Isi Laporan Kelar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Pendidikan Tenaga Kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan kesehatan secara Nasional merupakan salah satu elemen penting dalam mewujudkan Indonesia sehat. Pendidikan Tenaga Kesehatan bertujuan menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan untuk mencapai Indonesia Sehat. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat harus dapat disajikan dalam bentuk pelayanan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu peran rujukan kesehatan baik Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) maupun Rumah Sakit dan bentuk pelayanan lainnya harus ditingkatkan. Pelayanan kesehatan di bidang laboratorium Kesehatan merupakan salah satu unsur upaya kesehatan rujukan dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan menyeluruh. Untuk memenuhi tututan mesyarakat terhadap peleyanan kesehatan yang semakin meningkat baik jumlah maupun mutunya, maka peran laboratorium kesehatan baik dalam bentuk rujukan kesehatan maupun bantuk lainnya harus dikembangkan dan ditingkatkan.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



1



Dilain pihak, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat dengan peralatan yang canggih khususnya di bidang laboratorium kesehatan memerlukan pengelolaan manajemen dan penenganan operasional yang memadai. Untuk itu harus disediakan tenaga yang memiliki dasar ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam usaha meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan keterampialn gara supaya tenaga analis kesehatan dapat mengatisipasi perkembangan IPTEK. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi , maka tujuan yang dimaksud adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian. Penerapan sikap yang baik sebagai tenaga kesehatan, kemampuan untuk bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain dan cara mengenal, menghadapi, memahami dan memecahkan masalah yang terjadi di lapangan, tidak diberikan di institusi pendidkan secara khusus, untuk itu praktek kerja lapangan merupakan cara terbaik untuk menerapkan penegtahuan dan keterampilan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan. Praktek kerja lapangan merupakan masa orientasi bagi mahasiswa sebelum langsung bekerja di masyarakat. Disisi lain praktek kerja lapangan juga digunakan sebagai sarana informasi terhadap dunia pendidikan dapat mengembangkan diri sesuai denagn kebutuhan masyarakat. Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



2



B. TUJUAN PELAKSANAAN PKL Praktek Kerja Lapangan (PKL) bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar dan keterampilan kepada mehasiswa agar memperoleh hasil yang efesien, efektif, dan optimal dalam memperoleh, mengelolah, menganalisa data/ informasi serta menginterpretasikan hasilnya pada saat intervensi kepada masyarakat yang pada prinsipnya sebagai berikut : 1.



Memberikan



kesempatan



kepada



mahasiswa



untuk



memberikan



pengalaman bekerja yang nyata dan langsung secara terpadu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di bidang laboratorium. 2.



Mengenal



kegiatan-kegiatan



penyelenggara



program



kesehatan



masyarakat secara menyeluruh baik di tinjau dari aspek administrasi, teknis maupun sosila budaya. 3.



Menumbuh kembangkan dan menetapkan sikap etis, prosionalisme dan Nasionalisme yang diperlukan mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja sesuai bidangnya.



4.



Meningkatkan,



memperluas



dan



menetapkan



proses



penyerapan



teknologi baru (IPTEK) dari lapangan kerja ke institusi atau sebaliknya. 5.



Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbiaki dan mengmbangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pembelajaran pada Prodi D-3 Analis Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur Makassar.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



3



6.



Dari tujuan diatas diharapkan mahasiswa setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dapat dijadikan bekal dalam mengabdikan diri di masyarakat.



C. MANFAAT PKL 1.



Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat menimba pelajaran praktis dari lapangan dan membandingkan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang sesungguhnya. Sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kompetisi pasca pendidikan.



2.



Bagi Jurusan Jurusan



Analis



Kesehatan



Fakultas



Kesehatan



Masyarakat



Universitas Indonesia Timur Makassar dapat memperkaya khasanah dunia kerja melalui informasi yang diperoleh dari lapangan. Sehingga dapat melakukan penyesuain materi perkuliahan terhadap tututan dunia kerja yang pada akhirnya dapat menghasilkan sarjana yang lebih kompetitif. 3.



Bagi rumah sakit/ laboratorium kesehatan Balai Besar Laboratorium Kesehatan sebagai lokasi PKL mahasiswa mendapatkan bantuan tenaga yang masih memilki idealisme dan penuh ilmu-ilmu yang baru.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



4



BAB II KEADAAN UMUM



A. Uraian Umum Tentang Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar 1.



Sejarah singkat Pada



tahun



1929



Pemerintah



Belanda



mendirikan



LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH yang terletak di jalan Jendral sudirman 5 Ujung Pandang. Pada tahun 1946 Laboratorium Kesehatan Daerah diserahkan ke Pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Dr.Woworuntu Samuel Wellel Tanamal, beliau menemukan metode cara membedakan Vibrio cholera dan Eltor dan metode pengecatan pemeriksaan Virus Rabies. Tahun 1986 Laboratorium Kesehatan Daerah berubah nama menjadi BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN



berdasarkan



Keputusan



MENKES



No.78/MENKES/SL/XI/86. Pada tahun 1995 Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan berpindah lokasi ke jalan Perintis Kemerdekaan Km. 11 Tamalanrea Makassar. Pada tanggal 31 Juli 2006 Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan ditingkatkan statusnya menjadi BALAI BESAR



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



5



LABORATORIUM



KESEHATAN



MAKASSAR



bardasarkan



Keputusan MENKES RI.: 558. MENKES/VII/2006. Tanggal 25 September 2008 Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar memperoleh sertifikat Akreditasi ISO 17025 dari komite Akreditasi Nasional / KAN No.LP-400-IDN. Badan layanan umum : Kep.Mentri Keuangan No.56/KMK.05?2010 tanggal 5 februari 2010. Dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan masyrakat akan pelayanan



laboratorium



yang



lebih



baik



dan



terpercaya



serta



mengantisipasi rea globalisasi yang penuh dengan persaingan bebas, maka keberadaan Balai Besar Labiratorium Kesehatan Makassar dalam pelayanan kesehatan khusunya pemeriksaan laboratorium kesehatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hasil pemeriksaan laboratorium penting dalam penentuan diagnosis, prognosis, terapi, monitoring terapi, dan pencegahan penyakit. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan Laboratorium rujukan untuk wilayah Indonesia Bagian Timur (Sulawesi, Maluku, Papua), dengan tugas dan fungsi selain untuk pemeriksaan laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat, juga untuk pemantapan mutu, jejaring kerja dan kemitraan, rujukan,



pendidkan



dan



pelatihan



teknis



serta



penelitian



dan



pengembangan sudah terakreditasi ISO/IEC 17025:2005. Pemeriksaan laboratorium (klinik, kesehatan masyarakat) di Balai Besar



Laboratorium



Kesehatan



Makassar



senatiasa



mengikuti



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



6



perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ilmu kedokteran yang berkembang sedemikian pesat, dengan menggunakan tenaga yang professional, peralatan canggih (automatic analyzer, polymeraze Chain Reaction (PCR) ) yang memungkinkan pemeriksaan menjadi lebih capat dan akurat serta mutu yang dapat dipercaya, sesuai Visi dan Misi Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar. Memberikan pelayanan laboratorium Kesehatan : a.



Hematologi, Kimia Klinik, urinalisa



b.



Immunologi



c.



Mikrobiologi



d.



Kimia Kesehatan/Lingkungan



e.



Toksikologi



f.



Pemeriksaan Narkoba



g.



Pembuatan Media dan Reagensia



h.



Penelitian



i.



Pemeriksaan TKI



j.



Rujukan Kawasan Indonesia Timur



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



7



2.



Visi dan Misi a.



Visi “ Menjadi pusat rujukan dan uji kualitas laboratorium yang handal di Kawasan Timur Indonesia “



b. Misi 1) Melaksanakan pelayanan Laboratorium Kesehatan melalui jejaring dan kemitraan 2) Melaksanakan uji kualitas pelayanan Laboratorium Kesehatan di wilayah binaan 3) Meningkatkan profesionalisme dan kulitas sumber daya Laboratorium Kesehatan 3.



Tugas



Pokok



dan



Fungsi



Berdasarkan



SK



MENKES



No.558/MENKES/PRE/VII/2006 Tanggal 31 Juli 2006 a.



Kedudukan 1) Unit pelayanan teknis Depkes dibidang laboratorium kesehatan 2) Bertanggung jawab kepada dirjen Bina Upaya Kesehatan 3) Teknis Fungsional dibina oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan



b. Tugas pokok 1) Melaksanakan pelayanan laboratorium klinik 2) Melaksanakan pelayanan uji kesehatan dan laboratorium kesehatan masyarakat



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



8



3) Melakukan pemberian bimbingan teknis dibidang laboratorium kesehatan c.



Fungsi 1) Pelaksanaan pelayanan laboratorium klinik, uji kesehatan dan laboratorium kesehatan masyarakat 2) Pemantauan,



analisis



dan



evaluasi



pemantapan



mutu



laboratorium kesehatan 3) Pelaksanaan bimbingan teknis laboratorium kesehatan di wilayah kerja 4) Pelaksanaan sistem rujukan laboratorium kesehatan 5) Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan dibidang laboratorium kesehatan 6) Pelaksanaan urusan keuangan dan administrasi umum Balai Besar Laboratorium Kesehatan.



B. SARANA DAN PRASARANA 1.



Sarana Dalam upaya menunjang oprasional pelayanan, maka BBLK dilengkapi oleh : a.



Gedung utama dan ruang tunggu



b.



Administrasi dan kepala balai



c.



Loket pengambilan specimen dan kantin



d.



Wisma 2 unit



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



9



2.



e.



Mushollah



f.



Pos keamanan



g.



Generator dan gudang logistic



h.



Garasi



i.



Gedung aula baru



j.



Tempat parkir



k.



Taman



Prasarana a.



Pelayan penunjang medik 1) Instalasi radiologi 2) Instalasi patologi 3) Instalasi immunologi 4) Instalasi mikrobiologi 5) Instalasi kimia kesehatan/lingkungan 6) Instalasi toksikologi



b. Pelayanan penunjang non-medik 1) Instalasi avian influenza 2) Instalasi kandang hewan percobaan



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



10



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



11



BAB III PEMERIKSAAN LABORATORIUM



Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar sebagai pusat laboratorium di Makassar dan pusat rujukan di kawasan timur Indonesia memilki beberapa instalasi non-medik. Instalasi laboratorium yang terdapat di BBLK Makassar yaitu: I.



Instalasi pengambilan sampel/specimen Merupakan instalasi yang bertanggung jawab dalam pengambilan sampel seperti pengambilan sampel urine, sputum, darah vena, sperma, air (kebutuhan pemeriksaan kimia kesehatan dan mikrobiologi), minuman dan makanan.



II. Instalasi media dan reagensia Merupakan instalasi yang bertanggung jawab dalam pembuatan media dan reagensia. III. Instalasi kimia kesehatan/lingkungan Merupakan instalasi yang bertanggung jawab dalam pemeriksaan kimia air, makanan, minuman, dan narkoba. IV. Instalasi mikrobiologi Merupakan instalasi yang bertanggung jawab dalam pemeriksaan bakteriologi dan parasitologi.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



12



V. Instalasi immunologi Merupakan instalasi yang bertanggung jawab dalam pemeriksaan immunoserologi. VI. Instalasi patologi Merupakan instalasi yang bertanggung jawab dalam pemeriksaan hematologi, kimia klinik, dan urinalisa. VII. Instalasi virology Merupakan instalasi yang bertanggung jawab dalam periksaan virologi.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



13



BAB IV PROSEDUR PEMERIKSAAN



INSTALASI PENGAMBILAN SPESIMEN



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



14



Dalam menentukan penyakit atau diagnosis, membantu diagnosis, prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor pengobatan atau memantau jalannya penyakit, dokter melakukan pemeriksaan laboratorium atau tes laboratorium yaitu pemeriksaan specimen atau sampel yang diambil dari pasien. Prosedur tetap penanganan specimen adalah prosedur baku yang dibuat oleh petugas atau pemimpin laboratorium yang membuat aspek tata cara melakukan penerimaan, pemberian identitas, penyimpanan specimen rujukan yang telah dibakukan dan pemeriksaan sampel yang dilaksanakan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar. 1.



Pemberian Identitas Spesimen a.



Pemberian



identitas



specimen



dilaksanakan



oleh



petugas



laboratorium. b.



Identitas yang lengkap ditulis pada buku registrasi sesuai dengan formulir permintaannya.



c.



Pemberian identitas pada wadah sampel (tabung reaksi, botol, slide) berupa nomor registrasi lab, yaitu dengan menggunakan spidol permanent yang ditulis langsung pada wadah specimen.



2.



Pengambilan Spesimen Pada pasien rawat jalan atau rujukan : a.



Dilaksanakan oleh petugas laboratorium.



b.



Pasien dipanggil sesuai nomor urut registrasi.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



15



c.



Konfirmasi persiapan pasien sesuai permintaan klinis (misalnya puasa).



d.



Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan misalnya : needle, tourniquet, tabung vacumtainer, holder, kapas alcohol 70%, pot sampel urine, pot sampel sputum, dan pot sampel feces.



e.



Memberi label atau kode pada wadah yang sudah disiapkan sesuai dengan nomor registrasi lab.



f.



Mengatur posisi pasien, duduk atau berbaring untuk spesimen darah vena.



g.



Memberikan penjelasan – penjelasan seperlunya pada pasien.



h.



Melakukan pengambilan specimen secara benar.



i.



Specimen yang sudah diambil dimasukkan kedalam wadah yang sudah diberi nomor registrasi.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



16



Cara Pengambilan Sampel Darah Vena I.



Pengertian



: Suatu cara pengambilan darah pada pembuluh darah vena (mediana cubiti) yang cukup besar, jelas dan letaknya superfacial.



II.



Tujuan



: Untuk kebutuhan pemeriksaan imunologi, hematologi dan kimia darah.



III.



Metode



: Close sistem



IV.



Alat dan Bahan



:



1.



2.



Alat a.



Tabung vaccum



b.



Holder



c.



Pembendung / torniquet



d.



Jarum / needle vaccum tainer



e.



Plester obat



f.



Label nama



Bahan Kapas alcohol 70 %



V.



Prosedur Kerja



:



1.



Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.



2.



Memasang jarum / needle pada holder dengan erat.



3.



Mencocokkan data pasien dengan lembar permintaan yang di bawah.



4.



Di pilih bagian vena median cubital atau chepalic dan melakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



17



5.



Pasang tornikuet pada lengan pasien kira-kira 10 cm pada lipatan siku.



6.



Tempat yang akan di tusuk di bersihkan dengan kapas alkohol 70% dan biarkan sampai kering.



7.



Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan kiri supaya vena tidak bergerak.



8.



Menusuk bagian vena dengan lubang jarum / needle menghadap ke atas.



9.



Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian positerio tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung.



10. Tornikuet / karet pembendung di lepas dan pasien di minta membuka kepalan tangannya sementara darah mengalir kemudian di tunggu sampai darah berhenti mengalir. 11. Letakkan kapas alkohol di tempat jarum dan segera lepaskan / di cabut jarum. 12. Pasien di minta menekan kapas selama beberapa menit sebelum di tempel plaster. 13. Tabung yang berisi darah di beri etiket. 14. Needle / jarum yang telah di pakai di buang ke limbah medis.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



18



Cara Pengambilan Sampel Urine I.



Pengertian



: Pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan fakta – fakta tentang ginjal dan saluran urine, tetapi juga mengenai hal berbagai organ dalam tubuh kita seperti hati, saluran empedu, pancreas, cortex, dan adrenal. Sampel urine harus sesuai dengan tujuan pemeriksaan.



II.



Tujuan



: Untuk kebutuhan pemeriksaan urinalisa dan kimia kesehatan (Narkoba).



III.



IV.



Alat dan Bahan



:



1.



Pot Urine yang bermulut lebar (± 6cm), bersih dan kering



2.



Label



3.



Alat tulis



Prosedur Kerja



:



1.



Menyiapkan pot urine yang bersih dan kering



2.



Memberikan etiket pada pot urine



3.



Memberikan penjelasan kepada pasien cara menampung urinenya



4.



Pot urine yang sudah di beri etiket di berikan kepada pasien



5.



Memperhatikan keadaan atau kondisi urine dan volume urine



Cara Pengambilan urine tengah ( mistrim ) : 1.



Di jelaskan pada pasien untuk mengambil urine tengah



2.



Urine pertama di buang



3.



Urine tengah di tampung



4.



Urine yang terakhir keluar di tampung.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



19



Cara Pengambilan Sampel Feces I.



Pengertian



: Feces untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan jika pemeriksaan sangat diperlukan boleh juga sampel tinja diambil dengan jari bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasanya dipakai feses sewaktu dan hendaknya feses diperiksa dalam keadaan segar kalau dibiarkan mungkin sekali unsure -unsur hara dalam tinja itu menjadi rusak.



II. Tujuan



: Untuk kebutuhan pemeriksaan parasitologi (Telur cacing)



III. Alat dan Bahan



:



1.



Pot sampel feces yang bermulut lebar (± 6cm)



2.



Label



3.



Alat tulis



IV. Prosedur Kerja



:



1.



Di siapkan pot sempel feces yang bersih dan kering



2.



Di berikan etiket / label pot sampel feces



3.



Memberikan penjelasan kepada pasien cara menampung atau pengambil bagian feces yang bagus untuk diperiksa



4.



Pot sampel feces yang sudah di beri etiket / label di berikan kepada pasien



5.



Di perhatikan keadaan atau kondisi dari sampel feces tersebut.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



20



Cara Pengambilan Sampel Sputum I.



Pengertian



:



Sputum, dahak atau riak adalah secret yang batukkan dan berasal dari bronchi. Sebaiknya sebelum mengambil sampel sputum ini penderita diminta agar bisa berkumur terlebih dahulu sebelum mengeluarkan sputumnya. Sputum bisanya diambil dengan cara SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu), yaitu: 1.



Sewaktu Sampel pertama kali diambil pada saat pasien pertama kali datang ke laboratorium untuk pemeriksaan.



2.



Pagi Petugas memberikan wadah bermulut lebar dengan tutupnya dan digunakan untuk menampung sputum pagi (sputum yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari).



3.



Sewaktu Saat pasien mengantarkan sputum paginya, pasien diberikan lagi wadah untuk menampung sputum sewaktunya.



Jika dari ketiga sampel terdapat 2 sampel wadah yang positif maka pasien bisa dinyatakan positif namun jika hanya satu sampel saja yang positif maka itu tidak berarti positif. II. Tujuan



: Untuk kebutuhan pemeriksaan bakteriologi.



III. Alat dan Bahan



:



1.



Pot sampel feces yang bermulut lebar (±6cm)



2.



Label dan Alat tulis



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



21



IV. Prosedur Kerja



:



1.



Di siapkan pot sempel feces yang bersih dan kering.



2.



Di berikan etiket / label pot sampel sputum.



3.



Memberikan penjelasan kepada pasien cara menampung atau pengambil bagian sputum yang bagus untuk diperiksa.



4.



Pot sampel sputum yang sudah di beri etiket / label di berikan kepada pasien.



5.



Di perhatikan keadaan atau kondisi dari sampel sputum tersebut.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



22



INSTALASI MEDIA DAN REAGENSIA



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



23



Pembuatan Media LB (Lactose Broth) 0,5 % I.



Pengertian



: Untuk pertumbuhan bakteri colliform dengan melihat jumlah terdekat bakteri dalam setiap 100 ml yang di kenal dengan MPN (Most Probable Number).



II. Alat dan Bahan 1.



2.



Alat a.



Erlenmeyer



e.



Sendok tanduk



b.



Gelas ukur



f.



Neraca analitik



c.



Tabung reaksi



g.



Kertas timbang



d.



Tabung durham



h.



Beaker glass



Bahan a.



Bactopepton



5 gram



b.



Bacto beef extrack



3 gram



c.



Bacto lactose



5 gram



d.



Aquadest



1 liter



III. Prosedur Kerja 1.



:



:



Ditimbang bahan 35,6 gram kemudian di larutkan di dalam 1 liter aquadest.



2.



Dipanaskan sampai larut sempurna, atur pH 6,9 ± 0,1.



3.



Dibagi di dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham masing – masing tabung berisi 10 ml. Tutup mulut tabung dengan kapas.



4.



Disterilkan didalam autoclave 121°C selama 15 menit.



5.



Media di simpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan. Perhitungan : LB =



𝟑𝟓,𝟔 𝐠𝐫𝐚𝐦 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝐦𝐥



X ....... ml LB 0,5 % yang akan dibuat



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



24



Pembuatan LIA (Lysin Iron Agar) I.



Pengertian



: Untuk deteksi bersama dari lycine decarboxilase ( ICD ) dan hidrogensulfida identifikasi dari bakteri citobacter khususnya salmonella dan Arizona.



II. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Erlemeyer



f.



Kertas timbang



b.



Gelas ukur



g.



Beaker glass



c.



Tabung reaksi



h.



Sendok tanduk dan batang



d.



Rak tabung



e.



Neraca analitik



pengaduk



Bahan a.



Bacto pepton



5 gram



b.



Bactoyeas extrak



3 gram



c.



Bacto lysin HCL



10 gram



d.



Feric amonium citrat



0,5 gram



e.



Sodium sulfat



0,4 gram



f.



Bacto bromcresol purpel



0,02 gram



g.



Bacto agar



15 gram



h.



Aquadest



1 liter



III. Prosedur Kerja



:



1.



Ditimbang bahan 32 gram dan dilarutkan dalam 1 liter aquadest.



2.



Dipanaskan hingga larut sempurna, atur pH 6,7 ± 0,2.



3.



Dibagi dalam tabung reaksi masing – masing diisi sebanyak 3 ml.



4.



Disterilkan didalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit.



5.



Media di simpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan. Perhitungan : LIA =



𝟑𝟐 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝒙 … 𝐦𝐥 𝐋𝐈𝐀 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



25



Pembuatan Media MCA (Mac Conkey Agar) I.



Pengertian



: Sebagai media selektif untuk menumbuhkan bakteri gram negatif basil seperti Salmonella, Shigella, Hidrocolera, E.Coli.



II. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Erlenmeyer



e.



Neraca analitik



b.



Aluminium foil



f.



Kertas timbang



c.



Gelas ukur



g.



Sendok tanduk



d.



Petridish steril



h.



Batang pengaduk



Bahan a.



Bacto pepton



17 gram



b.



Bactoprotease



3 gram



c.



Bactolaktose



10 gram



d.



Bacto bilesalt NO-3



1,5 gram



e.



Sodium chlorida



5 gram



f.



Neutral red



0,05 gram



g.



Bacto cristal fiolet



0,05 gram



h.



Bacto agar



13,5 gram



i.



Aquadest



1 liter



III. Prosedur Kerja



:



1.



Ditimbang bahan 50 gram dan dilarutkan dalam 1 liter aquadest.



2.



Dipanaskan hingga larut sempurna, atur pH 7,1 ± 0,2.



3.



Dibagi dalam petridis steril masing – masing diisi sebanyak 20 ml.



4.



Disterilkan di dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit.



5.



Media di simpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan. Perhitungan : MCA=



𝟓𝟎 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝒙 … 𝐦𝐥 𝐌𝐂𝐀 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



26



Pembuatan Media BAP ( Blood Agar Plate ) I.



Pengertian



: Sebagai media pertumbuhan bakteri Staphylococus Aureus, Stahylococus Citreus, Staphylococus Albus.



II. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Erlenmeyer steril yang di dalamnya terdapat batu didih steril



b.



Gelas ukur



c.



Bulp filler



d.



Petridish steril



e.



Neraca analitik



f.



Kertas timbang



g.



Aluminium foil



h.



Batang pengaduk



i.



Sendok tanduk



j.



Autovlave



Bahan a.



Lab – lemco powder



10 gram



b.



Peptone



10 gram



c.



Sodium chlorida



5 gram



d.



Agar – agar



5 gram



e.



Aquadest



1 liter



f.



Darah domba yang bebas fibrin sebanyak 5%



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



27



III. Prosedur kerja



:



1.



Ditimbang bahan 40 gram dan dilarutkan dalam 1 liter aquadest



2.



Dihomogenkan hingga larut sempurna.



3.



Diatur pH 7,2 ± 0,2



4.



Disterilkan di dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit



5.



Dikeluarkan dari autoclave dan dibiarkan agar suhu menurun hingga 45°C – 50°C



6.



Ditambah darah domba steril yang bebas fibrin sebanyak 5 %



7.



Homogenkan dengan baik



8.



Dituang dalam petridish steril ± 15 ml – 20 ml



9.



Media di simpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan Perhitungan : BAP =



𝟒𝟎 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝒙 … 𝐦𝐥 𝐁𝐀𝐏 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



28



Pembuatan Media Sabouroud Agar + Chloramfomind I.



Pengertian



: Medium ini dipakai untuk menumbuhkan jamur tapi kuman tertentu kadang juga bisa tumbah pada medium ini hingga perlu ditambahkan antibiotik pada medium ini.



II. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Erlenmeyer



e.



Kertas timbang



b.



Aluminium foil



f.



Sendok tanduk



c.



Gelas ukur



g.



Batang pengaduk



d.



Neraca analitik



h.



Petridish steril



Bahan a.



D + Glukosa



40 gram



b.



Peptone



10 gram



c.



Agar – agar



15 gram



d.



Aquadest



1 liter



e.



Chloramphenicol



½ kapsul



III. Prosedur Kerja



:



1.



Ditimbang bahan 30 gram dan dilarutkan dalam 1 liter aquadest



2.



Ditambahkan ½ kapsul Chloramphenicol



3.



Dipanaskan hingga larut sempurna, diatur pH 5,6 ± 0,1



4.



Disterilkan didalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit



5.



Dikeluarkan dari autoclave dan dibiarkan agar suhu menurun hingga 45°C – 50°C



6.



Dibagi dalam petridish steril masing – masing 20 ml



7.



Media di simpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan. Perhitungan : SBR =



𝟔𝟓 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝒙 … 𝐦𝐥 𝐒𝐁𝐑 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



29



Pembuatan Media LB ( Lactosa Broth ) 1,5 % I.



Pengertian



: Untuk pertumbuhan bakteri colliform dengan melihat jumlah terdekat bakteri dalam setiap 100 ml yang di kenal dengan MPN (Most Probable Number).



II. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Erlenmeyer



e.



Beker glass



b.



Gelas ukur



f.



Neraca analitik



c.



Tabung reaksi



g.



Kertas timbang



d.



Tabung durham



h.



Autoclave



Bahan a.



Bacto peptone



5 gr



b.



Bacto beef extrack



3 gr



c.



Bacto lactosa



5 gr



d.



Aquadest



1 liter



III. Prosedur kerja



:



1.



Ditimbang bahan 35,6 gram dan dilarutkan dalam 1 liter aquadest



2.



Dipanaskan hingga larut sempurna, diatur pH 6,9 ± 0,1



3.



Dibagi dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham 10 ml



4.



Disterilkan dalam autoclave 121°C selama 15 menit.



5.



Media di simpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan. Perhitungan : LB =



𝟑𝟓 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝒙 … 𝐦𝐥 𝐋𝐁 𝟏, 𝟓% 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



30



Pembuatan Media MIO (Motility Indole Ornithine) I.



Pengertian



: Digunakan untuk menunjukan motilitas, produktifitas indol dan aktifitas dekarboksilase ornithine untuk deferensiasi.



II. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Erlenmeyer



e.



Rak tabung



b.



Gelas ukur



f.



Autoclave



c.



Tabung reaksi



g.



Neraca analitik



d.



Sendok tanduk



h.



Kertas timbang



Bahan a.



Bacto yeast extract



3 gram



b.



Bacto peptone



10 gram



c.



Bacto Tryptone



10 gram



d.



Bacto L-Ornithine HCL



5 gram



e.



Bacto Dextrose



1 gram



f.



Bacto Broom Cresol Purple



2 gram



g.



Bacto Agar



0,02 gram



h.



Aquadest



1 liter



III. Prosedur kerja



:



1.



Ditimbang bahan 31 gram bahan dan dilarutkan dalam 1 liter aquadest



2.



Dipanaskan hingga larut sempurna, atur pH 6,5 ± 0,2



3.



Dibagi dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham masing – masing sebanyak ± 5 ml. Tutup mulut tabung dengan kapas



4.



Disterilkan di dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit



5.



Media disimpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan Perhitungan : MIO =



𝟑𝟏 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝒙 … 𝐦𝐥 𝐌𝐈𝐎 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



31



Pembuatan Media Ec. Broth I.



Tujuan



: Sebagai media pertumbuhan spesifik untuk bakteri E.coli



II. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Erlemeyer



e.



Rak tabung



b.



Gelas ukur



f.



Neraca analitik



c.



Tabung durham



g.



Kertas timbang



d.



Tabung reaksi



h.



Sendok tanduk



Bahan a.



Ec. Broth



37 gram



b.



Aquadest



1 liter



III. Prosedur Kerja



:



1.



Ditimbang bahan 37 gram dan dilarutkan dalam 1 liter aquadest



2.



Dipanaskan hingga larut sempurna, diatur pH 6,9 ± 0,2



3.



Dibagi dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham masing – masing sebanyak 5 ml



4.



Disterilkan di dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit



5.



Media disimpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan Perhitungan : Ec.Broth =



𝟑𝟕 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝒙 … 𝐦𝐥 𝐄𝐜. 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



32



Pembuatan Media MR – VP (Methyl Red – Voges Posquer) I.



Pengertian



: Untuk mengetahui adanya fermentasi asam campuran atau fermentasi butanadiol dan digunakan dalam pemeriksaan laboratorium, khususnya tes biokimia.



II. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Erlemeyer



e.



Rak tabung



b.



Gelas ukur



f.



Neraca analitik



c.



Tabung durham



g.



Kertas timbang



d.



Tabung reaksi



h.



Sendok tanduk



Bahan a.



Peptone from meat



7 gram



b.



D (+) glukosa



5 gram



c.



Phosphat bufer



5 gram



d.



Aquadest



1 liter



III. Prosedur kerja



:



1.



Ditimbang bahan 39 gram dan dilarutkan dalam 1 liter aquadest



2.



Dipanaskan hingga larut sempurna, diatur pH 7,0 ± 0,2



3.



Dibagi dalam tabung reaksi masing – masing sebanyak 9 ml



4.



Tutup mulut tabung dengan kapas



5.



Disterilkan di dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit



6.



Media di simpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan. Perhitungan : MR –VP =



𝟑𝟗 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒙 … 𝐦𝐥 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝐌𝐑 − 𝐕𝐏 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



33



Pembuatan Media SCA (Simmon’s Citrat Agar) I.



Pengertian



: Digunakan dalam pemeriksaan laboratorium, khususnya biokimia yakni untuk membedakan golongan Enterobakteriaceae.



II. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Erlenmeyer



e.



Neraca analitik



b.



Gelas ukur



f.



Kertas timbang



c.



Tabung reaksi



g.



Sendok tanduk



d.



Rak tabung reaksi



h.



Autoclave



Bahan a.



Magnesium Sulfat



0,2 gram



b.



Ammonium Dihydrogen Phospat



0,2 gram



c.



Sodium Ammonium Phospat



0,08 gram



d.



Sodium Citrat



2 gram



e.



Sodium Chorida



5 gram



f.



Bromotymol Blue



0,08 gram



g.



Agar



15 gram



h.



Aquadest



1 Liter



III. Prosedur Kerja



:



1.



Ditimbang bahan 23 gram dan dilarutkan dalam 1 liter aquades



2.



Dipanaskan hingga larut sempurna, diatur pH 7,0 ± 0,2



3.



Dibagi ke dalam tabung reaksi masing – masing sebanyak 3 ml



4.



Disterilkan di dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit



5.



Media di simpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan Perhitungan : SCA =



𝟐𝟑 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒙 … 𝐦𝐥 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝐒𝐂𝐀 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



34



Pembuatan Media MSA (Manitol Salt Agar) I.



Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Erlenmeyer



b.



Gelas ukur



c.



Petridish steril



d.



Aluminium foil



e.



Neraca analitik



f.



Kertas timbang



g.



Sendok tanduk



h.



Autoclave



Bahan a.



Peptone



10 gram



b.



Meat extract



1 gram



c.



Sodium Chorida



75 gram



d.



D (+) Mannitol



10 gram



e.



Phenol Red



0,025 gram



f.



Agar



12 gram



g.



Aquadest



1 Liter



II. Prosedur Kerja



:



1.



Ditimbang bahan 108 gram dan dilarutkan dalam 1 liter aquadest



2.



Dipanaskan hingga larut sempurna, diatur pH 7,4 ± 0,1



3.



Ditutup mulut erlenmeyer dengan aluminium foil dan disterilkan



di



dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit 4.



Dibagi ke dalam petridish steril masing – masing sebanyak 15 – 20 ml



5.



Media di simpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan Perhitungan : MSA =



𝟏𝟎𝟖 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒙 … 𝐦𝐥 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝐌𝐒𝐀 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



35



Pembuatan Media PCA (Plate Count Agar) I.



Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Erlenmeyer



b.



Gelas ukur



c.



Aluminium foil



d.



Neraca analitik



e.



Kertas timbang



f.



Sendok tanduk



g.



Batang pengaduk



h.



Autoclave



Bahan a.



Peptone from casein



5 gram



b.



Yeast extract



2,5 gram



c.



D (+) Glukosa



1 gram



d.



Agar



14 gram



e.



Aquadest



1 Liter



II. Prosedur Kerja



:



1.



Ditimbang bahan 22,5 gram dan dilarutkan dalam 1 liter aquadest



2.



Dipanaskan hingga larut sempurna, diatur pH 7,0 ± 0,1



3.



Ditutup mulut erlenmeyer dengan aluminium foil dan disterilkan



di



dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit 4.



Media langsung diserahkan kepada pemesan Perhitungan : PCA =



𝟐𝟐,𝟓 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒙 … 𝐦𝐥 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝐏𝐂𝐀 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



36



Pembuatan Media ENDO Agar I.



Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Erlenmeyer



b.



Petridish steril



c.



Gelas ukur



d.



Aluminium foil



e.



Neraca analitik



f.



Kertas timbang



g.



Sendok tanduk



h.



Batang pengaduk



i.



Autoclave



Bahan a.



ENDO agar



39 gram



b.



Aquadest



1 Liter



II. Prosedur Kerja



:



1.



Ditimbang 39 gram Endo agar dan dilarutkan dalam 1 liter aquadest



2.



Dipanaskan hingga larut sempurna, diatur pHnya



3.



Ditutup mulut erlenmeyer dengan aluminium foil dan disterilkan



di



dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit 4.



Dibagi ke dalam petridish steril masing – masing sebanyak ± 20 ml



5.



Media di simpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan Perhitungan : ENDO =



𝟑𝟗 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒙 … 𝐦𝐥 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝐄𝐍𝐃𝐎 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



37



Pembuatan Reagen PBS (Phosphat Buffer Solution) pH 7,2 steril I.



Alat dan Bahan 1.



2.



Alat a.



Erlenmeyer



e.



Kertas timbang



b.



Tabung reaksi/botol reagen



f.



Pipet ukur 10 ml



c.



Kapas



g.



Bulp filler



d.



Neraca analitik



h.



Gelas ukur



Bahan a.



NaH2CO4



0,684 gram/L



b.



NaH2PO4



0,2576 gram/L



c.



Aquadest



1 Liter



II. Prosedur Kerja 1.



:



:



Ditimbang 0,684 gram NaH2CO4 dan 0,2576 gram NaH2PO4 kemudian dilarutkan ke dalam erlenmeyer dengan 1 liter aquadest. Atur pH 7,2 ± 0,2



2.



Dibagi ke dalam tabung reaksi masing – masing sebanyak ± 9 ml kemudian tutup mulut tabung dengan kapas atau jika dibagi ke dalam botol reagen masing – masing dibagi sebanyak ± 90 ml kemudian tutup botol reagen dengan penutupnya dengan rapat



3.



Sterilkan dalam autoclave 121°C selama 15 menit



4.



Media di simpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan Perhitungan : NaH2CO4 =



𝟎,𝟔𝟖𝟒 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒙 … 𝐦𝐥 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝐍𝐚𝐇𝟐 𝐂𝐎𝟒 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



NaH2PO4 =



𝟎,𝟐𝟓𝟕𝟔 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒙 … 𝐦𝐥 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝐍𝐚𝐇𝟐 𝐏𝐎𝟒 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



38



Pembuatan Media Of Basal Glucose I.



Alat dan Bahan 1.



2.



Alat a.



Erlenmeyer



b.



Tabung reaksi



c.



Rak tabung



d.



Gelas ukur



e.



Neraca analitik



f.



Kertas timbang



g.



Sendok tanduk



h.



Pipet ukur steril



i.



Bulp filler



j.



Autoclave



Bahan a.



Of Basal agar



9,4 gram



b.



Glukosa



1 % (0,094 gram)



c.



Aquadest



1 Liter



II. Prosedur Kerja 1.



:



:



Ditimbang 9,4 gram Of Basal agar kemudian ditimbang lagi 0,094 gram glukosa. Campur kedua bahan dan dilarutkan dalam 1 liter aquadest



2.



Dipanaskan hingga larut sempurna, diatur pHnya



3.



Dibagi ke dalam tabung reaksi masing – masing sebanyak ± 5 ml



4.



Ditutup mulut tabung reaksi dengan kapas



5.



Disterilkan di dalam Autoclave 121°C selama 15 menit



6.



Media di simpan pada tempat penyimpanan dan siap digunakan Perhitungan : Of Basal Glucose =



𝟗,𝟒 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒍



𝒙 … 𝐦𝐥 𝐎𝐟 𝐁𝐚𝐬𝐚𝐥 𝐆𝐥𝐮𝐜𝐨𝐬𝐞 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



39



INSTALASI KIMIA KESEHATAN



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



40



Penetapan Nilai Permanganat I.



Pengertian



: Nilai permanganat adalah jumlah miligram kalium permanganat yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam 1 liter air pada kondisi 10 menit mendidih.



II. Tujuan



: Untuk menentukan zat organic dalam sampel yang diperiksa.



III. Metode



: Oksidasi dalam suasana asam



IV. Prinsip Kerja



:



KMnO4 + H2SO4 + CH2O → K2SO4 + MnSO4 + H2O + CO2 KMnO4 + H2SO4 + Na2C2O4 → K2SO4 + MnSO4 + H2O + CO2 + Na2C2O4 H2C2O4 + H2SO4 + KMnO4 → K2SO4 + MnSO4 + H2O + CO2 V. Alat dan Bahan 1.



:



Alat a.



Lemari asam



b.



Hot plate



c.



Labu ukur 50 ml dan 250 ml



d.



Erlenmeyer



e.



Pipet volume 10 ml



f.



Pipet ukur



g.



Neraca analitik



h.



Batang pengaduk



i.



Sendok tanduk



j.



Cawan



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



41



k. 2.



Buret dan penyangga



Bahan a.



KMnO4 0,01 N



b.



Na2C2O4 0,01 N



c.



H2SO4 8 N



d.



Sampel Air



VI. Prosedur Kerja



:



1.



Pembersihan Wadah dari zat organic lain



2.



Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan



3.



Pembuatan reagen : a.



KMnO4 0,01 N Dibuat 50 ml 0,01 N



b.



Na2C2O4 0,01 N Dibuat 0,1 N sebanyak 50 ml



c.



H2SO4 8 N Dibuat 100 ml 8 N Rumus : BE



=



N



=



𝐵𝑀 𝑉 𝐺𝑟𝑎𝑚 𝐵𝐸 ×𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒



N1 × V1 = N2 ×V2



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



42



4.



Erlemeyer diisi dengan Aquades sebanyak 100 ml



5.



Ditambahkan dengan Asam Sulfat (H2SO4) 8 N sebanyak 2,5 ml



6.



Ditambahkan dengan KMnO4 0,1 N sebanyak 0,5 ml



7.



Dipanaskan diatas hot plate sampai mendidih



8.



Kemudian larutan dalam erlenmeyer dibuang dan tabung sudah berada dalam keadaan bebas dari zat organic lain



9.



Standarisasi KMnO4 a.



Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan



b.



Dipipet 10 ml larutan Natrium Oxalat (Na2C2O4) 0,01 N kedalam erlenmeyer



c.



Ditambahkan dengan H2SO4 8 N sebanyak 2,5 ml.



d.



Dipanaskan diatas hot plate sampai mendidih



e.



Dalam keadaan panas langsung dititrasi dengan KMnO4 0,01 N dan catat volume titrasi



10. Pengerjaan sampel a.



Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan



b.



Sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer sebanyak 100 ml sesuai dengan kode sampel



c.



Ditambahkan dengan H2SO4 8 N sebanyak 2,5 ml



d.



Ditambahkan dengan KMnO4 0,01 N sebanyak 10 ml



e.



Kemudian dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih



f.



Setelah mendidih, ditambahkan dengan Na2C2O4 0,01 N sebanyak 10 ml. Perubahan warna darim ungu menjadi tidak berwarna.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



43



g.



Dalam keadaan panas langsung dititrasi dengan KMnO4 0,01 N. Catat volume titrasi. Perubahan warna dari tidak berwarna menjadi pink.



Rumus Standarisasi :



N KMnO4



=



V Na2 C2 O4 × N Na2 C2 O4 Volume titrasi KMnO4



Rumus Perhitungan Kadar Zat Organik :



=



1000 × {(v. KMnO4 + (v.titrasi KMnO4 – v.titrasi blanko) × N V .Spl



KMnO4 - (v. Na2C2O4 × N Na2C2O4) } × BE KMnO4



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



44



Penetapan Kadar COD ( Chemical Oxygen Demand) I.



Pengertian



: COD adalah bilangan yang menunjukan jumlah miligram oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi, semua bahan reduktor (zat organik, logam berfalensi rendah, mikroorganisme).



II. Metode



: Dikromat



III. Prinsip Kerja



:



zat organik dalam suasana asam dengan cara pemanasan dioksidasi oleh dikromat. Selama pemanasan warna diharapkan tetap kuning, karena warna kuning adalah 𝐶𝑟2 𝑂7 yang ekuivalen dengan bahan organik yang akan ditentukan konsentrasinya. Tetapi pada sampel-sampel yang berbau busuk yang mengandung air laut biasanya terjadi perubahan warna dari kuning kehijauan sampai biru. Jika hal ini terjadi tidak bisa dilanjutkan dengan peniteran, karena pada saat penambahan Indikator Ferroina akan langsung berubah warna merah. IV. Alat dan Bahan 1.



:



Alat a.



Neraca analitik



b.



Beaker glass



c.



Kertas timbang



d.



Sendok tanduk



e.



Tissue



f.



Pipet volume 1 ml, 2 ml, 10 ml, 25 ml



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



45



2.



g.



Tabung COD ( tabung Hack) beserta tutupnya



h.



Rak tabung



i.



COD reaktor dan termometer



j.



Buret dan stand buret



k.



Pipet tetes



l.



Erlenmeyer



Bahan a.



Aquadest



b.



Kalium dikromat 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7 0,25 N



c.



𝐴𝑔2 𝑆𝑂4 / 𝐻2 𝑆𝑂4 1 %



d.



(𝑁𝐻4 )𝐹𝑒(𝑆𝑂4 )2 0,1 N



e.



Kristal mercury sulfat



f.



Ammonium ferrosulfat baku 0,0920 N



g.



Indikator ferroina



V. Prosedur Kerja



:



Pembuatan Reagen standar Diambil reagen standar COD 1000 ppm diencerkan 500 ppm ke dalam labu ukur 50 ml Perhitungan : V1 X ppm 1 = V2 X ppm 2



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



46



Cara Uji 1.



Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan



2.



Ke dalam tabung Hack



dipipet 1 ml K2Cr2O7 0,25 N dan 2 ml



AgSO4/H2SO4, kemudian dtambahkan 0,04 gram kristal mercury sulfat 3.



Kemudian masukkan ke dalam tabung Hack : Blanco



Standar



Sampel



Aquadest



2 ml



-



-



Standart



-



2 ml



-



Sampel



-



-



3 ml



4.



Tutup tabung Hack dan homogenkan



5.



Masukkan tabung Hack ke dalam COD reaktor selama 2 jam ± 150 °C



6.



Setelah 2 jam, keluarkan tabung Hack dari COD reaktor dan simpan ke dalam rak tabung. Dinginkan



7.



Semua tabung dimasukkan ke dalam COD reactor selama 2 jam pada suhu 150° C.



Proses peniteran Blanco, standar dan sampel 1.



Diambil tabung hack berisikan larutan standar masukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian bilas tabung Hack standar sebanyak 2X dengan Aquadest. (Banyak Aquadest yang digunakan sama banyak dengan banyaknya larutan standart)



2.



Tambahkan 2-3 tetes Indikator ferroina



3.



Titrasi dengan Ammonium ferro sulfat sampai terjadi perubahan warna dari kuning



4.



merah



Catat hasil volume peniteran



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



47



5.



Lakukan perlakuan yang sama pada tabung Hack untuk sampel dan blanco



Proses peniteran untuk penentuan kembali Normalitas larutan (NH4)Fe(SO4)2 1.



Dipipet 1 ml larutan K2Cr2O7 0,25 N



2.



Dipipet 2 ml larutan H2SO4 pekat



3.



Homogenkan dan dinginkan



4.



Tambahkan 2 – 3 tetes indikator Ferroina



5.



Titrasi dengan (NH4)Fe(SO4)2 0,1 N



6.



Catat volume hasil peniteran



Rumus : FK =



𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑡𝑜𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟



×𝐶%



Konsentrasi COD : ( 𝑉. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑐𝑜 − 𝑉. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 𝑁 𝐹𝐴𝑆 × 1000 × 𝐵𝑒 𝑂2 × 𝐹𝐾 2



VI. Interpretasi hasil : Kadar tolerir COD dalam air 5 – 50 mg/L



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



48



Pemeriksaan Kesadahan I.



Pengertian



: Kesadahan merupakan jumlah kalsium dan magnesium yang dihitung sebagai CaO dan CaCO3, kesadahan kalsium dan magnesium adalah tiga parameter yang pada dasarnya hanya disebabkan oleh dua unsur yaitu kalsium dan magnesium.



II. Metode



: Titrimetri dengan EDTA



III. Tujuan



: Untuk mengetahui kesadahan kalsium dan magnesium pada sampel air.



IV. Prinsip Kerja



:



Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan bereaksi dengan kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks yang larut. Pada pH 10.0 ± 0.1, ion – ion Ca2+ dan Mg2+ dalam contoh uji akan bereaksi dengan Indikator Eriochrom Black T (EBT) dan membentuk larutan berwarna merah keunguan. Jika EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion – ion Ca2+ dan Mg2+



akan membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas



kembali dan pada titik akhir titrasi akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini akan didapat kesadahan total (Ca2+ + Mg2+ ) V. Alat dan Bahan 1.



:



Alat a.



Erlenmeyer



d.



Pipet skala & Bulp filler



b.



Sendok tanduk



e.



Gelas ukur



c.



Buret dan stand buret



f.



Beaker glass



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



49



2.



Bahan a.



Larutan EDTA 0,01 M



b.



Buffer Amonia



c.



Indikator EBT



VI. Prosedur Kerja



:



1.



Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan



2.



Ke dalam erelenmeyer di masukkan : Blanco



Standart



Sampel



Aquadest



100 ml



-



-



Standart



-



100 ml



-



Sampel



-



-



100 ml



3.



Ditambahkan masing – masing erlenmeyer Buffer Amonia sebanyak 1 ml



4.



Ditambahkan lagi masing – masing erlenmeyer 1 sendok Indikator EBT (terjadi perubahan warna menjadi merah keunguan)



5.



Titrasi masing – masing erlenmeyer dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari merah keunguan menjadi biru.



6.



Catat hasil volume peniteran



Rumus penetapan Kesadahan : 1000 × (𝑉. 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑉. 𝑃𝑒𝑛𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑐𝑜) × 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝐵𝑒 𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝑉. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙



VII. Interpretasi Hasil : Nilai tolerir kesadahan dalam air : 1,0 – 300 mg/L CaCO3



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



50



Pemeriksaan Tes Narkoba I.



Metode



: Immunochromatografhy Radid Test



II. Tujuan



: Untuk mengetahui ada tidaknya zat narkotika dalam urine



III. Prinsip Kerja



: Bedasarkan Immunokromatografhy dimana urin yang mengandung obat ( Narkoba ) berikatan dengan obat konjugat untuk mengikat antibody di dalam strip. Urin yang mengandung obat ( Narkoba ) akan memberikan tanda garis berwarna sebanyak 1 garis pada strip. Sedangkan urin yang tidak mengandung obat atau negative akan memberikan tanda 2 garis pada strip.



IV. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Strip / card Narkoba (ABON)



b.



Pipet tetes



c.



Timer



Bahan Urine sewaktu



V. Prosedur Kerja



:



1.



Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.



2.



Dibiarkan strip tes pada suhu kamar



3.



Diteteskan 3 tetes urin pada sumur tes pada strip atau tempat sampel.



4.



Diperhatikan tanda berwarna pada strip.



VI. Interpretasi Hasil : 1.



Positif



: Terbentuk garis berwarna merah pada garis control (C).



2.



Negatif



: Terbentuk garis berwarna merah pada garis control (C) dan garis test (T) meskipun garis pada test (T) tidak jelas atau samara-samar.



3.



Invalid



: Terbentuk satu garis berwarna merah yaitu pada test (T) sedang pada garis control (C) tidak ada garis, atau pada strip tidak terbentuk garis test (T) dan pada garis control (C).



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



51



Penetapan Kadar Phospat (PO4) I.



Metode



: Stano Chlorida/ Spektrofotometri dengan Ammonium Molibdate.



II. Prinsip



: Phosphat dan Ammonium Molibdate bereaksi membentuk Phosphat Molibdate. Pada saat penambahan SnCl2, SnCl2 mereduksi phosphat molibdate membentuk warna biru yang dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang di daerah sinar tampak (696,5 nm)



III. Tujuan



: Untuk menentukan kadar phosphat pada sempel



IV. Alat dan Bahan



:



1.



2.



Alat a.



Corong



g.



Tabung Nessler



b.



Kertas saring



h.



Rak tabung Nessler



c.



Kertas timbang



i.



Bulp filler



d.



Neraca analitik



j.



Tissue



e.



Labu ukur 50 ml, 100 ml



k.



Spektrofotometer



f.



Pipet ukur 1 ml, 2 ml, 3 ml



l.



Beaker glass



dan 5 ml



m. Sendok tanduk



Bahan a.



Aquadest



b.



SnCl2 25 %



c.



Reagen Ammonium Molibdate



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



52



d.



Larutan standar phospat 1000 ppm (100 mg/1000 ml) yang dibuat dari



senyawa



Natrium



dihydrogen



phosphate



monohydrate



(NaH2PO4+H2O) V. Prosedur Kerja 1.



:



Dibuat larutan standar phospat dengan konsentrasi : a.



1000 ppm dalam 100 ml Aquadest Rumus :



b.



𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐻2 𝑃𝑂4 𝐵𝑀 𝑃𝑂4



× 100 𝑚𝑔⁄1000 𝑚𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡



1000 ppm menjadi 100 ppm dalam 100 ml Aquadest Rumus : V1 x ppm 1 = V2 x ppm 2



c.



100 ppm menjadi 25 ppm dalam 100 ml Aquadest, 25 ppm menjadi 0,5 ppm, 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, 2,5 ppm dalam 50 ml Aquadest. Rumus : V1 x ppm 1 = V2 x ppm 2



2.



3.



Masukkan ke dalam tabung Nessler : Blanco



Standar



Sampel



Aquadest



50 ml



-



-



Standart



-



50 ml



-



Sampel



-



-



50 ml



Pada setiap tabung, tambahkan masing – masing 2 ml Ammonium Molibdate



4.



Tambahkan juga SnCl2 0,5 ml dalam masing – masing tabung



5.



Homogenkan selama 10 – 15 menit



6.



Baca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 696,5 nm



VI. Interpretasi Hasil : Kadar tolerir Phosphat dalam air 0,01 mg/L



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



53



Penetapan Kadar Chlorida (𝑪𝒍− ) I.



Metode



: Titrimetri secara Argentometri



II. Prinsip Kerja



:



pada larutan netral atau larutan alkali lemah, kalium kromat dapat menunjukkan titik akhir titrasi perak nitrat dengan klorida. Perak klorida mengendap secara kuantitatif sebelum perak kromat merah terbentuk. Reaksi : 𝐶𝑙 −



+



𝐼𝑜𝑛 𝐶ℎ𝑙𝑜𝑟𝑖𝑑𝑎 𝐶𝑟𝑂4 −



+



𝐼𝑜𝑛 𝑘𝑟𝑜𝑚𝑎𝑡



𝐴𝑔+



AgCl putih



𝐼𝑜𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑘



Perak Chlorida



2 𝐴𝑔+



Ag2CrO2 merah



𝑖𝑜𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑘



Perak kromat



III. Tujuan



: Untuk mengetahui kadar klorida dalam sampel



IV. Alat dan Bahan



:



1.



2.



Alat a.



Erlenmeyer 300 ml



b.



Mikro buret dan stand buret



c.



Pipet ukur 1ml, 2 ml, 5 ml dan 50 ml



d.



Beaker glass



Bahan a.



Larutan Indikator Kalium Kromat (K2CrO4) 5 %



b.



Larutan Standar Perak Nitrat (AgNO3) 0,0138 N yang sudah distandarisasi



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



54



c.



Reagen standar Klorida



d.



Aquadest (sebagai blanco)



V. Prosedur Kerja 1.



2.



:



Dimasukkan sampel ke dalam erlenmeyer : Blanco



Standart



Sampel



Aquadest



50 ml



-



-



Standart chlorida



-



2 ml



-



Sampel



-



-



50 ml



Tambahkan indikator kalium kromat K2CrO4 5% sebanyak 0,5 ml pada masing- masing erlenmeyer



3.



Titrasi masing – masing erlenmeyer untuk blanco, standart dan sampel dengan menggunakan larutan AgNO3 0,0138 N. Proses peniteran dihentikan sampai terjadi perubahan warna (kuning – merah bata)



4.



Catat hasil volume peniteran



Rumus : 𝑚𝑔 𝐶𝑙 − = (𝑉. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑉. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑐𝑜) × 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 × 𝐵𝑀 𝐶𝑙 − × 1000⁄50 ⁄𝐿



VI. Interpretasi Hail : Kadar tolerir Chlorida dalam air 3 – 200 mg/L



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



55



Penetapan Kadar Nitrogen Nitrat (N–NO3) I.



Pengertian



: Standar ini digunakan untuk penentuan nitrat, N-NO3 dalam air laut dengan reduksi kadmium secara spektrofotometri pada kisaran kadar 0,05 mg/l – 1,00 mg/l. Standar ini digunakan untuk contoh uji air laut yang tidak berwarna.



II. Metode



: Brusin



III. Prinsip Kerja



:



Ion Nitrat dalam suasana asam dengan cara pemansan bereaksi dengan brusin dan membentuk warna kuning. Warna kuning yang terbentuk diukur pada alat



spektrofotometer dengan panjang gelombang 400 – 425 nm.



Konsentrasi Nitrat tergantung juga terhadap panas yang dihasilkan selama proses berlangsung karena itu penambahan reaksi/reagen harus dilakukan berurutan. IV. Tujuan V.



: Untuk mengetahui mengetahui kadar nitrat pada air laut



Alat dan Bahan : 1.



Alat a.



Neraca nalitik



b.



Sendok tanduk



c.



Kertas timbang



d.



Kertas saring



e.



Buret dan stand buret



f.



Labu ukur 50 & 100 ml



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



56



g.



Pipet volume 10 ml, 1 ml, 3 ml dan 5 ml



h.



Erlenmeyer



i.



Karet penghisap



j.



Spektrofotometer



k.



Beaker glass



l.



Pipet tetes



m. Waterbath/Hot plate n. 2.



Tabung dan rak tabung Nessler



Bahan a.



Larutan standar nitrogen nitrat 100 gr/L



b.



Aquadest



c.



H2SO4 (4 bagian H2SO4 dan 1 bagian aquadest, larutkan)



d.



NaCl 30 %



e.



Larutan Brusin



f.



Kalium Nitrat (KNO3)



VI. Prosedur Kerja



:



1.



Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan



2.



Ditimbang Kalium Nitrat (KNO3) sebanyak 0,72221 gram.



3.



Dilarutkan dalam beaker glass, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan dengan Aquadest sampai batas garis labu ukur. Konsentrasinya menjadi 1000 ppm



4.



Dari konsentrasi 1000 ppm diencerkan menjadi 100 ppm dalam labu ukur 100 ml, kemudian dari 100 ppm diencerkan lagi menjadi konsentrasi 25



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



57



ppm dalam labu ukur 100 ml, dari konsentrasi 25 ppm diencerkan lagi menjadi konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, 2,5 ppm dalam labu ukur 50 ml. Rumus yang digunakan : V1 × ppm1 5.



6.



= V2 × ppm2



Ke dalam tabung nessler masukkan : Blanco



Standart



Sampel



Aquadest



10 ml



-



-



Standart



-



10 ml



-



Sampel



-



-



10 ml



NaCl 30 %



2 ml



2ml



2ml



H2SO4 (4:1)



10 ml



10 ml



10 ml



Brusin



0,5 ml



0,5 ml



0,5 ml



Homogenkan masing – masing tabung , kemudian masukkan ke dalam waterbath suhu 25°C selama 20 menit



7.



Setelah itu dikeluarkan tabung nessler dari waterbath dan letakkan pada rak tabung nessler. Dinginkan. Baca pada alat spektrofometer



VII. Interpretasi Hasil : kadar tolerir nitrogen nitrat (N-NO3) dalam air laut : 0,05 mg/l – 1,00 mg/l



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



58



Pemeriksaan Uji Kandungan Detergen dalam Air I.



Metode



: Spektrofotometri dengan biru metilena



II. Prinsip Kerja



: Detergen dalam suasana netral bereaksi dengan methylen blue membentuk garam methylen blue. Detergent yang terbentuk garam ini larut dalam pelarut organik (chloroform) membentuk warna biru. Warna biru yang terbentuk diukur dalam spektrofotometer dengan panjang gelombang 620 nm.



III. Alat dan Bahan 1.



:



Alat a.



Labu ukur 100 ml, 10 ml



b.



Corong pisah



c.



Gelas ukur



d.



Beaker glass



e.



Neraca anlitik



f.



kertas timbang



g.



Pipet volume



h.



Pipet ukur



i.



Bulp filler



j.



Rak tabung Nessler



k.



Tabung Nessler



l.



Erlenmeyer



m. Sendok tanduk



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



59



2.



n.



Spektrofotometer



o.



kuvet



Bahan a.



Aquadest



b.



Larutan NaOH 1 N



c.



Larutan Methylen Blue



d.



Chloroform (CHCl3)



e.



Indikator pp



f.



Larutan H2SO4 6 N



g.



Larutan H2SO4 4 N



h.



LAS



i.



Larutan pencuci LAS



j.



NaH2PO4.H2O 50 gram



IV. Prosedur Kerja



:



Ke dalam corong pemisah, masukkan : Blanco



Standart



Sampel



Aquadest



50 ml



-



-



Standart



-



50 ml



-



Sampel



-



-



50 ml



NaOH 0,1 N



0,2 ml



0,2 ml



0,2 ml



Indikator PP



0,2 ml



0,2 ml



0,2 ml



Homogenkan (terjadi perubahan warna bening H2SO4 4 N



0,2 ml



Homogenkan (terjadi perubahan warna ungu



ungu ) 0,2 ml



0,2 ml



bening)



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



60



Methylen Blue



10 ml



10 ml



Homogenkan (terjadi perubahan warna bening Chloroform



10 ml



10 ml biru )



10 ml



10 ml



Ekstraksi selama 30 detik. Kemudian buka tutup corong pemisah untuk mengeluarkan gasnya.



Letakkan kembali corong pemisah pada stand corong pemisah. Biarkan hingga terjadi pemisahan fasa, setelah itu lapisan bawah (fasa chloroform) dikeluarkan dan ditampung dalam erlenmeyer.



Ke dalam Fasa air pada corong pemisah, tambahkan : Chloroform



10 ml



10 ml



10 ml



Ekstraksi selama 30 detik. Kemudian buka tutup corong pemisah untuk mengeluarkan gasnya.



Letakkan kembali corong pemisah pada stand corong pemisah. Biarkan hingga terjadi pemisahan fasa, setelah itu lapisan bawah (fasa chloroform) dikeluarkan dan ditampung pada erlenmeyer yang berisikann tampungan fasa chloroform pada perlakuan pertama.



Ke dalam Fasa air pada corong pemisah, tambahkan : Chloroform



10 ml



10 ml



10 ml



Ekstraksi selama 30 detik. Kemudian buka tutup corong pemisah untuk mengeluarkan gasnya.



Letakkan kembali corong pemisah pada stand corong pemisah. Biarkan hingga terjadi pemisahan fasa, setelah itu lapisan bawah (fasa chloroform) dikeluarkan dan ditampung pada erlenmeyer yang berisikann tampungan fasa chloroform pada perlakuan pertama dan kedua.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



61



Gabungan fasa chloroform dalam erlenmeyer dipindahkan ke dalam corong pemisah, kemudian tambahkan : Larutan pencuci LAS



25 ml



25 ml



25 ml



Ekstraksi selama 30 detik. Biarkan terjadi pemisahan fasa, kemudian keluarkan lapisan bawah dan tampung dalam erlenmeyer.



Ke dalam fasa air, kemudian ditambahkan : Chloroform



10 ml



10 ml



10 ml



Ekstraksi selama 30 detik. Biarkan terjadi pemisahan fasa dan keluarkan fasa bawah (fasa chloroform) dan tampung ke dalam erlenmeyer yang berisikan fasa bawah pada perlakuan pertama.



Ke dalam fasa air, kemudian ditambahkan : Chloroform



10 ml



10 ml



10 ml



Ekstraksi selama 30 detik. Biarkan terjadi pemisahan fasa dan keluarkan fasa bawah (fasa chloroform) dan tampung ke dalam erlenmeyer yang berisikan fasa bawah pada perlakuan pertama dan kedua. Ambil tabung nessler dan bilas dengan chloroform. Kemudian masukkan gabungan fasa chloroform ke dalam tabung nessler 50 ml dan cukupkan volume tabung nessler 50 ml sampai tanda tera dengan chloroform. Lakukan perlakuan di atas untuk pebuatan faktor koreksi (FK) Ukur intensitas warna larutan standart, blanco, FK dan sampel pada spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm dan catat serapannya.



V. Interpretasi hasil : Kadar tolerir detergen dalam air : 0,1 – 2 mg/L



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



62



Penetapan Kadar Nitrit I.



Metode



II. Prinsip Kerja



: Spektrofotometer dengan Asam Sulfanilat : Sampel yang mengandung nitrit bila ditambahkan larutan asam sulfanilat dal larutan NEDA (Netilen Diamin) akan bereaksi membentuk warna merah muda yang selanjutnya dibaca dalam spektrofotometer dengan panjang gelombang 543 nm.



III. Alat dan Bahan



:



1.



Gelas ukur 50 ml dan bulp filler



2.



Pipet volume 1 ml



3.



Botol tampung



4.



Spektrofotometer dan kuvet



5.



Larutan asam sulfanilat



6.



Larutan NEDA (Naftil Etilendiamin Dihidroklorida)



IV. Prosedur Kerja



:



1.



Masukkan sampel ke dalam botol sebanyak 50 ml



2.



Tambahkan larutan asam sulfanilat sebanyak 1 ml



3.



Tambahkan larutan NEDA sebanyak 1 ml



4.



Diamkan selama ± 20 menit



5.



Baca intensitas warna pada spektrofometer dengan panjang gelombang 543 nm.



V. Interpretasi Hasil : kadar tolerir nitrit dalam air : 0,001 mg/l – 0,5 mg/l



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



63



Pemeriksaan Alkalitas I.



Metode



II. Prinsip Kerja



: Titrimetri asam – basa : Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam, sehingga pH menjadi netral. Sebaliknya bila keadaan terlau asam, ion karbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral.



III. Alat dan Bahan



:



1.



Erlenmeyer 250 ml



2.



Buret dan stand buret



3.



Pipet volume



4.



Pipet tetes



5.



Bulp filler



6.



Indikator PP



7.



Indikator MO



8.



Larutan HCL 0,1 N



9.



Aquadest



IV. Prosedur Kerja 1.



:



Ambil sampel sebanyak 50 ml kemudian masukkan ke dalam labu erlenmeyer.



2.



Tambahkan indikator PP sebanyak 2 – 3 tetes



3.



Titrasi dengan HCL 0,1 N sampai warna orange hilang



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



64



4.



Catat volume hasil titrasi (a = ....... ml)



5.



Tambahkan indikator MO sebanyak 2-3 tetes. Homogenkan



6.



Titrasi dengan HCL 0,1 N sampai warna merah mud hilang.



7.



Catat volume hasil titrasi (b = ....... ml)



Rumus penetapan Alkalitas : 1000 × (𝑎 + 𝑏) × 𝑁 𝐻𝐶𝐿 × 𝐵𝑒 𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝑉. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙



V. Interpretasi Hasil : nilai alkalinitas alami dalam air : 350 mg/L CaCO3 atau < 500 mg/L CaCO3



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



65



INSTALASI MIKROBIOLOGI



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



66



Pewarnaa Gram I.



Pengertian



: Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan di laboratorium. Pewarnaan ini merupakan tahap penting dalam pencirian dan identifikasi bakteri.



II. Metode



: Mikroskopik



III. Tujuan



: Untuk mengetahui bentuk dan sifat bakteri terhadap pengecatan gram. Berwarna merah termasuk kelompok bakteri gram negatif sedangkan yang berwarna ungu adalah kelompok bakteri yang bersifat gram positif.



IV. Prinsip Kerja



: Bakteri gram positif dan gram negatif sama – sama mengikat zat warna pertama (carbol gention violet) yang berwarna ungu, namun bakteri gram negatif melepas zat warna pertama saat pelunturan dengan Alkohol 96 % tetapi kemudian mengikat zat warna berikutnya yaitu safranin/ carbol fuchsin yang berwarna merah, sehingga hasil akhir pewarnaan gram yaitu gram positif berwarna ungu dan gram negatif berwarna merah.



V. Alat dan Bahan



:



1.



Objek glass



2.



Lampu spritus



3.



Ose



4.



Pipet tetes



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



67



5.



Mikroskop



6.



NaCl 0,9 %



7.



CGV (Carbol Gention Violet)



8.



Alkohol 96 %



9.



Larutan lugol



10. Carbol Fuchsin 11. Oil Imersi VI. Prosedur Kerja 1.



Diambil ose dan panaskan sampai pijar di atas lampu spritus. Dinginkan



2.



Diambil satu mata ose salin NaCl 0,9 % dan diletakkan pada permukaan bagian tengah dari suatu kaca objek yang bersih dan bebas lemak



3.



Pijarkan kembali di atas lampu spritus. Dinginkan



4.



Diambil lagi satu mata ose koloni/ pertumbuhan bakteri kemudian dicampur sedemikian rupa pada salin NaCl tadi sehingga diperoleh sediaan yang agak tipis, rata dengan ukuran 3 X 2 cm



5.



Pijarkan kembali di atas lampu spritus. Dinginkan dan simpan



6.



Sediaan dikeringkan pada suhu kamar yang terhindar dari cahaya matahari langsung. Fiksasi di atas nyala api sebanyak 3 kali



7.



Sediaan yang telah difiksasi dan dingin, dicat dengan larutan carbon gention violet selama ± 3 menit.



8.



Zat warna dibuang dan diganti dengan larutan lugol selama 1 menit



9.



Larutan lugol dibuang dan sediaan dicuci dengan Alkohol 96 % sampai semua zat warna keluar



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



68



10. Sediaan dicuci dengan air dan keringkan 11. Periksa dibawah mikroskop dengan memakai oil imersi (lensa objektif 100 X) VI. Interpretasi Hasil : Tabel Perbedaan Warna Bakteri Gram Positif Dan Bakteri Gram Negatif Bahan Pewarnaan



Garam positif



Gram negative



Carbol gentian violet



Ungu



Ungu



Lugol



Ungu



Ungu



Alkohol 96%



Ungu



Tidak berwarna



Air fuchsin



Ungu



Merah



Positif (+)



: Ditemukan bakteri gram positif berwarna ungu atau bakteri gram negatif berwarna merah



Negatif



: Tidak di temukan adanya bakteri



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



69



Pemeriksaan Angka Lempeng Total I.



Tujuan



: Untuk mengetahui jumlah bakteri pada sampel dalam satuan koloni.



II. Prinsip



: Sampel padatan yang telah dilarutkan dalam PBS (Phosphat Buffer Solution) pH 7,2 steril diinokulasikan pada lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 x 24 jam. Setelah diinkubasi dipilih cawan petri dari suatu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni 25 – 250 (Bakteri) dan 10 – 150 (Jamur). Jumlah koloni rata –rata dari suatu pengenceran yang diperoleh kemudian dikalikan dengan faktor pengencernya yang dinyatakan dalam satuan koloni/gram.



III. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi dan rak tabung



b.



Plate steril



c.



Inkubator



d.



Mikropipet 1000 µL (1 ml)



e.



Tips blue mikropipet



Bahan a.



PBS (Phosphat Buffer Solution) pH 7,2 steril



b.



Sabaroud Chrom Agar



c.



PCA (Plate Count Agar)



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



70



IV. Prosedur Kerja



: HARI KE-1



Sampel 10 gram



Dilarutkan



90 ml PBS pH 7,2 steril



( pengenceran dalam PBS pH 7,2 steril sebanyak 9 ml)



10-1



10-2



1 ml



10-3



1 ml



10-4



1 ml



10-5



1 ml



10-6



1 ml



Plate Bakteri Perlakuan Duplo



10-1



10-2



10-3



10-4



10-5



10-6



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



Plate Jamur Perlakuan Duplo



10-1



10-2



10-3



10-4



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



1 ml



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



71



Ke dalam masing – masing plate, tuangkan : 1.



Plate Bakteri : @ 20 ml PCA



2.



Plate Jamur : @ 20 ml Sabaroud Chrom



Inkubasi 37°C selama 2 x 24 jam HARI KE-3 Pembacaan Hasil ALT bakteri dan ALT jamur



V. Interpretasi Hasil : : 25 – 250 koloni/gram



ALT bakteri



Rumus perhitungan ALT : N=Cxd



: 10 – 150 koloni/gram



ALT jamur



Rumus perhitungan ALT : N=



( 𝐶1 ×𝑑1 )+ ( 𝐶2 ×𝑑2 ) ∑𝑑



Dimana : N : Jumlah ALT koloni (bakteri/jamur) per gramnya C : Jumlah koloni dalam tiap plate d : pengenceran/ Faktor pengenceran



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



72



Kultur Escherichia Coli I.



Pengertian



: Suspensi mikroba digoreskan pada agar lempengan, agar miring atau media cair. Sifat biakan dari suatu mikroorganisme tergantung pada penampilannya pada berbagai media.



II. Metode



: Teknik penggoresan agar



III. Tujuan



: Untuk isolasi dan identifikasi jenis bakteri yang terdapat dalam sampel



IV. Prinsip



: Spesimen diinokulasikan dalam media dan diinkubasi pada suhu optimal 37°C selama ± 3-5 hari dengan tujuan untuk mengidentifikasi mikroorgamisme yang terdapat di dalam sampel meliputi klasifikasi kuman yang diisolasi, memberi nama sampai tingkat spesies berdasarkan morfologi, kultur biokimia, serologis dengan mencocokkan ciri-ciri mikroorganisme yang ada sebagai kunci identifikasi.



V. Alat dan Bahan 1.



:



Alat a.



Rak tabung



b.



Inkubator



c.



Ose/ nal



d.



Lampu spritus



e.



Korek api



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



73



2.



f.



Mikroskop



g.



Objek glass



h.



Pipet tetes



Bahan a.



Media MCA (Mac Conkey Agar)



b.



CGV (Carbol Gention Violet)



c.



Lugol



d.



Safranin/ Carbol Fuchsin



e.



Alkohol 96%



f.



Media KIA (Kligler Iron Agar)



g.



Media LIA (Lysine Iron Agar)



h.



Media MIO (Motility Indole Ornithine)



i.



Media SCA (Simmon Citrate Agar)



j.



Media Urea



k.



Media PAD (Plate Agar Darah)



l.



Media Malonat



m. Media MR (Methyl Red) n.



Media VP (Voges Posquer)



o.



Media Gula-gula (Glukosa, Laktosa, sukrosa, maltosa, manitol)



p.



Larutan Kovact



q.



Indikator Methyl Red



r.



KOH 40%



s.



α-Naphtol



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



74



t.



Indikator PAD



u.



Oil imersi



VI. Prosedur Kerja



: Sampel (Diinokulasikan)



HARI PERTAMA



Media Selective (MCA)



Inkubasi 37°C selama 24 jam



Pembacaan hasil pada media MCA



Gram Staind (Pewarnaan gram)



HARI KE-DUA



Pembacaan hasil Gram staind di bawah Mikroskop (Pembesaran Lensa Objektif 100 X ) (Diinokulasikan)



Media differesnsial (TSIA/ KIA)



Inkubasi 37°C selama 24 jam



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



75



Pembacaan hasil pada media TSIA/ KIA (Diinokulasikan)



HARI KE-TIGA



Media BIOKIMIA ( LIA, MIO, SCA, Urea, PAD, Malonet, MR, VP, Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Maltosa, Manitol )



Inkubasi 37°C selama 24 jam



Pembacaan hasil pada media BIOKIMIA



HARI KE-EMPAT



Penarikan kesimpulan hasil bakteri yang teridentifikasi



VII. Interpretasi Hasil : 1.



Koloni E.coli pada media MCA : Warna



: Merah bata



Ukuran



: Sedang



Bentuk



: Bulat/ keping



Pinggiran



: Rata



Permukaan : Sedikit cembung 2.



Hasil Gram staind (Pewarnaan gram) : Basil gram negatif



3.



Hasil pada media KIA : 𝐴𝑐𝑖𝑑⁄ 𝐴𝑐𝑖𝑑



𝐻2 𝑆 (– ) ⁄𝐺𝑎𝑠 (+)



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



76



4.



Hasil pada media BIOKIMIA : LIA



: (+)



MIO



: Motility : (+) Indole + Lar.Kovact : (+) Ornithine : (+)



SCA



: (-)



Urea



: (-)



PAD + Ind.PAD



: (-)



Malonet



: (-)



MR + Ind.Methyl Red



: (+)



VP + KOH 40% + α-Naphtol



: (-)



Glukosa



: (+) / Gas : (+)



Laktosa



: (+)



Sukrosa



: (-)



Maltosa



: (+)



Manitol



: (+)



Bakteri yang teridentifikasi “Escherichia Coli”



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



77



Pemeriksaan Kultur Sensi Aerob Pada Alat Viteck 2 Compact I.



Pengertian



: Secara alami, bakteri di alam ditemukan dalam populasi campuran. Hanya dalam keadaan tertentu saja populasi ini di temukan dalam keadaan murni. Untuk dapat mempelajari sifat biakan, morfologi, dan sifat faalnya maka organisme yang akan diteliti harus dapat dipisahkan, ini berarti bahwa harus diperoleh biakan murni yang hanya mengandung satu macam bakteri.



II. Tujuan



: Untuk isolasi dan identifikasi jenis bakteri yang terdapat dalam sampel



III. Prinsip



: Spesimen diinokulasikan dalam media dan diinkubasi pada suhu optimal 37°C selama ± 3-5 hari dengan tujuan untuk mengidentifikasi mikroorgamisme yang terdapat di dalam sampel meliputi klasifikasi kuman yang diisolasi, memberi nama sampai tingkat spesies berdasarkan morfologi, kultur biokimia, serologis dengan mencocokkan ciri-ciri mikroorganisme yang ada sebagai kunci identifikasi.



IV. Alat dan Bahan 1.



:



Alat a.



Vitek 2 ® compact



b.



Tabung reaksi steril



c.



Mikropipet dan tips



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



78



d.



Alat Densi check (Alat cek kekeruhan suspensi sesuai standar Mac-farland 0,5%



2.



e.



Card BP/ Bar code cassette



f.



Card AST.GP.67



g.



Komputer



Bahan a.



Koloni bakteri yang telah murni



b.



Larutan buffer



V. Prosedur Kerja 1.



:



Koloni yang telah di murnikan dan diwarnai pewarnaan gram dibuat suspensi bakteri pada larutan buffer dengan kekeruhan setara dengan standar Mac-Farland 0,5%



2.



Di pipet 280 µL dari suspensi tersebut dan di masukkan kedalam tabung yang telah diisi 3 ml buffer, di campur hingga homogen



3.



Hidupkan power conditioner dan ups alat viteck 2 system



4.



Tekan tombol “switch on” yang terletak pada bagian samping alat



5.



Klik gambar “Viteck 2 system”, masukkan user name dan password



6.



Masukkan data pasien dengan memilih menu “Enter manage patient information view”



7.



Masukkan data kartu yang akan dijalankan dengan memilih menu “enter manage”. “cassette view”, pilih “maintain virtual cassette” dan “create new virtual cassette”



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



79



8.



Memasukkan bar code cassete dan rak cassette dengan menggunakan alat scan barcode



9.



Menyambungkan data pasien dengan reagen card yang dijalankan dengan memilih menu “define isolate”, memasukkan nomor Lab Id yang sesuai lalu disimpan



10. Masukkan cassette ke dalam “Filler”, tekan “start fill” 11. Setelah dua menit, pindahkan cassette ke ruang “looder”, tunggu hingga proses selesai 12. Untuk mencetak hasil, pilih menu “Enter isolate view”, lalu cetak hasil pemeriksaan yang diinginkan



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



80



INSTALASI PATOLOGI



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



81



A. Pemeriksaan Hematologi Pemeriksaan Darah Rutin I.



Pengertian



: Tes darah lengkap adalah pemeriksaan darah fena yang telah dicampur baik dengan anti koagulan EDTA antara lain Trombosit tidak boleh lebih dari satu jam, Leukosit tidak boleh lebih dari dua jam, Eritrosit tidak boleh lebih dari 2 jam, Eritrosit dan Hematokrit tidak boleh lebih dari 6 jam.



II. Metode



: Volumetric Impedance



III. Prinsip Kerja



: Instrumen ini menggunakan metode sel yang di sebut volometric impedance. Pada metode ini larutan elektrolit ( diluen ) yang telah dicampur dengan sel-sel darah melalui aparture, Hambatan antara kedua electrode tersebut akan naik sesaat dan terjadi perubahan tegangan yang sangat kecil sesuai dengan nilai tahanannya.



IV. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Nihon Kohden Celtac F



b.



Tabung Vacum



c.



Rak tabung



Bahan Darah dengan Anti Koagualan EDTA 10%



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



82



V. Prosedur Kerja 1.



:



Hidupkan Ups, tekan main power yang terletak pada bagian belakang alat, sehingga lampu indikator main power akan menyala.



2.



Tekan tombol power yang terdapat pada bagian depan alat, Alat secara otomatis akan melakukan cleaning dan priming. Tunggu sampai alat siap digunakan (ready). Lakukan pembacaan control.



3.



Masukkan data pasien lalu kirim data tersebut pada alat.



4.



Masukkan alat sampel pada rak tabung lalu tekan tombol star dan alat akan melakukan analisa.



5.



Dan setelah selesai analisa maka hasil akan keluar secara otomatis dalam bentuk prin out.



VI. Interpretasi Hasil



: (Nilai normal) WBC NE LY MO EO BA



4,0 – 10,0 58,0 – 70,0 23,0 – 36,0 3,0 – 6,0 2,0 – 4,0 0,0 – 1,0



(10³/µl ) (%) (%) (%) (%) (%)



RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW



4,0 – 4,90 12,0 – 14,0 38,0 – 42,0 80,0 – 94,0 26,0 – 32,0 32,0 – 36,0 10,0 – 16,5



(106 /µl) (g/dl) (%) (fl) (Pg) H(g/dl) (%)



PLT MPV



150 – 400 5,0 – 10,0



(10³/µl) (fl)



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



83



Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah) I.



Metode



: Westegreen



II. Prinsip Kerja



: Mengukur kecepatan mengendap sel – sel darah dalam satuan waktu tertentu, dalam keadaan darah berdiri tegak lurus dalam suatu tabung



III. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



d.



Spoit 3 ml



b.



Standar westegreen



e.



Stopwacth/ timer



c.



Pipet ukur 1 ml



f.



Klinipet 20 µl



Bahan a.



EDTA 10%



b.



Nacl 0,85 – 0,90 %



c.



Darah vena



IV. Prosedur Kerja



:



1.



Isi tabung reaksi dengan 20 µl EDTA 10 %



2.



Tambahkan darah sebanyak 2 ml. Campur sampai homogen



3.



Masukkan 0,25 ml NaCl kedalam tabung reaksi



4.



Tambahkan darah EDTA satu kali pipet westegreen (1 ml). Campur sampai homogen



5.



Pasang pada standar westergreen biarkan selama 1 jam



6.



Catat hasil ( mm / jam)



V. Interpretasi Hasil



:



Nilai normal : 0-20 mm/jam



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



84



B. Pemeriksaan Kimia Klinik



Pemeriksaan Cholesterol I.



: CHOD – PAP (Endpoint)



Metode



II. Tujuan



: Untuk mengetahui kadar cholesterol dalam darah.



III. Prinsip Kerja



: Cholesterol diukur setelah hidrolisa enzimatik dan oksiasi. Indikator quinoneimine dibentuk dari hidrogen peroksidase dan 4-aminophenazone dalam phenol dan peroxidase, dalam reaksi :



𝑪𝒉𝒐𝒍𝒆𝒔𝒕𝒆𝒓𝒐𝒍 + 𝑯𝟐 𝑶 → 𝑪𝒉𝒐𝒍𝒆𝒔𝒕𝒆𝒓𝒐𝒍 + 𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒌 𝑪𝒉𝒐𝒍𝒆𝒔𝒕𝒆𝒓𝒐𝒍 + 𝑶𝟐 → 𝑪𝒉𝒐𝒍𝒆𝒔𝒕𝒆𝒏𝒆 − 𝟑 − 𝒐𝒏𝒆 + 𝑯𝟐 𝑶𝟐 𝟐𝑯𝟐 𝑶𝟐 + 𝒂𝒎𝒊𝒏𝒐𝒑𝒉𝒆𝒏𝒂𝒛𝒐𝒏𝒆 + 𝒑𝒉𝒆𝒏𝒐𝒍 → 𝒒𝒖𝒊𝒏𝒐𝒏𝒆𝒊𝒎𝒊𝒏𝒆 + 𝟒𝑯𝟐 𝑶



IV. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi dan rak tabung



b.



Klinipet 1000 µL dan 10 µL



c.



Photometer 5010



d.



Tips (kuning dan biru)



Bahan a.



Serum, plasma heparin atau EDTA



b.



Reagen tes cholesterol



c.



Standar cholesterol



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



85



V. Prosedur Kerja



:



1.



Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan



2.



Dimasukkan ke dalam tabung reaksi :



3.



Tabung



Blanko



Standar



Sampel



Standar



-



10 µl



-



Serum



-



-



10 µl



Reagen



1000 µl



1000 µl



1000 µl



Homogenkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu 20°C - 25°C dan 5 menit pada suhu 37°C



4.



Baca pada alat photometer 5010 dengan panjang gelombang 546 nm



Abs. Sampel Kalkulasi



x



Konsentrasi Standar



Abs. Standar



VI. Interpretasi Hasil



:



< 200 mg/dl



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



86



C. Pemeriksaan Urine



Pemeriksaan Kimia Urine I.



Pengertian



:



Pemeriksaan kimia urin adalah sebagai tes saring



pada tes



kesehatan, keadaan patologi maupun sebelum operasi. Juga dapat menentukan infeksi saluran kemih, terutama yang berbau busuk karena nitrit, leukosit, dan bakteri. Menentukan kemungkinan gangguan metabolisme misalnya diabetes melitus atau komplikasi kehamilan. Dapat pula menentukan berbagai jenis penyakit ginjal seperti glomeluronephriti, sindroma nefrotik dan pyelonepritis. II. Metode



: Uji Carik celup



III. Tujuan



: Untuk mengefaluasi secara umum terhadap sistem uropoetik maupun status kesehatan badan



IV. Prinsip Kerja



:



Urine Analyzer mengevaluasi carik celup dengan cara reflectance photometry menggunakan light – emiting diades pada panjang gelombang dan waktu pengukuran yang dibuat secara tepat untuk reaksi kimia dan perubahan warna dari bantalan pemeriksaan yang diamati. V. Alat dan Bahan 1.



:



Alat a.



Tabung reaksi dan rak tabung



b.



Urine Analyzer (uriscan optima plus)



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



87



2.



Bahan a.



Urin sewaktu



b.



Strip uriscan



c.



Tissue



VI. Prosedur Kerja



:



1.



On kan alat dan tunggu sampai alat siap digunakan



2.



Masukkan saampel urine ke dalam tabung reaksi sebanyak ± 12 ml



3.



Diambil satu strip urine dan dicelup kedalam sampel tidak lebih dari 1 detik ( semua parameternya harus basah)



4.



Ditiriskan strip di atas tissue



5.



Letakkan strip di atas meja strip



6.



Hasil berupa prin out akan keluar secara otomatis



VII. Interpretasi hasil



: (Nilain normal)



Blood



(-) Negatif



Bilirubin



(-) Negatif



Urobilin



(+/-) Normal



Keton



(-) Negatif



Protein



(-) Negatif



Nitrit



(-) Negatif



Glukosa



(-) Negatif



Ph



5,5



Spesifik Grafiti



1,015



Leukosit



(-) Negatif



Vitamin C



(-) Negatif



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



88



Pemeriksaan Sedimen Urine I.



Pengertian



: Pemeriksaan sedimen urine merupakan sebagian penting dalam pemeriksaan penyaring, pemeriksaan sedimen dapat memberi data melalui saluran kencing mulai dari ginjal sampai kepada ujung urethra yang takmungkin diperoleh dengan pemeriksaan lain.



II. Metode



: Sedimentasi/ Mikroskopik



III. Prinsip Kerja



: Berat Jenis unsur – unsur organik dan anorganik dalam urine lebih besar dari pada berat jenis urine, sehingga dengan dicentrifuge zat-zat tersebut akan mengendap.



IV. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tabung



c.



centrifuge



d.



Objek glass



e.



Mikroskop



Bahan Urin sewaktu



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



89



V. Prosedur Kerja 1.



:



Urine yang telah diperiksa kimianya disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm (untuk mendapatkan endapanya)



2.



Supernatan dibuang



3.



Endapanya dikocok lalu diambil satu tetes dan diletakkan di atas Objek glass



4.



Periksa dimikroskop dengan lensa Objektif 10x, lalu ke lensa Objektif 40x.



VI. Interpretasi hasil : (Nilai normal) Epitel Cell



: (-) Negatif



Amorph Urate



: (-) Negatif



Kristal kalsium oksalat



: (-) Negatif



Leukosit



: (-) Negatif



Eritrosit



: (-) Negatif



Bakteri



: (-) Negatif



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



90



INSTALASI IMUNOLOGI



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



91



Pemeriksaan CRP (C-Reaktif Protein) I.



Pengertian



: C-Reaktif Protein (CR-P) merupakan reaktan fase akut utama yang diproduksi hati, meningkat sampai seribu kali selama inflamasi akut, dengan waktu paruh sekitar 19 jam.



II. III.



Metode



: Aglutinasi / slide test



Prinsip Kerja



: C-Reaktif Protein dalam sampel bereaksi dengan anti CReaktif Protein yang dilabel pada partikel latex akan membentuk reaksi aglutinasi.



IV.



Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tabung



c.



Slide dengan warna latar belakang hitam



d.



Mikropipet adjustable 5-50 µl



e.



Yellow tip



f.



Rotator



Bahan a.



Serum/ Plasma heparin Sampel darah di centriguge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



92



b.



KIT C-Reaktif Protein 1) Kontrol positif 2) Kontrol negatif 3) Buffer 4) Latex C-Reaktif Protein



V.



Prosedur kerja 1.



:



Persiapan sampel Sampel serum diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 1 hari pada suhu 2-8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 1 hari maksimum 1 bulan harus dismpan pada suhu -20°C ± 6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ± 30 menit.



b.



Reagen latex C-Reaktif Protein dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



3.



Cara Uji a.



Uji Kualitatif 1) Pipet Kontrol negatif, kontrol positif dan sampel serum atau plasma di dalam lingkaran slide pemeriksaan masing-masing sebanyak 40 µl. 2) Tambahkan masing-masing 1 tetes reagen latex C-Reaktif Protein.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



93



3) Campur dan sebarkan di sekeliling lingkaran slide. 4) Letakkan di atas rotator selama 2 menit dengan kecepatan 100 rpm. 5) Lihat hasil uji, apabila terdapat aglutinasi lanjutkan ke uji semi kuantitatif. b.



Uji semi Kuantitatif 1) Encerkan sampel serum dengan memakai reagen buffer atau NaCl 0,9% dengan pengenceran 1/2, ¼, 1/8 dan 1/16 pipet buffer atau NaCl 0,9%. 2) Lakukan pengujian seperti pada uji kualitatif pada tiap-tiap pengenceran satu per satu hingga tidak terjadi aglutinasi.



VI.



Interpretasi Hasil : Sampel serum



6 mg/L



Pengenceran ½



12 mg/L



¼



24 mg/L



1/8



48 mg/L



1/16



96 mg/L



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



94



Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) I.



Pengertian



: Streptolisin adalah enzim hemolitik yang di bentuk oleh streptococcus grup A beta hemolitycus yang terdiri dari O dan streptolisin S. Streptolisin O adalah suatu toksin yang terdiri dari protein dengan berat molekul 6000 dalton aktif yang dalam suasan anaerop dan tereduksi dapat melisiskan sel darah merah dan dapat cepat tidak aktif jika teroksidasi.



II. Metode



: Aglutinasi / Slide test



III. Prinsip Kerja



: Adanya antibodi terhadap strepolisin O pada sampel akan bereaksi dengan strepolisin O yang dilabel pada artikel lateks pada reagen akan membentuk reaksi aglutinasi.



IV. Alat dan Bahan 1.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tabung



c.



Mikropipet adjustable 5 – 50 µL



d.



Tip kuning



e.



Slide dengan warna latar belakang hitam



f.



Rotator



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



95



2.



Bahan a.



Serum / Plasma Sampel darah dicentrifuge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan.



b.



Kit ASTO 1) Kontrol positif 2) Kontrol negatif 3) Buffer 4) Latex ASTO



V. Prosedur kerja 1.



:



Persiapan sampel Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 1 hari pada suhu 2 - 8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 1 hari maksimum 1 bulan harus disimpan pada suhu -20°C ± 6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



Sebelum di pakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit.



b. 3.



Reagen Latex ASTO dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



Cara uji a.



Uji Kualitatif 1) Pipet kontrol negatif, kontrol positif dan sampel serum atau plasma didalam lingkaran slide pemeriksaan sebanyak 40 µL



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



96



2) Tambahkan masing – masing 1 tetes reagen latex ASTO 3) Campur dan sebarkan di sekeliling lingkaran slide 4) Letakkan diatas rotator selama 2 menit dengan kecepatan 100 rpm 5) Lihat hasil uji, apabila terdapat aglutinasi lanjutkan ke uji semi kuantitatif. b.



Uji Semi Kuantitatif 1) Encerkan sampel serum dengan memakai reagen buffer atau NaCl 0,9% dengan pengenceran 1/2, 1/4, 1/8, dan 1/16 pipet buffer atau NaCl 0,9%. 2) Lakukan pengujian seperti pada uji kualitatif pada tiap – tiap pengenceran satu persatu hingga tidak terjadi aglutinasi.



VI. Interpretasi Hasil



:



Titer antibodi hasil uji adalah sampel dengan pengenceran tertinggi yang terakhir diuji dan masih memberikan hasil aglutinasi. Sampel serum



200 IU/ml



Pengenceran ½



400 IU/ml



¼



800 IU/ml



1/8



1600 IU/ml



1/16



3200 IU/ml



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



97



Pemeriksaan Rheumatoid Faktor (Rh Faktor) I.



Pengertian



: Rheumatoid faktor adalah imunoglobin antibodi yang dapat mengikat anti bodi lainnya, penyakit ini merupakan penyakit autoimun dan salah satu penyebabnya adalah Rheumatoid Arthritis.



II. Metode



: Aglutinasi / Slide Test



III. Prinsip Kerja



: Adanya antibodi terhadap Rheumatoid Faktor pada sampel akan bereaksi dengan imunoglobulin Gm (IgG) yang di label pada partikel lateks pada reagen akan membentuk reaksi aglutinasi.



IV. Alat dan bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung Reaksi



b.



Rak tabung



c.



Mikropipet adjustable 5 – 50 µL



d.



Tip kuning



e.



Slide dengan warna latar belakang hitam



f.



Rotator



Bahan a.



Serum / plasma



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



98



Sampel darah di centrifuge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate. b.



Kit Rheumatoid Faktor 1) Kontrol Positif 2) Kontrol Negatif 3) Buffer 4) Latex Rheumatoid Faktor



V. Prosedur Kerja 1.



:



Persiapan sampel Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 1 hari pada suhu 2 - 8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 1 hari maksimum 1 bulan harus di simpan pada suhu -20°C ±6°C.



2.



Persiapan Bahan Reagensia a.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit.



b.



Reagen latex Rheumatoid Faktor dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



3.



Cara Uji a.



Uji Kualitatif 1) Pipet kontrol positif kontrol negatif dan sampel serum atau plasma di dalam lingkaran slide pemeriksaan sebanyak 40 µL.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



99



2) Tambahkan masing – masing 1 tetes reagen latex Rheumatoid Faktor 3) Campur dan sebarkan di sekelilingi lingkaran slide 4) Letakkan di atas rotator selama 2 menit dengan kecepatan 100 rpm 5) Lihat hasil uji, apabila terdapat aglutinasi lanjutkan ke uji semi kuantitatif. b.



Uji Semi Kuantitatif 1) Encerkan sampel serum dengan memakai reagen buffer atau NaCl 0,9% dengan pengenceran 1/2, 1/4, 1/8, 1/16 pipet buffer atau NaCL 0,9%. 2) Lakukan pengujian seperti pada uji kualitatif pada tiap’’ pengenceran satu persatu hingga tidak terjadi aglutinasi.



VI. Interpretasi Hasil



:



Sampel Serum



20 IU/ml



Pengenceran ½



40 IU/ml



¼



80 IU/ml



1/8



160 IU/ml



1/16



320 IU/ml



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



100



Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO dan Rhesus I.



Metode



: Aglutinasi / Slide Test



II. Prinsip Kerja



: Sel darah merah sampel bereaksi langsung dengan anti A dan Anti B serta anti rhesus (anti D) membentuk aglutinasi.



III. Alat dan bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tabung



c.



Pipet tetes



d.



Tip kuning



Slide bening atau dengan warna latar belakang putih



f.



Rotator



Bahan a.



Darah segar atau dengan penambahan antikoagulan



b.



Kit golongan darah dan rhesus : 1) Anti A



3) Anti AB



2) Anti B



4) Anti rhesus (anti D)



IV. Prosedur Kerja 1.



e.



:



Persiapan sampel Sampel darah segar dapat dipriksa langsung. Sampel darah dengan penambahan antikoagulan dapat disimpan selam 2 hari pada suhu 2 8°C.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



101



2.



Persiapan Bahan Reagensia Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit.



3.



Cara Uji a.



Tempatkan 1 tetes masing – masing reagen anti A, anti B, anti AB, dan anti D di atas slide.



b.



Tambahkan masing – masing 1 tetes darah kemudian campur.



c.



Campur dan sebarkan disekeliling lingkaran slide



d.



Letakkan diatas rotator selama 1 – 2 menit dengan kecepatan 100 rpm



e.



Lihat hasil uji.



V. Interpretasi Hasil



:



Aglutinasi



Tidak terjadi aglutinasi



Golongan darah



Anti A, Anti AB



Anti B



A



Anti B, Anti AB



Anti A



B



Anti A, Anti B, Anti AB



-



AB



-



Anti A, Anti B, Anti AB



O



Rhesus (Anti D) Positif



: terjadi aglutinasi



Negatif



: tidak terjadi aglutinasi



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



102



Pemeriksaan Demam Berdarah Dengue (DBD) I.



Pengertian



: Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk kedalam peredaran darah manusia melalui gigtan nyamuk dari jenis Aedes, misalnya Aedes aegyptti atau Aedes albopitus.



II. Metode



: Immunokromatografi



III. Prinsip



: Antibodi dengue IgG dan IgM pada spesimen akan bereaksi dengan antigen DBD yang telah dilabel pada membran strip akan membentuk kompleks antigen – antibodi yang kemudian membentuk garis berwarna pink.



IV. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



d.



Tip kuning



b.



Rak tabung



e.



Timer



c.



Mikropipet 10 µL



Bahan a.



Serum / plasma heparin / darah segar Sampel darah di centrifuge atau di diamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate.



b.



Kit pemeriksaan demam berdarah dengue : 1) Strip divice SD 2) Diluent



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



103



V. Prosedur Kerja 1.



:



Persiapan Sampel a.



Darah dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 72 jam pada suhu 2 - 8°C



b.



Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 1 hari pada suhu 2 - 8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 1 hari maximum 1 bulan harus disimpan pada suhu -20°C ±6°C



2.



Persiapan bahan reagensia Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit



3.



Cara Uji a.



Pipet darah / serum / plasma sebanyak 10 µL, masukkan ke dalam sumur sampel bertandah S



b.



Tambahkan 3 – 4 tetes diluent ke sumur diluent.



c.



Diamkan selama 15 – 20 menit.



d.



Baca hasil, pembacaan hasil tidak boleh lebih dari 20 menit.



VI. Interpretasi Hasil : 1.



Negatif



: Satu garis pink pada deret C (Control)



2.



Positif IgM



: Dua garis pink, satu garis pada deret C (Control) dan satu garis pada deret M (IgM)



3.



Positif IgG



: Dua garis pink, satu garis pada deret C (Control) dan satu garis pada deret G (IgG)



4.



Positif IgG dan IgM : Tiga garis pink, masing – masing garis pada deret C (Control), G (IgG), dan M (IgM)



5.



Invalid



: Tidak terjadi garis pink pada deret C (Control)



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



104



Pemeriksaan Widal I.



Metode



: Aglutinasi / Slide Test



II. Prinsip



: Adanya antibodi terhadap Salmonella typhi dan atau paratyphi pada sampel akan bereaksi dengan suspensi antigen Salmonella pada reagen akan membentuk reaksi aglutinasi.



III. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tebung



c.



Mikropipet adjustable 10 – 100 µL



d.



Mikropipet 5 µL



e.



Tip kuning



f.



Slide bening atau warna latar belakang putih



g.



Pengaduk



h.



Rotator



Bahan a.



Serum / plasma Sampel darah di centrifuge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai anti koagulan.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



105



b.



KIT Widal 1) Kontrol positif 2) Suspensi antigen widal : a) Antigen suspensi Salmonella typhi O b) Antigen suspensi Salmonella typhi H c) Antigen suspensi Salmonella paratyphi HA d) Antigen susupensi Salmonella paratyphi HB



IV. Prosedur kerja 1.



:



Persiapan sampel Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 3 hari pada suhu 2 - 8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 1 hari maksimum 1 bulan harus disimpan pada suhu -20°C ±6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ± 30 menit.



b. 3.



Reagen widal di kocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



Cara Uji a.



Uji Kualitatif 1) 1 tetes serum pasien, kontrol positif dan kontrol negatif dan letakkan diatas slide dasar putih. 2) Tambahkan masing – masing 1 tetes : a) Antigen suspensi Salmonella typhi O



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



106



b) Antigen suspensi Salmonella typhi H c) Antigen suspensi Salmonella paratyphi HA d) Antigen susupensi Salmonella paratyphi HB 3) Campur dengan menggunakan aplikator (pengaduk), kemudian dirotator selama 1 – 2 menit dengan kecepatan 100 rpm. 4) Baca reaksi yang terjadi dengan melihat secara langsung atau di bawah mikroskop. 5) Sampel yang memberikan reaksi positif di lanjutkan ke tes semi kuantitatif. b.



Uji Semi Kuantitatif 1) Pipet sampel sebanyak 80 µL di letakkan di atas slide dasar putih. 2) Tambahkan masing – masing 1 tetes antigen. 3) Campur dengan memakai pengaduk kemudian di rotator selama 1 – 2 menit dengan kecepatan 100 rpm. 4) Baca reaksi yang terjadi dengan melihat secara langsung atau di bawah mikroskop. 5) Apabila



sampel



positif



terjadi



aglutinasi



pemeriksaan



dilanjutkan atau diulangi dengan cara yang sama dengan diatas (tahapan kerja 1-4) menggunakan sampel sebanyak 40 µL, 20 µL, 10 µL, dan 5 µL. 6) Apabila pemeriksaan dengan menggunakan sampel serum sebanyak 5 µL masih positif, encerkan sampel dengan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



107



menggunakan larutan NaCL 0,9% sebesar 2x dan 4x kemudian pada masing – masing pengenceran di ambil sebanyak 5 µL dan kemudian diperiksa kembali sesuai tahapan kerja 1 – 4. V. Interpretasi Hasil 1.



2.



:



Metode slide kualitatif a.



Positif



: Bila terjadi aglutinasi.



b.



Negatif : Bila tidak terjadi aglutinasi.



Metode slide semi kuantitatif Titer antibodi dari serum pasien dapat dilihat pada tabel berikut : Volume serum



Titer antibodi



80 µL



1/20



40 µL



1/40



20 µL



1/80



10 µL



1/160



5 µL



1/320



5 µL (pengenceran 2x)



1/640



5 µL (pengenceran 4x)



1/1280



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



108



Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) I.



Metode



: ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay)



II. Prinsip



: Pembacaan Immuno-Enzymatik dengan pembacaan Final Fluorescence Metode ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay). Semua langkah pengetesan dilakukan secara otomatis. Solid Phase Receptacle (SPR) berguna sebagai reaksi fase padat dan alat pemipetan selama pemeriksaan. Semua reagensia yang di butuhkan telah tersedia di reagen strip yang tertutup.



III. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tabung



c.



Mikropipet 150 µL, 1000 µL



d.



Yellow Tip dan Blue Tip



e.



Vidas ®



Bahan a.



Serum / plasma Sampel darah dicentrifuge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



109



b.



KIT Vidas HBsAg 1) Calibrator (S1)



5) HBS SPR



2) Kontrol positif (C1)



6) MLE card (Master Lot



3) Kontrol negatif (C2)



Entry)



4) HBS Strip IV. Prosedur Kerja 1.



:



Persiapan Sampel Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 5 hari pada suhu 2 - 8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 5 hari maximum 3 bulan harus disimpan pada suhu -25°C ±6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



S1 dilarutkan dengan aquabides 1 ml, campur dan biarkan selama 20 menit sebelum digunakan. Kalibrator yang sudah dilarutkan stabil pada suhu 2-8°C selama 2 bulan atau selama 6 bulan pada suhu 25°C ± 6°C.



b.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit.



c. 3.



SI, C1, C2 dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



Cara Uji a.



Pengerjaan standar/ kontrol 1) Pipet S1 sebanyak 150 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. Dibuat duplikat.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



110



2) Pipet C1 sebanyak 150 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 3) Pipet C2 sebanyak 150 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 4) Masukkan seluruh strip yang telah diisi S1,C1 dan C2 ke dalam alat (strip holder) 5) Input



masing-masing



jenis



bahan



standar/control



dan



pemeriksaan pada alat, kemudian tekan start. 6) Pengerjaan dan perhitungan secara otomatis dilakukan oleh alat. b.



Pengerjaan sampel 1) Pipet serum sebanyak 150 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip . 2) Masukkan ke dalam alat (strip holder). 3) Input identitas pasien dan jenis pemeriksaan kemudian tekan start. 4) Pengerjaan standart, control dan sampel boleh dikerjakan secara bersamaan. 5) Pengerjaan dan perhitungan hasil dilakukan secara otomatis oleh alat.



V. Interpretasi Hasil



:



Negatif



: Test Value (TV)



: < 0,13



Positif



: Test Value (TV)



: ≥ 0,13



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



111



Pemeriksaan Anti HBs I.



Metode



: ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay)



II. Prinsip



: Pembacaan Immuno-Enzymatik dengan pembacaan Final Fluorescence Metode ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay). Semua langkah pengetesan dilakukan secara otomatis. Solid Phase Receptacle (SPR) berguna sebagai reaksi fase padat dan alat pemipetan selama pemeriksaan. Semua reagensia yang di butuhkan telah tersedia di reagen strip yang tertutup.



III. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tabung



c.



Mikropipet 150 µL



d.



Mikropipet 1000 µL



e.



Yellow Tip dan Blue Tip



f.



Vidas ®



Bahan a.



Serum / plasma Sampel darah dicentrifuge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



112



b.



KIT Vidas Anti HBs 1) Calibrator (S1)



5) HBT SPR



2) Kontrol positif (C1)



6) MLE card (Master Lot



3) Kontrol negatif (C2)



Entry)



4) HBT Strip IV. Prosedur Kerja 1.



:



Persiapan Sampel Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 5 hari pada suhu 2 - 8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 5 hari maximum 3 bulan harus disimpan pada suhu -25°C ±6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



S1 dilarutkan dengan aquabides 1 ml, campur dan biarkan selama 20 menit sebelum digunakan. Kalibrator yang sudah dilarutkan stabil pada suhu 2-8°C selama 2 bulan atau selama 6 bulan pada suhu 25°C ± 6°C.



b.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit.



c. 3.



SI, C1, C2 dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan



Cara Uji a.



Pengerjaan standar/ kontrol 1) Pipet S1 sebanyak 150 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. Dibuat duplikat.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



113



2) Pipet C1 sebanyak 150 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 3) Pipet C2 sebanyak 150 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 4) Masukkan seluruh strip yang telah diisi S1,C1 dan C2 ke dalam alat (strip holder) 5) Input



masing-masing



jenis



bahan



standar/control



dan



pemeriksaan pada alat, kemudian tekan start. 6) Pengerjaan dan perhitungan secara otomatis dilakukan oleh alat. b.



Pengerjaan sampel 1) Pipet serum sebanyak 150 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip . 2) Masukkan ke dalam alat (strip holder). 3) Input identitas pasien dan jenis pemeriksaan kemudian tekan start. 4) Pengerjaan standart, control dan sampel boleh dikerjakan secara bersamaan. 5) Pengerjaan dan perhitungan hasil dilakukan secara otomatis oleh alat.



V.



Interpretasi Hasil Negatif



: < 5 mIU/ml



Positif



: ≥ 12 mIU/ml



:



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



114



Pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone Sensitif (TSHs) I.



Pengertian



: TSHs (Thyroid Stimulating Hormone sensitif) adalah tes TSH generasi ke tiga yang dapat mendeteksi TSH pada kadar yang sangat rendah sehingga dapat digunakan sebagai pemeriksaan tunggal dalam menentukan status tiroid.



II. Metode



: ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay)



III. Prinsip



: Pembacaan Immuno-Enzymatik dengan pembacaan final fluoresencet metode ELFA. Semua langkah penetesan di lakukan secara otomatis, Solid Phase Receptacle (SPR) berguna sebagai fase padat dan alat pemipetan selama pemeriksaan. Semua reagen yang di butuhkan telah tersedia di reagen strip yang tertutup.



IV. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



d.



Mikropipet 1000 µL



b.



Rak tabung



e.



Yellow Tip dan Blue Tip



c.



Mikropipet 200 µL



f.



Vidas



Bahan a.



Serum / plasma Sampel darah dicentrifuge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



115



b.



KIT Vidas TSHs 1) Calibrator (S1)



5) TSH3 Strip



2) Calibrator (S2)



6) TSH3 SPR



3) Kontrol positif (C1)



7) MLE card (Master Lot



4) Kontrol negatif (C2) V. Prosedur Kerja 1.



Entry)



:



Persiapan Sampel Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 5 hari pada suhu 2 - 8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 5 hari maximum 3 bulan harus disimpan pada suhu -25°C ±6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



S1 dilarutkan dengan aquabides 1 ml, campur dan biarkan selama 20 menit sebelum digunakan. Kalibrator yang sudah dilarutkan stabil pada suhu 2-8°C selama 2 bulan atau selama 6 bulan pada suhu 25°C ± 6°C.



b.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit.



c. 3.



S1, S2, C1, C2 dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



Cara Uji a.



Pengerjaan standar/ kontrol 1) Pipet S1 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. Dibuat duplikat.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



116



2) Pipet S2 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. Dibuat duplikat. 3) Pipet C1 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 4) Pipet C2 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 5) Masukkan seluruh strip yang telah diisi S1,S2, C1 dan C2 ke dalam alat (strip holder) 6) Input



masing-masing



jenis



bahan



standar/control



dan



pemeriksaan pada alat, kemudian tekan start. 7) Pengerjaan dan perhitungan secara otomatis dilakukan oleh alat. b.



Pengerjaan sampel 1) Pipet serum sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip . 2) Masukkan ke dalam alat (strip holder). 3) Input identitas pasien dan jenis pemeriksaan kemudian tekan start. 4) Pengerjaan standart, control dan sampel boleh dikerjakan secara bersamaan. 5) Pengerjaan dan perhitungan hasil dilakukan secara otomatis oleh alat.



VI.



Interpretasi Hasil : 0,27 µIU/ml- 4,7 µIU/ml



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



117



Pemeriksaan Free Thyroxin (FT4) I.



Metode



: ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay)



II. Prinsip



: Pembacaan Immuno-Enzymatik dengan pembacaan final fluoresencet metode ELFA. Semua langkah penetesan dilakukan secara otomatis, Solid Phase Receptacle (SPR) berguna sebagai fase padat dan alat pemipetan selama pemeriksaan. Semua reagen yang di butuhkan telah tersedia di reagen strip yang tertutup.



III. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tabung



c.



Mikropipet 100 µL



d.



Yellow Tip



e.



Vidas ®



Bahan a.



Serum / plasma Sampel darah dicentrifuge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate.



b.



KIT Vidas FT4 1) Calibrator (S1) 2) Kontrol 1 (C1)



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



118



3) FT4 Strip 4) FT4 SPR 5) MLE card (Master Lot Entry) IV. Prosedur Kerja 1.



:



Persiapan Sampel Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 5 hari pada suhu 2 - 8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 5 hari maximum 3 bulan harus disimpan pada suhu -25°C ±6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit.



b. 3.



S1, C1 dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



Cara Uji a.



Pengerjaan standar/ kontrol 1) Pipet S1 sebanyak 100 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. Dibuat duplikat. 2) Pipet C1 sebanyak 100 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 3) Masukkan seluruh strip yang telah diisi S1,S2, C1 dan C2 ke dalam alat (strip holder). 4) Input



masing-masing



jenis



bahan



standar/control



dan



pemeriksaan pada alat, kemudian tekan start. 5) Pengerjaan dan perhitungan secara otomatis dilakukan oleh alat. Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



119



b.



Pengerjaan sampel 1) Pipet serum sebanyak 100 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip . 2) Masukkan ke dalam alat (strip holder). 3) Input identitas pasien dan jenis pemeriksaan kemudian tekan start. 4) Pengerjaan standart, control dan sampel boleh dikerjakan secara bersamaan. 5) Pengerjaan dan perhitungan hasil dilakukan secara otomatis oleh alat.



V. Interpretasi Hasil : 0,7 ng/dl- 1,56 ng/dl



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



120



Pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) I.



Pengertian



: Thyroid stimulating hormone (TSH) merupakan hormon glikoprotein, yang disekresi oleh hipotalamus anterior. Hormon ini merangsang sintesis dan sekresi hormon T3 dan T4.



II. Metode



: ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay)



III. Prinsip



: Pembacaan Immuno-Enzymatik dengan pembacaan final fluoresencet metode ELFA. Semua langkah penetesan di lakukan secara otomatis, Solid Phase Receptacle (SPR) berguna sebagai fase padat dan alat pemipetan selama pemeriksaan. Semua reagen yang di butuhkan telah tersedia di reagen strip yang tertutup.



IV. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



d.



Mikropipet 1000 µL



b.



Rak tabung



e.



Yellow Tip dan Blue Tip



c.



Mikropipet 200 µL



f.



Vidas ®



Bahan a.



Serum / plasma Sampel darah dicentrifuge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



121



b.



KIT Vidas TSH 1) Calibrator (S1) 2) Kontrol positif 1 (C1) 3) TSH Strip 4) TSH SPR 5) MLE card (Master Lot Entry)



V. Prosedur Kerja 1.



:



Persiapan Sampel Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 5 hari pada suhu 2 - 8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 5 hari maximum 3 bulan harus disimpan pada suhu -25°C ±6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



S1 dilarutkan dengan aquabides 2 ml, campur dan biarkan selama 20 menit sebelum digunakan. Kalibrator yang sudah dilarutkan stabil pada suhu 2-8°C selama 2 bulan atau selama 6 bulan pada suhu 25°C ± 6°C.



b.



C1 dilarutkan dengan aquabides 3 ml, campur dan biarkan selama 20 menit sebelum digunakan. Kalibrator yang sudah dilarutkan stabil pada suhu 2-8°C selama 2 bulan atau selama 6 bulan pada suhu 25°C ± 6°C.



c.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit.



d.



S1, C1 dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



122



3.



Cara Uji a.



Pengerjaan standar/ kontrol 1) Pipet S1 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. Dibuat duplikat. 2) Pipet C1 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 3) Masukkan seluruh strip yang telah diisi S1,S2, C1 dan C2 ke dalam alat (strip holder). 4) Input



masing-masing



jenis



bahan



standar/control



dan



pemeriksaan pada alat, kemudian tekan start. 5) Pengerjaan dan perhitungan secara otomatis dilakukan oleh alat. b.



Pengerjaan sampel 1) Pipet serum sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip . 2) Masukkan ke dalam alat (strip holder). 3) Input identitas pasien dan jenis pemeriksaan kemudian tekan start. 4) Pengerjaan standart, control dan sampel boleh dikerjakan secara bersamaan. 5) Pengerjaan dan perhitungan hasil dilakukan secara otomatis oleh alat.



VI. Interpretasi Hasil : 0,25 µIU/ml- 5 µIU/ml Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



123



Pemeriksaan Cancer antigen 125 (Ca 125) I.



Metode



: ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay)



II. Prinsip



: Pembacaan Immuno-Enzymatik dengan pembacaan final fluoresencet metode ELFA. Semua langkah penetesan di lakukan secara otomatis, Solid Phase Receptacle (SPR) berguna sebagai fase padat dan alat pemipetan selama pemeriksaan. Semua reagen yang di butuhkan telah tersedia di reagen strip yang tertutup.



III. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tabung



c.



Mikropipet 200 µL



d.



Mikropipet 1000 µL



e.



Yellow Tip dan Blue Tip



f.



Vidas ®



Bahan a.



Serum / plasma Sampel darah dicentrifuge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate.



b.



KIT Vidas Ca 125 1) Calibrator (S1)



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



124



2) Kontrol positif (C1) 3) Ca 125 Strip 4) Ca 125 SPR 5) MLE card (Master Lot Entry) IV. Prosedur Kerja 1.



:



Persiapan Sampel Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 5 hari pada suhu 2-8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 1 hari maximum 1 bulan harus disimpan pada suhu -20°C ±6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



S1 dilarutkan dengan aquabides 3 ml, campur dan biarkan selama 20 menit sebelum digunakan. Kalibrator yang sudah dilarutkan stabil pada suhu 2-8°C selama 2 bulan atau selama 6 bulan pada suhu 25°C ± 6°C.



b.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit.



c. 3.



S1, C1 dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



Cara Uji a.



Pengerjaan standar/ kontrol 1) Pipet S1 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. Dibuat duplikat. 2) Pipet C1 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



125



3) Masukkan seluruh strip yang telah diisi S1, C1 ke dalam alat (strip holder). 4) Input



masing-masing



jenis



bahan



standar/control



dan



pemeriksaan pada alat, kemudian tekan start. 5) Pengerjaan dan perhitungan secara otomatis dilakukan oleh alat. b.



Pengerjaan sampel 1) Pipet serum sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip . 2) Masukkan ke dalam alat (strip holder). 3) Input identitas pasien dan jenis pemeriksaan kemudian tekan start. 4) Pengerjaan standart, control dan sampel boleh dikerjakan secara bersamaan. 5) Pengerjaan dan perhitungan hasil dilakukan secara otomatis oleh alat.



V. Interpretasi Hasil : < 35 U/ml



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



126



Pemeriksaan Carsinoma Embrionik Antigen (CEA) I.



Pengertian



: Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa.



II. Metode



: ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay)



III. Prinsip



: Pembacaan Immuno-Enzymatik dengan pembacaan final fluoresencet metode ELFA. Semua langkah penetesan di lakukan secara otomatis, Solid Phase Receptacle (SPR) berguna sebagai fase padat dan alat pemipetan selama pemeriksaan. Semua reagen yang di butuhkan telah tersedia di reagen strip yang tertutup.



IV. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tabung



c.



Mikropipet 200 µL



d.



Yellow Tip dan Blue Tip



e.



Vidas ®



Bahan a.



Serum / plasma Sampel darah dicentrifuge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



127



b.



KIT Vidas CEAS 1) Calibrator (S1) 2) Calibrator (S2) 3) Kontrol positif (C1) 4) Kontrol negatif (C2) 5) CEA Strip 6) CEA SPR 7) MLE card (Master Lot Entry)



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



128



V. Prosedur Kerja 1.



:



Persiapan Sampel Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 5 hari pada suhu 2-8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 5 hari maximum 3 bulan harus disimpan pada suhu -25°C ±6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



S1 dilarutkan dengan aquabides 1 ml, campur dan biarkan selama 20 menit sebelum digunakan. Kalibrator yang sudah dilarutkan stabil pada suhu 2-8°C selama 2 bulan atau selama 6 bulan pada suhu 25°C ± 6°C.



b.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit.



c. 3.



S1, S2, C1, C2 dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



Cara Uji a.



Pengerjaan standar/ kontrol 1) Pipet S1 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. Dibuat duplikat. 2) Pipet S2 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. Dibuat duplikat. 3) Pipet C1 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 4) Pipet C2 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



129



5) Masukkan seluruh strip yang telah diisi S1,S2, C1 dan C2 ke dalam alat (strip holder). 6) Input



masing-masing



jenis



bahan



standar/control



dan



pemeriksaan pada alat, kemudian tekan start. 7) Pengerjaan dan perhitungan secara otomatis dilakukan oleh alat. b.



Pengerjaan sampel 1) Pipet serum sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip . 2) Masukkan ke dalam alat (strip holder). 3) Input identitas pasien dan jenis pemeriksaan kemudian tekan start. 4) Pengerjaan standart, control dan sampel boleh dikerjakan secara bersamaan. 5) Pengerjaan dan perhitungan hasil dilakukan secara otomatis oleh alat.



VI. Interpretasi Hasil : 0-3 ng/dl



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



130



Pemeriksaan Thyroxin (T4) I.



Pengertian



: Hormon tiroid, tiroksin (T4) dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Hormon ini mempengaruhi seluruh sel organ tubuh, efeknya berbeda – beda tergantung dari organ maupun usia individu.



II. Metode



: ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay)



III. Prinsip



: Pembacaan Immuno-Enzymatik dengan pembacaan final fluoresencet metode ELFA. Semua langkah penetesan di lakukan secara otomatis, Solid Phase Receptacle (SPR) berguna sebagai fase padat dan alat pemipetan selama pemeriksaan. Semua reagen yang di butuhkan telah tersedia di reagen strip yang tertutup.



IV. Alat dan Bahan 1.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tabung



c.



Mikropipet 200 µL



d.



Yellow Tip



e.



Vidas ®



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



131



2.



Bahan a.



Serum / plasma Sampel darah dicentrifuge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate.



b.



KIT Vidas T4 1) Calibrator (S1) 2) Kontrol I (C1) 3) T4 Strip 4) T4 SPR 5) MLE card (Master Lot Entry)



V. Prosedur Kerja 1.



:



Persiapan Sampel Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 5 hari pada suhu 2-8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 5 hari maximum 3 bulan harus disimpan pada suhu -25°C ±6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit.



b.



S1, C1 dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



132



3.



Cara Uji a.



Pengerjaan standar/ kontrol 1) Pipet S1 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. Dibuat triplikat. 2) Pipet C1 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 3) Masukkan seluruh strip yang telah diisi S1 dan C1 ke dalam alat (strip holder). 4) Input



masing-masing



jenis



bahan



standar/control



dan



pemeriksaan pada alat, kemudian tekan start. 5) Pengerjaan dan perhitungan secara otomatis dilakukan oleh alat. b.



Pengerjaan sampel 1) Pipet serum sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip . 2) Masukkan ke dalam alat (strip holder). 3) Input identitas pasien dan jenis pemeriksaan kemudian tekan start. 4) Pengerjaan standart, control dan sampel boleh dikerjakan secara bersamaan. 5) Pengerjaan dan perhitungan hasil dilakukan secara otomatis oleh alat.



VI. Interpretasi Hasil : 60 -120 nmol/L Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



133



Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research of Laboratories) I. II.



Metode



: Flokulasi/ slide test



Prinsip Kerja



: Pada penderita sifilis akan terbentuk Antibodi dari Treponema pallidum yang terjadi sebagai reaksi terhadap bahan-bahan yang dilepaskan karena kerusakan sel/jaringan. Antibodi ini akan berikatan dengan kardiolipin yang mengandung antigen dari Treponema pallidum membentuk Flokulasi.



III.



Alat dan Bahan 1.



:



Alat a.



Tes card disposibel dasar putih



b.



Tabung reaksi



c.



Rak tabung



d.



Aplikator (pengaduk plastik)



e.



Mikroskop



f.



Mikropipet 20 µL



g.



Mikropipet 50 µL



h.



Yellow tip dan Blue Tip



i.



Rotator



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



134



2.



Bahan a.



Serum/ Plasma heparin Sampel darah di centriguge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate, EDTA atau Na.Citrat.



b.



Reagen VDRL 1) Syphscreen Antigen Suspension 2) Kontrol positif 3) Kontrol negatif



IV.



Prosedur kerja 1.



:



Persiapan sampel Sampel serum diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 1 hari pada suhu 2-8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 1 hari maksimum 1 bulan harus dismpan pada suhu -20°C ± 6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ± 30 menit.



3.



Cara Uji a.



Uji Kualitatif 1) Pipet 1 tetes (50 µL) serum/plasma pasien, kontrol positif dan kontrol negatif dan letakkan di atas card dasar putih disposibel. 2) Tambahkan masing-masing 1 tetes (20 µL) suspensi antigen VDRL.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



135



3) campur dengan menggunakan pengaduk plastik kemudian rotator selama 8 menit dengan kecepatan 100 rpm. 4) Baca reaksi yang terjadi secara makro atau melihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 kali. b.



Uji Semi Kuantitatif 1) Siapkan 6 tabung reaksi dan isi tiap-tiap tabung NaCl 0,9% sebanyak 1 bagian (100 µL). 2) Tambahkan 1 bagian (100 µL) serum pada tabung I, campur hingga homogen. 3) Untuk tabung II, pindahkan 1 bagian (100 µL) isi tabung I ke dalam tabung II. 4) Lakukan hal yang sama untuk tabung III, IV, V dan ke VI, tabung terakhir diambil 1 bagian (100 µL) dan dibuang. 5) Ambil masing-masing dari tabung I hingga tabung terakhir sebanyak 50 µL lalu teteskan di atas card dasar putih. 6) Tambahkan 1 tetes (20 µL) suspensi antigen VDRL. 7) Campur dengan menggunakan pengaduk plastik kemudian rotator selama 8 menit dengan kecepatan 100 rpm. 8) Baca reaksi yang terjadi secara makro atau melihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



136



V.



Interpretasi Hasil 1.



:



Uji Kualitatif a.



Negatif



: Tidak terjadi Flokulasi (partikel karbon tetap dalam suspense yang rata)



b.



Positif



: Bila terjadi Flokulasi dari partikel hitam yang tampak jelas (agregat hitam besar). Jika hasil test menunjukkan positif, maka test dilanjutkan dengan test semi kuantitaif.



2.



Uji Kuantitaif Hasil pengamatan dengan pengenceran tertinggi yang masih memberikan hasil reaktif (Flokulasi) dapat dilihat pada tabel berikut : Pengenceran



Titer



Serum tanpa pengenceran



1/1



I



1/2



II



1/4



III



1/8



IV



1/16



V



1/32



VI



1/64



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



137



Pemeriksaan TPHA (Treponema Pallidum Hemaglutinasi) I. II.



Metode



: Hemaglutinasi



Prinsip Kerja



: Adanya antibodi terhadap Treponema pallidum pada sampel akan bereaksi dengan sel darah merah domba yang telah dilabel dengan Treponema pallidum pada reagen membentuk aglutinasi pada dasar lubang mikrowell.



III.



Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tabung



c.



Mikropipet adjustable 5 – 50 µL



d.



Mikropipet 20 – 200 µL



e.



Yellow tip



f.



Mikrowell dasar cekung



g.



Timer



Bahan a.



Serum/ Plasma heparin Sampel darah di centriguge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate atau EDTA.



b.



KIT TPHA 1) Kontrol positif



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



138



2) Kontrol negatif 3) Diluent 4) Control cell 5) Test cell IV.



Prosedur kerja 1.



:



Persiapan sampel Sampel serum diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 1 hari pada suhu 2-8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 1 hari maksimum 1 bulan harus dismpan pada suhu -20°C ± 6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ± 30 menit.



b.



Reagen kontrol cell dan test cell dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



3.



Cara Uji a.



Uji Kualitatif 1) Pipet kontrol negatif, kontrol positif dan sampel serum atau plasma ke dalam mikrowell pada deret lubang pertama sebanyak 10 µL. 2) Tambahkan masing-masing 190 µL diluent, kemudian campur. 3) Ambil dan pindahkan ke deret lubang kedua dan ketiga masingmasing 25 µL. 4) Tambahkan 75 µL kontrol cell ke lubang kedua, campur.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



139



5) Tambahkan tambahkan 75 µL kontrol cell ke lubang ketiga, campur. 6) Tutup mikrowell dengan penutupnya. 7) Inkubasi pada suhu ruangan selama 1 jam. 8) Lihat hasil uji. Apabila terdapat aglutinasi pada dasar lubang, lanjutkan ke uji semi kuantitatif. b.



Uji Semi Kuantitatif 1) Encerkan sampel serum dengan memakai reagen diluent dengan pengenceran 1/20, 1/40, 1/80, 1/160, 1/320 dan 1/640. 2) Lakukan pengujian seperti pada uji kualitatif pada tiap-tiap pengenceran.



V.



Interpretasi Hasil : Titer antibodi hasil uji pada sampel adalah pengenceran tertinggi yang memberikan hasil aglutinasi.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



140



Pemeriksaan Anti HIV I.



Metode



: ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay)



II. Prinsip



: Pembacaan Immuno-Enzymatik dengan pembacaan Final Fluorescence Metode ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay). Semua langkah pengetesan dilakukan secara otomatis. Solid Phase Receptacle (SPR) berguna sebagai reaksi fase padat dan alat pemipetan selama pemeriksaan. Semua reagensia yang di butuhkan telah tersedia di reagen strip yang tertutup.



III. Alat dan Bahan 1.



2.



:



Alat a.



Tabung reaksi



b.



Rak tabung



c.



Mikropipet 200 µL



d.



Mikropipet 1000 µL



e.



Yellow Tip dan Blue Tip



f.



Vidas ®



Bahan a.



Serum / plasma Sampel darah dicentrifuge atau didiamkan dalam keadaan tegak lurus sehingga serum berada pada bagian atas. Plasma dengan memakai antikoagulan lithium heparinate.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



141



b.



KIT Vidas HBsAg 1) Calibrator (S1) 2) Calibrator (S2) 3) Kontrol positif Antibodi (C2) 4) Kontrol positif Antigen (C3) 5) HIV 5 Strip 6) HIV 5 SPR 7) MLE card (Master Lot Entry)



IV. Prosedur Kerja 1.



:



Persiapan Sampel Sampel serum dapat diperiksa langsung. Spesimen dapat disimpan selama 5 hari pada suhu 2 - 8°C. Untuk penyimpanan lebih dari 1 hari maximum 1 bulan harus disimpan pada suhu -20°C ±6°C.



2.



Persiapan bahan reagensia a.



S1 dilarutkan dengan aquabides 2 ml, campur dan biarkan selama 20 menit sebelum digunakan. Kalibrator yang sudah dilarutkan stabil pada suhu 2-8°C selama 2 bulan atau selama 6 bulan pada suhu 25°C ± 6°C.



b.



S2 dilarutkan dengan aquabides 2 ml, campur dan biarkan selama 20 menit sebelum digunakan. Kalibrator yang sudah dilarutkan stabil pada suhu 2-8°C selama 2 bulan atau selama 6 bulan pada suhu 25°C ± 6°C.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



142



c.



Sebelum dipakai bahan reagensia dibiarkan pada suhu ruangan selama ±30 menit.



d. 4.



S1, S2, C1, C2 dan C3 dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.



Cara Uji a.



Pengerjaan standar/ kontrol 1) Pipet S1 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. Dibuat duplikat. 2) Pipet S2 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. Dibuat duplikat. 3) Pipet C1 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 4) Pipet C2 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 5) Pipet C3 sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip. 6) Masukkan seluruh strip yang telah diisi S1, S2, C1, C2 dan C3 ke dalam alat (strip holder). 7) Input



masing-masing



jenis



bahan



standar/control



dan



pemeriksaan pada alat, kemudian tekan start. 8) Pengerjaan dan perhitungan secara otomatis dilakukan oleh alat. b.



Pengerjaan sampel 1) Pipet serum sebanyak 200 µL, masukkan pada lubang sampel pada strip .



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



143



2) Masukkan ke dalam alat (strip holder). 3) Input identitas pasien dan jenis pemeriksaan kemudian tekan start. 4) Pengerjaan standart, control dan sampel boleh dikerjakan secara bersamaan. 5) Pengerjaan dan perhitungan hasil dilakukan secara otomatis oleh alat. V. Interpretasi Hasil : Negatif



: Test Value (TV)



: < 0,25



Positif



: Test Value (TV)



: ≥ 0,25



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



144



BAB IV PEMBAHASAN



A. Instalasi pengambilan spesimen Dalam instalasi pengambilan spesimen, kegiatan rutin yang dilakukan yaitu mengambil spesimen darah vena, sputum, urine, feses, air, makanan, minuman, obat – obatan dan bahan kosmetik. Dalam pengambilan sampel di instalalasi pengambilan spesimen Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) makassar ini menggunakan metode dan tenaga yang sesuai standar ISO 17025. Contoh pengambilan sampel darah vena menggunakan metode close sistem, dimana metode ini sangat baik untuk menjaga kualitas sampel dibandingkan dengan metode open sistem yang masih umum digunakan di rumah sakit ataupun di puskesmas.



B. Instalasi Media Dan Reagensia Dalam instalasi media dan reagensia kegiatan rutin dilakukan adalah membuat media untuk pertumbuhan bakteri dan jamur serta reagen yang dibutuhkan oleh instalasi yang ada di laboratorium balai besar laboratorium kesehatan (BBLK) makassar dan juga membuat media dan reagen untuk memenuhi pemesan dari lembaga pendidikan untuk di gunakan dalam proses belajar atau penelitian.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



145



Dalam proses pembuatan media dan reagen sangat dijaga ketepatan dan ketelitian serta higenitas untuk menjaga kualitas media dan reagen yang dibuat agar memiliki hasil yang baik.



C. PEMERIKSAAN KIMIA KESEHATAN Dalam instalasi ini kegiatan rutin yang di lakukan yaitu pemeriksaan terhadap bahan makanan dan minuman adapun bahan lain yang dapat di periksa yaitu obat – obatan atau kosmetik. Untuk pemeriksaan air bertujuan untuk menentukan baku mutu air, untuk pemeriksaan makanan bertujuan untuk menentukan kandungan zat atau bahan berbahaya yang terdapat pada makanan seperti boraks, formalin bahan pengawet, pemanis buatan dan logam berat.



D. INSTALASI MIKROBIOLOGI Dalam instalasi mikrobiologi kegiatan rutin yang dilakukan adalah pemeriksaan terhadap sampel medis dan non medis. Pemeriksaan ini bertujuan untuk identifikasi dan uji kerentanan suatu bakteri, parasit dan jamur yang terdapat pada sampel. Dalam pengujian sampel ini dilakukan dengan berbagai metode mulai dari metode manual, semi otomatic sampai dengan full otomatic sehingga pemeriksaan yang seharusnya membutuhkan waktu yang lama dapat diminimalkan waktu pengerjaannya.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



146



E. PEMERIKSAAN IMMUNOLOGI I.



Widal Test Kegunaan pemeriksaan widal adalah mendeteksi ada tidaknya zat anti dan mengukur titer zat anti terhadap kuman Salmonella sp dalam serum tersangka typhus abdominalis. Antigen yang di gunakan adalah suspense kuman Salmonella sp yang telah di matikan dan di olah menjadi antigen O (antigen somatic) dan antigen H (antigen H). Demam tifoid adalah gejala yang di timbulkan oleh beberapa salmonella khususnya Salmonella typhi. Setelah masa inkubasi 10 – 14 hari timbul demam, lemah, sakit kepala, konstipasi, brikardia, dan malgia. Demam sangat tinggi serta limpa dan hati sangat membesar. Salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang sehingga terjadi demam. Diagnose penyakit ini dalam laboratorium sulit di tegakkan, sebab gambaran klinis penyakit ini sangat bervariasi dan umunya tidak khas. Selain dengan widal test, demam typhoid dapat di diteksi melalui beberapa test, yaitu: 1. Test biakan untuk mendeteksi kuman Salmonella typhi, dari specimen klinik seperti darah, sum-sum tulang, urine dan tinja. 2. Test polymerase chain reaction (PCR) untuk deteksi DNA spesifik Salmonella thypi



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



147



Jenis-jenis test laboratorium yang berperan dalam penegakkan diagnose demam typhoid adalah sbb : 1. Menentukan



kadar



hemoglobin



dengan



metode



sahli



dan



kolorimetrik cianmethemoglobin (HiCN) dan oksihemoglobin (HbO2) 2. Menghitung jumlah leukosit dan trombosit dengan metode manual arau otomatik 3. Menghitung jenis leukosit dengan metode pembuatan sediaan apus darah tepid an pewarnaan romanowsky 4. Urinalisis dengan metode kimia kering II. Plano Test Test ini bertujuan untuk mendeteksi adanya Hormone Human Chorionic Gonadotropin (HCG). Pada urine wanita hamil mengandung α dan β-HCG (monoclonal HCG lengkap). Pada sumur bahan (sampel well) terdapat anti α-HCG. Pada tempat pembacaan (result window) di bagian vertical mengandung anti β-HCG, sedangkan pada bagian horizontal mengandung β-HCG + monoclonal HCG lengkap (α dan βHCG). Jika urine wanita hamil diteteskan pada sumur sampel, maka monoclonal HCG lengkap dan anti α-HCG akan bermigrasi. Ikatan monoclonal HCG lengkap dengan anti α-HCG akan berikatan dengan anti β-HCG (di bagian vertical) dan anti α-HCG (yang berlebih) akan



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



148



berikatan dengan ikatan monoclonal HCG lengkap dengan anti β-HCG (dibagian horizontal). Bila ikatan-ikatan tersebut telah membentuk ikatan sandwich, maka akan timbul warna, sehingga pada bembacaan akan tampak tanda (+)/ positif. III. HBsAg Test Test ini bertujuan untuk mendeteksi adanya virus hepatitis. Hepatitis yaitu suatu anfeksi yang di sebabkan oleh virus dan menjadi sasaran utamanya adalah hati. Virus penyebab hepatitis adalah : Virus hepatitis A (HBA), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HBC), virus hepatitis D (HBD), virus hepatitis E (HBE), cytomegalo virus, dan Epstein barr virus. Penyebab infeksi hepatitis yang paling sering di jumpai adalah virus hepatitis B (HBV). Pertanda dari hepatitis B adalah : 1.



HBsAg, mempunyai spesifikasi sbb : a.



Merupakan antigen permukaan dari hepatitis B



b.



Dapat di deteksi dalam serum



c.



Menunjukkan adanya DNA virus dalam hepar



d.



Terdapat infeksi kronik dan akut



e.



Timbul beberapa hari sebelum terjadinya gejala klinik dan pada sebagian kasus menghilang setelah 4 – 8 minggu



f.



Bila lebih dari 6 bulan HBsAg masih positif, merupakan tanda bahwa infeksi menjadi kronik atau penderita akan menjadi pembawa virus (carrier).



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



149



1) Anti HBs



4) HBeAg



2) Anti HB



5) Anti HBe



3) IgM anti HBc



6) HBV-DNA



IV. Pemeriksaan Fungsi Tiroid Tes fungsi tiroid bertujuan untuk membantu menentukan status tiroid.TSHs (thyroid stimulating hormone sensitive) adalah tes TSH generasi ketiga yang dapat mendeteksi TSH pada kadar yang sangat rendah sehingga dapat digunakan sebagai pemeriksaan tunggal dalam menentukanstatus tiroid dan di lanjutkan dengan tes FT4 hanya bila di jumpai TSHs yang abnormal.FT4 lebih sensitive daripada FT3 dan lebih banyak di gunakan untuk konfirmasi hipotiroidisme setelah dilakukan tes TSHs. Tes T4 digunakan untuk menyingkirkan suatu hipotiroidisme, menentukan maintenance dose tiroid pada hipotiroidisme dan memonitor hasil pengobatan antitiroid pada hipotiroidisme. Tes T3 di gunakan untuk mendiagnosis hipertiroidisme dengan kadar T4 normal. V. Pemeriksaan Penanda Tumor Petanda tumor umumnya diperiksa dari darah. Kegunaan dari petanda tumor untuk skrining kanker. Petanda tumor ini dipakai untuk menyaring dan membantu menegakkan diagnosis untuk kanker, mengikuti perjalanan penyakit dan ingin mengetahui adanya kekambuhan (relapse). Umumnya pemeriksaan petanda tumor tidak dapat diperiksa



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



150



secara tunggal untuk mendeteksi adanya kanker, harus dengan menggunakan beberapa petanda tumor. Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan menjadi sel hati pada janin. protein ini dapat dijumpai pada



penderita dengan kanker hati primer dan juga dapat



dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma yang lanjut, peningkatan AFP biasanya disertai dengan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa. Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus besar, khususnya ardenocarcinoma. Cancer antigen 12-5 (Ca 12-5) dipakai untuk indikator kanker ovarium epitel non-mucinous. Kadar Ca 12-5 meningkat pada kanker ovarium dan dipakai untuk mengikuti hasil pengobatan 3 minggu pasca kemoterapi.



F. INSTALASI PATOLOGI I.



Pemeriksaan Darah Rutin 1.



Hematologi Pemeriksaan darah lengkap di lakukan secara full otomatik menggunakan alat NIHON KOHDEN CELTAC F dimana pengerjaan dan pembacaan hasil dilakukan secara otomatis.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



151



2.



LED LED adalah kecepatan mengendapnya eritrosit dari satu sampel darah yang di periksa dalam suatu alat tertentu yang di nyatakan dalam mm/ jam. Dalam bahasa asingnya LED biasanya di sebut BBS ( Blood Bezenking Suelheid ), BSR ( Blood Sedimentation Rate ), BSE ( Blood Sedimentation Eritrosit ), BS ( Blood Sedimentation ), ESR ( Eritrosit Sediment Rate). LED juga merupakan salah satu parameter darah rutin tetapi pemeriksaannya sering di lakukan terpisah. Metode yang biasa di gunakan dalam pemeriksaan LED adalah westergreen, wintrobe, setavuge, dan mikrosedimentation, namun metode westergreen merupakan metode yang di rekomendasikan oleh international Committee For Standardization In Hematology (ICSH). Secara umum hal-hal yang bisa mempengaruhi LED adalah kondisi eritrosit, komposisi plasma, dan factor psikologi. LED menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit dan plasma. Pengendapan sel bertambah cepat bila berat sel meningkat, tetapi kecepatannya berkurang apaabila permukaan sel lebih luas. Sel-sel kecil akan mengendap lebih lambat dari pada sel yang menggumpal karena sel yang menggumpal mengalami peningkatan berat lebih besar dari luas permukaannya.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



152



Dalam darah nilai normal



LED relative kecil karena



pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi di imbangi oleh tekanan ke atas akibat perpindahan plasma. Sebaliknya setiap keadaan yang meningkatkan penggumpalan atau pelekatan sel satu dengan yang lain akan meningkatkan hasil LED. Mekanisme yang terjadi dalam pemeriksaan LED yaitu tahap penggumpalan, tahap sedimentasi dan tahap pemadatan. II. Kimia Darah 1.



Cholesterol Salah satu pemeriksaan kimia darah yang rutin dilakukan adalah pemeriksaan Cholesterol. Pemeriksaan cholesterol ini menggunakan metode



CHOD-PAP



(Endpoint)



dengan



menggunakan



alat



Photometer 5010 dengan panjang gelombang 546 nm. III. Urinalisis Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal,oleh karena itu harus di perhatikan beberapa hal yang dapat mengganggu pemeriksaan urine, misalnya: makanan, obat-obatan, dll. Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urina sacara fisik, kimia, dan mikroskopik. Tes ini merupakan salah satu tes yang sering di minta oleh para klinisi.tes urine menjadi sangat popular karena dapat membantu penegakkan diagnose, mendapatkan informasi terhadap fungsi organ dan metabolisme tubuh. Selain itu tes urine dapat mendeteksi kelainan asimptomatik,



mengikuti



perjalanan



penyakit



dan



hasil



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



153



pengobatan.dengan demikian hasil tes urine haruslah teliti, tepat, dan cepat. Permintaan urinalisis di indikasikan pada pasien dengan : a.



Evaluasi kesehatan secara umum.



b.



Gangguan endokrin.



c.



Gangguan pada ginjal atau traktus urinarius.



d.



Monitoring pasien dengan diabetes.



e.



Kehamilan.



f.



Kasus toksikologi dan over dosis obat. Secara umum tes urine di bedakan atas tes dasar (penyaring) dan tes



khusus. Tes dasar meliputi tes makroskopik, mikroskopik, dan tes kimia, sedangkan khusus meliputi tes biakan urine, protein kuantitatif 24 jam, hemosiderin urine, oval fat bodies,dll sesuai dengan kebutuhan khusus. Tes makroskopi meliputi warna, kejernihan, pH, Bj, bau, ukuran, dan volume. Tes mikroskopik urine meliputi tes sedimen urine dengan menggunakan mikroskop. Sedangkan tes kimia dilakukan dengan menggunakan carik celup yang dapat dikerjakan secara manual maupun menggunakan alat urine analyzer.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



154



BAGIAN II PENGEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA (PKMD)



A. DASAR PEMIKIRAN KEGIATAN PKMD PKMD



merupakan



kegiatan



praktek



pengembangan



kesehatan



masyarakat desa yang bertujuan meningkatkan, memantau tingkat kesehatan dan pola hidup sehat dalam suatu wilayah atau daerah khususnya daerah pedesaan. Dalam kegiatan ini mengharapkan adanya perubahan atau peningkatan kualitas mutu kesehatan masyarakat desa sehingga penyebaran penyakit yang terjadi dapat diminimaliskan.



B. TUJUAN PKMD 1.



Tujuan umum: Untuk membantu memandirikan individu, keluarga serta masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan khususnya di Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang Kabupaten Maros melakukan pendekatan dengan tenaga kesehatan.



2.



Tujuan khusus : a.



Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data di Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.



b.



Mahasiswa mampu melakukan analisis data di Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



155



C. MANFAAT PKMD 1.



M as yarakat M en am bah p enget ahu an m as yarakat t en tan g perm as al ahan yan g ad a di des an ya d an m enin gk atk an p eran sert a m as yarakat dal am m engh adap i p erm as al ahan yan g ad a di des an ya.



2.



T e n a g a k e s e h at a n M emb eri kan gam b aran k ep ad a t en aga k es ehatan t ent ang adanya p erm as al ahan yan g ad a di des a, s ehi n gga t enaga k es eh at an l ebih m e nin gk a tk a n



l a gi



p el ayan an



yang



a k an



di b e rik a n



ke p ada



m as yarakat . 3.



P em e ri nt ah d e s a M e n d a p a t i n f o r m a s i m e n g e n a i d a t a p e r a n m a s ya r a k a t d a l a m m engh adap i su at u p ermas al ahan yan g ad a di d es anya.



4.



In s t i t u s i M e ni n gk at k a n k ep us t a ka a n d a n d ap at m e n am b ah r e f er e ns i da l am l apo ran P KM D s el an jutn ya.



5.



M a h as i s wa D a p at m en i n gk at k an ke m am pu a n da n k em and i ri an m ah a s i s w a d a l a m m e n g k a j i , m e n ga n a l i s a , m e m e c a h k a n m a s a l a h k e s e h a t a n s e r t a m encari s ol usi t erh ad ap p erm as al ahan yang ad a di d esa t ers ebut.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



156



D. SASARAN KEGIATAN PKMD Sasaran kegiatan ini adalah “Masyarakat desa Jenetaesa Kecamatan Simbang Kabupaten Maros dan Siswa/(i) SDN NO.40 Jenetaesa”.



E. TEMPAT DAN WAKTU KEGIATAN PKMD Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 01 – 03 MEI 2015. Bertempat di Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



157



F. SUSUNAN



KEGIATAN



PENGEMBANGAN



KESEHATAN



MASYARAKAT DESA (PKMD) PRODI D-3 ANALIS KESEHATAN FAKULTAS



KESEHATAN



MASYARAKAT



UNIVERSITAS



INDONESIA TIMUR MAKASSAR



WAKTU



13.00-16.00 16.00-16.30 16.30-18.00 18.00-20.00 20.00-21.00 21.0007.00-07.30



07.30-12.00



12.00-19.00 19.00-20.00 20.00-22.00 22.0007.00-08.00 08.00-10.00 10.00-12.00 12.00-12.30 12.30-14.00 14.00-



JENIS TEMPAT KEGIATAN PELAKSANAAN JUMAT, 01 MEI 2015 KAMPUS SANDI On The Way Lokasi KARSA PKMD MAKASSAR Penyambutan Pembagian Rumah Penginapan Dan LOKASI PKMD Beres-Beres Barang DESA Ishoma JENETAESA Breafing Kegiatan Istirahat SABTU, 02 MEI 2015 Breakfast PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH SOSIALISASI LOKASI PKMD PEMERIKSAAN DESA GDS JENETAESA Ishoma Makan Malam Ramah-Tamah Istirahat MINGGU, 03 MEI 2015 Breakfast BAKTI SOSIAL LOKASI PKMD Pelepasan DESA JENETAESA Makan Siang Persiapan Pulang On The Way Pulang..



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



158



G. MATERI SOSIALISASI KEGIATAN PKMD DI DESA JENETAESA KECAMATAN SIMBANG KABUPATEN MAROS TEMA : “ Demam Berdarah Dengue (DBD) ”



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



159



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



160



BAB V PENUTUP



A. KESIMPULAN Dari uraian laporan hasil praktek kerja lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 02 Februari – 26 Februari 2015 dan laporan kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat desa yang dilaksanakan pada tanggal 01 Mei – 03 Mei 2015. Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan Kegiatan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) ini merupakan kewajiban bagi mahasiswa Prodi Diploma-3 Analis Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur Makassar yang telah berada di semester enam yang mana kegiatan ini sangat penting dilaksanakan guna : 1.



Memberikan pengalaman bekerja yang nyata dan langsung secara terpadu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di bidang laboratorium.



2.



Mengenal



kegiatan-kegiatan



penyelenggara



program



kesehatan



masyarakat secara menyeluruh baik di tinjau dari aspek administrasi, teknis maupun sosila budaya. 3.



Menumbuh kembangkan dan menetapkan sikap etis, prosionalisme dan Nasionalisme yang diperlukan mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja sesuai bidangnya.



4.



Meningkatkan,



memperluas



dan



menetapkan



proses



penyerapan



teknologi baru (IPTEK) dari lapangan kerja ke institusi atau sebaliknya. 5.



Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan mengmbangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pembelajaran pada Prodi D-3 Analis Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur Makassar.



6.



Tenaga yang terampil, kelengkapan alat serta adanya penguasaan teori, merupakan faktor penting dalam mengeluarkan hasil pemeriksaan yang



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



161



tepat, dalam suatu pemeriksaan laboratorium. Mengingat pentingnya pemeriksaan laboratorium dalam membantu diagnosa penyakit. 7.



M e n i n g k a t k a n k e m a m p u a n d a n k e m a n d i r i a n m a h a s i s w a d a l am m e n gk aj i , m e n ga n al i s a , m em e c a hk a n m a s a l a h k es eh a t a n s e rt a m encari s ol usi t erh ad ap p erm as al ahan yang ad a di m as yarakat .



B. SARAN 1.



Diharapkan kepada pihak akademik agar menggalang kerja sama antara instansi laboratorium Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dengan pihak akademik agar lebih memudahkan mahasiswanya dalam pelaksanaan praktek.



2.



Diharapkan kegiatan PKL dan PKMD tetap dilanjutkan ke angkatan berikutnya agar pengetahuan serta keterampilan mahasiswa dalam bidang laboratorium dan kepekaan mahasiswa terhadap masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dapat lebih ditingkatkan.



3.



Diharapkan waktu untuk kegiatan PKL dan PKMD ditambah lagi agar mahasiswa lebih bisa mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dibangku kuliah.



4.



Diharapkan hubungan kerjasama antara pihak Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) dengan



pihak Universitas Indonesia Timur



Makassar, tetap terjalin untuk tahun – tahun berikutnya. 5.



Diharapkan adanya koordinasi yang baik antara pihak Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) dengan pihak Universitas Indonesia Timur Makassar dengan meningkatkan pengawasan terhadap keadaan mahasiswa di lokasi praktek.



Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD) Desa Jenetaesa Kec.Simbang Kab.Maros Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar 2015



162