Jepang Zaman Edo - Edit1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Perkembangan Jepang Pada Zaman Edo Sampai Keruntuhan Ke-Shogunan Tokugawa 1603-1867 MAKALAH (Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah perkembangan mutakhir sejarah asia timur) Dosen pengampu : Yadi Kusmayadi S.Pd.,M.Pd



disusun oleh : Toni 2105170004 Sarah Nafisatul Janan 2105170002 Nita Dewi Apriani 2105170005



PRODI PENDIDKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GALUN 2020



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat-Nya,yang telah memberikan rahmat,hidayah,dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Perkembangan Jepang Pada Zaman Edo Sampai Keruntuhan KeShogunan Tokugawa 1603-1867. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah perkembangan mutakhir sejarah asia timur. Pengembangan dan penyusunan materi di berikan secara urut penyajian materi didesain untuk memperkuat pemahaman tentang perkembangan Jepang dimana pada zaman Edo sampai keShogunan Tokugawa. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan dari berbagai pihak, sehingga kendalakendala tersebut dapat teratasi. Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman kepada kita semua dan memberikan wawasan pengetahuan bagi para pembaca.



Ciamis,



Maret 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3 1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3 1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................. 3 1.5 Sistematika penulisan ........................................................................ 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 5 BAB III METODE PENULISAN .............................................................. 7 BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 8 4.1 Latar Belakang lahirnya Keshogunan Tokugawa .......................... 8 4.2 Kebijakan Shogun Tokugawa ........................................................... 9 4.3 Keruntuhan Shogun Tokugawa ........................................................ 12 BAB V PENUTUP ....................................................................................... 16 5.1 Simpulan ................................................................................................. 16 5.2 Saran ....................................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Jepang merupakan negara maju yang tidak bisa di pandang sebelah mata di



Dunia Internasional. Kemajuan tersebut membuat jepang mampu bersaing di pasar internasional, hal ini juga didukung oleh kondisi geografisnya yang bagus. Jepang merupakan negara kepulauan yang meiliki luas wilayah 337.748 km 2 kepualuan Jepang membentang dari utara ke selatan dengan panjang 3800 kilometer (Kedutaan Besar Jepang, 1985:5). Pulau-pulau besar di Jepang berjumlah 4, yaitu Hokaido dengan luas 30.334 mil persegi, Honsu 88,698 mil persegi, Shikoku 7.280 mil persegi, dan Kyusu 15.758 mil persegi (Lan, 1962:1). Sebelah timur Jepang menghadap Samudra Pasifik dan ada laut pedalaman (inlad sea) memungkinkan dibangunya banyak pelabuhan disepanjang pantai di seluruh Jepang. Hal tersebut mepermudah pengangkutan bahan mentar dan sumber energi serta hasil produksi di ekspor, sebab pusat-pusat industri mudah dicapai dengan kapal-kapal (Suryohadiprojo, 1987:6). Hal ini lah yang mendorong industrailisasi di jepang berkembang dengan pesat, di samping ketersediaan bahan alam yang banyak perdagangan Jepang juga faktor yang penting dan mendorong jepang mejadi negara maju. Dibalik kemajuan yang telah dicapai Jepang, negara ini pernah menerapkan politik isolasi selama lebih dari 200 tahun. Proses isolasi Jepang terjadi pada masa kekuasaan Tokugawa, zaman ini Jepang dikenl dengan sebutan zaman Edo yang berlangsung selama (1603-1867). Tokugawa menjadi pengasa Jepang setelah Ieyasu berhasil memenangkan Pertempuran Sekigahara, Ieyasu kemudia mendirikan pemerintahan militer yang dikenal dengan Keshogunan Tokugawa. Pada tahun 1603 Tokugawa Ieyasu diangkat oleh Kaisar Go Yozei menjadi Shogun (Handayani dan Gema, 2014:66). Tokugawa menjadi Shogun terakhir di Jepang, yang sebelumnya pernah ada Keshogunan Kamakuran (1185-1333) dan Muromaci (1333-1537). Shogun Tokugawa secara De Facto merupakan pemimpin Jepang, sedangkan Kaisar atau tenno yang merupakan keturunan dewi matahri Amaterasu Omikami



1



yang merupakan pemimpin tertinggi Jepang hanya di jadikan sebagai simbol negara, pemersatu Jepang dan hanya berususan dengan kegiatan keagamaan. Kondisi ini menandai dimulainya Keshogunan Tokugawa yang di sebut sebagai periode feodalisme militer dan berlangsung hingga abad ke-19 (Simandjuntak, 1992: 26-27). Dengan demikian di Jepang telah terjadi dualisme pemerintahan yaitu, pemerintahan milter yang berpusat di Edo dengan Shogun Tokugawa dan pemerintah sipil dengan kaisar pemimpinya dengan pusat di Kyoto, dualise pemerintahan ini yang nantinya akan berpengaruh pada pembukaan Jepang oleh bangsa Barat. Tokugawa



dalam



menjalankan



pemerintahanya



menerapkan



berbagai



kebijakan di bidang politik, ekonomi, dan sosial untuk melindungi eksistensi kekuasaannya agar dapat berjalan dengan baik. Salah satiu kebijakan politik yang begiti dikenal adalah politik Sakoku Jidai atau menutup diri, ini merupakan politik isolasi yang bertujuan menjaga persatuan jepang. Dari semua bangsa yang datang k Jepang hanya beberapa yang diperbolehkan membuka perdagangan di dua pelabuhan Desima dan Nagasaki, yaitu Belanda dengan kongsi dagang VOC, Cina, dan Korea. Proses isolasi di Jepang berlangsung cukup lama dimuali dari tahun 1635 dan berakhir pada tahun 1854 yang ditandai dengan penandatangan perjanjian pembukaan pelabuhan dengan barat. Dalam bidang ekonomi Tokugawa membuat peraturan baru tentang ekonomi uang sebagai pengganti beras. Para Daimyo dan Samurai yang mengandalkan pendapatanya dari pertanian, harus menjual beras kepada para pedagang untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika hasil panen sedikit dan mereka kehabisan uang maka para daimyo dan samurai akan berhutang pada para pedagang untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari (Bellah, 1992:40 ; Suryohadiprodj, 1987:78-79). Dibidang



sosial



bakufu



berusaha



menghidupkan



kembali



ajarah



Konfusianisme yang dijadikan sebagai pegangan hidup masyarakat Jepang. Ajarah Konfusianisme merupakan etika dan prinsip berhubungan dengan manusia lain. Pemerintah Tokugawa berharap, dengan ajaran tersebut masyarakat Jepang akan tunduk dan setia terhadap kaisar tentang pengangkatan dirinya sebagai shogun (Lan, 1962:100). Permasalahan muncul setalah lahirnya aliran Shintoisme yaitu mempelajari dewi matahari dan sejarah kuno Jepang dan mengajarkan



2



kesetiaan yang tinggi terhadap Kaisar bukan Shogun, seingga muncul anggapan bahwa kekuasaan Shogun tidak sah karena mengambil hak kodrat Kaisar (Dasuki, 1963:61). Jepang masa Shogun Tokugawa merupakan proses transisi Jepang yang sangat penting, hal ini karena dengan politik isolasi Jepang menjadi negara yang tertinggal dengan berbagai kemajuan bangsa Barat. Jepang juga mulai menunjukan satu reaksi yang keras dari pihak Kaisar dan kalangan bangsawan terhadap keluarga Shogun Tokugawa, pada periode selanjutnya tumbuh satu nasionalisasi di Jepang dengan tujuan mengembalikan kesatuan nasional Jepang ke tangan Kaisar. Kita akan membahasa berbagai dinamika yang terjadi pada masa Shogun Tokugawa sampai masa keruntuhan Keshogunan Tokugawa. 1.2.



Rumusan Masalah



Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut



1.3.



1.2.1.



Apa yang melatarbelakangi lahirnya Keshogunan Tokugawa?



1.2.2.



Apa saja kebijakan Shogun Tokugawa saat berkuasa?



1.2.3.



Bagai mana keruntuhan Keshogunan Tokugawa?



Manfaat Penelitian



Adapun manfaat dari peleitian ini adalah sebagai berikut 1.3.1.



Mengetahui latar belakang lahirnya Keshogunan Tokugawa.



1.3.2.



Mengetahui kebijakan yang di terapkan oleh Shogun Tokugawa.



1.3.3.



Mengetahui keruntuhan Keshogunan Tokugawa.



a.3. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah: a.3.1.



Manfaat Teoritis 1. Manfaat teoritis dari penelitian ini sebagai bahan rujukan dan sebagai bahan untuk bahan kajian ilmiah. 2. bagi para peneliti yang akan meneliti tema yang berkaitan dengan tema yang di bahas sekarang.



a.3.2.



Manfaat Praktis Secara Praktis makalah ini bertujuan untuk,



3



1. Manfaat Praktis bagi masyarakat umum dan pembaca dari pemenilitan ini adalah sebagai bahan pembelajaran sejarah Jepang pada Keshogunan Tokugawa 2. Manfaat bagi Prodi Sebagai sumbangan sumber bahan ajar dan sumber buku di perpustakaan. 3. Manfaat bagi peneliti sebagai bahan pengetahuan dan menambah wawasan terkait materi yang di bahas. 1.5. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis menyusun sitematika penulisan sebagai berikut: 1.5.1. BAB I Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistemmatika penulisan. 1.5.2. BAB II Landasan Teori mebahas tentang kajian dari beberapa sumber dan hasil penelitian yang relevan. 1.5.3. BAB III Metode Penelitan, membahas tentang metode dalam penyusunan makalah ini. 1.5.4. BAB IV Pembahasan, membahas tentang pengembangan dari rumusan masalah. 1.5.5. BAB V Penutup , simpulan dan saran dari materi yang di kembangkan



4



BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.



Dalam Jurnal yang di tulis oleh Yusy Widarahety dan Rindu Ayu “Pengaruh Politik Isolasi (Sakoku) Jepang Terhadap Nasionalisme Bangsa Jepang : Studi Tentang Politik Jepang dari Zaman Edo (Feodal) Sampai Perang Dunia II”Dimasa politik isolasi ini Jepang ada dalam masa ketenagan dan kedamaian yang panjang. Peraturan-peraturan yang coba diberlakukan oleh penguasa Tokugawa pada saat itu telah berperan membentuk pola pikir, budaya, nilai-nilai dan ideologi bagi seluruh lapisan masyarakat Jepang. masa isolasi ini telah memberikan dampak yang signifikan dilihat dari keberlangsungannya yang dapat bertahan selama 250 tahun lebih berada dibawah kepemimpinan keluarga Tokugawa, dan terciptanya kegemilangan budaya yang akhirnya membentuk identitas negara feodal Jepang yang kuat. Di penelitian ini ada kesamaan yaitu membahasa tentang kadaan Jepang pada masa Tokugawa yang terfokus pada politik isolasi yang di terapkanya.



2.



Dalam Jurnal yang di tulis oleh Sri Dewi Andriani “Dampak Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Feodalisme Terhadap Pembentukan Sistem Stratifikasi Sosial (Shinokosho) Pada Zaman Edo”Sistem stratifikasi sosial masyarakat di zaman edo (shinokosho) yang diberlakukan oleh pemerintah saat itu telah berhasil dijadikan sebagai salah satu alat politik untuk mempertahankan supremasi kekuasaan mererka. Penerapan sistem ini secara ketat membuat masyarakat tidak dapat beganti status yang akhirnya membuat keturunan keluarga Tokugawa dapat melenggang bebas berkuasa selama kurun waktu lebih dari 250 tahun. Kebijakan ini bukan satu satunya kebijakan yang dikeluarkan, namun masih ada beberapa peraturan lain. Peraturan tersebut antara lain adalah pelarangan masuknya ajaran agama kristen, politik penutupan negeri (sakoku), sankin kotai dan berbagai peraturan lainnya.



3.



Dalam Jurnal yang di tulis oleh Eman Suherman “Dinamika Masyarakat Jepangdari Masa Edo Hinggapascaperang Dunia II” Dalam



5



perkembangannya Jepang pada masa Edo merupakan negara yang tertutup dan hanya sedikit yang boleh beriterksi dengan Jepang, hal ini merupakan kebijakan yang di kelaurkan oleh Shogun Tokugawa yang berkuasa. Dan dalam perkembangnya dinamika masyarakat jepang pada zaman Edo bisa dibilang Jepang memasuki masa damai yang panjang tapi Jepang tertinggal jauh oleh Barat, sampai pada akhirnya Jepang di buka oleh Amerika Serikat. penelitian ini sama dengan penelitian kami yaitu membahasa dinamika masyarakat Jepang pada masa Edo. 4.



Dalam Jurnal yang di tulis oleh Y.R. Subakti “Perkembangan Ekonomi Jepang Pada Era Shogunat Tokugawa” Pada masa ini Jepang dalam perkembangan eknomi negaranya berkembang dengan baik, Jepang dengan politik isolasinya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan mandiri, pada masa ini juga Jepang sudah mulai menggani alat penukaran yang tadinya beras menjadi uang. Perdagangan laut Jepang hanya terbatas dengan Cina, Korea dan Belanda yang merupakan mitra dagang Jepang. Penelitian ini juga sama dengan yang kami teliti yaitu perkembangan perekonomian yang berkembang pada masa Tokugawa.



6



BAB III METODE PENELITIAN Metode yang di pergunakan dalam penulisan makalah inimenurut Ismaun (1984:94), metode sejarah atau metode historis ini mengandung empat langkallangkah penting atau teknik sebagai berikut, Heuristik Tahap ini merupakan tahap awal dari penyususna makalah dalam proses mencari dan mengumpulkan bahan-bahan informasi yang di perulukan berhubungan dengan permasalahan penyusunan makalag. Kritik Kritik sejarah dalam penulisan secara kritis terhadap data dan fakta sejarah yang ada. Data dan fakta sejarah yang telah di prosesmelalui kritik sejarah ini di sebut bukti sejarah. Bukti sejarah adalah kumpulan fakta-fakta dan invormasi yang sudah di validasi, di pandang terpercaya sebagai dasar yang baik untuk menguji dan menginterpretasi permasalahan. Interpretasi Pada tahap ini, penyususn makalah mengadakan interpretasi (penafsiran) dan analisi terhadap data dan fakta, menghubungkan berbagai data dan fakta serta membuat tafsiranya. Historiografi Adapun teknik pengumpulan datanya adalah melalui studi literatur atau kajian pustaka. Dalam hal ini, penyususnan makalah mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang di bahas, kemudian membaca, menelaah, menyelidiki, dan menuangankan kedalam karya ilmiah.



7



BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Latar Belakang lahirnya keshogunan Tokugawa Di dalam sejarah pembabakan Jepang Kesogunan Tokugawa adalah Kesogunan yang berkuasa di Jepang dengan kurun waktu terpanjang. Masa Keshogunan Tokugawa merupakan awal mula Jepang berhubungan dengan bangsa barat. Selain itu, aspek politik dan ekonomi juga berkembang dengan pesat. Keshogunan Tokugawa (1603 - 1868) atau Keshogunan Edo (Edo bakufu) adalah pemerintahan militer feodalisme di Jepang yang didirikan oleh Tokugawa Ieyasu dan secara turun temurun dipimpin oleh shogun keluarga Tokugawa. Shogun Tokugawa adalah Shogun generasi ketiga dan terakhir yangberlangsung



pada



zaman



Edo



(1603-1867)



dari



kesinambungan



keberadaanShogun generasi kedua pada zaman Muromachi (1338-1573). Dan Shogungenerasi yang pertama pada zaman Kamakura (1192 -1336). Shogun memiliki peranan besar dalam pemerintahan jepang. Akan tetapi, bukan Shogun pemimpin Negara Jepang yang sebenarnya. Kaisar adalah pemimpin tertinggi Negara Jepang. Kaisar yang mengangkat dan memerintah Shogun. Kaisar dianggap sebagai keturunan amaterasu (dewi matahari) karena itu kaisar dianggap terlalu suci untuk berperan aktif dalam masalah pemerintahan dan masalah kemiliteran. Kaisar hanya berperan aktif dalam kegiatan seremonial Negara. Kaisar yang menjabat pada saat zaman Edo bernama Kaisar Komei.Shogun merupakan jabatan jenderal yang dibuat di luar sistem Taiho Ritsuryo yaitu kitab hukum yang dibuat dari tahun 701 dan mulai diberlakukan pada tahun 702. Keshogunan



Tokugawa



merupakan



pemerintahan



diktator



militer



feodalisme di Jepang yang didirikan oleh Ieyasu Tokugawa yang diangkat sebagai Shogun pada tanggal 24 Maret 1603. Setiap pewaris tahta Shogun diberi nama keluarga Tokugawa. Keluarga Tokugawa memiliki lambang yang bernama Mitsuba Aoi (3 helai daun Aoi). Yang boleh menggunakan lambang tersebut hanya keluarga Tokugawa ataupun generasi Tokugawa yang diharapkan akan mewarisi tahta Shogun. Apabila Shogun tidak memiliki keturunan Shogun



8



diperbolehkan untuk mengangkat anak yang akan dijadikan pewaris berikutnya dan dapat diberi nama Tokugawa. Pemerintahan keshogunan Tokugawa selama 264 tahun disebut sebagai zaman Edo atau zaman Tokugawa. Di masa Keshogunan Tokugawa, rakyat Jepang dibagi-bagi menurut sistem kelas berdasarkan pembagian kelas yang diciptakan Toyotomi Hideyoshi sebagai kebijakan dalam negeri untuk mengatur politik domestik agar kondusif. Kelas samurai berada di hirarki paling atas, diikuti petani, pengrajin dan pedagang. Berikut ini adalah nama Shogun Tokugawa beserta masa jabatannya : 1. Ieyasu Tokugawa (1543-1616) masa berkuasa pada tahun 1603-1605. 2. Hidetada Tokugawa (1579-1632) masa berkuasa pada tahun 1605-1632. 3. Iemitsu Tokugawa (1604-1651) masa berkuasa pada tahun 1623-1651. 4. Ietsuna Tokugawa (1641-1680) masa berkuasa pada tahun 1651-1980. 5. Tsunayoshi Tokugawa (1646-1709) masa berkuasa pada tahun 1680-1709. 6. Ienobu Tokugawa (1662-1712) masa berkuasa pada tahun 1709-1712. 7. Ietsugu Tokugawa (1709-1716) masa berkuasa pada tahun 1713-1716. 8. Yoshimune Tokugawa (1684-1751) masa berkuasa pada tahun 1716-1745. 9. Ieshige Tokugawa (1712-1986) masa berkuasa pada tahun 1745-1760. 10. Ieharu Tokugawa (1737-1786) masa berkuasa pada tahun 1760-1786. 11. Ienari Tokugawa (1793-1841) masa berkuasa pada tahun 1787-1837. 12. Ieyoshi Tokugawa (1793-1853) masa berkuasa pada tahun 1837-1853. 13. Iesada Tokugawa (1824-1858) masa berkuasa pada tahun 1853-1858. 14. Iemochi Tokugawa (1846-1866) masa berkuasa pada tahun 1858-1866. 15. Yoshinobu Tokugawa (1837-1913) masa berkuasa pada tahun 1866-1867. 4.2. Kebijakan Shogun Tokugawa saat berkuasa Zaman Edo dianggap sebagai zaman feodal akhir di Jepang, dan feodalisme yang dijalankan pada zaman Edo dianggap feodalisme yang sempurna. Feodalisme bukan hal yang baru bagi Jepang, karena feodalisme sudah berlangsung lama, yaitu sejak zaman Kamakura (1192-1333) dan zaman Muromachi (1333-1573), Salah satu ciri khas dari feodalisme Tokugawa adalah sistem bakuhan. Sistem ini merupakan kebijakan yang dikeluarkan Tokugawa



9



untuk mempertahankan kekuasaan pemerintahan shogun dan mengontrol daimyo.Yang menjadi pemilik tanah pada Feodalisme Tokugawa adalah shogun, dan pengelola tanah adalah daimyo. Shogun memberikan tanah (ryouchi) kepada daimyo. Kemudian, daimyo diberikan kebebasan untuk mengelolanya. Tanah yang dikelola daimyo disebut han. Luas han bermacam-macam, tetapi paling sedikit luas tanah tersebut dapat menghasilkan 10 ribu koku beras. Ada juga daimyo yang mengelola tanah dengan luas 1 juta koku beras. Tetapi, tanah yang dianggap penting, misalnya pelabuhan besar, kota, dan tambang, tidak diberikan kepada daimyo. Tanah yang dianggap penting tersebut, langsung dikelola oleh shogun (Bakufu). Tanah yang dikelola langsung oleh bakufu luasnya kira-kira seluas tanah yang menghasilkan 4 juta koku beras per tahun. Misalnya, kota Osaka, Kyoto, Nagasaki, Nara, Sado. Bahkan bakufu didaerah Edo sendiri, mengelola seperempat luas tanah seluruh Jepang. Sistem pemerintahan berdasarkan pengelolaan tanah seperti ini disebut Bakuhan (bakufu-han). Pendek kata, sistem bakuhan adalah sistem pemerintahan yang



berdasarkan



mekanisme



pemerintahan



semi



otonomi



atau



desentralisasi.Pemerintahan Bakufu bertindak sebagai pemerintah pusat , sedangkan han sebagai daerah administratif atau setingkat propinsi. Shogun adalah pemegang kekuasaan tertinggi bakufu, sedangkan daimyo adalah pemegang kekuasaan tertinggi han. Jumlah daimyo pada masa Tokugawa berkisar antara 260-270 orang, dan satu han dipimpin satu daimyo. Berdasarkan kedekatan hubungannya dengan shogun Tokugawa, daimyo dibagi menjadi tiga golongan seperti berikut ini : 1.



Shinpan daimyo



: daimyo yang merupakan keturunan langsung dari



Tokugawa 2.



Fudai daimyo : daimyo yang menjadi pengikut Tokugawa Ieyasu ketika ia berkuasa di Mikawa.



3.



Tozama daimyo : daimyo yang diangkat oleh Tokugawa Ieyasu ketika Perang Sekigahara. Bakufu membagi masyarakat menjadi empat lapisan masyarakat, yaitu



bushi (samurai) sebagai lapisan tertinggi, noumin (petani) lapisan kedua, kousakunin (pengrajin) lapisan ketiga dan shounin (pedagang) lapisan keempat.



10



Sistem pelapisan ini sering disingkat menjadi shi-nou-kou-shou. Sebenarnya terdapat kalangan yang lebih rendah dari pedagang, yaitu kaum eta / hinin. Mereka dianggap sebagai budak yang tidak dihargai harkat kemanusiannya. Dari 30 juta penduduk Jepang pada awal zaman Edo, jumlah samurai adalah 6 %, petani 85 %, pengrajin dan pedagang 6%, serta kelas lain, termasuk kaum eta/hinin adalah 3 %. Edo bakufu pun mengatur tempat tinggal mereka. Samurai tinggal di istana, petani di desa, pengrajin dan pedagang tinggal di kota . Bakufu mengontrol petani dengan membentuk unit-unit desa yang disebut gonin gumi (rukun tetangga yang terdiri dari lima rumah tangga). Mereka yang menjaga sistem keamanan lingkungan, mengumpulkan pajak, dan melaporkan penyelewengan kepada kepala desa, yang biasanya dipegangoleh honbyakusho (petani yang kaya dan memiliki tanah yang luas). Kemudian kepala desa melaporkan ke han, kemudian dilanjutkan ke bakufu. Selain honbyakusho, ada golongan petani yang tidak kaya, buruh tani, yaitu mizunomi. Petani dilarang berpindah tempat tinggal, dilarang pindah pekerjaan, dilarang menjual sawah-ladangnya, dilarang menanami tanah dengan tanaman lain, kecuali tanaman yang ditentukan bakufu, harus membayar pajak yang telah ditentukan, dan petani harus berhemat. Pada jaman Edo tepatnya pada tahun 1633, shogun Tokugawa Iemitsu mengeluarkan kebijakan untuk mentutup atau mengisolasi total seluruh Jepang dari semua hubungan dengan luar negeri yang kemudian disebut dengan kebijakan Sakoku. Padahal semula Tokugawa mewakili Jepang untuk urusan hubungan luar negeri (Ishii, 1989). Saat kebijakan tersebut berlangsung, tidak diperkenankan ada orang, ilmu, ataupun kebudayaan asing yang keluar masuk wilayah Jepang. Buku buku dari barat pun juga diberanguskan dan dilarang peredarannya, namun ada saja beberapa yang menterjemahkan buku dari barat ke dalam bahasa Cina dan tetap bisa masuk wilayah Jepang. Padahal semula Tokugawa mewakili Jepang untuk urusan hubungan luar negeri (Ishii, 1989). Saat kebijakan tersebut berlangsung, tidak diperkenankan ada orang, ilmu, ataupun kebudayaan asing yang keluar masuk wilayah Jepang. Buku buku dari barat pun juga diberanguskan dan dilarang peredarannya, namun ada



11



saja beberapa yang menterjemahkan buku dari barat ke dalam bahasa Cina dan tetap bisa masuk wilayah Jepang. Apabila ada yang berani mendarat di perairan atau masuk wilayah Jepang, maka kapal (berikut orangnya) langsung dieksekusi dan orang Jepang yang kedapatan mengikuti mereka (orang asing) juga dihukum mati. Penduduk Jepang asli saat itu sama sekali tidak boleh meninggalkan Jepang sekalipun secara diamdiam. Orang Jepang yang berada di luar Jepang lalu nekat mencoba kembali ke negara asalnya juga turut dieksekusi (Minear, 1974), sehingga mereka tidak dapat kembali dan melihat tanah kelahiran mereka. Agama pun hanya Buddha (berikut kepercayaan Shinto) serta ajaran Konfusianisme Cina yang boleh dianut di Jepang dan yang lainnya dilarang sama sekali terutama agama Kristen yang dianggap mengancam kekuasaan bakufu dan terlalu kebarat-baratan (tidak mencerminkan Jepang sama sekali)Di tambah lagi dengan adanya kejadian pemberontakan Shimabara yang diduga diprakasai oleh pihak Kristen Jepang yang dianggap menjadi pemicu utama mengapa kebijakan sakoku ini terjadi. Sehingga orang yang beragama Kristen (entah itu orang Jepang atau bukan) paling banyak diburu untuk dieksekusi atau diusir keluar dari Jepang. Gereja-gereja tidak boleh didirikan dan aktivitasnya terlarang 4.3. Keruntuhan Sogun Tokugawa Berbicara mengenai Tokogawa, maka sangat erat kaitannya dengan zaman Edo. Zaman Edo (1603-1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan Tokugawa waktu itu berpusat di kota Edo (Tokyo). Zaman Edo atau sering juga disebut masa Tokugawa adalah zaman yang sangat berpengaruh bagi Jepang modern, bukan hanya karena zaman ini adalah satu masa sebelum Restorasi Meiji yang menjadi gerbang modernisasi di Jepang tetapi karena pada masa ini unsurunsur budaya Jepang berkembang dengan pesat. Berbagai kemajuan Jepang dicapai pada masa ini, mulai dari lahirnya berbagai bentuk kesenian sampai sistem perekonomian yang maju, masyarakatnya pun tidak hanya mengalami kemajuan tetapi juga menjadi landasan terbentuknya masyarakat Jepang modern. periode pemerintahan Tokugawa berdasarkan kemantapannya atas tiga periode :



12



1.



Periode pertama tahun 1603-1632 Periode pertama adalah masa shogun Ieyashu (1603-1605)sampai pada



masa shogun Hidetada (1605-1632). Pada periode ini berkembang aliran Konfusionis yang bertujuan demi kepentingan politik. 2.



Periode kedua tahun 1633-1854 Periode kedua adalah masa kemantapan keshogunan Tokugawa, yang



diperintah oleh sepuluh generasi Tokugawa, dari Iemitsu (1633-1651) sampai shogun Ieyoshi (1837-1853) 3.



Periode ketiga tahun 1855-1867 Periode ketiga adalah masa kehancuran keshogunan Tokugawa hingga



menyerahkan kekuasaan kepada kekaisaran (1853-1867) diperintah oleh tiga generasi Tokugawa yaitu Shogun Iesada, Iemochi dan Yoshinobu. Pemerintah Tokugawa mengalami masa kejayaan yang panjang tetapi pada abad ke-19, kekuasaan Tokugawa mulai mengalami kemunduran. Kaum samurai makin mengalami kesulitan keuangan dan hutang yang terus meningkat. Di kotakota mulai terjadi ketegangan-ketegangan antara pedagang kaya dengan rakyat miskin, di desa-desa mulai ada perbedaan antara yang memiliki tanah dan yang tidak memiliki tanah (Suryohadiprojo,1982:21). faktor lain yang meyebabkan runtuhnya pemerintahan Tokugawa adalah berikut ini : a.



Kaikoku (Pembukaan Negara) Selama kurang lebih 250 tahun Jepang menutup diri dari pengaruh luar.



Jepang tidak menyadari adanya kemajuan-kemajuan yang diperoleh bangsa barat, terutama dalam bidang industri. Perkembangan kapitalisme mengakibatkan revolusi industri, sehingga bangsa barat melihat luar negeri untuk mencari daerah pemasaran bagi hasil industrinya dan mencari sumber bahan baku yang baru. Menjelang akhir abad ke-17 bangsa barat mendesak untuk mengadakan hubungan dagang dengan Cina dan Jepang. Bangsa barat yang pertama datang ke Jepang adalah Rusia (Nurhayati,1987:33) . Pada tahun 1853 Amerika mengirimkan utusan yang dipimpin oleh Commodore Matthew.C. Perry yang masuk ke Jepang melalui teluk Edo. Menurut Nurhayati (1987 ;35), Perry membawa surat resmi dari presiden Amerika Serikat



13



yang menyatakan ingin mengadakan hubungan dagang dengan Jepang dan juga dijelaskan bahwa kedatangan Perry adalah untuk meminta : 1.



Perlindungan bagi pelaut Amerika yang mengalami kecelakaan di laut.



2.



Pembukaan kota-kota pelabuhan bagi kapal-kapal Amerika untuk melakukan perbaikankapal dan menambah perbekalan.



3.



Pembukaan kota-kota pelabuhan untuk perniagaan. Setelah surat itu disampaikan, pemerintahan bakufu meminta waktu satu tahun untuk mempertimbangkan hal tersebut. Setahun kemudian Perry kembali lagi ke Jepang dengan membawa armada perangnya untuk memaksa Jepang agar mau membuka hubungan dengan Amerika. Perry tidak segan-segan mengancam dengan kekerasan. Rakyat Jepang menolak kedatangan bangsa asing dan mereka menyerukan slogan yang dikenal dengan Sonno Joi yang berarti hormati Tenno dan usir kaum biadab (maksudnya orang-orang asing). Mereka menunjukkan sikap yang anti terhadap bangsa asing. Di beberapa wilayah rakyat Jepang mengadakan kekacauan-kekacauan untuk mengusir bangsa Barat (Nurhayati,1987:45). Pada



tanggal



31



Maret



1854



pemerintah



Tokugawa



akhirnya



menandatangani perjanjian dengan Amerika di Kanagawa yakni sebuah kampong nelayan di Yokohama, lalu Amerika menempatkan Konsul Jendral yang bernama Townsend Harris di Yokohama. Dengan demikian akhirnya Jepang dibuka setelah pengasingan yang berlangsung sepanjang 250 tahun dan tidak lagi merupakan sebuah negara terpencil dari masyarakat dunia (Nurhayati,1987:33). b.



Pemberontakan dalam Negeri Sejak terjadinya pembukaan negara, pemberontakan dalam negeri semakin



meningkat karena rakyat Jepang tidak menginginkan perjanjian tersebut ditandatangani oleh pemerintahan Tokugawa, terutama pihak kekaisaran karena perjanjian itu belum memperoleh izin dari kaisar. Penandatanganan perjanjian ini menimbulkan kekesalan dan gerakan anti pemerintahan bakufu yang diwakili oleh daimyo Tozama. Hal-hal yang mereka tentang antara lain adalah menentang adanya hubungan dagang dengan orang asing, menginginkan pengembalian fungsi politik kepada kaisar, dan ingin menegakkan kembali pemujaan terhadap Tenno



14



dan agama Shinto serta kembali pada Shintoisme yang murni sebagai reaksi dari Ryobu Shinto dan Budhisme (Nurhayati,1987:45). Perjanjian dengan negara Barat juga membawa dampak dimana perdagangan berkembang pesat. Golongan petani merupakan produsen yang sangat membantu kehidupan golongan lain. Tetapi mereka sangat menderita karena diwajibkan membayar pajak yang sangat tinggi dengan sebagian hasil panen mereka. Ada semboyan yang berbunyi “kepada petani jangan diberi kehidupan maupun kematian” artinya bahwa setiap petani harus ditempatkan sebagai kelas masyarakat yang hanya wajib berproduksi dan membayar pajak. Akibatnya kehidupan petani semakin sulit dan akhirnya banyak yang meninggalkan lahan pertaniannya dan menjadi buruh tani di tanah pertanian orang lain. Mereka juga mulai membentuk kelompok-kelompok untuk membela haknya dengan kekerasan, memberontak, dan melawan pemerintah (Nurhayati,1987:19). Pemberontakan petani yang tidak puas terhadap pemerintah semakin hari semakin mengacaukan keadaan Jepang saat itu. Disamping bencana alam dan bahaya kelaparan yang sering terjadi pada pemerintahan Tokugawa menambah semangat rakyat untuk meruntuhkan kedudukan shogun. Akibat dari penandatanganan perjanjian tersebut, pemerintah Tokugawa tidak lagi memperoleh kepercayaan dari rakyat untuk melindungi mereka dari pengaruh luar dan tidak dapat memberikan perlindungan terhadap rakyatnya. Alasan ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang ingin menggulingkan kekuasaan Tokugawa. Setelah terjadi beberapa peristiwa buruk, maka pada tahun 1867 pemerintah Tokugawa menyerahkan kekuasaan pada kaisar Meiji. Dengan demikian pemerintahan Tokugawa berakhir dan kekuasaan penuh berada di tangan kaisar (Sihombing,1997:51).



15



BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan 5.1.1. Keshogunan Tokugawa berdiri setelah kemenangannya dalam Perang Sekigahara yaitu antara Tokugawa Ieyasu melawan Ishida Mitsunari setelah meninggalnya Toyotomi Hedeyosi. Perang ini terjadi tanggal 15 September 1600 menurut kalender lunar di sekigahara, Distrik Fuwa, Provinsi Mino Jepang. yang di menangkan oleh Tokugawa Ieyasu dan secara resmi mengawali kekuasaan Shogun Tokugawa ini pada 24 Maret 1603. 5.1.2. Kebijakan yang diterapkan oleh Shogun Tokugawa selama berkuasa banyak mempengaruhi Jepang selama periode Edo, mulai dari politik isolasi, bakufu membagi kelas masyarakat menjadi empat tingkatan, mulai mengganti sistem pembayaran dengan uang, dan mengangkat banyak daymiyo di seluruh Jepang yang jumlahnya sekitar 270-280 daymiyo. Kebijakan-kebijakan ini membawa Jepang dalam masa damai yang panjang dan menjadi negara tertutup selama 250 tahun. 5.1.3. Keruntuhan Keshogunan Tokugawa di mulai dari mendaratnya kapal laut Amerika Serikat yang dipimpin oleh Commodore Matthew.C. Perry yang masuk ke Jepang melalui teluk Edo, dengan membawa surat dari Presiden Amerika Serikat dan menginginkan membuka hubungan perdagangan. Melihat kapal Amerika Serikat dan dengan teknologi yang mereka miliki membuka pandangan kaisar tentang ketertinggalan Jepang, dari sini mulai muncul gerakan nasionalisasi dan moderenisasi Jepang yang lambat laun menggeser Keshogunan Tokugawa. 5.2. Saran Dalam perekambanganya Jepang berubah dari negara feodal ke negara moderan yang mengejar ketertinggalan negaranya oleh negara-negara Barat dengan banyak membuka hubungan dagang dan mengadopsi teknologi Barat, dalam penelitian ini masih banyak kekuarangan dalam penilisan tugas ini. Semoga kedepannya yang akan melakukan penelitian lanjutan dapat mendapat banyak sumber yang lebih lengkap lagi.



16



DAFTAR PUSTAKA Andriani, Sri Dewi. 2011. Dampak Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Feodalisme



Terhadap



Pembentukan



Sistem



Stratifikasi



Sosial



(Shinokosho) Pada Zaman Edo. Jurnal Humaniora. Vol. 2, No. 2 Febriani, Feeni. tt. Representasi Samurai Sebagai Kelas Atasdalam Stratifikasi Sosial Masyarakat Jepang Di Zaman Edo Dalam Novel Tokaido Innkarya Dorothy Dan Thomas Hoobler. Majalah ilmiah Umikom. Vol. 14, No. 1 Subakti, Y.R. tt. Perkembangan Ekonomi Jepang Pada Era Shogunat Tokugawa. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Suherman, Eman. 2004. Dinamika Masyarakat Jepangdari Masa Edo Hinggapascaperang Dunia II. Jurnal Humaniora. Vol, 16. No, 2 Widarahesty, Yusy. Rindu Ayu. 2011. Pengaruh Politik Isolasi (Sakoku) Jepang Terhadap Nasionalisme Bangsa Jepang : Studi Tentang Politik Jepang dari Zaman Edo (Feodal) Sampai Perang Dunia II.Jurnal AL-AZHAR INDONESIA. Vol . 1, No. 1, Maret 2011



17