Ipi 252708 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013



M. Syahran Jailani, Ragam …



bahwa penelitian secara induktif lebih dapat menemukan kenyataankenyataan jamak yang terdapat dalam data, membuat hubungan peneliti dengan responden lebih eksplisit, (5) Teori dari dasargrounded theory, teori yang bersal dari bawah ke atas, (6) deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, (7) lebih mementingkan proses dari pada hasil, (8) adanya batas yang ditentukan oleh fokus, (9) adanya kriteria pengabsahan data, (10) design yang bersifat sementara, (11) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, pada dasarnya penelitian kualitatif bertumpu secara mendasar pada fenemenologi. Sementara kebudayaan, teori simbolik, etnometodologi dijadikan sebagai dasar tambahan yang melatar belakangi secara teorities penelitian kualiatatif. Seperti yang telah diuraikan diatas dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif itu berangkat dari fenomena yang ditemukan dilapangan kemudian dikembangkan pemahaman secara mendalam, alamiah, melibatkan konteks secara penuh, data dikumpulkan langsung dari partisipan langsung. Sedangkan desain penelitian kualiatatif bersifat fleksibel atau berubah-rubah sesuai dengan situasi dan kondisi data yang didapat dilapangan. Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka melalui makalah yang sederhana ini akan diulas beberapa tipe-tipe penelitian kualitatif secara umum diantaranya adalah fenomenologi, etnografi, grounded teori, dan studi kasus. Bagaimanakah masing-masing tipe itu diaplikasikan dilapangan serta metode masing-masing sehingga akan nampak perbedaan.



RAGAM PENELITIAN QUALITATIVE (Ethnografi, Fenomenologi, Grounded Theory,dan Studi Kasus) M. Syahran Jailani Abstrak Penelitian kualitatif itu berangkat dari fenomena yang ditemukan dilapangan kemudian dikembangkan pemahaman secara mendalam, alamiah, melibatkan konteks secara penuh, data dikumpulkan langsung dari partisipan langsung. Sehingga penelitian kualitatif secara memiliki beberapa tipe-tipe diantaranya adalah fenomenologi, etnografi, grounded teori, dan studi kasus. Kata kunci : Penelitian kualitatif, fenomenologi, grounded teori, dan studi kasus.



etnografi,



A. Pendahuluan Pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena (fenomeologis) tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti; perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah ( Kirk dan Miller, Jane Richie, Bogdan dan Bikley, Guba dan Lincoln). Dengan kata lain bahwa penelitian kualitatif bertitik tolak dari paradigma fenomenologis yang objektifitasnya dibangun atas rumusan tentang situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok sosial tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian. Penelitian kuailitatif memiliki sejumlah ciri-ciri sebagaimana yang ditawarkan oleh Guba dan Lincoln (1985:34-44 ) Serta Spradley (1980) Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut; (1) berlatar alamiah, hal ini dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan karena menurut Guba (1985) ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagi keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. (2) manusia sebagai instrumen (alat) penelitian, hal ini peneliti ini atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama (participation observation-pengamatan berperan serta), (3) metode kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan pengamatan, wawancara, (4) Analisis data secara induktif, penelitian yang beranjak dari hal umum sampai ke khusus dengan beberapa alasan 41



B. Fenomenologis Pada hakikatnya penelitian kualitatif mengunakan pendekatan secara fenomenologis. Artinya Peneliti berangkat kelapangan dengan mengamati fenomena yang terjadi dilapangan secara alamiah. Namun nanti yang akan membedakan masingmasing jenis penelitian itulah fokus penelitian. Apakah penelitian itu fokus kebudaya, fenomena, kasus dan sebagainya. Penelitian fenomena ini pertama dikemukakan oleh Edmund Hursserl (1859-1938) seorang filsuf Jerman. Pada mulanya penelitian ini bermula dari penelitian sosial. Ada beberapa pengertian tentang fenomenologi menurut Hursserl diantaranya yaitu: (a) pengalaman subjektif atau fenomenologikal, (b) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Hal ini dapat dipahami bahwa penelitian fenomenolgi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada pengalamanpengalaman manusia dan bagaimana manusia menginterpretasikan pengalamannya. Ditinjau dari hakekat pengalaman manusia 42



Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013



dipahami bahwa setiap orang akan melihat realita yang berbeda pada situasi yang berbeda dan waktu yang bebeda. Sebagai contoh “ perasaan” ( feeling) pada pagi ini akan berbeda pada pagi besok. Sehingga kalau kita melakukan wawancara kepada seseorang pada pagi hari akan berbeda pada pagi lainnya.Sehinga jarak, waktu, hubungan manusia, tempat tinggal akan mempengaruhi setiap pengalaman manusia. Maka metode dalam fenomenologis ini menekankan kepada bagaimana seseorang memaknai pengalamannya. Istilah fenomenologis sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti khusus istilah ini mengacu kepada pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari persfektif pertama seseorang. Ada beberapa ciri-ciri pokok fenomenologis yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis menurut Moleong( 2007:8) yaitu: (a) mengacu kepada kenyataan, dalam hal ini kesadaran tentang sesuatu benda secara jelas (b) memahami arti peristiwa dan kaitankaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi –situasi tertentu. (c) memulai dengan diam. Para fenomenologis berasumsi bahwa kesadaran bukanlah dibentuk karena kebetulan oleh sesuatu hal yang lain daripada dirinya sendiri. Demikian juga dalam kehidupan sehari hari, seseorang tidak ada kontrol terhadap kesadaran terstruktur. Analisis fenomenologis berusaha mencari untuk menguraikan ciri-ciri dunianya, seperti apa aturan-aturan yang terorganisasikan , dan apa yang tidak dan dengan aturan apa objek dan kejadian itu berkaitan. Aturan-aturan ini bukanlah sebenarnya ciri-ciri yag berdiri sendiri namun terbentuk oleh kebermaknaan dan nilai-nilai dalam kesadaran yang kita alami sebagai hal yang berdiri sendiri dari kita. Para fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi – situasi tertentu. Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti.Dalam hal ini ditekankan pada aspek subjektif dari prilaku orang. Dimana para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Para fenomenologis percaya bahwa pada makhluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain . Pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan. Sebagaimana yang telah dipaparkan bahwa langkah pertama dalam melakukan penelitian fenomenologi adalah meneliti fenomena 43



M. Syahran Jailani, Ragam …



yang akan dikembangkan. Selanjutnya peneliti mengembangkan pertanyaan penelitian. Dalam mengajukan pertanyaan penelitian ada dua hal yang perlu dipertimbangkan yaitu : (a) apakah unsur yang penting dari pengalaman atau perasaan, (b) apakah keberadaan pengalaman menentukan hakikat manusia. Sumber data dari penelitian ini adalah fenomena yang sedang dipelajari yang berupa pengalaman subjek yang diteliti. Data akan dikumpulkan melalui wawancara langsusng, observasi, menggunakan video, catatan lapangan. Data yang dikumpulkan diperoleh dari wawancara mendalam antara peneliti dengan informan (subjek). Sebagai contoh dari penelitian fenomenologi ini dibidang pendidikan seperti fenomena pengajaran disekolah, dimana peneliti melihat proses pengajaran X disekolah apa, kenapa, bagaimana proses itu dilakukan oleh pendidik, peserta didik, dan sebagainya. Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologi adalah sebuah penelitian yang mengamati tentang fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia Dimana para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. C. Etnografi Istilah ethnos dalam bahasa Yunani adalah orang, ras, atau budaya sekelompok orang (A.D Smith 1989 dalam Denzin, 1994:25) Kalau “ethno” sebagai awalan digabungkan dengan graphic sehingga membentuk etnographic yang merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji budaya sekelompok orang. Penelitian Etnografi bermula dari penelitian antropologi yang mengamati budaya di suatu tempat. Hal ini dilakukan oleh para peneliti awal seperti Taylor, Frazer, Morgan sekitar abad 20. Dimana penelitian lapangan ini hanya terfokus pada perkembangan budaya di suatu daerah. Selanjutnya penelitian ini terus berkembang (modern 1915-1925). Racliffe-Brown dan Malinowski mengembangkan penelitian etnografi ini yang menekankan kepada kehidupan masa kini oleh anggota masyarakat yaitu way of life suatu masyarakat. Dimana penelitian ini berusaha mendiskripsikan dan membangun struktur sosial budaya suatu masyarakat dan membandingkan sistem sosial dalam rangka mendapatkan kaidah –kaidah umum tentang masyrakat. Dalam etnografi modern, bentuk sosial dan budaya masyarakat dibangun dan dideskripsikan melalui analisis dan nalar sang peneliti. Struktur budaya yang dideskripsikan adalah struktur sosial dan budaya masyarakat tersebut menurut interprestasi sang peneliti. 44



Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013



M. Syahran Jailani, Ragam …



Selanjutnya penelitian etnografi ini terus berkembang yang disebut Etnografi baru (1960-an). Penelitian ini dikembangkan oleh Spradley. Dimana penelitian ini menekankan kepada usaha untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Jadi bentuk sosial dan budaya disini menurut aliran baru adalah susunan yang ada dalam fikiran (mind) anggota masyarakat tersebut) dan tugas peneliti mengoreknya keluar dari fikiran mereka. Budaya suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang ahrus diketahui dan dipercayai seseorang agar dia dapat berprilaku sesuai dengan cara yang diterima masyarakat. Budaya bukanlah hanya suatu fenomena material seperti benda-benda, manusia, prilaku, atau emosi. Tugas etnografi adalah menemukan dan menggambarkan organisasi fikiran tersebut. Jalan yang paling utama dalam memahami suatu budaya dengan mempeajari bahasa suatu budaya tersebut. Berangkat dari penjelasan diatas, maka penelitian etnografi merupakan pekerjaan mendiskripsikan suatu kebudayaan dari sekelompok orang. Artinya memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Malinowski dalam Spradley (1997:3), dimana tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Dengan arti lain adalah etnografi mempelajari masyarakat dan belajar dari masyarakat. Kemudian kebudayaan sebagai objek dari penelitian etnografi merupakan pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok –kelompok masyarakat tertentu seperti custom (adat) atau cara hidup masyarakat s. Dimana pola tingkah laku, adat, dan pandangan masyarakat, semua dapat didefenisikan,dan diinterprestasikan,dan dideskripsikan dari berbagai perspektif. Dari paparan ini dapat dipahami bahwa pemahaman terhadap suatu budaya akan berbeda pada setiap orang yang berbeda budaya. Hal ini dapat dilihat dari contoh bahwa keinginan untuk menolong seseorang akan berbeda makna dengan orang lain yang berbeda budaya. Maka penelitian etnografi ini meneliti tingkah laku namun lebih dalam dari itu menyelidiki makna tingkah laku itu sendiri. Konsep kebudayaan sebagai sistem simbol yang mempunyai makna sebuah teori berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan makna Interaksionalisme simbolik. Berdasarkan konsep tersebut Blummer (1969 dalam Spradley: 1997: 7) menawarkan tiga premis sebagai landasan teori dari etnografi yaitu: (a) Manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal kepada mereka. (orang, kerumunan 45



orang, berinteraksi atas dasar makna yang terkandung dalam diri mereka sedangkan lokasi, waktu, tingkah laku, alat adalah simbol yang mempunyai makna khusus) (b) Makna berbagai hal berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. (c) Makna ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses penafsiran yang digunakan oleh orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dihadapi. Kemudian bagaimana mengambil kesimpulan tentang budaya itu sendiri, Spradley menawarkan solusi dari tiga sumber sebagai berikut : (a) dari yang dikatakan orang, (b) dari cara orang bertindak, dan, (c) dari berbagai artefak yang digunakan orang ( cuci tangan sebelum makan, jangan berenang setelah makan, dll) . Pengetahuan budaya itu dapat disampaikan secara ekplisit dan implisit ( Spradley:1997:10). Secara eksplisit yaitu makna budaya yang didapat langsung dari masyarakat yang menggunakan budaya tersebut melalui bahasa yang digunakan. Sedangkan secara implisit, seorang peneliti harus mengamati, mewawancarai, mencatat secara berulang. Ada beberapa hal yang perlu dipahami oleh seorang etnografer dalam melakukan penelitian budaya yaitu: (a) bahasabahasa apa yang akan digunakan dalam mengumpulkan data dari informan karena langkah awal dari penelitian etnografi adalah mempelajari bahasa dari kelompok masyarakat yang akan diteliti, (b) Informan- kriteria informan yang sesuai dengan fokus penelitian, (d) Lapangan penelitian, (e) cara meneliti ( Alur penelitian maju bertahap- The development Reseach Sequence). Berdasarkan cara meneliti Spradley menawarkan langkah-langkah sebagai berikut: ( adapun langkah-langkah ini akan dibahas lebih lanjut pada topik yang relevan) 1. mengidentifikasi budaya yang akan diteliti 2. mengidentifikasi hal-hal yang muncul dalam budaya 3. Kajian teori 4. memasuki lapangan 5. penegelompokan budaya 6. memeproleh informan 7. mendapatkan data 8. analisa data 9. menggambarkan budaya 10. mengembangkan teori Lebih lanjut diungkapkan bahwa ada 2 hal yang mendasar dalam pendekatan kebudayaan ini yaitu secara emic dan etic. Pendekatan ”emic” yaitu penelitian melibatkan perilaku dari budaya itu sendiri, sedangkan dari segi ”etic” yaitu mengkaji perilaku dari luar budaya dan menganalisa persamaan dan perbedaan antar 46



Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013



M. Syahran Jailani, Ragam …



budaya. Langkah mengumpulkan data bisa dilakukan dengan interview dan partipation- observation( pengamatan berperan serta). Adapun tujuan menggunakan pendekatan etnografi berguna untuk memahami rumpun masyarakat sehingga dengan adanya kajian etnografi ini dapat memberikan informasi teori-teori ikatan budaya, menemukan teori grounded, memahami masyarakat yang kompleks, serta memahami prilalaku manusia. Tujuan selanjutnya adalah melayani manusia. Adanya anggapan bahwa para etnogafer hanya mencari keuntungan dari objek telitiannya tanpa memberikan kontribusi apapun dari hasil penelitiannya. Dengan kata lain, setelah peneliti mendapatkan data dari masyarakat, mereka ditinggalkan begitu saja Lalu apa yang harus dilakukan oleh peneliti etnografer yaitu berusaha mengsinkronisasikan kedua hal tersebut. Data didapatkan dan adanya sumbangsih kepada informan. Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian yang menggunakan pendekatan etnografi adalah penelitian yang mempelajari masyarakat dan belajar dari masyarakat serta mempelajari makna yang ditimbulkan oleh budaya tersebut. Hal ini bisa dari bahasa, tingkah laku, dll. D. Grounded Teori ( teori dari dasar) Penelitian Grounded theory pertama dikemukakan oleh Glaser dan Strauss pada tahun 1960-an. Menurut Denzin (1994: 273), pada hakikatnya penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan seperangkat prosedur sistematik untuk mengembangkan teori (theory development) dari dasar yang diperoleh secara induktif tentang suatu fenomena. Teori berasal dari bawah dalam suatu pengamatan sampai menjadi istilah. Grounded theory merupakan proses yang cukup rumit. Dimana penelitian dimulai dengan memunculkan pertanyaan umum. Sewaktu peneliti mulai mengumpulkan data, konsep teorities diidentifikasikan.. Hal mendasar dari penelitian ini adalah bahwa suatu teori harus muncul dari data atau dengan kata lain suatu teori harus dari bawah. Grounded teori mempersyaratkan bahwa teori muncul dari data. Adapun ciri-ciri dari penelitian grounded theory ini adalah sebagai berikut: (a) data diperoleh dari dasar, (b) data harus sesuai dengan fenomena, (c) dipercaya dari segi kenyaataan sehari-hari. Dimana peneliti mengamati, mengumpulkan data, mengorganisasikan data dan membentuk teori dari data pada waktu yang bersamaan Data yang diperoleh dibandingkan dengan data yang lain. Data yang diperoleh dari interview, observasi, dan rekaman.



47



Berangkat dari ciri-ciri tersebut maka penelitian grounded theory memiliki beberapa strategi ( Moleong : 2007:27) yaitu : (a) koding, (b) memoing, (c) menyaring , dan (d) diagram terpadu. Koding adalah proses membuat kategorisasi data kualitatif dan menguraikan implikasi dan rincian dari kategori-kategorinya. Misalnya kode sederhana ( penghilangan rasa pedih) “ ketika saya ngilu sendi, saya menelan aspirin. Setelah beberapa saat saya merasa baik”. Dari ungkapan ini ada beberapa kode yang didapatkan yaitu : Kondisi = rasa ngilu Fenomena = ngilu sendi Strategi = aspirin. Konsekuensi = merasa lebih baik. Menurut Glasser (1998), memoing (memo) adalah proses mencatat pemikiran-pemikiran dan gagasan dari peneliti sewaktu hal itu muncul selama penelitian. Sedangkan diagram terpadu dan sesi digunakan untuk menarik seluruh rincian menjadi satu, untuk membantu agar data menjadi berarti dengan mengarahkan diri kepada teori. Dari ulasan singkat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian grounded theory beranjak dari pengembangan teori dari dasar Grounded theori mempersyaratkan bahwa teori muncul dari data, namun tidak melihat hal itu sebagai bagian yang terpisah. Pengumpulan data, analisis dan formulasi teori dianggap sebagai sesuatu yang berkaitan , dan pendekatan memasukan prosedur secara eksplisit. Pertanyaan penelitian adalah terbuka dan umum. E. Studi kasus Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelahaannya kepada satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendeteil, dan komprehensif. Pendekatan studi kasus pada hakikatnya terfokus kepada kasus ( case). Kasus-kasus ini dapat diperoleh dari kasus yang unik, konteks khusus, isu- isu yang sedang berkembang, budaya, alamiah, holistic, fenomena dan lainlain. Penelitian studi kasus ini biasa dilakukan pada pendekatan kualiatatif dan kuantitatif. Kasus itu sendiri adalah suatu kesatuan kompleks beroperasi di dalam sejumlah konteks, mencakup phisik, ekonomi, etis. Kasus itu sendiri bisa simpel dan bisa kompleks. Studi kasus itu sendiri bisa proses pembelajaran atau hasil proses pembelajaran. Perbedaan Prinsip antara studi kasus dan penelitian lain adalah bahwa fokus perhatian adalah kasus yang individu dan bukan keseluruhan populasi kasus. Studi kasus terfokus kepada sistem terikat (bounded system) biasanya dibawah kondisi alamiah sehingga sistem dapat dipahami di dalam lingkungannya(Stake, 48



Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013



1988 Sebagai contoh latar belakang kehidupan sesorang dan lingkungan seseorang pecandu norkoba, kehidupan intern sebuah gang, pembentukan melitansi pada sebuah kelompok radikal, faktorfaktor yang melatarbelakanggi tingginya swadaya pembangunan di suatu desa, merupakan beberapa contoh dari topik telaahan suatu studi kasus. Langkah-langkah penelitian pada studi kasus sama dengan penelitian kualitatif karena pada hakekatnya penelitian kasus adalah bagian dari penelitian kualitatif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian studi kasus menurut Denzin (1994: 244) adalah sebagai berikut: (a) membatasi kasus, menentukan objek dari penelitian, (b) meyeleksi fenomena-fenomena, tema atau isu (sebagai pertanyaan penelitian, (c) menentukan pola data untuk mengembangkan isu, (d) obsevasi triangulasi, (e) menyeleksi alternatif interpretasi, (f) mengembangkan kasus yang telah ditentukan. F. Penutup Dari uraian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologis, etnografi, grounded teori dan studi kasus yaitu pada hakektanya kesemua penelitian itu beranjak dari fenomena yang terjadi dilapangan. Yang membedakannya satu sama lainnya adalah fokus penelitiannya. Fenomenologi fokus kepada fenomena. Etnografi kepada budaya yang terjadi lingkungan masyarakat. Sementara grounded teori adalah data yang diperoleh dari dasr yang diperoleh secara induktif. Terakhir adalah studi kasus yang focus penelitiannya pada kasuskasus yang terjadi dilingkungan masyarakat baik individu maupun kelompok. .Fenomenologis menekankan kepada fenomena, gejala yang timbul atau terjadi dalam masyarakat secara nyata dimana peneliti terjun kelapangan bebas dari proposisi, teori yang ada. Sementara Etnografi menekankan kepada budaya sekelompok masyarakat. Grounded theory teori yang ditarik secara induktif dari penelitian fenomena yang mewakili, dimana peneliti tidak memulai dengan suatu teori namun dimulai dari wilayah penelitian



49



M. Syahran Jailani, Ragam …



DAFTAR PUSTAKA



Denzin, Norman K. & Lincoln, Yvonna S. (Eds.). 1994. The Handbook of Qualitative Research Thousand Oaks, CA: Sage Glaser BG, Strauss 1967. A Discovery of Grounded Theory. Strategies for Qualitative Research. Sociology Press Glaser BG. 1998. Doing Grounded Theory - Issues and Discussions. Sociology Press, Moleong, Lexy.J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; PT Remaja Rosdakarya Offset Spradley James. P. 1980. The Ethnographic Interview. Random House. .



50



New York;