Isu Isu Istinjak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ISU ISU ISTINJAK



1. Adakah dibolehkan beristinjak dengan tulang? Penjelasan:



Seseorang tidak diperbolehkan istinja’ dengan menggunakan tulang, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits Salman radhiallahu ‘anhu di bawah: Salman al-Farisi radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam melarang kami dari istinja’ dengan menggunakan kotoran binatang dan tulang.” (HR. Muslim) Mengapa dilarang istinja’ dengan tulang? Ulama mengatakan illah (sebab) dilarangnya istinja’ dengan menggunakan tulang ialah: a. ) Apabila digunakan tulang untuk istinjak, berasal dari tulang yang najis, tidaklah ia akan membersihkan tempat keluarnya najis tersebut, justeru semakin bertambah najisnya di tempat tersebut. b.) Apabila bersal dari tulang yang suci lagi halal, maka ia merupakan makanan bagi binatang jin, dan harus kita muliakan dan kita hormati. Dalam hadits riwayat Muslim dari jalur Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Janganlah kalian istinjak dengan menggunakan kotoran binatang dan tulang, sebab ia merupakan bekal saudara kalian dari kalangan jin.” Berdasarkan illah (sebab) yang disebutkan di atas, maka dikiaskan kepadanya makanan manusia dan binatang, karena bekal manusia dan kendaraannya harus lebih dihormati. Jadi, tidak dibolehkan seseorang itu beristinjak dengan tulang.



1) Adakah boleh beristinjak dengan najis?



istinja’ tidak sah bila menggunakan benda-benda najis atau yang terkena najis. Karena, benda-benda itu bukannya menipiskan najis, bahkan barangkali menambah tebal bekas najis itu.



Al-Bukhari (155) telah meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud RA, dia berkata:



َ ِ‫سلَّ ََمَ ْالغَائ‬ َ‫َفَا َ َخ ْذتهََ َر ْوثَةََفات َ ْيت ه َهه‬،‫ِثَفَلَ َْمَا َ ِج ْدهه‬ َ‫ْنَ َو ْالت َ َمسْتهََالثّاَل ه‬ َِ ‫نَاَتِيَ َههَبِثَلَث َ َِةَاَحْ َجارََفَ َو َجدْتهََ َح َج َري‬ َْ َ ‫َفَا َ َم َرنِىَا‬،‫ط‬ َ َ‫صلَى‬ ََ َ ‫ا‬ َ َ‫للاه‬ َ ‫علَ ْي َِهَ َو‬ َ ََ‫تىَالنَّبِي‬ َ‫َ َهذَاَ ِر ْكس‬:‫ل‬ ََ َ ‫الر ْوثَةََ َوقا‬ َِ ‫َفَا َ َخ َذََال َح َج َري‬،‫بها‬. َّ َ‫ْنَوالقى‬



Nabi SAW datang ke tempat buang hajat, lalu beliau menyuruh saya membawakan untuk beliau tiga butir batu. Namun saya hanya menemukan dua butir saja, lalu saya mencari yang ketiga, tetapi tidak ada. Maka, saya ambil tahi binatang lalu saya bawa kepada beliau. Kedua batu itu beliau ambil, sedang tahi binatang itu beliau buang seraya bersabda: “Ini najis.” Jadi tidak dibolehkan untuk beristinjak dengan najis



2) Adakah dibolehkan beristinjak dengan makanan? Dan istinja’ juga haram dilakukan dengan menggunakan makanan manusia, seperti roti dan lain sebagainya; atau makanan jin, seperti tulang. Muslim (450) telah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:



ْ ‫ع‬ ّ َ‫ساَله ْوَهه‬ َ‫َيَقَ هَعَفِىَا َ ْي ِد ْي هك َْم‬،ِ‫علَ ْيه‬ َ َ‫ظمََذهك َِرا ْس هَم‬ ََ َ ‫الزّّ َّ ادَفَقا‬ ََ َ ‫َقا‬، َ‫علَ ْي ِه هَمَ ْالقه ْراَن‬ َِّ ‫اَتاَنِىَ َداعِىَ ْال ِج‬ َ َِ‫للا‬ َ ََ‫لَلَ هك َْمَكهلّّّ ّه‬ َ ََ‫نَفَذَ َهبْتهََ َمعَ َه هَفَقَ َرأْته‬ َ ‫َ َو‬:‫ل‬ َ‫علَفََ ِل َد َوا ِّب هك ْم‬ َ ََ‫َ َو هكلََ َب ْع َرة‬،‫ا َ ْوفَ ََرَ َما َي هك ْونهََلَحْ ما‬ “Telah datang kepadaku delegasi jin, maka aku pergi bersamanya, lalu aku bacakan alQur’an kepada mereka.” Periwayat hadits mengatakan: Dan mereka menanyakan kepada Nabi tentang makanan, maka jawab beliau: “Untuk kamu sekalian tiap-tiap tulang yang disebutkan nama Allah ketika menyembelihnya. Pada tangan kamu sekalian, tulang itu akan menjadi makanan yang paling banyak dagingnya. Sedang tiap-tiap tahi binatang menjadi makanan bagi binatang-binatang kamu sekalian.”



Oleh karena itu Rasulullah SAW telah bersabda: َ َ‫َفَ ِانَّ هه ََم‬،‫لََت َ ْست َ ْن هج ْواَ ِب ِه َما‬ َ‫ط َعا هَمَا ِْخ َوانِ هك ْم‬ َ َ‫ف‬ “Maka, janganlah kamu sekalian beristinja’ dengan tulang dan tahi binatang, karena keduanya adalah makanan saudara-saudara kamu.” Sedang menurut at-Thirmidzi (18): َ ‫لََ ِب ْال ِع‬ َ‫َفَ ِانَّ َههَزَ ا هَدَا ِْخ َوانِ هك َْمَمِنَََ ْال ِج ِّن‬،‫ظ ِام‬ َ ‫ثَ َو‬ َِ ‫الر ْو‬ َ َّ ‫لََت َ ْست َ ْن هج ْواَ ِب‬ Janganlah kamu sekalian beristinja’ dengan tahi binatang maupun dengan tulang. Karena, itu adalah makanan saudara-saudara kamu dan bangsa jin. Dengan demikian, maka makanan manusia lebih-lebih lagi patut dikiaskan kepada makanan jin.