ........
109
Beberapa kegiatan sosial, selama Repelita I - V dan dua tahun pertama Repelita VI .....
110
-
3.C.6
D. PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN Tabel
3.D.1
Program perumahan rakyat,
......... 111
1973/74 - 1995/96 3.D.2
Penyediaan air bersih , 1973/74 - 1995/96
.... 112
E. PERANAN WANITA DAN GENERASI MUDA Tabel
3.E.1 3.E.2
113
-
Peranan wanita, Repelita I - V ....
Perkembangan beberapa kegiatan generasi muda, 1980, 1990 dan ...... 114
1995/96
F. ILMU PENGETAHUAN , TEKNOLOGI DAN PENELITIAN
Tabel
3.F.1
3.F.2
Jumlah tenaga peneliti menurut tingkat pendidikan Repelita III - VI ............ Anggaran kegiatan iptek,
116
1993/94 - 1996/97 ........ 3.F.3
Hasil penting dalam pembangunan iptek, 1993/94 - 1995/96 ........
3.F.3
115
Lanjutan .......
........ 117 118
xi
3.F.4
Jumlah proposal dan anggaran riset unggulan terpadu (RUT), 1993/94 - 1995/96 ........... .
3.F.5
...... 119
Jumlah proposal dan anggaran riset unggulan kemitraan, 120
1995/96 - 1996/97 ..... -
IV . POLITIK , APARATUR PEMERINTAH , HUKUM DAN PENERANGAN A. POLITIK Tabel
4.A.1
Tingkat partisipasi rakyat dalam 121
pemilu 4.A.2
Persentase perolehan suara dalam pemilu
...... 122
B. APARATUR PEMERINTAH Tabel
4.B.1
Jumlah pegawai negeri sipil, 1973/74 - 1995/96
4.B.2
....... 123
Lulusan sespa, sepadya , sepala dan
sepada, Repelita I - Repelita VI ............. 4.B.3
124
Pelaksanaan operasi tertib di lingkungan aparatur negara , April 1977 Maret 1996 .........
125
C. HUKUM DAN PERUNDANG - UNDANGAN 4.C.1
Hukum dan Perundang -undangan
...... 126
D. PENERANGAN DAN MEDIA MASA Tabel
xii
4.D.1
Perkembangan sarana penyiaran televisi, luas daerah dam jumlah penduduk dalam daerah pencaran
127
4.D.2
Perkembangan jumlah tiras (oplah) surat kabar, majalah dan rasio surat
kabar terhadap jumlah penduduk.
128
xiii
I. UMUM
TABEL 1.1
PENDUDUK DAN PERTUMBUHANNYA , 1971 , 1980 , 1990, 1993, 1994 DAN 1995 PENDUDUK
TAHUN 1971
1980
1990
1993
1994
1995
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Jumlah juta orang
119.2
147.5
179.4
189.1
192.2
195.3
Penduduk Kota %
17.3
22.4
30.9
34.0
35.0
36.1
Penduduk Desa %
82.7
77.6
69.1
66.0
65.0
63.9
Penduduk Laki-laki juta orang
58.7
73.3
89.5
94.3
95.9
97.4
Penduduk Perempuan juta orang
60.5
74.2
89.9
94.8
96.3
97.9
1.63
1.60
(1)
Rata - rata Pertumbuhan %
2.32
1.98
1.66
Sumber : Hasil SP 71 ; SP 80; SP 90 dan Statistik Indonesia 1994; Biro Pusat Stafistik
Menurunnya rata - rata pertumbuhan penduduk dari 2,32 persen pada periode
1971 sampai 1980 menjadi 1,60 persen pada tahun 1995 menunjukkan keberhasilan Keluarga Berencana dan cerminan dari kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup Norma Keluarga Kecil, Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS ). Keberhasilan di bidang Keluarga Berencana telah mendapat perhatian dunia yang antara lain ditandai oleh penghargaan PBB kepada Presiden RI.
1
TABEL 1.2 PERSENTASE PENDUDUK MENURUT WILAYAH KOTA DAN PERDESAAN
1971, 1980 , 1990, DAN 1995
TAHUN
KOTA
DESA
(1)
(2)
(3)
1971
17.3
82.7
100.0
1980
22.4
77.6
100.0
1990
30.9
69.1
100.0
1995
36.1
63.9
100.0
JUMLAH
Sumber: Hasil SP 70; SP 80; SP 90 dan Statistik Indonesia 1995; Biro Pusat Statistik
Persentase penduduk perkotaan bertambah jumlahnya setiap tahun , yaitu dari
17,3 persen pada tahun 1971 menjadi sebesar 36,1 persen pada tahun 1995. Hal ini memperlihatkan adanya mobilitas penduduk yang tinggi yang antara lain menunjukkan keberhasilan pembangunan . Tetapi proses transformasi dari masyarakat perdesaan ke masyarakat perkotaan ini juga menimbulkan tantangan bagi pembangunan pada masa depan terutama yang berhubungan dengan aspek pemerataan kegiatan pembangunan dan hasil-hasilnya.
2
TABEL 1.3 PRODUK DOMESTIK BRUTO 1969 - 1995
(miliar rupiah )
TAHUN
HARGA BERLAKU
(1)
(2 )
1969
2,718.0
1973
6,753.4
1978
22,746.0
1983
71,214.7
1988
142,104.8
1993
329,775.8
1995
445,400.6
Sumber : Statistik Indonesia dan Pendapatan Nasional Indonesia ; Biro Pusat Statistik
Produk Domestik Bruto (PDB ) pada harga berlaku meningkat secara mencolok dari 2,7 triliun rupiah pada tahun 1969 menjadi 445,4 triliun rupiah pada tahun 1995 ataumeningkat menjadi 163 kali lipat. Secara riil, PDB meningkat menjadi 6,4 kali lipat yang juga menunjukkan bahwa “ kue nasional " yang
dibagikan kepada masyarakat meningkat sebanyak 6,4 kali lipat. Peningkatan “ kue nasional” ini telah memungkinkan masyarakat memuruhi kebutuhan hidupnya secara lebih lengkap, tidak terbatas untuk memenuhi kebutuhan dasar.
3
TABEL 1.4
DISTRIBUSI PERSENTASE PRODUK DOMESTIK BRUTO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT BEBERAPA LAPANGAN USAHA 1969 - 1995
NO .
LAPANGAN USAHA
1969
1973
1978
(1)
(2)
(3 )
(4 )
(5 )
(6 )
(7 )
(8 )
(9 )
49.3
40.1
29.5
26.4
24.1
17.9
17.2
1983 1988 1993 1995
1.
Pertanian
2.
Pertambangan dan Penggalian
4.7
12.3
19.2
19.4
12.1
9.6
8.5
3.
Industri Pengolahan
9.2
9.6
10.6
12.5
18.5
22.3
24.3
4.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
17.5
16.6
15.2
15.3
17.2
16.8
16.4
5.
Jasa -jasa
5.4
3.9
2.9
2.2
3.8
10.1
9.1
Lainnya *)
13.9
17.5
22.6
24.2
24.3
23.3
24.5
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0 100.0
6.
PRODUK DOMESTIK BRUTO
*) Terdiri dari: Sektor Listrik, Gas dan Air Minum , Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi, Bank dan Lembaga Keuangan, Sewa Rumah serta Sektor Pemerintahan dan Pertahanan. Sumber: Statistik Indonesia dan Pendapatan Nasional Indonesia ; Biro Pusat Statistik
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, telah terjadi pula proses perubahan struktur produksi yang sama cepatnya. Peranan pertanian terhadap PDB atas dasar harga berlaku menurun dari 49,3 persen pada tahun 1969 menjadi 17,2 persen pada tahun 1995. Sedangkan peranan sektor industri
pengolahan meningkat dari 9,2 persen pada tahun 1969 menjadi 24,3 persen pada tahun 1995. Penurunan peran sektor pertanian secara relatif telah
mengurangi ketergantungan terhadap alam . Selain itu, penurunan peran sektor pertambangan dan penggalian sejak tahun 1983 mencerminkan berkurangnya ketergantungan kepada sektor migas. Penurunan peran sektor primer dan kenaikan peran sektor sekunder dan tertier (jasa ) telah mengembangkan struktur ekonomi dan memperkuat ketahanannya.
4
TABEL 1.5
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI 1969-1995
(persen )
TAHUN
PERTUMBUHAN
TAHUN
PERTUMBUHAN
(1 )
( 2)
(1)
(2 )
1969
7.1
1983
4.2
1970
7.5
1984
7.0
1971
7.0
1985
2.5
1972
9.4
1986
5.9
1973
11.3
1987
4.9
1974
7.6
1988
5.8
1975
5.0
1989 *
9.1
1976
6.9
1990
9.0
1977
8.8
1991 *
8.9
1978
7.8
1992 *
7.2
1979
6.3
1993 *
7.3
1980
9.9
1994 *
7.5
1981
7.9
1995 *
8.1
1982
2.2
* Tahun dasar 1993, selebihnya menggunakan tahun dasar 1983 Sumber : Statistik Indonesia dan Pendapatan Nasional Indonesia; Biro Pusat Statistik
Pertumbuhan ekonomi selama PJP I (1969 - 1993) meningkat secara rata -rata sebesar 6,8 persen per tahun. Khususnya selama Repelita V , perekonomian tumbuh dengan 8,1
persen per tahun. Laju pertumbuhan ini lebih tinggi daripada persentasi laju pertumbuhan ekonomi rata -rata Repelita yaitu sebesar 5 persen . Dalam 27 tahun tersebut, pertumbuhan yang 7 persen ke atas terjadi sebanyak 18 kali, yang berarti pertumbuhan yang relatif tinggi tersebut cukup konsisten.
5
TABEL 1.6
LAJU PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN 1969-1995
(persen ) TAHUN
PERTUMBUHAN
TAHUN
PERTUMBUHAN
(1)
(2)
(1)
( 2)
1969
-5,6
1983
4.8
1970
4.1
1984
4.2
1971
3.6
1985
4.3
1972
1.6
1986
2.6
1973
9.3
1987
2.1
1974
3.7
1988
4.9
1975
0.0
1989 *
4.9
1976
4.7
1990 *
3.1
1977
1.3
1991 *
2.9
1978
5.2
1992 *
6.3
1979
3.6
1993 *
1.7
1980
5.2
1994 *
0.6
1981
4.9
1995 *
4.0
1982
2.1
* Tahun dasar 1993, selebihnya menggunakan tahun dasar 1983 Sumber: Statistik Indonesia dan Pendapatan Nasional Indonesia; Biro Pusat Statistik
Dalam kurun waktu 1969 - 1995, sektor pertanian telah meningkat menjadi 2,4 kali lipat. Dengan demikian selain ketersediaan bahan pangan untuk rumah
tangga dan bahan baku untuk industri menjadi lebih terjamin , pendapatan petani juga meningkat.
6
TABEL 1.7
LAJU PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI 1969-1995
(persen) TAHUN
PERTUMBUHAN
TAHUN
PERTUMBUHAN
(1 )
(2)
(1)
(2)
1969
7.1
1983
2.2
1970
9.1
1984
22.1
1971
12.7
1985
11.2
1972
15.1
1986
9.3
1973
15.3
1987
10.6
1974
16.2
1988
12.0
1975
12.3
1989 *
11.3
1976
9.7
1990 *
12.0
1977
13.7
1991 *
10.6
1978
16.8
1992 *
10.2
1979
12.9
1993 *
11.4
1980
22.2
1994 *
12.5
1981
10.2
本
11.1
1982
1.2
1995 *
* Tahun dasar 1993 , selebihnya menggunakan tahun dasar 1983 Sumber: Statistik Indonesia dan Pendapatan Nasional Indonesia ; Biro Pusat Statistik
Pertumbuhan sektor industri secara rata -rata meningkat sekitar 12 persen per
tahun sejak Repelita I sampai dengan Repelita V. Sejak tahun 1987 pertumbuhan sektor ini stabil di atas 10 persen per tahun . Bukan saja tingkat produksi sudah jauh lebih besar, tetapi juga makin terdiversifikasi produk
produknya. Sektor ini telah menciptakan lapangan kerja produktif yang semakin besar.
7
TABEL 1.8
PENDAPATAN PER KAPITA 1969 - 1995
( ribu rupiah) TAHUN
HARGA BERLAKU
(1 )
) 2 (
1969
20
1973
46
1978
138
1983
436
1988
694
1993
1,758
1995
2,299
Sumber: Statistik Indonesia dan Pendapatan Nasional Indonesia ; Biro Pusat Statistik
Pendapatan per kapita (pada harga berlaku ) telah naik secara mencolok dari
Rp. 20.000 per tahun pada tahun 1969 menjadi Rp. 2.299.000 per tahun pada tahun 1995 yang berarti meningkat lebih dari 114 kali lipat. Secara riil,
pendapatan per kapita naik lebih dari 3 kali lipat.
8
TABEL 1.9
POLA PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA PER KAPITA SEBULAN
1969, 1980, 1990 DAN 1993 RINCIAN
1969
1980
1990
1993
(1)
(2)
(3 )
(4)
(5 )
1.
Makanan
77.19
69.30
60.36
56.86
2.
Perumahan
8.16
12.17
16.18
17.98
3.
Pakaian
5.50
5.14
5.58
6.05
4.
Lainnya
9.15
13.39
17.88
19.11
Total
100.0
100.0
100.0
100.0
Sumber: Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional; Biro Pusat Statistik
Seiring dengan kenaikan pendapatan per kapita masyarakat, maka persentase pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan makin menurun . Hal ini memungkinkan rumah tangga untuk meningkatkan konsumsi perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan , hiburan dan lainnya.
9
TABEL 1.10
DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA 1978 DAN 1993
PENGELUARAN
1978
1993
(1)
(2)
(3 )
40 % Terendah
18.1
20.3
40 % Menengah
36.5
36.9
20 % Tertinggi
45.4
42.8
Sumber: Diolah dari Hasil Susenas; Biro Pusat Statistik
Peningkatan pendapatan masyarakat dalam kurun waktu 1978 - 1993 telah
diiringi pula oleh distribusi pendapatan yang makin baik . Menurut kriteria Bank Dunia, tingkat ketimpangan pembagian pendapatan masyarakat tergolong rendah (40 % terendah menerima di atas 17 persen ).
10
TABEL 1.11
JUMLAH PENDUDUK MISKIN 1976-1993
TAHUN
PENDUDUK
PERSENTASE DARI
MISKIN
TOTAL PENDUDUK
( uta orang )
(%)
(1)
(2 )
(3)
1976
54.2
40.08
1978
47.2
33.31
1980
42.3
28.56
1981
40.6
26.83
1984
35.0
21.64
1987
30.0
17.42
1990
27.2
15.08
1993
25.9
13.67
Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia 1993; Biro Pusat Statistik
Sebagai hasil dari pembangunan di segala bidang, jumlah penduduk miskin telah berkurang secara drastis. Apabila pembangunan tidak berhasil, artinya
persentase penduduk miskin tidak turun (40 % seperti di tahun 1976), maka jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan saat ini dapat mencapai sekitar 78 juta orang (40 % dari 195 juta ). Dengan asumsi yang demikian berarti sekitar 52 juta orang (78 juta dikurangi 25,9 juta) telah dientaskan dari kemiskinan secara langsung, dan secara tidak langsung juga keturunan mereka.
11
TABEL 1.12 LAJU INFLASI 1966-1995
(persen )
TAHUN
LAJU INLASI
TAHUN
LAJU INLASI
(1)
(2)
(1)
) ( 2
1966
650.0
1981
7.1
1967
120.0
1982
9.7
1968
85.0
1983
11.5
1969
10.0
1984
8.8
1970
8.9
1985
4.3
1971
2.5
1986
8.8
1972
25.8
1987
8.9
1973
27.3
1988
5.5
1974
33.3
1989
6.0
1975
19.7
1990
9.5
1976
14.2
1991
9.5
1977
11.8
1992
4.9
1978
6.7
1993
9.8
1979
21.8
1994
9.2
1980
16.0
1995
8.6
Sumber: Statistik Indonesia dan Indikator Ekonomi; Biro Pusat Statistik
Dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi, laju inflasi terus dipertahankan pada tingkat yang cukup rendah. Dalam 15 tahun terakhir laju inflasi tidak melebihi
satu digit, kecuali tahun 1983. Inflasi yang cukup rendah sangat membantu masyarakat miskin dan berpenghasilan tetap.
12
TABEL 1.13
BEBERAPA INDIKATOR SOSIAL REPELITA I - REPELITA VI
Satuan Repelita Repelita Repelita Repelita Repelita Repelita NO
Uraian
I
II
III
IV
VI
VI 1995/96
(1)
(2 )
(3 )
(4 )
(5 )
(6)
(7)
(8)
(9)
1.
Angka Harapan Hidup
tahun
46.5
52.0
56.0
59.0
62.7
63.5
2.
Angka Kematian Bayi
bayi/
137.0
103.0
90.3
65.0
58.0
55.0
40.0
na
29.1
10.8
10.5
7.3
66.6 17.4 9.3 1.9
79.3 28.0 14.7 2.6
97.2 44.4 26.1 5.3
99.6 110.4 52.7 53.4 33.6 37.1 11.0 8.5
1000
kelahiran
hidup 3.
4.
Status Gizi Balita
persen balita
(Kurang Energi Protein )
KEP
Angka Partisipasi Kasar a . SD + MI b. SLTP c . SLTA d. PT
% % % %
111.9 60.8 35.9 11.4
na 87.7 n.a 85.7 5. Angka Melek Huruf 87.4 % 60.9 Keterangan : APK SLTP, SLTA dan PT untuk akhir Repelita I s/ d akhir Repelita IV tidak termasuk Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA ), dan Perguruan Tinggi Agama (PTA ).
Angka melek hurufuntuk Repelita I merupakan angka awal periode, angka lain -lainnya adalah angka akhir periode n.a = data tidak tersedia
Sumber : Biro Pusat Statistik, kecuali angka partisipasi kasar dari Depdikbud.
Pembangunan manusia adalah faktor utama yang mendukung keberhasilan pembangunan nasional. Pembangunan manusia terutama dilakukan melalui
upaya peningkatan kualitasnya (pendidikan dan kesehatan ) serta pemanfaatan dari kemampuan tersebut (lapangan kerja produktif). Sebagai hasilnya, bukan saja pertumbuhan ekonomi selama PJP I meningkat dengan cepat, tetapi juga kemajuan di bidang sosial, seperti tercermin dalam angka harapan hidup yang meningkat, angka kematian bayi yang menurun , proporsi balita kurang energi protein yang menurun, serta angka partisipasi kasar pendidikan dan angka melek hurufyang meningkat. 13
II. EKONOMI A. KEUANGAN DAN PERBANKAN
TABEL 2.A.1
1)
PENERIMAAN PEMERINTAH , REPELITA I - REPELITA VI
(miliar rupiah) 2) TAHUN
PENERIMAAN DALAM NEGERI
PENERIMAAN PEMBANGUNAN
PENERIMAAN PEMERINTAH
(1)
(2)
(3 )
(4) = (2 ) + (3 )
Repelita I
2.565.5
554.6
3,120.1
(82.2 )
( 17.8)
( 100.0)
Repelita II
14,640.0 (89.7)
1,674.2 ( 10.3 )
16,314.2 ( 100.0 )
Repelita III
57,569.4
8,003.4
65,572.8
( 87.8 )
( 12.2 )
( 100.0)
99,400.5
25,803.1
(79.4)
(20.6)
125,203.6 ( 100.0)
221,254.9 ( 82.0)
48,537.3
269,792.2
( 18.0)
( 100.0)
132,927.7
22,153.2
155,080.9
(85.7)
( 14.3 )
( 100.0)
61,369.9
10,983.2
(84.8)
( 15.2)
72,353.1 ( 100.0)
71,557.8
11,170.0
82,727.8
(86.5 )
( 13.5 )
( 100.0 )
Repelita IV Repelita V 3)
Repelita VI 1994/95
1995/96
1)
Realisasi PAN
2 ) Kumulatif lima tahunan, kecuali Repelita VI 3 ) APBN - TP
Angka dalam tanda ( ... ) menunjukkan persentase Sumber : Nota Keuangan 1996/97 dan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI tanggal 16 Agustus 1996
Penerimaan dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun . Walaupun penerimaan pembangunan secara absolut juga menunjukkan peningkatan , namun persentase terhadap keseluruhan penerimaan pemerintah relatifrendah
yaitu sekitar 20 persen . Bahkan sejak Repelita V, peranan penerimaan pembangunan cenderung menurun. Hal ini menunjukkan proses menuju
kemandirian dan bantuanluar negeri sungguh -sungguh telah berfungsi sebagai pelengkap terhadap keseluruhan penerimaan pemerintah. 14
TABEL 2.A.2 1 ) PENERIMAAN DALAM NEGERI, REPELITA I - REPELITA VI
(miliar rupiah) PENERIMAAN
2) TAHUN
MINYAK BUMI & DAN GAS ALAM
DI LUAR MINYAK BUMI & GAS ALAM
JUMLAH
(1)
(2 )
(3)
(4) = (2 ) + (3 )
773.8
(30.2 )
1,791.7 (69.8)
2,565.5 ( 100.0)
Repelita II
7,946.0 (54.3 )
6,694.0 (45.7)
14,640.0 ( 100.0)
Repelita III
39,172.3
18,397.1
(68.0)
(32.0 )
57,569.4 ( 100.0 )
49,661.4 ( 50.0)
49,739.1
74,025.1
147,229.8
(33.5 )
(66.5 )
221,254.9 ( 100.0)
28,247.9
104,679.8
132,927.7
(21.3 )
(78.7 )
( 100.0)
13,399.2
47,970.7 (78.2 )
61,369.9 ( 100.0)
56,709.1
71,557.8 ( 100.0)
Repelita 1
Repelita IV Repelita V
3) Repelita VI
1994/95
(21.8) 1995/96
14,848.7 (20.8 )
( 50.0)
(79.2)
99,400.5 ( 100.0)
1 ) Realisasi PAN 2 ) Kumulatif lima tahunan, kecuali Repelita VI 3 ) APBN - TP
Angka dalam tanda ( ... ) menunjukkan persentase Sumber : Nota Keuangan 1996/97 dan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI tanggal 16 Agustus 1996
Dalam Repelita IV peranan penerimaan migas dan nonmigas terhadap penerimaan dalam negeri masing -masing sama, namun sejak saat itu peranan ini telah berubah, dan pada tahun kedua Repelita VI, penerimaan migas tinggal
seperlima dan sisanya merupakan penerimaan nonmigas. Dengan demikian struktur keuangan negara semakin sehat dan semakin mantap .
15
TABEL 2.A.3 1 ) PENERIMAAN PAJAK , REPELITA I - REPELITA VI
(miliar rupiah ) 2) TAHUN
(1)
Repelita I
3)
4)
5)
PPH
PPN
PBB
LAIN -LAIN
JUMLAH
(2)
(3 )
(4)
(5)
(6 )= (2) +(3) +(4) + (5)
401.4
279.3
39.2
819.1
1,539.0
6)
Repelita II
1,960.9
1,237.1
309.5
2,471.5
5,979.0
Repelita III
6,901.7
2,875.8
543.8
6,350.9
16,672.2
Repelita IV
14,024.5
14,243.6
1,190.5
12,422.0
41,880.6
Repelita V
51,007.0
47,937.0
4,925.9
25,901.0
129,770.9
Repelita VI
38,870.1
32,436.8
3,556.1
14,267.9
89,130.9
1994/95
18,350.1
14,086.8
1,632.1
6,641.5
40,710.5
1995/96
20,520.0
18,350.0
1,924.0
7,626.4
48,420.4
7)
1 ) Realisasi PAN
2) Kumulatif lima tahunan, kecuali Repelita VI
3) Sampai dengan tahun 1983/84, terdiri dari pajak pendapatan, pajak perseroan, MPO dan PBDR 4) Sampai dengan tahun 1984/85, terdiri dari pajak penjualan dan pajak penjualan impor 5) Sampai dengan tahun 1984, terdiri dari Ipeda dan pajak kekayaan 6) Termasuk penerimaan dari bea masuk, cukai, pajak ekspor, dan pajak lainnya 7) APBN - TP
Sumber : Nota Keuangan 1996/97 dan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI tanggal 16 Agustus 1996
Sebagai sumber pembiayaan pembangunan yang penting, penerimaan
pemerintah dari perpajakan terus meningkat. Peningkatan penerimaan pajak sangat penting untuk meningkatkan kemandirian . Peran pajak langsung (PPH dan PBB) telah meningkat dari sekitar sepertiga pada Repelita I menjadi
setengah pada dua tahun pertama Repelita VI, yang menunjukkan perpajakan yang lebih berkeadilan .
16
TABEL 2.A.4
1)
DANA PEMBANGUNAN , REPELITA I - REPELITA VI
(miliar rupiah) 2) TAHUN
(1 )
TABUNGAN PEMERINTAH
PENERIMAAN PEMBANGUNAN
DANA PEMBANGUNAN
(2)
(3 )
(4) = (2) + (3 )
Repelita I (51.3 )
585.2
554.6
(48.7)
( 100.0)
Repelita II
6,057.4
1,674.2
(21.7)
( 100.0 )
23,895.2
8,003.4
( 25.1)
( 100.0)
25,996.0
25,803.1 ( 100.0)
51,799.1
(49.8) 64,850.3 (42.8 )
48,537.3 ( 100.0 )
113,387.6
37,207.3 (37.3)
22,153.2 ( 100.0)
59,360.5
18,190.4
10,983.2
29,173.6
(37.6)
( 100.0 )
19,016.9
11,170.0
(37.0)
( 100.0)
(78.3 ) Repelita III (74.9)
Repelita IV (50.2)
Repelita V (57.2)
1,139.8
7,731.6
31,898.6
3)
Repelita VI (62.7) 1994/95
(62.4) 1995/96
(63.0)
30,186.9
1 ) Realisasi PAN
2) Kumulatiflima tahunan, kecuali Repelita VI 3 ) APBN - TP
Angka dalam tanda ( ...) menunjukkan persentase Sumber : Nota Keuangan 1996/97 dan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI tanggal 16 Agustus 1996
Dana pembangunan merupakan sumber pembiayaan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran pembangunan yang utamanya adalah untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM ), penanggulangan kemiskinan , pembangunan daerah , dan pembangunan prasarana telah meningkat dengan pesat. Bagian yang semakin besar dibiayai dari tabungan pemerintah.
17
TABEL 2.A.5
1)
PENGELUARAN SUBSIDI DAERAH OTONOM , REPELITA I - REPELITA VI
(miliar rupiah) KENAIKAN
JUMLAH SUBSIDI
PENURUNAN
DAERAH OTONOM
(%)
(2)
(3 )
2) TAHUN
(1)
117.4
Repelita I
Repelita II
1,759.4
1,398.6
Repelita III
5,738.7
226.2
Repelita IV
12,874.2
124.3
Repelita V
24,133.4
87.5
3)
Repelita VI
15,531.7
1994/95
7,187.9
1995/96
8,343.8
1 ) Realisasi PAN
2) Kumulatif lima tahunan , kecuali Repelita VI 3 ) APBN - TP
Sumber :: Nota Keuangan 1996/97
Subsidi daerah otonom secara absolut semakin besar yakni dari Rp. 117,4 miliar selama Repelita I menjadi Rp. 24,1 triliun selama Repelita V. Bantuan
keuangan dari pusat ke daerah telah meningkatkan kemampuan daerah untuk memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat di daerahnya.
18
PENGELUARAN BANTUAN UNTUK PROYEK PROYEK INPRES,REPELITA VII-
TABEL 2.A.6
miliar)( rupiah
(7)
8()
1)
(9)
10)(
5)
11)(
171.6
5,339.5 5,570.1
10,909.6
15.021.5
6,357.3
4,410.5
1,136.4
JUMLAH
18.8
604.9
4,163.0
3) 4) INPRES INPRES INPRES INPRES INPRES INPRES INPRES INPRES DESA DATII KESEHATAN DATI II SD PENGHIJAUAN PEMUGARAN PENINGKATAN JALAN PASAR REBOISASI& (3)
(6)
(2)
2.6
5)(
1)(
2) TAHUN INPRES DESA TERTINGGAL
76.5
35.5
22.9
292.4
30.0
47.8
17.2
234.4
330.4
145.7
501.7 1,279.6
320.9 1,639.6
457.9
83.1
1,977.3
46.4
2,224.8
296.8
1,431.6
24.9
2,823.7
762.8
92.7
1,190.4
996.4
369.5
393.3
Repelita1
2,970.7
2,495.8
498.5
497.9
839.8
4,942.3
1,218.7 1,277.1
361.3
849.3
2,417.0 2,525.3
1,199.3
863.0
423.3 426.0
RepelitIIa
6)
389.3 473.7
324.0 988.7
RepelitIIIa RepelitIVa RepelitVa VI Repelita 1994/95 1995/96
PAN1) Realisasi
Kumulatif lima kecuali tahunag Repetita VL2), ditampung tahun Sejak Inpres Penghijauan 1994/95 IIL.3), dan Reboisasi ditampung Dati dalam Inpres
Sejak tahun Inpres 1994/95 Pembangunan dan ditampung Pemugaran Pasar dalam IL4) Deti Sejak tahun 1994/95 Kabupaten ditampung Kotamadi ,5/) dan Dati Jalan Inpres Peningkatan Propinsi dalam DatiL APBN Angla6) Kenegaraan Pidato den Lampiran 1996/97 Sumber: Keuangan Nota RI Presiden 1996 tanggal 16 Agustus
memperkuat kemampuan pelaksanaan merupakan memenuhi keuangan program penting Program strategi rangka daerah Inpres dalam dapat tugas tugas yang agarkewenangannya lingkup denga sesuai ruang serta pemberdayaan pembangunan pemerataan masyarakat Inpres yang dan., penggunaannya diserahkan kepada daerah seperti: grant block Desa Inpres Dati dari dan meningkat Repelita sampai sangat VII,(1I,) melampaui pemberian sehingga pesat Iopres penggunaannya dilaksanakan Penghijauan Pemugaran ditetapkan Reboisasi program Repelita seperti: Inpres Selain Pasar sejak Desa awal yang dan VI itu &,. penanggulangan menuntaskan kemiskinan. Tartinggal sebagai upaya untuk
19
TABEL 2.A.7 JUMLAH BANK DAN KANTOR BANK 1969/70 - 1995/96 O
TAHUN
JUMLAH
BANK
KANTOR BANK
(1)
(2 )
(3)
1969/70
181
996
1973/74
162
1,022
1978/79
127
1,150
1983/84
117
1,342
1988/89
111
1,864
1993/94
236
4,688
1994/95
239
6,022
1995/96
240
6,242
JUMLAH
Sumber : Nota Keuangan 1996/97
Mobilisasi dana dari sumber dalam negeri semakin meningkat sehingga
ketergantungan terhadap sumber dana dari luar negeri semakin kecil. Kemajuan pesat di bidang ekonomi mendorong kenaikan permintaanjasa pelayanan bank . Untuk itu dikeluarkan deregulasi perbankan pada tahun 1988. Sebagai hasilnya, jumlah bank dan kantor bank meningkat dengan pesat. Dengan demikian
masyarakat yang terjangkau oleh pelayanan perbankan semakin meluas dan pelayanannyapun semakin baik .
20
1
TABEL 2.A.8
1)
JUMLAH UANG BEREDAR , 1973/74 - 1995/96 .
(miliar rupiah)
TAHUN
UANG KARTAL DAN UANG GIRAI
UANG KUASI M2
(MI) (1)
( 2)
(3)
( 4)
1973/74
784
419
1,203
1978/79
2,800
1,355
4,155
1983/84
8,055
7,703
15,758
1988/89
15,009
29,158
44,167
1993/94
37,908
110,921
148,829
1994/95
44,908
136,793
181,701
1995/96
53,162
179,331
232,493
1 ) Jumlah uang beredar adalah jumlah uang yang berada di masyarakat ( di luar sistem perbankan )
Dalam arti sempit uang beredar (MI ) terdiri atas uang kartal (uang kertas dan logam yang dikeluarkan oleh otoritas moneter) dan uang giral ( giro) bank -bank umum Sumber : Bank Indonesia
Uang dalam perekonomian dapat diibaratkan sebagai pelumas dalam mesin . Mesin yang besar memerlukan pelumas yang semakin banyak. Agar mesin
perekonomian dapat bekerja dengan lancar maka likuiditas juga harus selalu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan . Dalam dua puluh lima tahun
pengendalian likuiditas oleh otoritas moneter, pertumbuhan likuiditas terbukti bukan hanya mampu mendukung pertumbuhan ekonomi melainkan juga dapat memelihara kestabilan harga.
21
TABEL 2.4.9
JUMLAH GIRO , DEPOSITO , DAN TABUNGAN 1968-1995
(miliar rupiah)
TAHUN
GIRO
DEPOSITO DAN
TABUNGAN
( 1) 1968
(3)
(2 ) 34
13
374
1973
382
1978
1,536
1,488
1983
6,031
6,366
1988
10,350
27,159
1993
32,361
110,318
1994
39,097
131,309
1995
44,108
170,656
Sumber : Bank Indonesia
Mobilisasi dana dalam negeri baik berupa giro, deposito maupun tabungan,
meningkat dengan pesat. Hal ini mencerminkan pendapatan dan tabungan masyarakat yang semakin besar, minat untuk memanfaatkan jasa pelayanan bank yang meningkat, dan memungkinkan alokasi sumber dana keuangan yang efisien .
22
TABEL 2.A.10
KREDIT YANG DIBERIKAN KEPADA SEKTOR SWASTA 1968 - 1995 (miliar rupiah)
TAHUN
KREDIT KEPADA SEKTOR SWASTA
(1)
(2)
1968
94
1973
1,117
1978
5,400
1983
15,723
1988
46,904
1993
150,271
1994
188,880
1995
234,611
Sumber : Bank Indonesia
Maraknya kegiatan dunia usaha tercermin pula oleh semakin meningkatnya permintaan dan penyaluran kredit perbankan kepada dunia usaha di berbagai
sektor. Pemberian kredit telah mendorong berkembangnya sektor industri, menciptakan lapangan kerja dan kredit konsumsi seperti kendaraan bermotor, televisi rumah dan lain -lain . Peningkatan kredit ini dimungkinkan oleh kenaikan pengerahan dana dalam negeri.
23
TABEL 2.A.11
KREDIT USAHA KECIL (KUK ) 1990 - 1995 -
(miliar rupiah) 1) %
NASABAH
2)
KECIL (KUK)
(ribu orang)
%
(1)
(2)
(3)
(4)
( 5)
1990
21,197
23.2
3,720
97.3
1991
22,861
23.0
3,759
96.5
1992
22,621
20.9
3,798
96.6
1993
27,778
26.2
5,354
97.3
1994
34,164
25.1
5,707
97.1
1995
42,143
24.3
6,674
97.0
TAHUN
KREDIT USAHA
1 ) Persentase nilai KUK terhadap total kredit perbankan 2 ) Persentase nasabah dengan plafon kredit sampai dengan Rp50 juta Sumber : Bank Indonesia
Keberpihakan pemerintah kepada golongan ekonomi lemah antara lain tercermin dari semakin tinggi dan semakin meningkatnya pemberian kredit kepada usaha-usaha kecil, skim -skim kredit kecil yang telah dikembangkan
sejak Repelita I digabung dan disempurnakan menjadi kredit usaha kecil (KUK ) pada awal tahun 1990. Proporsi KUK terhadap total kredit perbankan selama periode 1990 - 1995 selalu lebih besar dari 20 persen , yang merupakan ketentuan pemerintah . Di samping itu, sebagian besar kredit KUK telah dinikmati oleh nasabah kecil dengan pinjaman kurang dari Rp. 50 juta.
24
TABEL 2.A.12
KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR ), KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES ), DAN KOPERASI 1984 - 1995
(miliar rupiah) TAHUN NILAI
KPR NASABAH
KUPEDES NILAI NASABAH
(ribu orang)
( ribu orang) (1)
(2 )
1984
541
1988
(3)
KOPERASI NILAI NASABAH
(KUD )
(4)
(5)
(6)
(7)
111
641
241
3,854
606
1,415
434
9,929
11,966
2,053
499
1993
4,408
863
2,076
1,921
738
1994
5,373
968
2,583
2,092
766
14,177
1995
6,612
1,047
3,310
2,272
957
15,438
Sumber : Bank Indonesia
Beberapa skim kredit kecil yang meningkat dengan pesat dalam kurun waktu 1984 - 1995, seperti KPR, Kupedes, dan kredit untuk Koperasi masing-masing ditujukan untuk membantu masyarakat memiliki rumah , mengembangkan
sektor dunia usaha khususnya di perdesaan , dan mengembangkan sektor koperasi di tanah air. Dengan bantuan kredit kecil ini, semakin banyak masyarakat yang memiliki rumah sendiri, dan peranan usaha kecil dan koperasi juga telah semakin nyata dalam perekonomian kita .
25
TABEL 2.A.13
CADANGAN DEVISA 1969 - 1995
( uta USS)
1) TAHUN
JUMLAH CADANGAN DEVISA
(1 )
( 2)
1969
58
1973
782
1978
2,580
1983
4,808
1988
6,191
1993
12,352
1994
13,158
1995
14,674
1) Posisi akhir tahun Sumber: Bank Indonesia
Cadangan devisa yang berhasil dihimpun sejak tahun 1969 sampai dengan tahun 1995 terus meningkat. Kenaikan cadangan devisa telah makin
memperkuat stabilitas ekonomi kita seperti yang tercermin pada nilai tukar Rupiah yang stabil. Besarnya cadangan devisa dipelihara untuk mampu membiayai impor nonmigas selama 4 sampai 5 bulan .
1
26
II
B. PERTANIAN , PENGAIRAN DAN KEHUTANAN
TABEL 2.B.1 PRODUKSI BERAS 1968-1995
(ribu ton )
1968
1973
1978
1983
1984
1988
1993
1995
(1 )
(2 )
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
11,666
14,607
17,525
24,006
25,932
27,089
31,318
32,334
Sumber
: Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995 Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1996
Upaya peningkatan produksi pangan terutama beras bersifat strategis dan
mendapat perhatian sejak awal Repelita I. Hasil upaya tersebut adalah dicapainya swasembada beras pada tahun 1984 dan dapat dipertahankan sampai
sekarang. Pada tahun 1995 produksi beras meningkat menjadi sekitar 2,8 kali lipat dibandingkan produksi pada awal Repelita I. Dalam rangka meningkatkan produksi pangan , usaha intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi terus ditingkatkan mutunya .
27
TABEL 2.B.2
RATA -RATA PRODUKSI PER HEKTARE PADI DAN PALAWIJA 1968-1995
(kuintal/ha) RINCIAN
1968
1973
1978
1983
1984
1988
1993
1995
(1)
(2)
(3 )
(4)
(5 )
(6)
(7)
(8)
(9)
( 10)
1.
Padi
21.3
25.6
28.9
38.5
39.1
41.1
43.7
43.5
2.
Jagung
9.8
10.8
13.3
16.9
17.1
19.5
22.0
22.6
3.
Ubi Kayu
75.6
78.0
93.0
99.0
105.0
118.7 123.3
116.6
4.
Ubi Jalar
58.5
63.0
69.0
79.0
82.0
87.1
93.2
94.9
3.
Kacang Tanah
7.3
7.0
8.8
9.6
9.9
9.7
10.2
10.3
6.
Kacang Kedele
6.2
7.3
8.4
8.4
9.0
10.8
11.6
11.4
-
NO .
Sumber : Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995 Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1996
Rata - rata produksi per hektar padi dan palawija pada tahun 1995 masing masing meningkat hampir 2 kali dan 1,5 kali lipat dibandingkan pada awal
Repelita I. Hal ini didukung oleh peningkatan mutu intensifikasi dan peningkatan prasarana serta kelembagaan pertanian . Produksi pertanian tanaman pangan yang meningkat mempunyai dampak yang positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di sektor pertanian, peningkatan pendapatan petani, dan penyediaan bahan makanan bermutu gizi tinggi, serta pengentasan penduduk dari kemiskinan terutama di daerah lahan kering.
28
TABEL 2.B.3 PRODUKSI TANAMAN DAN LUAS AREAL PERKEBUNAN I 1968-1995
TAHUN
KARET
KELAPA
K SAWIT
LADA
(1 )
(2 )
(3)
(4 )
(5 )
1968
736.0
1,133.0
181.0
47.0
1973
845.0
1,237.0
289.0
29.0
1978
884.0
1,575.0
532.0
46.0
1,607.0
982.0
46.0
produksi ( ribu ton )
1983
1,007.0
1988
1,176.0
2,139.0
1,800.0
56.0
1993
1,475.6
2,588.0
4,003.4
65.7
1995
1,535.1
2,690.2
4,350.1
54.2
luas areal (ribu ha) 1,595.5 2,009.0
119.7
43.0
1973
2,208.7 2,347.9
157.8
46.3
1978
2,312.5
2,505.6
250.1
64.6
1983
2,578.0
2,946.7
405.6
78.2
1988
2,944.3
3,225.5
962.0
106.7
1993
3,405.0
3,635.9
3,517.3
1,613.2 1,951.6
130.7
3,962.4
1968
Jan
a
1
1995
138.1
Sumber : Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995 Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1996
en
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri dan meningkatkan ekspor
non migas telah dipacu produksi berbagai hasil tanaman perkebunan. Produksi tanaman perkebunan kelapa sawit pada tahun kedua Repelita VI meningkat
sangat tinggi sekitar 24 kali dibandingkan produksi awal Repelita I. Sedangkan produksi tanaman perkebunan lainnya (karet, kelapa, dan lada ) pada tahun
kedua Repelita VI telah menjadi sekitar 2,1 ; 2,4; dan 1,2 kali dibandingkan produksi pada awal Repelita I.
29
TABEL 2.B.4 PRODUKSI TANAMAN DAN LUAS AREAL PERKEBUNAN I 1968-1995 TAHUN
KOPI
KAKAO
TEH
KAPAS
(1)
(2)
(3 )
(4 )
(5 )
1968
157.3
0.5
33.0
1973
150.2
0.5
14.0
1.2
1978
222.7
1.0
17.0
0.5
1983
305.6
5.4
23.0
14.2
1988
386.3
39.8
26.0
39.7
1993
438.9
258.0
164.9
13.8
1995
455.4
273.9
155.3
18.9
produksi ( ribu ton )
luas areal (ribu ha ) 119.7
1968
2,208.7
1,595.5
1973
2,347.9
2,009.0
157.8
1978
2,312.5
2,505.6
250.1
1.2
1983
2,578.0
405.6
36.3
1988
2,944.3
2,946.7 3,225.5
1993
3,405.0
1995
3,517.3
13.5
962.0
35.0
3,635.9
1,613.2
33.8
3,962.4
1,951.6
34.1
Sumber : Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995 Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1996
Produksi kakao pada tahun kedua Repelita VI meningkat sangat tajam sekitar 548 kali dibandingkan produksi pada awal Repelita I yang diakibatkan oleh peningkatan luas areal sekitar 2,5 kali. Peningkatan produksi perkebunan ini telah pula meningkatkan pendapatan petani, kesempatan kerja baru dan usaha swasta untuk pengolahan hasil, di samping meningkatkan ekspor dan devisa negara.
30
TABEL 2.B.5 PRODUKSI PERIKANAN LAUT DAN DARAT 1968-1995
( ribu ton )
LAUT
PERIKANAN DARAT
TOTAL
(1)
(2)
(3)
(4 )
1969
723.0
437.0
1,160.0
1973
889.0
389.0
1,278.0
1978
1,227.0
420.0
1,647.0
1983
1,682.0
533.0
2,215.0
1988
2,170.0
711.0
2,881.0
2,886.0
9090
3,275.0
921.0
TAHUN
1993 1995
|
3,795.0
4,196.0
Sumber : Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995 Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1996
Dalam upaya memenuhi kebutuhan protein masyarakat, produksi total perikanan pada tahun kedua Repelita VI meningkat sekitar 3,6 kali dibandingkan produksi pada awal Repelita I. Dari produksi total tersebut, sumbangan perikanan laut dan perikanan darat pada tahun 1995 masing masing sebesar 78,1 persen dan 21,9 persen. Peningkatan produksi ikan telah memberikan dampak meningkatnya ekspor dan penerimaan devisa, konsumsi protein masyarakat, penyerapan tenaga kerja serta meningkatnya pendapatan petani nelayan.
31
TABEL 2.B.6
PRODUKSI DAGING , TELUR DAN SUSU 1968-1995
( ribu ton ) TAHUN
DAGING
TELUR
SUSU
(1)
(2)
(3 )
(4)
1969
305.0
51.0
29.0
1973
379.0
81.0
35.0
1978
475.0
151.0
62.0
1983
650.0
319.0
143.0
1988
937.0
443.0
265.0
1993
1,378.0
573.0
388.0
1,564.0
729.0
433.0
1995
Sumber :
Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995 Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1996
Penyediaan protein dari daging, telur dan susu dari produksi dalam negeri terus meningkat. Produksi daging, telur dan susu pada tahun kedua Repelita
VI masing-masing meningkat sekitar 5,1 , 14,3 dan 15 kali dibandingkan produksi pada awal Repelita I. Peningkatan produksi tersebut didorong oleh perkembangan populasi ternak yang semakin meningkat. Dengan peningkatan produksi ternak berarti meningkat ketersediaan protein hewani masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan petani/peternak kecil.
32
TABEL 2.B.7
1)
PEMBANGUNAN PENGAIRAN 1973/74 - 1995/96 -
( ribu ha ) NO .
PROGRAM
1973/74
1978/79
1983/84
1)
(2 )
(3 )
(4 )
(5 )
(6 )
(7 )
(8 )
936
1,464
1,859
2,571
2,927 2)
4,429
310
636
1,073
1.312
1.658
1,813
179
635
839
1,165
1,373
1,548
1,989
2,133
17
30
1.
Perbaikan dan pemeliharaan
1988/89 1993/94
jaringan irigasi 2.
Pembangunan jaringan irigasi
3.
Pengembangan daerah rawa
4.
Penyelamatan hutan, tanah
1995/96
3) dan air 5.
289
724
1,183
Program pembinaan daerah pantai
Catatan :
1 ) Angka kumulatif 2) Termasuk perbaikan irigasi desa (PID ) seluas 611.339 ha (1994/95 s/ d 1995/96 ) Sumber :
1. Departemen Pekerjaan Umum 2. Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995
Pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi ditujukan untuk mengamankan produksi beras dan sekaligus melestarikan swasembada pangan .
Dengan terpeliharanya dan tersedianya jaringan irigasi, produksi pangan dapat terus ditingkatkan sekurang-kurangnya mengimbangi laju pertumbuhan
penduduk. Dengan ini diharapkan swasembada pangan, khususnya beras, dapat terus dipertahankan .
33
Gambar 2.B.8
PERKEMBANGAN LUAS HUTAN / KEBUN RAKYAT
700.0
600.0
ibu )(rha
500.0
400.0 300.0
200.0
100.0
0.0
Repelita III
Repeita 1 Repelita II
Repelita v Repelita IV
Repelita VI ( 1995/96 )
Sumber : Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995
Lampiran Pidato Presiden R.I, 16 Agustus 1996
Untuk mencegah perluasan tanah kritis dan memperbaiki fungsi hidrorologis di lahan milik rakyat, milik marga dan tanah -tanah terlantar, sejak Repelita II telah dikembangkan program pembangunan hutan rakyat. Luas hutan rakyat pada tahun kedua
Repelita VI meningkat 15 kali dibandingkan dengan luas hutan rakyat pada Repelita II . Peningkatan pembangunan hutan rakyat ini telah pula meningkatkan pendapatan petani sekitar hutan dan memenuhi kebutuhan bahan baku industri, terutama industri kecil.
34
Gambar 2.B.9 PERKEMBANGAN UNIT DAM
*)
PENGENDALI / PENAHAN
8.0
7.0
6.0
unit r)(ibu
1
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
0.00Z Repelita 1
:)
Repelita II
Repelita III
Repelita IV
Repelita v
Repelita VI **)
Angka kumulatif
**) Untuk Repelita VI hanya angka dua tahun pertama
Dam pengendali/penahan dibangun untuk mengurangi limpahan erosi dan sedimentasi pada kawasan lahan kritis serta untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau . Kegiatan pembangunan
dam pengendali/penahan mulai dilaksanakan pada Repelita II dan sampai dengan tahun kedua Repelita VI telah berhasil dibangun sebanyak 7.054 unit.
35
Gambar 2.B.10 PERKEMBANGAN LUAS HTI
1,800.0
tit 1,600.0
1,400.0
1,200.0
)(rha ibu
posz.to 1,000.0
800.0
-
600.0
-
400.0
1
200.0
0.0
ZZZZZZ Repelita 1
Repelita v
Repelita III Repelita II
Repelita IV
Repelita VI (1995/96)
Sumber : Lampiran Pidato Presiden R.I, 16 Agustus 1995
Lampiran Pidato Presiden R.I, 16 Agustus 1996
Dalam rangka memenuhi bahan baku industri perkayuan, telah
dikembangkan program pembangunan hutan tanaman industri (HTI) sejak Repeliva IV. Luas HTI pada tahun kedua Repelita VI mencapai 1,5 juta hektar lebih , dan meningkat 18 kali bila dibandingkan dengan luas HTI pada Repelita IV . Disamping itu pembangunan HTI juga dipadukan dengan pembangunan transmigrasi dengan misi utama
untuk menunjang pengentasan kemiskinan serta penyediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat transmigran. 36
GAMBAR 2.B.11
PERKEMBANGAN JUMLAH DESA YANG MEMPEROLEH BINA DESA HPH
800
700
600
500
|||| 400
300
200
100
0
Repelita v
Repelita III
Repelita !
Repelita II
Repelita IV
Repea Vi ( 1995/96 )
Sumber : Lampiran Pidato Presiden R.I, 16 Agustus 1995
Lampiran Pidato Presiden R.I, 16 Agustus 1996 Jumlah desa yang telah berhasil dibina oleh HPH pada tahun kedua Repelita
VI meningkat sekitar 3,4 kali dibandingkan dengan jumlah desa pada Repelita I. Dengan meningkatnya jumlah desa yang telah dibina oleh HPH berarti
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan .
37
-
II
C. INDUSTRI
1
TABEL 2.C.1 PRODUKSI BEBERAPA KOMODITI SEKTOR INDUSTRİ 1968 /1969-1995 /96
NO . KOMODITI
SATUAN
PRODUKSI 1968/1969 AKHIR AKHIR
AKHIR AKHIR AKHIR |1994/95 1995/96
RAITAI REPELITADEILIAI
(2)
( 3)
1.
Tekstil
juta M
2.
Serat Rayon
ton
(1)
(6)
316
927
1,576
ribu ton
290
293
357
85.4
115.7
1,437.7
-
3. Minyak Goreng
( 5)
Pupuk Urea
ribu ton
3.
Plywood
ribu m3
6.
Semen
ribu ton
542.0
ribu ton
7. Besi Beton Profil 8.
Mobil
ribu
9.
Traktor Tangan
unit
10.
Kertas
ribu ton
.
4.
ELITAN RAITAV
(8)
2,347 3,503
( 9)
( 10 )
(11)
7,879
8,001
8,221
34,000 63,000 154,191 183,185 196,618
EE 100
819.0
3,629.0
4.5
120
300
5
36.7
17.0
( 7)
724
1,206
1,889
2,167 2,433
2,255.0 |4,245.9 5,132.7 5,435.3 3,866.7
2,566 | 6,940
9,500
9,400
8,800
8,102.2 13,218.0 18,990.0 41,907.0223,129.0 724
830 166.7
209.2
9,350
108.7
155.7
.
280
1,065 2,490
47.2
155.2
369.2
948.2
1,381
1,293 2,256 325
381
9,818 10,189
2,489.3 3,054.0 3,425.8
Sumber .: Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI Tahun 1995 dan Tahun 1996
Selama Orde Baru, sejalan dengan meningkatnya pembangunan sektor industri, produksi berbagai barang industri terus meningkat. Peningkatan ini ditujukan baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk pasar luar negeri.
38
GAMBAR 2.C.1.1 PRODUKSI TEKSTIL
9
AZT. ?
8
}
)(juta meter
7
6
1
4903
3
2
2
SZ
STU : SORE
0
1968/69
Alhir Repelita IV Akhir Repelita II 1994/95 Akhir Repelita 1 Alhir Repelita III Akhir Repelita V
1995/96
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden R.I. Tahun 1995 dan Tahun 1996
Sic
TABEL PRODUKSI TEKSTIL
1968/1969 - 1995/1996 No.
Komoditi
Satuan
Produksi 1968/69
Alchir
Akhir
Akhir
Akhir
Akhir
1994/95
1995/96
Repelital Repelita I Repelita II Repelita W Repelita V 1.
Tekstil
juta M
316
927
1,576 2,347
3,503 | 7,879 8,001 8,221
Kebutuhan rakyat akan sandang dapat dipenuhi selama Orde Baru
memimpin pembangunan. Perkembangan industri tekstil meningkat sangat pesat baik dalam memenuhi perkembangan kebutuhan dalam negeri maupun pasaran ekspor. Selama periode 1968/69 - 1995/96 O
PE
industri ini telah tumbuh dan berkembang sebanyak 26 kali lipat
dan menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam nilai ekspor dan banyak menyerap tenaga kerja, serta berdampak besar dalam memacu tumbuhnya industri baru yang menghasilkan bahan baku dan bahan penolongnya. 39
DE
m
Di
ke
GAMBAR 2.C.1.2
210 200 190 180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50
WS,
WAUUU
345000
40
30 20 10 0
.....
)(ton
PRODUKSI SERAT RAYON
AZRAZ . 1968/89
1994/95 Akhir Repelita 11 Akhir Repelita IV Akhir Repelita III Alhir Repelita ! Akhir Repelita V
1995/96
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden R.I. Tahun 1995 dan Tahun 1996
Tabel Produksi Serat Rayon 1968/1969 - 1995/96
No.
Komoditi
Produksi
Satuan 1968/69
Repelita I
Serat Rayon
ton
0
Akhir
Akhir
Akhir
Akhir
Akhir
1994/95
1995/96
Repelita Repelita II Repelita N Repelitta V Repelita VI
0
0
34,000
63,000 154,191 183,185 196,618
Pemenuhan kebutuhan bahan baku dengan menggunakan sumber daya alam
di dalam negeri merupakan strategi industrialisasi Orde Baru untuk mendorong perkembangan industri dan menghemat devisa. Produksi serat rayon mulai tumbuh pada akhir Repelita III dengan produksi sebesar 34 ribu ton dan terus
meningkat hingga tahun 1995/96 sebesar 196.618 ton atau mengalami peningkatan sebesar 5 kali. Peningkatan produksi serat rayon telah mengurangi ketergantungan komoditi impor dan turut mengurangi defisit transaksi berjalan .
40
GAMBAR 2.C.1.3 PRODUKSI MINYAK GORENG
2.6
2.4 2.2 2
7081
1.8
)(ribu ton
1.6 1.4
y206
12 1 TZT
0.8 0.6 0.4
0.2 0
1968/69
1994/95 Akhir Repelita 11 Akhir Repelita IV Akhir Repelita 1 Akhir Repelita III Akhir Repelta V
1995/96
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden R.I. Tahun 1995 dan Tahun 1996
Tabel Produksi Minyak Goreng 1968/1969 - 1995/96 No.
Komoditi
Satuan
Produksi 1968/69
Repelita I
1.
Minyak Goreng
Ribu ton
290
Akhir
Akhir
Akhir
Akhir
Akhir
1994/95
1995/96
2.167
2.433
Repelita II Repelitta II Repelita N Repetita v Repelita VI
293
357
724
1.206
1.889
Orde Baru dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan senantiasa mengutamakan kebutuhan rakyat di bidang pangan antara lain minyak goreng.
Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, strategi pembangunan industri minyak goreng dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya alam dan perluasan lapangan kerja. Produksi minyak goreng selama periode 1968/69 - 1995/96 mengalami peningkatan sebesar 8 kali lipat dan rakyat dapat memperolehnya dengan tingkat harga yang terjangkau karena stabilitas harganya selalu diperhatikan oleh pemerintah.
41
GAMBAR 2.C.1.4 PRODUKSI PUPUK UREA
1
8
XI . ? )(ribu ton
5
3
I
2
1
..
0
1968/69
Akhir Repelita 11
Akhir Ropelita !
1994/96
Akhir Ropelita IV
Akhir Ropolita III
1995196
Akhir Ropolita v
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI. Tahun 1995 dan Tahun 1996
Tabel Produksi Pupuk Urea 1968/1969 - 1995/96 No.
Komoditi
Satuan
Produksi 1968/69
Repelita 1
Pupuk Urea
Ribu ton
85,4
Akhir
Akhtr
Alcht
Akhir
Akhir
1994/95
1995/96
Repelita II kepelita II Repelita I Repelita V Repelita VI
115,7 1.437,7
2.255.0
4.245,9 5,132,7
5,435,3 5,866,7
Pembangunan industri diarahkan oleh Orde Baru untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat banyak , khususnya pangan , dan mendukung sektor pertanian .
Peningkatan sektor pertanian membutuhkan dukungan pengadaan pupuk yang cukup besar. Produksi pupuk urea selama periode 1968/69 - 1995/96 mengalami peningkatan sebesar 69 kali lipat. Ketersediaan pupuk urea merupakan salah
satu faktor penunjang tercapainya swasembada pangan , dimanfaatkannya sumber daya alam pada produk yang nilai tambahnya lebih tinggi, dan perluasan kesempatan kerja.
42
GAMBAR 2.C.1.5 PRODUKSI PLYWOOD
10
9900
too 000
9 8
7
6 nau ew() 3
2005
2
1
400 .
.Z
0
1968/89
1994/95 Akhir Repelita IV Akhir Repelita 11 Akhir Repelita V Akhir Repelita 1 Akhir Repelita III
1995/96
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden R.I. Tahun 1995 dan Tahun 1996 Tabel Produksi Plywood 1968/1969 - 1995/96 No.
Komoditi
Satuan
Produksi 1968/69
Repelita I
1.
Plywood
Ribu M3
Akhir
Akhir
Akhir
Akhir
Akhir
1994/95
1995/96
9.400
8.800
Repelita Iepelita III Repelita N Repelita V Repelita VI
30
400
2.566
6.940
9.500
Orde Baru mendorong perkembangan industri plywood untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat di bidang papan , mengurangi impor barang kebutuhan pokok, dan perluasan lapangan kerja. Produksi Plywood meningkat sangat pesat sebanyak 300 kali lipat dalam Repelita II hingga Repelita V. Disamping untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, plywood juga merupakan komoditi
andalan ekspor nonmigas. Penurunan produk plywood selama dua tahun pelaksanaan Repelita VI mencerminkan perkembangan pasar dunia yang sedang tidak menguntungkan dengan relatif lemahnya permintaan. 43
GAMBAR 2.C.1.6
PRODUKSI SEMEN
28
23tzt .
24
20t . 22 20 18
)(ribu ton
16 14
12 10 CO
8
2
wu
0
1968/89
Akhir Repelita II
Akhir Repelita !
1994/95
Akhir Repelita IV
Akhir Repelita III
1995/96
Akhir Repelita v
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden R.I. Tahun 1995 dan Tahun 1996 Tabel Produksi Semen 1968/1969 - 1995/96 No.
Komoditi
Produksi
Satuan 1968/69
Repelita I
1.
Semen
Ribu ton
542,0
Akhir
Akhir
Akhir
Akhir
Akhir
1994/95
1995/96
Repelita II Repelita II Repelita N Repetita v Repelita VI
819,0 3.629,0
8.102.2 13.218,0 18.990,0 21.907,0 23.129,0
Untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan diperlukan dukungan infrastruktur yang memadai dan untuk itu dibutuhkan bahan baku semen yang pembangunan industrinya memanfaatkan sumber daya alam dan
memperluas lapangan kerja. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut produksi semen telah meningkat sebanyak 42 kali selama periode 1968/69 - 1995/96. Dengan tingkat produksi tersebut telah berhasil dibangun jutaan rumah , berbagai prasarana dan sarana pembangunan .
44
GAMBAR 2.C.1.9
PRODUKSI TRAKTOR TANGAN
11
Vis 10
)(runit ibu
9
3
90
2 1 0
1968/89
1994/95 Akhir Ropolita 11 Akhir Ropelita IV Akh ir Ropolita ! Akhir Ropelita III Akhir Ropolita V
1996/96
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI. Tahun 1995 dan Tahun 1996 Tabel Produksi Traktor Tangan 1968/1969 - 1995/96 No.
Komoditi
Satuan
Produksi 1968/69
Repelita 1
Traktor Tangan
Alchir
Akhir
Alther
Akhir
Aktar
1994/95
1995/96
9.818
10.189
Repelita Lepelita II Repelita N Repelita v Repelita VI
Unit
280
1.065
2.490
9.350
Untuk menunjang pembangunan di sektor pertanian, produksi traktor tangan terus ditingkatkan . Dalam periode 1978/79 - 1995/96 produksi traktor tangan telah meningkat sebesar 35 kali. Hal ini menunjukan bahwa produksi dalam negeri dapat bersaing dengan produk impor dan meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sektor pertanian.
47
GAMBAR 2.C.1.10 PRODUKSI KERTAS
3.65,8 35
3.054,0 3
Thousands
2.489,3 2.5
1.3
948,2 1
369,2 0.5
155,2
17,0
47,2
0
1988 1989
Akhir Repelita I Altar Repelita I Akhir Repelita | Akhir Repelita IV Aldhar Repelita V
199495
1995/96
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI.Tahun 1995 dan Tahun 1996 Tabel Produksi Kertas 1968/1969 - 1995/96 No.
Komoditi
Satuan
Produksi 1968/69
Repelita I
1.
Kertas
Ribu ton
17,0
Akhir
Akhir
Akhir
Akhir
Akhir
1994/95
1995/96
Repelita Repelita II Repelita N Repelita V Repelita VI
47,2
155,2
369,2
948,2
2.489,3 3.054,0 3.425,8
Meningkatnya pendapatan dan pendidikan masyarakat menyebabkan
permintaan akan kertas terus bertambah . Perkembangan produksi kertas menunjukkan kenaikan lebih dari 200 kali lipat selama periode 1968 /69-1995 /
96. Dengan terpenuhinya kebutuhan dalam negeri, industri ini memperluas jangkauannya kepasar ekspor.
48
III
D.
PERTAMBANGAN DAN ENERGI
Bumi Vlinyal Bumi Gas
Batubara I.16
Kenegaraan Lampiran Presiden Sumber: Pidato RI Dibandingkan dengan tahun awal 1968, meningkat produksi minyak bumi kali. 2,5, ketergantungan Walaupun demikian minyak akan khususnya sebagai penghasil dikurangi bertahap terlepas devisa, secara dapat tidak dari Hal ini. meningkatkan keberhasilan produksi diversifikasi lainnya rangka dalam seperti energi, antara bumi. ING. dan gas Di batubara, komoditi empat atas, ke di produksi batubara makin berkembang pengganti minyak sebagai energi meningkat 1995.96 sekitar tahun produksinya dimana bumi dibanding produksi puluh enam ratus pada lipat kali duaI. PJP Memasuki awal digunakan briket mulai telah 11.. keperluan batubara industri untuk dengan tangga, rumah kecil dan tujuan menggantikan minyak tanah lainnya BBM
Produksi
().1
PRODUKSI MINYAK BUMI BU'VII, GAS BATUBARI DAN LNG,
Satuan
barel juta muiliar kubik kaki
ribu ton
TU MMBjuta
(2)
TABEL 2.1.1
1995/961968/69
1973. 74
1978 79
589.2
1968 69:
508.4
868.2
52(
219.9
186.1
64_@+4).( --t_--
).
116.0
261.1
1983 84
(6) 17.6$
1,288.2 614.7
145.8
569.3
139.9
226.2
89 1988
(7).
196.9
1.887.0
3,175.7
963.2
1993 94
588.3
9).(
1995/96
(8)
1,342.0
41,806.3
2,998.8
39.9$
2.502.0
28,359.5
1.301.2
49
NO PRODUKSI .
1968/69
PRODUKSI TAMBANG LAINNYA BARANG
SATUAN 3() 4)(
261.9
(2)
ribu ton
ribu ton
(1)
nikel Bijih
1. Timah
2.
TABEL 2.D.2
1995/961968/69
1988/89
8()
1978/79
7()
5.1
514.1
64.6
302.7
9)(
30.4
960.0
88.9
43.9
1,338.7
1,926.5
1993/94
6()
1983/84
5()
29.0
0.3
841.9
1.7 199.7
1,830.3
23.8
2.2
1,353.3
24.3
184.9
0.2
964.9
1,178.0
14.8
0.3 8.4 125.9
1,204.7
989.9
1973/74
9.9
0.1
879.3
ribu ton
ton
ton
ribu ton
Emas
3. Bauksit 4.
3. Perak 6.Tembaga
Kenegaraan Lampiran Presiden Sumber: Pidato RI
dan1. timah seperti barang tambang Produksi bijih nikel kenaikan secara umum menunjukkan tingkat produksi. harga Walaupun produksi namun berfluktuasi, pasaran timah dunia di meningkatkan efisiensi dengan dipacu masih dapat saing, daya dan restrukturisasi dilakukannya setelah Timah pada PT.,. Sedangkan walaupun produksi nikel, bijih tumbuh begitu pesat tidak mendatang Kebutuhan meningkat konsisten. dimasa secara masih dunia nikel tetap akan naik di pertumbuhannya namun kegunaannya mengingat komoditi lainnya. diganti bingga dapat belum oleh kipi ini internasional berpengaruh Fluktuasi produksi terhadap pasaran bauksit Bintan sangat Pulau harga nilai dan di 2. berkembangnya pengolahan ekspornya komoditi alumina diimpor bauksit Akibat negeri, masih belum dalam dari luar di. negeri. mengalami Sementara produksi tembaga perak, emas, dan itu, 3.. diketemukannya kenaikan Dengan tinggi cukup yang cadangan didukung Pongkor Jabar, NTB serta baru dan Irja di, pasaran dalam harga stabil yang oleh negeri emas luar mempunyai merupakan dipisahkan komoditi prospek sebagai datang. dalam Perak dapat cerah tidak masa yang di disebabkan kenaikan cukup tinggi. yang Hal ini pengolabannya mengalami dengan emas, juga proses pembentukannya maupun permintaan meningkat kerajinan peralatan maupun sebagai tangga. rumah Begitu negeri dalam bahan pasar yang pula oleh meningkatkan konsentrasi melampaui meningkat tembaga Repelita sasaran Untuk 1.042 yaitu telah yang nilai tajam dan ton. VI kemungkinan konsentrat mengolah tembaga dijajaki tambah sedang Gresik untuk Jatim. saat ini di,
1995/96
10)(
45.4
2,853.6
61.2
971.9
158.1
1,608.7
1
50
2.D.3 TABEL
1995/96 1968/69-
MW()
1978/79
1973/74
1968/69
3,935.0
2,288.7
776.1
661.6
25,622.8
13,391.9
5,722.8
3,006.0
1,780.5
()3
GWh()
Produksi
1983/84
8,529.2
46,718.7
Terpasang Daya
1988/89
13,568.6
59,280.9
()2
1993/94
14,970.2
( )1
1995/96
Tahun
TERPASANG TENAGA LISTRIK PRODUKSI DAYA DAN
RI Kenegaraan Lampiran Presiden Sumber: Pidato
meningkat sekitar yang terus per 16 % kebutuhan memenuhi rangka Dalam energi listrik menambah tinggi untuk serta, ekonomi cukup yang pertumbuhan dengan seiring tahun melalui ditingkatkan terus, ketenagalistrikan pembangunan energi listrik penyediaan keandalan
menunjukkan tersebut adanya perbandingan Kenaikan 1995/96 adalah tahun pada 3,96.
dan. penyalurannya jaringan terpasang Kapasitas pembangunan pembangkit beserta baru dibandingkan bila meningkat sebesar dan kali 23 33berturut produksi listrik telah turut adalah 2,69, PJP terpasang pada daya danII. Perbandingan produksi dengan awal pembangkitan peningkatan efisiensi sarana di.
51
TABEL 2.D.4
PEMBANGUNAN LISTRIK PERDESAAN 1971-1995
(1 )
Rumah tangga di kota yang menikmati listrik (% ) Rumah tangga di desa
1971
1980
1990
1995
( 2)
( 3)
(4)
(5 )
31.3
48.8
85.8
95.2
1.4
5.4
30.8
44.4
3,402
23,142
39,441
yangmenikmati listrik (% ) Jumlah desa dilistriki *)
Sumber. BPS 1994; *) Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI
Untuk lebih memeratakan pembangunan di bidang ketenagalistrikan ke desa - desa, sejak tahun kelima Repelita II telah dicanangkan program listrik perdesaan. Keberhasilan program ini terlihat bahwa 39.441 desa telah dilistriki atau mencapai 63,6 % dari total jumlah desa, dengan pelanggan mencapai
12,4 juta rumah tangga. Dengan demikian perbandingan persentase rumah tangga di desa dengan di kota yang menikmati pelayanan listrik sejak tahum 1971 hingga tahun 1995 naik dari 0,04 menjadi 0,46. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan pembangunan listrik antara kota dan desa dapat dikurangi
52
II
E.
PERHUBUNGAN DAN PEKERJAAN UMUM
No.
()0
Jalan
Pemeliharaan Rehabilitasi dan 1.
Jembatan
Jenis Program
Pemeliharaan Rehabilitasi dan 2.
n Peningkata 3. Jalan Jembatan n Penggantia 4.
Pembangunan S. Jalan Jembatan an Pembangun 6. Tol an Pembangun 7. Jalan
kumulatif Angka*) en Sumber: Pekerjaan Umum Departem
perekonomian Meningkatnya perhubungan memerlukan dukungan dipelihara prasarana jembatan dibangun kegiatan sarana Untuk jalan yang dan ada itu. meningkatkan pembangunan Pembangunan Pemeliharaan penumpang lancarnya jembatan jembatan barang jalan telah baru baru. arus dan.
pembangunan pembiayaan menembus meningkat partisipasi terisolasi samping berhasil wilayah semula sumber wilayah swasta APBN untuk yang terus dari Di-,. Repelita 1983/84 1995/96 sampai kedua tahun VI III pembangunan meningkat tercermin seperti akhir sejak jalan yang lebih telah pada dari kali tol 31().
Akhir
Repelita1 1973/74()
TABEL 2.E.1
Akhir
Akhir 1983/84()
III Repelita
Akhir
1988/89()
IV Repelita
()6 625.15
(S) 319.14
Akhir
V Repelita 1993/94()
(0)
1,084.53
502.87
()8
( )9
586.23
1124.40
1995/96
VI Repellita
1994/95
1102.65
42.20$
360.61
167.26
381.07
345.30
161.27
238.45
154.51
37 97
17.62
326.29
14.88
61.51
28.03
117.69
13.00
18.99
22.37
70.26
9.87
1978/79()
II Repelita
()4 156.30
71.08
8.28
18.02
37.54
2.53
567.00
13.56
27.00$
0.95
497.00
6.69
243.00
0.92
18.00
0.23
15.56
3.79
21.63
99.21
(3)
JEMBATAN JALAN HASIL DAN*) PEMBANGUNAN REPELITA SELAMA DAN PJP VII
Satuan
km ribu
km
km
km ribu
km
ribu km
km
53
GAMBAR 2.E.1.1 REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN JALAN
(ANGKA KUMULATIF )
1.200 00
1.084,53
1.102,65
1993/94
1994/95
1.124,40
1.000.00
800 00
625,15
)(rkmibu
1
है
600.00
319.14 400 00
156,30
99.21 200.00
000
1973/74
1978/79
1983/84
1988/89
1995/96
Seiring dengan terus meningkatnya panjang jalan, rehabilitasi dan pemeliharaan jalan sampai dengan
tahun kedua Repelita VI mengalami peningkatan sebesar 11 kali sejak akhir Repelita I ( 1973/74) sampai tahun 1995/96 . Terpeliharanya sarana jalan merupakan unsur penting dalam pembangunan nasional.
54
GAMBAR 2.E.1.2 REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN JEMBATAN
(ANGKA KUMULATIF ) 586,23 C
600 00
$ 42,20 502.87
2 500 00
381.07
)(km
N
400.00
300 00
238,45
200 00
71,08 100 00
21,63
000 1973774
1978/79
1983/84
1
1988/89
1993/94
1994195
1995/96
Rehabilitasi dan pemeliharaan jembatan mengalami kenaikan lebih dari sepuluh kali lipat sejak akhir Repelita I sampai dengan tahun kedua Repelita VI. Terpeliharanya jembatan merupakan unsur penting bagi kelancaran lalu lintas.
55
GAMBAR 2.E.1.3
PENINGKATAN JALAN
(ANGKA KUMULATIF ) 16726 180.00
161,27 154,31
160.00
140.00
)(ribu lom
)km (ribu
120.00
100.00 61,51
80.00
60.00
2
40.00
18,99 8,28 20.00
3,79
0.00
1973/74
1973/19
1933/14
1901
1993/94
199195
1995196
Kegiatan peningkatan jalan meningkat sangat besar, yaitu lebih dari 44 kali sejak akhir Repelita I (1973/74) sampai dengan tahun kedua Repelita VI ( 1995/96 ). Peningkatan jalan terus dilakukan terutama untuk daerah terpencil. Hal ini merupakan perhatian Pemerintah yang besar terhadap pembangunan sarana jalan khususnya, dan pembangunan ekonomi daerah terpencil pada umumnya
56
GAMBAR 2.E.1.4 PENGGANTIAN JEMBATAN
(ANGKA KUMULATIF ) 400.00
360,61 345,30
326,29 350.00
300.00
)(km
250.00
200.00
117,69 150.00
70.26 100.00
50.00
N
37,54 15,56
0.00 1973 74
197879
1983/84
1988/89
1993/94
1994/95
1995/96
Penggantian jembatan dalam kurun waktu 1973/74 - 1995/96 meningkat lebih dari 23 kali. Penggantian jembatan ini telah dapat meningkatkan kelancaran mobilitas ekonomi antar kota dan meningkatkan aksesibilitas wilayah yang terpencil.
57
GAMBAR 2.E.1.5
PEMBANGUNAN JALAN ( ANGKA KUMULATIF ) 17,62
11.00
14,88 16.00
13,00 14.00
(ribukm )
12.00
9,87
10.00
8.00
6.00
2,53 4.00
0,95 2.00
0,23
0.00 1973/74
1978/79
1983/84
1988 89
1993/94
199495
1995/96
Pembangunanjalan mengalami peningkatan lebih dari 76 kali antara tahun 1973/74 - 1995/96 . Pembangunan jalan baru telah membuka daerah yang terisolasi dan meningkatkan perekonomian di daerah tersebut
58
GAMBAR 2.E.1.6
PEMBANGUNAN JEMBATAN
( ANGKA KUMULATIF) 37.97
N
10 00
T
33 00
28,03 30 00
22,37 25 00
M
)(km
18,02 20.00
13,56 100
6,69
10 00
500
0,92 000
1973 74
1978 79
1983 84
1988 89
1993 94
199495
1995 96
Antara tahun 1973/74 dan tahun 1995/96 realisasi pembangunan jembatan mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu lebih dari 41 kali. Pembangunan jembatan sebagai sarana penunjang pembangunan jalan terus dilakukan untuk meningkatkan hubungan perekonomian antar daerah.
59
No.
Uraian
()2
REPELITA SELAMA DAN PJP VII
()4 49.9 236.7
327.8 1,022.8
Repelita III Akhir Akhir y II| IVI 1978/79 1973/74()
BERMOTOR ANGKUTAN KEDARAAN JUMLAH JALAN RAYA
Satuan
ribu buah
buah ribu
()1 Bis
1.
buah ribu
buah ribu
2. Truk
Motor 4. Sepeda
Penump 3. Mobil ang
tersebut merupakan kendaraan jumlah tahun VIs*d./ Repelitai Repelita Angka pada akhir Maret 1993 Presiden tanggal RI Lampiran pidato 1.1
Sumber: Lampiran Presiden Agustus tanggal pidato 1994 16 RI 2.
Agustus 1996 Lampiran Presiden tanggal pidato 16 RI 3.
meningkatkan ketahanan membuka gilirannya sekaligus terpencil ekonomi kegiatan nasional. daerah daerahisolasi yang pada dan,
pengembangan Meningkatnya Pembangunan menunjukan transportasi menunjang kemajuan wilayah jumlah sarana sangat sektorsektor pesat telah yang lain,.
1)
TABEL 2.E.2
(5)
1983/84()
1)
1988/89()
2)
1993/94()
3)
Repelita
6 1994/95 1995/9
) 3
VI
() 10
1,365.9
672.5
2,113.1
)(9
1,521.1
(8)
2,009.6
()7
1,462.0
9,545.8
1)
6
1,864.0
651.6
1,124.2
9,120.5
609.8
1,320.6
371.6
1,282.6
6,857.9
268.1
1,279.0
107.8
564.7
7,141.8
10,013.7
859.0 3,006.1
60
No.
()1
Uralan
Satuan
ribu ton
ribug oran
buah ribu
(2)
Angkutan 2. Barang
Penampang 1.
ann Kendara Angkuta 3.
tersebut pada tahun kendaraan jumlah merupakan Vis*d./I Repelita akhir pada Angka Sumber:
1993 Maret tanggal RI Presiden pidato Lampiran 1.1 1994 Agustus 16 RI tanggal Presiden pidato Lampiran 2. 1996 Agustus 16 tanggal RI Presiden pidato Lampiran 3. daerah. masing oleh dimiliki yang potensi dengan sesuai antar daerah pertumbuhan keseimbangan mendukung juga iniHal
tanah aird-i. kawasan berbagai pemasarannya daerah dengan distribusi simpu dan produksi simpul antara simpul hubungan memantapkan makin peryebarangan angkatan Peringkatan
2.E.3 TABEL
1)
1
2)
3)
ta RepeliVI
10)(
77,163
1995/956 1994/9
62,992
1993/94()
59,035
1988/89)(
41,560
1983/84()
18,005
6
1978/79()
(5)
7,596
30,156
(9) 13,723
6,284
28,607
8(
10,841
26,156
(4)
VII REPELITA PJP DAN SELAMA
PENYEBERANGAN ANGKUTAN
V IV Akhir III Repellta Akhir II Repelita IAkhir Akhir 1973/74() (3 )
10,741
5,735
1,585
4,753
3,067
1,286
2,527
729
1,844
61
No.
Penumpang 1.
4.
KmBarang
3. Barang
KmPenumpang 2.
Sumber:
Angka akhir VI*sI./d Repelita merupakan kendaraan jumlah tersebut tahum pada 1993 Maret Lampiran pidato Presiden tanggal RI1.1 Presiden Lampira pidato 2.n Agustus tanggal RI 16 1994 Lampira 3.n pidato Presiden RI tanggal Agustus 16 1996
kebutuhan pemimpang angkutan jumlah dalam perkotaan wilayah di besar selain padat mengalihkan untuk sebagian angkutan beban jalan raya berkembang yang di; menunjang dalam pesat pertumbuhan sektor lainandalan perekonomian dalam nasional.
Perkembangan angkutan kereta api makin mememihi perkembangan kebutuhan pemmpang jasa dan barang khususnya untuk angkutan jumlah dalam berjarak besar angkut jauh ataupun
Uralan
(2)
Satuan
ribngu ora
ribu orang kmx ribu ton
ribu tonx km
3)( (4)
)1
TABEL 2.1.4
(5)
29,200
1,022,000
4,200
5,751,000
1978/79()
ANGKUTAN KERETA API SELAMA PJP REPELITA DAN VII
Akhir Il Akhir Repelita III IVI Repellta Akhir V 1973/74()
29,370 2,727,000
5,040 1,069,000
1)
1983/84)(
(6) 47,430
6,313,000 5.400 951,200
1)
1988/89()
(7) 53,833 7,997,300
10,775 2,448,670
2)
1993/94()
(8)
98,000
12,244,250
15,680
3,955,720
3)
VI Repelita
10()
3)
(9)
1995/96 1994/95
146,405
4,231,986
17,056
15,844,675
121,650
14,059,000
16,710
3,949,900
62
No.
Uralan
DAN PENUMPANG JUMLAH BARANG YANG NUSANTARA DIANGKUT ARMADA
Satuan
) 1 ( ribngu ora
(2)
Pernump 1. ang ribu ton
2.
Barang
Catatan:
menunjukan Angka dalam tabel tahunan angka pada bersangkutan Khusus tahun yang penumpang untuk angkutan RepelitaI dan selama tercatat dengan belum IIIII,*1.), sehingga baik belum ada, datanya Sumber:
Lampiran Presiden Kenegaraan pidato 3.di tanggal Sidang RI depan DPR 1996 Agustus 16
Pertanggungjawaban Lampiran Presiden pidato 1.1 tanggal Mandataris Maret MPR 1993 Lampiran Kenegaraan pidato 2. Presiden RI depan di tanggal Sidang DPR 1994 Agustus 16
Mobilitas melalau orang angkutan laut meningkat cukup besar. Angkutan kapal penumpang pulau antar ini merupakan upaya penyediaan layanan masyarakat terhadap ekonomi
lemah. Angkatan barang pulau antar juga cukup besar peringkatan Hal inidi. tahunnya setiap perkembangan menunjukan perdagangan nusantara. wilayah
(3). 0
(5)
3.529
TABEL 2.E.S
1978/79()
Akhir 11 Repellta Akhir III IV Repelita V
DAN PJP SELAMA VII REPELITA
AkhirI Repellta 1973/74()
3.538
0
1983/84()
6(
7,457
0
1988/89()
(
1,281 9,294
1993/94()
(8)
3,185
15,232
VI Repelita
1994/95 1995/96
)(9
4,637
60,683
)1(0
5,087
65,538
!
63
No. Uralan
) 1 ( tahunan Angka1)
2. Barang
Penum 1. pang
Sumber:
Catatan:
2. 16 RI, pidato Lampiran 1994 Presiden Kenegaraan Agustus 3. pidato Lampiran Presiden Kenegaraan 16 RI, 1996 Agustus
pidato Lampiran Presiden/ Mandataris Pertanggungjawaban MPR1.1 tanggal Maret 1993
meningkatnya kegiatan Dengan serta perekonomian jumlah masyarakat, pendapatan barang yang dan penumpang diangkut dalam pada penerbangan negeri setiap meningkat tahunnya cukup besar ini dimungkinkan Peningkatan sebagai hasil pembangunan beberapa wilayah bandar udara di. nusantara terdiri yang dari bandara perintis bandara dengan sampai menampung mampu yang. berbadan pesawat besar
(2)
Satuan
ton
ribu ora ng
TABEL 2.E.6
(5)
1
3,979 35,822
ta II Akhir II1 Akhir IV Akhir V Repeli 1983/84 1978/79 1988/89 1993/94(()
SELAMA PJP DAN REPELITA VII
ANGKUTAN UDARA NEGERI DALAM
AkhiraI Repelit 1973/74()
1,649 13,790
77,196
6,934
(7)
9,176
(8)
107 5,286
96,859 49,772
VI Repelita
(9)
10()
1994/95 1995/96
12,520
125,443
10,371
106,848
64
TABEL 2.1.7
1) ANGKUTAN UDARA LUAR NEGERI SELAMA PN I DAN REPELITA VI
Uraia
No.
Satan
Allir
Akhir
Alhir
Ropelita I Rapolita II Ropolita II ( 1973/74 (1 )
(2 )
1.
Penumpang
2.
Barang
Catatan :
ribu orang ton
(197879 )
(1983/04)
(5 )
(6 )
Alhir
Akhir
Repelita N
Ropolita V
(1988/89 )
(1993/94)
Ronelda V 1995/96
1994/95
(9 )
( 10 )
97
733
1,048
1,889
2,990
3,323
3,639
3,125
9,896
28,366
65,014
97,304
117,111
126,166
1 ) Angka tahunan untuk perusahaan penerbangan nasional
Sumber :
1. Lampiran pidato Pertanggungjawaban Presiden Mandatars MPR tanggal 1 Maret 1993 2. Lampiran pidato Kenogaraan Presiden RI, 16 Agustus 1994 3. Lampiran pidato Kenegaraan Presiden RI, 16 Agustus 1996
Kemampuaarmada penerbangan nasional baik Garuda Indonesia, Merpati Nusantara maupun perusahaan penerbangan swasta dalam melayani angkutan penerbangan keluar negeri terus meningkat. Peningkatan arus muatan barang maupun penumpang kedan dari luar negeri merupakan bukti peningkatanmobilitas penduduk Indonesia maupun kunjungan orang asing ke Indonesia
65
No.
1. Pembangunan Dermaga
Pembangunan 2. Gudang
Uraian
kumulatif Angka)1
()2
Satuan
m2
m2
ama
3. Pembangunan Lapangan Perumpukan
Catatan:
Sumber:
Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI 163., 1996 Agustus
Pidato Lampiran Pertanggungjawaba Presiden Mandataris MPR tanggal 19931.n1 Maret Lampiran 2., Pidato Kenegaraan Presiden RI 16 1994 Agustus
peluang masyarakat luas. mengakses pasar produksinya untuk dunia hasilhasil
Pembangunan fasilitas pelabuhan yang terdiri dermaga dari gudang penumpukan lapangan dan, meningkatkan telah pelayanan bongkar muat barang baik untuk pulau antar nusantara wilayah di.-, maupun angkutan komoditi ekspor impor selanjutnya Hal ini memperbesar telah
TABEL 2.K.8
1983/84()
)1
988/89)(1
37,618
1978/79 ()
Repellita Akhir Repelita Akhir Repetita m Akht IV
PENAMBAHAN FASILITAS PELABUHAN SELAMA PJP REPELITA DAN VII
Akht1 Repelita 197314(
21,682
16
10,841
)(5 1,182
507,424
200,572 280,857
91,834 35,617
47,504 0
11,700
AkhirV Repelita
1993/94()
( )8
47,992
260,301
1,169,972
Repelita VI
1994/95 1995/96
()9
30,217
264,161
1,204,197
10)(
52,514
270,381
1,244,622
99
II
F.
PARIWISATA , POS DAN TELEKOMUNIKASI
(1)
Satuan
ribu
kamar ribu
US$ juta
kunjungan
if*): kumulat Angka
*)
MANCANEGARA KUNJUNGAN WISATAWAN PEROLEH KAMAR DEVISA HOTEL DAN,
Uraian
Wisman Kunjungan 1.
Perolehan Devisa 2.
Hotel 3. Kamar
Catatan
iasn1: raan ik an 1994 1995 16 dan Agustu Indones Preside Republ Pidato Sumber: Kenega Lampir Telekomunikasi 1990 Pembangunan Pariwisata Pos Sejarah dan 2.,
melahirkan Kunjungan wisatawan meningkat perolehan dampak devisa yang telah pula. pendukungnya meningkatnya permintaan meningkat Dengan kamar hotel akan pula jasa jasa.-,
(2)
1969
) (3 86.1
10.8
3.0
1973
270.3
40.9
TABEL 2.F.1
)5 (
42.6
94.3
468.6
1978
1995/96 1969-
5.5
1993/94
()9
1994/95
1( )0
1995/96
11 ()
4,258.1
( )8
4,069.5
1991
3,400.8
()7
2,569.9
1988
1,301.0
()6
1983
638.8
5,151.0
193.3
4,860.7
176.3
3,984.7
153.2
2,518.1
138.2
1,027.8
106.9
439.5
60.3
67
4,500.0
4,000.0 3,500.0 3,000.0
2,300.0
2,000.0 1,500.0
1.000.0
300.0
0.0
270,3
MANCANEGARA WISATAWAN KUNJUNGAN
86,1
1973
.. 1969
mengembangkan merupakan Indonesia upaya hasil ke Peningkatan kunjungan wisman jumlah mempertahankan dengan tetap pariwisata nasional sumber daya memanfaatkan potensi dan kepribadian Indonesia bangsa luhur nilainilai dan
1983
638,8
wisman()
1995/96 1969-
GAMBAR 2.F.1.1
468,6
1978
1.301,0
1988
2.569,9
1991
3.400,8
1993/94
4.069,3
1994/95
4.238.1
1995/96
68
(ribu kunjungan )
6,000.0
0.0
1973
40,9
WISMAN DEVISA DARI PENERIMAAN KUNJUNGAN
10,8
12 1969
penerimaan meningkat kunjungan 1995/96 wisman hingga devisa tahun 1969 Dari dari Penerimaan pariwisata mencolok, dengan devisa sangat depan masa yaitu lipat 477 kali dari di. pembiayaan merupakan penting sumber akan bagi. pembangunan
2 1983
439,5
1995/96 1969-
GAMBAR 2.F.1.2
94.3
1978
1.027.8
1988
2.318.1
1991
3.984.7
1993/94
4.860,7
1994/95
5.151,0
1995./96
69
5,000.0
4,000.0
1,000.0
2,000.0
3,000.0
(juta US $)
i
200.0
180.0 160.0 140.0 120.0
100.0
60.0 40.0
20.0 0.0
80.0K
1969
akomodasi hotel/ dibangun telah wisatawan kunjungan jumlah peningkataa usaha menunjang Untuk positif terhadap pengaruh telah membawa dan wisata kawasan tempat pengembangan pada tempatdi., hotel hotelpenyebaran pemerataan terus diupayakan itu Selain regional ekonomi perkembangan perkembangan untuk mendukung manusia daya sumber Persiapan air. tanah seluruh wilayah latihan dan pusat pusatpendidikan memperbanyak dengan ditingkatkan juga terus pariwisata pariwisa kerja tenaga kebutuhan jumlah mengantisipasi untuk ini. Hal dimaksudkan pariwisata pada akan yang masa datang ta. bidang perhotelan terutama
3,0
7
3,3
1973
GAMBAR 2.F.1.3
1983
60,3
1995/96 1969-
KAMAR HOTEL JUMLAH BINTANG BINTANG NON DAN()
42,6
1978
106,9
1988
138,2
1991
153,2
1993/94
176.3
1994/95
193,3
1995/96
70
Kantor Giro Pos dan **1.)
Uraian
2.) Pelayanan Unit ** Bergerak Pos
()1
Anggaran Tahun); Kumulatif Angka **) dan 1994 1995 Agustus 16 Indonesia Republik Presiden Pidato Konegaraan Lampiran 1.:
1990 Telekomunikasi Pos Pariwisata dan Pembangunan 2., Sejarah
Surat Pos 3.
Catatan Sumber
ada. yang desa seluruh dari persen
efisiensi pelayanan mutu untuk meningkatkan dimaksudkan pos, dan giro sarana Pembangunan seluruh pelosok ke, pos serta perluasan pelayanan pelayanan dan diversivikasi produktivitas pos fisik pelayanan fasilitas giro selama ini dan pembangunan kemajuan air., Dengan tanah 40 kurangnya dan sekurang mencakup kecamatan keseluruh ibu kota telah mencapai
Satuan
buah
trayek lombar juta
()2
PRODUKSI SARANA GIRO DAN POS
1973
()4
1969
(3)
TABEL 2.F.2 1969 1995-
1978
(5)
569.0
1,417.0
111.0
252.3
1,225.0
88.0
176.0
1,076.0
147.0
1983
1,807.0
3,549.0 1,164,0 384.0
1988
3,103.0
370.9
10()
4,910.0*)
11).(
1995
(9)
4,858.0*)
6,466.0*)
1994 )8(
4,673.0)
6,215.0*)
798.44
1993
3,612.0
5,836.0*)
770.97
1991
5,042.0
726.23 441.4
71
GAMBAR 2.F.2.1 KANTOR POS DAN GIRO
1969 - 1995 4.910,0 4.858,0 4.673,0
5,000.0 20
4,500.0
3.612.0
4,000.0
3.103,0
3,500.0
3,000.0
hi
2,500.0
1.807.0
2,000.0
1.417,0
1.225.0
1,500.0
1.076,0
1,000.0 500.0
0.0
1969
Catatan
1973
1978
1983
1988
1991
1993
1994
1995
: Tahun anggaran
Jumlah kantor pos dan giro selama kurun waktu 1969-1995 terus meningkat rata -rata 147 buah
pertahun dan semakin tersebar ke seluruh tanah air sehingga jangkauan serta kemudahan pela yanannya semakin terasa oleh masyarakat luas.
72
GAMBAR 2.F.2.2 UNIT PELAYANAN POS BERGERAK
1969 - 1995
7,000.0
6.466,0 6.215,0 5.836,0
6,000.0
5.042,0
)(trayek
5,000.0
3.549,0
4,000.0
3,000.0
2,000.0
1.164,0 569,0
1,000.0
88,0
111,0
0.0
1969
Catatan
1973
1978
1983
1988
1991
1993
1994
1995
: Tahun anggaran
Fasilitas pelayanan pos bergerak, baik yang menggunakan kendaraan roda dua maupun kenda raan roda empat terus meningkat dalam memeratakan pelayanan pos dan giro bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya dalam upaya menjangkau daerah -daerah terpencil.
73
GAMBAR 2.F.2.3 SURAT POS
1969 - 1995 798,44
720,92 800.0
726,23
700.0
(uta j)lembar
600.0
441,4
500.0
384,0
370,9
400.0
252,3 300.0
176,5 200.0
147,0
100.0
0.0
1969
1973
1978
1983
1988
1991
1993
1994
1995
Pertumbuhan pengiriman surat pos rata -rata meningkat 6,8 persen pertahun . Hal ini mencer minkan bahwa pelayanan pos dan giro semakin berperan dalam perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia
74
Uraian
aad
1. Sentral Telepon Otomat STO() pore STO Kapasitas 2.* 3. Pulsa Telepon Lokal SUJJ Teleks Pulsa 4.
) (1
kumulatif Angka*: Catatan Sumber dan Agustus 1994 1995 Lampiran 1.n: Kenegaraa Pidato Presiden Republik Indonesia 16 Statistik Susenas Survey Pusat 1994 Biro 2.() Telekomunikasi 1990 Pariwisata Pos Pembangunan Sejarah dan 3.,
dibandingkan meningkat menjadi telepon Jumlah hampir tahun pada 1995 lipat kali 60 peningkatan mengalami pemakaian menjadi telepon dengan hampir Seiring pulsa 1969. juga itu lipat kali 173 periode pada yang sama
()2
1919
()3
3.7
176.5
84.7
1969
SARANA DAN PRODUKSI TELEKOMUNIKASI
Satuan
satuan ribuan
pulsa juta
sambungan
ribu
1973
121.5
35.9
2,169.6
367.2
1983
(6)
336.4
2,147.3
576.8
1988
490.9
7,367.6
873.9
170 tub 34 26 69 GT 223b5369602
1978
19691995
TABEL 2.F.3
758.8
99
1991
3,012.9 1,514.7
10,450.8
1993
713.5
17,900.0
rumo3
694.2
10)S(89
1994
() 11
1995
964
4,824.3
816
4,083.8
30,533.3
644.0
23,400.0
717.3
75
Uraian
Umum Telepon 1. Kartu
Umum p. Telopon Coin 3. Wartel
1)(.
kumulatif Catatan: Angka* Agustus 1994 1995 dan Kenegaraan Indonesia Republik Presiden 16 Lampiran Sumber: Pidato 1. 1990 Telekomunikasi dan Pos Pariwisata Pembangunan 2., Sejarah
tahun 1995. meningkat hampir 2.813 pada lipat kali telah 1988 sejak dan() dioperasikan mulai kartu TUK telepon Produk umum baru lipat kali meningkat hampir telah 21(.,) sampai tahun 1995 dioperasikan 1984 pada yang baru TUC Telepon umum coin jumlahnya dan() Telekomunikasi dioperasikan Warung Wartel telekomunikasi umum tahun mulai 1989 pada menambah pelayanan Untuk meningkat tahun lebih telah 1995 lipat dari kali 21
Satuan
buah
buah
buah
(2)
3,038
1985
4,106
1986
(5)
TELEKOMUNIKASI PRODUKSI*
1984
2,714
TABEL 2.F.4
(6)
()7 12
5,724
1988
1995 1984-
1987
4,636
1989
6,653
(8) 95
128
1990
1,033
12,466
(.9)
407
10 ()
1991
2,884
21,679
800
1995
33,751
12)(
22,592
56,906
1994
10,424
51,123
11)(
1993
43,411
1,949
13()
2,741
1,257
76
GRAFIK 2.F4.1
TELEPON UMUM KARTU (TUK ) 33.751
35,000 30,000 22.592
25,000 20,000 10.424
15,000 10,000 2.884
95
5,000 0
1.033
12
7 : // 1988
1989
1990
1991
1993
1994
1995
Peningkatan penggunaan telepon umum kartu ( TUK ) disertai pula dengan peningkatan penyebarannya kepada masyarakat dan peningkatan mutu serta
kemudahannya sehingga makin luas dan handal.
77
GRAFIK 2.F4.2
TELEPON UMUM CON ( TUC ) 50,908
60000
51,428 50000 40000
30000
27,679 20000 12,400 5,724
6,863
4,106.2 4.836
1986
1988
1989
10000
2,714
3,038
1984
1985
0
1987
1990
1991
1993
1994
Peningkatan penggunaan telepon umum coin ( TUC ) disertai pula dengan peningkatan penyebarannya kepada masyarakat dan peningkatan mutu serta kemudahannya sehingga makin luas dan handal. Karena menggunakan coin,
maka penggunaannya akan lebih mudah dan lebih murah bagimasyarakat luas.
78
1995
GRAFIK 2.F.4.3
WARUNG TELEKOMUNIKASI (WARTEL )
3,000 2,741 2,500 1,009
2,000
1,500
1,25T
1,000
800 407
500 128
1989
1990
1991
1993
1994
1995
Sejak dimulainya pada tahun 1989 jumlah wartel telah meningkat dengan pesat dan sampai tahun 1995 meningkat 21 kali lipat. Hal ini berarti telah meningkatkan
kesempatan masyarakat untuk memakai jasa telekomunikasi dan meningkatkan keterjangkauannya di daerah -daerah.
79
II
G. PERDAGANGAN , KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
TABEL 2.6.1
NILAI EKSPOR , 1969 - 1995
( juta US $)
Tahun
1969
1973
MIGAS
NON MIGAS
382.9
470.8
( 44.9 )
(55.1 )
1,608.7
1,602.1
TOTAL EKSPOR
853.7 ( 100.0 )
3,210.8
(50.1 )
(49.9)
7,985.4 (68.6)
3,657.8 (31.4)
11,643.2
16,140.6 (76.3)
5,005.3
21,145.9 ( 100.0 )
7,681.6 (40.0)
11,536.9
(60.0 )
19,218.5 ( 100.0)
1993
9,745.8 (26.5 )
27,077.2 (73.5 )
36,823.0 ( 100.0 )
1994
9,693.6
30,359.8
40,053.4
1978
1983
1988
(24.2) 1995
10,464.4 (23.0)
(23.7)
( 100.0 )
( 100.0
(75.8 ) 34,953.6
( 100.0) 45,418.0
(77.0)
( 100.0 )
Sumber : Biro Pusat Statistik
Nilai ekspor non migas meningkat lebih dari 74 kali lipat selama periode 1969-1995. Perkembangan yang sangat mengesankan ini merupakan hasil dari upaya mendiversifikasikan sumber-sumber
penerimaan devisa dan peningkatan mutu komoditi ekspor non migas dalam rangka mengurangi ketergantungan pada penerimaan devisa ekspor migas yang sangat peka terhadap perubahan harga dan politik internasional.
80
TABEL 2.6.2
NILAI EKSPOR NON MIGAS MENURUT SEKTOR, 1981 - 1995
( Juta USS )
Tahun
1981
Pertanian
Industri
1,579.2
2,666.6
(59.2 )
(35.1 ) 1983
1988
1,372.8 ( 27.4 )
3,219.7
1,909.1
9,262.0
(64.3 )
( 16.5 ) 1993
2,644.2
(80.3 ) 22,944.0
(9.8) 1994
2.818.4
(9.3 ) 1995
2,888.5
Pertambangan
202.8
(4.5 ) 170.2
(3.4) 348.7
(3.0 ) 1,463.9
Lain - lain
52.7
( 1.2) 242.6
(4.8) 17.1
(0.1 ) 25.1
(0.1 )
( 84.7)
( 5.4)
25,702.1 ( 84.7)
1,800.4 (5.9)
38.9
29,328.2
2,690.9 (7.7)
46.0
(8.3 )
(83.9)
(0.1 )
(0.1 )
Jumlah
4,501.3
( 100.0)
5,005.3 ( 100.0) 11,536.9 ( 100.0)
27,077.2 (100.0 ) 30,359.8 ( 100.0 ) 34,953.6 ( 100,0)
Sumber :: Biro Pusat Statistik
Nilai ekspor komoditi pertanian dan pertambangan dalam periode 1981-1995 menunjukkan peningkatan, namum peningkatannya tidak setajam peningkatan ekspor
komoditi industri. Dalam periode tersebut ekspor komoditi industri telah meningkat hampir 11 kali lipat. Perkembangan ini menunjukkan bahwa ekspor kita semakin mengandalkan pada komoditi industri dengan nilai tambah yang besar.
81
TABEL 2.3.3
NILAI IMPOR MENURUT GOLONGAN BARANG EKONOMI, 1969 - 1995
(juta USS )
Tahun
Barang
Bahan Baku
Barang
Konsumsi
Penolong
Modal
1969
1973
1978
220.9
321.0
238.8
(28.3 )
( 41.1 )
( 30.6 )
648.7
973.2
(23.8)
(35.7)
1,196.6
( 17.9) 1983
11,732.0
469.4
10,222.9
(3.5 ) 1,146.1
(4.0 ) 1994
1995
( 39.8)
1,726.2 ( 10.6 )
1988
1993
2,664.5
( 71.7)
( 77.2 ) 20.034.8
( 70.7)
1,430.2 (4.5 )
23.133.6
2,350.4 ( 5.8)
29,586.6
( 72.3 )
( 72.8)
1,107.2
(40.6 ) 2,829.3
( 42.3 ) 2,893.6
( 17.7)
Jumlah Impor 780.7
( 100.0 ) 2,729.1 ( 100.0 ) 6,690.4
( 100.0) 16.351.8
( 100.0 )
2,556.2 ( 19.3 )
13,248.5
7.146.9
28.327.8
(25.2) 7,419.7
( 23.2) 8,691.7
( 21.4 )
( 100.0 )
( 100.0 ) 31.983.5 ( 100.0 ) 40,628.7
( 100.0)
Catatan : Angka dalam tanda (... ) menunjukkan persentase terhadap total Sumber : Biro Pusat Statistik
Secara absolut nilai impor barang konsumsi, bahan baku penolong dan barang modal dalam periode 1969-1995 mengalami peningkatan. Peranan bahan baku /penolong yang diimpor dalam dalam periode tersebut meningkat pesat, seirama dengan kemampuan industri dalam negeri yang membutuhkan bahan baku penolong untuk memproduksi barang-barang keperluan dalam negeri ( terutama barang konsumsi dan barang modal) dan untuk keperluan ekspor. Penurunan peranan barang konsumsi yang cukup besar membuktikan kemampuan produksi
dalam negeri telah semakin memenuhi kebutuhan masyarakat.
82
83
арь | reper,
KUD Non
KUD
Sumber
Jumlah
1) (
Jenis Koperasi
2( )
oo
a
. mandiri
9,339
9,339
1968
3) (
17,430
19,975
)5(
1996 dan 1995 RI Tahun Presiden Kenegaraan Pidato Lampiran
12,986
4,444
Akhir I.Rep I )(1978
17,614
2,361
Akhir .I Rep )(1973
b)( uah
25,161
18,788
6,373
-1995 1968
2.G.4 TABEL
)6(
42,061
33,324
)8(
44,294
(9)
46,458
37,258
9,200
1995 1994
VI Repelita
35,273
9,021
S28 elama -citakan dicita yang usaha bentuk sebagai .Koperasi jumlahnya berkembang semakin telah ,yang lipat kali lima hampir meningkat telah koperasi jumlah Baru Orde pembangunan tahun menunjuk berkem telah koperasi usaha Kpengembangannya kelembagaan dan ualitas .kan upaya kesungguhan ,bahkan mantap semakin bang menjadi meningkat telah koperasi 6.845 sebanyak diantaranya
33,188
8,873
25,451
7,873
7) (
IIIIV .V Rep Akhir )(1988 993 983
INDONESIA SELURUH KOPERASI JUMLAH
30
84
1,509
1,509
Jumlah
2) (
1968
KUD Non
KUD
)1(
Jenis Koperasi
)3(
1996 dan 1995 RI Presiden LKenegaraan Pidato ampiran :Tahun Sumber
7,610
2,972 13,652
4,044
4,494
513
)5( 9,608
)4( 3,116
2,459
Akhir Rep I.
)(1973
orang )(ribu
-1995 1968
TABEL 2.G.5
)6(
25,360
tengah di koperasi keberadaan besarnya semakin menunjukkan lipat kali 17 dari .lebih masyarakat
,bumlah .Jpula tinggi lebih peningkatan laju dengan meningkat yang koperasi anggota ahkan
mengalami peningkatan koperasi ,jDengan telah anggota umlah unit jumlah meningkatnya
24,647
12,369
11,154
7,562
25,056
12,991
(8)
)9(
26,344
12,998
13,346
1995 1994
Repelita VI
13,493
7) (
IIIIIV Akhir .V Rep Akhir )(1988 993 983 978
17,494
KOPERASI ANGGOTA JUMLAH
TABEL 2.G.6 PROYEK - PROYEK PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI
YANG TELAH DISETUJUI PEMERINTAH *) 1967/68 - 1995/96
Tahun
Proyek
Investasi
(buah )
(miliar rupiah )
(2)
(3)
26,0
37,0
1.064,0
1.200,0
( 1978/79)
3.075,0
3.254,1
Akhir Repelita III ( 1983/84)
4.302,0
14.427,1
( 1988/89 )
6.650,0
43.603,1
Akhir Repelita V ( 1993/94)
10.618,0
244.011,2
1994/95
11.478,0
296.989,2
1995/96
12.287,0
384.512,2
(1) Awal PJPI
( 1967/68 )
Akhir Repelita I ( 1973/74 ) Akhir Repelita II
Akhir Repelita IV
Repelita VI :
*) Angka kumulatif, diolah dari berbagai Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI Upaya memacu laju pertumbuhan ekonomi dilakukan utamanya melalui peningkatan investasi masyarakat ( swasta ). Peningkatan investasi dalam negeri telah turut mendorong
laju pertumbuhan ekonomi. Deregulasi dibidang investasi selama dua tahun terakhir telah mendorong lonjakan nilai investasi pada tahun 1995/96 .
85
TABEL 2.G.7 PROYEK - PROYEK PENANAMAN MODAL ASING
YANG TELAH DISETUJUI PEMERINTAH *) 1967/68 - 1995/96
Tahun
(1 )
Proyek ( buah ) (2)
Investasi
(Juta USD ) (3)
Awal PJP I
( 1967/68 )
48,0
471,3
Akhir Repelita I ( 1973/74 )
369,0
1.400,0
Akhir Repelita II ( 1978/79)
809,0
6.700,0
987,0
11.753,0
( 1988/89 )
1.485,0
18.276,0
Akhir Repelita V ( 1993/94 )
3.208,0
58.954,0
1994/95
3.768,0
91.214,8
1995/96
4.711,0
130.939,5
Akhir Repelita III ( 1983/84 ) Akhir Repelita IV
Repelita VI
*) Angka kumulatif, diolah dari berbagai Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI Sumber dana investasi luar negeri telah memainkan peranan penting pula untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi. Nilai investasi asing yang telah disetujui meningkat lebih dari 80 kali lipat selama periode 1967/69 - 1995/96 . Peningkatan PMA yang pesat selama dua tahun terakhir merupakan hasil dari serangkaian usaha deregulasi dibidang investasi.
86
II
H. TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Tabel 2.H.1 PERSENTASE PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN 1971 - 1995
Lapangan : No.
Pekerjaan
Tahun
1971
1980
66.3
55.9
6.8
9.1
3 Perdagangan
10.8
13.0
4 Jasa -jasa
10.3
1
Pertanian
2
Industri
5
54.7
1990
1995
49.9
44.0
11.4
12.6
15.0
14,7
17.3
13.9
13.3
13.1
15.1
5.8
7.6
7.7
10.0
10.5
0.0
0.6
0.1
0.9
0.5
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
Lainnya
6 Tak Terjawab JUMLAH
1985
9.31
Sumber :
BPS , Sensus Penduduk 1971 , Seri D. BPS , Sensus Penduduk 1980, Seri S No.2 . BPS, SUPAS 1985, Seri S No.5 . BPS , Sensus Penduduk 1990 , Seri S No.2 .
BPS, SUPAS 1995 , Seri S No.2 .
Transformasi ekonomi ditandai pula dengan pergeseran strutur penduduk yang bekerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, yaitu sektor industri, perdaganan, jasa dan lainnya.
87
TABEL 2.1.2
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA (AK ) Tahun Uraian
No.
(1)
Satuan
(3 )
(2 )
1
Jumlah AK
2
Pertumbuhan AK
Jumlah Pekerja
( ribu orang)
1971
1980
1985
1990
1995
(4)
(5 )
(6)
(7 )
(8)
41,261
52,421
63,826
73,914
84,230
2.7
4.0
3.0
2.6
(persen )
(ribu orang)
37,628
51,553
62,457
71,570
78,332
4 Jumlah Pencari Kerja
( ribu orang)
3,634
868
1,368
2,344
5,908
5. Persentase Pekerja di
%
66.3
55.9
54.7
49.9
43.4
%
28.8
32.8
43.9
54.4
63.7
3 1
Sektor Pertanian
6 Persentase Pekerja Yang Berpendidikan SD dan SD Ke atas
7
Persentase Pekerja Yang Berusaha dengan Buruh Tetap
%
3.7
1.7
1.2
1.0
1.6
9
Persentase Pekerja Keluarga
%
25.3
17.8
23.7
19.9
13.5
10
Persentase Buruh /
%
33.0
28.2
30.1
35.0
36.0
Karyawan
Sumber: BPS, Sensus Penduduk 1971 , Seri D.
BPS, Sensus Penduduk 1980, Seri S No.2. BPS, SUPAS 1985, Seri S No.5. BPS, Sensus Penduduk 1990 , Seri S No.2 . BPS, SUPAS 1995, Seri S No.2. Catatan :
Defmisi angkatan kerja yang sebelumnya adalah penduduk 10 tahun keatas, maka sejak Repelita VI dirubah menjadi 15 tahun keatas. Selama Pembangunan Jangka Panjang I (PJP 1) pertumbuhan angkatan kerja telah dapat diikuti oleh
perluasan lapangan kerja di berbagai sektor pembangunan dalamjumlah dan mutu yang memadai. Perubahan struktur lapangan kerja ditandai dengan pergeseran dari sektor pertanian ke luar sektor pertanian khususnya sektor industri dan jasa dengan muatan teknologi yang lebih besar. Selain ita pergeseran struktur pekerja dan mutu pekerja juga terjadi dari sektor informal ke sektor formal. Seiring dengan pergeseran tersebut, terlihat bahwapersentase pekerja yang memiliki pendidikan sekurang-kurangnya sekolah dasar (SD) terus meningkat.
88
TABEL 2.H.3
JUMLAH PESERTA JAMSOSTEK Tahun
Jumlah Perusahaan
Jumlah Peserta
( buah )
(juta tenaga kerja )
(1)
(2)
( 3)
1978
3.263
0,9
1989
25.558
3,6
1993
46.456
4,9
1994
51.184
7,4
1995
56.673
8,8
1996 * )
62.551
9,7
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 1996 *) Departemen Tenaga Kerja, RI
Sebagai upaya meningkatkankesejahteraan tenagakerja antara lain dilaksanakan ProgramJaminan Sosial TenagaKerja (Jamsostek ). Denganmeningkatnya jumlah pesertaJamsostek menunjukkan bahwa tingkat kesadaran perusahaanjugasemakin meningkat untuk memikirkan kesejahteraan tenaga kerjanya.
89
TABEL 2.H.4 UPAH MINIMUM REGIONAL
(rupiah /hari)
Tahun
Rata - Rata
(1)
(2)
1988
1.119
1993
2.393
1994
3.129
1995
3.711
1996 *)
4.074
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 1996 *) Departemen Tenaga Kerja, RI
Dalam rangka meningkatkan keadilan dan kesejahteraan tenaga kerja yang sekaligus berdampak bagi peningkatan kualitas hidup pekerja dan keluarganya, telah ditetapkan rata - rata upah minimum regional (UMR ) yang ditinjau secara berkala. Peningkatan UMR sampai dengan tahun 1996 telah mencapai 92,5 persen dari kebutuhan hidup minimum (KHM ). Hal ini sesuai dengan amanat GBHN 1993, bahwa penetapan UMR diupayakan secara bertahap setara dengan KHM .
90
TABEL 2.H.5
PERKEMBANGAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA *) (buah ) Pelita
Jumlah KKB yang telah disyahkan
(1 )
(2)
I
13
II
696
M
3.369
IV
5.004
V
7.519
VI
( 1994/95 )
7.631
(1995/96 )
10.546
( 1996/97 ) **)
10.889
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 1996 *) Angka Kumulatif. **) Departemen Tenaga Kerja , RI
Pembetukan kesepakatan kerja bersama (KKB ) secara musyawarah dan mufakat di perusahaan merupakan salah satu upaya memantapkan dan
mengembangkan hubungan kerja yang harmonis.
91
TABEL 2.H.6
PEMBUKAAN LAHAN PERTANIAN MELALUI TRANSMIGRASI
Tahun
Jumlah Transmigran (kk ) Umum
Pembukaan Lahan
Swakarsa
Pertanian (ha )
Repelita I
39,436
5,633
46,268.00
Repelita II
55,083
7,281
82,954.00
Repelita III
365,977
169,497
448,696.50
Repelita IV
228,422
521,728
189,213.00
Repelita V
94,864
152,136
172,016.58
Repelita VI
50,051
90,671
90,205.40
1994/95 1995/96
23,676 26,375
40,724 49,947
45,841.14 44,364.26
Jumlah
833,833
946,946
1,029,353.48
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan RI Penyelenggaraan transmigrasi diarahkan untuk mendukung pembangunan daerah, memperluas penyebaran penduduk dan tenaga kerja ke berbagai wilayah di tanah air, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pertahanan dan keamanan negara serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Sumbangan yang nyata bagi pembangunan di berbagai wilayah adalah penyediaan tenaga kerja bagi pembukaan lahan pertanian baru khususnya di luar Jawa dan memberikan kesempatan bagi daerah terpencil untuk bergabung dengan daerah yang lebih maju secara fisik , sosial budaya, dan ckonomi. Jumlah lahan yang dibuka melalui program transmigrasi umum yang dibantu pemerintah selama PJP I dan dua tahun pertama Repelita VI mencapai lebih dari 1 juta hektare. Sementara itu dalam periode yang sama jumlah transmigran
swakarsa telah melampaui jumlah transmigran umum yang menunjukkan adanya harapan yang lebih baik untuk maju secara mandiri.
92
TABEL 2.1.1 HASIL PENTING DALAM PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP 1993/94 - 1995/96
No.
Program Kegiatan
Satuan
(1 )
(2 )
(3)
A
1995/96
(5 )
(6 )
nomor peta
2,021
nomor peta
2,054 20
2,062 39
298
327
Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air
1 Penetapan status kawasan konservasi ( Cagar
2 Penetapan Taman Nasional
3 Perbaikan, pengaturan, dan pemeliharaan sungai с
1994/95
Program Inventarisasi dan Evaluasi Sumber 1 Peta Rupa Bumi dalam berbagai skala 2 Peta Sumber Daya alam , pantai dan laut
B
1993/94
unit unit ribu hektare
341 31
31
33
1,989
2,034
2,133
15,806
17,432
17,799
169
187
213
Program Pembinaan dan Pengelolaan
1 Lulusan kursus AMDAL dalam berbagai tingkatan orang Laboratorium 2 Pengembangan laboratorium lingkungan kota 3 Jumlah kota penerima Adipura
12
Program Pengendalian Pencemaran
1 Lingkup pelaksanaan Prokasih
ruas sungai
65
65
74
Program Rehabilitasi Lahan Kritis 1 Penghijauan lahan kritis
ribu hektare
2 Reboisasi :
ribu hektare
4,815 1,697
5,748 1,762
3 Pengembangan Hutan Rakyat 4 Petak percontohan /demplot pengawetan tanah 5 Dam pengendali
ribu hektare
5,225 1,726 520 9,775 6,633
unit
unit
436
8,918 6,302
619
10,738 7,054
Sumbe. l ) Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia Tanggal 16 Agustus 1994, 1995 dan 199
2) Hasil Rakomas 1 Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan 1994 Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam telah dibuat peta rupa bumi dan peta sumber daya alam , pantai dan laut. Untuk mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup telah dilaksanakan beberapa kegiatan penting antara lain , penetapan status kawasan konservasi dan taman nasional; perbaikan, pengaturan
dan pemeliharaan sungai; pengembangan laboratorium lingkungan, peningkatan
kemampuan
melakukan
penghijauan ,
pengembangan
AMDAL ; peningkatan peran serta masyarakat dalam rakyat, dan peningkatan kebersihan serta keindahan kota . keseluruhan sangat Secara di atas penting untuk melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup, meningkatkan ketersediaan bahan baku industri, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah perdesaan . evaluasi hutan tersebut upaya
93
2000
1600
1800
1400 1200
800
1000
600
200
400
0
Akhir1 Repelita kumulatif Angka*)
142
Tanggal Agustus 1995 1996 dan 16)1: Kenegaraan Lampiran Indonesia Republik Presiden Sumber Pidato Mandataris Umum Sidang Depan Maret MPR 1993 RI di2)1 Pertanggungjawaban Lampiran Presiden Pidato mempertahankan meningkatkan produktivitas merupakan Kegiatan reboisasi kegiatan penting sangat dalam yang atau meningkatkan kawasan tersebut semakin Dengan luasnya lindung fungsi hutan yang serta dari. dihutankan meningkat program semakin kembali berhasil melalui potensi maka pula ini, mendukung untuk hutan meningkatkan masyarakat tersedianya pendapatan penciptaan lapangan industri sumber bahan baku kerja dan, Pemerintah Tingkat Daerah Pelaksanaannya dilakukan kawasan olehI. meningkatkan lindung fungsi
AkhirII Repelita
580
1.109
1.359
1995/96 VI: Repelita 1994/95 Akhir VI: V
1.697
|
GRAFIK 2.1.1.1
Akhir Repelita IV
hektare dalam ribu*()
PERKEMBANGAN LUAS AREAL REBOISASI REPELITA VII-
Akhir Repelita III
1.726
1.762
94
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
AkhirI Repelita
tif*) Kumula Angka
455
dan 1996 Agustus 1995 16)1: Tanggal Indonesia Republik Presiden Pidato Kenegaraan Lampiran Sumber 1993 Maret Sidang Umum di21) Depan MPR RI Mandataris Presiden Pertanggungjawaban Pidato Lampiran
di luar yang berada kritis lahan memulihkan atau rangka mempertahankan dalam sangat penting yang kegiatan merupakan Penghijauan fungsi lindung dan produktivitas lahan meningkatkan untuk artinya penting sangat ini kegiatan itu karena Oleh kawasan hutan. II.. Tingkat Daerah Pemerintah oleh dilakukan Pelaksanaannya banjir dan bahaya erosi menanggulangi terutama untuk kawasan
Repelita AkhirII
893
2.461
IV Akhir Repelita
3.378
hektare ribu*() dalam
LUAS AN PERKEMBANG REBOISASI AREAL VIREPELITAI
2.1.1.2 GRAFIK
L. Repelita Akhir III
4.815
VI 1995/96 1994/95 VI: Repelita Akhir V:
5.225
5.748
95
III. KESEJAHTERAAN RAKYAT A.
AGAMA DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
TABEL 3.A.1
JUMLAH TEMPAT PERIBADATAN YANG MEMPEROLEH BANTUAN PEMBANGUNAN
Agama
(1) Islam
(2 )
(3) 77
( 38.389) Protestan
3
( 3.241) Katholik
1
( 1.497) Hindu
2
1,048
(35.850) 63
(4.875) 60
( 3.036 ) 43
M
IV
V
(4 )
(5)
(6 )
10,636 (97.960 )
11,043
9,326
2,019
2,200
(27.429)
(35.058)
(5.437)
(5.905)
641
(2.810 ) 678
(3.749) 546
1,131
(2.622)
672
(3.195 )
1,101
598
( 1.689)
(856 )
850
217
179
(257)
(304)
155
(92 )
162
(135)
466
133
139
(873)
(116)
(546 )
( 1.055)
( 1.290 )
(1.452) 140
245
248
52
52
(85)
( 1.174)
(246 )
( 862)
( 967)
(52)
(39)
83
1,223 ( 46.225 )
( 106.217 )
14,370 (33.874)
11,310 (40.949 )
2,576 (5.954)
2,732 (6.929)
Budha
Jumlah
Repelita VI 1995/96 1994/95 (8 ) (7 )
Repelita I
(44.267 )
12,641
( 1.272)
Sumber : Departemen Agama Catatan :
Angka dalamkurung adalah angka pertambahanjumlah tempat peribadatan dalam Repelita dan tahun anggaran yang bersangkutan
Program bantuan pembangunan dan rehabilitasi tempat peribadatan dimaksudkan untuk memberikan dorongan dan menunjang upaya swadaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan tempat peribadatan yang memadai dan layak, serta menyatu dengan lingkungannya. Perhatian pemerintah makin meningkat dalam upaya pemenuhan kebutuhan tempat peribadatan, sebagaimana ditunjukkan oleh makin besarnya proporsi tempat peribadatan yang mendapat bantuan pembangunan terhadap pertumbuhan jumlah tempat peribadatan .
96
TABEL 3.A.2 PENGADAAN KITAB SUCISELAMA REPELITA I - V dan DUA TAHUN PERTAMA REPELITA VI
( ribu ) Agama
( 1)
Repelita
Repelita I
II
III
IV
V
VI 2)
(2)
(3)
(4 )
(5 )
(6 )
(7 )
553.1
2,694.2
6,299.4
3,729.2
2,438.6
1,230.7
Protestan
55.3
192.6
440.6
487.6
267.0
117.0
Katholik
16.9
233.6
446.3
414.0
245.9
112.0
Hindu
24.8
77.6
257.7
280.5
171.1
84.5
Budha
8.0
39.5
77.8
74.1
133.2
51.0
658.1
3,237.5
7,521.8
4,985.4
3,255.8
1,595.2
Islam
Jumlah
Sumber : Departemen Agama Catatan :
1 ) Angka kumulatif lima tahun
2) Angka kumulatif selama dua tahun 1994/95 - 1995/96 Dalam upaya meningkatkan kader keimanan dan ketaqwaan serta memperluas wawasan
keagamaan umat beragama, pemerintah ikut membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan kitab suci berbagai Agama ( Islam , Kristen Protestan , Katholik, Hindu dan Budha ).
97
TABEL 3.A.3
JUMLAH JEMAAH HAJI SELAMA REPELITA I - V dan REPELITA VI Jumlah
Repelita
Jemaah Haji ( orang )
(1)
(2) 1)
I
102.766 1)
II
257.886
III
287.918 1)
IV
246.717 1)
V
446.461 2)
VI
361.120
Sumber: Departemen Agama Catatan: 1 ) Angka kumulatif selama lima tahun 2) Angka kumulatif selama dua tahun 1994/95 - 1995/96 Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan dan kelancaran pelaksanaan
ibadah haji dan umroh agar dapat berlangsung dengan tertib, mudah, aman, serta memenuhi rukun agama dan peraturan yang berlaku meningkatnya kesadaran beragama terutama yang beragama Islam yang disertai dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dicerminkan dengan meningkatnya jumlah jemaah haji dari 102,8 ribu pada Repelita I menjadi 444,5 ribu pada Repelita V.
98
III
B.
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
> $
TABEL 3.B.1
PERKEMBANGAN JUMLAH SEKOLAH , GURU DAN MURID SEKOLAH DASAR
(ribu ) Tahun
Sekolah
Guru
(1)
(2)
(3 )
Murid
1969
63.0
373.2
12,802.4
1973
65.9
436.1
13,069.4
1978/79
92.5
591.4
18,074.8
1983/84
128.9
925.8
25,804.4
1988/89
144.2
1,128.6
26,684.1
1993/94
148.9
1,172.5
26,319.9
1994/95
149.5
1,172.6
26,200.0
1995/96
150.1
1.222.4
26,024.9
Sumber: Dep. Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan dasar sebagai awal dari pendidikan di sekolah ditujukan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga negara serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke SLTP. Perkembangan SD dari tahun 1969 sampai dengan 1996 ditandai dengan meningkatnya jumlah SD lebih dari dua kali lipat, pertambahan guru SD dari tiga kali lipat dan pertambahan murid lebih dari dua kali lipat.
99
TABEL 3.B.2
PERKEMBANGAN JUMLAH SEKOLAH , GURU DAN MURID SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA
(ribu) Tahun
Sekolah
Guru
(1)
(2 )
( 3)
Murid
1969
5.6
85.1
1,234.4
1973
7.5
97.7
1,535.7
1978/79
9.5
149.4
2,674.0
1983/84
14.5
275.7
4,758.0
1988/89
18.4
366.7
5,710.4
1993/94
18.8
380.9
5,931.0
1994/95
19.4
392.8
6,352.9
1995/96
20.0
411.3
6,860.0
Sumber: Dep. Pendidikan dan Kebudayaan Perkembangan SLTP dari tahun 1969 sampai dengan 1996 ditandai dengan
meningkatnya jumlah sekolah hampir empat kali lipat, pertambahan guru SLTP hampir lima kali lipat dan pertambahan jumlah murid hampir enam kali lipat. Pendidikan SLTP dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh di SD. Pembinaan SLTP dalam Repelita VI lebih ditekankan pada upaya perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dan peningkatan mutu sebagai bagian dari Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun .
100
TABEL 3.B.3 PERKEMBANGAN JUMLAH SEKOLAH , GURU DAN MURID SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS
( ribu ) Tahun
Sekolah
Guru
(1 )
(2)
(3 )
Murid
1969
2.5
38.5
461.0
1973
2.9
58.9
695.2
1978/79
3.7
86.1
1,545.0
1983/84
6.9
180.3
2,595.4
1988/89
9.9
267.6
3,563.1
1993/94
10.8
299.5
3,863.3
1994/95
11.5
316.5
4,042.4
1995/96
11.7
327.3
4,226.9
Sumber: Dep. Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan menengah ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan SLTA sejak awal Repelita I hingga tahun kedua Repelita VI ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah SLTA hampir lima kali lipat jumlah guru lebih dari delapan kali lipat dan jumlah murid SD lebih dari sembilan kali lipat.
101
TABEL 3.B.4
PERKEMBANGAN JUMLAH PERGURUAN TINGGI,
DOSEN , DAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI
Tahun
(1)
Perguruan Tinggi
Dosen
Mahasiswa
(ribu )
( ribu )
(2 )
(3 )
1969
205.0
30.5
176.9
1973
331.0
34.3
227.1
1978/79
383.0
50.6
334.1
1983/84
478.0
73.9
823.9
1988/89
841.0
127.2
1,356.8
1993/94
1,173.0
132.5
2,056.7
1994/95
1,211.0
150.6
2,206.9
1995/96
1,298.0
156.0
2,344.0
Sumber: Dep . Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan tinggi dibina dan dikembangkan untuk menyiapkan serta membekali peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional. Perkembangan perguruan tinggi dari tahun 1969 sampai dengan 1996 diperlihatkan oleh meningkatnya
jumlah perguruan tinggi sekitar enam kali lipat, pertambahan dosen sekitar lima kali lipat dan jumlah mahasiswa lebih dari tiga belas kali lipat.
102
TABEL 3.B.5
PERSENTASE PENDUDUK KELOMPOK USIA 7 - 18 TAHUN YANG SEDANG SEKOLAH
Kelompok Usia
1971
1980
1990
1994
(1)
(2)
(3 )
(4)
(5 )
Laki-laki
7 - 12 13 - 15 16 - 18
61.0
83.9 64.9 38.5
91.4
93.9
66.8
73.5
44.5
47.4
83.2 55.6 24.1
91.7
94.2 71.1 43.2
49.5
83.6
43.3
60.3
21.7
31.3
91.6 64.9 41.2
49.4
27.9
Perempuan 7-12 13 - 15
37.9 37.1
16 - 18
15.4
62.9 37 :9
Laki-laki + Perempuan 7 - 12 13 - 15 16 - 18
94.1 72.3 45.3
Sumber: Sensus Penduduk 1971 , 1980, 1990, dan Susenas 1994 Segenap kegiatan pendidikan diarahkan , sesuai dengan fungsinya, untuk mengembangakan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Salah satu
upayanya adalah perluasan daya tampung disemua jenis dan jenjang pendidikan, di samping peningkatan mutu pendidikan. Angka -angka di atas menunjukkan tingginya persentase penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah, baik laki- laki maupun perempuan, dari tahun 1971 sampai dengan 1994. Apabila dicermati lebih lanjut, nampak bahwa proporsi
perempuan usia sekolah yang sedang bersekolah naik lebih cepat dibanding penduduk laki-laki dalam kelompok usia yang sama. Kalau pada tahun 1971 persentase penduduk
perempuan usia sekolah yang sedang bersekolah jauh di bawah penduduk laki-laki, pada tahun 1994 persentase tersebut hampir sama.
103
GAMBAR 3.B.6 PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA KELOMPOK BELAJAR MELALUI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH juta orang 19,7
Reet
20
Per
18
16,0
(ર ) 16
14
10,1
12
ar 10
8
5,6
12 . 2
0,1
TO 1973/74
1978/79
1983/84
1988/89
1993/94
1 541 1995/96
Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayam
Pendidikan luar sekolah diarahkan pada usaha meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dasar bagi masyarakat, termasuk anak usia sekolah yang tidak mampu mengikuti pendidikan di jalur sekolah . Melalui Kelompok Belajar (Kejar Paket A setara SD, tidak setara SD , dan Kelompok Belajar B setara SLTP) , pengetahuan ,sikap mental dan ketrampilan praktis yang relevan diajarkan. Jumlah peserta KEJAR melonjak dari 0,1 juta orang pada tahun 1973/74 menjadi 19,7 juta orang pada tahun 1995/96 . Suatu peningkatan sebesar 197 kali lipat.
104
III C. KESEHATAN , KELUARGA BERENCANA DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
TABEL 3.Ć.1 PERKEMBANGAN JUMLAH PUSKESMAS PUSKESMAS PEMBANTU DAN PUSKESMAS KELILING 1973/74 - 1995/96
TAHUN
PUSKESMAS
(1)
(2 )
PUSKESMAS PEMBANTU PUSKESMAS KELILING
(3 )
1973/74
2,343
1978/79
4,353
6,636
604
1983/84
5,353
13,636
2,479
1988/89
5,642
17,413
3,521
1993/94
6,954
19,977
6,024
1994/95
6,984
20,477
6,552
1995/96
7,014
20,977
7,082
Sumber: Lampiran Pidato Presiden, Tgl. 16 Agustus 1990, 1993, 1996 , Pembangunan puskesmas, puskesmas pembantu dan pengadaan puskesmas keliling ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih merata dan sedekat mungkin
kepada masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah Jumlah puskesmas dari tahun 1973/74 sampai dengan tahun 1995/96 menjadi tiga kali lipat, sedangkan puskesma pembantu dari tahun 1978/79 sampai dengan tahum 1995/96 menjadi tiga kali lipat. Dengan demikian semakin banyak masyarakat yang mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga berdampak pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
105
TABEL 3.C.2 PERKEMBANGAN POSYANDU 1986 - 1995/96
TAHUN
POSYANDU
(1)
(2)
1986
110,579
1987
185,660
1988
213,717
1989
230,607
1990/91
234,480
1991/92
238,078
1992/93
241,236
1993/94
244,843"
1994/95
250,262
1995/96
263,769
Sumber :
Lampiran Pidato Presiden RI, Tgl. 16 Agustus 1990, 1993, 1996
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang memberikan pelayanan keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak. gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Jumlah posyandu di berbagai pelosok daerah dari tahun 1986 sampai dengan tahun 1995/96 menjadi lebih dari dua kali lipat. Hal ini menunjukkan makin meningkatnya peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
106
TABEL 3.C.3 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT
PEMERINTAH DAN SWASTA *) 1973/74 - 1995/96
TAHUN
JUMLAH RUMAH SAKIT
(1)
(2)
1973/74
1,116
1978/79
1,169
1983/84
1,273
1988/89
1,498
1993/94
1,673
1994/95
1,741
1995/96
1,868
Sumber : Lampiran Pidato Presiden RI, Tgl. 16 Agustus 1990, 1993, 1996 *) Rumah Sakit Umum dan RS Khusus
Upaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan rumah sakit meliputi pelayanan gawat darurat, rawat jalan,rawat inap, pelayanan medik , dan pelayanan penunjang medik serta non medik. Jumlah rumah sakit dari tahun 1973/74 sampai dengan tahun 1995/96 menjadi
dua kali lipat. Dengan demikian, makin banyak masyarakat yang dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
107
TABEL 3.C.4 PERKEMBANGAN TENAGA KESEHATAN 1973/74 - 1995/96
TAHUN
DOKTER
PERAWAT KESEHATAN
(1)
(2 )
(3)
1973/74
6,221
16,039
1978/79
10,456
31,061
1983/84
17,647
44,651
1988/89
24,070
77,935
1993/94
32,026
121,013
1994/95
35,342
133,254
1995/96
38,110
144,818
Sumber :
Lampiran Pidato Presiden RI, Tgl. 16 Agustus 1990, 1993, 1996
Tenaga kesehatan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam penyelenggaraan upaya kesehatan . Jumlah dokter dan perawat kesehatan dari tahun 1973/74 sampai dengan tahun 1995/96 masing -masing menjadi enam kali lipat dan sembilan kali lipat. Hal ini menunjukkan makin meluasnya pelayanan kesehatan yang bermutu.
108
TABEL 3.C.5 BEBERAPA INDIKATOR KELUARGA BERENCANA
REPELITA I - REPELITA VI 1)
Repelita
( 1)
Jumlah Klinik KB
Peserta KB Aktif
(buah)
( ribu orang)
(2)
(3 )
Angka Kelahiran Total ( per wanita )
I
2,235
1,680.6
5,2
II
4,134
5,541.5
4,7
III
7,064
14,422.5
4,0
IV
9,388
18,768.6
3,2
V
13,155
21,460.0
2,9
15,785
24,203.3
2,7
3)
VI
Sumber :
Kolom 2 dan 3 sumber BKKBN ; kolom 4 sumber BPS Sensus'71,Supas76, Sensus'80. Supas'85, Sensus'90 , dan Proyeksi BPS Keterangan:
1 ) Jumlah pasangan usia subur yang pernah menggunakan alat/obat kontrasepsi
2) Rata -rata banyaknya anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa reproduksinya. 3) Tahun 1995/96
Semakin banyaknya pusat-pusat pelayanan KB termasuk klinik KB akan meningkatkan kesertaan masyarakat dalam berkeluarga berencana. Peningkatan jumlah peserta KB khususnya peserta KB aktif selanjutnya akan menurunkan angka kelahiran total ( total fertility rate TFR ) dan juga pertumbuhan ppenduduk ( lihat Tabel 1.1 Jumlah -
Penduduk dan Pertumbuhan ).
109
SOSIAL KEGIATAN BEBERAPA
TABEL 3.C.6
SATUAN
2()
15
8)(
VI
1)
7)(
V
1)
REPELITA
6()
IV
1)
5()
90,485
Ш
116,979
88,971
4()
170,560
133,735
о
242,350
109,237
452,015
I
129,510
247,000
3)(
29,900
236,545
16,700
27,000
62,015
68,613
5,000
12,700
4,110
12,995
นใน ี้
STYR
7,318
19,290
59,550
12,493
10,440
441,086
3,030
8,628
71,665
7,035
សោះ ។
VI PERTAMA DUA TAHUN VIDAN REPELITA SELAMA URAIAN
(1)
orang
orang
orang
orang
kk
TISE
Kesejahteraan Pembinaan lanjut sosial usia 1.
penyandang rehabilitasi Pelayanan cacat dan 2.
terlantar
Pembinaan kesejahteraan sosial yang anak3. Masyarakat Pembinaan Pekerja Sosial 4.
terasing
5. kesejahteraan Pembinaan sosial masyarakat
tahun lima kumulatif )1 selama Angka 1994/95 tahun kumulatif Angka selama dua2) 1995/96
Lampiran Presiden Agustus Sumber: Pidato 1990 1993 1996 Tgl RI 16.,
melakukan pelayanan sosial. masyarakat untuk turut
profesionalitas mutu, meningkatkan pembangunan diupayakan Kegiatan tersebut seperti untuk sosial atas, di, tanggung jawab dan kesetiakawanan meningkatkan pelayanan kesadaran, cakupan sosial serta
2)
110
HOTELS
S2
EDWA
III D. PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
TABEL 3.D.1
1) PROGRAM PERUMAHAN RAKYAT 1973/74 - 1995/96
Tahun
Pemugaran Perumahan Desa
Perbaikan Kampung dan Lingkungan
( ribu rumah )
( ribu rumah )
( ribu ha )
(2 )
(3 )
Pembangunan Rumah Sederhana
2)
(1 ) 1973/74
2.40
1978/79
0.20
32.75
8.60
1983/84
88.37
153.73
25.50
1988/89
176.99
282.91
49.80
1991/92
212.73
418.26
73.85
1992/93
224.17
484.09
85.59
1993/94
241.52
564.04
92.29
1994/95
279.70
577.35
95.76
1995/96
325.55
603.04
98.48
1 ) Angka kumulatif 2) Pembangunan ditangani oleh Perum Perumnas Sumber : Departemen Pekerjaan Umum
Pembangunan rumah sederhana, pemugaran perumahan desa dan perbaikan kampung dan lingkungan diarahkan pada makin meratanya pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana perumahan dan pemukiman dengan kualitas hunian yang layak dan terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan
rendah . Di samping itu , kegiatan-kegiatan ini ditujukan untuk terciptanya lingkungan perumahan dan pemukiman yang layak, bersih, sehat, dan aman dengan segala fasilitas lingkungan pemukimannya. sehingga berdampak pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
111
TABEL 3.D.2
1) PENYEDIAAN AIR BERSIH 1973/74 - 1995/96
Tahun
(1 )
Kapasitas
Sambungan
Hidran
Jumlah Pdd
Air Bersih
Rumah
Umum
( ribu It/dt)
(ribu buah )
( ribu buah)
Terlayani ( juta orang)
(2 )
( 3)
(4 )
(5)
236.0
21.9
1978/79
20.2
323.5
30.1
9.2
1983/84
38.3
550.8
39.4
13.4
1988/89
52.1
1,212.9
49.7
21.6
1991/92
59.3
1,991.0
69.4
29.7
1992/93
62.7
22,090.6
79.9
32.3
1993/94
66.2
2,665.9
84.2
38.1
1994/95
69.2
2,739.2
85.8
41.4
1995/96
74.6
2,750.9
86.1
45.7
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum
Air bersih merupakan kebutuhan pokok kehidupan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut maka sejak awal Repelita I, penyediaan air bersih merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan. Untuk itu instalasi pengolahan air bersih dari tahun ke tahun terus ditingkatkan sehingga jumlah pelayanan sambungan ke rumah, jumlah hidran umum , dan jumlah penduduk terlayani oleh air bersih semakin luas dan merata.
.
15.2
1 ) Angka kumulatif
112
6.7
1973/74
III E. PERANAN WANITA DAN GENERASI MUDA
TABEL 3.E.1
PERANAN WANITA REPELITA I - V
TAHUN 1) URAIAN
SATUAN
1971
(1 )
(2 )
(3)
Presentase penduduk wanita usia
1980
1990
1995
(5)
(6)
%
49.7
37.2
21.3
17.14
tahun
47.2
53.7
61.5
65.3
10 tahun ke atas yangbuta huruf
Angka Harapan Hidup Wanita Presentase penduduk wanita usia
%
10 tahun ke atas dan menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan 1.
SLTP
3.12
7.3
12 .
SLTA
1.24
4.6
9.4 7.7
11.6 10.7
3.
PT
0.14
0.4
1.0
1.9
89.24
97.77
96.3
90.2
48.9
19.9
43.84 15.21 15.22 24.01
|Angkatan kerja wanita (15 th ke atas) yang bekerja
%
Wanita yang bekerja menurut lapangan
%
usaha
1.
Pertanian, Kehutanan , dan Perikanan
12 .
Industri Pengolahan
62.1 8.4
3.
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan
8.2
53.78 12.38 13.06
13.6
18.90
14.
14.4 13.7
Sumber : 1)
BPS - Sensus penduduk Taham 1971. 1980 , 1990 dan SUPAS 1995
Sejalan dengan pesatnya laju pembangunan nasional, maka kedudukan dan peranan wanita sebagai mitra sejajar pria menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Dengan semakin meningkatnya pendidikan , kesempatan kerja dan kesehatan , maka peran wanita akan semakin meningkat, sehingga dapat memberikan sumbangan yang optimal bagi pembangunan
113
TABEL 3.E.2
PERKEMBANGKAN BEBERAPA KEGIATAN GENERASI MUDA 1980 , 1990 , DAN 1995/96
NO.
URAIAN
SATUAN
1980
1990
1995/96
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.
Pendidikan Politik Pemuda tingkat kader
orang
2.
Pelatihan Keterampilan Pemuda
orang
3.
Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan (SP3)
orang
4.
Pertukaran Pemuda antar Propinsi
orang
5.
Napak Tilas Jejak Pahlawan
orang
450
500
3,285
636
860
2,550
800
3,150
1,380
1,550
1,380
2,075
200
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI
Dalam rangka meningkatkan Generasi Muda sebagai generasi penerus dan kader pembangunan bangsa, telah dilaksanakan berbagai kegiatan antara lain seperti tercantum diatas. Dengan meningkatnya cakupan kegiatan -kegiatan tersebut, maka akan semakin banyak Generasi Muda yang mempunyai keterampilan , kepeloporan , kesetiakawanan sosial, dan wawasan kebangsaan yang lebih tinggi.
114
III F. ILMU PENGETAHUAN , TEKNOLOGI DAN PENELITIAN
TABEL 3.F.1 JUMLAH TENAGA PENELITA MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN REPELITA II - VI (orang) -
No.
Pendidikan
Akhir Rep II * ) Akhir Rep IV * ) Akhir Rep V **)
REPELITA VI ** ) 1994/95
1 Doktor
2 Master / Sarjana 3 Sarmud *** ) TOTAL
3,933
1995/96
18,204 6,172
1,016 27,826 9,433
3,811 49,719 10,358
51,021
10,688
4,029 52,075 11,074
25,042
38,275
63,888
65,642
67,178
666
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik RI Tanggal 16 Agustus 1994 dan 1996 Belum mencakup tenaga peneliti di Perguruan Tinggi ** ) Mencakup tenaga peneliti di Perguruan Tinggi *** ) Tenaga Teknisi / Laboran
Dalam rangka meningkatkan kemampuan iptek nasional telah dikembangkan program peningkatan kualitas sumber daya manusia peneliti . Jumlah peneliti dengan kualifikasi doktor pada tahun 1995/96 telah meningkat 6 kali lipat dibandingkan dengan jumlah teanga
doktor pada akhir Repelita III, sedangkan jumlah tenaga peneliti master/sarjana meningkat hampir 3 kali lipat pada kurun waktu yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa iptek nasional semakin didukung oleh tenaga peneliti yang makin profesional dan kompeten di bidangnya
masing-masing sehingga diharapkan kemampuan menghasilkan iptek yang makin bermutu juga makin meningkat.
115
TABEL 3.F.2 ANGGARAN KEGIATAN IPTEK * ) dalam milyar rupiah
Repelita VI Keterangan
1993/94
1994/95
1995/96
1996/97
1.
Anggaran Pembangunan
520.84
670.77
884.28
1,091.16
II.
Anggaran Rutin
180.36
201.00
241.00
300.70
M.
Total Anggaran
701.20
871.77
1,125.28
1,391.86
IV .
Prosentase Terhadap APBN
1.12%
1.25%
1.44 %
1.54%
Sumber : Nota Keuangan dan RAPBN 1993 , 1994, 1995 , dan 1996 - Departemen Keuangan RI *) Mencakup kegiatan penelitian, pengkajian, survei, dan studi-studi yang pendanaanya di sektor iptek dan sektor pembangunan lainnya
Alokasi anggaran untuk pengembangan iptek meningkat sekitar 45% dalam perioda 1993/94 - 1996/97. Pada tahun anggaran 1993/94 anggaran iptek mencapai Rp. 701 miliar
atau 1,12% dari total APBN , meningkat menjadi sekitar Rp. 1.400 miliar atau 1,54% dari total APBN pada tahun 1996/97. Dengan meningkatnya anggaran untuk iptek tersebut diharapkan dapat mendukung peningkatan kualitas dan produktifitas nasional dalam memperkukuh daya saing bangsa.
116
TABEL 3.F.3 HASIL PENTING DALAM PEMBANGUNAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI 1993 /94-1995 / 96
Keglatan Pertanian
I
Satuan
Repelita V
varietas ,
16 padi unggul 54 palawija 64 tanaman perkebunan formula pemupukan dengan asam askorbat dan
1994/95 s / d 1995/96
7 padi unggul 16 palawija 16 tanaman perkebunan 39 tanaman buah -buahan
karbon aktif
Peternakan
Pembuatan embrio beku kembar ternak sapi
metoda
Pengolahan pakan ternak
Vaksin Koksivet Polivalent Supra 95, Vaksi ND pada ayam Diagnosa penyakit Tripanosomiasis Pengobatan penyakit parasit darah dan
Anthrax pada sapi. II Perikanan
metoda /
Pemeliharaan ikan triploid
disain /
Pemeliharaan rumput laut
Alat tangkap purseine dan rumpon Cara pembenihan ikan
formula
Rekayasa kromosom triploid ikan mas Rekayasa kromosom poliploid Teknik produksi gigogenetik ikan mas
Pemijahan ikan dengan teknologi hormon IV Kesehatan
kit / formula / metoda
1
Kit Hematologi Kit mikrobiologi zat anti malaria
Teknik pemilihan sperma Teknik pembekuan sperma
15 jenis tumbuhan obat obat tradisional
Alat pemantau debu pencetus asma
Proses pemisahan pinisilin
Prevalensi penyakit kaki gajah
Prototip renograf jinjing Pembuatan antibiotik aksitetrasiklin
Identifikasi mikrofilaria
Bahan baku Tetracyclin, Erythromycin, Penicilin, Cafalosforn, Vitamin B12
V
Sumber Daya Energi prototipe /
Briket batubara untuk peleburan besi baja
dan Mineral
Peta dan data potensi energi angin Prototipe turbin dan kincir angin
peta
Teknik audit energ Alat pengolah batubara cair Teknik menstabilkan lereng
Teknik pengolahan mineral
Teknik penambangan batu bara, batu
Peta penyebaran tembaga, timbal, seng dan mangan
gamping, batu marmer , dan emas
Identifikasidaerah emas dan bijih besi
117
Keglatan
Satuan
VI Industri 1 Wahana Industri
desain
Repelita V
Konstruksi pesawat N -250 Bahan komposit serat karbon Paduan alumunium dan litium
Dirgantara
Rancang bangun pesawat terbang ringan Pengembangan roket RKX - 150 dan RKX -250 2 Wahana Industri Maritim dan
desain
Kapal ikan tuna Jetfoil
Perkapalan
Kapal tanker 3500 dwt
Kapal FPB -57, FPB - 28
1994/95 s / d 1995/96
Uji sifat aerodinamika, kekuatan material, komponen dan konstruksi CN - 235 Uji terbang N - 250 Perencanaan awal N-2130
Prototipe kapal Maruta Jaya Pengawasan mutu kapal Caraka Jaya Desain kapal wisata bahari Standardisasi kapal ikan Mina Jaya.
Kapal penumpang 3 Wahana Industri
Transportasi darat
metoda / prototip
Geosintetik pelapisan ulang jalan Prototipe alat pembuat aspal karet Alat penyemprot aspal.
Pemanfaatan karet alam untuk perletakan jembatan 4 Wahana Industri
Telekomunikasi, Elektronika
5 Wahana Industri
Rekayasa
Mikroelektronika hibrid dan optoelektronika
desain /
untuk radio dijital Pembuatan dan karakterisasi LED
prototipe / model
desain /
1
prototipe / model
Pembuatan silinder blok, kepala silinder, silinder liner, crank case, roda gigi, connecting rod, dan crank shaft mesin 100 cc,
Kamus elektronik Bahasa Indonesia Pembuatan peta elektronik Sensor ultrasonik
Prototipe sistem pengendali satelit Aplikasi serat optik pada sentral telepon Disain prototipe rangkaian thick film multi layer untuk radar, prototipe CHIP ASIC
Sensor gaya jennis strain gauge Prototipe alat penguji takmerusak Laser excimer jenis He dan Ni Prototipe EKG Prototipe pengolah data 3 dimensi Pengoreksi citra kamera gamma
10 board komputer Rancang bangun ruang hampa dan pembuatan gas sealant
Teknik Produksi chip komputer dengan metode MOS dan CMOS Desain chip dengan 10.000 gerbang
Keramik Zirkonia Model robot artikulasi
Sensor ultrasonik
Bahan kopolimer lateks karet alam Bahan penghambat nyala Sb203 Bahan isolasi kabel tegangan tinggi Bahan komposit keramik Cordierite
Sumber : 1 ) Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia Tanggal 16 Agustus 1994 dan 1996 Catatan : * ) Angka selama 5 tahun pelaksanaan Repelita V
Penelitian dalam sektor pertanian terus ditingkatkan untuk mendukung pemantapan swasembada pangan, pemenuhan kebutuhan akan protein hewani, dan menghasilkan devisa . Penelitian dalam sektor kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat luas. Sedangkan penelitian dalam sektor energi dan mineral merupakan upaya untuk menghasilkan teknologi alternatif dan pemanfaatan sumber daya mineral. Penelitian industri diarahkan untuk menghasilkan iptek dalam rangka mendukung industrialisasi industri dirgantara, industri mantim , industri transportasi, dan industri telekomunikasi serta
industri elektronika. Peningkatan kemampuan iptek nasional akan memberikan kontribusi yang sangat penting bagi kemandirian, kemajuan, dan kesejahteraan nasional.
118
TABEL 3.F.4
JUMLAH PROPOSAL DAN ANGGARAN
RISET UNGGULAN TERPADU DAN RISET UNGGULAN KEMITRAAN
Tahan
RUK
RUT
Proposal
Anggaran
Proposal
Anggaran
(buab )
(miliar rupiab )
(buab )
(miliar rupiab )
13
3.5
109
9
1994/95
247
23.5
1995/96
358
34
1996/97
324
35
22
1993/94
6.6
Sumber: Laporan Pelaksanaan RUT dan RUK 1996 - Kantor Meneg Ristek Dalam rangka meningkatkan mutu dan keterpaduan penelitian di bidang iptek bioteknologi, teknologi kedokteran teknologi hasil pertanian, rancang bangun , ilmu kimia dan proses, ilmu bahan, teknologi energi, elektronika dan informatika, teknologi perlindungan lingkungan,
dan dinamika sosial ekonomi dan budaya, sejak tahun anggaran 1993/94 telah dikembangkan program Riset Unggulan Terpadu (RUT, dan Riset Unggulan Kemitraan (RUK ) tahun 1995/96 . Program RUK ditujukan untuk meningkatkan kerjasama antara lembaga penelitian dengan dunia
dunia usaha dan industri. Kedua program tersebut disamping menghasilkan mutu penelitian yang tinggi juga telah menumbuhkan tradisi akademis dan kemitraaan yang sangat diperlukan untuk pengembangan iptek pada masa mendatang. Minat dunia usaha yang tinggi dalam pengembangan iptek diperlihatkan oleh kontribusinya dalam penyediaan dana penelitian yang mencapai sekitar 50 persen
Secara keseluruhan tumbuhnya tradisi akademis dan minat dunia usaha dalam mendanai kegiatan riset merupakan hal yang sangat strategis bagi kemajuan iptek dan industri nasional pada masa mendatang.
119
( dead )
De uiliga)
InBog 23
. VA UGAISETVAN
TABEL 3.F.5
1996/97 1995/96-
1995/96
buah ()
Proposal Anggaran
-
miliar)( rupiah 13
13
1996/97
sefaci su keuse
Proposal Anggaran miliar buah)()( rupiah psal 1572SEY
3.5 que TIJOLUSEKMECKU 3.5
11
3 bookcupatie u biex
22
.si gediggikt S2
Ube
rancisk planu
Peneb TU
DAN ANGGARAN PROPOSAL JUMLAH KEMITRAAN UNGGULAN RISET
RUKI
II RUK
JUMLAH
pelaksanaan Laporan Sumber: Meneg Kantor Ristek RUK 1996peran serta meningkatkan rangka Dalam dalam usaha dunia pengembangan tahun sejak iptek
diterapkan 1995/96 Unggulan Program Riset Jumlah RUK Kemitraan anggaran yang).( dialokasikan program untuk ini. meningkat 1995/96 menjadi miliar pada dari TA 3,5 Rp. 6,6 Rp proposal 1996/97 dengan jumlah pada yang TA meningkat hampir lipat. kali dua Sumbangan dunia dalam usaha RUK mencapai pertama sekitar tahun pada dan 30 %, hampir dua ke Hal ini 50 %. menunjukkan minat dunia usaha cukup tinggi dalam pengembangan iptek yang kemajuan penting sangat mana bagi hal ini. nasional industri iptek masa pada dan mendatang
4.4
2.2
6.6
120
snor 208 Bila mesls atosto svorius at e
beste
ruku 1.391 spogeul som
lisbioen
METZON
v
Lily
.2h 2001 m los
( គង់ ។ .ន ||?fese
LACO908YEAMUL A
.
IV .
POLITIK, APARATUR PEMERINTAH , HUKUM DAN PENERANGAN
A. POLITIK
TABEL 4.A.1
TINGKAT PARTISIPASI RAKYAT DALAM PEMILU
Pemilu / Tahun
Jumlah
Jumlah Yang
Persentase
Pemilih
Memilih
Yang Memilih
1955
43,104,464.0
39,419,032.0
91.4
1971
58,179,245.0
54,699,529.0
94.0
1977
70,378,750.0
63,998,344.0
90.9
1982
82,172,493.0
75,126,320.0
91.4
1987
93,965,953.0
85,809,816.0
91.3
1992
107,605,697.0
97,738,813.0
90.8
Sumber : LPU dan DPP Golkar
Selama orde baru partisipasi rakyat dalam bidang politik makin mantap. Partisipasi terebut menunjukkan dukungan rakyat terhadap sistem pemilih yang menggunakan hak pilihnya yang senantiasa di atas 90 % , suatu prestasi yang tinggi dibanding negara manapun di dunia .
121
TABEL 4.1.2 PERSENTASE PEROLEHAN SUARA DALAM PEMILI
ORGANISASI PESERTA PEMILU
PEMILU TAINUN
1)
(OPP)
1. 2.
3. 4. 5. 6.
GOLKAR MASYUMI NU PSII PERTI PPP
2)
1971
1977
1982
1987
1992
62.8
62.1
64.3
73.2
68.1
27.1
29.3
27 8
16.0
17.0
10.1
8.6
7.8
11.0
14.9
(NU + PERMUSI PSII + PERTI) 7. 8.
PNI PSI
9.
PARKINDO + PARTAI KATOLIK
10 . 11 . 12 . 13 .
MURBA IPKI PKI PDI
(PNI+ PARKINDO + PARTAI KATOLIK+ MURBA + IPKI)
1) 2)
Dicatat hanya untuk beberapa Parpol yang relatif besar
Mulai terjadi proses perfusian Parpol menjadi Partai Persatuan dan Partai Demokrasi Indonesia
122
IV B.
APARATUR PEMERINTAH
TABEL 4.B.1 JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL
1973/74 - 1995/96
Tahan
Pria
Wanita
Jumlah
1973/74
1,235,271 (80,9)
291,538 (19,1)
1,526,809 (100,0 )
1978/79
1,417,817 (77,5 )
411,580 (22,5 )
1,829,397
1,933,163 (73,5)
695,311 (26,5 )
2,628,474
1988/89
2,489,159 (68,6 )
1,139,456 ( 31,4 )
3,628,615 ( 100,0)
1993/94
2,597,960 (65,5 )
1,367,818
(34,5 )
3,965,778 (100,0 )
2,645,464 (65,2 )
1,414,968 ( 34,8 )
4,060,432 ( 100,0 )
1983/84
1995/96
( 100,0 )
(100,0 )
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 16 Agustus, 1974, 1979 , 1984, 1989 , 1994, dan 1996
Peningkatanjumlah PNS adalah sesuai dengan kebutuhan dan sejajar dengan
meningkatnya tugas dan beban kerja pembangunan, serta pelayanan yang harus diberikan pemerintah kepada masyarakat. Untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas pegawai negeri, dalam kurun waktu Repelita VI diterapkan kebijaksanaan zero growth
yaitu dengan mengupayakan penerimaan pegawai baru dibatasi sebanyak jumlah PNS yang telah berhenti, pensiu , atau meninggal dunia, kecuali untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan pelayanan kepada seluruh masyarakat.
123
TABEL 4.B.2
LULUSAN SESPA, SEPADYA , SEPALA , DAN SEPADA REPELITA I - REPELITA VI (orang) Tahun
Sespa
Sepadya
Sepala
Sepada
Jumlah 692
692
Repelita I
Repelita II
2,082
2,082
15,519
Repelita III
2,313
Repelita IV
2,383
4,394
10,115
6,277
23,169
2,968
10,978
33,255
6,436
53,637
1,847
10,277
6,890
8,130
27,144
12,285
28,130
57,059
24,769
122,243
Repelita V
1) 6,799
1) 3,926
1) 2,481
2)
Repelita VI Jumlah
1 ) Angka pada Repelita III untuk SEPADYA , SEPALA, dan SEPADA merupakan penjumlah dari Repelita I, II, III. Sedangkan untuk SESPA merupakan penjumlahan selama Repelita III.
2) Angka pada Repelita VI merupakan penjumlahan tahun 1 dan 2. Khusus tahun 2, pelaksanaan dan titelatur diklat SESPA, SEPADYA , SEPALA, dan SEPADA telah disesuaikan dengan PP No. 14/94 yaitu dengan urutan SPATI, SPAMEN , SPAMA, dan ADUM . Dalam tahu 2 Repelita VI diklat SPATI belum diselenggarakan , karena masih dalam tahap penyempurnaan materinya. Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 16 Agustus 1974, 1979, 1984, 1989, 1994, dan 1996
Pelaksanaan diklat struktural yang terus berkelanjutan dan meningkat sebagaimana tergambar pada Tabel 4.B.2 tersebut di atas mempunyai keterkaitan erat dengan penempatan PNS dalam jabatan, dan dilakukan sebagai bagian yang
idak terpisahkan dari pembinaan PNS secara menyeluruh. Dalam Repelita VI telah litetapkan PP No. 14 Tahun 1994 yang dimaksudkan untuk lebih memantapkan
pembinaan karier PNS serta meningkatkan kepribadian dan semangat pengabdian kepada masyarakat, meningkatkan mutu dan kemampuan baik dalam bidang
substansi maupun kepemimpinannya, dan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan semangat kerjasama dan tanggung jawab sesuai dengan lingkup kerja
Organisasi. Dengan semakin meningkatnya jumlah PNS yang mengikuti diklat, naka meningkat pula kualitas sebagai penyelenggara tugas -tugas
umum
pemerintahan dan tugas-tugas dalam keseluruhan bidang /sektor pembangunan dan li seluruh wilayah tanah air, sebagai abdi negara dan masyarakat.
124
TABEL 4.B.3 PELAKSANAAN OPERASI TERTIB DI LINGKUNGAN APARATUR NEGARA APRIL 1977 - MARET 1996 -
hastang
Departemen
LPND
Kejaksaan Agung
Peristiwa
Administrasi
Tindakan Penertiban Lain - lain Hukum
Jumlah
31,366
39,593
1,977
1,048
1,352
26
1,379
2,321
2,675
24
2,699
7,756
9,345
118
9,463
42,491
52,965
2,145
293
41,863
Setlemtertina Bank -bank Pemerintah
Trumlah
294
55,404
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 16 Agustus 1979, 1984 , 1989, 1994, dan 1996
Dalam rangka peningkatan pendayagunaan aparatur dan untuk membantu departemen /lembaga peme rintah non departemen (LPND ) dilakukan operasi penertiban di lingkungan masing-masing. Tabel 4.B.3 di atas menggambarkan hasil operasi tertib yang merupakan tindak lanjut atas hasil pelaksanaan peng awasan di lingkungan aparatu negara, baik dari hasil pengawasan melekat (waskat ), pengawasan fungsional (wasnal), dan pengawasan masyarakat ( wasmas ). Dengan dilancarkannya operasi tertib , yang
dilakukan atas dasar Inpres Nomor 9 Tahun 1977, terhadap penyalahgunaan jabatan , komersialisasi jabatan, korupsi, pemborosan -pemborosan, pungutan liar dan perbuatan tercela lainnya, maka telah dapat diciptakan iklim yang tidak merangsang untuk melakukan penyimpangan -penyimpangan . Angka-angka di atas membuktikan kesungguhan pemerintah untuk menegakkan aparatur yang bersih dan berwibawa
sehingga upaya pelaksanaan berbagai bidang pembangunan yang berlangsung di seluruh wilayah tanah air dapat dilaksanakan secara makin berdaya guna dan berhasil gwa
125
IV C. HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN
TABEL 4.C.1
HUKUM DAN PERUNDANG - UNDANGAN
URAIAN
1.
Rancangan Undang -Undang
AWAL PJP - I
1)
REPELITA V
2) 1995/96
27
55
25
48
296
105
276
380
179
41
28
15
yang telah disahkan 2.
Rancangan Peraturan Pemerintah yang telah disahkan
3.
Penetapan Keppres
4.
Penetapan Inpres
1 ) Selama Repelita V
2) Selama dua tahun pertama Repelita VI Sumber : Pidato Kenegaraan Presiden RI
Sebagai negara hukum maka semua kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah berdasarkan hukum . Oleh karena itu pembangunan bidang hukum terus ditingkatkan yang antara lain tercermin dari peningkatan berbagai produk hukum yang dihasilkan Produk hukum baru tersebut sebagian merupakan pengganti produk hukum lama yang sudah tidak sesuai lagi dan sebagian lainya untuk memenuhi perkembangan kemajuan pembangunan
126
IV D. PENERANGAN DAN MEDIA MASA
TABEL 4.D.1
PERKEMBANGAN SARANA PENYIARAN TELEVISI LUAS DAERAH DAN JUMLAH PENDUDUK DALAM DAERAH PANCARAN
Uraian (1)
Satuan
Awal
Akhir
PJP I
Repelita V
( 1968 )
1993/94
(2)
1995/96
(5 )
1. Stasium Penyiaran (Studio )
buah
2
12
13
2. Stasiun Pemancar/Penghubung
buah
7
329
365
3. Luas Daerah Cakupan
km2
18,200
806,116
820,572
22
153
164
4. Jumlah Penduduk dalam
juta orang
Daerah Pancaran
Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI
Sebagai bagian dari pembangunan penerangan, komunikasi dan media masa TVRI telah berkembang menjadi media penerangan pendidikan, hiburan, penayangan pendapat umum dan pembina kebudayaan yang makin handal. Melalui TVRI, penerangan pembangunan dapat disampaikan secara lebih hidup dan menarik sehingga menjadi lebih efektip. Hal ini dicapai dengan meningkatkan jumlah studio penyiaran, stasiun pemancar sehingga luas daerah cakupan dan jumlah penduduk yang terjangkau juga meningkat.
127
UNIVERSITY OF MICHIGAN
3 9015 04086 5704 TABEL 4.D.2
PERKEMBANGAN JUMLAH TIRAS ( OPLAH ) SURAT KABAR , MAJALAH DAN RASIO SURAT KABAR TERHADAP JUMLAH PENDUDUK
Urla
Satun
Am PNI
Repelita V
( IX )
1993/94
Ahir 1995/96
5
(3 )
1. Surat Kabwe Harina
cheap hari
880,450
4,461,313
4,733,243
2 Surat Kabur Mingguan
chop /hari
167,725
552,497
649,234
47.48
27.65
26.52
3. Ragio Surat Kabar temap Pendudak 10 taun ke atas
:: Lampin Pidato Kcapparaan Presiden RI Pero mosional telah berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memperluas wawasan dan membala perbendaharun informasi yang diperlukan. Pakembangannya terus meningkat, na lain talibat dari peningkatan mutu isi, manajemca ,pezodaran maupun kualitas cetak . Perkembangan pers nasionaljuga terlihat pada perkembanganjumlah tiras penerbitan
persyangterus meningtet, di sampingjumlah danjenis penerbitan pers bertambah banyak dan monika mitanya Penyebarannya telah melunas sampai ke daerah perdesaan dan ke wilayah perbatasan.
128
AM 0093717 Code I- 97-941346 18 UNIVERSITY OF MICHIGAN