Instrumen Pengkajian Komunitas Kelompok 3 Cilacap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INSTRUMEN PENGKAJIAN KOMUNITAS BERDASARKAN MODEL KONSEP TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS BETTY NEUMAN Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas Dosen Pengampu : Rina Saraswati, M.Kep



Disusun oleh Kelompok 3 Cilacap 1. D wi Ariantika 2. Nur Rahmah 3. Siti Syamsiyah



4. Sri Ujiyanti 5. Eko Riyanto 6. Khoerul Anwar



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS SAINS DAN ILMU TERAPAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG 2021



1



LEMBAR PENGESAHAN INSTRUMEN PENGKAJIAN KOMUNITAS BERDASARKAN MODEL KONSEP TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS BETTY NEUMAN



TUJUAN : “ Makalah yang dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Komunitas. Selain itu makalah ini juga disusun untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Instrumen Pengkajian Komunitas Berdasarkan Model Konsep Teori Keperawatan Komunitas Betty Neuman” Yang disusun oleh : Kelompok 3 Kelas Cilacap



Yang telah disahkan pada



:



Hari



: …………………………………



Tanggal



: …………………………………



Disahkan oleh, Dosen Pengampu Mata Kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja Dalam Keperawatan



(Rina Saraswati, M.Kep)



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Instrumen Pengkajian Komunitas Berdasarkan Model Konsep Teori Keperawatan Komunitas Betty Neuman, yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Rina Saraswati, M.Kep. selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas, yang telah memberikan bimbingan kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Instrumen Pengkajian Komunitas Berdasarkan Model Konsep Teori Keperawatan Komunitas Betty Neuman. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Cilacap, Desember 2021



Penyusun



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………….......………………...



1



LEMBAR PENGESAHAN ……………………………....…………………



2



KATA PENGANTAR ………………………………………………………



3



DAFTAR ISI ………………………………………………………………...



4



A. Konsep Teori Betty Neuman ………………………………………………..



5



B. Kuesioner ………………………………………………



26



C. Pedoman Wawancara …………………………………………...



30



D. Lembar Observasi ………………………………………………



33



DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….



35



INSTRUMEN PENGKAJIAN KOMUNITAS BERDASARKAN MODEL KONSEP TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS BETTY NEUMAN



A. Teori Betty Neuman 1. Perkembangan Sistem Model Neuman Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara



keseluruhan)



meliputi



aspek



(variable)



fisiologis,



psikologis,



sosiokultural, perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring dengan adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin keilmuan Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun diluar sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman menyebut gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang dapat diidentifikasi. 2. Konseptual Model Neuman



Neuman menyajikan aspek-aspek model sistemnya dalam suatu diagram lingkaran konsentris, yang meliputi variabel fisiologi, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual, basic structure dan energy resources, line of resistance, normal line of defense, fixible line of defense, stressor, reaksi, pencegahan primer, sekunder, tertier, faktor intra, inter dan ekstra personal, serta rekonstitusi. Adapun faktor lingkungan, kesehatan, keperawatan dan manusia merupakan bagian yang melekat pada model ini yang saling berhubungan dan mendukung ke arah stabilitas sistem. a. Manusia menurut Neuman Neuman memandang manusia atau klien secara keseluruhan (holistic) yang terdiri dari faktor fisiologis, psikologis, sosial budaya, faktor perkembangan, dan faktor spiritual. 1) Faktor Fisiologis meliputi struktur dan fungsi tubuh. 2) Faktor psikologis terdiri dari proses dan hubungan mental. 3) Faktor sosial budaya meliputi fungsi sistem yang menghubungkan sosial dan ekspektasi kultural dan aktivasi. 4) Faktor perkembangan sepanjang hidup. 5) Faktor spiritual pengaruh kepercayaan spiritual. Faktor-faktor ini berhubungan secara dinamis dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Klien juga dipandang mengalami kondisi yang bervariasi,sesuai stress yang dialami. Ketika stressor terjadi individu banyak membutuhkan informasi atau bantuan untuk mengatasi stressor. Pemberian motivasi merupakan rencana tindakan perawat untuk membantu perkembangan klien. Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dan lingkaran-lingkaran konsentrik yang saling berkaitan. Struktur dasar meliputi faktor dasar kelangsungan hidup yang lebih umum dari karakter sehat dan sakit yang merupakan gambaran yang unik dari system klien. Secara umum gambaran keunikan sistem klien dari Neuman adalah range temperatur



normal, struktur genetik , pola respon, kekuatan dan kelemahan organ, struktr ego dan pengetahuan atau kebiasaan. Neuman selanjutnya menyatakan bahwa Normal Lines of Defense adalah : 1) Merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem atau kondisi yang menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut keadaan wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness untuk sistem klien. 2) Berbagai stressor dapat menginvasi normal line defense jika flexible lines of defense tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu terjadi maka sistem klien akan bereaksi yang akan tampak pada adanya gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi



kemampuan



sistem



untuk



mengatasi



stressor



tambahan. 3) Normal lines of defense terbentuk dari beberapa variabel dan perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan. b. Lingkungan menurut Neuman Menurut Neuman lingkungan adalah seluruh faktor-faktor internal dan eksternal yang berada di sekitar klien. Neuman mengatakan baik lingkungan internal maupun ekternal pada manusia memiliki hubungan yang harmonis dan keduanya mempunyai keseimbangan yang bervariasi,



dimana



keseimbangan



atau



keharmonisan



antara



lingkungan internal dan eksternal tersebut dipertahankan. Pengaruh lingkungan terhadap klien atau sebaliknya bias berdampak positif atau negative. Stressor yang berasal dari lingkungan meliputi 3 hal yaitu intrapersonal, interpersonal dan extrapersonal. Neuman membagi lingkungan menjadi 3 yaitu :



1) Lingkungan internal yaitu lingkungan intrapersonal yang ada dalam system klien. 2) Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada diluar system klien.Kekuatan-kekuatan dan pengaruh interaksi yang berada di luar sistem klien. 3) Lingkungan yang diciptakan merupakan pertukaran energi dalam system terbuka dengan lingkungan internal dan eksternal yang bersifat



dinamis.Lingkungan



ini



tujuannya



adalah



untuk



memberikan stimulus positif kearah kesehatan klien. Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial



untuk



menyebabkan



sistem



tidak



stabil.



Neuman



mengklasifikasi stressor sebagai berikut: 1)



Stressor intrapersonal: terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan



dengan



lingkungan



internal.



Misalnya:



respon



autoimun. 2)



Stressor interpersonal: yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya: ekspektasi peran.



3)



Stressor ekstrapersonal: juga terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga tetapi lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal. Misalnya: sosial politik. Stressor interpersonal dan extrapersonal berhubungan dengan lingkungan eksternal. Created environment mencakup ketiga jenis stressor ini.



c. Sehat menurut Neuman Definisi sehat digambarkan dengan model komponen. Sehat adalah kondisi dimana bagian dan sub bagian keseluruhan manusia yang selalu harmoni.Kesehatan manusia dalam status baik atau sakit, selalu berubah dalam lima variable: fisiologi, psikologi, sosiobudaya, spiritual dan perkembangan. Sehat relative dan dinamik dengan



stabilitas yang



bervariasi. Garis normal sebagai parameter status sehat. Sehat adalah individual kadang seimbang atau stabilitas klien atau berubah. Garis pertahanan manusia dapat permiabel, berbeda dengan individu lain dan menghasilkan status kesehatan yaitu garis pertahanan normal.Sehat untuk individu lain mungkin berarti retensi komponen yang tercontitusi, contoh penggunaan protesa setelah amputasi dapat menghasilkan garis normal. Sehat untuk individu adalah hubungan antara faktor genetik dan pengalaman.Tipe definisi sehat mengikuti individu ,tidak ada standart absolute. Status yang terbaik adalah status optimal untuk klien bervariasi dari beberapa poin dalam hubungannya dengan konsep dasar d. Keperawatan menurut Neuman Neuman menyatakan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh dan keperawatan adalah sebuah profesi yang unik yang mempertahankan semua variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stressor. Melalui penggunaan model keperawatan dapat membantu individu, keluarga dan kelompok untuk mencapai dan mempertahankan level maksimum dari total wellness. Keunikan keperawatan adalah berhubungan dengan integrasi dari semua variabel yang mana mendapat perhatian dari keperawatan. Neuman (1981) menyatakan bahwa dia memandang model sebagai sesuatu yang berguna untuk semua profesi kesehatan dimana mereka dan keperawatan mungkin berbagi bahasa umum dari suatu pengertian. Neuman juga percaya bahwa keperawatan dengan perspektif yang luas dapat dan seharusnya mengkoordinasi pelayanan kesehatan untuk pasien supaya fragmentasi pelayanan dapat dicegah. e. Aktivitas Keperawatan Perawat dalam model Neuman dipandang sebagai “aktor” atau pemberi intervensi yang mempunyai tujuan mengurangi pertemuan



individu dengan stressor yang jelas atau meminimalkan efeknya. Perawat mungkin memilih untuk mengintervensi dengan cara menguatkan kemampuan klien untuk berespon terhadap stressor. Jadi tanpa



memperhatikan



apakah



pertemuan



dengan



stressor



itu



menghasilkan hasil yang positif atau negatif, perawat memberikan pelayanan sebagai peserta yang aktif dalam mendukung pertahanan klien dengan membantu klien berespon yang sesuai terhadap stressor yang datang. Partisipasi aktif dari klien membenarkan arti dari pengalamannya dengan perawat. Selanjutnya pembuatan tujuan kolaborasi dan kemajuannya adalah istilah yang digunakan Neuman untuk menjelaskan aktivitas antara perawat dan klien. Neuman menyatakan bahwa sekali masalah utama telah didefinisikan dan diklasifikasikan satu keputusan harus dibuat sebagai bentuk intervensi apa yang harus diambil sebagai prioritas.Yang membuat keputusan adalah proses kolaborasi antara perawat dan klien terlibat dalam merundingkan tujuan kolaborasi yang sesuai. Perawat membantu klien berbeda tergantung pencegahan primer, sekunder atau tersier yang diperlukan. Dalam situasi perawatan tiap klien perawat mengkaji dan mengintervensi secara berbeda. Contoh jika stressor ada di lingkungan klien tapi tidak merusak garis pertahanan normal (tingkat pencegahan primer), perawat mungkin mengkaji faktor- faktor resiko dan mencari kemungkinan untuk mengajari atau membantu klien sesuai dengan kebutuhannya. Jika stressor telah menembus garis pertahanan normal (tingkat pencegahan sekunder perawat mungkin bertindak untuk menentukan sifat dari proses penyakit dan mulai berurusan dengan respon maladaptif. Jika stressor dihasilkan dalam gejala-gejala sisa (tingkat pencegahan tertier) perawat berusaha untuk membatasi atau mengurangi efek, barangkali dengan menggunakan sumber-sumber rehabilitasi.



Ringkasnya perawat atau profesi kesehatan lain menggunakan model Neuman adalah pengevaluasi aktif dan pemberi intervensi aktif. Klien dipandang sebagai aktif tetapi lebih rendah dibanding perawat berhubungan beberapa perubahan status kesehatan. Keperawatan digambarkan sebagai profesi yang unik, keunikannya dihubungkan dengan sifat holistic manusia dan pengaruh dari variable yang berinteraksi dalam lingkungan internal maupun eksternal. Perawat mengkaji semua factor yang berpengaruh pada klien..Contoh Neuman menyatakan bahwa lapang persepsi pemberi pelayanan professional dan klien harus dikaji karena persepsi klien dan caregiver mungkin bervariasi. Dengan demikian hal ini akan mempengaruhi tindakan caregiver. Pengkajian



persepsi



berarti



bahwa



perawat



mengkaji



prasangka, kebutuhan dan nilai-nilai yang dimiliki klien yang berhubungan dengan kondisi klien sebelum membuat keputusan. Hal ini penting bahwa pengkajian persepsi harus menjadi aspek yang dimuat karena ini akan sangat berguna pada format proses perawatan yang selanjutnya dibuat oleh Neuman. f. Hubungan antara keempat konsep sentral. Perawat dilihat sebagai parsitipan yang aktif dan sebagai faktor dalam lingkungan interpersonal yang mempengaruhi klien. Kesehatan adalah keadaan dinamis yang dipengaruhi oleh waktu dimana individu tersebut mencari cara untuk memepertahankan beberapa bentuk stabilitas. Keadaan ini merupakan keadaan yang harmonis pada semua aspek mausia, keadaan yang tidak harmonis akan menyebabkan keadaan kesehatan berkurang. Stressor didapat dari lingkungan internal dan eksternal dimana keduanya ada dalam system klien.Sifat dari stressor kebutuhan klien harus dikaji oleh perawat sebelum menetapkan perencanaan. Salah satu kekuatan dalam model ini



terletak pada



hubungan antara variabel klien dengan konsep yang termasuk dalam system. Kegunaan dari model ini adalah : 1)



Dapat mengkonseptualisasikan klien / system klien dalam keadaan kesehatan berubah – ubah



2)



Lingkungan internal dan ekternal adalah system yang dinamis untuk klien



3)



Perawat melakukan pengkajian , pencegahan dan intervensi pada klien /system klien. Empat meta paradigma konsep keperawatan saat ini dan semuanya digunakan dalam fungsi keperawatan



3. Garis Pertahanan flexible/-Flexible Lines of Defense : a.



Digambarkan sebagai lingkaran putus-putus paling luar yang berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari stressor.



b.



Diibaratkan sebagai suatu accordion yang bisa menjauh atau mendekat pada normal line of defense. Bila jarak antara flexible lines of defense dan normal lines of defense meningkat maka tingkat proteksipun meningkat.



c.



Melindungi normal line of defense dan bertindak sebagai buffer untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien.



d.



Bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat.



Lines of Resistance Merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal pertahanan (normal line of defense). Misalnya adalah mekanisme sistem immun tubuh.Jika lines of resistance efektif dalam merespon stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak efektif maka energi berkurang dan bisa timbul kematian.Hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat penggunaan flexible lines of defense terhadap berbagai reaksi terhadap stressor.



4. Analisa a.



Analisis Internal



Asumsi didefinisikan sebagai dalil yang diterima tanpa harus dibuktikan beberapa tipe asumsi, tetapi asumsi dengan banyak kesesuaian antara implisit dan explicit. Secara garis besar asumsi diidentifikasi Neuman sebagai berikut: 1) Setiap orang adalah individual unik dengan range respon yang normal. 2) Beberapa tipe stressor mungkin dalam garis keseimbangan individual (garis pertahanan normal). Stressor alamiah mungkin berdampak keluar yang mana seseorang mungkin menggunakan garis pertahanan yang flexible. 3) Suatu waktu manusia dalam respon normal yang mana mereka dalam garis pertahanan normal. 4) Garis pertahanan flexible adalah system reaksi yang digunakan untuk pertahanan stressor, ketika garis pertahanan flexible tidak dapat digunakan untuk pertahanan stressor, stressor mempengaruhi keseimbangan seseorang. 5) Garis pertahanan internal individu stabil dan menghasilkan individu yang normal. 6) Kesakitan adalah hubungan yang dinamis antara fisiologi, psikologi, sosio budaya dan perkembangan status. 7) Pencegahan utama/primer adalah mengidentifikasi dan semua faktor resiko berhubungan dengan stressor. 8) Pencegahan sekunder berhubungan dengan gejala dan stretegi intervensi. 9) Pencegahan tersier berhubungan dengan adaptasi atau hasil rekontruksi. 10) Asumsi direfleksikan dalam element dasar pada modul ini. System klien dalam intraksi dengan lingkungan. Dalam perawatan kesehatan professional dapat dari sebuah model yan spesifik yang mana intervensi antara stressor dan klien, contoh seorang terapi fisik



mungkin mengindentifikasi stressor akan mempengaruhi otot atau tolong maka intervensi spesifik akan diatur dari pengetahuan. Beberapa implikasi dapat diasumsikan lebih baik, contoh individu klien mempunyai nilai dan usaha stabilitas atau kesehatan yang prima. Kesehatan professional klien lebih baik mempunyai respon yang besar untuk status kesehatan ini. Tambahan, perawatan kesehatan professional adalah dapat membantu klien mencapai dan bertahan dalam kondisi sehat. Komunitas dan keluarga yang direferensikan Neuman, tetapi dapat diasumsikan hanya untuk klien. Neuman mempunyai pernyataan walaupun mengasumsikan konssep yang original dalam terminology klien. Dia berharap akan meluaskan. Dia percaya mereka menampilkan yang lebih baik dalam system yang lain. Asumsi untuk system perawatan kesehatan yang lebih besar yaitu komunitas atau keluarga menjadi petunjuk, contoh neuman melaporkan dari Ontorio Canada dan propinsi Manitoba mempunyai kreteria dasar untuk praktek perawatan kesehatan masyarakat dalam system model Neuman, yang mana sukses dalam implementasi ( Neuman, komunikasi personal). b. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Konsep 1) Kekuatan a)



Neuman menggunakan diagram yang jelas , diagram ini digunakan dalam semua penjelasan tentang teori sehingga membuat teori terlihat menarik. Diagram ini mempertinggi kejelasan dan menyediakan perawat dengan tantangan – tantangan untuk pertimbangan



b)



Model system Neuman lebih flexible bias digunakan pada area keperawatan, pendidikan dan pelatihan keperawatan



2) Kelemahan



a)



Model Sistem Neuman dapat digunakan oleh semua profesi kesehatan, sehingga untuk profesi keperawatan menjadi tidak spesifik



b)



Penjelasan tentang perbedaan stressor interpersonal dan ekstrapersonal masih dirasakan belum ada perbedaan yang jelas



c)



Model system Neuman tidak membahas secara detail tentang perawat klien, padahal hubungan perawat klien merupakan domain penting dalam Asuhan Keperawatan



Komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua faktor utama : komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan yang terdiri dari 5 tahapan : 1) Pengkajian Dalam situasi perawatan tiap klien perawat mengkaji dan mengintervensi secara berbeda. Contoh jika stressor ada di lingkungan klien tapi tidak merusak garis pertahanan normal (tingkat pencegahan primer), perawat mungkin mengkaji faktor-faktor resiko dan mencari kemungkinan untuk mengajari atau membantu klien sesuai dengan kebutuhannya. Jika stressor telah menembus garis pertahanan normal (tingkat pencegahan sekunder perawat mungkin bertindak untuk menentukan sifat dari proses penyakit dan mulai berurusan dengan respon maladaptive. Jika stressor dihasilkan dalam gejala-gejala sisa (tingkat pencegahan tertier) perawat berusaha untuk membatasi atau mengurangi efek, barangkali dengan menggunakan sumbersumber rehabilitasi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat adalah: a)



Pengumpulan Data



Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun informasi. Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkungannya.



Elemen



pengkajian



komunitas



terdiri



dari



inti



komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi. Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya. b) Analisa Data Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis. Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke (1987) masalah tersebut terdiri dari: a.



Masalah sehat sakit



b.



Karakteristik populasi



c.



Karakteristik lingkungan



2) Diagnosis keperawatan komunitas Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellness. Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain:



a)



Masalah yang ditetapkan dari data umum



b) Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan: a)



Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat



b)



Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat



c)



Kemampuan dan sumber daya masyarakat



d)



Keterlibatan,



partisipasi



dan



peran



serta



masyarakat Kriteria skala prioritas: a)



Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi.



b)



Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun waktu tertentu



c)



Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertim bangkan berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, srana yang tersedia dan kesulitan yangmungkin timbul.



3)



Perencanaan (Intervensi) Neuman menyatakan bahwa sekali masalah utama telah didefinisikan dan diklasifikasikan satu keputusan harus dibuat sebagai bentuk intervensi apa yang harus diambil sebagai prioritas.Yang membuat keputusan adalah proses kolaborasi antara perawat dan klien terlibat dalam merundingkan tujuan kolaborasi yang sesuai. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan b) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan



keperawatan



c) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan. 4) Pelaksanaan Secara garis besar teori sistem model Neuman mengemukakan bahwa dalam memberikan tindakan keperawatan terhadap klien atau pasien yang mengalami stress (gangguan mental) perawatan harus melaksanakan pendekatan-pendekatan perorangan secara total. Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut dengan terfokus pada empat intervensi yaitu : a)



Intervensi yang bersifat promosi Dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan yang bersifat fleksibel yang berupa : (1)



Pendidikan kesehatan.



(2)



Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan klien dirumah atau komonitas yang bertujuan meningkatkan kesehatan.



b)



Intervensi yang bersifat prevensi Dilakukan apabila garis pertahanan normal terganggu : (1)



Deteksi dini gangguan kesehatan Misalnya deteksi tumbuh kembang balita, keluarga dll



(2)



Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu misalnya : konseling pra nikah



c) Intervensi yang bersifat kuratif Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu. d)



Intervensi yang bersifat rehabilitatif Dilakukan seperti pada upaya kuratif yaitu apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.



Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah: a) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait b) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya c) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas: a) Pencegahan Primer Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit. b) Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memprependek waktu sakit dan tingkat keparahan. c) Pencegahan Tersier Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidak mampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya. 5) Evaluasi Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).



Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu: a)



Daya guna



b) Hasil guna c)



Kelayakan



d) Kecukupan Fokus evaluasi adalah: a)



Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan



b) Perkembangan atau kemajuan proses c)



Efisiensi biaya



d) Efektifitas kerja e)



Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu berapa?



Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.



B. Instrumen Pengkajian Komunitas A. Kasus UKK (sesuai modul) Berdasarkan



hasil wawancara pada usaha/ industri rajungan didapatkan



data: 



Jumlah pekerja 30 orang terdiri dari  laki-laki = 2 orang  Perempuan = 28 orang,







Tingkat pendidikan  SD = 27 orang (90 %),  SLTP = 2 orang (7 %)  SMA







= 1



orang (3 %).



Dalam sebulan karyawan mendapatkan jatah libur sebanyak 4 kali. Perusahaan tidak memberikan cuti haid, hamil dan menyusui.







Jam kerja tidak tentu tergantung banyaknya rajungan, biasanya mulai pukul 06.30 -15.00 WIB.







Data karyawan berdasarkan usia yaitu  12 (33 %) karyawan dari industri rajungan berumur antara 1825 tahun,  8 (34 %) berumur 26-35 tahun dan  10 (33 %) karyawan berumur > 35 tahun.







Keluhan kesehatan :  15 (50 %) karyawan selama satu bulan terakhir mengeluh batuk,  12 (40 %) karyawan mengeluh influenza,  20 (66,67 %)







karyawan mengeluh kutu air.



Angka kecatatan dan kecelakaan kerja didapat data bahwa



 1 (3%) karyawan pemah mengalami kecelakaan kerja yang tergolong kecelakaan berat



yaitu



terkena



mesin



penggilingan es dan  29 (97%) karyawan hanya mengalami kecelakaan ringan yaitu terkena capit rajungan dan terpeleset jaring atau sampah plastik. 



Tingkat stress karyawan didapat data bahwa 30 (100%) orang karyawan mengaku tidak mengalami stress kerja.







Data Observasi Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 14 Desember 2019 didapatkan hasil: 1)



Penerangan ruangan cukup, pada siang hari cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan.



2)



Ventilasi cukup, dinding ruangan terbuat dari batu bata yang tertutup rapat



3)



sehingga aliran udara cukup lancar.



4)



Lantai terbuat dari keramik dan ada beberapa bagian yang tergenang air bekas rajungan.



5)



Ruangan pemisahan dan pengemasan terlihat bersih dan tertata rapi.



6)



Ruangan perebusan terlihat licin, kotor, banyak genangan air dan bak penampungan air untuk mencuci rajungan terbuka dan tampak kotor.



7)



Peralatan kerja seperti panci untuk merebus rajungan



dan



pisau yang digunakan untuk memisahkan rajungan tampak bersih. 8)



Perusahaan menyediakan alat perlindungan diri tutup kepala,



seperti



9)



handschoon disposible dan sepatu boot, tetapi pemanfaatan alat pelindung diri kurang efektif.



10)



Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 Juni 2007 didapat  28 (93,33 %) karyawan



yang menggunakan tutup



kepala,  28 (93,33%) orang menggunakan baju kerja,  8 (26,6 %) karyawan yang menggunakan sepatu boot.  Pada



saat



observasi



tidak



ada



karyawan



yang



menggunakan handschoon karena persediaan habis. 11)



Berdasarkan hasil observasi pada



tanggal



9



Juni



2007



terlihat bahaya keamanan yang dapat terjadi yaitu terpeleset karena lantai licin dan terpeleset oleh jaring. 12)



Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 Juni 2007 sumber pencemaran lingkungan yang terdapat di area kerja adalah pencemaran air yaitu air bekas cucian rajungan.



13)



Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 Juni 2007 tempat pembuangan air limbah langsung dibuang ke sungai tanpa pengolahan limbah terlebih dahulu.



14)



Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 Juni 2007 perilaku kerja yang berisiko menimbulkan masalah kesehatan yaitu mengupas kulit rajungan yang dapat menyebabkan terjadinya kutu air pada tangan dan luka tusuk terkena capit rajungan.







Data Hasil Wawancara : 1)



Berdasarkan



hasil



wawancara



dengan



karyawan



dan



pemilik industri didapatkan data bahwa setiap sebelum dan sesudah bekerja karyawan selalu mencuci tangan terlebih dahulu.



2)



Karyawan mengatakan perusahaan menyediakan handschoon steril dan baru diganti setelah robek.



3)



Karyawan



mengatakan



belum



mengerti



manfaat



dari



penggunaan alat perlindungan diri. 4)



Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik industri rajungan didapatkan bahwa sebagian karyawan ada yang tidak menggunakan sepatu boot pada saat bekerja.



5)



Pemilik mengatakan 15 (50 %) karyawan yang menggunakan handschone.



6)



Perilaku kesehatan a. Perilaku Merokok Hasil wawancara dengan pemilik usaha diketahui bahwa 



terdapat 2 karyawan merokok.







Berdasarkan hasil observasi didapatkan data bahwa 2 (7%) karyawan merokok sedangkan sisanya sejumlah 28 (93%) karyawan tidak merokok.



b. Penggunaan APD saat bekerja didapatkan data bahwa 



28 (93,33%) karyawan







8







15 (50%) karyawan menggunakan handschoon







28 (93,33%) karyawan memakai baju kerja,







tetapi pada saat observasi tidak ada karyawan yang



menggunakan tutup



kepala,



(26,66%) karyawan menggunakan sepatu boot



menggunakan handschoon karena persediaan habis. c. Kebiasaan saat istirabat. Berdasarkan hasil wawancara dengan 8 karyawan diperoleh keterangan bahwa waktu istirabat ± 15 menit dan digunakan untuk makan siang dan sbolat. 7)



Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha, diperoleh data bahwa



 sebagian besar karyawan tidak mengetahui manfaat penggunaan APD dan mereka merasa kurang nyaman sebingga



ada



beberapa



menggunakan APD mengatakan



bahwa



karyawan



saat selama



yang



bekerja. ini



tidak



Karyawan



belum



pernah



mendapatkan penyuluhan tentang alat pelindung diri saat bekerja.  Sedangkan berdasarkan data observasi didapatkan data bahwa 30 orang karyawan (100%) tidak mengetabui mengenai prosedur keselamatan kerja. 8)



Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data bahwa 30 orang karyawan (100%) mengatakan tidak mengetabui tentang manfaat APD.



9)



Pelayanan Kesebatan Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha, ditemukan informasi bahwa tidak ada pelayanan kesebatan khusus yang terdapat di lingkungan usaha yang ditanggung pemilik usaha. Apabila ada karyawan yang menderita sakit biasanya dibelikan obat oleh pemilik industri di warung dan apabila cukup parah di bawa ke pelayanan kesebatan seperti mantri, klinik 24 jam dan puskesmas, semua biaya ditanggung oleh perusahaan.



10) Aturan Keselamatan Kerja Berdasarkan hasil wawancara dengan



pemilik



usaha



dan



beberapa karyawan diperoleh informasi bahwa pemilik usaha tidak menyediakan sarana pengobatan dasar seperti P3K dan tidak ada standar keselamatan kerja. Berdasarkan hasil observasi di perusahaan tidak terdapat standart keselamatan kerja.



B. Instrumen Pengkajian: 1.



Kuisioner



KUISIONER PEKERJA PABRIK MIE SOUN No. Responden:



(diisi oleh peneliti)



Petunjuk pengisian: 1. Bacalah dengan teliti pertanyaan berikut dibawah ini 2. Isilah pertanyaan pada tempat yang tepat 3. Apabila pertanyaan berupa pilihan, cukup dicentang dijawab sesuai petunjuk diatasnya A. Data demografi 1.



Nama responden



:



2.



Usia



:



3.



Jenis kelamin



:



4.



Pendidikan terakhir :



5.



Status perkawinan



:



B. Faktor Psikologi 1.



Sudah berapa lama anda bekerja disini? a. 3 tahun



2.



Apakah jabatan ditempat bekerja anda? a. Pemilik b. Pekerja



3.



Berapa lama anda bekerja dalam sehari? a. < 6 jam b. 6-8 jam



c. >8 jam 4.



Berapa jatah libur dalam satu bulan? a. 4 kali b. > 4 kali



C. Faktor Biologis 1.



Apakah ada pencemaran limbah di tempat kerja? a. Ada b. Tidak



2.



Bagaimanakah kondisi penerangan di tempat kerja? a. Kurang b. Cukup c. Baik



3.



Bagaimana ventilasi di tempat kerja? a. Kurang b. Cukup c. Baik



4.



Bagaimana pengelolaan limbah di tempat kerja? a. Kurang b. Cukup c. Baik



5.



Apakah melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kerja? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu



6.



Apakah merokok di tempat kerja? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu



7.



Apakah keadaan air bersih di tempat kerja?



a. Kurang b. Cukup c. Baik D. Faktor Sosial 1.



Apakah pekerja nyaman selama bekerja? a. Ya b. Tidak



2.



Apakah hubungan di tempat kerja baik? a. Ya b. Tidak



3.



Apakah anda pernah mengalami stres di tempat kerja? a. Ya b. Tidak



E. Penyakit dan Ergonomi 1.



Posisi badan anda saat bekerja? a. Nyaman b. Tidak nyaman



2.



Lamanya berganti posisi dalam bekerja? a. < 1 jam b. > 1 jam



3.



Penyakit yang diderita selama kerja? a. Batuk b. Influenza c. Kutu air



4.



Apakah APD selalu dipakai saat kerja? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu



5.



Apakah pekerja pernah mendapatkan pelatihan dan pendidikan APD?



a. Ya b. Tidak 6.



Apakah pekerja tahu resiko kesehatan saat bekerja? a. Ya b. Tidak



7.



Apakah pekerja pernah mengikuti pelatihan keselamatan kerja? a. Ya b. Tidak



8.



Apakah pekerja pernah mengalami kecelakaan kerja? a. Ya b. Tidak



9.



Apakah pekerja mengetahui tentang P3K? a. Ya b. Tidak



10. Apakah tersedia P3K ditempat kerja? a. Ya b. Tidak 11. Apakah tersedia APD lengkap di tempat kerja? a. Ya b. Tidak



2.



Pedoman Wawancara



PANDUAN WAWANCARA No. Partisipan



:



Nama Partisipan



:



Umur



:



Jenis Kelamin



:



Tingkat Pendidikan



:



Jabatan



: Pemilik / karyawan



A. Petunjuk 1. Menyampaikan terimakasih kepada partisipan atas kesediaannya meluangkan waktunya untuk diwawancarai 2. Menjelaskan tentang maksud dan tujuan wawancara 3. Menyampaikan kepada partisipan bahwa wawancara ini akan menggunakan alat bantu rekam B. Pelaksanaan Wawancara 1. Perkenalan a. Perkenalan dari pewawancara b. Meminta kesediaan partisipan untuk diwawancarai c. Memberikan jaminan bahwa hasil wawancara hanya untuk penelitian dan dijamin kerahasiaannya 2. Wawancara a. Meminta izin untuk memulai wawancara b. Melakukan wawancara sesuai dengan isi panduan wawancara yang telah disusun c. Selesai wawancara, mengucapkan terimakasih dan mohon diri 3. Partisipan yang diwawancarai a. Pemilik usaha



b. Pekerja/ karyawan 4. Topik Wawancara a.



Pemilik Usaha 1) Apakah perusahaan memberikan fasilitas alat pelindung diri saat bekerja? 2) Apakah karyawan anda mengetahui manfaat penggunaan alat pelindung diri? 3) Bagaimana



tingkat



kepatuhan



karyawan



dalam



menggunaan alat pelindung diri: handscoon saat bekerja? 4) Bagaimana tingkat kepatuhan karyawan dalam menggunaan alat pelindung diri: sepatu boot saat bekerja? 5) Bagaimana tingkat kepatuhan karyawan dalam menggunaan alat pelindung diri: tutup kepala saat bekerja? 6) Bagaimana tingkat kepatuhan karyawan dalam menggunaan alat pelindung diri: baju kerja saat bekerja? 7) Apakah karyawan anda ada yang merokok?seberapa banyak yang merokok? 8) Apakah sebelum bekerja semua karyawan mencuci tangan terlebih dahulu? 9) Apakah perusahaan memberikan fasilitas kesehatan untuk karyawan? 10) Apakah perusahaan menyediakan sarana pengobatan dasar seperti P3K? 11) Apakah perusahaan memiliki regulasi tentang standar keselamatan kerja?



b.



Pekerja/ karyawan



1) Apakah



perusahaan



memberikan



fasilitas



alat



pelindung diri saat bekerja? 2) Apakah anda mengetahui manfaat penggunaan alat pelindung diri? 3) Apakah anda menggunaan alat pelindung diri: handscoon saat bekerja? 4) Apakah anda menggunaan alat pelindung diri: sepatu boot saat bekerja? 5) Apakah anda menggunaan alat pelindung diri: tutup kepala saat bekerja? 6) Apakah anda menggunaan alat pelindung diri: baju kerja saat bekerja? 7) Apakah anda merokok? 8) Apakah sebelum bekerja anda mencuci tangan terlebih dahulu? 9) Apa yang anda lakukan saat jam istirahat di tempat kerja? 10) Berapa kali anda mendapatkan jatah libur dalam satu bulan? 11) Apakah anda mengetahui manfaat penggunaan alat pelindung diri? 12) Apakah perusahaan pernah memberikan penyuluhan kesehatan kerja? 13) Apakah anda mengalami keluhan kesehatan selama bekerja? 14) Apakah anda merasakan stres saat bekerja? 15) Berapa lama anda bekerja dalam sehari? 16) Apakah ada kecelakaan kerja yang pernah terjadi? jelaskan!



3.



Lembar Observasi LEMBAR OBSERVASI KESELAMATAN KERJA (TEMPAT KERJA)



Waktu Observasi



:



Tempat Kerja



: Aspek Yang Diamati



No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



1 Penerangan ruangan Ventilasi Aliran udara Kelembaban ruangan Kebersihan ruangan Kebersihan alat kerja Tersedia APD Kecelakaan kerja Pencemaran lingkungan Pengelolaan limbah



Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5.



Hasil Pengamatan



Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat baik



2



3



4



5



Keterangan



LEMBAR OBSERVASI KESELAMATAN KERJA (KARYAWAN)



Waktu Observasi



:



No. Partisipan



:



No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Aspek Yang Diamati Mencuci tangan sebelum bekerja Menggunakan handscoon saat bekerja Menggunakan baju kerja saat bekerja Menggunakan sepatu boot saat bekerja Menggunakan penutup kepala saat bekerja Tidak mengalami kecelakaan kerja Tidak merokok saat bekerja



Keterangan: 1. Tidak pernah 2. Kadang – kadang 3. Selalu



Hasil 1 2 3



Keterangan



DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Ayu, K. 2013. Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Dermawan, D. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen Publishing Effendy, N. 2015. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Maryani, D. 2014. Ilmu Keperawatan Komunitas. Bandung: CV Yrama Widya Widyanto, F. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Nusa Medika