Isi Puskes Ispa (Rancangan2) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam rangka pemerataan pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat telah dibangun pusat kesehatan masyarakat atau lazimnya disebut Puskesmas. Puskesmas adalah unit organisasi fungsional dibidang pelayanan kesehatan dasar, yang berfungsi sebagai: a. Penyelenggara UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya b. Penyelenggara UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya c. Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat I secara menyeluruh dan terpadu yang sesuai dengan konsepnya bahwa Puskesmas bertanggung jawab atas wilayah kerja yang ditetapkan sesuai dengan fungsi manajemen. 1 Untuk menunjang pelaksanaan fungsi dan program kegiatan, puskesmas telah dilengkapi dengan sistem manajemen a. Perencanaan Tingkat Puskesmas ( RUK dan RPK ) b. Lokakarya mini bulanan Puskesmas c. Lintas sektor TK I tri bulanan d. Sistem pencatatan dan pelaporan (SP2TP) yang telah disederhanakan disebut sistem informasi manajemen Puskesmas (SIMPUS) e. Monitoring bulanan dan Pelaksanaan quality assurance f. Akreditasi Puskesmas agar dapat mendiagnosis masyarakat di wilayah kerjanya, memenuhi kebutuhan logistik, perencanaan, monitoring dan evaluasinya, guna mengantisipasi perubahan dilingkungan kerjanya,



2 tuntutan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengaruh globalisasi dan sebagainya, sehingga Puskesmas dapat selalu up to date dan berkembang luas. 1 Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat berbangsa dan bernegara serta adanya tuntutan reformasi kepada penyelenggara pemerintahan dan pembangunan, belakangan ini persepsi masyarakat terhadap pelayanan telah berubah,



bahwa untuk memenuhi dan mendapatkan pelayanan yang baik



merupakan hak masyarakat dan sebaliknya bagi aparatur berkewajiban memberikan pelayanan dan pengayoman yang baik kepada masyarakat. 1 Oleh karena itu sejalan dengan tuntutan masyarakat maka seluruh jajaran pemerintah perlu memiliki komitmen yang sama dan kuat untuk membenahi seluruh aspek pelayanan melalui perubahan sikap dan perilaku maupun melalui penataan sistem pelayanan yang lebih efektif dan efisien, sehingga benar-benar memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat, dan yang pada gilirannya akan mendorong kreatifitas pelayanan di segala bidang. 1 Salah satu pelayanan yang perlu dilaksanakan guna mewujudkan pelayanan kepada masyarakat yang baik dan prima, adalah memberikan perhatian yang lebih besar kepada masyarakat mengenai ketidakpuasan/keluhan pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas, sehingga ketidakpuasan tersebut harus segera ditangani secara tuntas, menyeluruh serta proporsional, sehingga masyarakat benar-benar dapat merasakan dari layanan tersebut. Disini pada akhirnya Puskesmas dapat membenahi/ menyempurnakan mekanisme sistem dan prosedur penyelenggaraan pelayanan publik pada masing-masing unit



3 kerja/kantor



pelayanan



berdasarkan



masukan



yang



berupa



komplain/ketidakpuasan dari masyarakat tersebut. 1 Agar dapat mengetahui keadaan kesehatan masyarakat maka disusun laporan ini sebagai pengetahuan mengenai masalah kesehatan yang ada pada masyarakat serta solusi untuk memecahkan masalah tersebut didukung dengan kegiatan Health Survey yang dilakukan di Puskesmas Pesisir. 1.2. Tujuan Praktek Belajar Lapangan Tujuan dilaksanakannya Praktek Belajar Lapangan (PBL) yaitu: a. Melakukan health survey mengenai permasalahan kesehatan di Puskesmas Pesisir dengan cara membagikan kuesioner. b. Mahasiswa mampu melakukan wawancara dan studi kasus c. Mahasiswa mampu melakukan penyuluhan kepada masyarakat di wilayah Puskesmas Pesisir berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan



4 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Keadaan Geografi Puskesmas pesisir merupakan salah satu dari 22 puskesmas yang ada di kota Cirebon dan salah satu dari 4 puskesmas di wilayah kecamatan Lemahwungkuk. Wilayah kerja Puskesmas Pesisir meliputi satu wilayah kelurahan Panjunan. 2 a. Luas wilayah dan perbatasan 2 Luas wilayah kelurahan Panjunan 128,8 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah Utara



: Kelurahan Kebon Baru



2) Sebelah Selatan



: Kelurahan Lemahwungkuk



3) Sebelah Timur



: Laut Jawa



4) Sebelah Barat



: Kelurahan Kejaksan



b. Pembagian wilayah 2 Wilayah kelurahan Panjunan dibagi dalam 10 RW dan 42 RT, terdiri dari : 1) RW 01 Pesisir Selatan 2) RW 02 Pamujudan 3) RW 03 Pagongan Timur 4) RW 04 Pesayangan 5) RW 05 Kenduruan 6) RW 06 Kebon Sarif 7) RW 07 Kamiran 8) RW 08 Panjunan



5 9) RW 09 Jagabayan 10) RW 10 Pesisir Utara Wilayah RW 01 dan RW 10 merupakan wilayah pantai Laut Jawa, sebagian penduduknya nelayan daerah padat dan kumuh perkotaan. Sedangkan 8 RW lainnya adalah wilayah pemukiman, pusat pertokoan dan perdagangan dan daerah Pelabuhan Laut Cirebon. 2



2.2 Keadaan Demografi Wilayah Kelurahan Panjunan dibagi dalam 10 RW dan 42 RT, yang masing masing RW mempunyai jumlah penduduk dan jarak tempuh ke Puskesmas. 2 2.2.1 Data Wilayah dan Penduduk di Kelurahan Panjunan s/d Desember Tabel 2.1 Data Wilayah dan Penduduk di Kelurahan Panjunan s/d Desember. 2 Jumlah Jiwa No



Nama RW



Laki-



Jumlah



Perem



laki



puan



Jumlah



KK



RT



1



RW.1 Pesisir Selatan



1152



1206



2358



539



7



2



RW.2 Panjunan



305



313



618



165



2



3



RW.3 Pagongan tmr



279



289



568



175



3



4



RW.4 Pesayangan



437



555



992



263



3



5



RW.5 Kenduruan



339



315



654



162



5



6



RW.6 Kebon Syarif



211



192



403



102



4



7



RW.7 Kamiran



18



39



57



34



2



8



RW.8 Panjunan



106



144



250



123



4



6



9



RW.9 Jagabayan



159



90



249



82



2



10



RW.10. Pesisir Utara



2003



2042



4045



875



10



Kelurahan Panjunan



5009



5185



10.194



2520



42



2.2.2 Data Penduduk Per Kelompok Umur s/d bulan Desember 2017 Dari data dasar kependudukan Kelurahan Panjunan tahun 2017 jumlah jiwa dalam Rumah Tangga termasuk Kepala Keluarga adalah 10.187 Jiwa terdiri dari 5.006 laki-laki dan 5.181 Wanita sedangkan jumlah Kepala Keluarga 2.520. 2 2.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur. 2 UMUR



L



P



JUMLAH



0–4



409



401



801



5–9



436



413



849



10 – 14



398



392



790



15 – 19



413



401



814



20 – 24



448



389



837



25 – 29



400



394



794



30 – 34



409



413



822



35 – 39



430



443



873



40 – 44



394



416



810



45 – 49



314



328



642



50 – 54



279



318



597



55 – 59



214



292



506



7 60 – 64



195



224



419



65 – 70



128



145



273



70 keatas



139



212



351



Jumlah



5006



5181



10.187



2.3 Keadaan Sosial Ekonomi Mata pencaharian penduduk atau pekerjaan di wilayah Kelurahan Panjunan dapat dilihat pada tabel. Bedasarkan data pada tabel, mata pencaharian atau pekerjaan Penduduk di Wilayah Kelurahan Panjunan pada Tahun 2017, yang terbesar pekerjaan penduduknya adalah sebagai nelayan sebanyak 100. 2 Tabel 2.3 Mata penceharian dan pekerjaan penduduk. 2 No. Jenis mata Pencaharian



Jumlah



%



Ket



1.



Pegawai Swasta



68



25,00



68



2.



Pensiunan



26



9,56



26



3.



Nelayan



100



36,76



100



4.



PNS / BUMN /BUMD



57



20,95



57



5.



Pemulung



20



7,35



20



6.



Buruh Tani



0



0



0



7.



Jasa



1



0,38



1



8



Total



272



100



272



Tabel 2.4 Data kependudukan keluarga miskin s/d bulan desember 2017. 2 Jumlah Jiwa No.



Peserta



Nama RW



Dobel KIS



1. 2. 3.



RW.01 Pesisir Selatan RW.02 Pamujudan RW.03 Pagongan



Jamkesmas/BPJS 827 163 85



4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



timur RW.04 Pesayangan RW.05 Kenduruan RW.06 Kebon Syarif RW.07 Kamiran RW.08 Panjunan RW.09 Jagabayan RW.10 Pesisir Utara Kelurahan Panjunan



201 133 92 7 55 1402 2965



1485 288 236



Data 280 90 36



343 229 175 7 101 23 2553 5440



76 49 19 6 5 0 558 1119



Grafik 2.1 Penduduk keluarga miskin peserta JKN dan KIS. 2



%



9



Tabel 2.4 Data Pemeluk Agama 2017. 2 No. Pemeluk Agama



Jumlah



%



Ket



1.



Islam



7.329



71,26



7.329



2.



Kristen



1.521



14,79



1.521



3.



Katolik



1.018



9,90



1.018



4.



Hindu



308



2,99



308



5.



Budha



108



1,05



108



Total



10.284



100



10.284



Tabel 2.5 Hasil penjaringan TK, SD, SLTP, SLTA. 2 No.



Jenis Pendidikan



Jumlah Murid



Hasil



%



1.



Taman Kanak-kanak



146



146



100



2.



Sekolah Dasar



425



425



100



3.



SMP/SLTP



228



228



100



10 4.



SMA/SLTA



214



214



100



Total



1057



1057



100



BAB III PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN



3.1 Derajat Kesehatan Masyarakat 3.1.1 Angka Kematian Ibu (AKI) Dalam 5 (Lima) tahun terakhir sampai dengan tahun 2016 kematian ibu maternal di wilayah Puskesmas Pesisir ada 1 (satu) terjadi pd tahun 2015, untuk 2017 ini tidak terjadi kasus kematian ibu satu pun,hal ini menunjukan



11 perawatan terhadap kehamilan di Puskesmas yang semakin membaik, selain adanya kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap risiko kehamilan,dan banyaknya kelas ibu hamil dan ibu balita untuk masyarakat pesisir.3 3.1.2 Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi merupakan indikator terhadap derajat kesehatan masyarakat, kematian bayi yang tinggi menggambarkan kondisi sosial ekonomi yang kurang baik. 3 Jumlah kematian bayi di wilayah Puskesmas Pesisir, pada tahun 2017 ada 1 kematian bayi dengan penyebab kelainan bawaan (jantung), ada penurunan dibanding kan tahun 2016 yang ada 3, kematian bayi ini disebabkan karena Bayi dengan aspixia dan BBLR. 3



3.1.3 Angka Kesakitan Kejadian kasus penyakit yang ada di Puskesmas Pesisir selama tahun 2016 dan 2017 dapat dilihat dari tabel berikut. Kasus penyakit terbanyak di Puskesmas pesisir antara tahun 2016 dan tahun 2017 adalah masih penyakit ISPA, Pencernaan, Hypertensi, Myalgia dan penyakit kulit. 3 3.2 Perilaku Masyarakat Berdasarkan hasil kuesioner yang sudah diberikan pada tanggal 07 November 2018 di Puskesmas Pesisir dengan responden 23 orang dan menggunakan metode sampling didapatkan hasil sebagai berikut:



12 Perilaku masyarakat di daerah Pesisir ada yang sudah baik dan ada pula cukup baik melihat kuesioner yang diberikan dan dijawab sesuai dengan keadaan yang sebenar-benarnya. 3 Perilaku masyarakat di daerah Pesisir yang sudah baik antara lain ramah dan bersedia meluangkan waktu nya sebentar untuk memenuhi data dengan mengisi quisioner ini. Namun, disamping itu ada beberapa perilaku masyarakat di daerah Pesisir dikatakan kurang kooperatif dikarenakan masih ada kendala tingkat pendidikan yang rendah serta sikap kurang sabar. 3



3.3 Kesehatan Lingkungan Berdasarkan hasil pengamatan kami selama Praktik Belajar Lapangan(PBL) di Puskesmas Pesisir, kami nilai sudah cukup baik, contohnya seperti terdapat tanaman hijau di lingkungan luar maupun di dalam puskesmas, terdapat wastafel dan air bersih yang dapat dijangkau oleh warga puskesmas, lalu sirkulasi udara dan ventilasi di dalam puskesmas sudah cukup baik, dan telah difasilitasi tempat sampah organik dan anorganik. Tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, contohnya dalam penggunaan kamar mandi, ada beberapa yang tidak menggunakan kamar mandi yang sesuai dengan jenis kelamin yang tertera. 3 3.4 Pelayanan Kesehatan Puskesmas merupakan unit pelaksana Teknis Dinas Kesehatan, dimana untuk keberhasilan dalam pelaksanaan program kesehatan yang telah ditentukan yaitu program pokok kesehatan, antara lain :



13 1) Program Kesehatan Ibu dan Anak (K I A) 2) Program Keluarga Berencana (KB) 3) Program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) 4) Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2.PM) 5) Program Kesehatan Lingkungan (Sanitasi) 6) Program Promosi Kesehatan (Promkes) 7) Program Pengobatan Rawat Jalan (BP Umum) 8) Program Pengobatan Rawat Jalan Gigi (BP Gigi) 9) Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 10) Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) 11) Program Perawatan Kesehatan Masyarakat (PHN) 12) Program Laboratorium Sederhana 13) Program Kesehatan Jiwa 14) Program Pencatatan dan Pelaporan data Kesehatan Pelaksanaan kegiatan puskesmas yang telah disusun dapat dikelompokan sebagai berikut : 3 1.



Peningkatan Sistim Administrasi untuk pencatatan dan pelaporan Puskesmas a. Pengadaan format yang diperlukan b. Inventarisasi Kebutuhan Sarana c. Inventarisasi Sumber Daya



2.



Peningkatan Kerjasama Lintas program a. Penyusunan Job Discription para staf/binwil b. Rapat Evaluasi/monitoring mingguan



14 c. Rapat Evaluasi bulanan/mini lokakarya 3.



Peningkatan Kerjasama Lintas Sektoral Terkait a. Rapat kerja evaluasi bulanan Tingkat Kelurahan di Kelurahan Pesisir (Form Kader) b. Rapat kerja evaluasi Tiga Bulanan Tingkat Kecamatan Lemah Wungkuk di Kecamatan Lemah Wungkuk



4.



Peningkatan Pembinaan a. Pelatihan/refreshing kader posyandu b. Pelatihan kader UKS/dokter kecil c. Pembinaan kampung siaga d. Pembinaan Posyandu e. Pembinaan kelompok usia f. Pembinaan TK (Taman Kanak-kanak)



5.



Peningkatan penyuluhan a. Pelaksanaan penyuluhan kesehatan reproduksi Remaja di SLTP dan SMA b. Pelaksanaan penyuluhan kelompok di Posyandu/RW c. Pelaksanaan penyuluhan kelompok pasien/perorangan di dalam gedung Puskesmas dan di luar gedung d. Pelaksanaan penyuluhan HIV AIDS di SMK/SMA dan masyarakat e. Pelaksanaan penyuluhan Forum Komunikasi Kader



6.



Pelaksanaan kegiatan a. Pendataan ibu hamil dan bayi



15 b. Pelacakan kasus ibu hamil dengan resiko tinggi c. Pelacakan kasus neonatal dengan resiko tinggi d. Pendistribusian vitamin A dosis tinggi pada ibu bersalin e. Pendistribusian Fe bagi ibu hamil dan bufas f. Pelaksanaan PWS KIA untuk evaluasi dan monitoring KIA g. Pelaksanaan penjaringan anak TK, siswa kelas 1 SD, SMP, SMA pada pelaksanaan program UKS/UKGS h. Pemberian obat cacing bagi siswa kelas 1 Sekolah Dasar i. Sikat gigi masal pada siswa Sekolah dasar j. Pelaksanaan kegiata MTBM/MTBS 7.



Pelaksanaan kegiatan program gizi a. Penimbangan balita di Posyandu b. Pendistribusian vitamin A dosis tinggi pada balita di Posyandu c. Deteksi dini tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah di Posyandu d. Pelaksanaan kegiatan klinik konsultasi terpadu e. Pelacakan gizi buruk f. Pendataan keluarga rawan pangan g. Survey garam beryodium di rumah tangga/warung h. Sweeping vitamin A i. Pelaksanaan PWS gizi untuk evaluasi dan monitoring program gizi.



8.



Pelaksanaan kegiatan program P2.M a. Pelaksanaan surveylans epidemiologi



16 b. Pelaksanaan pemantauan kasus AFP c. Pelaksanaan program P2.DB dengan abatisasi selektif d. Pelaksanaan pemantauan program P2 diare e. Pelaksanaan program P2 ISPA dengan care seeking f. Pelaksanaan survey penyakit kusta g. Pelaksanaan tindak lanjut kasus rabies h. Pelaksanaan aktif case finding Tuberculosa dan pelaksanaan DOTS i. Pelaksanaan pasif case finding malaria j. Pelaksanaan imunisasi k. Pelaksanaan PWS Imunisasi untuk evaluasi dan monitoring l. Pelaksanaan sweeping imunisasi m. Pelaksanaan imunisasi di Posyandu n. Pelayanan imunisasi di Puskesmas setiap hari rabu 9.



Pelaksanaan kegiatan program pelayanan kesehatan a. Pelaksanaan PHN b. Pemantauan kasus-kasus kesehatan jiwa c. Pelaksanaan pengolahan data Puskesmas d. Penjaringan dan pemantauan kasus katarak



10. Pelaksanaan kegiatan program promosi kesehatan a. Pelaksanaan telaah kemandirian Posyandu b. Pelaksanaan sosialisasi PHBS 11. Pelaksanaan kegiatan program kesehatan lingkungan a. Pelaksanaan pendataan SAB, JAGA dan SPAL secara dinamis



17 b. Pelaksanaan monitoring SAB,TPM dan TTU c. Pelaksanaan pemantauan kepadatan vektor d. Pelaksanaan pemantauan sampah e. Klinik sanitasi 12. Pelaksanaan kegiatan program kesehatan lainnya a.



Pelaksanaan pemberian makanan tambahan pemulihan untuk anak usia 6 bulan sampai dengan 23 bulan dari keluarga tidak mampu (yang mempunyai Kartu Jamkesmas)



b.



Pelaksanaan pemberian makanan tambahan pemulihan bagi ibu hamil, ibu menyusui yang KEK (Kurang Energi Protein) dari keluarga kurang mampu (yang mempunyai Kartu Jamkesmas)



c.



Pelaksanaan ANC dan PNC bagi ibu hamil dan nifas dari keluarga tidak mampu (yang mempunyai Kartu Jamkesmas)



d.



Pelaksanaan pertolongan persalinan bagi ibu bersalin dari keluarga tidak mampu (yang mempunyai Kartu Jamkesmas)



e.



Pelaksanaan kegiatan rujukan bagi keluarga tidak mampu (yang mempunyai Kartu Jamkesmas)



f.



Kegiatan Revitalisasi Posyandu. 3



Visi Puskesmas Pesisir adalah sebagai berikut : “Terwujudnya Puskesmas Pesisir yang dinamis, terdepan menuju Cirebon sehat dan RAMAH (Religius, Aman, Maju, Aspiratif dan Hijau)”. Visi tersebut mengandung pengertian bahwa Puskesmas Pesisir yang berada ditengah-tengah



18 pemukiman penduduk yang cukup padat, dan sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan dan buruh. Keberadaannya harus dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat di Kelurahan Panjunan dan sekitarnya serta dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat sesuai dengan mutu pelayanan prima. Sehingga mampu mewujudkan masyarakat Kelurahan Panjunan yang sehat dan mandiri dan merupakan perwujudan dari Visi Dinas Kesehatan Kota Cirebon, yaitu “Terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dengan pelayanan dasar dan pelayanan rujukan terlengkap dan bermutu menuju kota cirebon yang religius, aman, maju, aspiratif dan hijau (RAMAH).”(5) Puskesmas Pesisir yang merupakan bentuk pelayanan publik harus dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan dengan pelayanan yang bermutu, adil dan merata.serta terjangkau secara ekonomi. Dengan



menerapkan



pelayanan



kesehatan



yang



bermutu



diharapkan



masyarakat mendapat kepuasan sesuai dengan kebutuhan dan harapannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sejalan dengan visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Cirebon yaitu ”terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal menuju sumber daya manusia kota Cirebon yang berkualitas”. 3 Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, dirumuskan beberapa Misi sebagai berikut : 1) Melaksanakan pelayanan promotif dan preventif yang berkualitas melalui pendekatan keluarga.



19 2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas cakupan program. 3) Meningkatkan potensi dan kemitraan dengan masyarakat, organisasi dan jejaring. 4) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang aman. 3 Adapun visi dan misi tersebut diimplementasikan dalam pelayanan utama Puskesmas Pesisir yang meliputi ; a)



Balai Pengobatan Umum (BP Umum)



b) KIA (kesehatan ibu dan anak) c)



Poli Gigi



d) Laboraturium e)



Konseling



f)



Dan kegiatan eksternal lainya seperti, POSYANDU, POSWINDU, dan Program penyuluhan. 3



20



BAB IV ANALISIS MASALAH 4.1 Analisis Potensi dan Kebutuhan Berdasarkan laporan Puskesmas Pesisir Kota Cirebon pada tahun 2017 dari data 10 besar penyakit Puskesmas Pesisir yaitu ISPA berada diurutan pertama dengan total kasus sejumlah 3038. Tabel 4.1 Daftar 10 besar penyakit pada Puskesmas Pesisir Tahun 2017. 2 No Jenis Penyakit



Jumlah



Rangking



1



Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)



3038



1



2



Hipertensi



965



5



3



Mata



194



10



4



Pencermaan



1357



3



21



5



Low Back Pain



312



8



6



Kulit



562



7



7



Diare



282



9



8



Cephalgia



750



6



9



Influenza



1991



2



10



Myalgia



1206



4



Jumlah



10.657



Dan juga berdasarkan data yang terbaru yaitu dari laporan Puskesmas Pesisir Kota Cirebon pada tahun 2018 bulan November tercatat bahwa ISPA masih menjadi urutan pertama pada 10 besar penyakit pada Puskesmas Pesisir Kota Cirebon dengan total kasus sejumlah 277. Kejadian ISPA masih menjadi permasalahan dengan tingkat kejadiannya yang tinggi. 3 Tabel 4.2 Daftar 10 besar penyakit pada Puskesmas Pesisir bulan November tahun 2018. 3 No



Jenis Penyakit



1



Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) tidak



Jumlah 277



spesifik 2



Myalgia



182



3



Hipertensi primer (esensial)



137



4



Dispepsia



135



5



Allergic contact dermatitis, unspecified cause



45



6



Diare dan Gastroenteritis



44



22 7



Non-insulin-dependent diabetes mellitus



28



without complications 8



Sakit kepala



27



9



Abses furunkel, karbunkel kutan



20



10



Varisela/ cacar air



19 Jumlah



914



Berdasarkan data-data diatas, dapat dilihat bahwa kini angka kesakitan dan kematian penyakit menular masih cukup besar, namun ditambah beban penyakit tidak menular. Peningkatan penyakit tidak menular berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan penyakit tidak menular seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis penyakit tidak menular adalah penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak penyakit tidak menular adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. 1 Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.1 1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) 2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan 3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 4) Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif 5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan



23 6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar 7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur 8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan 9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok 10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih 12) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan.



Grafik 3.1 Cakupan indikator keluarga sehat di kelurahan Panjunan Tahun 2018. 3



100%



Ibu melakukan persalinan di fa silitas kesehatan Keluarga mempunyai akse s sarana air be rsih



98.44%



Keluarga mempunyai akse s a tau m enggunakan jamban se hat



97.59%



Bayi mendapat imunisasi dasar lengka p



91.84%



Balita mendapatkan pe mantauan pertum buhan



91.67%



Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif



91.20% 64.35%



Keluarga suda h menjadi anggota Jaminan Kesehata n Nasional (JKN) Penderita hipertensi melakukan pengoba tan secara teratur



61.86%



Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan



61.54%



Anggota keluarga tidak ada yang merokok Penderita tuberkulosis paru m endapatka n pengobatan sesuai standar



48.82% 44%



Berdasarkan data dari cakupan indikator keluarga sehat di kelurahan panjunan 0%



50%



100%



150%



tahun 2018, didapatkan bahwa pasien dengan hipertensi di wilayah Puskesmas Pesisir yang melakukan pengobatan secara teratur hanya mencapai 61,86%.3



24 Pengetahuan merupakan tingkat perilaku penderita dalam melaksanakan pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pasien hipertensi meliputi arti penyakit hipertensi, penyebab hipertensi, gejala yang sering menyertai dan pentingnya melakukan pengobatan yang teratur dan terus-menerus dalam jangka panjang serta mengetahui bahaya yang ditimbulkan jika tidak minum obat. 3 Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom). Penyakit ini disebabkan oleh berbagai sebab (multifaktorial). Meskipun organ saluran pernapasan yang terlibat adalah hidung, laring, tenggorok, bronkus, trakea, dan paru-paru, tetapi yang menjadi fokus adalah paru-paru. Titik perhatian ini disepakati karena tinngginya mortalitas radang paru-paru. 4 Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun), artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batul pilek sebanyak 3-6 kali setahun. 4



Selama bertahun-tahun ISPA merupakan problem kesehatan yang menyita banyak perhatian para praktisi kedokteran dan kesehatan masyarakat. ISPA merupakan penyakit penyebab utama kematian bayi dan sering menempati urutan



25 pertama angka kesakitan bayi. Penanganan dini terhadap peyakit ISPA terbukti dapat menurunkan angka kematian bayi. 4 Terdapat beberapa faktor resiko dan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita. Penelitian menyatakan bahwa berat badan balita memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian ISPA. Penelitian tersebut menyatakan bahwa balita dengan berat badan lahir rendah memiliki ISPA yang parah dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir normal. Asap rokok dari orang tua atau penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang serius serta akan menambah resiko kesakitan dari bahan toksik pada anak-anak. Paparan yang terus-menerus akan menimbulkan gangguan pernapasan terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernapasan akut dan gangguan paru-paru pada saat dewasa. Semakin banyak rokok yang dihisap oleh keluarga semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi. 5 Resiko terbesar terdapat pada obat nyamuk bakar akibat asapnya yang dapat terhirup. Sedangkan obat nyamuk semprot cair memiliki konsentrasi berbeda karena cairan yang dikeluarkan ini akan diubah menjadi gas (artinya, dosisnya lebih kecil). Sementara obat nyamuk elektrik lebih kecil lagi karena bekerja dengan cara mengeluarkan asap tapi dengan daya listrik (makin kecil dosis bahan zat aktif, makin kecil pula bau yang ditimbulkan; sekaligus makin minim pula kemungkinan mengganggu kenyamanan manusia. 5



26 Imunisasi adalah perlindungan



yang paling



ampuh



untuk mencegah



beberapa penyakit berbahaya. Imunisasi merangsang kekebalan tubuh bayi sehingga dapat terlindungi dari beberapa penyakit berbahaya.



Pemberian



imunisasi dasar lengkap berguna untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya. 5 Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh multifaktor seperti tingkat pendidikan, peran penyuluh kesehatan, akses informasi yang tersedia dan keinginan untuk mencari informasi dari berbagai media. Kejadian penyakit ISPA sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap kejadian penyakit ISPA. 5 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor lingkungan yang dapat menyebabkan ISPA dan tingginya angka perokok dan kurangnya kesadaran diri terhadap bahaya merokok merupakan penyebab dari tingginya angka penderita ISPA pada balita. 5 4.2 Perumusan Masalah Setelah di analisa didapatkan masalah kesehatan masyarakat di Kelurahan Panjunan sebagai Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pesisir tertinggi yaitu ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) didapatkan perumusan masalah, sebagai berikut: Bagaimana cara menangani, mengedukasi, serta meminimalisir faktor resiko yang terjadi pada pasien ISPA di Puskesmas Pesisir Kelurahan Panjunan Kota Cirebon?



27 4.3 Prioritas Masalah Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan dengan menggunakan kuesioner, kami mendapatkan hasil bahwa ada tiga angka tertinggi masalah pada masyarakat daerah kerja puskesmas yaitu balita pernah mengalami sakit ISPA, kamar tidur dihuni lebih dari 2 orang, ada anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok. Tabel 4.3 Daftar pertanyaan kuesioner Pertanyaan Kuisioner Permasalahan



Jumlah



Balita pernah mengalami sakit batuk



28



pilek/demam pada kurun waktu 1 tahun terakhir Kejadian sakit batuk/pilek biasa tersebut lebih



8



dari 14 hari Balita mengalami kejadian sakit batuk/pilek



23



lebih dari 2 kali dalam kurun waktu 1 tahun terakhir Ada anggota keluarga yang memiliki kebiasaan



20



merokok Menggunakan bahan bakar di dapur yang



3



menghasilkan asap (kayu bakar, arang, daun) Menggunakan obat nyamuk bakar di dalam



6



rumah Lokasi rumah dekat dengan paparan penghasil polutan (jalan raya/pabrik)



2



28 Ruangan dalam rumah berdebu



14



Mempunyai kebiasaan membakar sampah di



6



lingkungan sekitar rumah Kamar tidur dihuni lebih dari 2 orang



21



Balita berada di bawah garis merah KMS (Kartu



8



Menuju Sehat) pada 1 tahun terakhir



Pertanyaan Kuisioner Pencegahan



Jumlah



Pasien langsung membawa balita berobat ke



26



dokter/puskesmas jika balita mengalami gejala ISPA (batuk, pilek, demam, sesak nafas) Sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah



26



pasien dan rumah pasien terdapat jendela/ventilasi Balita lahir dengan berat badan normal



28



Balita mendapatkan ASI Eksklusif selama 6



22



bulan Balita mendapatkan imunisasi lengkap



28



Balita mengkonsumsi Vitamin A



28



Dari masalah yang ditemukan selanjutnya dilakukan prioritas masalah berdasarkan metode Hanlon Kualitatif dengan kriteria USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) yang dianalisis menggunakan ketiga unsur tersebut: 6



29 Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan sebagai berikut: 6 (1) Urgency: Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia dan seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi. Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan. 6 (2) Seriousness: Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri. Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan membahayakan sistem atau tidak. 6 (3) Growth: Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.



30 Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode USG, yakni sebagai berikut: 6 (1) Hasil analisa situasi (2) Informasi tentang sumber daya yang dimiliki (3) Dokumen tentang perundang-undangan, peraturan, serta kebijakan pemerintah yang berlaku. Untuk menentukan topik permasalahan yang akan kami jadikan bahan untuk penyuluhan, kami menggunakan metode USG (urgency, seriously, growth). 6 Tabel 4.4 Tabel hasil data USG Penyakit



Urgency



Seriously



Growth



Jumlah



Balita pernah



4



3



3



10



4



3



4



11



5



4



5



14



mengalami sakit ISPA Kamar tidur dihuni lebih dari 2 orang Ada anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok Keterangan: berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil). 6



31



Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode USG didapatkan hasil yaitu angka tertinggi adalah ada anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok. Maka dari itu, kami memutuskan untuk mengambil topik ISPA untuk penyuluhan kepada masyarakat.



Akar Penyebab Masalah Metode yang dapat dipergunakan dalam mencari akar penyebab masalah yaitu: Diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram tulang ikan/ fish bone). Langkahlangkah penyusunannya meliputi: a.



Tuliskan “masalah” pada bagian kepala ikan.



b.



Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk kearah kepala ikan.



c.



Tetapkan kategori utama dari penyebab.



d.



Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garis horizontal.



e.



Lakukan brainstorming (curah pendapat) dan fokuskan pada masing-masing kategori.



f.



Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk kategori utama yang lain.



g.



Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar sub



32 penyebab dan letakkan pada cabang yang lebih kecil. h.



Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klarifikasi data untuk menghilangkan duplikasi ketidaksesuaian dengan masalah, dan lainnya. 6



Yang perlu diperhatikan: a.



Fish bone diagram hanya menggambarkan tentang kemungkinan suatu penyebab, bukan fakta/penyebab yang sesungguhnya, untuk itu diperlukan konfirmasi dengan data di Puskesmas untuk memastikannya.



b.



Efek (masalah) perlu diidentifikasi dan dipahami dengan jelas sehingga tidak terjadi kerancuan dalam mencari kemungkinan penyebabnya.



c.



Alat ini merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi kemungkinanpenyebab secara terfokus sehingga dapat dihindari kemungkinan terlewatnya penyebab.



d.



Pastikan bahwa setiap anggota tim dapat terlibat secara penuh dalam proses penyusunan fish bone diagram tersebut. 6



Akar penyebab masalah dari ISPA di Puskesmas Pesisir FAKTOR PERILAKU



Segera membawa ke dokter jika menderita ISPA



FAKTOR LINGKUNGAN Ada anggota keluarga merokok Kamar tidur dihuni lebih dari 2 orang FAKTOR RESIKO ISPA



33



Balita pernah mengalami ISPA 1 tahun terakhir



Balita mengalami ISPA lebih dari 2 kali dalam kurun waktu 1 tahun terakhir



KEJADIAN ISPA Gambar 4.1 Fish Bone dari masalah faktor resiko ISPA pada Puskesmas Pesisir Tahun 2019 4.4 Pemecahan Masalah 1.



Melakukan



penyuluhan



kepada



masyarakat



di



puskesmas



dengan



menggunakan metode ceramah dan membuat poster. 2.



Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang apa itu ISPA, penyebab ISPA, gejala dan tanda ISPA, serta penanganan awal ISPA pada bayi dan balita.



3.



Memberikan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih sehat pada masyarakat.



34



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



5.1 Kesimpulan Tingginya kejadian ISPA pada wilayah kerja Puskesmas Pesisir didapatkan faktor resiko yang paling tinggi adalah ada anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok dan kamar tidur dihuni lebih dari 2 orang. 5.2 Saran 1.



Meningkatkan upaya promosi kesehatan terutama penyakit ISPA kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.



2.



Tujuannya



adalah



untuk meningkatkan



kesadaran



masyarakat



akan



pentingnya kesehatan, baik untuk diri mereka sendiri, keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekitar.



35 3.



Dalam laporan ini kami selaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung jati masih banyak kekurangan, untuk itu kami mohon bimbingannya dari para dokter, bidan, perawat dan staf Puskesmas.



DAFTAR PUSTAKA 1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Modul Kumpulan Materi Pelatihan Manajemen Puskesmas. Jakarta: Pusat Pelatihan SDMK Badan PPSDM Kesehatan Kementrian Kesehatan RI; 2017. 2. UPTD Puskesmas Pesisir. Laporan Tahunan Puskesmas Pesisir 2017. Cirebon: Puskesmas Pesisir; 2017. 3. UPTD Puskesmas Pesisir. Rencana Usulan Kegaiatan UPT. Pesisir Tahun 2018. Cirebon: Puskesmas Pesisir; 2017. 4. Setiati, Idrus, Aru, Marcellus, Bambang, Ari. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.



5. Sofia. Faktor Risiko Lingkungan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Vol. 2 No. 1. Aceh Besar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh; 2017.



36 6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta: PERMENKES; 2016.



LAMPIRAN Tempat pendaftran



Kegiatan pada BP Umum



37



Posyandu



38 Wawancara dan kuesioner pada pasien Puskesmas Pesisir



Poster hasil kajian kuesioner



39



Penyuluhan Mengenai ISPA dan Mencegah Merokok