Laporan Puskes Banyumas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF



ANALISIS KEJADIAN PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANYUMAS KABUPATEN BANYUMAS



Disusun Oleh: Hulfa Ahadian Hariyati P1337424721014 Siti Mujahida Zain P1337424721018 Siti Zulhijah P1337424721019 Katrin Dwi Purnanti P1337424721028 Dwi Oktadiarini P1337424721034 Nurul Wahidah P1337424721040



PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN KEBIDANAN PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TERAPAN KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2022



LEMBAR PENGESAHAN



LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF ANALISIS KEJADIAN PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANYUMAS KABUPATEN BANYUMAS



Disusun Oleh: Hulfa Ahadian Hariyati Siti Mujahida Zain Siti Zulhijah Katrin Dwi Purnanti Dwi Oktadiarini Nurul Wahidah



P1337424721014 P1337424721018 P1337424721019 P1337424721028 P1337424721034 P1337424721040



Disetujui pembimbing lahan praktik klinik ebidanan komprehensif Pada Tanggal……………….



Mengetahui Pembimbing Institusi,



Pembimbing Lahan,



Suparmi,S.Pd., S.Tr,Keb., M.Kes NIP. 196403231986032004



Lily Elisabeth, S.ST NIP. 197410172005012011



2



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan kelompok praktik Klinik kebidanan Komprehensif dengan judul ““Analisis Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Banyumas Kabupaten Banyumas”.” dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Komprehensif Magister Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam penyelesaian laporan ini, yakni: 1.



Bapak Dr. Marsum, BE, S.Pd., MHP sebagai Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.



2.



Bapak Prof. Dr. dr. Suharyo Hadisaputro, Sp.PD-KPTI sebagai Kepala Program Pascasarjana.



3.



Ibu Dr. Sri Sumarni, M.Mid sebagai Kepala Program Studi Magister Terapan Kebidanan.



4.



Sadiyanto, S.KM, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas yang telah memberikan ijin praktik di wilayah banyumas



5.



Ibu Suparmi, S.Pd, S.SiT., M.Kes sebagai Pembimbing Institusi



6.



Ibu Susanti, S.ST., sebagai Kepala Puskesmas Banyumas dan sebagai Pembimbing Lahan selama di Puskesmas Banyumas.



7.



Ibu Lilik Elisabeth, SST sebagai Bidan Koordinator KIA di Puskesmas Banyumas



8.



Semua pihak dan seluruh Staff Puskesmas Banyumas yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih belum sempurna, oleh



karena itu kami mengharapkan kritik dan saran serta arahan yang membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.



Banyumas,



Agustus 2022



Mahasiswi Magister Terapan Kebidanan



3



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ 1 LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. 2 KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 3 DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 4 BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang ............................................................................................. 5



B.



Tujuan .......................................................................................................... 7



C. Manfaat ........................................................................................................... 7 BAB II PROFIL PUSKESMAS BANYUMAS A.



Gambaran Umum Lahan Praktek.................................................................. 8



B.



Derajat Kesehatan ........................................................................................ 10



C.



Upaya Kesehatan ......................................................................................... 15



D.



Sumber Daya Kesehatan .............................................................................. 22



E.



Struktur Organisasi....................................................................................... 24



BAB III LANDASAN TEORI DAN KAJIAN KASUS A.



Preeklamsia .................................................................................................. 25



B.



Kajian Masalah Kasus .................................................................................. 29



C. Diagram FISHBONE ....................................................................................... 31 D. Alternativ Pemecahan Masalah ....................................................................... 32 BAB IV PEMBAHASAN A.



Faktor Ibu ..................................................................................................... 33



B.



Faktor Lingkungan ........................................................................................ 36



C.



Facktor Petugas Kesehatan .......................................................................... 37



D.



Masukan dan inovasi mahasiswa .................................................................. 39



E.



Kebidanan Komplementer Akupresure preeklamsia ...................................... 40



F.



Analisa swot .................................................................................................. 40



BAB V PENUTUP A.



Kesimpulan ................................................................................................... 42



B.



Saran ........................................................................................................... 43



DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 44



4



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Hal ini merupakan unsur pokok pembangunan dalam mencapai kesejahteraan bagi masyarakat. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik atau yang setinggi - tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh



potensi



bangsa



Indonesia,



baik



masyarakat,



swasta



maupun



pemerintah, yang dimotori atau dipimpin dan dikoordinasikan oleh Pemerintah, yang tentunya juga oleh masyarakat. (Dinkes, 2019) Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia tercatat sebesar 300 kematian per 100 ribu kelahiran pada tahun 2020.Di Indonesia masih ketiga tertinggi di Asia Tenggara. Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana, hingga tahun 2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per



100.000



kelahiran



hidup.



Padahal,



target



13



Vol.



XI,



No.24/II/Puslit/Desember/2019 AKI Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, dalam acara Nairobi Summit dalam rangka



ICPD 25



(International Conference on Population and



Development ke-25) yang diselenggarakan pada tanggal 12-14 November 2019 menyatakan bahwa tingginya AKI merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi Indonesia sehingga menjadi salah satu komitmen prioritas nasional, menurunkan angka kematian ibu saat hamil dan melahirkan. Preeklampsia adalah kelainan multisistem pada kehamilan yang ditandai dengan onset baru hipertensi dengan proteinuria yang signifikan setelah usia kehamilan 20 minggu. Gangguan ini mempengaruhi 2% hingga 8% wanita hamil dan merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal. Di seluruh dunia, 76.000 wanita dan 500.000 bayi meninggal setiap tahun karena gangguan ini.4,8,9Preeklamsia menyebabkan efek samping langsung pada ibu, termasuk gangguan sistem hepatorenal dan koagulasi (piya) 5



Angka kematian Ibu (AKI) di provinsi jawa tengah



pada tahun 2020



sebesar 98,6/100.000 kelahiran hidup (530 kasus) meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 76,93/100.000 kelahiran hidup (416 kasus) kasus kematian ibu meningkat pada tahun 2020 sehingga mengakibatkan



AKI



meningkat. Hal ini disebabkan terjadi gangguan pada pelayanan KIA selama pandemi karena terjadi perubahan besar pada pelayanan fasilitas kesehatan dan masayarakat (Laporan kerja prov jateng) Berdasarkan data kesehatan ibu tahun 2021 sejumlah 2022 jumlah ibu hamil di wilayah kabupaten Banyumas sebanyak 10.449 ibu hamil dengan jumlah ibu hamil dengan kehamilan risti sebanyak 2911 ibu hamil. Distribusi kasus ibu hamil dengan resiko tinggi berdasarkan jenis kasus ibu hamil yaitu Usia lebih dari 35 tahun sebanyak 34 %, Ibu anemia sebanyak 32 %, Lila kurang 23,5 cm sebanyak 28 %, PEB/Eklamsia sebanyak 7% dan covid-19 sebanyak 9% kasus. Penyebab kematian ibu diwilayah kabupaten Banyumas meliputi 11 kasus pada tahun 2022 yang disebabkan preeklamsia, perdarahan, emboli air ketuban, TBC dan lain-lain (Dinas Kesehatan Banyumas, 2022) Berdasarkan data dari puskesmas banyumas perjanuari sampai Juli 2022 terdapat 122 ibu hamil dengan resiko tinggi yang tersebar di 12 Desa di wilayah kerja Puskesmas Banyumas (Banyumas, 2022). Resiko tinggi pada ibu hamil merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian ibiu. Untuk itu perlu adanya Antenatal Care (ANC) yang merupakan salah satu upaya penapisan awal dari faktor resiko kehamilan. Antenatal care selama kehamilan untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan



memantau



keadaan janin. Idealnya bila



tiap wanita hamil mau



memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan- kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil merupakan salah satu faktor penentu angka kematian ibu dan bayi meskipun masih banyak faktor penentu yang lain. Ibu hamil yang tergolong dalam resiko tinggi adalah riwayat kurang baik pada kehamilan dan persalinan yang lalu (misalnya riwayat sectio caesarea, riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran dan lahir mati), tinggi badan kurang dari 145 cm, lila 40 tahun, interval kehamilan >10 tahun, BMi pada kunjungan pertama > 35 kg, riwayat keluarga PE dan kehamilan multijanin c) ISSHP (2018) Faktor resiko tinggi meliputi preeklamsia sebelumnya, hipertensi kronis, diabetes, IMT . 30 kg. d) Menurut SOGC (kanada) 2014 faktor resiko tinggi meliputi kehamilan sebelumnya dengan PE, hipertensi kronis atau TD diastolic 90 mmHG, sedangkan untuk faktor 25



resiko sedang pada trimester pertama yaitu usia 40 tahun, riwayat PE, riwayat keluarga, berat badan lahir ibu yang lebih rendah atau kelahiran premature, bebas rokok, Trigliserida sebelum hamil meningkat, keguguran sebelumnya < 10 minggu dengan pasangan yang sama, penggunaan kokain dan metamfetamin, sistolik BP -130 mmHG atau Ds-90 mmHG, perdarahan vagina diawal kehamilan, dan PAPPA abnormal atau beta HCG negative (Rolnik, Nicolaides and Poon, 2022) 3. Tanda dan Gejala Preeklamsia Tanda dan gejala preeklamsia dibagi menjadi dua macam antara lain sebagai berikut: a) Berdasarkan gambaran klinik ditandai dengan pertambahan berat badan yang berlebihan,edema hipertensi, protein urinaria. b) Berdasarkan gejala subyektif yang ditandai dengan sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastirium, gangguan visus penglihatan kabur,skotoma,diplopia, mual, muntah dan gangguan serebaral, reflek patella meningkat dan tidak tenang (Andi et al., 2022) Berdasarkan buku KIA revisi terbaru terdapat form skrining preeklmasia meliputi bebebarapa hal yaitu : a) Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru b) Kehamilan dengan teknologi c) Umur > 35 tahun d) Nulipara e) Jarak dengan kehamilan sebelumnya f) Riwayat preeklamsia g) Kehamilan multiple h) Diabetes dalam kehamilan i)



Hipertensi kronik



j)



Penyakit ginjal



k) Riwayat autoimun.SLE l)



Mean Aerterial Presure (MAP) > 90 mmHg



m) Protein urinaria (Kementrian Kesehatan RI, 2020) 4. Patofisiologi Preeklamsia Patofisiologi preeklamsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan 26



perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. 5. Komplikasi Preeklamsia a) Komplikasi Pada ibu meliputi : 1) Atonia uteri 2) Sindrom Help 3) Gagal ginjal 4) Perdarahan otak 5) Edema paru 6) Gagal jantung b) Komplikasi pada bayi atau janin 1) Asfiksia neonatorum 2) Pertumbuhan bayi terhambat (intra uterin fetal retardation) 3) Hipoksia intrauteri, 4) Kelahiran premature 5) Berat badan lahir rendah 6. Penatalaksanaan Preeklamsia Beberapa penelitian mengidentifikasi tindakan pencegahan preeklamsia akan tetapi kejadian tersebut relative tidak berubah dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu



penatalaksanaan



dari



preeklamsia



adalah



dengan



melakukan



skring



preeklamsia selama kunjungan kehamilan. Penelitian yang dilakukan Daniel tahun 2020 melakukan penelitian terhadap pemberian aspirin pada dosis dibawah 300 mg secara selekstif dan ireversibel yang menonaktifakan enzim sikliik sigenase, menekan produksi prostaglandin dan tromboksan serta menghambat peradangan dan agregasi trombosit. Efek tersebut berguna untuk mencegah preeklamsia. Penatalaksanaan preklamsia jika usia kehamilan lebih dari 34 minggu atau >37 minggu dilakukan perawatan poliklinis dan evaluasi ibu 2 kali selama seminggu, evaluasi juga kesejahteraan jani selam 2 kali dalam seminggu. Jika diapatkan kurang dari 34 minggu melalui cek MRS, evaluasi gejala, DJJ, dan cek labolatorium, stabilisasi, pemberian MgS04 profilaksis. Kemudian jika ditemukan eklmasia, edema paru, dic, ht berat tidak terkontrol, gawat janin, solusio plasenta, IUDF jika usia kehamilan lebih dari 24 minggu janin hidup dapat diberikan pematangan paru (inj.dexamethason IM 2 x 6mg atau betamethasone IM 1x 12 mg 2x 24 jam. Perawatan konservatif untuk klien preeklamsia saat bersalin evaluasi di kamar bersalin selama 24-48 jam, rawat inap hingga terminasi, stop MgSO4, 27



profilaksis (1 x 24 jam) pemberian anti HT jika TD lebih dari 160 / 110 mmHg, pematangan paru 2 x 24 jam, evaluasi maternal-fetal secara berkala. 7. Manajemen Ekspektatif Preeklamsia Preeklamsia dengan gejala berat : a) Evaluasi di kamar bersalin dalam 24 – 28 jam b) Kortikosteroid



untuk



pematangan



paru,



magnesium



sulfat



antihipertensi. c) USG, evaluasi kesejahteraan janin, gejala dan pemeriksaan laboratorim Kontraindikasi perawatan ekspektatif : a) Eklamsia b) Edema paru c) DIC d) HT berat, tidak terkontrol e) Gawat janin f) Solusio Plasenta g) IUFD h) Janin tidak viable Komplikasi perawatan ekspektatif a) Gejala persisten b) Sindrom HELLP c) Pertumbuhan janin terhambat d) Severe olygohydramnion e) Reversed and diastolic flow f) KPP atau Inpartu g) Gangguan Renal berat Perawatan Ekspektatif a) Tersedia fasilitas perawatan maternal dan neonatal intensif b) Usia kehamilan janin viable-34 minggu c) Rawat inap d) Stop Magnesium sulfat dalam 24 jam e) Evaluasi ibu dan janin setiap hari f) Usia kehamilan > 34 minggu g) KPP atau Inpartu h) Perburukan maternal-fetal i)



Adanya salah satu gejalan kontraindikasi perawatan ekspektatif



Dosis dan Cara Pemberian MGSO4 : 28



profilaksis,



a) Loading dose : 4 g MgSO4 40% dalam 100 cc NaCL : habis dalam 30 menit (73 tts / menit) b) Maintence dose : 6 gr MgSO4 40% dalam 500 cc Ringer Laktat selama 6 jam (28 tts /menit) c) Awasi: volume urine, frekuensi nafas, dan reflek patella setiap jam d) Pastikan tidak ada tanda-tanda intoksikasi magnesium pada setiap pemberian MgSO4 ulangan e) Bila ada kejang ulangan : berikan 2 mg MgSO4 40% IV (Adrian, 2021)



B. Kajian Masalah Kasus 1. Kejadian Preeklamsia Preeklamsia didefinisikan sebagai hipertensi yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu dengan proteinuria atau tanda-tanda lain dari kerusakan organ akhir dan merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal, terutama ketika persalinan dini Beberapa organisasi profesional seperti American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan National Institute for Health and Care Excellence (NICE) telah mengusulkan skrining untuk preeklamsia berdasarkan faktor risiko ibu. Pendekatan yang direkomendasikan oleh ACOG dan NICE pada dasarnya memperlakukan setiap faktor risiko sebagai tes skrining terpisah dengan tingkat deteksi aditif dan tingkat positif layar. Bukti telah menunjukkan bahwa skrining preeklamsia berdasarkan pendekatan NICE dan ACOG memiliki kinerja yang kurang optimal, karena rekomendasi NICE hanya mencapai tingkat deteksi 41% dan 34%, dengan tingkat positif palsu 10%, untuk preeklamsia prematur dan aterm, masingmasing. Skrining berdasarkan rekomendasi ACOG 2013 hanya dapat mencapai tingkat deteksi masing-masing 5% dan 2% untuk preeklamsia prematur dan aterm, dengan tingkat positif palsu 0,2%. Berbagai model prediksi trimester pertama telah dikembangkan. Sebagian besar belum mengalami atau gagal validasi eksternal. Berdasarkan penelitian yang di lakukan dapertemen obstetric dan ginekologi rumah sakit prince of wales Cina berbagai model prediksi trimester pertama telah dikembangkan. Sebagian besar belum mengalami atau gagal validasi eksternal. model prediksi trimester pertama Fetal Medicine Foundation (FMF) (yaitu tes tiga kali lipat), yang terdiri dari kombinasi faktor ibu dan pengukuran tekanan arteri rata-rata, indeks pulsatilitas arteri uterina, dan faktor pertumbuhan plasenta serum, telah berhasil divalidasi internal dan eksternal. Tes triple FMF memiliki tingkat deteksi 90% dan 75% untuk prediksi preeklamsia dini dan prematur, masing-masing, dengan tingkat positif 29



palsu 10%. Kinerja skrining tersebut lebih unggul dari metode tradisional dengan faktor risiko ibu saja. Penggunaan model prediksi FMF, diikuti dengan pemberian aspirin dosis rendah, telah terbukti mengurangi tingkat preeklamsia prematur sebesar 62%. Jumlah yang diperlukan untuk skrining untuk mencegah 1 kasus preterm preeklamsia dengan tes triple FMF adalah 250. Kunci untuk mempertahankan kinerja skrining yang optimal adalah dengan menetapkan protokol standar untuk pengukuran biomarker dan penilaian kualitas biomarker secara teratur, karena pengukuran yang tidak akurat dapat mempengaruhi kinerja skrining (Holmquist et al., 2021) Pada januari – juli 2022 , jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Banyumas berjumlah 780 Ibu hamil yang memiliki resiko tinggi sebanyak 122. Tidak terdapat kematian ibu maupun bayi pada 2022. Kejadian hipertensi preeklamsia di Puskesmas Banyumas pada tahun 2022 ebih tinggi dibanding tahun 2021, yaitu 72 ibu hamil. Di Puskesmas Banyumas ibu-ibu yang memiliki resiko tinggi maupun sedang akan diberikan obat untuk pengontrol tekanan darah tinggi meliputi nifedipine atau aspirin. Dan jika ditemukan Ibu yang preeklamsia atau resiko maka ibu akan diberikan konseling serta pemantauan melalui formulir pemantauan klien akan diminta datang ke bidan terdekat untuk dilakukan pmeriksaan tekanan darah sebanyak 1 kali dalam 2 hari.



30



D. Diagram Fishbone METODE



Dana



MAN Pengetahuan ibu yang belum optimal terkait hipertensi dan kepatuhan mengkonsumsi obat antihipertensi



Kesibukan tenaga kesehatan



Usia ibu 30, riwayat HT pada kehamilan sebelumnya, menikah dg pasangan baru, multipara, enggan KB



lokasi yang jauh sehingga ibu enggan untuk dating ke posyandu



Tidak ada masalah



Optimalkan lembar balik, leaflet dan Tanya jwab dengan ibu hamil



Perlunya evaluai oleh Kader dan tenaga kesehatan terkait keptuhan minum obat antihipertensi



Maksimalkan screening resiko PP ibu hamil pada trimester 1 Hipertensi



Preeklamsia Terpapar asap rokok Mengembangan metode acupressure dalam menurunkan tekanan darah



Pemanfaatan media social yang belum optimal



Budaya makan asin, pedas, manis, bersantan, jeroan



SARANA



LINGKUNGAN 31



Pekerjaan ibu, aktifitas ibu yang berat Drop Out KB pada PUS



E. Alternatif Pemecahan Masalah No 1.



Masalah Berdasarkan hasil wawancara kasus yang diidentifikasi di Puskesmas Banyumas didapatkan kasus hipertensi pada ibu hamil, setelah di analisis didapatkan tindak lanjut untuk mencegah kejadian preeklamsia dan eklamsia dengan cara accupresure untuk membantu menurunkan hipertensi pada ibu hamil



Program Inovasi Pemantaua n melalui whatsapp dan edukasi accupresur e kepada ibu hamil



-



-



-



-



2.



Berdasarkan hasil wawancara kasus yang diidentifikasi di Puskesmas Banyumas didapatkan bahwa kasus ibu hamil dengan hipertensi merupakan salah satu resiko tinggi yang tertinggi



Pemberian edukasi kepada ibu hamil terkait tekanan darah dan acupressure



Tujuan Program Inovasi Untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil dalam melakukan accuprsure Untuk mengawasi ibu hamil dalam melakukan accupresure terhadap pencegahan hipertensi berbasis whatsapp,yang mana ibu hamil akan selalu dipantau untuk memastikanselalu melakukan accupresure. Untuk memudahkan tenaga kesehatan dalam memantau kepatuhan ibu dalam melakukan accupresure Untuk memanfaatkan smartphone supaya ibu hamil termotivasi untuk melakukan accupresure.



- Untuk mengatasi dan menambah pengetahuan ibu hamil dengan memberikan edukasi atau penyuluhan.



32



Implementasi



Evaluasi



- Melakukan penyuluhan terkait hipertensi dan kemungkina preeklamsia dan eklamsia di Posyandu ibu hamil di wilayah kerja Pukesmas Banyumas - Setiap dokumentasi yang dikirimkan oleh ibu hamil melalui androidnya setiap hari pada saat melakukan accupresure.



- Diharapkan semua petugas kesehatan termasuk kader dapat saling berkontribusi agar program Pemantauan Ibu Hamil Bebas hipertensi melalui whatsapp dapat terlaksana dengan baik. - Diharapkan setiap ibu hamil memiliki kesadaran mengenai pentingnya melakukan accupresure untuk menurunkan tekanan darah. - Meningkatnya kepatuhan ibu hamil dalam melakukan accupresure setiaphari.



- Melakukan penyuluhan terkail hipertensi dalam kehamilan dan kemungkinan preeklamsia dan eklamsia ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Banyumas. - Melakukan pemantauan tekanan darah ibu hamil - Melakukan demonstrasi acupressure



- Diharapkan Petugas Kesehatan dapat saling berkolaborasi guna mencegah tejadinya ibu hamil dengan hipertensi - Telaksananya program acupressure untuk menurunkan tekanan darah



BAB IV PEMBAHASAN



Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, didapatkan resiko tinggi kasus hipertensi yang mengarah ke preeklamsia di Puskesmas Banyumas berjumlah 171 ibu hamil. Hipertensi dan atau preeklamsia merupakan salah satu indikator atau faktor utama yang menyebabkan ibu hamil beresiko tinggi dalam kehamilannya terutama bagi kelangsungan hidup ibu dan bayi, tumbuh kembang kesehatan mental bayi dan ibu pada masa kehamilan. Hipertensi dan atau preeklamsia merupakan salah satu ukuran yang sering digunakan pada setiap pemeriksaan kesehatan ibu hamil dan merupakan salah satu indikator terbaik untuk mengetahui keadaan atau status kesehatan ibu hamil. Keadaan hipertensi dalam kehamilan dan preeklamsia mempengaruhi pada keadaan ibu selama hamil. hipertensi dalam kehamilan dan preeklamsia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global, karena mempunyai efek risiko meningkatkan mortalitas dan morbiditas. Sehingga sangat perlu meningkatkan skrining ibu hamil terutama di fasilitas kesehatan tingkat pertama, agar dapat ditangani dengan segera. Berdasarkan jurnal penelitian menyebutkan ada banyak faktor yang mempengaruhi hipertensi dalam kehamilan dan preeklamsia yaitu pola istirahat ibu, riwayat hipertensi atau preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, pola makan yang menyukai rasa asin atau manis, Kehamilan pertama, Usia di atas 40 tahun, riwayat keluarga dengan preeklamsia, hamil lebih dari satu janin atau hamil kembar, baik kembar 2 atau lebih, obesitas dan penyakit autoimun (Adrian, 2021). Kejadian hipertensi dan preeklamsia pada saat ibu hamil juga menjadi salah satu faktor kejadian kematian bayi. Dari hasil penelitian dengan judul Analisis Faktor Risiko Preeklampsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang, didapatkan hasil ada hubungan bermakna untuk kejadian preeklampsia dengan riwayat hipertensi dan ada hubungan bermakna untuk kejadian preeklampsia dengan riwayat preeclampsia (Muhammad, 2022). Ditinjau dari hal tersebut, ada beberapa faktor yang akan kami bahas, di antaranya sebagai berikut ini: A. Faktor Ibu Hamil dengan Resiko Tinggi a. Usia Usia ibu menggambarkan keadaan kesehatan ibu, bila umur ibu < 20 tahun atau >35 tahun maka akan berdampak pada kesehatan ibu dan janin, sehingga dibutuhkan penanganan segera dalam penanganan kejadian preeklamsia, akan tetapi usia ibu belum tentu menjadi masalah penyebab utama kejadian hipertensi dan preeklamsia. Berdasarkan jurnal penelitian menyebutkan salah satu yang menjadi faktor yang 33



mempengaruhi hipertensi dalam kehamilan dan preeklamsia salah satunya adalah usia ibu yang kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Data pada tahun 2020 dan 2021 di wilayah kerja banyumas sebanyak 80 ibu hamil resti berada pada usia lebih dari 35 tahun bahkan mencapai 43 tahun dan sebanyak 17 ibu hamil berada di usia kurang dari 20 tahun dari jumlah total 171 ibu hamil dengan resiko. Kejadian tersebut mendapat pembenaran dari jurnal penelitian yang dilakukan di cina dan swedian dari



555,446 dan 79,2343 sampel data yang



dianalisis tentang kasus resiko preeklamsia pada ibu hamil usia diatas 35 tahun memeiliki resiko yang signifikan untuk terjadinya preekalmsia (Yang et al., 2021) Hal ini juga di benarkan melalui teori dalam salah satu jurnal penelitian di cina dimana usia lanjut merupakan faktor resiko yang terkenal untuk hasil kehamilan yang dapat merugikan ibu hamil. Dimana berdasarkan teori-teori terdapat penurunan kadar androgen produksi energy mitokondria dan kualitas sitoplasma yang lebih rendah, stress osksidatif dan penuaan plasenta. Sehingga dapat dikaitkan dengan etiologi preeklamsia dimana pada teori ini menyebabkan masalah dengan plasentasi. Pada usia dibawah 20 tahun menurut sebuah teori usia tersebut belum matang secara fisik seperti siklus menstruasi ataupun fluktuasi hormone (Lee, Brayboy and Tripathi, 2022) b. Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Banyumas kelompok pendidikan tertinggi adalah pendidikan SD sebanyak 17,896, kelompok SMP /MTS sebanyak 9,992, kelompok SMA / MA sebanyak 10,329 kelompok pendidikan S2 berjumlah 85 dari jumlah penduduk sejumlah 56,358 jiwa. Berdasarkan literatur rivew dimana sebanyak 10 jurnal pendidikan ibu dapat mempengaruhi dalam memahami informasi terkaitan kesehatan khususnya resiko kehamilan, dan dapat memberikan sikap yang positif tentang tindakan–tindakan yang positif serta menerapkannya sehingga dapat menguntungkan ibu. Berdasarkan penelitian pendidikan seorang ibu memiliki pengaruh dalam kejadian preeklamsia, semakin tinggi pendidikan ibu semakin rendah kemungkinan mengalami preeklamsia (Rahmawati, no date) c. Paritas Berdasarkan data dari wilayah kerja Puskesmas Banyumas pada tahun 2020-2021 sebanyak 133 ibu hamil multigravida memiliki resiko tinggi. Penelitian yang dilakukan di Cina Ibu dengan multigravida memiliki 3 kali lipat resiko terjadinya preeklamsia dibandingkan dengan ibu hamil di swedia .Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kendal pada tahun 2019 34



sebanyak 40 responden dari 60



yang menjadi sampel penelitian memiliki hasil



signifikan ibu yang preeklamsia dialami oleh ibu multigravida (Yang et al., 2021) Berdasarkan



jurnal penelitian



terdapat



hubungan



yang



kuat



antara



preeklamsia pada saat hamil dengan jumlah paritas (yang merupakan salah satu indikator resiko tinggi ibu hamil) (Andi et al., 2022). d. Jarak kelahiran Sebanyak 84 ibu hamil dengan resiko preeklamsia dari tahun 2020 hingga 2021 di wilayah kerja puskesmas Banyumas memiliki jarak anak kurang dari 2 tahun lebih dari 3 tahun bahkan ada bebrapa ibu hingga 7 tahun. Sehingga memiliki resiko untuk mengalami preeklamsia. Dalam penelitian yang dilakukan di Kendal terdapat hubungan yang signifikan antara jarak anak dengan kejadian preeklamsia. Menurut teori jarak kehamilan yang dianjurkan pada ibu hamil yang ideal di hitung dari sejak ibu persalinanan hingga memasuki masa kehamilan selanjutnya yaitu 2-5 tahun. Hal ini sejalan dengan teori yang ada, teori menyatakan bahwa resiko preeklamsia umumnya rendah dikehamilan kedua jika di kandung dengan pasangan yang sama (Ulfa Rimawati, Yuni Puji w, 2019) e. Riwayat Preeklamsia Berdasarkan data di wilayah kerja puskesmas Banyumas dari tahun 2020 hingga 2021 sebanyak 25 ibu hamil yang memiliki riwayat preeklamsia sehingga memiliki resiko terjadinya preeklamsia di kehamilan ini. Berdarkan penelitian yang dilakukan di universitas Pittsburgh, terdapat hubungan antara riwayat preeklamsia di kahamilan terdahulu dengan preeklamsia kehamilan sekarang dengan di buktikan melalui penelitian dengan melihat tekanan darah yang secara signifikan lebih tinggi pada ibu dengan riwayat preeklamsia sehingga diperlukan pemantauan yang menyeluruh pada kondisi tersebut (And and Cells, 2016) Riwayat



pereeklamsia



telah



terbukti



menjadi



prediksi



peningkatan



risiko



kardiovaskuler di kemudian hari pada usia lanjut (Lee, Brayboy and Tripathi, 2022) f. Obesitas Data ibu hamil dengan resiko dari tahun 2020-2021 di wilayah puskesmas Banyumas terdapat sebanyak 58 ibu hamil yang berisiko dengan hasil BMI lebih dari 30 kg dikatak obesitas. Sehingga dengan keadaan tersebut semakin meningkatkan resiko tinggi dalam kehamilan yang dapat menyebabkan preeklamsia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Cina dengan membandingkan keadaan negara swedia terkait mengenai resiko preeklamsia dimana menujukan 35



pada wanita Asia khususnya cina resiko preeklamsia meningkat lebih cepat keadaan tersebut terjadi disebabkan oleh gangguan metabolisme yang muncul lebih awal dan berkaitan dengan hubungan penyakit kardiovaskuler serta metabolic (Yang et al., 2021) Berdasarkan penelitian di pusat Teknik Biomedis university brow USA obesitas menjadi faktor dalam meningkatkan terjadinya preeklamsi dikarenakan terkait dengan keadaan imunologi serta kardiovaskuler (Lee, Brayboy and Tripathi, 2022) Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kendal Jawa tengah



tidak ada



hubungan yang signifikan antara riwayat preeklamsia dengan kejadian preeklamsia akan tetapi berdasarkan teori ibu hamil dengan riwayat preeklamsia di kehamilan sebelumnya



memiliki



peningkatan



resiko



terkena



preeklamsia



dikehamilan



selanjutnya (Ulfa Rimawati, Yuni Puji w, 2019) B. Faktor Lingkungan 1. Paparan Asap Rokok Berdasarkan keadaan masyarakat di wilayah kerja puskesmas Banyumas hampir semua masyarakat khususnya laki-laki merupakan perokok aktif sehingga besara resiko ibu hamil yang terpapar asap rokok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Indramayu ibu yang terpapar asap rokok lebih banyak di jumpai pada ibu yang mengalami preeklamsia. Ibu hamil dengan terpapar asap rokok akan meningkat 2 kali lebih besar resiko mengalami preekalmasia dibandingkan ibu yang tidak terpapar asap rokok. Peresntase jumlah penduduk laki-laki di Indonesia memiliki kebiasaan merokok lebih dari 60%. Pada kondisi tersebut sangat memprihatinkan karena semakin tinggi prevelensia merokok di Indonesia semakain banyak ibu dan anak yang terpapar asal rokok. Paparan asap rokok merupakan faktor resiko kejadian preeklamsia (Roifatun Nisa, 2018) Berdasarkan penelitian di Jakarta Timur paparan asap rokok memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian preeklamsia dengan nilai p Value 0,0008 (Arikah, 2020) 2. Gaya Hidup Berdasarkan pemantauan dan wawancara di wilayah kerja Puskesmas Banyumas mayoritas masyarakat di daerah tersebut sering mengkomsumsi makanan dengan rasa Asin, manis dan pedas serta berminyak. Berdasarakan penelitian di kota lama ibu hamil diwilayah tersebut memasak menggunakan santan dan garam dalam jumlah yang berlebihan sebanyak 58,2% hampir setiap hari dan hal tersebut bertentangan dengan teori mengenai teori pola 36



makanan sehat untuk ibu hamil dan hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor perekonamian sehingga asupan gizi yang tidak seimbangan akan mempengaruhi keadaan ibu hamil untuk terkena resiko preeklamsia 3. Paparan Pestisida Dari keadaan geografis, dapat dikatakan pekerjaan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Banyumas adalah petani. Salah satu risiko dari sektor pertanian adanya risiko dampak pestisida, karena pestisida merupakan salah satu bahan beracun. Efek yang dapat timbul pada wanita usia subur termasuk ibu hamil akan menimbulkan berbagai gangguan seperti anemia, gangguan reproduksi (abortus spontan, lahir prematur, janin cacat, dan BBLR). Besarnya paparan pestisida pada ibu hamil tergantung pada pekerjaan ibu, lama paparan, frekuensi paparan, penyimpanan pestisida, dan penggunaan alat pelindung diri. Dari beberapa jurnal penelitian,hipertensi, prreeklamsia,



persalinan prematur



dan BBLR dapat terjadi pada wanita yang bekerja terus menerus selama kehamilan, terutama bila pekerjaan tersebut memiliki risiko (Imaroh, 2018). Seperti paparan pestisida, semakin lama bekerja sebagai petani maka semakin sering kontak dengan pestisida sehingga risiko terjadinya keracunan pestisida Oleh karena itu pentingnya petugas kesehatan dalam melakukan deteksi dini risiko pada ibu hamil untuk mencegah kenaikan tekanan darah dan menyebabkan lahirnya bayi dengan BBLR.. Dari beberapa jurnal penelitian,hipertensi, prreeklamsia,



persalinan prematur



dan BBLR dapat terjadi pada wanita yang bekerja terus menerus selama kehamilan, terutama bila pekerjaan tersebut memiliki risiko (Imaroh, 2018). Seperti paparan pestisida, semakin lama bekerja sebagai petani maka semakin sering kontak dengan pestisida sehingga risiko terjadinya keracunan pestisida Oleh karena itu pentingnya petugas kesehatan dalam melakukan deteksi dini risiko pada ibu hamil untuk mencegah kenaikan tekanan darah dan menyebabkan lahirnya bayi dengan BBLR. C. Faktor Petugas Kesehatan 1. Pemberian Konseling Dari data yang didapat petugas kesehatan diwilayah kerja puskesma Banyumas sudah berupaya untuk mengurangi resiko kehamilan khususnya preeklamsia yaitu: a. Melakukan Pra screening pemantauan preeklamsia melalui Buku KIA b. Memberikan konsling serta pemantauan bagi ibu hamil dengan resiko preekalmsia seperti ibu dengan tekanan darah tinggi di berikan form pemantahuan dimana dalam dua hari sekali ibu hamil diminta datang ke tenaga kesehatan setempat untuk melakukan pengecekan takanan darah



37



c. Pemberian obat-obatan terkait hasil prasecrining preeklamsia seperti Nfedipine, Kalk, aspirin serta cara minum obat tersebut 2. Inovasi yang dilakukan Dari data yang didapat dari petugas kesehatan di wilayah kerja puskesmas Banyumas beberapa upaya yang di jalankan selaras dengan program dari dinas kesehatan terkait seperti : a. Kelas Ibu hamil dilakukan tiap bulan dengan mengusung tema memanfaatkan BUKU KIA sebagai bahan bacaan b. Bidan desa terkait membuat group whats App khusus untuk ibu hamil khususnya untuk ibu



hamil dengan resiko preeklamsia yang perlu



mendapatkan perhatian khusus c. Pemasangan stiker di setiap rumah yang memiliki keluarga yang hamil 3. Hubungan Tenaga Kesehatan terhadap resiko preeklamasia pada Ibu hamil Berdasarkan data dari puskemas Banyumas pada tahun 2020 sebanyak 110 ibu hamil dengan resiko preeklamsia, terjadi penuruan jumlah ibu hamil dengan resiko preeklamsia pada tahun 2021 sebanyak 61 dan pada tahun 2022 dari Januari hingga juli 2022 sebanyak 122 ibu hamil memiliki resiko preeklamsia. Petugas kesehatan khususnya bidan berupaya untuk menurunkan angka kejadian preeklamsia akan tetapi beberapa kendala dalam memantau secara khsusus untuk penangan kasus tersebut salah satunya kesibukan dari tenaga kesehatan di era pandemi khusus nya di era New Normal yang berdampak pada bertambahnya beban kerja tenaga kesehatan seperti mengejar target untuk vaksinasi. Sehingga untuk melakukan evaluasi ataupun pemantauan ibu hamil yang khususnya berisiko sedikit terhambat. Di beberapa desa di wilayah kerja puskesmas Banyumas masih banyaknya sasaran untuk ber KB



terhambat sehingga tingkat kehamilan di wilayah kerja



puskesmas Banyumas juga meningkat. Hal tersebut telah diupayakan oleh tenaga kesehatan dimulai memberikan konsling dimulai kehamilan dan KB pascasalin, membina kader-kader di desa setempat. Akan tetapi hal tersebut terkendala di sebabkan masih tingginya adat budaya seperti “Jika DIA berkehandak mengapa Kita menolak” masih ada bebarapa orang di desa menganggap memakai KB merupakan hal yang dilarang di kepercayaannya. Sehingga kader yang telah di berikan informasi terkendala dalam menyampaikan informasi tersebut. D. Masukan Dan Inovasi Dari Mahasiswa Penurunan jumlah ibu yang memiliki resiko preeklamsia dapat dilakukan melalui pencegahan melalui promosi kesehatan, pengobatan farmakologi dan nonfarmakologi 38



melibatkan semua lintas sektoral. Setelah mengikuti kegiatan yang ada dalam program kegiatan di wilayah puskesmas Banyumas beberapa hal seperti : a. Pada kegiatan kelas ibu hamil masih ada beberapa ibu hamil yang masih belum tahu fungsi dari buku pemantauan KIA, kondisi “Membaca Buku KIA Sedino Selembar “ masih belum maksimal. Dalam hal tersebut perlu inovasi dalam membuat ibu hamil tertarik untuk membaca buku KIA dengan cara memberikan permainan KUIS dalam kelas ibu hamil dengan membuat pertanyaan ringan dari isi buku KIA dan tidak lupa memberikan reward atas keberhasilan menjawab pertanyaan b. Untuk posyandu yang selama ini dimanfaatkan untuk timbang BB balita akan dapat membantu menurunkan resiko preeklamsia jika terdapat satu segmen pemantauan ibu hamil dengan pengecekan tekanan darah di tempat posyandu. Dan hal ini juga dapat memaksimalkan pertemuan ibu hamil dengan tenaga kesehatan. c. Resiko preeklamsia dapat menurun dengan kerja sama dengan lintas sector misalnya toko adat atau agama tekait promosi kesehatan terutama tentang “AYO BERKB” d. Resiko preeklmasia dapat menurun dengan adanya kerja lintas sector dunia pendidikan melalui promosi kesehatan pendidikan dini “ANTI Merokok”



bisa



dimulai dari SD hingga SMA. e. Untuk kelas ibu hamil akan lebih baik lagi jika kader-kader mendapatkan pembelajaran dari bidan melakukan promosi kesehatan dan pembelajaran dalam kelas ibu hamil bisa melalui senam ibu hamil, yoga ibu hamil, makan sehat dan metode komplementer holistic kebidanan melalui akupresure dengan metode pembagian leaflet sebagai bahan bacaan dan juga pemanfaatan smartphone dengan mendowload aplikasi-aplikasi terkait kesehatan ibu hamil khususnya pencegahan terjadinya preeklamsia f.



Pemeriksaan awal ibu hamil perlu adanya inovasi dengan kunjungan awal berpasangan dimaksudkan agar suami ataupun keluarga dapat mengetahui halhal yang diperlukan di masa kehamilan ibu termasuk konsling “BERBAGI” tanggung jawab selama kehamilan, seperti pekerjaan berat di rumah, pengurusan anak yang jika jarak anak terlalu dekat.



E. Kebidanan



Komplementer



Leaflet







AKUPRESUR



ANTI



HIPERTENSI



/



PREKLAMSIA” Pengobatan hipertensi pada kehamilan menggunakan obat antihipertensi tidak mengurangi atau meningkatkan resiko kematian ibu, proteinuria, efek samping, operasi 39



cesar, kematian neonatal, kelahiran premature, atau berat bayi lahir rendah. Penatalaksanaanhipertensi pada kehamilan memerlukan pendekatan multidisiplin dari dokter obstetric, internis, nefrologis, dan anestesi (Dr.dr.Haidar Alatas SpPD-KGH, MH., 2019) Akupresur teknik non invasif yang merupakan pengganti jarum yang digunakan dalam akupuntur dengan menggunakan tekanan jari langsung maupun gelang akupresur atau stimulasi saraf listrik. Menurut woolston terapi pijat memiliki efektivitas dalam melemaskan jaringan otot, yang mengurangi kontraksi dan kejang yang menyakitkan, terapi pijat juga dapat mengurangi kompresi saraf saat otot berkontraksi, terkadang menekan saraf disekitarnya. Menurut E-Hosary terapi pijat efektif untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan selama kehamilan trimester



dua (Ekadewi



Retnisari, SST., 2022) Akupresure merupakan system pengobatan dengan cara menekan-nekan pada titiktitik tertentu pada tubuh (meridian) untuk memperoleh efek rangsangan pada energi utama (QI) yang dapat digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit atau meningkatkan kualitas kesehatan(N.Ikhsan, 2019). Titik yang sering digunakan dalam akrupresure untuk menurunkan tekanan darah melalui titik Gv 20 (Pai Hui), Gb 21 (Cien Cing), BL 10 (Tien Cu), BL 15 (Sin cu), BL 17 (Ke su), BL 23 (Sen su), LI 4 (He ku),LI 11 ( C ice) dan PC 6 (Nei Kuan) (M.Ferry Wong, 2019) F. Analisa SWOT Tabel Analisis SWOT STRENGHTS (KEKUATAN)



WEAKNESS (KEKURANGAN)



1. Pola penempatan petugas medis dan 1. Intensitas penyuluhan



komplikasi



non medis di Kabupaten Banyumas



kehamilan khususnya pre eklamsi



sudah linearitas



bagi ibu hamil dan keluarga masih kurang



2. Memiliki kader kesehatan yang aktif di



Posyandu sehingga membantu bidan 2. Masih kurangnya kegiatan pelatihan desa dan pihak Puskesmas dalam upaya



bagi



promosi kesehatan mengenai komplikasi



kebidanan holistik



Puskesmas



Banyumas



telah



di



terutama



pelatihan



3. Masih banyaknya kasus komplikasi



kehamilan khususnya pre eklamsi.



3. Setiap



bidan



Kabupaten melaksanakan



Antenatal Care (ANC) Terpadu dengan 4.



kehamilan yang terjadi khususnya hipertensi dan pre eklamsi Suami dan keluarga masih belum



koordinasi antara bidan, petugas gizi,



sepenuhnya



promosi kesehatan dan perawat gigi



keterlibatan dalam hal KIE serta



40



melakukan



4. Kuantitas



dan



kualitas



bidan



telah



pengambilan keputusan rujukan 5. Masih



mencukupi untuk melayani ibu hamil



kurangnya



skrining



pre



melakukan



eklamsi



dan



pemantauan terhadap ibu hamil hipertensi dan pre eklamsi OPPORTUNITIES (KESEMPATAN)



1. Adanya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan



stakeholders



masyarakat meningkatkan



serta



terhadap derajat



1. Tingkat



sosio-ekonomi



penduduk



2. Adanya komitmen dan dukungan dari



THREATS (HAMBATAN)



tokoh



program kesehatan



dalam



yang



rata-ratanya



kategori



menengah



kebawah merupakan salah satu faktor



determinan



berimbas



ke



yang masalah



masyarakat khususnya kesehatan



kesehatan yang tiap tahun tidak



ibu dan anak



terselesaikan secara tuntas



3. Kerjasama lintas sektor menangani



2. Keterlambatan keluarga dan ibu hamil tersebut dalam mengenali



masalah pre eklamsi



tanda



bahaya



kehamilan



sehingga berdampak



dalam



pengambilan keputusan



3. Masyarakat



masih



mempercayai



sangat



kebudayaan



setempat seperti mempercayai dukun



untuk



permasalahan



mengatasi komplikasi



kehamilan seperti halnya pada kasus kematian ibu tersebut.



41



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pentingnya deteksi dini dalam mencegah terjadinya resiko preeklamsia pada ibu hamil melalui deteksi dini dan menerapkan screening praeklamsia menyeluruh. Secara khusus penelitian ini mengendentifikasi penyebab yang berhubungan dengan preeklamsia yaitu : 1. Teridentifikasi masyarakat khususnya ibu hamil denga resiko preeklmasia memiliki usia yang beresiko untuk kehamilan serta dengan rata-rata pendidikan di wilayah kerja puskesmas Banyumas mayoritas memiliki pendidikan sampai jenjang SD hingga SMP sehingga berpengaruh dalam sikap menerima informasi terkait preeklamsia 2. Teridentifikasi program-program dari pihak dinas kesehatan terkait dengan pencegahan resiko preeklamsia sudah dilakukan akan tetapi keadaan dan tenaga kesehatan yang memiliki kesibukan terutama di era NEW normal membuat tenaga kesehatan tidak dapat secara maksimal memberikan mengevalusai dari setiap kegiatan khususnya pemantauan ibu hamil dengan resiko. 3. Teridentifikasi dalam lintas sector belum maksimal dilihat dengan jumlah kehamilan di usia diatas 35 tahun masih banyak yang berarti peminat berKB masih cenderung kurang yang dipengaruhi oleh kepercayaan dan adat istiadat 4. Teridentifikasi wilayah lingkungan kerja puskesmas Banyumas mayoritas masyarakat merokok, gemar makan asin, manis, pedas dan gorengan yang memicu secara tidak langsung penyebab preeklamsia serta mayoritas penduduk bekerja sebagai petani paparan peptisida serta jarak rumah seperti kandang ternak terlalu dekat dengan rumah dapat menimbulkan resiko preeklamsia 5. Teridentifikasi dengan adanya pandemi covid memiliki dampak tidak hanya pada pereekonomian saja tetapi sector kesehatan dalam memberikan pelayanan terutama kesibukan tenaga kesehatan. B. Saran 1. Bagi Lahan Praktik a)



Meningkatkan kualitas pelayanan terutama dalam pencegahan dan penanganan atau perawatan ibu hamil dengan menggunakan pendekatan bersifat holistik maupun berdasarkan evidance based practice yang telah banyak dilakukan seperti pemanfaatan smartphone untuk mencari informasi dan metode akupresure untuk mencegah hipertensi yang berdampak pada preeklamsia



42



b)



Menambah program-program inovatif sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak seperti kelas ibu hamil dengan role play kuis dengan reward hadiah.



c)



Melakukan evaluasi terhadap program yang sudah ada, termasuk mengevaluasi kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet penurun tekanan darah.dan mengevaluasi program pemberian tablet penurun tekanan darah pada ibu hamil melalui jejaring social dengan membuat group kader, ibu hamil serta tenaga kesehatan seperti group whats app



d)



Mengoptimalkan dan mengevaluasi kader atau keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) pada ibu hamil terutama pada ibu hamil yang hipertensi dan preeklamsias melalui form pemantauan.



e)



Mengajarkan teknik ringan titik-titik akupresure yang aman untuk ibu hamil.



f) Menerapkan dan mengenalkan kebidanan komplementer di wilayah



kerja



puskesmas Banyumas terutama di masyarakat. 2. Bagi Institusi Pendidikan Meningkatkan peran serta mahasiswa dalam membantu permasalahan kesehatan ibu dan anak serta membagi ilmu terbaru berdasarkan hasil riset penelitian evidance based dengan melakukan koordinasi pada pelayanan kesehatan di masyarakat. 3. Bagi Mahasiswa Meningkatkan kualitas diri dalam berpikir rasional untuk menentukan solusi pemecahan masalah yang ada di masyarakat serta mengimplementasikan seluruh teori yang telah diperoleh berdasarkan evidance based practice yang dapat diterapkan di masyarakat untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.



43



DAFTAR PUSTAKA Adrian, K. (2021) ‘Penyebab Hipertensi dalam Kehamilan dan Cara Penanganannya’. And, B. editing: precision chemistry on the genome and Cells, transcriptome of living (2016) ‘乳鼠心肌提取 HHS Public Access’, Physiology & behavior, 176(3), pp. 139–148. doi: 10.1097/AOG.0000000000003508.Clinical. Andi, N. A. et al. (2022) ‘Hubungan Usia dan Paritas Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Bersalin’, Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran, Vol. 2 No. Arikah, T. (2020) ‘Faktor Resiko Kejadian Hipertensi pada Ibu hamil Di Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur’, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2. Banymas, P. (2022) ‘laporan kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Banyumas’, in. Dinas Kesehatan Banyumas (2022) Situasi Terkini KIA Kabupaten Banyumas. Dinkes, P. J. (2019) ‘Renstra Dinas Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2018-2023’, 2, pp. 12– 13. Dr.dr.Haidar Alatas SpPD-KGH, MH., M. (2019) ‘No Title’, in Seminar Nasional Penyakit Tidak Menular Penyebab Kematian Maternal. Banyumas: PAPDI Cabang Purwokerto. Ekadewi Retnisari, SST., M. K. (2022) Buku Ajar Konsep Holistik Massage. I. Edited by M. Dr.Ira Kusumawaty,S.Kp.,M.Kes. Malang: CV.Literasi Nusantara Abadi. Holmquist, E. et al. (2021) ‘Maternal selenium intake and selenium status during pregnancy in relation to preeclampsia and pregnancy-induced hypertension in a large Norwegian Pregnancy Cohort Study’, Science of the Total Environment, 798(2001). doi: 10.1016/j.scitotenv.2021.149271. IMAROH, I. I. (2018) ‘FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2017’, Vol 6, No. doi: https://doi.org/10.14710/jkm.v6i1.19981. Kementrian Kesehatan RI (2020) BUKU KIA Revisi Tahun 2020. 3rd edn. Edited by K. K. R. Indonesia. Jakarta: Katalog Dalam terbitan. Lee, K., Brayboy, L. and Tripathi, A. (2022) ‘Pre-eclampsia: a Scoping Review of Risk Factors and Suggestions for Future Research Direction’, Regenerative Engineering and Translational Medicine, (0123456789). doi: 10.1007/s40883-021-00243-w. M.Ferry Wong (2019) Kesehatan Holistik Ibu dan Anak Untuk Generasi Anti Stunting. I. Edited by Daniel Raditya. Jakarta: Wong Publishing. Muhammad, D. F. (2022) ‘Analisis Faktor Risiko Preeklampsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018-2020’. N.Ikhsan, M. (2019) Dasar Ilmu Akupresur dan Moksibasi. 2nd edn. Edited by MNI. Cimahi: Bhimaristan Press. Rahmawati, A. S. D. P. A. (no date) ‘Trimester about preeclamsia’. Roifatun Nisa (2018) ‘Asupan Vitamin D, Obesitas dan Paparan Asap Rokok sebagai Faktor 44



Resiko Preeklamasia’, Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 6. Rolnik, D. L., Nicolaides, K. H. and Poon, L. C. (2022) ‘Prevention of preeclampsia with aspirin’, American Journal of Obstetrics and Gynecology, 226(2), pp. S1108–S1119. doi: 10.1016/j.ajog.2020.08.045. Ulfa Rimawati, Yuni Puji w, I. (2019) ‘Indeks Massa Tubuh (IMT), Jarak Kehamilan dan Riwayat Hipertensi Mempengaruhi Kejadian Preeklamsia’, Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, 2 No 2(2621–2994). doi: 10.32584/jikm.v2i2.377. Yang, Y. et al. (2021) ‘Preeclampsia Prevalence, Risk Factors, and Pregnancy Outcomes in Sweden and China’, JAMA Network Open, 4(5), pp. 1–14. doi: 10.1001/jamanetworkopen.2021.8401.



45