Informasi dan kajian pembangunan nasional. Buku - I. Hasil-hasil pembangunan nasional [PDF]

  • Author / Uploaded
  • coll.
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...

Table of contents :
Front Cover
1983 1988 1993 1995 ...
TABEL 2.A.6 ...
- ...
| ...
|||| ...
EE ...
----@_t_64+ ...
baru di Irja, NTB, dan Pongkor Jabar, ...
TABEL 2.D.4 ...
No. ...
है ...
1 ...
GAMBAR 2.E.1.3 ...
GAMBAR 2.E.1.5 ...
ribu buah ...
Peringkatan angkatan peryebarangan makin memantapkan hubungan antara simpul-simpul ...
ANGKUTAN KERETA API ...
TABEL 2.E.S ...
TABEL 2.E.6 ...
No. ...
TABEL 2.F.1 ...
1993/94 ...
GAMBAR 2.F.1.3 ...
TABEL 2.F.2 ...
hi ...
GAMBAR 2.F.2.3 ...
694.2 ...
TABEL 2.F.4 ...
GRAFIK 2.F4.2 ...
TABEL 2.6.2 ...
...
TABEL 2.G.5 ...
TABEL 2.H.6 ...
GRAFIK 2.1.1.1 ...
L. ...
HOTELS ...
Keglatan ...
TABEL 3.F.5 ...
UNIVERSITY OF MICHIGAN ...

Citation preview

GRAD HC



447 .156 1997 v.1



wwww GOLONGAN KARYA



INFORMASI DAN KAJIAN PEMBANGUNAN NASIONAL



BUKU -



-



HASIL- HASIL PEMBANGUNAN NASIONAL



Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya Jakarta 1997



E H T E



KE



TH



T



SI



ER



SE



VER OF



S E I R IL BRA AN.



CHIG



EMRI



UF



GOLONGAN KARYA



INFORMASI DAN KAJIAN PEMBANGUNAN NASIONAL



BUKU - | HASIL- HASIL PEMBANGUNAN NASIONAL



Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya Jakarta 1997



ERAD HC



447



-156



1991 V, A



AYRANLADMO.Ge



r



EL Stucke NPAC - INDO SEASI



11-28.97



PENGANTAR



Buku I, Hasil-hasil Pembangunan Nasional, melaporkan hasil



hasil pembangunan nasional dalam kurun waktu 1968-1995 /96 . Melalui buku ini, dengan angka -angka ditunjukkan perkembangan nasional dan hasil-hasilnya. Buku ini dimaksudkan sebagai bahan referensi yang konkrit dan bersifat kuantitatif bagi para kader Golkar dalam memberikan



penjelasan kepada masyarakat mengenai hasil-hasil pembangunan selama PJP I dan dalam dua tahun pertama PJP II. Disesuaikan dengan kondisi



dan forumnya masing-masing kader Golkar diharapkan dapat mengembangkan ulasan lebih lanjut dari data -data ini. Buku ini terdiri dari empat bagian. Bagian I Umum berisi rangku man indikator- indikator Ekonomi dan Sosial antara lain Kependudukan, Produksi Nasional, dan Indikator Sosial. Bagian II Ekonomi terdiri dari 9 sub bagian, yaitu Keuangan dan Perbankan ; Pertanian, Pengairan dan



Kehutanan; Industri; Pertambangan dan Energi; Perhubungan dan Pekerjaan Umum ; Pariwisata , Pos dan Telekomunikasi; Perdagangan,



Koperasi dan Penanaman Modal; Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Bagian III Kesejahteraan Rakyat terdiri dari: Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; Pendidikan dan Kebudayaan; Kesehatan , Keluarga Berencana dan



Kesejahteraan Sosial; Perumahan dan Pemukiman; Peranan Wanita dan Generasi Muda; Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Penelitian. Bagian IV



Politik terdiri dari : Aparatur Pemerintah; Hukum dan Perundang Undangan; Penerangan dan Media Masa.



i



Hasil-hasil pembangunan pada masing-masing bagian tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang masing -masing diikuti oleh narasi. Narasi mengupas mengenai makna dari berbagai tabel dan grafik tersebut. Dengan demikian, tabel dan grafik tersebut baik secara sendiri sendiri maupun sebagi kelompok dapat dipergunakan untuk menjelaskan



hasil pembangunan bidang tertentu secara lebih utuh. Untuk memperoleh bahan yang lebih lengkap tentunya harus mencari sumber-sumber rujukan lain , seperti lampiran pada pidato kenegaraan Presiden RI tanggal 16 Agustus 1995, terbitan- terbitan BPS dan bahan -bahan lainnya.



ji



DAFTAR ISI Halaman



Pengantar



i



DAFTAR ISI...........



ii



I.



UMUM



Tabel 1.1 Penduduk dan pertumbuhannnya, 1971 , 1980, 1990, 1993, 1994 ......



dan 1995.............



1



1.2 Persentase penduduk menurut



wilayah kota dan perdesaan 1971 , 2



1980, 1990 dan 1995 ............



1.3 Produk domestik bruto,, 1969 - 1995 .................. 3 1



1.4 Distribusi persentase produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut beberapa lapangan usaha, 1969-1995...........



4



1.5 Laju pertumbuhan ekonomi, 1969-1995 ............ 5 1.6 Laju pertumbuhan sektor pertanian, 1969-1995



6



1.7 Laju pertumbuhan sektor industri, 1969-1995



1.8



Pendapatan perkapita, 1969-1995.



7 8



Pola pengeluaran konsumsi rumahtangga Perkapita sebulan, 1969, 1980, 1990 , 1993 ........ 9 10 1.10 Distribusi pendapatan rumahtangga . 1.9



1.11 Jumlah penduduk miskin, 1976-1993 ............ 1.12 Laju inflasi, 1966-1995 ............



11 12



Hii



1.13 Beberapa indikator sosial, Repelita I Repelita VI........... II



...... 13



EKONOMI A. KEUANGAN DAN PERBANKAN



Tabel 2.A.1 Penerimaan pemerintah, Repelita I



14



Repelita VI



2.A.2 Penerimaan dalam negeri, Repelita I Repelita VI.......



15



2.A.3 Penerimaan pajak, Repelita I Repelita VI ..... 2.A.4. Dana pembangunan , Repelita I Repelita VI 2.A.5 Pengeluaran subsidi daerah otonom , Repelita I - Repelita VI .........



16



17



.....



18



2.A.6 Pengeluaran untuk bantuan proyek -pruyek 19 inpres Repelita I - Repelita VI ............ 2.A.7 Jumlah bank dan kantor bank, 1969/70 1995/96 ...........



20



2.A.8 Jumlah uang beredar, 1973/74 1995/96



21



2.A.9 Jumlah giro, deposito dan tabungan, 1968 -1996



2.A.10 Kredit yang diberikan kepada sektor swasta, 1968- 1995 ..........



22



23



2.A.11 Kredit usaha kecil (KUK ), 1990 - 1995 .. 24 2.A.12 Kredit pemilikan rumah (KPR ), Kredit umum pedesaan (Kupedes ), dan ....... 25 Koperasi, 1984 - 1995 ............ iv



2.A.13 Cadangan Devisa , 1969 - 1995.........



26



B. PERTANIAN , PENGAIRAN DAN KEHUTANAN 2.B.1



Produksi beras, 1968 - 1995 .................



27



Tabel



2.B.2



Rata -rata produksi per hektare padi dan .... palawija, 1968-1995 .......



28



2.B.3



Produksi tanaman dan luas areal



perkebunan I, 1968-1995 .......... 2.B.4



Produksi tanaman dan luas areal 30



perkebunan II, 1968-1995 ..... 2.B.5



Produksi perikanan laut dan darat, 1968-1995 ........



2.B.6



...



..........



32



Pembangunan pengairan, 1973/74 - 1995/96



Gambar 2.B.8 2.B.9



..... 31



Produksi daging, telur dan susu , 1968-1995



2.B.7



29



........



33



Perkembangan luas hutan /kebun rakyat 34 Perkembangan unit dam pengendali/



penahan 2.B.10 Perkembangan luas HTI 2.B.11 Perkembangan jumlah desa yang ....



memperoleh bina desa HPH ........



35 36



37



C. INDUSTRI Tabel



2.C.1



Produksi beberapa komoditi sektor industri, 1968/69 - 1995/96 ........



Gambar 2.C.1.1 Produksi tekstil .....



38 39



2.C.1.2 Produksi serat rayon



40



2.C.1.3 Produksi minyak goreng



41



2.C.1.4 Produksi pupuk urea ...... 2.C.1.5 Produksi Plywood ..



42



2.C.1.6 Produksi semen ....



44



2.C.1.7 Produksi besi beton /profil



45



2.C.1.8 Produksi mobil ....



46



2.C.1.9 Produksi traktor tangan



47



2.C.1.10 Produksi kertas



48



43



D. PERTAMBANGAN DAN ENERGI Tabel



2.D.1



Produksi minyak bumi, gas bumi, batubara dan LNG , 1968/69 - 1995/96 .... 49



Tabel



2.D.2



Produksi barang tambang lainnya,



Tabel



Tabel



2.D.3



1968/69 - 1995/96 ......



50



Produksi dan daya terpasang tenaga listrik , 1968/69 - 1995/96 .........



51



2.D.4 Pembangunan listrik perdesaan, 1971 -1995



.... 52



E. PERHUBUNGAN DAN PEKERJAAN UMUM Tabel



2.E.1



Hasil pembangunan jalan dan



jembatan selama PJP I dan Repelita VI ... 53 Gambar 2.E.1.1 Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan ....



54



2.E.1.2 Rehabilitasi dan pemeliharaan jembatan ... 55 56 2.E.1.3 Peningkatan jalan 57



2.E.1.4 Penggantian jembatan 2.E.1.5 Pembangunan jalan



2.E.1.6 Pembangunan jembatan



58 ..........................



59



vi



Tabel



Jumlah kendaraan bermotor angkutan jalan raya selama PJP I dan Repelita VI .....



2.E.3



Angkutan penyeberangan selama ...... 61



PJP I dan Repelita VI 2.E.4 2.E.5



Angkutan kereta api selama PJP I dan Repelita VI ........ Jumlah barang dan penumpang yang diangkut armada nusantara selama PJP I dan Repelita VI .........



62



63



2.E.6



*)



60



2.E2



Angkutan udara dalam negeri 64



selama PJP I dan Repelita VI



2.2.7



Angkutan udara luar negeri selama



2.E.8



PJP I dan Repelita VI Penambahan fasilitas pelabuhan selama PJP I dan Repelita VI



65



66



F. PARIWISATA , POS DAN TELEKOMUNIKASI Tabel



2.F.1



Kunjungan wisatawan mancanegara, perolehan devisa dan kamar hotel, 1969 - 1995/96



67



Gambar 2.F.1.1 Kunjungan wisatawan mancanegara, 68



1969 - 1995/96 1



2.F.1.2 Penerimaan devisa dari kunjungan 69



wisman, 1969 - 1995/96



2.F.1.3 Jumlah kamar hotel (bintang dan non bintang ), 1969 - 1995/96 ... Sarana produksi pos dan giro, 2.F.2



......



Tabel



1969 - 1995



...... 70 71



vii



Gambar 2.F.2.1 Kantor pos dan giro



Tabel



72



2.F.2.2 Unit pelayanan pos bergerak ...



73



2.F.2.3 Surat pos



74



2.F.3



Sarana dan produksi telekomunikasi, 75



1969 - 1995 ...... 2.F.4



Produksi telekomunikasi, 1984 - 1995 ...... 76 77



Gambar. 2.F.4.1 Telepon umum kartu ( TUK )



2.F.4.2 Telepon umum coin ( TUC)



78



2.F.4.3 Warung telekomunikasi (Wartel)



79



G. PERDAGANGAN , KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL



Tabel



2.G.1



Nilai ekspor, 1969 - 1995



2.G.2



Nilai ekspor non migas menurut



.... 80



......



81



sektor, 1981 - 1995 ....



2.G.3



Nilai impor menurut golongan barang ekonomi, 1969 - 1995



.....



82



2.G.4 . Jumlah koperasi seluruh Indonesia, 1968 - 1996 ......



83



Tabel



2.G.5



Jumlah anggota koperasi, 1968 - 1995...... '84



Tabel



2.G.6



Proyek - proyek penanaman modal



dalam negeri yang telah disetujui pemerintah, 1967/68 - 1995/96 ......... 2.G.7



85



Proyek - proyek penananman modal



asing yang telah disetujui pemerintah, 1967/68 - 1995/96 ......



viii



...... 86



H. TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Tabel



2.H.1



Persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan, 1971 - 1995 .... -



87



2.H.2 Perkembangan angkatan kerja (AK ), 1971 - 1995 ....



88



2.H.3



Jumlah peserta Jamsostek



89



2.4.4



Upah minimum regional



2.1.5



Perkembangan kesepakatan kerja ...... 91



bersama



Pembukaan lahan pertanian melalui transmigrasi



92



2.H.6



.... 90



I. SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Tabel



2.1.1



Hasil penting dalam pembangunan lingkungan hidup, 1993/94 - 1995/96



93



Gambar 2.1.1.1 Perkembangan luas areal reboisasi, Repelita I - VI ........ 2.1.1.2 Perkembangan luas areal penghijauan, Repelita I - VI . -



94



95



III. KESEJAHTERAAN RAKYAT A. AGAMA DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA



Tabel 3.A.1 Jumlah tempat peribadatan yang memperoleh bantuan pembangunan .......... 96 .-3.A.2 Pengadaan kitab suci selama Repelita I - V dan dua tahun pertama .... 97 Repelita VI ..... -



ix



98



3.A.3 Jumlah jemaah haji selama Repelita I - V dan Repelita VI ................. B. PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tabel



3.B.1



Perkembangan jumlah sekolah, guru 99



dan murid sekolah dasar



3.B.2



Perkembangan jumlah sekolah, guru dan murid sekolah lanjutan tingkat ..... 100



pertama..... 3.B.3



Perkembangan jumlah sekolah, guru dan murid sekolah lanjutan tingkat atas



3.B.4



3.B.5



Gambar 3.B.6



101 ........



Perkembangan jumlah perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa perguruan tinggi Persentase penduduk kelompok usia 7-18 tahun yang sedang sekolah Perkembangan jumlah peserta kelompok belajar melalui pendidikan luar sekolah ....



102



... 103



104



C. KESEHATAN , KELUARGA BERENCANA DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Tabe)



3.C.1



3.C.2



Perkembangan jumlah puskesmas, puskesmas pembantu dan puskesmas keliling, 1973/74 - 1995/96 ... Perkembangan posyandu, 1986 - 1995/96............



3.0 3



.... 105



... 106



Perkembangan jumlah rumah sakit pemerintah dan swasta,



1973/74 - 1995/96 .....



X



... 107



3.C.4



3.C.5



Perkembangan tenaga kesehatan, 1973/74 - 1995/96 .....



108



Beberapa indikator keluarga berencana, Repelita I - VI ........



109



Beberapa kegiatan sosial, selama Repelita I - V dan dua tahun pertama Repelita VI .....



110



-



3.C.6



D. PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN Tabel



3.D.1



Program perumahan rakyat,



......... 111



1973/74 - 1995/96 3.D.2



Penyediaan air bersih , 1973/74 - 1995/96



.... 112



E. PERANAN WANITA DAN GENERASI MUDA Tabel



3.E.1 3.E.2



113



-



Peranan wanita, Repelita I - V ....



Perkembangan beberapa kegiatan generasi muda, 1980, 1990 dan ...... 114



1995/96



F. ILMU PENGETAHUAN , TEKNOLOGI DAN PENELITIAN



Tabel



3.F.1



3.F.2



Jumlah tenaga peneliti menurut tingkat pendidikan Repelita III - VI ............ Anggaran kegiatan iptek,



116



1993/94 - 1996/97 ........ 3.F.3



Hasil penting dalam pembangunan iptek, 1993/94 - 1995/96 ........



3.F.3



115



Lanjutan .......



........ 117 118



xi



3.F.4



Jumlah proposal dan anggaran riset unggulan terpadu (RUT), 1993/94 - 1995/96 ........... .



3.F.5



...... 119



Jumlah proposal dan anggaran riset unggulan kemitraan, 120



1995/96 - 1996/97 ..... -



IV . POLITIK , APARATUR PEMERINTAH , HUKUM DAN PENERANGAN A. POLITIK Tabel



4.A.1



Tingkat partisipasi rakyat dalam 121



pemilu 4.A.2



Persentase perolehan suara dalam pemilu



...... 122



B. APARATUR PEMERINTAH Tabel



4.B.1



Jumlah pegawai negeri sipil, 1973/74 - 1995/96



4.B.2



....... 123



Lulusan sespa, sepadya , sepala dan



sepada, Repelita I - Repelita VI ............. 4.B.3



124



Pelaksanaan operasi tertib di lingkungan aparatur negara , April 1977 Maret 1996 .........



125



C. HUKUM DAN PERUNDANG - UNDANGAN 4.C.1



Hukum dan Perundang -undangan



...... 126



D. PENERANGAN DAN MEDIA MASA Tabel



xii



4.D.1



Perkembangan sarana penyiaran televisi, luas daerah dam jumlah penduduk dalam daerah pencaran



127



4.D.2



Perkembangan jumlah tiras (oplah) surat kabar, majalah dan rasio surat



kabar terhadap jumlah penduduk.



128



xiii



I. UMUM



TABEL 1.1



PENDUDUK DAN PERTUMBUHANNYA , 1971 , 1980 , 1990, 1993, 1994 DAN 1995 PENDUDUK



TAHUN 1971



1980



1990



1993



1994



1995



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



Jumlah juta orang



119.2



147.5



179.4



189.1



192.2



195.3



Penduduk Kota %



17.3



22.4



30.9



34.0



35.0



36.1



Penduduk Desa %



82.7



77.6



69.1



66.0



65.0



63.9



Penduduk Laki-laki juta orang



58.7



73.3



89.5



94.3



95.9



97.4



Penduduk Perempuan juta orang



60.5



74.2



89.9



94.8



96.3



97.9



1.63



1.60



(1)



Rata - rata Pertumbuhan %



2.32



1.98



1.66



Sumber : Hasil SP 71 ; SP 80; SP 90 dan Statistik Indonesia 1994; Biro Pusat Stafistik



Menurunnya rata - rata pertumbuhan penduduk dari 2,32 persen pada periode



1971 sampai 1980 menjadi 1,60 persen pada tahun 1995 menunjukkan keberhasilan Keluarga Berencana dan cerminan dari kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup Norma Keluarga Kecil, Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS ). Keberhasilan di bidang Keluarga Berencana telah mendapat perhatian dunia yang antara lain ditandai oleh penghargaan PBB kepada Presiden RI.



1



TABEL 1.2 PERSENTASE PENDUDUK MENURUT WILAYAH KOTA DAN PERDESAAN



1971, 1980 , 1990, DAN 1995



TAHUN



KOTA



DESA



(1)



(2)



(3)



1971



17.3



82.7



100.0



1980



22.4



77.6



100.0



1990



30.9



69.1



100.0



1995



36.1



63.9



100.0



JUMLAH



Sumber: Hasil SP 70; SP 80; SP 90 dan Statistik Indonesia 1995; Biro Pusat Statistik



Persentase penduduk perkotaan bertambah jumlahnya setiap tahun , yaitu dari



17,3 persen pada tahun 1971 menjadi sebesar 36,1 persen pada tahun 1995. Hal ini memperlihatkan adanya mobilitas penduduk yang tinggi yang antara lain menunjukkan keberhasilan pembangunan . Tetapi proses transformasi dari masyarakat perdesaan ke masyarakat perkotaan ini juga menimbulkan tantangan bagi pembangunan pada masa depan terutama yang berhubungan dengan aspek pemerataan kegiatan pembangunan dan hasil-hasilnya.



2



TABEL 1.3 PRODUK DOMESTIK BRUTO 1969 - 1995



(miliar rupiah )



TAHUN



HARGA BERLAKU



(1)



(2 )



1969



2,718.0



1973



6,753.4



1978



22,746.0



1983



71,214.7



1988



142,104.8



1993



329,775.8



1995



445,400.6



Sumber : Statistik Indonesia dan Pendapatan Nasional Indonesia ; Biro Pusat Statistik



Produk Domestik Bruto (PDB ) pada harga berlaku meningkat secara mencolok dari 2,7 triliun rupiah pada tahun 1969 menjadi 445,4 triliun rupiah pada tahun 1995 ataumeningkat menjadi 163 kali lipat. Secara riil, PDB meningkat menjadi 6,4 kali lipat yang juga menunjukkan bahwa “ kue nasional " yang



dibagikan kepada masyarakat meningkat sebanyak 6,4 kali lipat. Peningkatan “ kue nasional” ini telah memungkinkan masyarakat memuruhi kebutuhan hidupnya secara lebih lengkap, tidak terbatas untuk memenuhi kebutuhan dasar.



3



TABEL 1.4



DISTRIBUSI PERSENTASE PRODUK DOMESTIK BRUTO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT BEBERAPA LAPANGAN USAHA 1969 - 1995



NO .



LAPANGAN USAHA



1969



1973



1978



(1)



(2)



(3 )



(4 )



(5 )



(6 )



(7 )



(8 )



(9 )



49.3



40.1



29.5



26.4



24.1



17.9



17.2



1983 1988 1993 1995



1.



Pertanian



2.



Pertambangan dan Penggalian



4.7



12.3



19.2



19.4



12.1



9.6



8.5



3.



Industri Pengolahan



9.2



9.6



10.6



12.5



18.5



22.3



24.3



4.



Perdagangan, Hotel dan Restoran



17.5



16.6



15.2



15.3



17.2



16.8



16.4



5.



Jasa -jasa



5.4



3.9



2.9



2.2



3.8



10.1



9.1



Lainnya *)



13.9



17.5



22.6



24.2



24.3



23.3



24.5



100.0



100.0



100.0



100.0



100.0



100.0 100.0



6.



PRODUK DOMESTIK BRUTO



*) Terdiri dari: Sektor Listrik, Gas dan Air Minum , Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi, Bank dan Lembaga Keuangan, Sewa Rumah serta Sektor Pemerintahan dan Pertahanan. Sumber: Statistik Indonesia dan Pendapatan Nasional Indonesia ; Biro Pusat Statistik



Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, telah terjadi pula proses perubahan struktur produksi yang sama cepatnya. Peranan pertanian terhadap PDB atas dasar harga berlaku menurun dari 49,3 persen pada tahun 1969 menjadi 17,2 persen pada tahun 1995. Sedangkan peranan sektor industri



pengolahan meningkat dari 9,2 persen pada tahun 1969 menjadi 24,3 persen pada tahun 1995. Penurunan peran sektor pertanian secara relatif telah



mengurangi ketergantungan terhadap alam . Selain itu, penurunan peran sektor pertambangan dan penggalian sejak tahun 1983 mencerminkan berkurangnya ketergantungan kepada sektor migas. Penurunan peran sektor primer dan kenaikan peran sektor sekunder dan tertier (jasa ) telah mengembangkan struktur ekonomi dan memperkuat ketahanannya.



4



TABEL 1.5



LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI 1969-1995



(persen )



TAHUN



PERTUMBUHAN



TAHUN



PERTUMBUHAN



(1 )



( 2)



(1)



(2 )



1969



7.1



1983



4.2



1970



7.5



1984



7.0



1971



7.0



1985



2.5



1972



9.4



1986



5.9



1973



11.3



1987



4.9



1974



7.6



1988



5.8



1975



5.0



1989 *



9.1



1976



6.9



1990



9.0



1977



8.8



1991 *



8.9



1978



7.8



1992 *



7.2



1979



6.3



1993 *



7.3



1980



9.9



1994 *



7.5



1981



7.9



1995 *



8.1



1982



2.2



* Tahun dasar 1993, selebihnya menggunakan tahun dasar 1983 Sumber : Statistik Indonesia dan Pendapatan Nasional Indonesia; Biro Pusat Statistik



Pertumbuhan ekonomi selama PJP I (1969 - 1993) meningkat secara rata -rata sebesar 6,8 persen per tahun. Khususnya selama Repelita V , perekonomian tumbuh dengan 8,1



persen per tahun. Laju pertumbuhan ini lebih tinggi daripada persentasi laju pertumbuhan ekonomi rata -rata Repelita yaitu sebesar 5 persen . Dalam 27 tahun tersebut, pertumbuhan yang 7 persen ke atas terjadi sebanyak 18 kali, yang berarti pertumbuhan yang relatif tinggi tersebut cukup konsisten.



5



TABEL 1.6



LAJU PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN 1969-1995



(persen ) TAHUN



PERTUMBUHAN



TAHUN



PERTUMBUHAN



(1)



(2)



(1)



( 2)



1969



-5,6



1983



4.8



1970



4.1



1984



4.2



1971



3.6



1985



4.3



1972



1.6



1986



2.6



1973



9.3



1987



2.1



1974



3.7



1988



4.9



1975



0.0



1989 *



4.9



1976



4.7



1990 *



3.1



1977



1.3



1991 *



2.9



1978



5.2



1992 *



6.3



1979



3.6



1993 *



1.7



1980



5.2



1994 *



0.6



1981



4.9



1995 *



4.0



1982



2.1



* Tahun dasar 1993, selebihnya menggunakan tahun dasar 1983 Sumber: Statistik Indonesia dan Pendapatan Nasional Indonesia; Biro Pusat Statistik



Dalam kurun waktu 1969 - 1995, sektor pertanian telah meningkat menjadi 2,4 kali lipat. Dengan demikian selain ketersediaan bahan pangan untuk rumah



tangga dan bahan baku untuk industri menjadi lebih terjamin , pendapatan petani juga meningkat.



6



TABEL 1.7



LAJU PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI 1969-1995



(persen) TAHUN



PERTUMBUHAN



TAHUN



PERTUMBUHAN



(1 )



(2)



(1)



(2)



1969



7.1



1983



2.2



1970



9.1



1984



22.1



1971



12.7



1985



11.2



1972



15.1



1986



9.3



1973



15.3



1987



10.6



1974



16.2



1988



12.0



1975



12.3



1989 *



11.3



1976



9.7



1990 *



12.0



1977



13.7



1991 *



10.6



1978



16.8



1992 *



10.2



1979



12.9



1993 *



11.4



1980



22.2



1994 *



12.5



1981



10.2







11.1



1982



1.2



1995 *



* Tahun dasar 1993 , selebihnya menggunakan tahun dasar 1983 Sumber: Statistik Indonesia dan Pendapatan Nasional Indonesia ; Biro Pusat Statistik



Pertumbuhan sektor industri secara rata -rata meningkat sekitar 12 persen per



tahun sejak Repelita I sampai dengan Repelita V. Sejak tahun 1987 pertumbuhan sektor ini stabil di atas 10 persen per tahun . Bukan saja tingkat produksi sudah jauh lebih besar, tetapi juga makin terdiversifikasi produk



produknya. Sektor ini telah menciptakan lapangan kerja produktif yang semakin besar.



7



TABEL 1.8



PENDAPATAN PER KAPITA 1969 - 1995



( ribu rupiah) TAHUN



HARGA BERLAKU



(1 )



) 2 (



1969



20



1973



46



1978



138



1983



436



1988



694



1993



1,758



1995



2,299



Sumber: Statistik Indonesia dan Pendapatan Nasional Indonesia ; Biro Pusat Statistik



Pendapatan per kapita (pada harga berlaku ) telah naik secara mencolok dari



Rp. 20.000 per tahun pada tahun 1969 menjadi Rp. 2.299.000 per tahun pada tahun 1995 yang berarti meningkat lebih dari 114 kali lipat. Secara riil,



pendapatan per kapita naik lebih dari 3 kali lipat.



8



TABEL 1.9



POLA PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA PER KAPITA SEBULAN



1969, 1980, 1990 DAN 1993 RINCIAN



1969



1980



1990



1993



(1)



(2)



(3 )



(4)



(5 )



1.



Makanan



77.19



69.30



60.36



56.86



2.



Perumahan



8.16



12.17



16.18



17.98



3.



Pakaian



5.50



5.14



5.58



6.05



4.



Lainnya



9.15



13.39



17.88



19.11



Total



100.0



100.0



100.0



100.0



Sumber: Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional; Biro Pusat Statistik



Seiring dengan kenaikan pendapatan per kapita masyarakat, maka persentase pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan makin menurun . Hal ini memungkinkan rumah tangga untuk meningkatkan konsumsi perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan , hiburan dan lainnya.



9



TABEL 1.10



DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA 1978 DAN 1993



PENGELUARAN



1978



1993



(1)



(2)



(3 )



40 % Terendah



18.1



20.3



40 % Menengah



36.5



36.9



20 % Tertinggi



45.4



42.8



Sumber: Diolah dari Hasil Susenas; Biro Pusat Statistik



Peningkatan pendapatan masyarakat dalam kurun waktu 1978 - 1993 telah



diiringi pula oleh distribusi pendapatan yang makin baik . Menurut kriteria Bank Dunia, tingkat ketimpangan pembagian pendapatan masyarakat tergolong rendah (40 % terendah menerima di atas 17 persen ).



10



TABEL 1.11



JUMLAH PENDUDUK MISKIN 1976-1993



TAHUN



PENDUDUK



PERSENTASE DARI



MISKIN



TOTAL PENDUDUK



( uta orang )



(%)



(1)



(2 )



(3)



1976



54.2



40.08



1978



47.2



33.31



1980



42.3



28.56



1981



40.6



26.83



1984



35.0



21.64



1987



30.0



17.42



1990



27.2



15.08



1993



25.9



13.67



Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia 1993; Biro Pusat Statistik



Sebagai hasil dari pembangunan di segala bidang, jumlah penduduk miskin telah berkurang secara drastis. Apabila pembangunan tidak berhasil, artinya



persentase penduduk miskin tidak turun (40 % seperti di tahun 1976), maka jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan saat ini dapat mencapai sekitar 78 juta orang (40 % dari 195 juta ). Dengan asumsi yang demikian berarti sekitar 52 juta orang (78 juta dikurangi 25,9 juta) telah dientaskan dari kemiskinan secara langsung, dan secara tidak langsung juga keturunan mereka.



11



TABEL 1.12 LAJU INFLASI 1966-1995



(persen )



TAHUN



LAJU INLASI



TAHUN



LAJU INLASI



(1)



(2)



(1)



) ( 2



1966



650.0



1981



7.1



1967



120.0



1982



9.7



1968



85.0



1983



11.5



1969



10.0



1984



8.8



1970



8.9



1985



4.3



1971



2.5



1986



8.8



1972



25.8



1987



8.9



1973



27.3



1988



5.5



1974



33.3



1989



6.0



1975



19.7



1990



9.5



1976



14.2



1991



9.5



1977



11.8



1992



4.9



1978



6.7



1993



9.8



1979



21.8



1994



9.2



1980



16.0



1995



8.6



Sumber: Statistik Indonesia dan Indikator Ekonomi; Biro Pusat Statistik



Dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi, laju inflasi terus dipertahankan pada tingkat yang cukup rendah. Dalam 15 tahun terakhir laju inflasi tidak melebihi



satu digit, kecuali tahun 1983. Inflasi yang cukup rendah sangat membantu masyarakat miskin dan berpenghasilan tetap.



12



TABEL 1.13



BEBERAPA INDIKATOR SOSIAL REPELITA I - REPELITA VI



Satuan Repelita Repelita Repelita Repelita Repelita Repelita NO



Uraian



I



II



III



IV



VI



VI 1995/96



(1)



(2 )



(3 )



(4 )



(5 )



(6)



(7)



(8)



(9)



1.



Angka Harapan Hidup



tahun



46.5



52.0



56.0



59.0



62.7



63.5



2.



Angka Kematian Bayi



bayi/



137.0



103.0



90.3



65.0



58.0



55.0



40.0



na



29.1



10.8



10.5



7.3



66.6 17.4 9.3 1.9



79.3 28.0 14.7 2.6



97.2 44.4 26.1 5.3



99.6 110.4 52.7 53.4 33.6 37.1 11.0 8.5



1000



kelahiran



hidup 3.



4.



Status Gizi Balita



persen balita



(Kurang Energi Protein )



KEP



Angka Partisipasi Kasar a . SD + MI b. SLTP c . SLTA d. PT



% % % %



111.9 60.8 35.9 11.4



na 87.7 n.a 85.7 5. Angka Melek Huruf 87.4 % 60.9 Keterangan : APK SLTP, SLTA dan PT untuk akhir Repelita I s/ d akhir Repelita IV tidak termasuk Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA ), dan Perguruan Tinggi Agama (PTA ).



Angka melek hurufuntuk Repelita I merupakan angka awal periode, angka lain -lainnya adalah angka akhir periode n.a = data tidak tersedia



Sumber : Biro Pusat Statistik, kecuali angka partisipasi kasar dari Depdikbud.



Pembangunan manusia adalah faktor utama yang mendukung keberhasilan pembangunan nasional. Pembangunan manusia terutama dilakukan melalui



upaya peningkatan kualitasnya (pendidikan dan kesehatan ) serta pemanfaatan dari kemampuan tersebut (lapangan kerja produktif). Sebagai hasilnya, bukan saja pertumbuhan ekonomi selama PJP I meningkat dengan cepat, tetapi juga kemajuan di bidang sosial, seperti tercermin dalam angka harapan hidup yang meningkat, angka kematian bayi yang menurun , proporsi balita kurang energi protein yang menurun, serta angka partisipasi kasar pendidikan dan angka melek hurufyang meningkat. 13



II. EKONOMI A. KEUANGAN DAN PERBANKAN



TABEL 2.A.1



1)



PENERIMAAN PEMERINTAH , REPELITA I - REPELITA VI



(miliar rupiah) 2) TAHUN



PENERIMAAN DALAM NEGERI



PENERIMAAN PEMBANGUNAN



PENERIMAAN PEMERINTAH



(1)



(2)



(3 )



(4) = (2 ) + (3 )



Repelita I



2.565.5



554.6



3,120.1



(82.2 )



( 17.8)



( 100.0)



Repelita II



14,640.0 (89.7)



1,674.2 ( 10.3 )



16,314.2 ( 100.0 )



Repelita III



57,569.4



8,003.4



65,572.8



( 87.8 )



( 12.2 )



( 100.0)



99,400.5



25,803.1



(79.4)



(20.6)



125,203.6 ( 100.0)



221,254.9 ( 82.0)



48,537.3



269,792.2



( 18.0)



( 100.0)



132,927.7



22,153.2



155,080.9



(85.7)



( 14.3 )



( 100.0)



61,369.9



10,983.2



(84.8)



( 15.2)



72,353.1 ( 100.0)



71,557.8



11,170.0



82,727.8



(86.5 )



( 13.5 )



( 100.0 )



Repelita IV Repelita V 3)



Repelita VI 1994/95



1995/96



1)



Realisasi PAN



2 ) Kumulatif lima tahunan, kecuali Repelita VI 3 ) APBN - TP



Angka dalam tanda ( ... ) menunjukkan persentase Sumber : Nota Keuangan 1996/97 dan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI tanggal 16 Agustus 1996



Penerimaan dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun . Walaupun penerimaan pembangunan secara absolut juga menunjukkan peningkatan , namun persentase terhadap keseluruhan penerimaan pemerintah relatifrendah



yaitu sekitar 20 persen . Bahkan sejak Repelita V, peranan penerimaan pembangunan cenderung menurun. Hal ini menunjukkan proses menuju



kemandirian dan bantuanluar negeri sungguh -sungguh telah berfungsi sebagai pelengkap terhadap keseluruhan penerimaan pemerintah. 14



TABEL 2.A.2 1 ) PENERIMAAN DALAM NEGERI, REPELITA I - REPELITA VI



(miliar rupiah) PENERIMAAN



2) TAHUN



MINYAK BUMI & DAN GAS ALAM



DI LUAR MINYAK BUMI & GAS ALAM



JUMLAH



(1)



(2 )



(3)



(4) = (2 ) + (3 )



773.8



(30.2 )



1,791.7 (69.8)



2,565.5 ( 100.0)



Repelita II



7,946.0 (54.3 )



6,694.0 (45.7)



14,640.0 ( 100.0)



Repelita III



39,172.3



18,397.1



(68.0)



(32.0 )



57,569.4 ( 100.0 )



49,661.4 ( 50.0)



49,739.1



74,025.1



147,229.8



(33.5 )



(66.5 )



221,254.9 ( 100.0)



28,247.9



104,679.8



132,927.7



(21.3 )



(78.7 )



( 100.0)



13,399.2



47,970.7 (78.2 )



61,369.9 ( 100.0)



56,709.1



71,557.8 ( 100.0)



Repelita 1



Repelita IV Repelita V



3) Repelita VI



1994/95



(21.8) 1995/96



14,848.7 (20.8 )



( 50.0)



(79.2)



99,400.5 ( 100.0)



1 ) Realisasi PAN 2 ) Kumulatif lima tahunan, kecuali Repelita VI 3 ) APBN - TP



Angka dalam tanda ( ... ) menunjukkan persentase Sumber : Nota Keuangan 1996/97 dan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI tanggal 16 Agustus 1996



Dalam Repelita IV peranan penerimaan migas dan nonmigas terhadap penerimaan dalam negeri masing -masing sama, namun sejak saat itu peranan ini telah berubah, dan pada tahun kedua Repelita VI, penerimaan migas tinggal



seperlima dan sisanya merupakan penerimaan nonmigas. Dengan demikian struktur keuangan negara semakin sehat dan semakin mantap .



15



TABEL 2.A.3 1 ) PENERIMAAN PAJAK , REPELITA I - REPELITA VI



(miliar rupiah ) 2) TAHUN



(1)



Repelita I



3)



4)



5)



PPH



PPN



PBB



LAIN -LAIN



JUMLAH



(2)



(3 )



(4)



(5)



(6 )= (2) +(3) +(4) + (5)



401.4



279.3



39.2



819.1



1,539.0



6)



Repelita II



1,960.9



1,237.1



309.5



2,471.5



5,979.0



Repelita III



6,901.7



2,875.8



543.8



6,350.9



16,672.2



Repelita IV



14,024.5



14,243.6



1,190.5



12,422.0



41,880.6



Repelita V



51,007.0



47,937.0



4,925.9



25,901.0



129,770.9



Repelita VI



38,870.1



32,436.8



3,556.1



14,267.9



89,130.9



1994/95



18,350.1



14,086.8



1,632.1



6,641.5



40,710.5



1995/96



20,520.0



18,350.0



1,924.0



7,626.4



48,420.4



7)



1 ) Realisasi PAN



2) Kumulatif lima tahunan, kecuali Repelita VI



3) Sampai dengan tahun 1983/84, terdiri dari pajak pendapatan, pajak perseroan, MPO dan PBDR 4) Sampai dengan tahun 1984/85, terdiri dari pajak penjualan dan pajak penjualan impor 5) Sampai dengan tahun 1984, terdiri dari Ipeda dan pajak kekayaan 6) Termasuk penerimaan dari bea masuk, cukai, pajak ekspor, dan pajak lainnya 7) APBN - TP



Sumber : Nota Keuangan 1996/97 dan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI tanggal 16 Agustus 1996



Sebagai sumber pembiayaan pembangunan yang penting, penerimaan



pemerintah dari perpajakan terus meningkat. Peningkatan penerimaan pajak sangat penting untuk meningkatkan kemandirian . Peran pajak langsung (PPH dan PBB) telah meningkat dari sekitar sepertiga pada Repelita I menjadi



setengah pada dua tahun pertama Repelita VI, yang menunjukkan perpajakan yang lebih berkeadilan .



16



TABEL 2.A.4



1)



DANA PEMBANGUNAN , REPELITA I - REPELITA VI



(miliar rupiah) 2) TAHUN



(1 )



TABUNGAN PEMERINTAH



PENERIMAAN PEMBANGUNAN



DANA PEMBANGUNAN



(2)



(3 )



(4) = (2) + (3 )



Repelita I (51.3 )



585.2



554.6



(48.7)



( 100.0)



Repelita II



6,057.4



1,674.2



(21.7)



( 100.0 )



23,895.2



8,003.4



( 25.1)



( 100.0)



25,996.0



25,803.1 ( 100.0)



51,799.1



(49.8) 64,850.3 (42.8 )



48,537.3 ( 100.0 )



113,387.6



37,207.3 (37.3)



22,153.2 ( 100.0)



59,360.5



18,190.4



10,983.2



29,173.6



(37.6)



( 100.0 )



19,016.9



11,170.0



(37.0)



( 100.0)



(78.3 ) Repelita III (74.9)



Repelita IV (50.2)



Repelita V (57.2)



1,139.8



7,731.6



31,898.6



3)



Repelita VI (62.7) 1994/95



(62.4) 1995/96



(63.0)



30,186.9



1 ) Realisasi PAN



2) Kumulatiflima tahunan, kecuali Repelita VI 3 ) APBN - TP



Angka dalam tanda ( ...) menunjukkan persentase Sumber : Nota Keuangan 1996/97 dan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI tanggal 16 Agustus 1996



Dana pembangunan merupakan sumber pembiayaan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran pembangunan yang utamanya adalah untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM ), penanggulangan kemiskinan , pembangunan daerah , dan pembangunan prasarana telah meningkat dengan pesat. Bagian yang semakin besar dibiayai dari tabungan pemerintah.



17



TABEL 2.A.5



1)



PENGELUARAN SUBSIDI DAERAH OTONOM , REPELITA I - REPELITA VI



(miliar rupiah) KENAIKAN



JUMLAH SUBSIDI



PENURUNAN



DAERAH OTONOM



(%)



(2)



(3 )



2) TAHUN



(1)



117.4



Repelita I



Repelita II



1,759.4



1,398.6



Repelita III



5,738.7



226.2



Repelita IV



12,874.2



124.3



Repelita V



24,133.4



87.5



3)



Repelita VI



15,531.7



1994/95



7,187.9



1995/96



8,343.8



1 ) Realisasi PAN



2) Kumulatif lima tahunan , kecuali Repelita VI 3 ) APBN - TP



Sumber :: Nota Keuangan 1996/97



Subsidi daerah otonom secara absolut semakin besar yakni dari Rp. 117,4 miliar selama Repelita I menjadi Rp. 24,1 triliun selama Repelita V. Bantuan



keuangan dari pusat ke daerah telah meningkatkan kemampuan daerah untuk memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat di daerahnya.



18



PENGELUARAN BANTUAN UNTUK PROYEK PROYEK INPRES,REPELITA VII-



TABEL 2.A.6



miliar)( rupiah



(7)



8()



1)



(9)



10)(



5)



11)(



171.6



5,339.5 5,570.1



10,909.6



15.021.5



6,357.3



4,410.5



1,136.4



JUMLAH



18.8



604.9



4,163.0



3) 4) INPRES INPRES INPRES INPRES INPRES INPRES INPRES INPRES DESA DATII KESEHATAN DATI II SD PENGHIJAUAN PEMUGARAN PENINGKATAN JALAN PASAR REBOISASI& (3)



(6)



(2)



2.6



5)(



1)(



2) TAHUN INPRES DESA TERTINGGAL



76.5



35.5



22.9



292.4



30.0



47.8



17.2



234.4



330.4



145.7



501.7 1,279.6



320.9 1,639.6



457.9



83.1



1,977.3



46.4



2,224.8



296.8



1,431.6



24.9



2,823.7



762.8



92.7



1,190.4



996.4



369.5



393.3



Repelita1



2,970.7



2,495.8



498.5



497.9



839.8



4,942.3



1,218.7 1,277.1



361.3



849.3



2,417.0 2,525.3



1,199.3



863.0



423.3 426.0



RepelitIIa



6)



389.3 473.7



324.0 988.7



RepelitIIIa RepelitIVa RepelitVa VI Repelita 1994/95 1995/96



PAN1) Realisasi



Kumulatif lima kecuali tahunag Repetita VL2), ditampung tahun Sejak Inpres Penghijauan 1994/95 IIL.3), dan Reboisasi ditampung Dati dalam Inpres



Sejak tahun Inpres 1994/95 Pembangunan dan ditampung Pemugaran Pasar dalam IL4) Deti Sejak tahun 1994/95 Kabupaten ditampung Kotamadi ,5/) dan Dati Jalan Inpres Peningkatan Propinsi dalam DatiL APBN Angla6) Kenegaraan Pidato den Lampiran 1996/97 Sumber: Keuangan Nota RI Presiden 1996 tanggal 16 Agustus



memperkuat kemampuan pelaksanaan merupakan memenuhi keuangan program penting Program strategi rangka daerah Inpres dalam dapat tugas tugas yang agarkewenangannya lingkup denga sesuai ruang serta pemberdayaan pembangunan pemerataan masyarakat Inpres yang dan., penggunaannya diserahkan kepada daerah seperti: grant block Desa Inpres Dati dari dan meningkat Repelita sampai sangat VII,(1I,) melampaui pemberian sehingga pesat Iopres penggunaannya dilaksanakan Penghijauan Pemugaran ditetapkan Reboisasi program Repelita seperti: Inpres Selain Pasar sejak Desa awal yang dan VI itu &,. penanggulangan menuntaskan kemiskinan. Tartinggal sebagai upaya untuk



19



TABEL 2.A.7 JUMLAH BANK DAN KANTOR BANK 1969/70 - 1995/96 O



TAHUN



JUMLAH



BANK



KANTOR BANK



(1)



(2 )



(3)



1969/70



181



996



1973/74



162



1,022



1978/79



127



1,150



1983/84



117



1,342



1988/89



111



1,864



1993/94



236



4,688



1994/95



239



6,022



1995/96



240



6,242



JUMLAH



Sumber : Nota Keuangan 1996/97



Mobilisasi dana dari sumber dalam negeri semakin meningkat sehingga



ketergantungan terhadap sumber dana dari luar negeri semakin kecil. Kemajuan pesat di bidang ekonomi mendorong kenaikan permintaanjasa pelayanan bank . Untuk itu dikeluarkan deregulasi perbankan pada tahun 1988. Sebagai hasilnya, jumlah bank dan kantor bank meningkat dengan pesat. Dengan demikian



masyarakat yang terjangkau oleh pelayanan perbankan semakin meluas dan pelayanannyapun semakin baik .



20



1



TABEL 2.A.8



1)



JUMLAH UANG BEREDAR , 1973/74 - 1995/96 .



(miliar rupiah)



TAHUN



UANG KARTAL DAN UANG GIRAI



UANG KUASI M2



(MI) (1)



( 2)



(3)



( 4)



1973/74



784



419



1,203



1978/79



2,800



1,355



4,155



1983/84



8,055



7,703



15,758



1988/89



15,009



29,158



44,167



1993/94



37,908



110,921



148,829



1994/95



44,908



136,793



181,701



1995/96



53,162



179,331



232,493



1 ) Jumlah uang beredar adalah jumlah uang yang berada di masyarakat ( di luar sistem perbankan )



Dalam arti sempit uang beredar (MI ) terdiri atas uang kartal (uang kertas dan logam yang dikeluarkan oleh otoritas moneter) dan uang giral ( giro) bank -bank umum Sumber : Bank Indonesia



Uang dalam perekonomian dapat diibaratkan sebagai pelumas dalam mesin . Mesin yang besar memerlukan pelumas yang semakin banyak. Agar mesin



perekonomian dapat bekerja dengan lancar maka likuiditas juga harus selalu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan . Dalam dua puluh lima tahun



pengendalian likuiditas oleh otoritas moneter, pertumbuhan likuiditas terbukti bukan hanya mampu mendukung pertumbuhan ekonomi melainkan juga dapat memelihara kestabilan harga.



21



TABEL 2.4.9



JUMLAH GIRO , DEPOSITO , DAN TABUNGAN 1968-1995



(miliar rupiah)



TAHUN



GIRO



DEPOSITO DAN



TABUNGAN



( 1) 1968



(3)



(2 ) 34



13



374



1973



382



1978



1,536



1,488



1983



6,031



6,366



1988



10,350



27,159



1993



32,361



110,318



1994



39,097



131,309



1995



44,108



170,656



Sumber : Bank Indonesia



Mobilisasi dana dalam negeri baik berupa giro, deposito maupun tabungan,



meningkat dengan pesat. Hal ini mencerminkan pendapatan dan tabungan masyarakat yang semakin besar, minat untuk memanfaatkan jasa pelayanan bank yang meningkat, dan memungkinkan alokasi sumber dana keuangan yang efisien .



22



TABEL 2.A.10



KREDIT YANG DIBERIKAN KEPADA SEKTOR SWASTA 1968 - 1995 (miliar rupiah)



TAHUN



KREDIT KEPADA SEKTOR SWASTA



(1)



(2)



1968



94



1973



1,117



1978



5,400



1983



15,723



1988



46,904



1993



150,271



1994



188,880



1995



234,611



Sumber : Bank Indonesia



Maraknya kegiatan dunia usaha tercermin pula oleh semakin meningkatnya permintaan dan penyaluran kredit perbankan kepada dunia usaha di berbagai



sektor. Pemberian kredit telah mendorong berkembangnya sektor industri, menciptakan lapangan kerja dan kredit konsumsi seperti kendaraan bermotor, televisi rumah dan lain -lain . Peningkatan kredit ini dimungkinkan oleh kenaikan pengerahan dana dalam negeri.



23



TABEL 2.A.11



KREDIT USAHA KECIL (KUK ) 1990 - 1995 -



(miliar rupiah) 1) %



NASABAH



2)



KECIL (KUK)



(ribu orang)



%



(1)



(2)



(3)



(4)



( 5)



1990



21,197



23.2



3,720



97.3



1991



22,861



23.0



3,759



96.5



1992



22,621



20.9



3,798



96.6



1993



27,778



26.2



5,354



97.3



1994



34,164



25.1



5,707



97.1



1995



42,143



24.3



6,674



97.0



TAHUN



KREDIT USAHA



1 ) Persentase nilai KUK terhadap total kredit perbankan 2 ) Persentase nasabah dengan plafon kredit sampai dengan Rp50 juta Sumber : Bank Indonesia



Keberpihakan pemerintah kepada golongan ekonomi lemah antara lain tercermin dari semakin tinggi dan semakin meningkatnya pemberian kredit kepada usaha-usaha kecil, skim -skim kredit kecil yang telah dikembangkan



sejak Repelita I digabung dan disempurnakan menjadi kredit usaha kecil (KUK ) pada awal tahun 1990. Proporsi KUK terhadap total kredit perbankan selama periode 1990 - 1995 selalu lebih besar dari 20 persen , yang merupakan ketentuan pemerintah . Di samping itu, sebagian besar kredit KUK telah dinikmati oleh nasabah kecil dengan pinjaman kurang dari Rp. 50 juta.



24



TABEL 2.A.12



KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR ), KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES ), DAN KOPERASI 1984 - 1995



(miliar rupiah) TAHUN NILAI



KPR NASABAH



KUPEDES NILAI NASABAH



(ribu orang)



( ribu orang) (1)



(2 )



1984



541



1988



(3)



KOPERASI NILAI NASABAH



(KUD )



(4)



(5)



(6)



(7)



111



641



241



3,854



606



1,415



434



9,929



11,966



2,053



499



1993



4,408



863



2,076



1,921



738



1994



5,373



968



2,583



2,092



766



14,177



1995



6,612



1,047



3,310



2,272



957



15,438



Sumber : Bank Indonesia



Beberapa skim kredit kecil yang meningkat dengan pesat dalam kurun waktu 1984 - 1995, seperti KPR, Kupedes, dan kredit untuk Koperasi masing-masing ditujukan untuk membantu masyarakat memiliki rumah , mengembangkan



sektor dunia usaha khususnya di perdesaan , dan mengembangkan sektor koperasi di tanah air. Dengan bantuan kredit kecil ini, semakin banyak masyarakat yang memiliki rumah sendiri, dan peranan usaha kecil dan koperasi juga telah semakin nyata dalam perekonomian kita .



25



TABEL 2.A.13



CADANGAN DEVISA 1969 - 1995



( uta USS)



1) TAHUN



JUMLAH CADANGAN DEVISA



(1 )



( 2)



1969



58



1973



782



1978



2,580



1983



4,808



1988



6,191



1993



12,352



1994



13,158



1995



14,674



1) Posisi akhir tahun Sumber: Bank Indonesia



Cadangan devisa yang berhasil dihimpun sejak tahun 1969 sampai dengan tahun 1995 terus meningkat. Kenaikan cadangan devisa telah makin



memperkuat stabilitas ekonomi kita seperti yang tercermin pada nilai tukar Rupiah yang stabil. Besarnya cadangan devisa dipelihara untuk mampu membiayai impor nonmigas selama 4 sampai 5 bulan .



1



26



II



B. PERTANIAN , PENGAIRAN DAN KEHUTANAN



TABEL 2.B.1 PRODUKSI BERAS 1968-1995



(ribu ton )



1968



1973



1978



1983



1984



1988



1993



1995



(1 )



(2 )



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



11,666



14,607



17,525



24,006



25,932



27,089



31,318



32,334



Sumber



: Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995 Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1996



Upaya peningkatan produksi pangan terutama beras bersifat strategis dan



mendapat perhatian sejak awal Repelita I. Hasil upaya tersebut adalah dicapainya swasembada beras pada tahun 1984 dan dapat dipertahankan sampai



sekarang. Pada tahun 1995 produksi beras meningkat menjadi sekitar 2,8 kali lipat dibandingkan produksi pada awal Repelita I. Dalam rangka meningkatkan produksi pangan , usaha intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi terus ditingkatkan mutunya .



27



TABEL 2.B.2



RATA -RATA PRODUKSI PER HEKTARE PADI DAN PALAWIJA 1968-1995



(kuintal/ha) RINCIAN



1968



1973



1978



1983



1984



1988



1993



1995



(1)



(2)



(3 )



(4)



(5 )



(6)



(7)



(8)



(9)



( 10)



1.



Padi



21.3



25.6



28.9



38.5



39.1



41.1



43.7



43.5



2.



Jagung



9.8



10.8



13.3



16.9



17.1



19.5



22.0



22.6



3.



Ubi Kayu



75.6



78.0



93.0



99.0



105.0



118.7 123.3



116.6



4.



Ubi Jalar



58.5



63.0



69.0



79.0



82.0



87.1



93.2



94.9



3.



Kacang Tanah



7.3



7.0



8.8



9.6



9.9



9.7



10.2



10.3



6.



Kacang Kedele



6.2



7.3



8.4



8.4



9.0



10.8



11.6



11.4



-



NO .



Sumber : Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995 Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1996



Rata - rata produksi per hektar padi dan palawija pada tahun 1995 masing masing meningkat hampir 2 kali dan 1,5 kali lipat dibandingkan pada awal



Repelita I. Hal ini didukung oleh peningkatan mutu intensifikasi dan peningkatan prasarana serta kelembagaan pertanian . Produksi pertanian tanaman pangan yang meningkat mempunyai dampak yang positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di sektor pertanian, peningkatan pendapatan petani, dan penyediaan bahan makanan bermutu gizi tinggi, serta pengentasan penduduk dari kemiskinan terutama di daerah lahan kering.



28



TABEL 2.B.3 PRODUKSI TANAMAN DAN LUAS AREAL PERKEBUNAN I 1968-1995



TAHUN



KARET



KELAPA



K SAWIT



LADA



(1 )



(2 )



(3)



(4 )



(5 )



1968



736.0



1,133.0



181.0



47.0



1973



845.0



1,237.0



289.0



29.0



1978



884.0



1,575.0



532.0



46.0



1,607.0



982.0



46.0



produksi ( ribu ton )



1983



1,007.0



1988



1,176.0



2,139.0



1,800.0



56.0



1993



1,475.6



2,588.0



4,003.4



65.7



1995



1,535.1



2,690.2



4,350.1



54.2



luas areal (ribu ha) 1,595.5 2,009.0



119.7



43.0



1973



2,208.7 2,347.9



157.8



46.3



1978



2,312.5



2,505.6



250.1



64.6



1983



2,578.0



2,946.7



405.6



78.2



1988



2,944.3



3,225.5



962.0



106.7



1993



3,405.0



3,635.9



3,517.3



1,613.2 1,951.6



130.7



3,962.4



1968



Jan



a



1



1995



138.1



Sumber : Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995 Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1996



en



Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri dan meningkatkan ekspor



non migas telah dipacu produksi berbagai hasil tanaman perkebunan. Produksi tanaman perkebunan kelapa sawit pada tahun kedua Repelita VI meningkat



sangat tinggi sekitar 24 kali dibandingkan produksi awal Repelita I. Sedangkan produksi tanaman perkebunan lainnya (karet, kelapa, dan lada ) pada tahun



kedua Repelita VI telah menjadi sekitar 2,1 ; 2,4; dan 1,2 kali dibandingkan produksi pada awal Repelita I.



29



TABEL 2.B.4 PRODUKSI TANAMAN DAN LUAS AREAL PERKEBUNAN I 1968-1995 TAHUN



KOPI



KAKAO



TEH



KAPAS



(1)



(2)



(3 )



(4 )



(5 )



1968



157.3



0.5



33.0



1973



150.2



0.5



14.0



1.2



1978



222.7



1.0



17.0



0.5



1983



305.6



5.4



23.0



14.2



1988



386.3



39.8



26.0



39.7



1993



438.9



258.0



164.9



13.8



1995



455.4



273.9



155.3



18.9



produksi ( ribu ton )



luas areal (ribu ha ) 119.7



1968



2,208.7



1,595.5



1973



2,347.9



2,009.0



157.8



1978



2,312.5



2,505.6



250.1



1.2



1983



2,578.0



405.6



36.3



1988



2,944.3



2,946.7 3,225.5



1993



3,405.0



1995



3,517.3



13.5



962.0



35.0



3,635.9



1,613.2



33.8



3,962.4



1,951.6



34.1



Sumber : Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995 Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1996



Produksi kakao pada tahun kedua Repelita VI meningkat sangat tajam sekitar 548 kali dibandingkan produksi pada awal Repelita I yang diakibatkan oleh peningkatan luas areal sekitar 2,5 kali. Peningkatan produksi perkebunan ini telah pula meningkatkan pendapatan petani, kesempatan kerja baru dan usaha swasta untuk pengolahan hasil, di samping meningkatkan ekspor dan devisa negara.



30



TABEL 2.B.5 PRODUKSI PERIKANAN LAUT DAN DARAT 1968-1995



( ribu ton )



LAUT



PERIKANAN DARAT



TOTAL



(1)



(2)



(3)



(4 )



1969



723.0



437.0



1,160.0



1973



889.0



389.0



1,278.0



1978



1,227.0



420.0



1,647.0



1983



1,682.0



533.0



2,215.0



1988



2,170.0



711.0



2,881.0



2,886.0



9090



3,275.0



921.0



TAHUN



1993 1995



|



3,795.0



4,196.0



Sumber : Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995 Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1996



Dalam upaya memenuhi kebutuhan protein masyarakat, produksi total perikanan pada tahun kedua Repelita VI meningkat sekitar 3,6 kali dibandingkan produksi pada awal Repelita I. Dari produksi total tersebut, sumbangan perikanan laut dan perikanan darat pada tahun 1995 masing masing sebesar 78,1 persen dan 21,9 persen. Peningkatan produksi ikan telah memberikan dampak meningkatnya ekspor dan penerimaan devisa, konsumsi protein masyarakat, penyerapan tenaga kerja serta meningkatnya pendapatan petani nelayan.



31



TABEL 2.B.6



PRODUKSI DAGING , TELUR DAN SUSU 1968-1995



( ribu ton ) TAHUN



DAGING



TELUR



SUSU



(1)



(2)



(3 )



(4)



1969



305.0



51.0



29.0



1973



379.0



81.0



35.0



1978



475.0



151.0



62.0



1983



650.0



319.0



143.0



1988



937.0



443.0



265.0



1993



1,378.0



573.0



388.0



1,564.0



729.0



433.0



1995



Sumber :



Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995 Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1996



Penyediaan protein dari daging, telur dan susu dari produksi dalam negeri terus meningkat. Produksi daging, telur dan susu pada tahun kedua Repelita



VI masing-masing meningkat sekitar 5,1 , 14,3 dan 15 kali dibandingkan produksi pada awal Repelita I. Peningkatan produksi tersebut didorong oleh perkembangan populasi ternak yang semakin meningkat. Dengan peningkatan produksi ternak berarti meningkat ketersediaan protein hewani masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan petani/peternak kecil.



32



TABEL 2.B.7



1)



PEMBANGUNAN PENGAIRAN 1973/74 - 1995/96 -



( ribu ha ) NO .



PROGRAM



1973/74



1978/79



1983/84



1)



(2 )



(3 )



(4 )



(5 )



(6 )



(7 )



(8 )



936



1,464



1,859



2,571



2,927 2)



4,429



310



636



1,073



1.312



1.658



1,813



179



635



839



1,165



1,373



1,548



1,989



2,133



17



30



1.



Perbaikan dan pemeliharaan



1988/89 1993/94



jaringan irigasi 2.



Pembangunan jaringan irigasi



3.



Pengembangan daerah rawa



4.



Penyelamatan hutan, tanah



1995/96



3) dan air 5.



289



724



1,183



Program pembinaan daerah pantai



Catatan :



1 ) Angka kumulatif 2) Termasuk perbaikan irigasi desa (PID ) seluas 611.339 ha (1994/95 s/ d 1995/96 ) Sumber :



1. Departemen Pekerjaan Umum 2. Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995



Pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi ditujukan untuk mengamankan produksi beras dan sekaligus melestarikan swasembada pangan .



Dengan terpeliharanya dan tersedianya jaringan irigasi, produksi pangan dapat terus ditingkatkan sekurang-kurangnya mengimbangi laju pertumbuhan



penduduk. Dengan ini diharapkan swasembada pangan, khususnya beras, dapat terus dipertahankan .



33



Gambar 2.B.8



PERKEMBANGAN LUAS HUTAN / KEBUN RAKYAT



700.0



600.0



ibu )(rha



500.0



400.0 300.0



200.0



100.0



0.0



Repelita III



Repeita 1 Repelita II



Repelita v Repelita IV



Repelita VI ( 1995/96 )



Sumber : Lampiran Pidato Presiden RI, 16 Agustus 1995



Lampiran Pidato Presiden R.I, 16 Agustus 1996



Untuk mencegah perluasan tanah kritis dan memperbaiki fungsi hidrorologis di lahan milik rakyat, milik marga dan tanah -tanah terlantar, sejak Repelita II telah dikembangkan program pembangunan hutan rakyat. Luas hutan rakyat pada tahun kedua



Repelita VI meningkat 15 kali dibandingkan dengan luas hutan rakyat pada Repelita II . Peningkatan pembangunan hutan rakyat ini telah pula meningkatkan pendapatan petani sekitar hutan dan memenuhi kebutuhan bahan baku industri, terutama industri kecil.



34



Gambar 2.B.9 PERKEMBANGAN UNIT DAM



*)



PENGENDALI / PENAHAN



8.0



7.0



6.0



unit r)(ibu



1



5.0



4.0



3.0



2.0



1.0



0.0



0.00Z Repelita 1



:)



Repelita II



Repelita III



Repelita IV



Repelita v



Repelita VI **)



Angka kumulatif



**) Untuk Repelita VI hanya angka dua tahun pertama



Dam pengendali/penahan dibangun untuk mengurangi limpahan erosi dan sedimentasi pada kawasan lahan kritis serta untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau . Kegiatan pembangunan



dam pengendali/penahan mulai dilaksanakan pada Repelita II dan sampai dengan tahun kedua Repelita VI telah berhasil dibangun sebanyak 7.054 unit.



35



Gambar 2.B.10 PERKEMBANGAN LUAS HTI



1,800.0



tit 1,600.0



1,400.0



1,200.0



)(rha ibu



posz.to 1,000.0



800.0



-



600.0



-



400.0



1



200.0



0.0



ZZZZZZ Repelita 1



Repelita v



Repelita III Repelita II



Repelita IV



Repelita VI (1995/96)



Sumber : Lampiran Pidato Presiden R.I, 16 Agustus 1995



Lampiran Pidato Presiden R.I, 16 Agustus 1996



Dalam rangka memenuhi bahan baku industri perkayuan, telah



dikembangkan program pembangunan hutan tanaman industri (HTI) sejak Repeliva IV. Luas HTI pada tahun kedua Repelita VI mencapai 1,5 juta hektar lebih , dan meningkat 18 kali bila dibandingkan dengan luas HTI pada Repelita IV . Disamping itu pembangunan HTI juga dipadukan dengan pembangunan transmigrasi dengan misi utama



untuk menunjang pengentasan kemiskinan serta penyediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat transmigran. 36



GAMBAR 2.B.11



PERKEMBANGAN JUMLAH DESA YANG MEMPEROLEH BINA DESA HPH



800



700



600



500



|||| 400



300



200



100



0



Repelita v



Repelita III



Repelita !



Repelita II



Repelita IV



Repea Vi ( 1995/96 )



Sumber : Lampiran Pidato Presiden R.I, 16 Agustus 1995



Lampiran Pidato Presiden R.I, 16 Agustus 1996 Jumlah desa yang telah berhasil dibina oleh HPH pada tahun kedua Repelita



VI meningkat sekitar 3,4 kali dibandingkan dengan jumlah desa pada Repelita I. Dengan meningkatnya jumlah desa yang telah dibina oleh HPH berarti



meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan .



37



-



II



C. INDUSTRI



1



TABEL 2.C.1 PRODUKSI BEBERAPA KOMODITI SEKTOR INDUSTRİ 1968 /1969-1995 /96



NO . KOMODITI



SATUAN



PRODUKSI 1968/1969 AKHIR AKHIR



AKHIR AKHIR AKHIR |1994/95 1995/96



RAITAI REPELITADEILIAI



(2)



( 3)



1.



Tekstil



juta M



2.



Serat Rayon



ton



(1)



(6)



316



927



1,576



ribu ton



290



293



357



85.4



115.7



1,437.7



-



3. Minyak Goreng



( 5)



Pupuk Urea



ribu ton



3.



Plywood



ribu m3



6.



Semen



ribu ton



542.0



ribu ton



7. Besi Beton Profil 8.



Mobil



ribu



9.



Traktor Tangan



unit



10.



Kertas



ribu ton



.



4.



ELITAN RAITAV



(8)



2,347 3,503



( 9)



( 10 )



(11)



7,879



8,001



8,221



34,000 63,000 154,191 183,185 196,618



EE 100



819.0



3,629.0



4.5



120



300



5



36.7



17.0



( 7)



724



1,206



1,889



2,167 2,433



2,255.0 |4,245.9 5,132.7 5,435.3 3,866.7



2,566 | 6,940



9,500



9,400



8,800



8,102.2 13,218.0 18,990.0 41,907.0223,129.0 724



830 166.7



209.2



9,350



108.7



155.7



.



280



1,065 2,490



47.2



155.2



369.2



948.2



1,381



1,293 2,256 325



381



9,818 10,189



2,489.3 3,054.0 3,425.8



Sumber .: Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI Tahun 1995 dan Tahun 1996



Selama Orde Baru, sejalan dengan meningkatnya pembangunan sektor industri, produksi berbagai barang industri terus meningkat. Peningkatan ini ditujukan baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk pasar luar negeri.



38



GAMBAR 2.C.1.1 PRODUKSI TEKSTIL



9



AZT. ?



8



}



)(juta meter



7



6



1



4903



3



2



2



SZ



STU : SORE



0



1968/69



Alhir Repelita IV Akhir Repelita II 1994/95 Akhir Repelita 1 Alhir Repelita III Akhir Repelita V



1995/96



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden R.I. Tahun 1995 dan Tahun 1996



Sic



TABEL PRODUKSI TEKSTIL



1968/1969 - 1995/1996 No.



Komoditi



Satuan



Produksi 1968/69



Alchir



Akhir



Akhir



Akhir



Akhir



1994/95



1995/96



Repelital Repelita I Repelita II Repelita W Repelita V 1.



Tekstil



juta M



316



927



1,576 2,347



3,503 | 7,879 8,001 8,221



Kebutuhan rakyat akan sandang dapat dipenuhi selama Orde Baru



memimpin pembangunan. Perkembangan industri tekstil meningkat sangat pesat baik dalam memenuhi perkembangan kebutuhan dalam negeri maupun pasaran ekspor. Selama periode 1968/69 - 1995/96 O



PE



industri ini telah tumbuh dan berkembang sebanyak 26 kali lipat



dan menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam nilai ekspor dan banyak menyerap tenaga kerja, serta berdampak besar dalam memacu tumbuhnya industri baru yang menghasilkan bahan baku dan bahan penolongnya. 39



DE



m



Di



ke



GAMBAR 2.C.1.2



210 200 190 180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50



WS,



WAUUU



345000



40



30 20 10 0



.....



)(ton



PRODUKSI SERAT RAYON



AZRAZ . 1968/89



1994/95 Akhir Repelita 11 Akhir Repelita IV Akhir Repelita III Alhir Repelita ! Akhir Repelita V



1995/96



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden R.I. Tahun 1995 dan Tahun 1996



Tabel Produksi Serat Rayon 1968/1969 - 1995/96



No.



Komoditi



Produksi



Satuan 1968/69



Repelita I



Serat Rayon



ton



0



Akhir



Akhir



Akhir



Akhir



Akhir



1994/95



1995/96



Repelita Repelita II Repelita N Repelitta V Repelita VI



0



0



34,000



63,000 154,191 183,185 196,618



Pemenuhan kebutuhan bahan baku dengan menggunakan sumber daya alam



di dalam negeri merupakan strategi industrialisasi Orde Baru untuk mendorong perkembangan industri dan menghemat devisa. Produksi serat rayon mulai tumbuh pada akhir Repelita III dengan produksi sebesar 34 ribu ton dan terus



meningkat hingga tahun 1995/96 sebesar 196.618 ton atau mengalami peningkatan sebesar 5 kali. Peningkatan produksi serat rayon telah mengurangi ketergantungan komoditi impor dan turut mengurangi defisit transaksi berjalan .



40



GAMBAR 2.C.1.3 PRODUKSI MINYAK GORENG



2.6



2.4 2.2 2



7081



1.8



)(ribu ton



1.6 1.4



y206



12 1 TZT



0.8 0.6 0.4



0.2 0



1968/69



1994/95 Akhir Repelita 11 Akhir Repelita IV Akhir Repelita 1 Akhir Repelita III Akhir Repelta V



1995/96



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden R.I. Tahun 1995 dan Tahun 1996



Tabel Produksi Minyak Goreng 1968/1969 - 1995/96 No.



Komoditi



Satuan



Produksi 1968/69



Repelita I



1.



Minyak Goreng



Ribu ton



290



Akhir



Akhir



Akhir



Akhir



Akhir



1994/95



1995/96



2.167



2.433



Repelita II Repelitta II Repelita N Repetita v Repelita VI



293



357



724



1.206



1.889



Orde Baru dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan senantiasa mengutamakan kebutuhan rakyat di bidang pangan antara lain minyak goreng.



Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, strategi pembangunan industri minyak goreng dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya alam dan perluasan lapangan kerja. Produksi minyak goreng selama periode 1968/69 - 1995/96 mengalami peningkatan sebesar 8 kali lipat dan rakyat dapat memperolehnya dengan tingkat harga yang terjangkau karena stabilitas harganya selalu diperhatikan oleh pemerintah.



41



GAMBAR 2.C.1.4 PRODUKSI PUPUK UREA



1



8



XI . ? )(ribu ton



5



3



I



2



1



..



0



1968/69



Akhir Repelita 11



Akhir Ropelita !



1994/96



Akhir Ropelita IV



Akhir Ropolita III



1995196



Akhir Ropolita v



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI. Tahun 1995 dan Tahun 1996



Tabel Produksi Pupuk Urea 1968/1969 - 1995/96 No.



Komoditi



Satuan



Produksi 1968/69



Repelita 1



Pupuk Urea



Ribu ton



85,4



Akhir



Akhtr



Alcht



Akhir



Akhir



1994/95



1995/96



Repelita II kepelita II Repelita I Repelita V Repelita VI



115,7 1.437,7



2.255.0



4.245,9 5,132,7



5,435,3 5,866,7



Pembangunan industri diarahkan oleh Orde Baru untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat banyak , khususnya pangan , dan mendukung sektor pertanian .



Peningkatan sektor pertanian membutuhkan dukungan pengadaan pupuk yang cukup besar. Produksi pupuk urea selama periode 1968/69 - 1995/96 mengalami peningkatan sebesar 69 kali lipat. Ketersediaan pupuk urea merupakan salah



satu faktor penunjang tercapainya swasembada pangan , dimanfaatkannya sumber daya alam pada produk yang nilai tambahnya lebih tinggi, dan perluasan kesempatan kerja.



42



GAMBAR 2.C.1.5 PRODUKSI PLYWOOD



10



9900



too 000



9 8



7



6 nau ew() 3



2005



2



1



400 .



.Z



0



1968/89



1994/95 Akhir Repelita IV Akhir Repelita 11 Akhir Repelita V Akhir Repelita 1 Akhir Repelita III



1995/96



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden R.I. Tahun 1995 dan Tahun 1996 Tabel Produksi Plywood 1968/1969 - 1995/96 No.



Komoditi



Satuan



Produksi 1968/69



Repelita I



1.



Plywood



Ribu M3



Akhir



Akhir



Akhir



Akhir



Akhir



1994/95



1995/96



9.400



8.800



Repelita Iepelita III Repelita N Repelita V Repelita VI



30



400



2.566



6.940



9.500



Orde Baru mendorong perkembangan industri plywood untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat di bidang papan , mengurangi impor barang kebutuhan pokok, dan perluasan lapangan kerja. Produksi Plywood meningkat sangat pesat sebanyak 300 kali lipat dalam Repelita II hingga Repelita V. Disamping untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, plywood juga merupakan komoditi



andalan ekspor nonmigas. Penurunan produk plywood selama dua tahun pelaksanaan Repelita VI mencerminkan perkembangan pasar dunia yang sedang tidak menguntungkan dengan relatif lemahnya permintaan. 43



GAMBAR 2.C.1.6



PRODUKSI SEMEN



28



23tzt .



24



20t . 22 20 18



)(ribu ton



16 14



12 10 CO



8



2



wu



0



1968/89



Akhir Repelita II



Akhir Repelita !



1994/95



Akhir Repelita IV



Akhir Repelita III



1995/96



Akhir Repelita v



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden R.I. Tahun 1995 dan Tahun 1996 Tabel Produksi Semen 1968/1969 - 1995/96 No.



Komoditi



Produksi



Satuan 1968/69



Repelita I



1.



Semen



Ribu ton



542,0



Akhir



Akhir



Akhir



Akhir



Akhir



1994/95



1995/96



Repelita II Repelita II Repelita N Repetita v Repelita VI



819,0 3.629,0



8.102.2 13.218,0 18.990,0 21.907,0 23.129,0



Untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan diperlukan dukungan infrastruktur yang memadai dan untuk itu dibutuhkan bahan baku semen yang pembangunan industrinya memanfaatkan sumber daya alam dan



memperluas lapangan kerja. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut produksi semen telah meningkat sebanyak 42 kali selama periode 1968/69 - 1995/96. Dengan tingkat produksi tersebut telah berhasil dibangun jutaan rumah , berbagai prasarana dan sarana pembangunan .



44



GAMBAR 2.C.1.9



PRODUKSI TRAKTOR TANGAN



11



Vis 10



)(runit ibu



9



3



90



2 1 0



1968/89



1994/95 Akhir Ropolita 11 Akhir Ropelita IV Akh ir Ropolita ! Akhir Ropelita III Akhir Ropolita V



1996/96



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI. Tahun 1995 dan Tahun 1996 Tabel Produksi Traktor Tangan 1968/1969 - 1995/96 No.



Komoditi



Satuan



Produksi 1968/69



Repelita 1



Traktor Tangan



Alchir



Akhir



Alther



Akhir



Aktar



1994/95



1995/96



9.818



10.189



Repelita Lepelita II Repelita N Repelita v Repelita VI



Unit



280



1.065



2.490



9.350



Untuk menunjang pembangunan di sektor pertanian, produksi traktor tangan terus ditingkatkan . Dalam periode 1978/79 - 1995/96 produksi traktor tangan telah meningkat sebesar 35 kali. Hal ini menunjukan bahwa produksi dalam negeri dapat bersaing dengan produk impor dan meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sektor pertanian.



47



GAMBAR 2.C.1.10 PRODUKSI KERTAS



3.65,8 35



3.054,0 3



Thousands



2.489,3 2.5



1.3



948,2 1



369,2 0.5



155,2



17,0



47,2



0



1988 1989



Akhir Repelita I Altar Repelita I Akhir Repelita | Akhir Repelita IV Aldhar Repelita V



199495



1995/96



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI.Tahun 1995 dan Tahun 1996 Tabel Produksi Kertas 1968/1969 - 1995/96 No.



Komoditi



Satuan



Produksi 1968/69



Repelita I



1.



Kertas



Ribu ton



17,0



Akhir



Akhir



Akhir



Akhir



Akhir



1994/95



1995/96



Repelita Repelita II Repelita N Repelita V Repelita VI



47,2



155,2



369,2



948,2



2.489,3 3.054,0 3.425,8



Meningkatnya pendapatan dan pendidikan masyarakat menyebabkan



permintaan akan kertas terus bertambah . Perkembangan produksi kertas menunjukkan kenaikan lebih dari 200 kali lipat selama periode 1968 /69-1995 /



96. Dengan terpenuhinya kebutuhan dalam negeri, industri ini memperluas jangkauannya kepasar ekspor.



48



III



D.



PERTAMBANGAN DAN ENERGI



Bumi Vlinyal Bumi Gas



Batubara I.16



Kenegaraan Lampiran Presiden Sumber: Pidato RI Dibandingkan dengan tahun awal 1968, meningkat produksi minyak bumi kali. 2,5, ketergantungan Walaupun demikian minyak akan khususnya sebagai penghasil dikurangi bertahap terlepas devisa, secara dapat tidak dari Hal ini. meningkatkan keberhasilan produksi diversifikasi lainnya rangka dalam seperti energi, antara bumi. ING. dan gas Di batubara, komoditi empat atas, ke di produksi batubara makin berkembang pengganti minyak sebagai energi meningkat 1995.96 sekitar tahun produksinya dimana bumi dibanding produksi puluh enam ratus pada lipat kali duaI. PJP Memasuki awal digunakan briket mulai telah 11.. keperluan batubara industri untuk dengan tangga, rumah kecil dan tujuan menggantikan minyak tanah lainnya BBM



Produksi



().1



PRODUKSI MINYAK BUMI BU'VII, GAS BATUBARI DAN LNG,



Satuan



barel juta muiliar kubik kaki



ribu ton



TU MMBjuta



(2)



TABEL 2.1.1



1995/961968/69



1973. 74



1978 79



589.2



1968 69:



508.4



868.2



52(



219.9



186.1



64_@+4).( --t_--



).



116.0



261.1



1983 84



(6) 17.6$



1,288.2 614.7



145.8



569.3



139.9



226.2



89 1988



(7).



196.9



1.887.0



3,175.7



963.2



1993 94



588.3



9).(



1995/96



(8)



1,342.0



41,806.3



2,998.8



39.9$



2.502.0



28,359.5



1.301.2



49



NO PRODUKSI .



1968/69



PRODUKSI TAMBANG LAINNYA BARANG



SATUAN 3() 4)(



261.9



(2)



ribu ton



ribu ton



(1)



nikel Bijih



1. Timah



2.



TABEL 2.D.2



1995/961968/69



1988/89



8()



1978/79



7()



5.1



514.1



64.6



302.7



9)(



30.4



960.0



88.9



43.9



1,338.7



1,926.5



1993/94



6()



1983/84



5()



29.0



0.3



841.9



1.7 199.7



1,830.3



23.8



2.2



1,353.3



24.3



184.9



0.2



964.9



1,178.0



14.8



0.3 8.4 125.9



1,204.7



989.9



1973/74



9.9



0.1



879.3



ribu ton



ton



ton



ribu ton



Emas



3. Bauksit 4.



3. Perak 6.Tembaga



Kenegaraan Lampiran Presiden Sumber: Pidato RI



dan1. timah seperti barang tambang Produksi bijih nikel kenaikan secara umum menunjukkan tingkat produksi. harga Walaupun produksi namun berfluktuasi, pasaran timah dunia di meningkatkan efisiensi dengan dipacu masih dapat saing, daya dan restrukturisasi dilakukannya setelah Timah pada PT.,. Sedangkan walaupun produksi nikel, bijih tumbuh begitu pesat tidak mendatang Kebutuhan meningkat konsisten. dimasa secara masih dunia nikel tetap akan naik di pertumbuhannya namun kegunaannya mengingat komoditi lainnya. diganti bingga dapat belum oleh kipi ini internasional berpengaruh Fluktuasi produksi terhadap pasaran bauksit Bintan sangat Pulau harga nilai dan di 2. berkembangnya pengolahan ekspornya komoditi alumina diimpor bauksit Akibat negeri, masih belum dalam dari luar di. negeri. mengalami Sementara produksi tembaga perak, emas, dan itu, 3.. diketemukannya kenaikan Dengan tinggi cukup yang cadangan didukung Pongkor Jabar, NTB serta baru dan Irja di, pasaran dalam harga stabil yang oleh negeri emas luar mempunyai merupakan dipisahkan komoditi prospek sebagai datang. dalam Perak dapat cerah tidak masa yang di disebabkan kenaikan cukup tinggi. yang Hal ini pengolabannya mengalami dengan emas, juga proses pembentukannya maupun permintaan meningkat kerajinan peralatan maupun sebagai tangga. rumah Begitu negeri dalam bahan pasar yang pula oleh meningkatkan konsentrasi melampaui meningkat tembaga Repelita sasaran Untuk 1.042 yaitu telah yang nilai tajam dan ton. VI kemungkinan konsentrat mengolah tembaga dijajaki tambah sedang Gresik untuk Jatim. saat ini di,



1995/96



10)(



45.4



2,853.6



61.2



971.9



158.1



1,608.7



1



50



2.D.3 TABEL



1995/96 1968/69-



MW()



1978/79



1973/74



1968/69



3,935.0



2,288.7



776.1



661.6



25,622.8



13,391.9



5,722.8



3,006.0



1,780.5



()3



GWh()



Produksi



1983/84



8,529.2



46,718.7



Terpasang Daya



1988/89



13,568.6



59,280.9



()2



1993/94



14,970.2



( )1



1995/96



Tahun



TERPASANG TENAGA LISTRIK PRODUKSI DAYA DAN



RI Kenegaraan Lampiran Presiden Sumber: Pidato



meningkat sekitar yang terus per 16 % kebutuhan memenuhi rangka Dalam energi listrik menambah tinggi untuk serta, ekonomi cukup yang pertumbuhan dengan seiring tahun melalui ditingkatkan terus, ketenagalistrikan pembangunan energi listrik penyediaan keandalan



menunjukkan tersebut adanya perbandingan Kenaikan 1995/96 adalah tahun pada 3,96.



dan. penyalurannya jaringan terpasang Kapasitas pembangunan pembangkit beserta baru dibandingkan bila meningkat sebesar dan kali 23 33berturut produksi listrik telah turut adalah 2,69, PJP terpasang pada daya danII. Perbandingan produksi dengan awal pembangkitan peningkatan efisiensi sarana di.



51



TABEL 2.D.4



PEMBANGUNAN LISTRIK PERDESAAN 1971-1995



(1 )



Rumah tangga di kota yang menikmati listrik (% ) Rumah tangga di desa



1971



1980



1990



1995



( 2)



( 3)



(4)



(5 )



31.3



48.8



85.8



95.2



1.4



5.4



30.8



44.4



3,402



23,142



39,441



yangmenikmati listrik (% ) Jumlah desa dilistriki *)



Sumber. BPS 1994; *) Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI



Untuk lebih memeratakan pembangunan di bidang ketenagalistrikan ke desa - desa, sejak tahun kelima Repelita II telah dicanangkan program listrik perdesaan. Keberhasilan program ini terlihat bahwa 39.441 desa telah dilistriki atau mencapai 63,6 % dari total jumlah desa, dengan pelanggan mencapai



12,4 juta rumah tangga. Dengan demikian perbandingan persentase rumah tangga di desa dengan di kota yang menikmati pelayanan listrik sejak tahum 1971 hingga tahun 1995 naik dari 0,04 menjadi 0,46. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan pembangunan listrik antara kota dan desa dapat dikurangi



52



II



E.



PERHUBUNGAN DAN PEKERJAAN UMUM



No.



()0



Jalan



Pemeliharaan Rehabilitasi dan 1.



Jembatan



Jenis Program



Pemeliharaan Rehabilitasi dan 2.



n Peningkata 3. Jalan Jembatan n Penggantia 4.



Pembangunan S. Jalan Jembatan an Pembangun 6. Tol an Pembangun 7. Jalan



kumulatif Angka*) en Sumber: Pekerjaan Umum Departem



perekonomian Meningkatnya perhubungan memerlukan dukungan dipelihara prasarana jembatan dibangun kegiatan sarana Untuk jalan yang dan ada itu. meningkatkan pembangunan Pembangunan Pemeliharaan penumpang lancarnya jembatan jembatan barang jalan telah baru baru. arus dan.



pembangunan pembiayaan menembus meningkat partisipasi terisolasi samping berhasil wilayah semula sumber wilayah swasta APBN untuk yang terus dari Di-,. Repelita 1983/84 1995/96 sampai kedua tahun VI III pembangunan meningkat tercermin seperti akhir sejak jalan yang lebih telah pada dari kali tol 31().



Akhir



Repelita1 1973/74()



TABEL 2.E.1



Akhir



Akhir 1983/84()



III Repelita



Akhir



1988/89()



IV Repelita



()6 625.15



(S) 319.14



Akhir



V Repelita 1993/94()



(0)



1,084.53



502.87



()8



( )9



586.23



1124.40



1995/96



VI Repellita



1994/95



1102.65



42.20$



360.61



167.26



381.07



345.30



161.27



238.45



154.51



37 97



17.62



326.29



14.88



61.51



28.03



117.69



13.00



18.99



22.37



70.26



9.87



1978/79()



II Repelita



()4 156.30



71.08



8.28



18.02



37.54



2.53



567.00



13.56



27.00$



0.95



497.00



6.69



243.00



0.92



18.00



0.23



15.56



3.79



21.63



99.21



(3)



JEMBATAN JALAN HASIL DAN*) PEMBANGUNAN REPELITA SELAMA DAN PJP VII



Satuan



km ribu



km



km



km ribu



km



ribu km



km



53



GAMBAR 2.E.1.1 REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN JALAN



(ANGKA KUMULATIF )



1.200 00



1.084,53



1.102,65



1993/94



1994/95



1.124,40



1.000.00



800 00



625,15



)(rkmibu



1



है



600.00



319.14 400 00



156,30



99.21 200.00



000



1973/74



1978/79



1983/84



1988/89



1995/96



Seiring dengan terus meningkatnya panjang jalan, rehabilitasi dan pemeliharaan jalan sampai dengan



tahun kedua Repelita VI mengalami peningkatan sebesar 11 kali sejak akhir Repelita I ( 1973/74) sampai tahun 1995/96 . Terpeliharanya sarana jalan merupakan unsur penting dalam pembangunan nasional.



54



GAMBAR 2.E.1.2 REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN JEMBATAN



(ANGKA KUMULATIF ) 586,23 C



600 00



$ 42,20 502.87



2 500 00



381.07



)(km



N



400.00



300 00



238,45



200 00



71,08 100 00



21,63



000 1973774



1978/79



1983/84



1



1988/89



1993/94



1994195



1995/96



Rehabilitasi dan pemeliharaan jembatan mengalami kenaikan lebih dari sepuluh kali lipat sejak akhir Repelita I sampai dengan tahun kedua Repelita VI. Terpeliharanya jembatan merupakan unsur penting bagi kelancaran lalu lintas.



55



GAMBAR 2.E.1.3



PENINGKATAN JALAN



(ANGKA KUMULATIF ) 16726 180.00



161,27 154,31



160.00



140.00



)(ribu lom



)km (ribu



120.00



100.00 61,51



80.00



60.00



2



40.00



18,99 8,28 20.00



3,79



0.00



1973/74



1973/19



1933/14



1901



1993/94



199195



1995196



Kegiatan peningkatan jalan meningkat sangat besar, yaitu lebih dari 44 kali sejak akhir Repelita I (1973/74) sampai dengan tahun kedua Repelita VI ( 1995/96 ). Peningkatan jalan terus dilakukan terutama untuk daerah terpencil. Hal ini merupakan perhatian Pemerintah yang besar terhadap pembangunan sarana jalan khususnya, dan pembangunan ekonomi daerah terpencil pada umumnya



56



GAMBAR 2.E.1.4 PENGGANTIAN JEMBATAN



(ANGKA KUMULATIF ) 400.00



360,61 345,30



326,29 350.00



300.00



)(km



250.00



200.00



117,69 150.00



70.26 100.00



50.00



N



37,54 15,56



0.00 1973 74



197879



1983/84



1988/89



1993/94



1994/95



1995/96



Penggantian jembatan dalam kurun waktu 1973/74 - 1995/96 meningkat lebih dari 23 kali. Penggantian jembatan ini telah dapat meningkatkan kelancaran mobilitas ekonomi antar kota dan meningkatkan aksesibilitas wilayah yang terpencil.



57



GAMBAR 2.E.1.5



PEMBANGUNAN JALAN ( ANGKA KUMULATIF ) 17,62



11.00



14,88 16.00



13,00 14.00



(ribukm )



12.00



9,87



10.00



8.00



6.00



2,53 4.00



0,95 2.00



0,23



0.00 1973/74



1978/79



1983/84



1988 89



1993/94



199495



1995/96



Pembangunanjalan mengalami peningkatan lebih dari 76 kali antara tahun 1973/74 - 1995/96 . Pembangunan jalan baru telah membuka daerah yang terisolasi dan meningkatkan perekonomian di daerah tersebut



58



GAMBAR 2.E.1.6



PEMBANGUNAN JEMBATAN



( ANGKA KUMULATIF) 37.97



N



10 00



T



33 00



28,03 30 00



22,37 25 00



M



)(km



18,02 20.00



13,56 100



6,69



10 00



500



0,92 000



1973 74



1978 79



1983 84



1988 89



1993 94



199495



1995 96



Antara tahun 1973/74 dan tahun 1995/96 realisasi pembangunan jembatan mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu lebih dari 41 kali. Pembangunan jembatan sebagai sarana penunjang pembangunan jalan terus dilakukan untuk meningkatkan hubungan perekonomian antar daerah.



59



No.



Uraian



()2



REPELITA SELAMA DAN PJP VII



()4 49.9 236.7



327.8 1,022.8



Repelita III Akhir Akhir y II| IVI 1978/79 1973/74()



BERMOTOR ANGKUTAN KEDARAAN JUMLAH JALAN RAYA



Satuan



ribu buah



buah ribu



()1 Bis



1.



buah ribu



buah ribu



2. Truk



Motor 4. Sepeda



Penump 3. Mobil ang



tersebut merupakan kendaraan jumlah tahun VIs*d./ Repelitai Repelita Angka pada akhir Maret 1993 Presiden tanggal RI Lampiran pidato 1.1



Sumber: Lampiran Presiden Agustus tanggal pidato 1994 16 RI 2.



Agustus 1996 Lampiran Presiden tanggal pidato 16 RI 3.



meningkatkan ketahanan membuka gilirannya sekaligus terpencil ekonomi kegiatan nasional. daerah daerahisolasi yang pada dan,



pengembangan Meningkatnya Pembangunan menunjukan transportasi menunjang kemajuan wilayah jumlah sarana sangat sektorsektor pesat telah yang lain,.



1)



TABEL 2.E.2



(5)



1983/84()



1)



1988/89()



2)



1993/94()



3)



Repelita



6 1994/95 1995/9



) 3



VI



() 10



1,365.9



672.5



2,113.1



)(9



1,521.1



(8)



2,009.6



()7



1,462.0



9,545.8



1)



6



1,864.0



651.6



1,124.2



9,120.5



609.8



1,320.6



371.6



1,282.6



6,857.9



268.1



1,279.0



107.8



564.7



7,141.8



10,013.7



859.0 3,006.1



60



No.



()1



Uralan



Satuan



ribu ton



ribug oran



buah ribu



(2)



Angkutan 2. Barang



Penampang 1.



ann Kendara Angkuta 3.



tersebut pada tahun kendaraan jumlah merupakan Vis*d./I Repelita akhir pada Angka Sumber:



1993 Maret tanggal RI Presiden pidato Lampiran 1.1 1994 Agustus 16 RI tanggal Presiden pidato Lampiran 2. 1996 Agustus 16 tanggal RI Presiden pidato Lampiran 3. daerah. masing oleh dimiliki yang potensi dengan sesuai antar daerah pertumbuhan keseimbangan mendukung juga iniHal



tanah aird-i. kawasan berbagai pemasarannya daerah dengan distribusi simpu dan produksi simpul antara simpul hubungan memantapkan makin peryebarangan angkatan Peringkatan



2.E.3 TABEL



1)



1



2)



3)



ta RepeliVI



10)(



77,163



1995/956 1994/9



62,992



1993/94()



59,035



1988/89)(



41,560



1983/84()



18,005



6



1978/79()



(5)



7,596



30,156



(9) 13,723



6,284



28,607



8(



10,841



26,156



(4)



VII REPELITA PJP DAN SELAMA



PENYEBERANGAN ANGKUTAN



V IV Akhir III Repellta Akhir II Repelita IAkhir Akhir 1973/74() (3 )



10,741



5,735



1,585



4,753



3,067



1,286



2,527



729



1,844



61



No.



Penumpang 1.



4.



KmBarang



3. Barang



KmPenumpang 2.



Sumber:



Angka akhir VI*sI./d Repelita merupakan kendaraan jumlah tersebut tahum pada 1993 Maret Lampiran pidato Presiden tanggal RI1.1 Presiden Lampira pidato 2.n Agustus tanggal RI 16 1994 Lampira 3.n pidato Presiden RI tanggal Agustus 16 1996



kebutuhan pemimpang angkutan jumlah dalam perkotaan wilayah di besar selain padat mengalihkan untuk sebagian angkutan beban jalan raya berkembang yang di; menunjang dalam pesat pertumbuhan sektor lainandalan perekonomian dalam nasional.



Perkembangan angkutan kereta api makin mememihi perkembangan kebutuhan pemmpang jasa dan barang khususnya untuk angkutan jumlah dalam berjarak besar angkut jauh ataupun



Uralan



(2)



Satuan



ribngu ora



ribu orang kmx ribu ton



ribu tonx km



3)( (4)



)1



TABEL 2.1.4



(5)



29,200



1,022,000



4,200



5,751,000



1978/79()



ANGKUTAN KERETA API SELAMA PJP REPELITA DAN VII



Akhir Il Akhir Repelita III IVI Repellta Akhir V 1973/74()



29,370 2,727,000



5,040 1,069,000



1)



1983/84)(



(6) 47,430



6,313,000 5.400 951,200



1)



1988/89()



(7) 53,833 7,997,300



10,775 2,448,670



2)



1993/94()



(8)



98,000



12,244,250



15,680



3,955,720



3)



VI Repelita



10()



3)



(9)



1995/96 1994/95



146,405



4,231,986



17,056



15,844,675



121,650



14,059,000



16,710



3,949,900



62



No.



Uralan



DAN PENUMPANG JUMLAH BARANG YANG NUSANTARA DIANGKUT ARMADA



Satuan



) 1 ( ribngu ora



(2)



Pernump 1. ang ribu ton



2.



Barang



Catatan:



menunjukan Angka dalam tabel tahunan angka pada bersangkutan Khusus tahun yang penumpang untuk angkutan RepelitaI dan selama tercatat dengan belum IIIII,*1.), sehingga baik belum ada, datanya Sumber:



Lampiran Presiden Kenegaraan pidato 3.di tanggal Sidang RI depan DPR 1996 Agustus 16



Pertanggungjawaban Lampiran Presiden pidato 1.1 tanggal Mandataris Maret MPR 1993 Lampiran Kenegaraan pidato 2. Presiden RI depan di tanggal Sidang DPR 1994 Agustus 16



Mobilitas melalau orang angkutan laut meningkat cukup besar. Angkutan kapal penumpang pulau antar ini merupakan upaya penyediaan layanan masyarakat terhadap ekonomi



lemah. Angkatan barang pulau antar juga cukup besar peringkatan Hal inidi. tahunnya setiap perkembangan menunjukan perdagangan nusantara. wilayah



(3). 0



(5)



3.529



TABEL 2.E.S



1978/79()



Akhir 11 Repellta Akhir III IV Repelita V



DAN PJP SELAMA VII REPELITA



AkhirI Repellta 1973/74()



3.538



0



1983/84()



6(



7,457



0



1988/89()



(



1,281 9,294



1993/94()



(8)



3,185



15,232



VI Repelita



1994/95 1995/96



)(9



4,637



60,683



)1(0



5,087



65,538



!



63



No. Uralan



) 1 ( tahunan Angka1)



2. Barang



Penum 1. pang



Sumber:



Catatan:



2. 16 RI, pidato Lampiran 1994 Presiden Kenegaraan Agustus 3. pidato Lampiran Presiden Kenegaraan 16 RI, 1996 Agustus



pidato Lampiran Presiden/ Mandataris Pertanggungjawaban MPR1.1 tanggal Maret 1993



meningkatnya kegiatan Dengan serta perekonomian jumlah masyarakat, pendapatan barang yang dan penumpang diangkut dalam pada penerbangan negeri setiap meningkat tahunnya cukup besar ini dimungkinkan Peningkatan sebagai hasil pembangunan beberapa wilayah bandar udara di. nusantara terdiri yang dari bandara perintis bandara dengan sampai menampung mampu yang. berbadan pesawat besar



(2)



Satuan



ton



ribu ora ng



TABEL 2.E.6



(5)



1



3,979 35,822



ta II Akhir II1 Akhir IV Akhir V Repeli 1983/84 1978/79 1988/89 1993/94(()



SELAMA PJP DAN REPELITA VII



ANGKUTAN UDARA NEGERI DALAM



AkhiraI Repelit 1973/74()



1,649 13,790



77,196



6,934



(7)



9,176



(8)



107 5,286



96,859 49,772



VI Repelita



(9)



10()



1994/95 1995/96



12,520



125,443



10,371



106,848



64



TABEL 2.1.7



1) ANGKUTAN UDARA LUAR NEGERI SELAMA PN I DAN REPELITA VI



Uraia



No.



Satan



Allir



Akhir



Alhir



Ropelita I Rapolita II Ropolita II ( 1973/74 (1 )



(2 )



1.



Penumpang



2.



Barang



Catatan :



ribu orang ton



(197879 )



(1983/04)



(5 )



(6 )



Alhir



Akhir



Repelita N



Ropolita V



(1988/89 )



(1993/94)



Ronelda V 1995/96



1994/95



(9 )



( 10 )



97



733



1,048



1,889



2,990



3,323



3,639



3,125



9,896



28,366



65,014



97,304



117,111



126,166



1 ) Angka tahunan untuk perusahaan penerbangan nasional



Sumber :



1. Lampiran pidato Pertanggungjawaban Presiden Mandatars MPR tanggal 1 Maret 1993 2. Lampiran pidato Kenogaraan Presiden RI, 16 Agustus 1994 3. Lampiran pidato Kenegaraan Presiden RI, 16 Agustus 1996



Kemampuaarmada penerbangan nasional baik Garuda Indonesia, Merpati Nusantara maupun perusahaan penerbangan swasta dalam melayani angkutan penerbangan keluar negeri terus meningkat. Peningkatan arus muatan barang maupun penumpang kedan dari luar negeri merupakan bukti peningkatanmobilitas penduduk Indonesia maupun kunjungan orang asing ke Indonesia



65



No.



1. Pembangunan Dermaga



Pembangunan 2. Gudang



Uraian



kumulatif Angka)1



()2



Satuan



m2



m2



ama



3. Pembangunan Lapangan Perumpukan



Catatan:



Sumber:



Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI 163., 1996 Agustus



Pidato Lampiran Pertanggungjawaba Presiden Mandataris MPR tanggal 19931.n1 Maret Lampiran 2., Pidato Kenegaraan Presiden RI 16 1994 Agustus



peluang masyarakat luas. mengakses pasar produksinya untuk dunia hasilhasil



Pembangunan fasilitas pelabuhan yang terdiri dermaga dari gudang penumpukan lapangan dan, meningkatkan telah pelayanan bongkar muat barang baik untuk pulau antar nusantara wilayah di.-, maupun angkutan komoditi ekspor impor selanjutnya Hal ini memperbesar telah



TABEL 2.K.8



1983/84()



)1



988/89)(1



37,618



1978/79 ()



Repellita Akhir Repelita Akhir Repetita m Akht IV



PENAMBAHAN FASILITAS PELABUHAN SELAMA PJP REPELITA DAN VII



Akht1 Repelita 197314(



21,682



16



10,841



)(5 1,182



507,424



200,572 280,857



91,834 35,617



47,504 0



11,700



AkhirV Repelita



1993/94()



( )8



47,992



260,301



1,169,972



Repelita VI



1994/95 1995/96



()9



30,217



264,161



1,204,197



10)(



52,514



270,381



1,244,622



99



II



F.



PARIWISATA , POS DAN TELEKOMUNIKASI



(1)



Satuan



ribu



kamar ribu



US$ juta



kunjungan



if*): kumulat Angka



*)



MANCANEGARA KUNJUNGAN WISATAWAN PEROLEH KAMAR DEVISA HOTEL DAN,



Uraian



Wisman Kunjungan 1.



Perolehan Devisa 2.



Hotel 3. Kamar



Catatan



iasn1: raan ik an 1994 1995 16 dan Agustu Indones Preside Republ Pidato Sumber: Kenega Lampir Telekomunikasi 1990 Pembangunan Pariwisata Pos Sejarah dan 2.,



melahirkan Kunjungan wisatawan meningkat perolehan dampak devisa yang telah pula. pendukungnya meningkatnya permintaan meningkat Dengan kamar hotel akan pula jasa jasa.-,



(2)



1969



) (3 86.1



10.8



3.0



1973



270.3



40.9



TABEL 2.F.1



)5 (



42.6



94.3



468.6



1978



1995/96 1969-



5.5



1993/94



()9



1994/95



1( )0



1995/96



11 ()



4,258.1



( )8



4,069.5



1991



3,400.8



()7



2,569.9



1988



1,301.0



()6



1983



638.8



5,151.0



193.3



4,860.7



176.3



3,984.7



153.2



2,518.1



138.2



1,027.8



106.9



439.5



60.3



67



4,500.0



4,000.0 3,500.0 3,000.0



2,300.0



2,000.0 1,500.0



1.000.0



300.0



0.0



270,3



MANCANEGARA WISATAWAN KUNJUNGAN



86,1



1973



.. 1969



mengembangkan merupakan Indonesia upaya hasil ke Peningkatan kunjungan wisman jumlah mempertahankan dengan tetap pariwisata nasional sumber daya memanfaatkan potensi dan kepribadian Indonesia bangsa luhur nilainilai dan



1983



638,8



wisman()



1995/96 1969-



GAMBAR 2.F.1.1



468,6



1978



1.301,0



1988



2.569,9



1991



3.400,8



1993/94



4.069,3



1994/95



4.238.1



1995/96



68



(ribu kunjungan )



6,000.0



0.0



1973



40,9



WISMAN DEVISA DARI PENERIMAAN KUNJUNGAN



10,8



12 1969



penerimaan meningkat kunjungan 1995/96 wisman hingga devisa tahun 1969 Dari dari Penerimaan pariwisata mencolok, dengan devisa sangat depan masa yaitu lipat 477 kali dari di. pembiayaan merupakan penting sumber akan bagi. pembangunan



2 1983



439,5



1995/96 1969-



GAMBAR 2.F.1.2



94.3



1978



1.027.8



1988



2.318.1



1991



3.984.7



1993/94



4.860,7



1994/95



5.151,0



1995./96



69



5,000.0



4,000.0



1,000.0



2,000.0



3,000.0



(juta US $)



i



200.0



180.0 160.0 140.0 120.0



100.0



60.0 40.0



20.0 0.0



80.0K



1969



akomodasi hotel/ dibangun telah wisatawan kunjungan jumlah peningkataa usaha menunjang Untuk positif terhadap pengaruh telah membawa dan wisata kawasan tempat pengembangan pada tempatdi., hotel hotelpenyebaran pemerataan terus diupayakan itu Selain regional ekonomi perkembangan perkembangan untuk mendukung manusia daya sumber Persiapan air. tanah seluruh wilayah latihan dan pusat pusatpendidikan memperbanyak dengan ditingkatkan juga terus pariwisata pariwisa kerja tenaga kebutuhan jumlah mengantisipasi untuk ini. Hal dimaksudkan pariwisata pada akan yang masa datang ta. bidang perhotelan terutama



3,0



7



3,3



1973



GAMBAR 2.F.1.3



1983



60,3



1995/96 1969-



KAMAR HOTEL JUMLAH BINTANG BINTANG NON DAN()



42,6



1978



106,9



1988



138,2



1991



153,2



1993/94



176.3



1994/95



193,3



1995/96



70



Kantor Giro Pos dan **1.)



Uraian



2.) Pelayanan Unit ** Bergerak Pos



()1



Anggaran Tahun); Kumulatif Angka **) dan 1994 1995 Agustus 16 Indonesia Republik Presiden Pidato Konegaraan Lampiran 1.:



1990 Telekomunikasi Pos Pariwisata dan Pembangunan 2., Sejarah



Surat Pos 3.



Catatan Sumber



ada. yang desa seluruh dari persen



efisiensi pelayanan mutu untuk meningkatkan dimaksudkan pos, dan giro sarana Pembangunan seluruh pelosok ke, pos serta perluasan pelayanan pelayanan dan diversivikasi produktivitas pos fisik pelayanan fasilitas giro selama ini dan pembangunan kemajuan air., Dengan tanah 40 kurangnya dan sekurang mencakup kecamatan keseluruh ibu kota telah mencapai



Satuan



buah



trayek lombar juta



()2



PRODUKSI SARANA GIRO DAN POS



1973



()4



1969



(3)



TABEL 2.F.2 1969 1995-



1978



(5)



569.0



1,417.0



111.0



252.3



1,225.0



88.0



176.0



1,076.0



147.0



1983



1,807.0



3,549.0 1,164,0 384.0



1988



3,103.0



370.9



10()



4,910.0*)



11).(



1995



(9)



4,858.0*)



6,466.0*)



1994 )8(



4,673.0)



6,215.0*)



798.44



1993



3,612.0



5,836.0*)



770.97



1991



5,042.0



726.23 441.4



71



GAMBAR 2.F.2.1 KANTOR POS DAN GIRO



1969 - 1995 4.910,0 4.858,0 4.673,0



5,000.0 20



4,500.0



3.612.0



4,000.0



3.103,0



3,500.0



3,000.0



hi



2,500.0



1.807.0



2,000.0



1.417,0



1.225.0



1,500.0



1.076,0



1,000.0 500.0



0.0



1969



Catatan



1973



1978



1983



1988



1991



1993



1994



1995



: Tahun anggaran



Jumlah kantor pos dan giro selama kurun waktu 1969-1995 terus meningkat rata -rata 147 buah



pertahun dan semakin tersebar ke seluruh tanah air sehingga jangkauan serta kemudahan pela yanannya semakin terasa oleh masyarakat luas.



72



GAMBAR 2.F.2.2 UNIT PELAYANAN POS BERGERAK



1969 - 1995



7,000.0



6.466,0 6.215,0 5.836,0



6,000.0



5.042,0



)(trayek



5,000.0



3.549,0



4,000.0



3,000.0



2,000.0



1.164,0 569,0



1,000.0



88,0



111,0



0.0



1969



Catatan



1973



1978



1983



1988



1991



1993



1994



1995



: Tahun anggaran



Fasilitas pelayanan pos bergerak, baik yang menggunakan kendaraan roda dua maupun kenda raan roda empat terus meningkat dalam memeratakan pelayanan pos dan giro bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya dalam upaya menjangkau daerah -daerah terpencil.



73



GAMBAR 2.F.2.3 SURAT POS



1969 - 1995 798,44



720,92 800.0



726,23



700.0



(uta j)lembar



600.0



441,4



500.0



384,0



370,9



400.0



252,3 300.0



176,5 200.0



147,0



100.0



0.0



1969



1973



1978



1983



1988



1991



1993



1994



1995



Pertumbuhan pengiriman surat pos rata -rata meningkat 6,8 persen pertahun . Hal ini mencer minkan bahwa pelayanan pos dan giro semakin berperan dalam perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia



74



Uraian



aad



1. Sentral Telepon Otomat STO() pore STO Kapasitas 2.* 3. Pulsa Telepon Lokal SUJJ Teleks Pulsa 4.



) (1



kumulatif Angka*: Catatan Sumber dan Agustus 1994 1995 Lampiran 1.n: Kenegaraa Pidato Presiden Republik Indonesia 16 Statistik Susenas Survey Pusat 1994 Biro 2.() Telekomunikasi 1990 Pariwisata Pos Pembangunan Sejarah dan 3.,



dibandingkan meningkat menjadi telepon Jumlah hampir tahun pada 1995 lipat kali 60 peningkatan mengalami pemakaian menjadi telepon dengan hampir Seiring pulsa 1969. juga itu lipat kali 173 periode pada yang sama



()2



1919



()3



3.7



176.5



84.7



1969



SARANA DAN PRODUKSI TELEKOMUNIKASI



Satuan



satuan ribuan



pulsa juta



sambungan



ribu



1973



121.5



35.9



2,169.6



367.2



1983



(6)



336.4



2,147.3



576.8



1988



490.9



7,367.6



873.9



170 tub 34 26 69 GT 223b5369602



1978



19691995



TABEL 2.F.3



758.8



99



1991



3,012.9 1,514.7



10,450.8



1993



713.5



17,900.0



rumo3



694.2



10)S(89



1994



() 11



1995



964



4,824.3



816



4,083.8



30,533.3



644.0



23,400.0



717.3



75



Uraian



Umum Telepon 1. Kartu



Umum p. Telopon Coin 3. Wartel



1)(.



kumulatif Catatan: Angka* Agustus 1994 1995 dan Kenegaraan Indonesia Republik Presiden 16 Lampiran Sumber: Pidato 1. 1990 Telekomunikasi dan Pos Pariwisata Pembangunan 2., Sejarah



tahun 1995. meningkat hampir 2.813 pada lipat kali telah 1988 sejak dan() dioperasikan mulai kartu TUK telepon Produk umum baru lipat kali meningkat hampir telah 21(.,) sampai tahun 1995 dioperasikan 1984 pada yang baru TUC Telepon umum coin jumlahnya dan() Telekomunikasi dioperasikan Warung Wartel telekomunikasi umum tahun mulai 1989 pada menambah pelayanan Untuk meningkat tahun lebih telah 1995 lipat dari kali 21



Satuan



buah



buah



buah



(2)



3,038



1985



4,106



1986



(5)



TELEKOMUNIKASI PRODUKSI*



1984



2,714



TABEL 2.F.4



(6)



()7 12



5,724



1988



1995 1984-



1987



4,636



1989



6,653



(8) 95



128



1990



1,033



12,466



(.9)



407



10 ()



1991



2,884



21,679



800



1995



33,751



12)(



22,592



56,906



1994



10,424



51,123



11)(



1993



43,411



1,949



13()



2,741



1,257



76



GRAFIK 2.F4.1



TELEPON UMUM KARTU (TUK ) 33.751



35,000 30,000 22.592



25,000 20,000 10.424



15,000 10,000 2.884



95



5,000 0



1.033



12



7 : // 1988



1989



1990



1991



1993



1994



1995



Peningkatan penggunaan telepon umum kartu ( TUK ) disertai pula dengan peningkatan penyebarannya kepada masyarakat dan peningkatan mutu serta



kemudahannya sehingga makin luas dan handal.



77



GRAFIK 2.F4.2



TELEPON UMUM CON ( TUC ) 50,908



60000



51,428 50000 40000



30000



27,679 20000 12,400 5,724



6,863



4,106.2 4.836



1986



1988



1989



10000



2,714



3,038



1984



1985



0



1987



1990



1991



1993



1994



Peningkatan penggunaan telepon umum coin ( TUC ) disertai pula dengan peningkatan penyebarannya kepada masyarakat dan peningkatan mutu serta kemudahannya sehingga makin luas dan handal. Karena menggunakan coin,



maka penggunaannya akan lebih mudah dan lebih murah bagimasyarakat luas.



78



1995



GRAFIK 2.F.4.3



WARUNG TELEKOMUNIKASI (WARTEL )



3,000 2,741 2,500 1,009



2,000



1,500



1,25T



1,000



800 407



500 128



1989



1990



1991



1993



1994



1995



Sejak dimulainya pada tahun 1989 jumlah wartel telah meningkat dengan pesat dan sampai tahun 1995 meningkat 21 kali lipat. Hal ini berarti telah meningkatkan



kesempatan masyarakat untuk memakai jasa telekomunikasi dan meningkatkan keterjangkauannya di daerah -daerah.



79



II



G. PERDAGANGAN , KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL



TABEL 2.6.1



NILAI EKSPOR , 1969 - 1995



( juta US $)



Tahun



1969



1973



MIGAS



NON MIGAS



382.9



470.8



( 44.9 )



(55.1 )



1,608.7



1,602.1



TOTAL EKSPOR



853.7 ( 100.0 )



3,210.8



(50.1 )



(49.9)



7,985.4 (68.6)



3,657.8 (31.4)



11,643.2



16,140.6 (76.3)



5,005.3



21,145.9 ( 100.0 )



7,681.6 (40.0)



11,536.9



(60.0 )



19,218.5 ( 100.0)



1993



9,745.8 (26.5 )



27,077.2 (73.5 )



36,823.0 ( 100.0 )



1994



9,693.6



30,359.8



40,053.4



1978



1983



1988



(24.2) 1995



10,464.4 (23.0)



(23.7)



( 100.0 )



( 100.0



(75.8 ) 34,953.6



( 100.0) 45,418.0



(77.0)



( 100.0 )



Sumber : Biro Pusat Statistik



Nilai ekspor non migas meningkat lebih dari 74 kali lipat selama periode 1969-1995. Perkembangan yang sangat mengesankan ini merupakan hasil dari upaya mendiversifikasikan sumber-sumber



penerimaan devisa dan peningkatan mutu komoditi ekspor non migas dalam rangka mengurangi ketergantungan pada penerimaan devisa ekspor migas yang sangat peka terhadap perubahan harga dan politik internasional.



80



TABEL 2.6.2



NILAI EKSPOR NON MIGAS MENURUT SEKTOR, 1981 - 1995



( Juta USS )



Tahun



1981



Pertanian



Industri



1,579.2



2,666.6



(59.2 )



(35.1 ) 1983



1988



1,372.8 ( 27.4 )



3,219.7



1,909.1



9,262.0



(64.3 )



( 16.5 ) 1993



2,644.2



(80.3 ) 22,944.0



(9.8) 1994



2.818.4



(9.3 ) 1995



2,888.5



Pertambangan



202.8



(4.5 ) 170.2



(3.4) 348.7



(3.0 ) 1,463.9



Lain - lain



52.7



( 1.2) 242.6



(4.8) 17.1



(0.1 ) 25.1



(0.1 )



( 84.7)



( 5.4)



25,702.1 ( 84.7)



1,800.4 (5.9)



38.9



29,328.2



2,690.9 (7.7)



46.0



(8.3 )



(83.9)



(0.1 )



(0.1 )



Jumlah



4,501.3



( 100.0)



5,005.3 ( 100.0) 11,536.9 ( 100.0)



27,077.2 (100.0 ) 30,359.8 ( 100.0 ) 34,953.6 ( 100,0)



Sumber :: Biro Pusat Statistik



Nilai ekspor komoditi pertanian dan pertambangan dalam periode 1981-1995 menunjukkan peningkatan, namum peningkatannya tidak setajam peningkatan ekspor



komoditi industri. Dalam periode tersebut ekspor komoditi industri telah meningkat hampir 11 kali lipat. Perkembangan ini menunjukkan bahwa ekspor kita semakin mengandalkan pada komoditi industri dengan nilai tambah yang besar.



81



TABEL 2.3.3



NILAI IMPOR MENURUT GOLONGAN BARANG EKONOMI, 1969 - 1995



(juta USS )



Tahun



Barang



Bahan Baku



Barang



Konsumsi



Penolong



Modal



1969



1973



1978



220.9



321.0



238.8



(28.3 )



( 41.1 )



( 30.6 )



648.7



973.2



(23.8)



(35.7)



1,196.6



( 17.9) 1983



11,732.0



469.4



10,222.9



(3.5 ) 1,146.1



(4.0 ) 1994



1995



( 39.8)



1,726.2 ( 10.6 )



1988



1993



2,664.5



( 71.7)



( 77.2 ) 20.034.8



( 70.7)



1,430.2 (4.5 )



23.133.6



2,350.4 ( 5.8)



29,586.6



( 72.3 )



( 72.8)



1,107.2



(40.6 ) 2,829.3



( 42.3 ) 2,893.6



( 17.7)



Jumlah Impor 780.7



( 100.0 ) 2,729.1 ( 100.0 ) 6,690.4



( 100.0) 16.351.8



( 100.0 )



2,556.2 ( 19.3 )



13,248.5



7.146.9



28.327.8



(25.2) 7,419.7



( 23.2) 8,691.7



( 21.4 )



( 100.0 )



( 100.0 ) 31.983.5 ( 100.0 ) 40,628.7



( 100.0)



Catatan : Angka dalam tanda (... ) menunjukkan persentase terhadap total Sumber : Biro Pusat Statistik



Secara absolut nilai impor barang konsumsi, bahan baku penolong dan barang modal dalam periode 1969-1995 mengalami peningkatan. Peranan bahan baku /penolong yang diimpor dalam dalam periode tersebut meningkat pesat, seirama dengan kemampuan industri dalam negeri yang membutuhkan bahan baku penolong untuk memproduksi barang-barang keperluan dalam negeri ( terutama barang konsumsi dan barang modal) dan untuk keperluan ekspor. Penurunan peranan barang konsumsi yang cukup besar membuktikan kemampuan produksi



dalam negeri telah semakin memenuhi kebutuhan masyarakat.



82



83



арь | reper,



KUD Non



KUD



Sumber



Jumlah



1) (



Jenis Koperasi



2( )



oo



a



. mandiri



9,339



9,339



1968



3) (



17,430



19,975



)5(



1996 dan 1995 RI Tahun Presiden Kenegaraan Pidato Lampiran



12,986



4,444



Akhir I.Rep I )(1978



17,614



2,361



Akhir .I Rep )(1973



b)( uah



25,161



18,788



6,373



-1995 1968



2.G.4 TABEL



)6(



42,061



33,324



)8(



44,294



(9)



46,458



37,258



9,200



1995 1994



VI Repelita



35,273



9,021



S28 elama -citakan dicita yang usaha bentuk sebagai .Koperasi jumlahnya berkembang semakin telah ,yang lipat kali lima hampir meningkat telah koperasi jumlah Baru Orde pembangunan tahun menunjuk berkem telah koperasi usaha Kpengembangannya kelembagaan dan ualitas .kan upaya kesungguhan ,bahkan mantap semakin bang menjadi meningkat telah koperasi 6.845 sebanyak diantaranya



33,188



8,873



25,451



7,873



7) (



IIIIV .V Rep Akhir )(1988 993 983



INDONESIA SELURUH KOPERASI JUMLAH



30



84



1,509



1,509



Jumlah



2) (



1968



KUD Non



KUD



)1(



Jenis Koperasi



)3(



1996 dan 1995 RI Presiden LKenegaraan Pidato ampiran :Tahun Sumber



7,610



2,972 13,652



4,044



4,494



513



)5( 9,608



)4( 3,116



2,459



Akhir Rep I.



)(1973



orang )(ribu



-1995 1968



TABEL 2.G.5



)6(



25,360



tengah di koperasi keberadaan besarnya semakin menunjukkan lipat kali 17 dari .lebih masyarakat



,bumlah .Jpula tinggi lebih peningkatan laju dengan meningkat yang koperasi anggota ahkan



mengalami peningkatan koperasi ,jDengan telah anggota umlah unit jumlah meningkatnya



24,647



12,369



11,154



7,562



25,056



12,991



(8)



)9(



26,344



12,998



13,346



1995 1994



Repelita VI



13,493



7) (



IIIIIV Akhir .V Rep Akhir )(1988 993 983 978



17,494



KOPERASI ANGGOTA JUMLAH



TABEL 2.G.6 PROYEK - PROYEK PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI



YANG TELAH DISETUJUI PEMERINTAH *) 1967/68 - 1995/96



Tahun



Proyek



Investasi



(buah )



(miliar rupiah )



(2)



(3)



26,0



37,0



1.064,0



1.200,0



( 1978/79)



3.075,0



3.254,1



Akhir Repelita III ( 1983/84)



4.302,0



14.427,1



( 1988/89 )



6.650,0



43.603,1



Akhir Repelita V ( 1993/94)



10.618,0



244.011,2



1994/95



11.478,0



296.989,2



1995/96



12.287,0



384.512,2



(1) Awal PJPI



( 1967/68 )



Akhir Repelita I ( 1973/74 ) Akhir Repelita II



Akhir Repelita IV



Repelita VI :



*) Angka kumulatif, diolah dari berbagai Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI Upaya memacu laju pertumbuhan ekonomi dilakukan utamanya melalui peningkatan investasi masyarakat ( swasta ). Peningkatan investasi dalam negeri telah turut mendorong



laju pertumbuhan ekonomi. Deregulasi dibidang investasi selama dua tahun terakhir telah mendorong lonjakan nilai investasi pada tahun 1995/96 .



85



TABEL 2.G.7 PROYEK - PROYEK PENANAMAN MODAL ASING



YANG TELAH DISETUJUI PEMERINTAH *) 1967/68 - 1995/96



Tahun



(1 )



Proyek ( buah ) (2)



Investasi



(Juta USD ) (3)



Awal PJP I



( 1967/68 )



48,0



471,3



Akhir Repelita I ( 1973/74 )



369,0



1.400,0



Akhir Repelita II ( 1978/79)



809,0



6.700,0



987,0



11.753,0



( 1988/89 )



1.485,0



18.276,0



Akhir Repelita V ( 1993/94 )



3.208,0



58.954,0



1994/95



3.768,0



91.214,8



1995/96



4.711,0



130.939,5



Akhir Repelita III ( 1983/84 ) Akhir Repelita IV



Repelita VI



*) Angka kumulatif, diolah dari berbagai Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI Sumber dana investasi luar negeri telah memainkan peranan penting pula untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi. Nilai investasi asing yang telah disetujui meningkat lebih dari 80 kali lipat selama periode 1967/69 - 1995/96 . Peningkatan PMA yang pesat selama dua tahun terakhir merupakan hasil dari serangkaian usaha deregulasi dibidang investasi.



86



II



H. TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI



Tabel 2.H.1 PERSENTASE PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN 1971 - 1995



Lapangan : No.



Pekerjaan



Tahun



1971



1980



66.3



55.9



6.8



9.1



3 Perdagangan



10.8



13.0



4 Jasa -jasa



10.3



1



Pertanian



2



Industri



5



54.7



1990



1995



49.9



44.0



11.4



12.6



15.0



14,7



17.3



13.9



13.3



13.1



15.1



5.8



7.6



7.7



10.0



10.5



0.0



0.6



0.1



0.9



0.5



100.0



100.0



100.0



100.0



100.0



Lainnya



6 Tak Terjawab JUMLAH



1985



9.31



Sumber :



BPS , Sensus Penduduk 1971 , Seri D. BPS , Sensus Penduduk 1980, Seri S No.2 . BPS, SUPAS 1985, Seri S No.5 . BPS , Sensus Penduduk 1990 , Seri S No.2 .



BPS, SUPAS 1995 , Seri S No.2 .



Transformasi ekonomi ditandai pula dengan pergeseran strutur penduduk yang bekerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, yaitu sektor industri, perdaganan, jasa dan lainnya.



87



TABEL 2.1.2



PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA (AK ) Tahun Uraian



No.



(1)



Satuan



(3 )



(2 )



1



Jumlah AK



2



Pertumbuhan AK



Jumlah Pekerja



( ribu orang)



1971



1980



1985



1990



1995



(4)



(5 )



(6)



(7 )



(8)



41,261



52,421



63,826



73,914



84,230



2.7



4.0



3.0



2.6



(persen )



(ribu orang)



37,628



51,553



62,457



71,570



78,332



4 Jumlah Pencari Kerja



( ribu orang)



3,634



868



1,368



2,344



5,908



5. Persentase Pekerja di



%



66.3



55.9



54.7



49.9



43.4



%



28.8



32.8



43.9



54.4



63.7



3 1



Sektor Pertanian



6 Persentase Pekerja Yang Berpendidikan SD dan SD Ke atas



7



Persentase Pekerja Yang Berusaha dengan Buruh Tetap



%



3.7



1.7



1.2



1.0



1.6



9



Persentase Pekerja Keluarga



%



25.3



17.8



23.7



19.9



13.5



10



Persentase Buruh /



%



33.0



28.2



30.1



35.0



36.0



Karyawan



Sumber: BPS, Sensus Penduduk 1971 , Seri D.



BPS, Sensus Penduduk 1980, Seri S No.2. BPS, SUPAS 1985, Seri S No.5. BPS, Sensus Penduduk 1990 , Seri S No.2 . BPS, SUPAS 1995, Seri S No.2. Catatan :



Defmisi angkatan kerja yang sebelumnya adalah penduduk 10 tahun keatas, maka sejak Repelita VI dirubah menjadi 15 tahun keatas. Selama Pembangunan Jangka Panjang I (PJP 1) pertumbuhan angkatan kerja telah dapat diikuti oleh



perluasan lapangan kerja di berbagai sektor pembangunan dalamjumlah dan mutu yang memadai. Perubahan struktur lapangan kerja ditandai dengan pergeseran dari sektor pertanian ke luar sektor pertanian khususnya sektor industri dan jasa dengan muatan teknologi yang lebih besar. Selain ita pergeseran struktur pekerja dan mutu pekerja juga terjadi dari sektor informal ke sektor formal. Seiring dengan pergeseran tersebut, terlihat bahwapersentase pekerja yang memiliki pendidikan sekurang-kurangnya sekolah dasar (SD) terus meningkat.



88



TABEL 2.H.3



JUMLAH PESERTA JAMSOSTEK Tahun



Jumlah Perusahaan



Jumlah Peserta



( buah )



(juta tenaga kerja )



(1)



(2)



( 3)



1978



3.263



0,9



1989



25.558



3,6



1993



46.456



4,9



1994



51.184



7,4



1995



56.673



8,8



1996 * )



62.551



9,7



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 1996 *) Departemen Tenaga Kerja, RI



Sebagai upaya meningkatkankesejahteraan tenagakerja antara lain dilaksanakan ProgramJaminan Sosial TenagaKerja (Jamsostek ). Denganmeningkatnya jumlah pesertaJamsostek menunjukkan bahwa tingkat kesadaran perusahaanjugasemakin meningkat untuk memikirkan kesejahteraan tenaga kerjanya.



89



TABEL 2.H.4 UPAH MINIMUM REGIONAL



(rupiah /hari)



Tahun



Rata - Rata



(1)



(2)



1988



1.119



1993



2.393



1994



3.129



1995



3.711



1996 *)



4.074



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 1996 *) Departemen Tenaga Kerja, RI



Dalam rangka meningkatkan keadilan dan kesejahteraan tenaga kerja yang sekaligus berdampak bagi peningkatan kualitas hidup pekerja dan keluarganya, telah ditetapkan rata - rata upah minimum regional (UMR ) yang ditinjau secara berkala. Peningkatan UMR sampai dengan tahun 1996 telah mencapai 92,5 persen dari kebutuhan hidup minimum (KHM ). Hal ini sesuai dengan amanat GBHN 1993, bahwa penetapan UMR diupayakan secara bertahap setara dengan KHM .



90



TABEL 2.H.5



PERKEMBANGAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA *) (buah ) Pelita



Jumlah KKB yang telah disyahkan



(1 )



(2)



I



13



II



696



M



3.369



IV



5.004



V



7.519



VI



( 1994/95 )



7.631



(1995/96 )



10.546



( 1996/97 ) **)



10.889



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 1996 *) Angka Kumulatif. **) Departemen Tenaga Kerja , RI



Pembetukan kesepakatan kerja bersama (KKB ) secara musyawarah dan mufakat di perusahaan merupakan salah satu upaya memantapkan dan



mengembangkan hubungan kerja yang harmonis.



91



TABEL 2.H.6



PEMBUKAAN LAHAN PERTANIAN MELALUI TRANSMIGRASI



Tahun



Jumlah Transmigran (kk ) Umum



Pembukaan Lahan



Swakarsa



Pertanian (ha )



Repelita I



39,436



5,633



46,268.00



Repelita II



55,083



7,281



82,954.00



Repelita III



365,977



169,497



448,696.50



Repelita IV



228,422



521,728



189,213.00



Repelita V



94,864



152,136



172,016.58



Repelita VI



50,051



90,671



90,205.40



1994/95 1995/96



23,676 26,375



40,724 49,947



45,841.14 44,364.26



Jumlah



833,833



946,946



1,029,353.48



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan RI Penyelenggaraan transmigrasi diarahkan untuk mendukung pembangunan daerah, memperluas penyebaran penduduk dan tenaga kerja ke berbagai wilayah di tanah air, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pertahanan dan keamanan negara serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Sumbangan yang nyata bagi pembangunan di berbagai wilayah adalah penyediaan tenaga kerja bagi pembukaan lahan pertanian baru khususnya di luar Jawa dan memberikan kesempatan bagi daerah terpencil untuk bergabung dengan daerah yang lebih maju secara fisik , sosial budaya, dan ckonomi. Jumlah lahan yang dibuka melalui program transmigrasi umum yang dibantu pemerintah selama PJP I dan dua tahun pertama Repelita VI mencapai lebih dari 1 juta hektare. Sementara itu dalam periode yang sama jumlah transmigran



swakarsa telah melampaui jumlah transmigran umum yang menunjukkan adanya harapan yang lebih baik untuk maju secara mandiri.



92



TABEL 2.1.1 HASIL PENTING DALAM PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP 1993/94 - 1995/96



No.



Program Kegiatan



Satuan



(1 )



(2 )



(3)



A



1995/96



(5 )



(6 )



nomor peta



2,021



nomor peta



2,054 20



2,062 39



298



327



Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air



1 Penetapan status kawasan konservasi ( Cagar



2 Penetapan Taman Nasional



3 Perbaikan, pengaturan, dan pemeliharaan sungai с



1994/95



Program Inventarisasi dan Evaluasi Sumber 1 Peta Rupa Bumi dalam berbagai skala 2 Peta Sumber Daya alam , pantai dan laut



B



1993/94



unit unit ribu hektare



341 31



31



33



1,989



2,034



2,133



15,806



17,432



17,799



169



187



213



Program Pembinaan dan Pengelolaan



1 Lulusan kursus AMDAL dalam berbagai tingkatan orang Laboratorium 2 Pengembangan laboratorium lingkungan kota 3 Jumlah kota penerima Adipura



12



Program Pengendalian Pencemaran



1 Lingkup pelaksanaan Prokasih



ruas sungai



65



65



74



Program Rehabilitasi Lahan Kritis 1 Penghijauan lahan kritis



ribu hektare



2 Reboisasi :



ribu hektare



4,815 1,697



5,748 1,762



3 Pengembangan Hutan Rakyat 4 Petak percontohan /demplot pengawetan tanah 5 Dam pengendali



ribu hektare



5,225 1,726 520 9,775 6,633



unit



unit



436



8,918 6,302



619



10,738 7,054



Sumbe. l ) Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia Tanggal 16 Agustus 1994, 1995 dan 199



2) Hasil Rakomas 1 Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan 1994 Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam telah dibuat peta rupa bumi dan peta sumber daya alam , pantai dan laut. Untuk mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup telah dilaksanakan beberapa kegiatan penting antara lain , penetapan status kawasan konservasi dan taman nasional; perbaikan, pengaturan



dan pemeliharaan sungai; pengembangan laboratorium lingkungan, peningkatan



kemampuan



melakukan



penghijauan ,



pengembangan



AMDAL ; peningkatan peran serta masyarakat dalam rakyat, dan peningkatan kebersihan serta keindahan kota . keseluruhan sangat Secara di atas penting untuk melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup, meningkatkan ketersediaan bahan baku industri, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah perdesaan . evaluasi hutan tersebut upaya



93



2000



1600



1800



1400 1200



800



1000



600



200



400



0



Akhir1 Repelita kumulatif Angka*)



142



Tanggal Agustus 1995 1996 dan 16)1: Kenegaraan Lampiran Indonesia Republik Presiden Sumber Pidato Mandataris Umum Sidang Depan Maret MPR 1993 RI di2)1 Pertanggungjawaban Lampiran Presiden Pidato mempertahankan meningkatkan produktivitas merupakan Kegiatan reboisasi kegiatan penting sangat dalam yang atau meningkatkan kawasan tersebut semakin Dengan luasnya lindung fungsi hutan yang serta dari. dihutankan meningkat program semakin kembali berhasil melalui potensi maka pula ini, mendukung untuk hutan meningkatkan masyarakat tersedianya pendapatan penciptaan lapangan industri sumber bahan baku kerja dan, Pemerintah Tingkat Daerah Pelaksanaannya dilakukan kawasan olehI. meningkatkan lindung fungsi



AkhirII Repelita



580



1.109



1.359



1995/96 VI: Repelita 1994/95 Akhir VI: V



1.697



|



GRAFIK 2.1.1.1



Akhir Repelita IV



hektare dalam ribu*()



PERKEMBANGAN LUAS AREAL REBOISASI REPELITA VII-



Akhir Repelita III



1.726



1.762



94



7000



6000



5000



4000



3000



2000



1000



0



AkhirI Repelita



tif*) Kumula Angka



455



dan 1996 Agustus 1995 16)1: Tanggal Indonesia Republik Presiden Pidato Kenegaraan Lampiran Sumber 1993 Maret Sidang Umum di21) Depan MPR RI Mandataris Presiden Pertanggungjawaban Pidato Lampiran



di luar yang berada kritis lahan memulihkan atau rangka mempertahankan dalam sangat penting yang kegiatan merupakan Penghijauan fungsi lindung dan produktivitas lahan meningkatkan untuk artinya penting sangat ini kegiatan itu karena Oleh kawasan hutan. II.. Tingkat Daerah Pemerintah oleh dilakukan Pelaksanaannya banjir dan bahaya erosi menanggulangi terutama untuk kawasan



Repelita AkhirII



893



2.461



IV Akhir Repelita



3.378



hektare ribu*() dalam



LUAS AN PERKEMBANG REBOISASI AREAL VIREPELITAI



2.1.1.2 GRAFIK



L. Repelita Akhir III



4.815



VI 1995/96 1994/95 VI: Repelita Akhir V:



5.225



5.748



95



III. KESEJAHTERAAN RAKYAT A.



AGAMA DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA



TABEL 3.A.1



JUMLAH TEMPAT PERIBADATAN YANG MEMPEROLEH BANTUAN PEMBANGUNAN



Agama



(1) Islam



(2 )



(3) 77



( 38.389) Protestan



3



( 3.241) Katholik



1



( 1.497) Hindu



2



1,048



(35.850) 63



(4.875) 60



( 3.036 ) 43



M



IV



V



(4 )



(5)



(6 )



10,636 (97.960 )



11,043



9,326



2,019



2,200



(27.429)



(35.058)



(5.437)



(5.905)



641



(2.810 ) 678



(3.749) 546



1,131



(2.622)



672



(3.195 )



1,101



598



( 1.689)



(856 )



850



217



179



(257)



(304)



155



(92 )



162



(135)



466



133



139



(873)



(116)



(546 )



( 1.055)



( 1.290 )



(1.452) 140



245



248



52



52



(85)



( 1.174)



(246 )



( 862)



( 967)



(52)



(39)



83



1,223 ( 46.225 )



( 106.217 )



14,370 (33.874)



11,310 (40.949 )



2,576 (5.954)



2,732 (6.929)



Budha



Jumlah



Repelita VI 1995/96 1994/95 (8 ) (7 )



Repelita I



(44.267 )



12,641



( 1.272)



Sumber : Departemen Agama Catatan :



Angka dalamkurung adalah angka pertambahanjumlah tempat peribadatan dalam Repelita dan tahun anggaran yang bersangkutan



Program bantuan pembangunan dan rehabilitasi tempat peribadatan dimaksudkan untuk memberikan dorongan dan menunjang upaya swadaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan tempat peribadatan yang memadai dan layak, serta menyatu dengan lingkungannya. Perhatian pemerintah makin meningkat dalam upaya pemenuhan kebutuhan tempat peribadatan, sebagaimana ditunjukkan oleh makin besarnya proporsi tempat peribadatan yang mendapat bantuan pembangunan terhadap pertumbuhan jumlah tempat peribadatan .



96



TABEL 3.A.2 PENGADAAN KITAB SUCISELAMA REPELITA I - V dan DUA TAHUN PERTAMA REPELITA VI



( ribu ) Agama



( 1)



Repelita



Repelita I



II



III



IV



V



VI 2)



(2)



(3)



(4 )



(5 )



(6 )



(7 )



553.1



2,694.2



6,299.4



3,729.2



2,438.6



1,230.7



Protestan



55.3



192.6



440.6



487.6



267.0



117.0



Katholik



16.9



233.6



446.3



414.0



245.9



112.0



Hindu



24.8



77.6



257.7



280.5



171.1



84.5



Budha



8.0



39.5



77.8



74.1



133.2



51.0



658.1



3,237.5



7,521.8



4,985.4



3,255.8



1,595.2



Islam



Jumlah



Sumber : Departemen Agama Catatan :



1 ) Angka kumulatif lima tahun



2) Angka kumulatif selama dua tahun 1994/95 - 1995/96 Dalam upaya meningkatkan kader keimanan dan ketaqwaan serta memperluas wawasan



keagamaan umat beragama, pemerintah ikut membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan kitab suci berbagai Agama ( Islam , Kristen Protestan , Katholik, Hindu dan Budha ).



97



TABEL 3.A.3



JUMLAH JEMAAH HAJI SELAMA REPELITA I - V dan REPELITA VI Jumlah



Repelita



Jemaah Haji ( orang )



(1)



(2) 1)



I



102.766 1)



II



257.886



III



287.918 1)



IV



246.717 1)



V



446.461 2)



VI



361.120



Sumber: Departemen Agama Catatan: 1 ) Angka kumulatif selama lima tahun 2) Angka kumulatif selama dua tahun 1994/95 - 1995/96 Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan dan kelancaran pelaksanaan



ibadah haji dan umroh agar dapat berlangsung dengan tertib, mudah, aman, serta memenuhi rukun agama dan peraturan yang berlaku meningkatnya kesadaran beragama terutama yang beragama Islam yang disertai dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dicerminkan dengan meningkatnya jumlah jemaah haji dari 102,8 ribu pada Repelita I menjadi 444,5 ribu pada Repelita V.



98



III



B.



PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN



> $



TABEL 3.B.1



PERKEMBANGAN JUMLAH SEKOLAH , GURU DAN MURID SEKOLAH DASAR



(ribu ) Tahun



Sekolah



Guru



(1)



(2)



(3 )



Murid



1969



63.0



373.2



12,802.4



1973



65.9



436.1



13,069.4



1978/79



92.5



591.4



18,074.8



1983/84



128.9



925.8



25,804.4



1988/89



144.2



1,128.6



26,684.1



1993/94



148.9



1,172.5



26,319.9



1994/95



149.5



1,172.6



26,200.0



1995/96



150.1



1.222.4



26,024.9



Sumber: Dep. Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan dasar sebagai awal dari pendidikan di sekolah ditujukan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat,



warga negara serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke SLTP. Perkembangan SD dari tahun 1969 sampai dengan 1996 ditandai dengan meningkatnya jumlah SD lebih dari dua kali lipat, pertambahan guru SD dari tiga kali lipat dan pertambahan murid lebih dari dua kali lipat.



99



TABEL 3.B.2



PERKEMBANGAN JUMLAH SEKOLAH , GURU DAN MURID SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA



(ribu) Tahun



Sekolah



Guru



(1)



(2 )



( 3)



Murid



1969



5.6



85.1



1,234.4



1973



7.5



97.7



1,535.7



1978/79



9.5



149.4



2,674.0



1983/84



14.5



275.7



4,758.0



1988/89



18.4



366.7



5,710.4



1993/94



18.8



380.9



5,931.0



1994/95



19.4



392.8



6,352.9



1995/96



20.0



411.3



6,860.0



Sumber: Dep. Pendidikan dan Kebudayaan Perkembangan SLTP dari tahun 1969 sampai dengan 1996 ditandai dengan



meningkatnya jumlah sekolah hampir empat kali lipat, pertambahan guru SLTP hampir lima kali lipat dan pertambahan jumlah murid hampir enam kali lipat. Pendidikan SLTP dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan



pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh di SD. Pembinaan SLTP dalam Repelita VI lebih ditekankan pada upaya perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dan peningkatan mutu sebagai bagian dari Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun .



100



TABEL 3.B.3 PERKEMBANGAN JUMLAH SEKOLAH , GURU DAN MURID SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS



( ribu ) Tahun



Sekolah



Guru



(1 )



(2)



(3 )



Murid



1969



2.5



38.5



461.0



1973



2.9



58.9



695.2



1978/79



3.7



86.1



1,545.0



1983/84



6.9



180.3



2,595.4



1988/89



9.9



267.6



3,563.1



1993/94



10.8



299.5



3,863.3



1994/95



11.5



316.5



4,042.4



1995/96



11.7



327.3



4,226.9



Sumber: Dep. Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan menengah ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu



pengetahuan dan teknologi. Perkembangan SLTA sejak awal Repelita I hingga tahun kedua Repelita VI ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah SLTA hampir lima kali lipat jumlah guru lebih dari delapan kali lipat dan jumlah murid SD lebih dari sembilan kali lipat.



101



TABEL 3.B.4



PERKEMBANGAN JUMLAH PERGURUAN TINGGI,



DOSEN , DAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI



Tahun



(1)



Perguruan Tinggi



Dosen



Mahasiswa



(ribu )



( ribu )



(2 )



(3 )



1969



205.0



30.5



176.9



1973



331.0



34.3



227.1



1978/79



383.0



50.6



334.1



1983/84



478.0



73.9



823.9



1988/89



841.0



127.2



1,356.8



1993/94



1,173.0



132.5



2,056.7



1994/95



1,211.0



150.6



2,206.9



1995/96



1,298.0



156.0



2,344.0



Sumber: Dep . Pendidikan dan Kebudayaan



Pendidikan tinggi dibina dan dikembangkan untuk menyiapkan serta membekali peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional. Perkembangan perguruan tinggi dari tahun 1969 sampai dengan 1996 diperlihatkan oleh meningkatnya



jumlah perguruan tinggi sekitar enam kali lipat, pertambahan dosen sekitar lima kali lipat dan jumlah mahasiswa lebih dari tiga belas kali lipat.



102



TABEL 3.B.5



PERSENTASE PENDUDUK KELOMPOK USIA 7 - 18 TAHUN YANG SEDANG SEKOLAH



Kelompok Usia



1971



1980



1990



1994



(1)



(2)



(3 )



(4)



(5 )



Laki-laki



7 - 12 13 - 15 16 - 18



61.0



83.9 64.9 38.5



91.4



93.9



66.8



73.5



44.5



47.4



83.2 55.6 24.1



91.7



94.2 71.1 43.2



49.5



83.6



43.3



60.3



21.7



31.3



91.6 64.9 41.2



49.4



27.9



Perempuan 7-12 13 - 15



37.9 37.1



16 - 18



15.4



62.9 37 :9



Laki-laki + Perempuan 7 - 12 13 - 15 16 - 18



94.1 72.3 45.3



Sumber: Sensus Penduduk 1971 , 1980, 1990, dan Susenas 1994 Segenap kegiatan pendidikan diarahkan , sesuai dengan fungsinya, untuk mengembangakan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Salah satu



upayanya adalah perluasan daya tampung disemua jenis dan jenjang pendidikan, di samping peningkatan mutu pendidikan. Angka -angka di atas menunjukkan tingginya persentase penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah, baik laki- laki maupun perempuan, dari tahun 1971 sampai dengan 1994. Apabila dicermati lebih lanjut, nampak bahwa proporsi



perempuan usia sekolah yang sedang bersekolah naik lebih cepat dibanding penduduk laki-laki dalam kelompok usia yang sama. Kalau pada tahun 1971 persentase penduduk



perempuan usia sekolah yang sedang bersekolah jauh di bawah penduduk laki-laki, pada tahun 1994 persentase tersebut hampir sama.



103



GAMBAR 3.B.6 PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA KELOMPOK BELAJAR MELALUI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH juta orang 19,7



Reet



20



Per



18



16,0



(ર ) 16



14



10,1



12



ar 10



8



5,6



12 . 2



0,1



TO 1973/74



1978/79



1983/84



1988/89



1993/94



1 541 1995/96



Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayam



Pendidikan luar sekolah diarahkan pada usaha meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dasar bagi masyarakat, termasuk anak usia sekolah yang tidak mampu mengikuti pendidikan di jalur sekolah . Melalui Kelompok Belajar (Kejar Paket A setara SD, tidak setara SD , dan Kelompok Belajar B setara SLTP) , pengetahuan ,sikap mental dan ketrampilan praktis yang relevan diajarkan. Jumlah peserta KEJAR melonjak dari 0,1 juta orang pada tahun 1973/74 menjadi 19,7 juta orang pada tahun 1995/96 . Suatu peningkatan sebesar 197 kali lipat.



104



III C. KESEHATAN , KELUARGA BERENCANA DAN



KESEJAHTERAAN SOSIAL



TABEL 3.Ć.1 PERKEMBANGAN JUMLAH PUSKESMAS PUSKESMAS PEMBANTU DAN PUSKESMAS KELILING 1973/74 - 1995/96



TAHUN



PUSKESMAS



(1)



(2 )



PUSKESMAS PEMBANTU PUSKESMAS KELILING



(3 )



1973/74



2,343



1978/79



4,353



6,636



604



1983/84



5,353



13,636



2,479



1988/89



5,642



17,413



3,521



1993/94



6,954



19,977



6,024



1994/95



6,984



20,477



6,552



1995/96



7,014



20,977



7,082



Sumber: Lampiran Pidato Presiden, Tgl. 16 Agustus 1990, 1993, 1996 , Pembangunan puskesmas, puskesmas pembantu dan pengadaan puskesmas keliling ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih merata dan sedekat mungkin



kepada masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah Jumlah puskesmas dari tahun 1973/74 sampai dengan tahun 1995/96 menjadi tiga kali lipat, sedangkan puskesma pembantu dari tahun 1978/79 sampai dengan tahum 1995/96 menjadi tiga kali lipat. Dengan demikian semakin banyak masyarakat yang mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga berdampak pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.



105



TABEL 3.C.2 PERKEMBANGAN POSYANDU 1986 - 1995/96



TAHUN



POSYANDU



(1)



(2)



1986



110,579



1987



185,660



1988



213,717



1989



230,607



1990/91



234,480



1991/92



238,078



1992/93



241,236



1993/94



244,843"



1994/95



250,262



1995/96



263,769



Sumber :



Lampiran Pidato Presiden RI, Tgl. 16 Agustus 1990, 1993, 1996



Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang memberikan pelayanan keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak. gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Jumlah posyandu di berbagai pelosok daerah dari tahun 1986 sampai dengan tahun 1995/96 menjadi lebih dari dua kali lipat. Hal ini menunjukkan makin meningkatnya peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan



106



TABEL 3.C.3 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT



PEMERINTAH DAN SWASTA *) 1973/74 - 1995/96



TAHUN



JUMLAH RUMAH SAKIT



(1)



(2)



1973/74



1,116



1978/79



1,169



1983/84



1,273



1988/89



1,498



1993/94



1,673



1994/95



1,741



1995/96



1,868



Sumber : Lampiran Pidato Presiden RI, Tgl. 16 Agustus 1990, 1993, 1996 *) Rumah Sakit Umum dan RS Khusus



Upaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan rumah sakit meliputi pelayanan gawat darurat, rawat jalan,rawat inap, pelayanan medik , dan pelayanan penunjang medik serta non medik. Jumlah rumah sakit dari tahun 1973/74 sampai dengan tahun 1995/96 menjadi



dua kali lipat. Dengan demikian, makin banyak masyarakat yang dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.



107



TABEL 3.C.4 PERKEMBANGAN TENAGA KESEHATAN 1973/74 - 1995/96



TAHUN



DOKTER



PERAWAT KESEHATAN



(1)



(2 )



(3)



1973/74



6,221



16,039



1978/79



10,456



31,061



1983/84



17,647



44,651



1988/89



24,070



77,935



1993/94



32,026



121,013



1994/95



35,342



133,254



1995/96



38,110



144,818



Sumber :



Lampiran Pidato Presiden RI, Tgl. 16 Agustus 1990, 1993, 1996



Tenaga kesehatan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam penyelenggaraan upaya kesehatan . Jumlah dokter dan perawat kesehatan dari tahun 1973/74 sampai dengan tahun 1995/96 masing -masing menjadi enam kali lipat dan sembilan kali lipat. Hal ini menunjukkan makin meluasnya pelayanan kesehatan yang bermutu.



108



TABEL 3.C.5 BEBERAPA INDIKATOR KELUARGA BERENCANA



REPELITA I - REPELITA VI 1)



Repelita



( 1)



Jumlah Klinik KB



Peserta KB Aktif



(buah)



( ribu orang)



(2)



(3 )



Angka Kelahiran Total ( per wanita )



I



2,235



1,680.6



5,2



II



4,134



5,541.5



4,7



III



7,064



14,422.5



4,0



IV



9,388



18,768.6



3,2



V



13,155



21,460.0



2,9



15,785



24,203.3



2,7



3)



VI



Sumber :



Kolom 2 dan 3 sumber BKKBN ; kolom 4 sumber BPS Sensus'71,Supas76, Sensus'80. Supas'85, Sensus'90 , dan Proyeksi BPS Keterangan:



1 ) Jumlah pasangan usia subur yang pernah menggunakan alat/obat kontrasepsi



2) Rata -rata banyaknya anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa reproduksinya. 3) Tahun 1995/96



Semakin banyaknya pusat-pusat pelayanan KB termasuk klinik KB akan meningkatkan kesertaan masyarakat dalam berkeluarga berencana. Peningkatan jumlah peserta KB khususnya peserta KB aktif selanjutnya akan menurunkan angka kelahiran total ( total fertility rate TFR ) dan juga pertumbuhan ppenduduk ( lihat Tabel 1.1 Jumlah -



Penduduk dan Pertumbuhan ).



109



SOSIAL KEGIATAN BEBERAPA



TABEL 3.C.6



SATUAN



2()



15



8)(



VI



1)



7)(



V



1)



REPELITA



6()



IV



1)



5()



90,485



Ш



116,979



88,971



4()



170,560



133,735



о



242,350



109,237



452,015



I



129,510



247,000



3)(



29,900



236,545



16,700



27,000



62,015



68,613



5,000



12,700



4,110



12,995



นใน ี้



STYR



7,318



19,290



59,550



12,493



10,440



441,086



3,030



8,628



71,665



7,035



សោះ ។



VI PERTAMA DUA TAHUN VIDAN REPELITA SELAMA URAIAN



(1)



orang



orang



orang



orang



kk



TISE



Kesejahteraan Pembinaan lanjut sosial usia 1.



penyandang rehabilitasi Pelayanan cacat dan 2.



terlantar



Pembinaan kesejahteraan sosial yang anak3. Masyarakat Pembinaan Pekerja Sosial 4.



terasing



5. kesejahteraan Pembinaan sosial masyarakat



tahun lima kumulatif )1 selama Angka 1994/95 tahun kumulatif Angka selama dua2) 1995/96



Lampiran Presiden Agustus Sumber: Pidato 1990 1993 1996 Tgl RI 16.,



melakukan pelayanan sosial. masyarakat untuk turut



profesionalitas mutu, meningkatkan pembangunan diupayakan Kegiatan tersebut seperti untuk sosial atas, di, tanggung jawab dan kesetiakawanan meningkatkan pelayanan kesadaran, cakupan sosial serta



2)



110



HOTELS



S2



EDWA



III D. PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN



TABEL 3.D.1



1) PROGRAM PERUMAHAN RAKYAT 1973/74 - 1995/96



Tahun



Pemugaran Perumahan Desa



Perbaikan Kampung dan Lingkungan



( ribu rumah )



( ribu rumah )



( ribu ha )



(2 )



(3 )



Pembangunan Rumah Sederhana



2)



(1 ) 1973/74



2.40



1978/79



0.20



32.75



8.60



1983/84



88.37



153.73



25.50



1988/89



176.99



282.91



49.80



1991/92



212.73



418.26



73.85



1992/93



224.17



484.09



85.59



1993/94



241.52



564.04



92.29



1994/95



279.70



577.35



95.76



1995/96



325.55



603.04



98.48



1 ) Angka kumulatif 2) Pembangunan ditangani oleh Perum Perumnas Sumber : Departemen Pekerjaan Umum



Pembangunan rumah sederhana, pemugaran perumahan desa dan perbaikan kampung dan lingkungan diarahkan pada makin meratanya pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana perumahan dan pemukiman dengan kualitas hunian yang layak dan terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan



rendah . Di samping itu , kegiatan-kegiatan ini ditujukan untuk terciptanya lingkungan perumahan dan pemukiman yang layak, bersih, sehat, dan aman dengan segala fasilitas lingkungan pemukimannya. sehingga berdampak pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.



111



TABEL 3.D.2



1) PENYEDIAAN AIR BERSIH 1973/74 - 1995/96



Tahun



(1 )



Kapasitas



Sambungan



Hidran



Jumlah Pdd



Air Bersih



Rumah



Umum



( ribu It/dt)



(ribu buah )



( ribu buah)



Terlayani ( juta orang)



(2 )



( 3)



(4 )



(5)



236.0



21.9



1978/79



20.2



323.5



30.1



9.2



1983/84



38.3



550.8



39.4



13.4



1988/89



52.1



1,212.9



49.7



21.6



1991/92



59.3



1,991.0



69.4



29.7



1992/93



62.7



22,090.6



79.9



32.3



1993/94



66.2



2,665.9



84.2



38.1



1994/95



69.2



2,739.2



85.8



41.4



1995/96



74.6



2,750.9



86.1



45.7



Sumber : Departemen Pekerjaan Umum



Air bersih merupakan kebutuhan pokok kehidupan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut maka sejak awal Repelita I, penyediaan air bersih merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan. Untuk itu instalasi pengolahan air bersih dari tahun ke tahun terus ditingkatkan sehingga jumlah pelayanan sambungan ke rumah, jumlah hidran umum , dan jumlah penduduk terlayani oleh air bersih semakin luas dan merata.



.



15.2



1 ) Angka kumulatif



112



6.7



1973/74



III E. PERANAN WANITA DAN GENERASI MUDA



TABEL 3.E.1



PERANAN WANITA REPELITA I - V



TAHUN 1) URAIAN



SATUAN



1971



(1 )



(2 )



(3)



Presentase penduduk wanita usia



1980



1990



1995



(5)



(6)



%



49.7



37.2



21.3



17.14



tahun



47.2



53.7



61.5



65.3



10 tahun ke atas yangbuta huruf



Angka Harapan Hidup Wanita Presentase penduduk wanita usia



%



10 tahun ke atas dan menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan 1.



SLTP



3.12



7.3



12 .



SLTA



1.24



4.6



9.4 7.7



11.6 10.7



3.



PT



0.14



0.4



1.0



1.9



89.24



97.77



96.3



90.2



48.9



19.9



43.84 15.21 15.22 24.01



|Angkatan kerja wanita (15 th ke atas) yang bekerja



%



Wanita yang bekerja menurut lapangan



%



usaha



1.



Pertanian, Kehutanan , dan Perikanan



12 .



Industri Pengolahan



62.1 8.4



3.



Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan



8.2



53.78 12.38 13.06



13.6



18.90



14.



14.4 13.7



Sumber : 1)



BPS - Sensus penduduk Taham 1971. 1980 , 1990 dan SUPAS 1995



Sejalan dengan pesatnya laju pembangunan nasional, maka kedudukan dan peranan wanita sebagai mitra sejajar pria menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Dengan semakin meningkatnya pendidikan , kesempatan kerja dan kesehatan , maka peran wanita akan semakin meningkat, sehingga dapat memberikan sumbangan yang optimal bagi pembangunan



113



TABEL 3.E.2



PERKEMBANGKAN BEBERAPA KEGIATAN GENERASI MUDA 1980 , 1990 , DAN 1995/96



NO.



URAIAN



SATUAN



1980



1990



1995/96



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



1.



Pendidikan Politik Pemuda tingkat kader



orang



2.



Pelatihan Keterampilan Pemuda



orang



3.



Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan (SP3)



orang



4.



Pertukaran Pemuda antar Propinsi



orang



5.



Napak Tilas Jejak Pahlawan



orang



450



500



3,285



636



860



2,550



800



3,150



1,380



1,550



1,380



2,075



200



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI



Dalam rangka meningkatkan Generasi Muda sebagai generasi penerus dan kader pembangunan bangsa, telah dilaksanakan berbagai kegiatan antara lain seperti tercantum diatas. Dengan meningkatnya cakupan kegiatan -kegiatan tersebut, maka akan semakin banyak Generasi Muda yang mempunyai keterampilan , kepeloporan , kesetiakawanan sosial, dan wawasan kebangsaan yang lebih tinggi.



114



III F. ILMU PENGETAHUAN , TEKNOLOGI DAN PENELITIAN



TABEL 3.F.1 JUMLAH TENAGA PENELITA MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN REPELITA II - VI (orang) -



No.



Pendidikan



Akhir Rep II * ) Akhir Rep IV * ) Akhir Rep V **)



REPELITA VI ** ) 1994/95



1 Doktor



2 Master / Sarjana 3 Sarmud *** ) TOTAL



3,933



1995/96



18,204 6,172



1,016 27,826 9,433



3,811 49,719 10,358



51,021



10,688



4,029 52,075 11,074



25,042



38,275



63,888



65,642



67,178



666



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik RI Tanggal 16 Agustus 1994 dan 1996 Belum mencakup tenaga peneliti di Perguruan Tinggi ** ) Mencakup tenaga peneliti di Perguruan Tinggi *** ) Tenaga Teknisi / Laboran



Dalam rangka meningkatkan kemampuan iptek nasional telah dikembangkan program peningkatan kualitas sumber daya manusia peneliti . Jumlah peneliti dengan kualifikasi doktor pada tahun 1995/96 telah meningkat 6 kali lipat dibandingkan dengan jumlah teanga



doktor pada akhir Repelita III, sedangkan jumlah tenaga peneliti master/sarjana meningkat hampir 3 kali lipat pada kurun waktu yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa iptek nasional semakin didukung oleh tenaga peneliti yang makin profesional dan kompeten di bidangnya



masing-masing sehingga diharapkan kemampuan menghasilkan iptek yang makin bermutu juga makin meningkat.



115



TABEL 3.F.2 ANGGARAN KEGIATAN IPTEK * ) dalam milyar rupiah



Repelita VI Keterangan



1993/94



1994/95



1995/96



1996/97



1.



Anggaran Pembangunan



520.84



670.77



884.28



1,091.16



II.



Anggaran Rutin



180.36



201.00



241.00



300.70



M.



Total Anggaran



701.20



871.77



1,125.28



1,391.86



IV .



Prosentase Terhadap APBN



1.12%



1.25%



1.44 %



1.54%



Sumber : Nota Keuangan dan RAPBN 1993 , 1994, 1995 , dan 1996 - Departemen Keuangan RI *) Mencakup kegiatan penelitian, pengkajian, survei, dan studi-studi yang pendanaanya di sektor iptek dan sektor pembangunan lainnya



Alokasi anggaran untuk pengembangan iptek meningkat sekitar 45% dalam perioda 1993/94 - 1996/97. Pada tahun anggaran 1993/94 anggaran iptek mencapai Rp. 701 miliar



atau 1,12% dari total APBN , meningkat menjadi sekitar Rp. 1.400 miliar atau 1,54% dari total APBN pada tahun 1996/97. Dengan meningkatnya anggaran untuk iptek tersebut diharapkan dapat mendukung peningkatan kualitas dan produktifitas nasional dalam memperkukuh daya saing bangsa.



116



TABEL 3.F.3 HASIL PENTING DALAM PEMBANGUNAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI 1993 /94-1995 / 96



Keglatan Pertanian



I



Satuan



Repelita V



varietas ,



16 padi unggul 54 palawija 64 tanaman perkebunan formula pemupukan dengan asam askorbat dan



1994/95 s / d 1995/96



7 padi unggul 16 palawija 16 tanaman perkebunan 39 tanaman buah -buahan



karbon aktif



Peternakan



Pembuatan embrio beku kembar ternak sapi



metoda



Pengolahan pakan ternak



Vaksin Koksivet Polivalent Supra 95, Vaksi ND pada ayam Diagnosa penyakit Tripanosomiasis Pengobatan penyakit parasit darah dan



Anthrax pada sapi. II Perikanan



metoda /



Pemeliharaan ikan triploid



disain /



Pemeliharaan rumput laut



Alat tangkap purseine dan rumpon Cara pembenihan ikan



formula



Rekayasa kromosom triploid ikan mas Rekayasa kromosom poliploid Teknik produksi gigogenetik ikan mas



Pemijahan ikan dengan teknologi hormon IV Kesehatan



kit / formula / metoda



1



Kit Hematologi Kit mikrobiologi zat anti malaria



Teknik pemilihan sperma Teknik pembekuan sperma



15 jenis tumbuhan obat obat tradisional



Alat pemantau debu pencetus asma



Proses pemisahan pinisilin



Prevalensi penyakit kaki gajah



Prototip renograf jinjing Pembuatan antibiotik aksitetrasiklin



Identifikasi mikrofilaria



Bahan baku Tetracyclin, Erythromycin, Penicilin, Cafalosforn, Vitamin B12



V



Sumber Daya Energi prototipe /



Briket batubara untuk peleburan besi baja



dan Mineral



Peta dan data potensi energi angin Prototipe turbin dan kincir angin



peta



Teknik audit energ Alat pengolah batubara cair Teknik menstabilkan lereng



Teknik pengolahan mineral



Teknik penambangan batu bara, batu



Peta penyebaran tembaga, timbal, seng dan mangan



gamping, batu marmer , dan emas



Identifikasidaerah emas dan bijih besi



117



Keglatan



Satuan



VI Industri 1 Wahana Industri



desain



Repelita V



Konstruksi pesawat N -250 Bahan komposit serat karbon Paduan alumunium dan litium



Dirgantara



Rancang bangun pesawat terbang ringan Pengembangan roket RKX - 150 dan RKX -250 2 Wahana Industri Maritim dan



desain



Kapal ikan tuna Jetfoil



Perkapalan



Kapal tanker 3500 dwt



Kapal FPB -57, FPB - 28



1994/95 s / d 1995/96



Uji sifat aerodinamika, kekuatan material, komponen dan konstruksi CN - 235 Uji terbang N - 250 Perencanaan awal N-2130



Prototipe kapal Maruta Jaya Pengawasan mutu kapal Caraka Jaya Desain kapal wisata bahari Standardisasi kapal ikan Mina Jaya.



Kapal penumpang 3 Wahana Industri



Transportasi darat



metoda / prototip



Geosintetik pelapisan ulang jalan Prototipe alat pembuat aspal karet Alat penyemprot aspal.



Pemanfaatan karet alam untuk perletakan jembatan 4 Wahana Industri



Telekomunikasi, Elektronika



5 Wahana Industri



Rekayasa



Mikroelektronika hibrid dan optoelektronika



desain /



untuk radio dijital Pembuatan dan karakterisasi LED



prototipe / model



desain /



1



prototipe / model



Pembuatan silinder blok, kepala silinder, silinder liner, crank case, roda gigi, connecting rod, dan crank shaft mesin 100 cc,



Kamus elektronik Bahasa Indonesia Pembuatan peta elektronik Sensor ultrasonik



Prototipe sistem pengendali satelit Aplikasi serat optik pada sentral telepon Disain prototipe rangkaian thick film multi layer untuk radar, prototipe CHIP ASIC



Sensor gaya jennis strain gauge Prototipe alat penguji takmerusak Laser excimer jenis He dan Ni Prototipe EKG Prototipe pengolah data 3 dimensi Pengoreksi citra kamera gamma



10 board komputer Rancang bangun ruang hampa dan pembuatan gas sealant



Teknik Produksi chip komputer dengan metode MOS dan CMOS Desain chip dengan 10.000 gerbang



Keramik Zirkonia Model robot artikulasi



Sensor ultrasonik



Bahan kopolimer lateks karet alam Bahan penghambat nyala Sb203 Bahan isolasi kabel tegangan tinggi Bahan komposit keramik Cordierite



Sumber : 1 ) Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia Tanggal 16 Agustus 1994 dan 1996 Catatan : * ) Angka selama 5 tahun pelaksanaan Repelita V



Penelitian dalam sektor pertanian terus ditingkatkan untuk mendukung pemantapan swasembada pangan, pemenuhan kebutuhan akan protein hewani, dan menghasilkan devisa . Penelitian dalam sektor kesehatan diarahkan untuk meningkatkan



kesehatan masyarakat luas. Sedangkan penelitian dalam sektor energi dan mineral merupakan upaya untuk menghasilkan teknologi alternatif dan pemanfaatan sumber daya mineral. Penelitian industri diarahkan untuk menghasilkan iptek dalam rangka mendukung industrialisasi industri dirgantara, industri mantim , industri transportasi, dan industri telekomunikasi serta



industri elektronika. Peningkatan kemampuan iptek nasional akan memberikan kontribusi yang sangat penting bagi kemandirian, kemajuan, dan kesejahteraan nasional.



118



TABEL 3.F.4



JUMLAH PROPOSAL DAN ANGGARAN



RISET UNGGULAN TERPADU DAN RISET UNGGULAN KEMITRAAN



Tahan



RUK



RUT



Proposal



Anggaran



Proposal



Anggaran



(buab )



(miliar rupiab )



(buab )



(miliar rupiab )



13



3.5



109



9



1994/95



247



23.5



1995/96



358



34



1996/97



324



35



22



1993/94



6.6



Sumber: Laporan Pelaksanaan RUT dan RUK 1996 - Kantor Meneg Ristek Dalam rangka meningkatkan mutu dan keterpaduan penelitian di bidang iptek bioteknologi, teknologi kedokteran teknologi hasil pertanian, rancang bangun , ilmu kimia dan proses, ilmu bahan, teknologi energi, elektronika dan informatika, teknologi perlindungan lingkungan,



dan dinamika sosial ekonomi dan budaya, sejak tahun anggaran 1993/94 telah dikembangkan program Riset Unggulan Terpadu (RUT, dan Riset Unggulan Kemitraan (RUK ) tahun 1995/96 . Program RUK ditujukan untuk meningkatkan kerjasama antara lembaga penelitian dengan dunia



dunia usaha dan industri. Kedua program tersebut disamping menghasilkan mutu penelitian yang tinggi juga telah menumbuhkan tradisi akademis dan kemitraaan yang sangat diperlukan untuk pengembangan iptek pada masa mendatang. Minat dunia usaha yang tinggi dalam pengembangan iptek diperlihatkan oleh kontribusinya dalam penyediaan dana penelitian yang mencapai sekitar 50 persen



Secara keseluruhan tumbuhnya tradisi akademis dan minat dunia usaha dalam mendanai kegiatan riset merupakan hal yang sangat strategis bagi kemajuan iptek dan industri nasional pada masa mendatang.



119



( dead )



De uiliga)



InBog 23



. VA UGAISETVAN



TABEL 3.F.5



1996/97 1995/96-



1995/96



buah ()



Proposal Anggaran



-



miliar)( rupiah 13



13



1996/97



sefaci su keuse



Proposal Anggaran miliar buah)()( rupiah psal 1572SEY



3.5 que TIJOLUSEKMECKU 3.5



11



3 bookcupatie u biex



22



.si gediggikt S2



Ube



rancisk planu



Peneb TU



DAN ANGGARAN PROPOSAL JUMLAH KEMITRAAN UNGGULAN RISET



RUKI



II RUK



JUMLAH



pelaksanaan Laporan Sumber: Meneg Kantor Ristek RUK 1996peran serta meningkatkan rangka Dalam dalam usaha dunia pengembangan tahun sejak iptek



diterapkan 1995/96 Unggulan Program Riset Jumlah RUK Kemitraan anggaran yang).( dialokasikan program untuk ini. meningkat 1995/96 menjadi miliar pada dari TA 3,5 Rp. 6,6 Rp proposal 1996/97 dengan jumlah pada yang TA meningkat hampir lipat. kali dua Sumbangan dunia dalam usaha RUK mencapai pertama sekitar tahun pada dan 30 %, hampir dua ke Hal ini 50 %. menunjukkan minat dunia usaha cukup tinggi dalam pengembangan iptek yang kemajuan penting sangat mana bagi hal ini. nasional industri iptek masa pada dan mendatang



4.4



2.2



6.6



120



snor 208 Bila mesls atosto svorius at e



beste



ruku 1.391 spogeul som



lisbioen



METZON



v



Lily



.2h 2001 m los



( គង់ ។ .ន ||?fese



LACO908YEAMUL A



.



IV .



POLITIK, APARATUR PEMERINTAH , HUKUM DAN PENERANGAN



A. POLITIK



TABEL 4.A.1



TINGKAT PARTISIPASI RAKYAT DALAM PEMILU



Pemilu / Tahun



Jumlah



Jumlah Yang



Persentase



Pemilih



Memilih



Yang Memilih



1955



43,104,464.0



39,419,032.0



91.4



1971



58,179,245.0



54,699,529.0



94.0



1977



70,378,750.0



63,998,344.0



90.9



1982



82,172,493.0



75,126,320.0



91.4



1987



93,965,953.0



85,809,816.0



91.3



1992



107,605,697.0



97,738,813.0



90.8



Sumber : LPU dan DPP Golkar



Selama orde baru partisipasi rakyat dalam bidang politik makin mantap. Partisipasi terebut menunjukkan dukungan rakyat terhadap sistem pemilih yang menggunakan hak pilihnya yang senantiasa di atas 90 % , suatu prestasi yang tinggi dibanding negara manapun di dunia .



121



TABEL 4.1.2 PERSENTASE PEROLEHAN SUARA DALAM PEMILI



ORGANISASI PESERTA PEMILU



PEMILU TAINUN



1)



(OPP)



1. 2.



3. 4. 5. 6.



GOLKAR MASYUMI NU PSII PERTI PPP



2)



1971



1977



1982



1987



1992



62.8



62.1



64.3



73.2



68.1



27.1



29.3



27 8



16.0



17.0



10.1



8.6



7.8



11.0



14.9



(NU + PERMUSI PSII + PERTI) 7. 8.



PNI PSI



9.



PARKINDO + PARTAI KATOLIK



10 . 11 . 12 . 13 .



MURBA IPKI PKI PDI



(PNI+ PARKINDO + PARTAI KATOLIK+ MURBA + IPKI)



1) 2)



Dicatat hanya untuk beberapa Parpol yang relatif besar



Mulai terjadi proses perfusian Parpol menjadi Partai Persatuan dan Partai Demokrasi Indonesia



122



IV B.



APARATUR PEMERINTAH



TABEL 4.B.1 JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL



1973/74 - 1995/96



Tahan



Pria



Wanita



Jumlah



1973/74



1,235,271 (80,9)



291,538 (19,1)



1,526,809 (100,0 )



1978/79



1,417,817 (77,5 )



411,580 (22,5 )



1,829,397



1,933,163 (73,5)



695,311 (26,5 )



2,628,474



1988/89



2,489,159 (68,6 )



1,139,456 ( 31,4 )



3,628,615 ( 100,0)



1993/94



2,597,960 (65,5 )



1,367,818



(34,5 )



3,965,778 (100,0 )



2,645,464 (65,2 )



1,414,968 ( 34,8 )



4,060,432 ( 100,0 )



1983/84



1995/96



( 100,0 )



(100,0 )



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 16 Agustus, 1974, 1979 , 1984, 1989 , 1994, dan 1996



Peningkatanjumlah PNS adalah sesuai dengan kebutuhan dan sejajar dengan



meningkatnya tugas dan beban kerja pembangunan, serta pelayanan yang harus diberikan pemerintah kepada masyarakat. Untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas pegawai negeri, dalam kurun waktu Repelita VI diterapkan kebijaksanaan zero growth



yaitu dengan mengupayakan penerimaan pegawai baru dibatasi sebanyak jumlah PNS yang telah berhenti, pensiu , atau meninggal dunia, kecuali untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan pelayanan kepada seluruh masyarakat.



123



TABEL 4.B.2



LULUSAN SESPA, SEPADYA , SEPALA , DAN SEPADA REPELITA I - REPELITA VI (orang) Tahun



Sespa



Sepadya



Sepala



Sepada



Jumlah 692



692



Repelita I



Repelita II



2,082



2,082



15,519



Repelita III



2,313



Repelita IV



2,383



4,394



10,115



6,277



23,169



2,968



10,978



33,255



6,436



53,637



1,847



10,277



6,890



8,130



27,144



12,285



28,130



57,059



24,769



122,243



Repelita V



1) 6,799



1) 3,926



1) 2,481



2)



Repelita VI Jumlah



1 ) Angka pada Repelita III untuk SEPADYA , SEPALA, dan SEPADA merupakan penjumlah dari Repelita I, II, III. Sedangkan untuk SESPA merupakan penjumlahan selama Repelita III.



2) Angka pada Repelita VI merupakan penjumlahan tahun 1 dan 2. Khusus tahun 2, pelaksanaan dan titelatur diklat SESPA, SEPADYA , SEPALA, dan SEPADA telah disesuaikan dengan PP No. 14/94 yaitu dengan urutan SPATI, SPAMEN , SPAMA, dan ADUM . Dalam tahu 2 Repelita VI diklat SPATI belum diselenggarakan , karena masih dalam tahap penyempurnaan materinya. Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 16 Agustus 1974, 1979, 1984, 1989, 1994, dan 1996



Pelaksanaan diklat struktural yang terus berkelanjutan dan meningkat sebagaimana tergambar pada Tabel 4.B.2 tersebut di atas mempunyai keterkaitan erat dengan penempatan PNS dalam jabatan, dan dilakukan sebagai bagian yang



idak terpisahkan dari pembinaan PNS secara menyeluruh. Dalam Repelita VI telah litetapkan PP No. 14 Tahun 1994 yang dimaksudkan untuk lebih memantapkan



pembinaan karier PNS serta meningkatkan kepribadian dan semangat pengabdian kepada masyarakat, meningkatkan mutu dan kemampuan baik dalam bidang



substansi maupun kepemimpinannya, dan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan semangat kerjasama dan tanggung jawab sesuai dengan lingkup kerja



Organisasi. Dengan semakin meningkatnya jumlah PNS yang mengikuti diklat, naka meningkat pula kualitas sebagai penyelenggara tugas -tugas



umum



pemerintahan dan tugas-tugas dalam keseluruhan bidang /sektor pembangunan dan li seluruh wilayah tanah air, sebagai abdi negara dan masyarakat.



124



TABEL 4.B.3 PELAKSANAAN OPERASI TERTIB DI LINGKUNGAN APARATUR NEGARA APRIL 1977 - MARET 1996 -



hastang



Departemen



LPND



Kejaksaan Agung



Peristiwa



Administrasi



Tindakan Penertiban Lain - lain Hukum



Jumlah



31,366



39,593



1,977



1,048



1,352



26



1,379



2,321



2,675



24



2,699



7,756



9,345



118



9,463



42,491



52,965



2,145



293



41,863



Setlemtertina Bank -bank Pemerintah



Trumlah



294



55,404



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 16 Agustus 1979, 1984 , 1989, 1994, dan 1996



Dalam rangka peningkatan pendayagunaan aparatur dan untuk membantu departemen /lembaga peme rintah non departemen (LPND ) dilakukan operasi penertiban di lingkungan masing-masing. Tabel 4.B.3 di atas menggambarkan hasil operasi tertib yang merupakan tindak lanjut atas hasil pelaksanaan peng awasan di lingkungan aparatu negara, baik dari hasil pengawasan melekat (waskat ), pengawasan fungsional (wasnal), dan pengawasan masyarakat ( wasmas ). Dengan dilancarkannya operasi tertib , yang



dilakukan atas dasar Inpres Nomor 9 Tahun 1977, terhadap penyalahgunaan jabatan , komersialisasi jabatan, korupsi, pemborosan -pemborosan, pungutan liar dan perbuatan tercela lainnya, maka telah dapat diciptakan iklim yang tidak merangsang untuk melakukan penyimpangan -penyimpangan . Angka-angka di atas membuktikan kesungguhan pemerintah untuk menegakkan aparatur yang bersih dan berwibawa



sehingga upaya pelaksanaan berbagai bidang pembangunan yang berlangsung di seluruh wilayah tanah air dapat dilaksanakan secara makin berdaya guna dan berhasil gwa



125



IV C. HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN



TABEL 4.C.1



HUKUM DAN PERUNDANG - UNDANGAN



URAIAN



1.



Rancangan Undang -Undang



AWAL PJP - I



1)



REPELITA V



2) 1995/96



27



55



25



48



296



105



276



380



179



41



28



15



yang telah disahkan 2.



Rancangan Peraturan Pemerintah yang telah disahkan



3.



Penetapan Keppres



4.



Penetapan Inpres



1 ) Selama Repelita V



2) Selama dua tahun pertama Repelita VI Sumber : Pidato Kenegaraan Presiden RI



Sebagai negara hukum maka semua kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah berdasarkan hukum . Oleh karena itu pembangunan bidang hukum terus ditingkatkan yang antara lain tercermin dari peningkatan berbagai produk hukum yang dihasilkan Produk hukum baru tersebut sebagian merupakan pengganti produk hukum lama yang sudah tidak sesuai lagi dan sebagian lainya untuk memenuhi perkembangan kemajuan pembangunan



126



IV D. PENERANGAN DAN MEDIA MASA



TABEL 4.D.1



PERKEMBANGAN SARANA PENYIARAN TELEVISI LUAS DAERAH DAN JUMLAH PENDUDUK DALAM DAERAH PANCARAN



Uraian (1)



Satuan



Awal



Akhir



PJP I



Repelita V



( 1968 )



1993/94



(2)



1995/96



(5 )



1. Stasium Penyiaran (Studio )



buah



2



12



13



2. Stasiun Pemancar/Penghubung



buah



7



329



365



3. Luas Daerah Cakupan



km2



18,200



806,116



820,572



22



153



164



4. Jumlah Penduduk dalam



juta orang



Daerah Pancaran



Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI



Sebagai bagian dari pembangunan penerangan, komunikasi dan media masa TVRI telah berkembang menjadi media penerangan pendidikan, hiburan, penayangan pendapat umum dan pembina kebudayaan yang makin handal. Melalui TVRI, penerangan pembangunan dapat disampaikan secara lebih hidup dan menarik sehingga menjadi lebih efektip. Hal ini dicapai dengan meningkatkan jumlah studio penyiaran, stasiun pemancar sehingga luas daerah cakupan dan jumlah penduduk yang terjangkau juga meningkat.



127



UNIVERSITY OF MICHIGAN



3 9015 04086 5704 TABEL 4.D.2



PERKEMBANGAN JUMLAH TIRAS ( OPLAH ) SURAT KABAR , MAJALAH DAN RASIO SURAT KABAR TERHADAP JUMLAH PENDUDUK



Urla



Satun



Am PNI



Repelita V



( IX )



1993/94



Ahir 1995/96



5



(3 )



1. Surat Kabwe Harina



cheap hari



880,450



4,461,313



4,733,243



2 Surat Kabur Mingguan



chop /hari



167,725



552,497



649,234



47.48



27.65



26.52



3. Ragio Surat Kabar temap Pendudak 10 taun ke atas



:: Lampin Pidato Kcapparaan Presiden RI Pero mosional telah berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memperluas wawasan dan membala perbendaharun informasi yang diperlukan. Pakembangannya terus meningkat, na lain talibat dari peningkatan mutu isi, manajemca ,pezodaran maupun kualitas cetak . Perkembangan pers nasionaljuga terlihat pada perkembanganjumlah tiras penerbitan



persyangterus meningtet, di sampingjumlah danjenis penerbitan pers bertambah banyak dan monika mitanya Penyebarannya telah melunas sampai ke daerah perdesaan dan ke wilayah perbatasan.



128



AM 0093717 Code I- 97-941346 18 UNIVERSITY OF MICHIGAN