Interaksi Simbolik, CMM, Expectancy Violation [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Cahyaningtyas Zara S B F1C014086 TEORI KOMUNIKASI



Review: Griffin, EM. 2004. A First Look at Communication Theory. 5th ed. New York: McGraw Hill chapter 4,5,6,7.



SYMBOLIC INTERACTIONISM (INTERAKSI SIMBOLIS)



PENGANTAR Teori Interaksi Simbolis (Symbolic Interactionism) merupakan teori yang dikemukakan oleh George Gerbert Mead (1863-1931). Cakupan dari teori ini berada dalam tataran komunikasi interpersonal, dimana proses komunikasi dilakukan antara orang per orang. Sebagian pakar berpendapat, teori interaksi simbolik, khususnya dari George Herbert Mead, berada di bawah payung teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh filosof dan sekaligus sosiolog Jerman Max Weber (1864-1920). Interaksi Simbolik ini merupakan komunikasi dalam bentuk simbol-simbol dan bertujuan untuk memaknai simbol-simbol yang dapat dimengerti dalam masyarakat. Seseorang akan bertindak setelah mengetahui makna dari orang lain, benda atau peristiwa. Dibutuhkan kemampuan berbahasa untuk memaknasi suatu objek, karena bahasa merupakan sebuah sumber makna. Interaksi Simbolis didasarkan pada



ide-ide mengenai diri dan



hubungannya dengan masyarakat. Teori ini dapat diinterpretasikan secara luas, sehingga pembahasannya menjadi lebih rinci dan jelas.



SYMBOLIC INTERACTIONISM Blumer menyatakan asumsi utama interaksi simbolik, yaitu: 1. Makna sebagai konstruksi realitas social Dalam interaksi ini manusia membentuk makna melalui komunikasi, sehingga makna yang nantinya akan dihasilkan bergantung pada bagaimana cara kita berkomunikasi. Oleh karena itu sangat penting adanya untuk kita menciptakan mankna yang sama agar



komunikasi juga dapat berjalan dengan baik. Makna juga berguna untuk menyatakan realitas sosial dalam masyarakat. Manusia akan melakukan tindakan berdasarkan makna yang diberikan atau yang ia tangkap dari orang lain. a. Bahasa sebagai sumber makna Menurut Blumer, makna tercipta dari interaksi social antar seseorang dengan orang lain. Interaksi simbolik merupakan cara kita belajar untuk menafsirkan dunia. Maka penting bagi manusia untuk mempunyai kemampuan berbahasa dalam memaknai suatu objek. Simbol adalah sebuah rangsangan yang memiliki arti dan untuk menilai orang. b. Pikiran sebagai proses pengambilan peran lain Asumsi ini menyatakan bahwa seseorang menafsirkan symbol yang ada dan mengolahnya dalam pikiran mereka sendiri. Proses ini sering disebut dengan minding, artinya adalah proses dimana seseorang berlatih dalam batin untuk gerakan berikutnya.. Manusia memiliki kapasitas untuk mengambil peran orang lain. c. Diri adalah refleksi dari cermin Konsep Diri tebentuk atas dua unsur yang saling berhubungan yaitu “I” dan “Me”. “I” adalah subjektifitas diri yang berasal dari dalam diri sendiri secara spontan. Sedangkan “Me” dibentuk berdasarkan pengaruh dari orang lain atau pengambilan dari peran orang lain. d. Komunitas adalah efek sosialisasi harapan bagi orang lain Komunitas sangat penting perannya dalam membentuk seseorang. Jika kita hanya hidup dalam komunitas keluarga tanpa berbaur dengan komunitas masyarakat lainnya maka kita akan terbentuk hanya dari anggota-anggota keluarga saja, berbeda jika kita berbaur dengan masyarakat luas, kita akan tumbuh dan berusaha mencari tau apa yang masyarakat lain lakukan, apa tindakan yang mereka maksud, dan harapan apa yang mereka harapkan dari dirinya.



CATATAN KRITIS Interaksi Simbolik ini merupakan komunikasi dalam bentuk simbol-simbol dan bertujuan untuk memaknai simbol-simbol yang dapat dimengerti dalam masyarakat. Seseorang akan bertindak setelah mengetahui makna dari orang lain, benda atau peristiwa. Dengan menggunakan interaksi simbolis, seseorang dapat menyampaikan pesan atau makna yang ia inginkan kepada



orang lain tanpa harus benar-benar mengatakan atau melakukan hal yang sebenarnya. Namun dalam kenyataannya, terkadang kita kesulitan untuk menafsirkan simbol-simbol yang orang lain berikan pada kita, sehingga tidak jarang terjadi sebuah misunderstanding atau kekeliruan dalam penafsiran makna. Bahasa yang digunakan dan perilaku yang dilakukan terkadang mempunyai makna ganda atau ambigu. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempunyai kecakapan dalam bahasa dan perilaku agar tidak terjadi kesalahan penyampaian makna atau penafsiran makna.



PENERAPAN Teori interaksi simbolik efektif diterapkan dalam konteks komunikasi interpersonal, karena sering kali dilakukan antara orang per orang secara pribadi. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, intraksi simbolik bertujuan agar para pelaku komunikasi dapat menginterpretasikan sebuah simbol ke dalam makna melalui Bahasa, baik itu simbol secara verbal ataupun simbol secara nonverbal.



CONTOH KASUS Shilla adalah anak yang pemalas, namun sebenarnya ia anak yang cerdas. Orang-orang di sekitarnya seperti teman-teman, guru, bahkan orang tuanya selalu menjuluki dia ‘Si Bodoh’ karena sifatnya yang pemalas itu. Karena perlakuan orang-orang terdekatnya sangat negative kepadanya, maka akan berpengaruh pada pembentukan konsep diri. Konsep diri sangat dipengaruhi oleh interpretasi masyarakat terhadap perilak dan sikap kita. Jika Shilla terus menerus dijulki sebagai ‘Si Bodoh’ maka konsep dirinya akan identic dengan apa yang masyarakat katanya tentangnya. Shilla menjadi masa bodoh dengan kemampuannya, ia tidak peduli dengan kecerdasan yang ia miliki. Untuk apa pintar? Toh orang lain sudah menjulukinya si bodoh walaupun sesungguhnya Shilla adalah anak yang cerdas.



THE COORDINATED MENAGEMENT OF MEANING THEORY / CMM (TEORI MANAJEMEN MAKNA TERKOORDINASI)



PENGANTAR



Teori Manajemen Makna Terkoordinasi (The Coordinated Management of Meaning Theory) adalah teori yang menjelaskan bahwa orang-orang dalam berkomunikasi berdasarkan pada aturan. Aturan tersebut tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi tetapi juga membantu dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain pada kita, , dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cakupan teori ini terdapat dalam



tataran



komunikasi interpersonal yang



dikembangkan oleh W. Barnett Pearce dan Vernon Cronen pada tahun 1980. Teori Manajemen Makna Terkoordinasi berfokus pada diri dan hubungannya dengan orang lain, serta mengkaji bagaimana seorang individu memberikan makna pada sebuah pesan.



THE COORDINATED MANAGEMENT OF MEANING THEORY Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturanaturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” A. Asumsi Manajemen Makna Terkoordinasi 1. Manusia hidup dalam komunikasi. Pearce berpendapat bahwa “komunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi lebih penting bagi manusia dari yang seharusnya”. Artinya adalah bahwa semasa hidupnya



manusia



pasti berkomunikasi, dan akan selalu hidup dalam komunikasi. 2. Manusia saling menciptakan realitas social. Kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam percakapan disebut sebagai konstruktivisme sosial. Realitas sosial mengacu pada pandangan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai dengan interaksi interpersonalnya. Realitas social yang baru akan muncul ketika ada dua sudut pandang yang berbeda antara komunikator karena mereka mempunyai realitas social yang sudah mereka alami sebelumnya. 3. Transaksi informasi tergantung pada makna pribadi dan makna interpersonal.



Makna pribadi didefinisikan sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinteraksi dengan yang lain sambil membawa pengalaman-pengalamannya yang unik ke dalam sebuah interaksi. Ketika dua orang sepakat mengenai interpretasi satu sama lain, mereka dikatakan telah mencapai makna interpersonal. B. Hirarki dari Makna yang Terorganisasi Menurut para teoritikus CMM, manusia mengorganisasikan makna secara hierarkis. Teoritikus CMM mengemukakan enam level makna, yaitu: 1. Isi : Merupakan data mentah yang dikonversikan menjadi makna. 2. Tindak tutur : Tindakan-tindakan yang dilakukan dengan cara berbicara, berjanji, memuji,dan lain-lain. Tindak tutur juga meliputi intonasi bicara, sehingga kita bisa mengetahui maksud dari si pembicara. 3. Episode : Merupakan rutinitas komunikasi yang memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas. Episode mendeskripsikan konteks di mana orang bertindak. 4. Hubungan : Merupaka kontrak kesepakatan dan pengertian antara dua orang. Level hubungan menyatakan bahwa batasan-batasan hubungan dalam parameter tersebut diciptakan untuk tindakan dan perilaku. 5. Naskah kehidupan : Merupakan kelompok-kelompok episode masa lalu dan masa kini. Kita ada saat ini tidak lain karena kita telah menjalani kehidupan di masa lalu. 6. Pola budaya: merupakan gambaran mengenai dunia dan bagaimana hubungan seseorang dengan hal tersebut. Hunungan seseorang dengan kebudayaan yang lebih besar menjadi relevan ketika menginterpretasikan makna. Hal ini menjadi penting ketika dua orang dari dua budaya berbeda berusaha memahami perkataan satu sama lain. CMM mempunyai prinsip-prinsip tersendiri, yaitu: 1. Komunikasi bukan merupakan kendaraan untuk mencapai tujuan, tapi juga membentuk identitas diri. 2. Cara penyampaian pesan lebih penting dari apa yang disampaikan. 3. Perbuatan atau tindakan yang kita lakukan pada akhirnya akan berbalik pada kita sendiri. Atau dengan kata lain, setiap tindakan yang kita lakukan akan mendapatkan ganjaran. Teori ini mempunyai konsep dasar, konsep tersebut ada 3 yaitu:



a. Koherensi : Mempunyai kesepahaman yang sama antar para komunikator. b. Koordinasi : Cara berkomunikasi dengan orang lain dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. c. Misteri : Kita melihat dunia ini lebih dari apa yang kita bayangkan.



Teori Manajemen Koordinasi Makna mengambarkan adanya perbedaan antara stories lived dan stories told. Stories lived adalah perilaku yang terkonstruksi yang kita jalani bersama orang lain sedangkan stories told adalah kata-kata naratif yang kita gunakan untuk memahami stories lived. Koordinasi berperan pada saat menyesuaikan stories lived kita dengan stories lived orang lain untuk membuat hidup menjadi lebih baik.



CATATAN KRITIS Dalam pembahasan Teori Manajemen Makna Terkoordinasi ini, cakupan pembahasan yang dijelaskan terlalu luas. Kita sulit untuk menemukan intisari yang terkandung dalam teori ini. Definisi-definisi kata yang dijelaskan dalam teori ini terlalu abstrak dan tidak tepat penjabarannya. Dalam pembahasannya, CMM menjadi sangat sulit karena pada kenyataannya contoh kasus yang terjadi lebih sederhana daripada teori yang disuguhkan.



PENERAPAN Teori Manajemen Makna Terkoordinasi efektif diterapkan dalam konteks komunikasi interpersonal. karena dalam teori ini menekankan adanya komunikasi antar pihak yang terlibat secara verbal mengenai masalah pribadi, yang kemudian dari komunikasi tersebut akan menciptakan sebuah kesepahaman baru yang dibuat untuk memunculkan adanya pembaruan pada masalah yang sebelumnya sudah muncul sehingga teori ini memberi pemahan baru tentang sebuah masalah kearah yang lebih baik.



CONTOH KASUS Contoh kasus untuk teori ini adalah penyelesaian persengketaan tanah melalui mediasi. Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral, yang



tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak. Dalam kasus ini ada sebuah tanah yang sudah mempunyai sertifikat kepemilikan oleh Pak Sarto, namun di lain tempat ada yang mengaku telah mempunyai sertifikat juga untuk tanah tersebut. Hal ini menyebabkan adanya kepemilikan ganda, sehingga dapat diselesaikan dengan cara mediasi, dimana cara tersebut tidak merugikan kedua belah pihak.



EXPECTANCY VIOLATIONS THEORY (TEORI PELANGGARAN HARAPAN)



PENGANTAR Teori Pelanggaran Harapan (Expectacy Violation Theory/EVT) adalah teori yang didasarkan pada penelitian Judee Burgoon pada tahun 1978. Cakupan teori ini adalah pada tataran komunikasi interpersonal, dimana interaksi yang terjadi dilakukan antara orang per orang dan bersifat pribadi. Teori ini secara khusus berfokus pada apa yang diharapkan orang dan reaksi mereka kepada orang lain dalam sebuah percakapan. Setiap orang memiliki harapan mengenai perilaku non-verbal orang lain, apa yang kita lakukan dalam sebuah percakapan dapat menjadi lebih penting dari apa yang sebenarnya kita katakan. Teori Pelanggaran Harapan menyatakan bahwa ketika norma-norma komunikasi dilanggar, maka pelanggaran ini dapat dipandang secara positif atau negatif, tergantung dari persepsi penerima terhadap si pelanggar. Teori ini merupakan salah satu teori komunikasi yang memberikan pemahaman mengenai kebutuhan kita akan orang lain dan juga ruang personal.



EXPECTANCY VIOLATIONS THEORY Expectancy Violations Theory (EVT) adalah teori yang



menjelaskan tentang reaksi



seseorang apabila harapannya dilanggar oleh orang lain. Teori ini menekankan pada harapan seseorang terhadap jarak dan perilaku non-verbal orang lain pada suatu kegiatan komunikasi. Perubahan tidak terduga yang terjadi dalam jarak perbincangan antara para komunikator dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan sering kali ambigu. Teori Pelanggaran Harapan



mengintegrasikan kejadian-kejadian khusus dari komunikasi non-verbal, yaitu: ruang personal dan harapan orang akan jarak ketika percakapan terjadi. A. Hubungan Ruang Proxemics adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan ruang seseorang. Cara seseorang menggunakan ruang dalam percakapan dapat mempengaruhi makna dari pesan yang ingin mereka sampaikan (Mark Knapp dan Judiht Hall, 2002). Menurut Edward Hall (1996), ada empat zona proksemik, yaitu: 1. Jarak intim : 0-18 inchi (46 cm) Contoh: hubungan suami-istri. 2. Jarak personal: 18 inchi-4 kaki (46 cm-1,2 m) Contoh: bergandengan tangan, biasanya digunakan untuk keluarga dan teman. 3. Jarak social: 4-10 kaki (1,2 m-3 m) Contoh: percakapan di antara rekan kerja. 4. Jarak public: lebih dari 10 kaki (>3 m) Contoh: diskusi formal.



B. Konsep dari Expectancy Violations Theory/EVT (Teori Pelanggaran Harapan) 1. Expectancy ( Harapan) Harapan adalah suatu pemikiran dan perilaku yang diantisipasi dalam percakapan dengan orang lain. Atau dengan kata lain, harapan menunjukkan apa yang kita prediksi, bukan apa yang kita inginkan. Harapan dipengaruhi oleh 3 aspek, yaitu: i) Konteks Konteks dimulai dari norma-norma budaya yang ada dalam suatu wilayah. Misalkan di Jerman, jarak 3 kaki antar komunikator itu terlalu dekat, sedangkan di Arab Saudi itu terlalu jauh. Latar dari sebuah percakapan juga termasuk dalam konteks, misalnya di pasar tradisional kita harus berbicara antar penjual dan pembeli lebih dekat karena situasi pasar yang ramai, sedangkan di toko biasa penjual dan pembeli dapat berbicara dalam jarak yang wajar. ii) Hubungan Faktor dari hubungan mencakup kesukaan, kesamaan, kekeluargaan, dan juga status. Contohnya seseorang yang mempunyai status lebih rendah akan menjaga jarak dengan



orang yang mempunyai status lebih tinggi walaupun mereka mempunyai umur yang sama. iii) Karakteristik Komunikator Karakteristik tersebut mencakup umur, jenis kelamin, tempat lahir, atau ciri-ciri personal.Contohnya, si B yang cuek akan menjaga jarak dengan si A yang ramah.



2. Violation Valence (Valensi Pelanggaran) Valensi pelanggaran merujuk pada penilaian positif atau negative dari sebuah perilaku yang tidak terduga. Pertama kita akan mencoba untuk menafsirkan pelanggaran tersebut, kemudian menggambarkan apakah kita menyukainya atau tidak.



3. Comunicator Reward Valence (Valensi Penghargaan Komunikator) Valensi penghargaan komunikator adalah jumlah dari karakteristik-karakteristik positif dan negative dari seseorang dan potensi bagi orang itu untuk memberikan penghargaan atau hukuman kepada pelanggar. Penghargaan dan hukuman tersebut diberikan pada orang yang dapat menyediakan hal yang kita butuh, tidak peduli kita menyukai lawan bicara kita atau tidak.



CATATAN KRITIS Teori pelanggaran harapan ini adalah suatu teori yang menjelaskan tentang reaksi seseorang apabila harapannya dilanggar oleh orang lain. Pembahasan teori ini merujuk pada komunikasi non-verbal. Setiap orang pasti mempunyai harapannya masing-masing ketika berbincang dengan orang lain, apa yang kita lakukan biasanya menjadi lebih penting daripada apa yang kita katakan. Namun dalam kenyataannya, komunikasi non-verbal sering kali ambigu dan dapat menimbulkan banyak interpretasi. Teori ini mempunyai keistimewaan tersendiri karena dapat mengungkapkan bagaimana seseorang bersikap pada pencapaian harapan-harapan yang mereka bangun. Selain itu, teori ini menawarkan suatu cara untuk menghubungkan antara perilaku dan kognisi. Tetapi di lain sisi dari kelemahan dan kelebihannya, teori ini akan terus dianggap penting dalam bidang Ilmu Komunikasi.



PENERAPAN Teori pelanggaran harapan ini efektif bila diterapkan dalam konteks komunikasi interpersonal. Karena teori ini merujuk pada perilaku non-verbal, maka biasanya dilakukan antar orang per orang secara tatap muka dan bersifat pribadi. Bersifat pribadi karena penafsiran dan penilaian kita terhadap orang lain adalah murni dari pandangan kita sendiri tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Sehingga teori ini mampu memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan kita akan orang lain dan juga ruang personal.



CONTOH KASUS Saat Belinda sedang bersantai di sebuah kafe, ia melihat ada seorang lelaki yang menarik perhatiannya. Orang tersebut berumur sekitar 20 tahun dan berpenampilan rapi. Tidak disangka ternyata lelaki tersebut mulai mengadakan kontak mata langsung dengannya. Pada awalnya mungkin Belinda merasa aneh dengan tatapan itu, tetapi karena adanya rasa tertarik dengan orang tersebut, rasa aneh itu berubah menjadi rasa nyaman. Karena Belinda belum mengenal orang tersebut, ia berekspektasi bahwa lelaki itu duduk berjauhan dengannya, namun ternyata ia duduk tepat pada kursi di depan Belinda. Belinda mulai melakukan interpretasi pada lelaki tersebut, walaupun lelaki itu melanggar harapan Belinda, namun karena Belinda tertarik dengan lelaki tersebut maka ia membiarkan hal itu terjadi, sehingga penilaian Belinda terhadap lelaki tersebut adalah positif.



INTERPERSONAL DECEPTION THEORY (TEORI PENIPUAN INTERPERSONAL)



PENGANTAR Teori penipuan interpersonal merupakan teori yang menjelaskan tentang seseorang pasti pernah melakukan kebohongan demi tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal ini yang ditekankan adalah motif mengapa orang berbohong, bukan menekankan bagaimana cara-cara untuk berbohong. Teori penipuan interpersonal ini dikemukakan oleh David Buller dan Judee Burgoon. Cakupan teori ini adalah ada dalam tataran komunikasi interpersonal, dimana para pelaku komunikasi saling berhubungan satu sama lain dan berinteraksi secara pribadi. mengatakan bahwa terkadang orang



berbohong untuk tujuan tertentu, yaitu untuk menghindarai menyakiti perasaan orang lain, untuk menunjukkan kualitas diri, atau menghindari konflik. Teori ini adalah teori yang unik karena bisa menjelaskan bagaimana seseorang memanipulasi informasi.



INTERPERSONAL DECEPTION THEORY Teori Penipuan Interpersonal adalah teori yang memandu kita saat kita berada dalam situasi genting dimana kita terpaksa untuk mengatakan sebuah kebohongan.Dalam teori penipuan interpersonal ini, seseorang melakukan kebohongan karena mereka mempunyai motif-motif tertentu, motif tersebut adalah: a. Menghindari agar tidak menyakiti perasaan orang lain. b. Menunjukkan kualitas diri. c. Menghindari konflik. Buller dan Burgoon mengemukakan terdapat tiga respon yang mungkin dilakukan apabila kita melakuakan kebohongan dan memutuskan untuk tidak memberitahu yang sebenarnya, yaitu berbohong, mengatakan sebagian kebenarannya, atau mengelak. Dalam melakukan kebohongan, para pelaku biasanya melakukan kemungkinankemungkinan berikut: a. Falsification : membuat pernyataan palsu b. Concealment : menyembunyikan kebenaran. c. Equivocation : mengelak/mengaburkan penjelasannya. Orang yang berbohong harus siap menerima respon apa yang dilontarkan oleh lawan bicara, kemudian ia bisa juga harus menyiapkan respon balik agar bisa bersikap tidak mencurigakan di mata lawan bicaranya itu. Agar si pelaku tidak terlihat mencurigakan, maka ia harus menjaga gerak-geriknya, dan membuat pernyataan senatural mungkin atau selogis mungkin. Kebanyakan orang pasti tidak bisa untuk menyembunyikan kebohongannya, terdapat tanda-tanda yang bisa dilihat seseorang saat berbohong. 1. Intensitas berkedip lebih banyak dan pupil matanya membesar 2. Ketika berbicara melontarkan banyak kesalahan 3. Banyak jeda saat berbicara 4. Suaranya meninggi



Dalam teori penipuan interpersonal, dikenal sebuah istilah ‘truth bias’, artinya adalah fakta yang diungkapkan tidak menutup kemungkinan akan diinterpretasikan secara ambigu. Orang cenderung memperhatikan kebenaran dalam interaksi interpersonal kadang dapat memiliki keraguan atas kejujuran dari omongan orang lain.



CATATAN KRITIS Teori Penipuan Interpersonal adalah teori yang lebih mementingkan motif mengapa seseorang melakukan kebohongan. Dalam teori ini dibahas mengenai bagaimana cara mendapat informasi adalah benar atau salah melalui gerak gerik atau cara penyampaian si penipu. Teori ini mempunyai keunikan tersendiri, karena dapat mengungkap dan menjelaskan bagaimana kita mengetahui bahwa sebuah informasi adalah benar atau salah. Selain itu teori ini membantu kita untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi situasi genting tanpa merugikan pihak-pihak yang ada.



PENERAPAN Teori ini efektif diterapkan pada konteks komunikasi interpersonal karena interaksi yang dilakukan melibatkan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan pribadi, yaitu si pelaku kebohongan dan juga lawan bicara yang ia bohongi. Teori ini juga dapat digunakan untuk mengetahui kebenaran informasi dengan membaca cara penyampaian pesan ataupun gerak gerik si pelaku kebohongan. Teori ini sama sekali tidak untuk diterapkan dalam konteks negative, karena teori ini hanya berlaku jika motif-motif yang kita miliki adalah untuk kebaikkan besama.



CONTOH KASUS Suatu hari Sendy meminjak novel milik Lala. Ia sangat ingin membaca novel tersebut, maka Lala meminjamkan novel itu kepada Sendy dengan syarat jika sudah selesai membaca, ia harus segera mengembalikan. Saat Sendy sedang asik membaca novel tersebut, tidak sengaja ia merobek salah satu halaman dari novel itu. Sendy merasa panic dan bingung, bagaimana ia mengatakan tentang kejadian ini pada Lala? Akhirnya Sendy memutuskan untuk membeli novel dengan judul yang sama untuk mengganti novel milik Lala. Saat Sendy mengembalikan novel itu, Lala merasakan ada yang



berbeda dari novel miliknya. Novel tersebut seperti buku baru yang baru saja dibuka dari bungkusnya. Sendy hanya mengatakan, “novel ini aku jaga dengan baik lho, La”, ia berkata sambil tersenyum aneh kemudian segera pulang. Kebohongan yang dikatakan Sendy mempunyai motif agar ia tidak menyakiti perasaan Lala, dan juga untuk menunjukkan kualitas dirinya.