Job 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JOB 2



I.



JUDUL



: Pengukuran Pola Radiasi Antena Standar.



II. TUJUAN : 1.Mengetahui / memahami cara pengukuran pola radiasiantenna 2. Mengamati / mengukur daya output antenna untuk sudut pengarahan yang bervariasi. 3. Mengetahui cara menggambarkan pola radiasi antenna baik secara teoritis maupun praktis. 4. Membandingkan gambaran pola radiasi antenna praktis dengan teoritis. III. PERANGKAT / ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN : 1. 2 Set antenna standar. 2. 1 buah RF signal generator. 3. 1 buah RF amplifier. 4. 1 buah power supply. 5. 2 buah RF spectrum analyzer. 6. Kabel-kabel dan konektor-konektor. 7. Alat-alat pendukung lainnya ; -



Mistar panjang / meteran.



-



Selotip / plester / lak ban.



-



Obeng / tang / cutter.



IV. TEORI PENDUKUNG : 4.1 Antena Standar Antena standar merupakan antenna pabrikan / antenna yang dibuat pabrik yang telah melalui pengujian laboratorium dan biasa digunakan sebagai referensi untuk mengukur antenna-antena praktis hasil desain. Antena standar ini didesain berupa antenna open dipole λ/2, dimana antenna ini mempunyai gain matematis 2,15 dB.



b



a



b



l



kabel coaxial



elemen



Gambar 1. Antena standar ( open dipole ). Keterangan : 1 : panjang elemen antenna ( λ/2 ). a : jarak / spasi antar kutub elemen. b : panjang masing-masing potongan elemen antenna.



IV.2 Pola Radiasi Antena Pola radiasi antenna merupakan gambaran pancaran energy radiasi antenna. Antenna standar yang berupa antenna open dipole λ/2 mempunyai pola radiasi omnidirectional. Pola seperti ini digambarkan berupa pola cincin besar yang mengelilingi batangan / elemen antenna. Pola radiasi omnidirectional ini lebih dikenal dengan istilah pola kue donat karena bentuknya seperti kue donat besar yang mengelilingi batangan / elemen antenna.



Ŵ



Pola radiasi



Ŵ



Ŵmin Z 00 dθ



Ŵ



antena



Ê



φ π/2 Ŵmax Y







Ĥ



Ê



00 Ŵmax X dφ



Ŵmin



θ π



Gambar 2. Pola radiasi antenna open dipole ( pola kue donat ). Pola cincin atau pola kue donat ditas dibentuk oleh gabungan dua pola, yaitu : 1. Pola vertical, yang berupa gambaran lingkaran cincin / lingkaran kue donat. 2. Pola horizontal, yang berupa gambaran lingkaran penampang cincin / lingkaran penampang kue donat. Pola vertical secara teoritis digambarkan berupa lingkaran yang sempurna dengan bentuk tetap, sedangkan pola horizontal digambarkan berupa lingkaran dengan bentuk yang bervariasi sesuai dengan panjang elemen antenna.



0







π/2



Φ



θ



0



π



π



Gambar 3.Gambaran pola vertical.



Gambar 4. Gambaran pola horizontal.



Pola radiasi secara teoritis digambarkan berupa kuat medan fungsi sudut pengarahan antenna ( W fungsi θ ), dimana persamaannya dapat ditulis : W(θ) = WmaxSinnθ ……….…………………………………….. …………1 ) dimana ; W(θ) ; kuat medan fungsi θ. Wmax ; kuat medan maksimum ( pada θ = π/2 ). n =3 untuk antenna dengan panjang elemen λ/2. = 2 untuk antenna dengan panjang elemen 3λ/4 dan λ/4. = 1 untuk antenna dengan panjang elemen λ. IV.3 Pengukuran Pola Radiasi Seperti halnya pada pengukuran gain, pada pengukuran pola radiasi antenna, antenna yang akan diukur dioperasikan sebagai antenna receiver sedangkan antenna transmitter selalu menggunakan antenna standar. Karena yang bervariasi adalah pola horizontal maka pada pengukuran antenna open dipole pola yang akan diukur dan digambarkan adalah pola horizontal. Untuk menggambarkan pola radiasi antenna maka secara teoritis harus diukur kuat medan antenna, akan tetapi secara praktis pengukuran kuat medan dapat diganti dengan pengukuran daya antena, dalam hal ini adalah daya



output antenna receiver. Daya output antenna tersebut diukur dengan sudut pengarahan ( θ ) yang bervariasi dalam batasan integral sudut θ tersebut. π



θ



Antena transmitter ( standar )



Antena receiver ( standar dan yang akan diukur )



π/2



0 Tinggi antena ( relatip )



Tx



Rx



Jarak antena transmitter – receiver ( relatip )



RF SA



RF SA



Gambar 5. Diagram dasar pengukuran pola radiasi antenna open dipole. PRc



PRb



PRmax



PRd PRe



PRa



θc



π/2



θd



θb



PRf θe θf



θa θ



PRmin



0



π



PRmin



Gambar 6Gambaran pola radiasi antenna berdasarkan pengukuran daya. Secara teoritis pola radiasi dapat digambarkan dengan persamaan : PR(θ) = PRmaxSinnθ………………………………………………



2)



Berdasarkan hasil pengukuran / praktis maka pola radiasi antenna dapat digamabarkan dengan persamaan matriks : PR(θ) = [PRmin , PRa , PRb , PRc , PRmax , PRd , PRe , PRf , PRmin] ……. 3 ) Satuan-satuan daya diatas harus dalam bentuk satuan satuan dasar seperti Watt, mWatt,μWatt, nWatt atau pWatt.



V. PROSEDUR PENGUKURAN 1. Siapkan 2 ( dua ) set antenna standar. 2. Siapkan perangkat / alat-alat ukur. 3. Buat rangkaian pengukuran seperti gambar berikut ! dengan ketentuan ; Instalasi



;vertical – horizontal.



Frekuensi



; 250 MHz.



θ



Antena standar



π Antena standar



π/2



0 ( 3 atau 4 meter )



PS



RF SG



RF Amp



( 30 atau 40 meter )



RF SA



4. Hidupkan RF spectrum analyzer, dengan ketentuan ; Pada sisi transmitter : Frekuensi center : 250 MHz. Span



: 1MHz.



Rev level



: 20 dBm.



RF SA



Pada sisi receiver : Frekuensi center : 250 MHz. Span Rev level



: 1MHz. : - 20 dBm.



5. Hidupkan RF signal generator, dengan ketentuan ; Frekuensi



: 250 MHz.



Amplitudo output :3 dBm. 6. Hidupkan RF amplifier dengan member tegangan catu s/d 20 Volt dc. 7. Amati dan catat hasil pengukuran pada spectrum analyzer sisi transmitte( PT ). 8. Amati dan catat hasil pengukuran pada spectrum analyzer sisi receiver ( PRstandar pada sudut θ= 900 ). 9. Putar antenna receiver dengan variasi sudut θ= 15 0 menuju θ= 00 dan θ= 1800. Amati dan catat hasil pengukuran spectrum analyzer untuk setiap variasi sudut θ ( PR standar pada setiap variasi sudut θ ). 10. Ganti antenna receiver dengan variasi panjang elemen 3λ/4 dan λ/4. Lakukan pengukuran seperti pengukuran pada butir 8 dan butir 9.



VI. DATA HASIL PENGUKURAN Dibuat data hasil pengukuran seperti tabel berikut. Tabel data hasil pengukuran No



Frekuensi



θ



(MHz)



PT



PR Standar



(dBm)



(dBm)



PR (dBm)



1



250



0o



12



-67,95



-71,59



-67,61



2



250



15o



12



-58,25



-68,81



-67,30



3



250



30o



12



-52,03



-63,51



-63,03



4



250



45o



12



-48,45



-60,48



-60,45



5



250



60o



12



-46,73



-59,86



-59,28



6



250



75o



12



-45,52



-58,06



-58,57



7



250



90o



12



-44,87



-57,44



-57,68



8



250



105o



12



-45,41



-58,87



-58,27



9



250



120o



12



-46,80



-59,44



-59,19



10



250



135o



12



-48,57



-60,77



-60,82



11



250



150o



12



-52,14



-63,62



-63,25



12



250



165o



12



-58,87



-69,01



-69,08



13



250



180o



12



-67,46



-58,67



-57,77



VII. TUGAS M-HitungPR(θ) pada masing-masing antenna secara teoritis dalam satuan nWatt !. PRmax = PR pada θ= 900.



N-Buat tabel hasil perhitungan teoritis tersebut ! O-Gambarkan pola radiasi masing-masing antenna secara teoritis ! P-Hitung PR(θ) pada masing-masing antenna dari data hasil pengukuran dalam satuan nWatt !. Q-Buat tabel hasil perhitungan dari data hasil pengukuran tersebut ! R-Gambarkan pola radiasi masing-masing antenna berdasarkan data hasil pengukuran ! S-Buat analisa hasil pengukuran dengan cara membandingkan pola radiasihasil pengukuran dengan teoritis pada masing-masing antenna yang diukur. (Gunakan program matlab untuk menghiting PR(θ) dan menggambar pola radiasi). VIII. PENYELESAIAN TUGAS 1. Perhitungan PR(θ) teoritis a. Antena Standar PR (900) = prmax sinn 900 PRrmaxdbm = -44,87 dbm n=3 M-File n=3 PrmaxdBm=-44,87 teta=[0:pi./12:pi] Prmaxm=10.^(PrmaxdBm./10) Prmaxn=Prmaxm*(10.^6) Prtetan=Prmaxn*(sin(teta).^n) Polar(teta,Prtetan) Command window n=3 PrmaxdBm = -44 ans = 87



teta = Columns 1 through 7 0



0.2618



0.5236



0.7854



1.0472



1.3090



1.5708



Columns 8 through 13 1.8326



2.0944



2.3562



2.6180



2.8798



3.1416



Prmaxm =3.9811e-005 Prmaxn =39.8107 Prtetan =Columns 1 through 7 0



0.6902



4.9763 14.0752 25.8578 35.8783 39.8107



Columns 8 through 13 35.8783 25.8578 14.0752



4.9763



0.6902



0.0000



1.3090



1.5708



b. Antena 3λ/4 PR (900) = prmax sinn 900 PRrmaxdbm = -57,44 dbm n=2 M-File n=2 PrmaxdBm=-57,44 teta=[0:pi./12:pi] Prmaxm=10.^(PrmaxdBm./10) Prmaxn=Prmaxm*(10.^6) Prtetan=Prmaxn*(sin(teta).^n) Polar(teta,Prtetan) Command Window n=2 PrmaxdBm = -57 ans =44 teta =Columns 1 through 7 0



0.2618



0.5236



0.7854



1.0472



Columns 8 through 13 1.8326



2.0944



2.3562



Prmaxm =1.9953e-006



2.6180



2.8798



3.1416



Prmaxn =1.9953 Prtetan =Columns 1 through 7 0



0.1337



0.4988



0.9976



1.4964



1.8616



1.9953



Columns 8 through 13 1.8616



1.4964



0.9976



0.4988



0.1337



0.0000



c. Antena λ/4 PR (900) = prmax sinn 900 PRrmaxdbm = -57,68 dbm n=2 M-File n=2 PrmaxdBm=-57,68 teta=[0:pi./12:pi] Prmaxm=10.^(PrmaxdBm./10) Prmaxn=Prmaxm*(10.^6) Prtetan=Prmaxn*(sin(teta).^n) Polar(teta,Prtetan) Command Window n =2 PrmaxdBm =-57 ans =68 teta =Columns 1 through 7 0



0.2618



0.5236



0.7854



1.0472



1.3090



1.5708



Columns 8 through 13 1.8326



2.0944



2.3562



2.6180



2.8798



3.1416



Prmaxm =1.9953e-006 Prmaxn =1.9953 Prtetan =Columns 1 through 7 0



0.1337



0.4988



0.9976



1.4964



1.8616



1.9953



Columns 8 through 13 1.8616



1.4964



0.9976



0.4988



0.1337



0.0000



2. Tabel hasil perhitungan PR(θ) teoritis No



Frekuensi



θ



Pr standar



Pr (nWatt)



(nWatt)



3λ/4



λ/4



1



250



0o



0



0



0



2



250



15o



0.6902



0.1337



0.1336



3



250



30o



4.9763



0.4988



0.4988



4



250



45o



14.0752



0.9976



0.9976



5



250



60o



25.8578



1.4964



1.4964



6



250



75o



35.8783



1.8616



1.8616



7



250



90o



39.8107



1.9953



1.9953



8



250



105o



35.8783



1.8616



1.8616



9



250



120o



25.8578



1.4964



1.4964



10



250



135o



14.0752



0.9976



0.9976



11



250



150o



4.9763



0.4988



0.4988



12



250



165o



0.6902



0.1337



0.1337



13



250



180o



0



0



0



3. Gambar pola radiasi teoritis a.Antena Standar



90



40



120



60 30 20



150



30



10 180



0



210



330



240



300 270



b. Antena 3λ/4 90



2



120



60 1.5 1



150



30



0.5 180



0



210



330



240



300 270



c.Antena λ/4



90



2



120



60 1.5 1



150



30



0.5 180



0



210



330



240



300 270



4. Perhitungan Pr(θ) dari data hasil pengukuran a.Antena Standar Pr(θ) = [PRmin,PRa,PRb,PRc,PRmax,PRd,PRe,PRf,PRmin] Prteta dBM=[-67,95 -58,52 -52,03 -48,45 -46,73 -45,52 -44,87 -45,41 -46,80 -48,57 -52,14 -58,87 -67,46] M-File teta=[0:pi./12:pi] PrtetadBm=[-67.95 -58.25 -52.03 -48.45 -46.73 -45.52 -44.87 -45.41 -46.8048.57 -52.14 -58.87 -67.46] Prtetam=10.^(PrtetadBm./10) Prtetan=Prtetam*(10.^6) polar(teta,Prtetan)



Command Window



teta =Columns 1 through 7 0



0.2618



0.5236



0.7854



1.0472



1.3090



1.570



Columns 8 through 13 1.8326



2.0944



2.3562



2.6180



2.8798



3.1416



PrtetadBm =Columns 1 through 7 -67.9500 -58.2500 -52.0300 -48.4500 -46.7300 -45.5200 -44.8700 Columns 8 through 13 -45.4100 -46.8000 -48.5700 -52.1400 -58.8700 -67.4600 Prtetam =1.0e-004 * Columns 1 through 7 0.0016



0.0150



0.0627



0.1429



0.2123



0.2805



0.0611



0.0130



0.0018



0.3258



Columns 8 through 13 0.2877



0.2089



0.1390



Prtetan =Columns 1 through 7 0.1603



1.4962



6.2661 14.2889 21.2324 28.0543 32.5837



Columns 8 through 13 28.7740 20.8930 13.8995



6.1094



1.2972



0.1795



b. Antena 3λ/4 Pr(θ) = [PRmin,PRa,PRb,PRc,PRmax,PRd,PRe,PRf,PRmin] Prteta dBM=[-71.59 -68,81 -63.51 -60.48 -59.86 -58.06 -44.87 -45.41 -46.80 -48.57 -52.14 -58.87 -67.46] M-File teta=[0:pi./12:pi] PrtetadBm=[-71.59 -68.81 -63.51 -60.48 -59.86 -58.06 -57.44 -58.87 -59.44 -60.77 -63.62 -69.01 -58.67] Prtetam=10.^(PrtetadBm./10) Prtetan=Prtetam*(10.^6) polar(teta,Prtetan)



Command window



teta = Columns 1 through 7 0



0.2618



0.5236



0.7854



1.0472



1.3090



1.5708



Columns 8 through 131.8326



2.0944



2.3562



2.6180



2.8798 3.1416



PrtetadBm = Columns 1 through 7 -71.5900 -68.8100 -63.5100 -60.4800 -59.8600 -58.0600 -57.4400 Columns 8 through 13-58.8700 -59.4400 -60.7700 -63.6200 -69.0100 -58.6700 Prtetam = 1.0e-005 * Columns 1 through 7 0.0069



0.0132



0.0446



0.0895



0.1033



0.1563



0.0435



0.0126



0.1358



0.8954



1.0328



1.5631



0.4345



0.1256



1.3583



0.1803



Columns 8 through 13 0.1297



0.1138



0.0838



Prtetan = Columns 1 through 7 0.0693



0.1315



0.4457



1.8030



Columns 8 through 13 1.2972



1.1376



0.8375



c.Antena λ/4 Pr(θ) = [PRmin,PRa,PRb,PRc,PRmax,PRd,PRe,PRf,PRmin] Prteta dBM=[-67.61 -67.30 -63.03 -60.45 -59.28 -58.57 -57.68 -58.27 -59.19 -60.82 -63.25 -69.08 -57.77] M-File teta=[0:pi./12:pi] PrtetadBm=[-67.61 -67.30 -63.03 -60.45 -59.28 -58.57 -57.68 -58.27 -59.19 -60.82 -63.25 -69.08 -57.77] Prtetam=10.^(PrtetadBm./10) Prtetan=Prtetam*(10.^6) polar(teta,Prtetan)



Command window



teta = Columns 1 through 7 0



0.2618



0.5236



0.7854



1.0472



1.3090



1.5708



Columns 8 through 13 1.8326



2.0944



2.3562



2.6180



2.8798



3.1416



PrtetadBm =Columns 1 through 7 -67.6100 -67.3000 -63.0300 -60.4500 -59.2800 -58.5700 -57.6800 Columns 8 through 13 -58.2700 -59.1900 -60.8200 -63.2500 -69.0800 -57.7700 Prtetam =1.0e-005 * Columns 1 through 7 0.0173



0.0186



0.0498



0.0902



0.1180



0.1390



0.0473



0.0124



0.1671



0.9016



1.1803



1.3900



0.4732



0.1236



1.6711



0.1706



Columns 8 through 13 0.1489



0.1205



0.0828



Prtetan =Columns 1 through 7 0.1734



0.1862



0.4977



1.7061



Columns 8 through 13 1.4894



1.2050



0.8279



5. Tabel hasil perhitungan PR(θ) dari data hasil percobaan No



Frekuensi



Θ



Pr standar



Pr (nWatt)



(nWatt)



3λ/4



λ/4



1



250



0o



0.1603



0.0693



0.1734



2



250



15o



1.4962



0.1325



0.1862



3



250



30o



6.2661



0.4457



0.4977



4



250



45o



14.2889



0.8954



0.9016



5



250



60o



21.2324



1.0328



1.1803



6



250



75o



28.0543



1.5631



1.3900



7



250



90o



32.5837



1.8030



1.7061



8



250



105o



28.7740



1.2972



1.4894



9



250



120o



20.8390



1.1376



1.2050



10



250



135o



13.8995



0.8375



0.8279



11



250



150o



6.1049



0.4345



0.4732



12



250



165o



1.2972



0.1256



0.1236



13



250



180o



0.1795



1.3583



1.6711



6. Gambar pola radiasi dari hasil data pengukuran a.Antena standar 90



40



120



60 30 20



150



30



10 180



0



210



330



240



300 270



b. Antena 3λ/4



90



2



120



60 1.5 1



150



30



0.5 180



0



210



330



240



300 270



c.Antena 3λ/4 90



2



120



60 1.5 1



150



30



0.5 180



0



210



330



240



300 270



7. Analisa



a. Antena standar Dari pengukuran antena standar dipole didapatkan Pr pada sudut 900 yaitu -44,87 dB. Secara teori jika sudutnya berkurang atau bertambah 150 dari 900 yaitu 750 dan 1050



maka nilai Pr yang



seharusnya didapatkan turun sebanyak 0,5 dB sampai 1 dB dari nilai yang didapatkan pada sudut 900. Jika terjadi penurunan atau penambahan 150 yaitu 600 dan 1200 maka nilai Pr akan turun lagi sebanyak 1 dB sampai 2 dB. Jika terjadi penurunan atau penambahan 150 yaitu 450 dan 1350 maka nilai Pr akan turun lagi sebanyak 2 dB sampai 4 dB. Jika terjadi penurunan atau penambahan 150 yaitu 300 dan 1500 maka nilai Pr akan turun lagi sebanyak 4 dB sampai 7 dB. Jika terjadi penurunan atau penambahan 150 yaitu 150 dan 1650 maka nilai Pr akan turun lagi sebanyak 7 dB sampai 10 dB. Terakhir, jika terjadi penurunan atau penambahan 150 yaitu 00 dan 1800 maka nilai Pr akan turun lagi sebanyak ≥10 dB. Tetapi secara realita tidak sama seperti pada teori, masih terdapat kesalahan yang terjadi hal ini dapat disebabkan oleh sifat gelombang sinyal yang dapat memantul dan jarak yang cukup dekat. Dalam



penyelesaian



tugas



secara



teoritis



nomor



1



menggunakan software matlab dengan rumus seperti diatas dengan n=3 menandakan bahwa Pr= λ/2 dan pada PrmaxdBm diisi dari hasil pengukuran kita pada sudut 900 maka didapakan Pr standar dalam satuan nWatt dengan gambar grafik sedikit lonjong dibandingkan dengan antena 3ʎ/4 dan ʎ/4 dimana pola radiasinya sedikit melebar. Dalam penyelesaian tugas dari data hasil pengukuran nomor 4 yang juga menggunakan software matlab dengan rumus seperti diatas dengan PrtetadBm dimasukkan semuanya dari sudut 00 hingga sudut 1800, hasil dari command window yaitu nilai teta , PrtetadBm , Prtetam dan Prtetan maka yang diambil yaitu Prtetan karena bersatuan nWatt serta gambar grafiknya melengkung dengan stabil,



untuk antena 3ʎ/4 memiliki pola radiasi melengkung yang tidak beraturan dan pada sudut 180 derajat memiliki sinyal yang cukup besar seperti terlihat pada gambar, dan untuk ʎ/4 memiliki pola radiasi yang cukup bagus dibandingkan dengan 3ʎ/4 tetapi tidak sebagus pola radiasi yang dihasilkan antena standar. b. Antena 3λ/4 Dalam penyelesaian tugas secara teoritis nomor 1 menggunakan software matlab dengan rumus seperti diatas dengan n=2 menandakan bahwa Pr= 3λ/4 dan pada PrmaxdBm diisi dari hasil pengukuran kita pada sudut 900 maka didapakan Pr standar dalam satuan nWatt dengan hasil yang didapatkan (0



0.1337



0.4988



0.9976



1.4964



0.9976



0.4988



1.4964 0.1337



1.8616



1.9953 1.8616



0.0000) dan sebuah grafik dengan gambar sedikit



lebih membulat hampir sama pada λ/2 tetapi agak beda dengan antena standar yang memiliki pola radiasi yang melengkung Dalam penyelesaian tugas dari data hasil pengukuran nomor 4 yang juga menggunakan software matlab dengan rumus seperti diatas dengan PrtetadBm dimasukkan semuanya dari sudut 0 0 hingga sudut 1800, hasil dari command window yaitu nilai teta , PrtetadBm , Prtetam dan Prtetan maka yang diambil yaitu Prtetan karena bersatuan nWatt dengan hasil yang didapatkan (0.0693



0.1315



0.4457



0.8954



1.1376



0.8375



0.4345



1.0328 0.1256



1.5631



1.8030 1.2972



1.3583) serta gambar grafiknya yang



kurang stabil/ memiliki lengkungan yang tidak beraturan dan pada sudah 1800 memiliki sinyal yang besar (terlihat pada grafik tersebut) dibandingkan dengan antena standar dan ʎ/4.



c. Antena λ/4 Dalam penyelesaian tugas secara teoritis nomor 1 menggunakan software matlab dengan rumus seperti diatas dengan n=2 menandakan bahwa Pr= λ/4 dan pada PrmaxdBm diisi dari hasil pengukuran kita pada sudut 900 maka didapatkan Pr standar dalam satuan nWatt dengan hasil yang didapatkan (0



0.1337



0.4988



0.9976



1.4964



1.8616



1.4964



0.9976



0.4988



0.1337



0.0000) dengan gambar grafik lebih membulat



1.9953 1.8616



mirip 3λ/4.dari pada λ/2. Dalam penyelesaian tugas dari data hasil pengukuran nomor 4 yang juga menggunakan software matlab dengan rumus seperti diatas dengan PrtetadBm dimasukkan semuanya dari sudut 00 hingga sudut 1800, hasil dari command window yaitu nilai teta , PrtetadBm , Prtetam dan Prtetan maka yang diambil yaitu Prtetan karena bersatuan nWatt dengan hasil yang didapat (0.1734



0.1862



0.4977



0.9016



1.2050



0.8279



0.4732



1.1803 0.1236



1.3900



1.7061 1.4894



1.6711) serta gambar grafiknya yang



cukup bagus hampir mendekan antena ʎ/2 dan lebih bagus di bandingkan dengan antena 3ʎ/4 Disini dapat kita ketahui bahwa pada percobaan job 2 yang dilakukan hasil pengukuran yang didapat yaitu hasilnya minus yang artinya sinyal yang dikirim diredam/ diperlemah bukan diperkuat. Hasil pengukuran pun kurang sesuai dengan teori yang ada. Ketidaksesuaian tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu : 1. Perangkat antena yang digunakan tidak seakurat dan tidak lebih baik dibandingkan antena standar yang digunakan, sehingga menyebabkan atennuasi. 2. Perangkat ukur yang digunakan memiliki daya akurasi yang



rendah, sehingga menyebabkan pembacaan data percobaan tidak akurat. 3. Instalasi yang dilakukan bermasalah, misalnya ketinggian dan posisi antara antena transmitter dan receiver yang digunakan tidak sesuai atau tidak sama karena



dilakukan berdasarkan



perkiraan saja. 4. Kurangnya ketelitian dan kecermatan pada saat membaca data dan alat ukur yang digunakan, sehingga menyebabkan hasil yang tidak akurat 5. Faktor cuaca dan angin yang tidak mendukung pada saat melakukan percobaan karena dilakuan ditempat yang terbuka, sehingga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai gain dan attenuasi pada antena. 6. Faktor posisi antena yang mengarah kedinding/benda lainnya saat diputar sehingga mengakibatkan adanya perubahan sinyal yang tidak akurat