I'jaz Alquran Kel 10 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Kelompok



Dosen Pembimbing



Al-Qur’an



Arif Marshall, Lc, MA



I’JAZ AL-QUR’AN



Disusun Oleh : Pungky Nurwibowo Zuliana Gustin



JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SULTAN SARIF KASIM RIAU 2010/2011



KATA PENGANTAR Segala puji kehadirat Allah SWT karena nikmat dan karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah Al-Qur‟an yang berjudul “I’JAZ AL-QUR’AN” ini tepat pada waktunya. Di dalam makalah ini kami menyampaikan apa itu arti dari I‟jaz Al-Qur‟an agar pembaca dapat memahami I‟jaz Al-Qur‟an lebih dalam. Terima kasih kepada dosen pembimbing kami bapak “Arif Marshall, Lc, MA” yang telah memberikan masukan atas penyelesaian tugas makalah ini. Sekianlah kata pengantar dari kami, kritik dan saran kami harapkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah berikutnya.



Pekanbaru, Oktober 2011



Penulis



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



3



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 3 DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 4 BAB I .............................................................................................................................................................. 6 PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 6 1.1 Latar belakang ......................................................................................................................................... 6 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................................... 6 BAB II ............................................................................................................................................................. 7 PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 7 2.1 Pengertian I’jaz dan Unsur-Unsur Mu’jizat Al-Qur'an............................................................................ 7 2.3. Bukti Historis Kegagalan Menandingi Al-Qur'an .................................................................................. 10 2.4 Cara-cara kei’jazan Al-Qur'an................................................................................................................ 12 2.5 Macam-macam I’jaz Al-Qur'an.............................................................................................................. 13 2.6 Segi-Segi Kemukjizatan Al-Qur’an ......................................................................................................... 14 BAB III ....................................................................................................................................................... 16 PENUTUP .................................................................................................................................................. 16 a.



Kesimpulan.......................................................................................................................................... 16



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 17



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



4



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



5



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sudah menjadi kelaziman dari munculnya seorang rasul dengan seruan agama baru untuk disertai dengan mukjizat. Dengan mukjizat itu seorang rasul baru diberdayakan oleh Allah untuk sanggup membalikkan pandangan umatnya



yang sedang mengalami fase



keterkaguman dengan salah satu aspek kehidupan keduniaan, menuju jalan agama Allah yang lurus. Sejarah nabi dan rasul menunjukkan kebhinekaan corak mukjizat yang tidak lain sebagai respon logis dari tuntutan realitas kehidupan umat. Fenomena al-Quran sebagai mukjizat, berikut segala segi dan fungsinya, akan banyak ditelaah dalam tulisan ini. Pembahasan al-Quran sebagai mukjizat oleh para ulama masih menyisakan perbedaan pendapat tentang derivasi serta dominan kemukjizatan al-Quran ditambah lagi munculnya pendapat yang cenderung melimitasi pada segi kemukjizatan dengan menafikan segi yang lain. Para nabi yang diutus oleh Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia terhadap pesan dan misi yang dibawa oleh Nabi. Dan mukjizat itu selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap nabi11. Berdasarkan alasan diatas, maka makalah ini membahas topic tentang i‟jaz al-Quran dan akan dijelaskan mengenai dasar pembahasan i‟jaz al-Quran dan keindahan dari segi-segi kemukjizatan al-Quran.



1.2 Rumusan Masalah 1. Pengertian I‟jaz Al quran dan unsure-unsur mu‟jizat Al-Qur‟an 2. Dasar Dan Urgensi Pembahasan I‟jaz Al-Qur'an 3. Bukti Historis Kegagalan Menandingi Al-Qur'an 4. Cara-cara kei‟jazan Al-Qur'an 5. Macam-macam I‟jaz Al-Qur'an 1



Harun Sihab dalam Rosihon Anwar,2009:9



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



6



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian I’jaz dan Unsur-Unsur Mu’jizat Al-Qur'an I’jaz ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari kekuasaan atau kesanggupan. Apabila I‟jaz telah terbukti nampaklah kekuasaan mu‟jiz.2 I’jaz menurut bahasa ialah untuk mendapatkan makna I‟jaz Al-Qur‟an, yang merupakan kata majemuk yang dalam bahasa Arab dinamakan tarkib idhofi, terlebih dahulu kita harus memahami makna I‟jaz secara etimologi. I‟jaz adalah isim mashdar dari „ajaza-yu;jizu-I‟jazan yang mempunyai arti “ketidakberdayaan atau keluputan” . I’jaz secara istilah ialah penampakan kebenaran pengklaiman kerasulan nabi Muhammad SAW dalam ketidakmampuan orang Arab untuk menandingi mukjizat nabi yang abadi, yaitu AlQur‟an.3 Perbuatan seseorang pengklaim bahwa ia menjalankan fungsi ilahiyah dengan secara melanggar ketentuan hukum alam dan membuat orang lain tidak mampu melakukannya dan bersaksi akan kebenaran klaimnya.



I'jaz al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas kekuatan susunan lafal dan kandungan Al-Qur'an,



hingga



dapat



mengalahkan



ahli-ahli



bahasa



Arab



dan



ahli-ahli



lain.



Kata i‟jaz diambil dari kata kerja a‟jaza-i‟jaza yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Ini sejalan dengan firman Allah SWT yang berbunyi. )



2 3



31)



Teungku M Hasbi Ash S, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, hal 317 Manna’ al-Qathan, Mabahis fi Ulumil al-Qur’an, hal. 258-259



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



7



Artinya: “…Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” (QS. Al Maidah (5) 31) Lebih jauh Al-Qaththan mendefinisikan I‟jaz dengan



.



Artinya: “Memperlihatkan kebenaran Nabi SAW. atas pengakuan kerasulannya, dengan cara membuktikan kelemahan orang Arab dan generasi sesudahnya untuk menandingi kemukjizatan Al-Qur'an.” Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu‟jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mujizat. Tambahan ta‟ marbhuthah pada akhir kata itu mengandung makna mubalighah (superlatif). Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti kenabiannya sebagai tantangan bagi orang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi tidak melayani tantangan itu. Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai suatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah SWT. Melalui para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas



kebenaran



pengakuan



kenabian



dan



kerasulannya.



Atau



Manna‟



Al-Qhathan



mendefinisikannya demikian: .



Artinya: “Suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan, dan tidak akan dapat ditandingi.”



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



8



Unsur-unsur mukjizat, sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab, adalah: 1. Hal atau peristiwa yang luar biasa Peristiwa-peristiwa alam, yang terlihat sehari-hari, walaupun menakjubkan, tidak dinamai mukjizat. Hal ini karena peristiwa tersebut merupakan suatu yang biasa. Yang dimaksud dengan “luar biasa” adalah sesuatu yang berbeda di luar jangkauan sebab akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara umum. Demikian pula dengan hipnotis dan sihir, misalnya sekilas tampak ajaib atau luar biasa, karena dapat dipelajari, tidak termasuk dalam pengertian “luar biasa” dalam definisi di atas. 2. Terjadi atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku Nabi. Hal-hal di luar kebiasaan tidak mustahil terjadi pada diri siapapun. Apabila keluarbiasaan tersebut bukan dari seorang yang mengaku Nabi, hal itu tidak dinamai mukjizat. Demikian pula sesuatu yang luar biasa pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi Nabi ini pun tidak dinamai mukjizat, melainkan irhash. Keluarbiasaan itu terjadi pada diri seseorang yang taat dan dicintai Allah, tetapi inipun tidak disebut mukjizat, melainkan karamah atau kerahmatannya. Bahkan, karamah ini bisa dimiliki oleh seseorang yang durhaka kepada-Nya, yang terakhir dinamai ihanah (penghinaan) atau Istidraj (rangsangan untuk lebih durhaka lagi). Bertitik tolak dari kayakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah Nabi terakhir, maka jelaslah bahwa tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalannya. Namun, ini bukan berarti bahwa keluarbiasaan tidak dapat terjadi dewasa ini.



3.



Mendukung



tantangan



terhadap



mereka



yang



meragukan



kenabian



Tentu saja ini harus bersamaan dengan pengakuannya sebagai Nabi, bukan sebelum dan sesudahnya. Di saat ini, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang berjalan dengan ucapan sang Nabi. Kalau misalnya ia berkata, “batu ini dapat bicara”, tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa “Sang penantang berbohong”, maka keluarbiasaan ini bukan mukjizat, tetapi ihanah atau istidraj. 4.



Tantangan



tersebut



tidak



mampu



atau



gagal



dilayani



Bila yang ditantang berhasil melakukan hal serupa, ini berarti bahwa pengakuan sang



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



9



penantang tidak terbukti. Perlu digarisbawahi di sini bahwa kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Untuk membuktikan kegagalan mereka, aspek kemukjizatan



tiap-tiap



Nabi



sesuai



dengan



bidang



keahlian



umatnya.



2.2 Dasar Dan Urgensi Pembahasan I’jaz Al-Qur'an 1. Dasar Pembahasan I‟jaz Al-Qur'an Di antara faktor yang mendasari urgensi pembahasan I‟jaz Al-Qur'an adalah kenyataan bahwa persoalan ini merupakan salah satu di antara cabang-cabang pokok bahasan ulumul Al-Qur'an (ilmu tafsir). 2. Urgensi pembahasan I‟jaz Al-Qur'an Urgensi pembahasan I‟jaz Al-Qur'an dapat dilihat dari dua tataran:



a. Tataran Teologis Mempelajari I‟jaz Al-Qur'an akan semakin menambah keimanan seseorang muslim. Bahkan, tidak jarang pula orang masuk Islam tatkala sudah mengetahui I‟jaz Al-Qur'an. Terutama ketika isyarat-isyarat ilmiah, yang merupakan salah satu aspek I‟jaz Al-Qur'an, sudah dapat dibuktikan. b.Tataran Akademis Mempelajari I‟jaz Al-Qur'an akan semakin memperkaya khazanah keilmuan keislaman, khususnya berkaitan dengan ulum Al-Qur'an (ilmu tafsir).



2.3. Bukti Historis Kegagalan Menandingi Al-Qur'an Al-Qur'an digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menantang orang-orang pada masanya dan generasi sesudahnya yang tidak mempercayai kebenaran Al-Qur'an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan risalah serta ajaran yang dibawanya. Terhadap



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



10



mereka, sungguhpun memiliki tingkat fashahah dan balaghah yang tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi memintanya untuk menandingi Al-Qur'an dalam tiga tahapan:



1. Mendatangkan semisal Al-Qur'an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Isra (17) ayat 88: )



88)



Artinya: “Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian



mereka



menjadi



pembantu



bagi



sebagian



lain.”



(Al-Isra



(17):



88)



2.Mendatangkan satu surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur'an, sebagaimana dijelaskan oleh surat Al-Baqarah (2) ayat 23: ).



23)



Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kami orang-orang yang benar” (QS. Al Baqarah (2) 23) Sejarah telah membuktikan bahwa orang-orang Arab ternyata gagal menandingi Al-Qur'an. Inilah beberapa catatan sejarah yang memperlihatkan kegagalan itu:



1. Pemimpin Quraisy pernah mengutus Abu Al-Walid, seorang sastrawan ulung yang tiada bandingannya untuk membuat sesuatu yang mirip dengan Al-Qur'an ketika Abu Al-Walid berhadapan dengan Rasulullah SAW. Yang membaca surat Fushilat, ia tercengang mendengar kehalusan dan keindahan gaya bahasa Al-Qur'an dan ia pun kembali pada kaumnya dengan tangan hampa.



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



11



2.Musailamah bin Habib Al Kadzdzab yang mengaku sebagai Nabi juga pernah berusaha mengubah sesuatu yang mirip dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Ia mengaku bahwa dirinyapun mempunyai Al-Qur'an yang diturunkan dari langit dan dibawa oleh Malaikat yang bernama Rahman. Di antara gubahan-gubahannya yang dimaksudkan untuk mendandingi Al-Qur'an itu adalah antara lain:



.



Artinya: “Hai katak, anak dari dua katak. Bersihkan apa saja yang akan engkau bersihkan, bagian atas engkau di air dan bagian bawah engkau di tanah”. Ketika itu pula, ia merobek-robek apa saja yang telah ia kumpulkan dan merasa malu tampil di depan khalayak ramai. Setelah peristiwa itu ia mengucapkan kata-katanya yang masyhur:



Artinya: “Demi Allah, siapapun yang tidak akan mampu mendatangkan yang sama dengan AlQur'an.”



2.4 Cara-cara kei’jazan Al-Qur'an An Nadhdham dan Al Murthadha berpendapat bahwa kei‟jazan Al-Qur'an adalah dengan jalan shirfah , yakni Allah memalingkan orang arab dari menantang Al-Qur'an, padahal mereka sanggup melakukannya. Allah memalingkan mereka, itulah yang dikatakan menyalahi adat atau kebiasaan. Golongan lain mengatakan bahwa kei‟jazan Al-Qur'an , ialah dalam mengkhabarkan hal-hal yang ghaib yang hanya diperoleh dengan jalan wahyu dan dalam mengkhabarkan urusan-urusan yang telah lalu yang tidak diterangkan oleh seorang



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



12



ummi yang tidak mempelajari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada umat-umat yang telah lalu dan tidak pula bergaul dengan ahlul kitab4.



2.5 Macam-macam I’jaz Al-Qur'an Karena banyaknya berbagai macam I‟jaz Al-Qur'an, maka dalam hal ini akan diuraikan beberapa bagian dari macam-macam I‟jaz Al-Qur'an antara lain : 1. I‟jaz Balaghy (berita tentang hal-hal yang gaib) Berita-berita ghaib yang terdapat pada wahyu Allah swt yakni taurat, injil, dan Al-Qur'an merupakan mu‟jizat. Berita gaib dalam wahyu Allah swt itu membuat manusia takjub, karena akal manusia tidak mampu mencapai hal-hal tersebut. 2. I‟jaz Lughawy (keindahan redaksi Al-Qur'an) Menurut Shihab, memandang segi-segi kemu‟jizatan Al-quran dalam 3 aspek, diantaranya aspek keindahan dan aspek ketelitian redaksi. 3. I‟jaz „ilmi Di dalam Al-Qur'an , allah mengumpulkan beberapa macam ilmu, diantaranya ilmu falaq, ilmu hewan. Semuanya itu menimbulkan rasa takjub. Beginilah I‟jaz Al-Qur'an ilmi itu betul-betul mendorong kaum muslimin untuk berfikir dan membukakan pintu-pintu ilmu pengetahuan. Banyak sekali isyarat ilmiah yang di temukan dalam Al-Qur‟an, misalnya a. Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan. surat Yunus: 5 b. Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas. surat Al-An‟am ayat 25. c. Perbedaan sidik jari manusia.surat Al-Qiyamah ayat 4 4



Ibid, hal 320



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



13



d. Aroma atau bau manusia berbeda-beda. surat Yusuf ayat 94 e. Masa penyusunan yang tepat dan masa kehamilan minimal, surat Al-Baqarah ayat 233 f. Adanya nurani {superego} dan bawah sadar manusia. surat Al-Qiyamah ayat 14 g. Yang merasakan nyeri adalah kulit. Al-Qur‟an surat An-nisa ayat 56 Pendapat Para Ulama : Al-Baqillani dalam jaz Al-Qur‟an menyebutkan tiga mukjizat dalam Al-Qur‟an. Yakni, pemberitaan tentang perkara ghaib, penuturan kisah umat terdahulu dan keserasian yang menakjubkan Faedah Kajian Mukjizat Al-Qur‟an



Al-Qur‟an sebagai sosok kitab mukjizat yang



didalamnya terdapat ilmu-ilmu yang menjdai pedoman bagi kaum muslim.



2.6 Segi-Segi Kemukjizatan Al-Qur’an



1. Segi Bahasa dan Susunan Redaksinya Sejarah telah menyaksikan bahwa bangsa arab pada saat turunnya al-Quran telah mencapai tingkat yang belum pernah dicapai oleh bangsa satu pun yang ada di dunia ini, baik sebelum dan sesudah mereka dalam bidang kefashihan bahasa (balaghah). Mereka juga telah meraamba jalan yang belum pernah diinjak orang lain dalam kesempurnaan menyampaikan penjelasan (al-bayan), keserasian dalam menyusun kata-kata, serta kelancaran logika.5



2. Segi Isyarat Ilmiah Pemaknaan kemukjizatan al-quran dalam segi ilmiyyah adalah dorongan serta stimulasi al-quran kepada manusia untuk selalu berfikir keras atas dirinya sendiri dan alam semesta yang mengitarinya.6 Al-Quran memberikan ruangan sebebas5 6



Thair bin shalih al-jazari, Jawahirul Kalamiyah fi Idhohil aqidatul Islamiyah, hal 26 Mansur Hasbunabi, al-Kaun wa al-I’jaz fi al-Quran, hal 19-20



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



14



bebasnya pada pergaulan pemikiran ilmu pengetahuan sebagaimana halnya tidak ditemukan pada kitab-kitab agama lainnya yang malah cenderung restriktif. Pada akhirnya teori ilmu pengetahuan yang telah lulus uji kebenaran illmiahnya akan selalu koheren dengan al-Quran.



3. Segi Pemberitaan yang Ghaib Surat-surat dalam al-Quran mencakup banyak berita tentang hal ghaib. Kapabilitas al-Quran dalam memberikan informasi-informasi tentang hal-hal yang ghaib seakan menjadi prasyarat utama penopang eksistensinya sebagai kitab mukjizat. Akan tetapi pemberian informasi akan segala hal yang ghaib tidak memonopoli seluruh aspek kemukjizatan al-Quran itu sendiri. 4. Segi petunjuk hokum syara‟ Diantara hal-hal yang mencengangkan akal dan yang tak mungkin dicari penyebabnya selain bahwa al-Quran adalah wahyu Allah, adalah terkandungnya syari‟at paling ideal bagi umat manusia, undang-undang yang paling lurus bagi kehidupan, yang dibawa al-Quran untuk mengatur kehidupan manusia.



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



15



BAB III PENUTUP a. Kesimpulan



Dari makalah dapat di ambil kesimpulan bahwa Al-Qur'an ini adalah Mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kita tahu bahwa setiap Nabi diutus Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap pesan atau misi yang dibawa oleh Nabi. Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat yang dihadapi tiaptiap Nabi, setiap mukjizat bersifat menantang baik secara tegas maupun tidak, oleh karena itu tantangan tersebut harus dimengerti oleh orang-orang yang ditantangnya itulah sebabnya jenis mukjizat yang diberikan kepada para Nabi selalu disesuaikan dengan keahlian masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakat yang ditantang tersebut. Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya.



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



16



DAFTAR PUSTAKA



Anwar, Rosihon. 2000. Ilmu Tafsir. Bandung: CV.Pustaka Setia www.quranpoin.com.memahami al-quran/keistimewaan al-quran/html M Hasbi, Teungku. 2002. Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an. Jakarta PT.Rineka Cipta



Pungky Nurwibowo & Zuliana Gustin , Sistem Informasi IIIc



17