Konsep Ritual Simbolik Agama [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. Konsep Ritual Simbolik Agama 2. Menganalisis kedudukan dan Fungsi Simbol dan Ritual Agama 3. Membandingkan keanekaragaman Ekspresi beragama.



1. Konsep ritual simbolik Agama Ritual merupakan bagian esensial dari kehidupan manusia. Manusia mengirim dan menerima berbagai pesan melalui ritual. Tindakan ritual turut berpengaruh pada kehidupan manusia, sebaliknya kehidupan manusia ikut mengisi berbagai tindakan ritual di dalam kehidupan sosial masyarakat. Ritus dan upacara adalah komponen penting dalam sistem religi. Ritus dan upacara dalam sistem religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia untuk berkomunikasi dan melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, Dewa -dewa, roh nenek moyang, atau makhluk gaib lainnya. Ritus atau upacara religi biasanya berlangsung secara b erulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim atau kadangkadang saja. Tergantung dari acaranya, suatu ritus atau upacara religi biasanya terdiri dari suatu kombinasi yang merangkaikan satu, dua atau beberapa tindakan, yaitu: berdoa, bersujud, bersaji, berk orban, makan bersama, berpuasa, bertapa, dan bersemedi Ritual merupakan tata cara dalam upacara atau suatu perbuatan keramat yang dilakukan oleh sekelompok umat beragama. Hal ini ditandani dengan adanya berbagai macam unsur dan komponen, yaitu: adanya wakt u, tempat dimana upacara dilakukan, alat alat upacara, serta orang-orang yang menjalankan upacara Pada dasarnya ritual adalah rangkaian kata, tindakan pemeluk agama dengan menggunakan benda -benda, peralatan dan perlengkapan tertentu, ditempat tertentu dan memakai pakaian tertentu pula Schrich mengungkapkan berbagai tipe aktivitas ritual. T ype ritual diungkapkan dalam berbagai cara, yakni; ritual mungkin religius atau sekuler, tradisional atau improvisasi, formal atau in formal, membentuk atau mengubah dan destruktif atau konstruktif. 1. Religius dan sekuler. Beberapa ritual lebih berkaitan dengan kepercayaan agama atau kosmologi 2. Tipe tradisional dan improvisasi. Ritual ini, berdasarkan tradisi dan pengulangan ritual masa lalu versus yang diciptakan untuk keadaan baru 3. Formal dan informal. Kata ritual sering dikaitkan dengan formalitas meed menekankan pentingnya menjadi sadar diri atau memiiki “ritual awarensess”,. Tindakan bukanlah ritual jika peserta tidak sadar bahwa itu adalah ritual jika formalitas adalah pers yaratan ritual 4. Kontras/konstruktif dan merusak. Ritual berdasarkan kebutuhan memuaskan semua orang versus ritual yang mengorbankan kebutuhan satu orang atau kelompok dengan 21 mengorbankan orang lain



Simbol Simbol merupakan alat atau sarana yang digunakan manusia untuk menyampaikan satu atau beberapa pesan. Manusia sebagai makhluk sosial, selalu terhubung dengan yan g lain dalam berbagai aktivitas kehidupan. Hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain atau antara kelompok dengan kelompok, m embutuhkan simbol sebagai alat komunikasi. Simbol membantu manusia untuk menyampaikan pesan yang tidak dapat dikomunikasikan secara langsung. Hubungan antara manusia dan simbol sangat erat, sebab manusia berkomunikasi atau menghubungkan dirinya dengan ya ng lain dalam berbagai cara. Ersnst Caissier, mengatakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah animal symbolicum.15 Caissier menandaskan bahwa manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan mengenal dunia secara langsung tetapi



melalui berbagai simbol. Kenya taan adalah selalu lebih daripada hanya tumpukan fakta fakta, tetapi ia mempunyai makna yang bersifat kejiwaan, di mana baginya di dalam simbol terkadang unsur pembebasan dan perluasan pemandangan. Artinya bahwa manusia pada umumnya tidak hanya hidup di d unia fisik saja, tetapi juga hidup di alam simbolis. Bahasa, mitos, seni dan agama adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan dunia simbol.



2. Menganalisis kedudukan dan fungsi simbol dan ritual agama Emile Durkheim sebagai seorang sosiolog menyelidiki dasar dari kehidupan beragama dan menemukan bahwa agama terdiri dari kenyakinan dan ritus.1 Penyelidikan tersebut membangun suatu pemahaman tentang ritual sebagai aksi atau tindakan di mana kenyakinan dan cita -cita kolektif secara bersama dihasilkan, diala mi dan diakui sebagai nyata oleh masyarakat. Bagi Durkheim, ritual adalah aturan prilaku yang meresapkan bagaimana manusia harus melakukan hal -hal sakral.2 Sakralitas yang dimaksud adalah sakralitas yang terkait dengan kenyakinan, sementara ritual dipahami terkait dengan tindakan. Ke yakinan dipahami sebagai opini atau pikiran, sementara ritual sebagai aksi atau tindakan. Dengan demikian, Durkheim membangun suatu pemahaman terhadap ritual sebagai perilaku religius, yang terwujud dalam aksi atau tindakan sese orang atau masyarakat. Durkheim memperlihatkan pemisahan atau dikotomi antara kenyaki nan dan ritual. Sementara Victor Turner sebagai seorang antropolog sosial mengatakan bahwa ritual merupakan wujud dari kenyakinan suatu kelompok masyarakat. Ba gi Turner ri tual setidaknya memiliki empat pe ranan dalam masyara kat,4 yakni; (1) Ritus menghilangkan konflik. Dalam ritus, orang -orang yang mengikuti ritus merasakan adanya kesamaan dan relasi antar pribadi. Dalam hal ini ritus menjadi penyalur rasa cemburu, iri hati, kemarahan, dan ketakutan. Perasaanperasaan itu diekspresikan ke dalam simbol -simbol. Dalam kehidupan sehari -hari perasa anperasaan negatif itu ditekan. (2) Ritus dapat mengatasi perpecahan dan membangun solidaritas masyarakat. Masyarakat itu terdiri dari o rang-orang yang beraneka ragam. Perbedaan kadang memunculkan perpecahan yang tragis, karena masing -masing m au mempertahankan keadaannya. Ritus menawarkan nilai baru dalam kehidupan masyarakat yang mampu menggugah rasa solidaritas rakya t. Tidak hanya bagi p ribadi-pribadi, tetapi juga bagi kelompok masyarakat tertentu. Caranya dengan memperkuat kembali nilai -nilai utama dan prinsipprinsip organisasi sosial. (3) Ritus mempersatukan dua prinsip yang bertentangan dalam masyarakat. Dengan ritus prinsip yang berbe da dalam masyarakat dapat diperdamaikan. (4) Dengan ritus orang mendapatkan kekuatan dan motivasi baru untuk hidup dalam masyarakat. Dengan demikian masyarakat semakin menjadi baik dan menjadi kelompok yang kuat. Nilainilai kelompok semakin diperdalam dan semakin diinternalisasi. Keempaat peranan ritus di atas memperlihatkan betapa kayanya dan pentingnya ritual dalam suatu masyarakat. Ritual di dalam masyarakat dapat mempertemukan dan mengintegrasikan berbagai pihak, khususnya pihak yang sedang berkonflik. Dengan ritual setiap pihak dapat dipulihkan dari berbagai rasa dendan dan benci untuk membangun hubungan yang baru yaitu hubungan damai dalam masyarakat.



3. Membandingkan keanekaragaman ekspresi beragama Manusia pada umumnya merasa bangga dan merasa lebih mulia karena beragama, saking bangganya manusia akan sangat mudah marah apabila ada isu -isu yang “menyinggung” keberagamaannya. Manusia cenderung mengekspresikan keberagamaannya melalui berbagai cara. Pertama, yang paling sering kita dengar adalah mengeksp resikan keberagamaan melalui verbal . Dalam kehidupan sehari -hari kita selalu menyebut nama Allah dalam pelbagai kesempatan atau aktivitas, entah saat mengobrol santai, saat berjanji kepada teman dan saat -saat lainnya Kedua, agama diwujudkan secara ornamental. Ekspresi keberagamaan secara ornamental ini misalnya dengan mendirikan rumah -rumah ibadah (Mesjid, Gereja, Vihara, Pura, Kelenteng dan sebagainya), menggunakan pernak -pernik bernuansna religi seperti misalnya : kopiah, tasbih, sorban, baju gamis , baju koko, jilbab, kalung Rosario, kalung salib, jubah, dan sebagainya. Ada juga yang memasang hiasan (Kaligrafi) ayat -a yat suci di rumah, memasang salib di rumah, menempel stiker keagamaan di mobil, memasang Pohon Natal, dan lain sebagainya. Pokoknya, d ari jauh langsung sudah kelihatan bahwa kita ini beragama tertentu, terlihat dari ornament yang kita gunakan atau kita pasang. Secara fisik, ekspresi keberagamaan ornamental ini bisa “menunjukkan” tingkat kesalehan seseorang, meskipun kadang ada juga yang kesalehan penampilan fisiknya tidak berbanding lurus dengan kesalehan perilakunya. Ketiga, agama diwujudkan secara seremonial. Berbagai kegiatan kita awali dengan sebuah seremoni atau upacara agama, baik yang singkat terdiri dari satu dua kalimat atau lebih panjang dari itu. Keberagamaan secara seremonial ini ditunjukkan dengan pera yaan hari-hari besar keagamaan (Idul Fitri, Natal, Paskah, Waisak, Nye pi, dan sebagainya), pelaksanaan ziarah rohani, retret/rekoleksi, pengkajian Kitab Suci dan lain sebagainya. Keempat, agama diwujudkan secara ritual. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengatakan arti ritual adalah hal ihwal ritus atau tata cara dalam upacara keagamaan. Keberagamaan secara ritual ditunjukkan misalnya dengan Sholat, Misa atau Kebaktian serta upacara-upacara tertentu, seperti Upacara Pembaptisan, Upacara Pemberkatan Perkawinan dan Upacara Kematian dan lain sebagainya. Seseorang yang rajin melakukan ritual keagamaan tentu adalah sosok pribadi yang terpuji dan mencerminkan yang bersangkutan taat beribadah kepada Tuhan -nya.