Job Order Costing, Proses Costing, Joint Cost, Support Department Cost Allocation [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN “Peranan Akuntansi Biaya Dalam Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur”



Oleh : Made Cahyani Prastuti



(1907612003)



Ni Wayan Sarasati Pramudia (1907612013) Luh Citra Wirya Astuti



(1907612019)



Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 2020



Peranan Akuntansi Biaya Dalam Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur



1. Pencatatan Biaya Produksi Dengan Actual Standard dan Normal Costing 1.1 Pengukuran Biaya a. Perhitungan Biaya Aktual, Normal, dan Standard Biaya dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan maupun sistem perhitungan biaya berdasarkan proses dapat diukur dalam jumlah aktual, normal, ataupun standar. Sistem perhitungan biaya aktual (actual costing system) meggunakan biaya aktual yang terjadi untuk seluruh biaya produk yang mencakup biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Sistem perhitungan biaya normal (normal costing system) menggunakan biaya aktual untuk mencatat biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung serta biaya normal untuk biaya overhead pabrik. Sistem perhitungan biaya standar (standard costing system) mengunakan biaya dan jumlah standar untuk jenis biaya produksi : biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. b. Pembebanan Biaya Overhead menurut Perhitungan Biaya Normal: Berdasarkan Volume dan Berdasarkan Aktivitas. Sistem peritungan biaya berdasarkan volume mengalokasikan biaya overhead pada produk atau pesanan menggunakan penggerak biaya berdasarkan volume, seperti jumlah unit yang diproduuksi. Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based coting-ABC) mengalokasikan biaya overhead pabrikpada produk menggunakan kriteria sebab akibat dengan banyak penggerak biaya. 2. Sistem Biaya Pesanan, Sistem Biaya Proses, Joint Cost, Alokasi Biaya Departemen Penunjang 2.1. Sistem Perhitungan Biaya Untuk bisa berhasil dalam berkompetisi perusahaan memerlukan informasi biaya produk yang akurat, terlepas dari strategi kompetitif mereka, dan hal ini menjadi ebih benar lagi untuk perusahaan dengan strategi kepemimpinan biaya yang mengandalkan tingkat efesiensi dan kualitas produksi yang tinggi agar dapat berhasil. Pihak yang efektif dalam biaya produk membutuhkan informasi biaya yang tepat waktu dan akurat. Untuk dapat memperoleh informasi biaya yang tepat waktu dan akurat, perusahaan perlu memilih sistem biaya yang sesuai dengan strategi kompetitifnya. Perhitungan biaya (costing) merupakan proses pengumpulan, pengelompokkan dan pembebanan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja



langsung dan overhead pabrik pada produk, jasa, atau proyek. Metode perhitungan biaya yaitu sebagai berikut : 1) Metode akumulasi biaya (cost accumulation method) perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job costing), perhitngan biaya berdasarkan proses (process costing), perhitungan biaya berdasarkan gabungan (joint costing). 2) Metode pengukuran biaya (cost measurement method) perhitungan biaya aktual, normal atau standar (actual,normal pr standard costing systems) serta 3) Metode pembebanan overhead (overhead assignment method) berdasarkan volume (volume based costing) atau berdasarkan aktivitas (activity based costing). 2.1.1Akumulasi biaya: perhitungan biaya berdasarkan pesanan dan perhitungan biaya berdasarkan proses Biaya dapat diakumulasikan dengan mnelusuri biaya terhadap produk atau jasa tertentu, atau dengan mengakumulasikan biaya pada tingkat depertemen kemudian mengalokasikan biaya ini dari dapertemen ke produk atau jasa. Jenis pertama disebut dengan perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job costing) dan jenis terakhir disebut dengan perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing). Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan, pesanan terdiri dari produk individu atau batch produk atau jasa. Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan tepat digunakan ketika sebagian besar biaya terjadi pada pesanan yang dapat langsung di identifikasi dengan produk tertentu, batch produk, pesanan pelanggan, kontrak atau proyek. a. Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan: Arus Biaya Perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job costing) merupakan sistem perhitungan biaya yang mengakumulasikan biaya dan membebankannnya pada pesanan, pelanggan, proyek atau kontrak tertentu. Dokumen pendukung dasar (biasanya berbentuk formulir elektronik) dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan adalah kartu biaya pesanan (job cost sheet). Kartu ini mencatat dan meringkas biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead pabrik untuk pekerjaan tertentu. Kartu biaya mencakup tiga elemen biaya (bahan baku, tenaga kerja, dan overhead) sebagai pengelola data terperinci lainnya yang dibutuhkan. 1) Biaya Bahan Baku Langsung dan Biaya Bahan Baku Tidak Langsung Formulir permintaan bahan baku (materials requisition) adalah dokumen sumber atau pencatatan data secara online yang digunakan dapertemen produksi untuk meminta bahan baku produksi. Formulir permintaan baku mengidentifikasikan pesanan khusus yang dibebankan sesuai bahan baku yang digunakan. Bahan baku tidak langsung diperlakukan sebagai bagian dari total biaya overhead pabrik.



2) Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung dicatat pada kartu biaya pesanan berdasarkan kartu jam kerja yang disiapkan setiap hari untuk setiap karyawan. Kartu jam kerja (time ticket), biasanya merupakan bagian dari sistem peranti lunak perhitungan biaya menunjukkan lama pekerjaan yang dilakukan seorang karyawan pada setiap pesanan, tarif gaji, dan total biaya tenaga kerja yang dapat dibebankan pada setiap pesanan. 3) Biaya Overhead Pabrik Pembebanan biaya overhead (overhead application) merupakan proses pengalokasian biaya overhead pada pesanan. Dua pendekatan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik adalah perhitungan biaya aktual dan perhitungan biaya normal. Pendekatan ketiga, perhitungan biaya standar. 4) Perhitungan Biaya Aktual Sistem perhitungan biaya aktual (actual costing) menggunakan biaya aktual yang terjadi untuk bahan baku langsung dan tenaga kerjaa langsung serta membebankan biaya overhead pabrik aktual ke berbagai pesanan. Biaya overhead pabik aktual terjadi setiap bulan untuk bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan biaya pabrik tidak langsung lainnya, mencakup sewa pabrik, asuransi, pajak bumi dan bangunan, depreseasi, perbaikan dan pemeliharaan, listrik, penerangan, pemanas, serta pajak penghasilan karyawan pabrik. 5) Perhitungan Biaya Normal Dalam praktiknya, sebagian besar perusahaan mengadopsi sistem perhitungan biaya normal (normal costing) yang menggunakan biaya aktual untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta membebankan biaya overhead pabrik dengan menambahkan pesanan sejumlah biaya overhead untuk setiap unit produksi dalam pesanan. 4) Pembebanan Biaya Overhead Pabrik dalam Perhitungan Biaya Normal Dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik tahunan yang telah ditentukan sebelumnya akan menormalisasikan fluktuasi biaya overhead maka, disebut juga dengan istilah perhitungan biaya normal. Tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan sebelumnya (predetermined overhead rate) merupakan estimasi tarif biaya overhead pabrik yang digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik yang digunakan untuk mebebankan biaya overhead pabrik kepesanan tertentu. Jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan ke pesanan dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan sebelumnya disebut biaya overhead pabrik yang yang dibebankan (factory overhead applied). Untuk dapat memperoleh tarif biaya overhead yang telah ditentukan sebelumnya, gunakan empat tahap berikut ini :



1) Mengestimasi biaya overhead pabrik untuk periode operasi, biasanya satu tahun. 2) Memilih penggerak biaya (cost driver) yang paling tepat untuk membebankan biaya overhead pabrik. 3) Mengestimasi total jumlah penggerak biaya terpilih untuk periode operasi 4) Membagi estimasi biaya overhead pabrik dengan mengestimasi jumlah penggerak biaya terpilih untuk memperoleh tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan sebelumnya.  Penggerak Biaya Untuk Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Penggerak biaya yang dipilih untuk membebankan tarif biaya overhead yang telah ditentukan sebelumnya (tahap dua diatas) dapat berupa tahap biaya berdasarkan volume maupun penggerak biaya berdasarkan aktivitas. Jam tenaga kerja langsung dan jam mesin merupakan penggerak biaya berdasarkan volume yang paling sering digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik.  Membebankan Biaya Overhead Pabrik Pendekatan ini disebut juga metode pendekatan perhiungan biaya normal pabrik secara keseluruhan (plantwide method of nomal costing), ketika total biaya overhead untuk seluruh departemen digunakan untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik.  Tarif Biaya Overhead Pabrik Departemen Ketika jumlah biaya overhead pabrik departemen produksi pada pabrik sangat serupa dengan jumlah biaya overhead pabrik pada setiap departemen dan penggunaan biaya pada departemen, kemudian penggunaan tarif pabrik secara keseluruhan (satu tarif untuk seluruh untuk seluruh dapertemen produksi digunakan secara keseluruhan) adalah tepat.  Disposisi biaya overhead pabrik yang dibebankan terlalu rendah dan terlalu tinggi Biaya overhead yang ibebankan terlalu tinggi (overapplied overhead) merupakan jumlah biaya overhead pabrik yang bebankan melebihi biaya overhead pabrik aktual yang terjadi. Dan biaya overhead yang dibebankan terlau rendah (underapplied overhead ) merupakan jumlah dimana biaya overhead pabrik aktual melebihi melebihi biaya overhead pabrik yang dibebankan. Selisih akibat pembebanan biaya overhead pabrik yang dibebankan terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat didisposisikan dengan dua cara yaitu :



1. Menyesuaikan akun harga pokok penjualan 2. Menyesuaikan biaya produksi pada periode bersangkutan yaitu membagi rata saldo biaya overhead pabrik dibebankan yang tersisa pada periode bersangkutan ke saldo akhir akun persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi dan harga pokok penjualan. 5) Perhitungan Biaya pada industri jasa ; Perhitungan Biaya Proyek Banyak perusahaan menggunakan istilah perhitungan biaya berdasarkan proyek untuk mengindikasikan penggunaan perhitungan biaya berdasarkan pesanan pada industri jasa perhitngan biaya berdasarkan proyek juga digunakan untuk menelusuri biaya dan kemajuan dari tugas berulang yang berlangsung dalam perusahaan. 6) Perhiungan Biaya Operasi Perhitungan biaya operasi (operation costing) merupakan sistem perhitungan biaya gabungan yang menggunakan perhitungan biaya berdasarkan pesanan untuk membebankan biaya bahan baku langsung ke pesanan dan pendekatan perhitungan biaya berdasarkan proses untuk membebankan biaya konversi keproduk atau jasa. b. Sistem Biaya Proses (Process Costing) Karakteristik Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses digunakan pada banyak industri, seperti industri kimia, penyulingan minyak, tekstil, cat, tepung, pengalengan, karet, baja, kaca, pemrosesan makanan, pertambangan, lini produksi mobil, peralatan elektronik, plastik, obat-obatan, kertas, kayu, barangbarang dari kulit, produk logam, barang-barang untuk olaraga, semen dan jam perhitungan biaya berdasarkan proses juga dapat digunakan oleh organisasi jasa dengan jenis jasa yang homogen dan merupakan proses pengeluaran. 1) Unit Ekuivalen Unit ekuivalen (equivalent units) merupakan jumlah unit selesai yang sama atau serupa yang sudah dapat dihasilkan berdasarkan jumlah pekerjaan yang benar-benar dilakukan atas unit-unit produk yang telah selesai maupun yang selesai sebagian.  Biaya Konversi Karena jumlah tenaga kerja yang relatif kecil dalam banyak industri pemrosesan seperti industri penyulingan minyak, aluminium, kertas, kimia, dan farmasi, biaya overhead pabrikdan tenaga kerja langsung terkadang dikombinasikan dan disebut juga biaya konversi untuk tujuan menghitung unit ekuivalen produksi.  Biaya Bahan Baku Langsung



Biaya bahan baku langsung dapat ditambahkan pada titik-titikproduksi yang berlainan atau atau secara terus-menerus selama proses produksi.



2) Arus Biaya Pada Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses Pada perhitungan biaya berdasarkan proses , biaya mengalir melalui proses atau departemen. Pertama, akun persediaan barang dalam proses secara terpisah digunakan untuk mencatat biaya dari setiap departemen produksi. Kedua, ketika departemen A menyelesaikan pekerjaannya, biaya penyelesaian produk di transfer ke akun persediaan barang dalam proses departemen B untuk pengerjaan berikutnya. Ketiga, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung ,dan biaya overhead pabrik dapat di masukkan secara langsung ke aku persediaan barang dalam proses departemen produksi, tidak hanya pada departemen pertama. Terakhir, dimulai dari departemen kedua (departemn B), elemen biaya tambahan, biaya yang dipindahkan akan muncul. 3) Tahap-tahap perhitungan biaya berdasarkan proses Tahap 1: Menganalisis Arus Fisik dari unit produksi Tahap 2: Menghitung unit ekuivalen untuk setiap elemen biaya Tahap 3 : Menentukan Total biaya untuk setiap elemen biaya produksi Tahap 4: Menghitung biaya per unit ekuivalen untuk setiap elemen biaya produksi Tahap 5: Membebankan total biaya produksi ke unit yang telah selesai dan persediaan akhir barang dalam proses 4) Metode perhitungan biaya berdasarkan proses Dua metode yang digunakan untuk menyusun laporan biaya produksi per departemen jiak perusahaan menggunakan perhitungan biaya berdasarkan proses adalah metode rata-rata tertimbang dan metode fisrt-in,first-out (FIFO). Metode rata-rata tertimbang mencakup seluruh biaya dalam perhitungan biaya per unit ,mencakup baik biaya yang terjadi selama periode yang bersangkutan maupun biaya pada periode yang sebelumnya yang di tunjukkan sebagai persediaan awal barang dalam proses dari priode yang bersangkutan. Metode FIFO mencakup perhitungan biaya perunit hanya meliputi biaya yang terjadi dan pekerjaan yang dilakukan selama periode bersangkutan. A. Ilustri Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses 1) Metode Rata-rata Tertimbang Metode rata-rata tertimbang tidak membedakan biaya yang terjadi pada periode sebelumnya dengan biaya yang terjadi pada periode yang bersangkutan. Kita menggunakan prosedur lima tahap untuk membebankan biaya bahan baku



langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ke objek biaya. Tahap 1 : Menganalisis Arus Fisik dari Unit Produksi Tahap 2:Mengalkulasikan unit ekuivalen untuk setiap elemen biaya produksi Tahap 3 : Menentukan total biaya untuk setiap elemen biaya produksi Tahap 4: Menghitung biaya per unit ekuivalen Tahap 5 : Membebankan total biaya produksi ke unit yang telah selesai dan barang dalam proses akhir 2) Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First-in, First out) Cara lain untuk menangani persediaan dalam penerapan perhitungan biaya berdasarkan proses adalah metode first-in, first out (FIFO) , yang berasumsi bahwa unit yang pertama memasuki proses produksi adalah unit pertama yang telah selesai dna ditransfer keluar. Dan pada metode ini kita mengikuti lima tahapan yang sama dengna metode rata-rata tertimbang. B. Perbandingan antara Metode Rata-rata Tertimbang dengan Metode FIFO Perbedaan utama antara kedua metode ini adalah pada penanganan unit-unit yang mulai diproses yang selesai sebagian. Metode FIFO memisahkan unit-unit pada persediaan awal dari unit-unit yang mulai diproses dan telah selesai dalam periode bersangkutan. Dan sebaliknya metode rata-rata tertimbang tidak membedakan perlakuan terhadap unit-unit pada persediaan awal barang dalam proses. C. Perhitunagn Biaya Berdasarkan Proses pada Berbagai Departemen Ketika produk berpindah dari satu departemen ke departemen lainnya, biaya juga berpindah dari satu departemen ke departemen lainya. Biaya dari departemen sebe;lumnya disebut juga biaya yang ditransfer masuk atau biaya departemen sebelumnya.  Biaya dari Departemen Sebelumnya (transferred –in costs) Merupakan biaya dari pekerjaan yang dilakukan pada departemen sebelumnya yang ditransfer masuk ke departemen sekarang.  Metode Rata-rata Tertimbang Tahap 1 dan 2 : Menganlisis Arus Unit Fisik dan Mengalkulasikan Unit Ekuivalen Tahap 3 dan 4 : Menetukan Total Biaya dan Menghitung Biaya Per unit Tahap 5 : Membebankan total biaya produksi ke unit yang telah selesai dan barang dalam proses akhir  Metode FIFO Tahap 1 dan 2 : Menganlisis Arus Unit Fisik dan Mengalkulasikan Unit Ekuivalen Tahap 3 dan 4 : Menetukan Total Biaya dan Menghitung Biaya Per unit Tahap 5 : Membebankan total biaya produksi D. Ayat Jurnal untuk Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses Perhitungan Biaya berdasarkan proses menggunakan akun buku besar perusahaan manufaktur yang sama dengan yang digunakan pada perhitungan biaya berdasarkan pesanan. Namun, tidak seperti perhitungan



biaya berdasarkan pesanan yang membebankan biaya produk ke pesanan tertentu, perhitungan biaya berdasarkan proses mengakumulasikan biaya pada departemen produksi. E. Implementasi dan Peningkatan Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses Sistem perhitunagn biaya berdasarkan proses tepat digunakan ketika terdapat satu atau beberapa produk yang sejenis, seperti pada banyak industri pemriisesan, yaitu pabrik kimia atau kertas. Tujuan sistem perhitungan biaya adalah menghitung biaya produksi pada biaya dari unit barang dalam proses dan produk selesai dalam laporan biaya produksi. c. Joint Cost Permasalahan pokok yang timbul di dalam produk gabungan : Bagaimana cara mengalokasikan biaya yang terjadi dalam rangka menghasilkan produk. Biaya yang dikeluarkan dalam rangka menghasilkan produk gabungan disebut dengan “JOINT COST”. Pengertian Produk Gabungan Produk gabungan (Joint Cost) adalah suatu proses produksi yang menghasilkan beberapa produk yang berasal dari satu jenis / macam bahan baku yang diproduksi secara serentak (bersama-sama). Dimana, nilai dari produk ini masing-masing berbeda. Di dalam proses produksi yang menghasilkan produk gabungan, produk yang dihasilkan terdiri dari 2 macam : (1)Produk Utama (Main Product). (2)Produk Sampingan (By Product). Akuntansi Produk Bersama Biaya produk bersama harus dapat dibebankan kepada masing-masing produk agar dapat ditentukan nilai persediaan akhir dalam menghasilkan laba bersih. Metode alokasi biaya bersama (Joint Cost) ke masing-masing produk : (1)Metode Nilai Jual / Harga Pasar (2)Metode Kwatitatif Unit / Satuan Fisik (3)Metode Biaya Per Unit  Metode Rata-rata tertimbang  Metode Rata-rata Sederhana Metode Nilai Jual / Harga Pasar Karakteristik : (1) Joint Cost dialokasikan sesuai dengan nilai jual masing-masing produk (2) Metode ini mempunyai hubungan antara biaya yang dikeluarkan dengan harga jual. Harga jual produk ditentukan atas dasar biaya produk yang dikeluarkan. Prosedur Akuntansi Untuk Metode Nilai Pasar / Harga Jual, yaitu :



(1) Nilai Pasar Diketahui Saat Titik Pisah (split off) Dengan prosedur ini total Joint Cost dialokasikan diantara produk bersama dengan membagi Total Nilai Pasar tiap produk yang dihasilkan sehingga diperoleh Ratio Individual dari nilai pasar terhadap total nilai pasar dikalikan dengan Joint Cost RUMUS : ALOKASI JOINT COST PER PRODUK



Total nilai pasar per produk



x



Joint Cost



Total nilai pasar semua produk



(2) Nilai Pasar Tidak Diketahui Saat Titik Pisah (split Off) Pada metode ini Nilai Pasar pada saat titik pisah produk tidak diketahui khususnya bilamana tambahan proses pengolahan berada pada kondisi siap untuk dijual. Pada metode ini dilakukan perhitungan nilai pasar hipotesis, dengan cara mengurangi tambahan biaya pemrosesan kembali dengan nilai pasar produk. RUMUS : ALOKASI JOINT COST PER PRODUCT



Total nilai pasar hipotetis per produk Total nilai pasar hipotetis semua produk



Biaya Pemrosesan x Joint Cost + setelah titik pisah



Metode Kuantitatif Unit Karakteristik (1) Kwantitas hasil produksi digunakan sebagai dasar untuk alokasi Joint Cost (2) Alokasi Joint Cost ke masing-masing produk dilakukan dengan cara : RUMUS :



Total unit per produk Total unit semua produk



x



Joint Cost



Metode Biaya Per Unit Agar metode ini dapat dipakai, maka produk harus diukur dengan satuan yang sama. (1) Metode Rata-Rata Sederhana Menurut metode ini Total Joint Cost dibagi dengan unit yang diproduksi. Hal ini digunakan untuk menghitung Unit Cost, kemudian biay per unit dikalikan dengan unit yang diproduksi untuk menghitung alokasi Joint Cost ke masing-masing produk. RUMUS :



UNIT COST



Total Joint Cost = ______________________ Jumlah produk



(2) Metode Rata-Rata Tertimbang Dalam metode ini kwantitas produksi dikalikan dengan angka penimbang, dan hasil kalinya digunakan sebagai dasar pengalokasian biaya bersama (Joint Cost) d. Alokasi Biaya Departemen Penunjang A.    Sekilas Tentang Alokasi Biaya Merupakan biaya-biaya yang memberikan manfaat bersama, yang terjadi ketika sumber daya yang sama digunakan dalam keluaran dua atau lebih jasa atau produk, disebut sebagai biaya bersama ( commont cost). Contonya: upah yang dibayarkan pada penjaga keamanan di suatu pabrik merupakan biaya bersama semua produk berbeda yang diproduksi di pabrik tersebut. Manfaat keamanan dapat dirasakan oleh semua produk, tetapi pembebanan biaya keamanan kesetiap produk adalah proses arbitrer. 1. Jenis Jenis Departemen Dalam model fungsi diperusahaan, obyek biaya adalah departemen. Terdapat dua kategori departemen yaitu: Departemen produksi dan departemen pendukung. Departemen produksi secara langsung bertanggung jawab pada pembuatan produk atau jasa yang dijual pada pelanggan. Departemen produksi adalah departemen secara langsung mengerjakan produksi yang diproduksi. Contoh, departemen pengesahan dan perakitan. Departemen pendukung menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen ini berhubungan



secara tidak langsung dengan suatu jasa atau produk organisasi tersebut, misalnya: pemeliharaan, permesinan. Dalam perusahaan jasa dapat dibagi menjadi  departemen produksi dan departemen pendukung. Pabrik pembuat furniture dapat dibagi dua departemen produksi (perakitan dan penyelesaian) serta empat departemen pendukung (ruang penyimpanan bahan baku, kafetaria, pemeliharaan, general factory). 2. Jenis Jenis Dasar Alokasi Departemen produksi membutuhkan jasa pendukung: oleh sebab itu, biaya departemen pendukung ditimbulkan oleh aktivitas departemen produksi. Faktor-faktor penyebabnya adalah variabel atau aktivitas dalam departemen produksi, yang menyebabkan munculnya biaya jasa pendukung. Dalam memilih dasar pengalokasian biaya departemen pendukung, berbagai usaha harus dilakukan untuk mengidentivikasi faktor penyebab yang sesuai (penggerak biaya). Menggunakan faktor penyebab akan menghasilkan biaya produk yang lebih akurat. Selanjutnya, jika faktor penyebab diketahui, para manajer dapat mengontrol konsumsi jasa pendukung dengan lebih baik. B.    Tujuan Alokasi Beberapa tujuan penting berhubungan dengan alokasi biaya departemen pendukung ke departemen produksi, dan akhirnya ke produk tertentu: 1. Untuk menghasilkan satu kesepakatan harga yang menguntungkan 2. Untuk menghitung profibilitas lini produk 3. Untuk memprediksi pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian 4. Untuk meniai persedian 5. Untuk memotivasi para manajer Jika biaya tidak dialokasikan dengan akurat, biaya beberapa jasa dapat terlalu tinggi, hingga mengakibatkan penawaran yang terlalu tinggi dan hilangnya potensi bisnis, sebaliknya, jika biaya terlalu rendah dan mengakibatkan kerugian pada jasa ini. Hal yang berhubungan dekat dengan penentuan harga adalah laba. Dengan menilai laba berbagai jasa, seseorang manajer dapat mengevaluasi bauran jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Tentu saja biaya yang akurat adalah hal yang penting untuk menentukan laba. Alokasi dapat digunakan untuk memotivasi para manajer. Jika biaya departemen pendukung tidak di alokasikan ke departemen produksi, para menejer dapat memperlakukan jasa ini seakan-akan jasa tersebut gratis. Tentu saja, pada kenyataanya, biaya marginal sebuah jasa lebih besar dari nol. Dengan mengalokasikan biaya dan meminta para manejer departemen produksi bertanggung jawab atas kinerja ekonomi unit mereka, suatu organisasi dapat memastikan bahwa para manejer akan menggunakan suatu jasa hingga manfaat marginal suatu jasa sama dengan biaya marginalnya. Jadi, mengalokasikan biaya jasa membantu tiap departemen produksi memilih tingkat konsumsi yang benar.



C. Pengalokasian Biaya Satu Departemen Ke Departemen Lainnya Seringkali, biaya departemen pendukung dialokasikan ke departemen lain dengan menggunakan satu tarif pembebanan. Sebagai contoh, departemen pemrosesan data perusahaan melayani berbagai departemen lainnya. Biaya pengoperasian departemen pemrosesan data kemudian dialokasikan ke departemen pengguna. Walaupun ini kelihatannya sederhana dan langsung, namun bebereapa pertimbangan terlibat adalah memilih tarif tunggal atau tarif berganda, dan penggunaan biaya departemen pendukung aktual versus yang dianggarkan. Saat biaya dari departemen pendukung dialokasikan pada departemen lain, tarif pembebanan harus dikembangkan. Tarif tunggal mengkombinasikan biaya variabel dan tetap dari departemen pendukung untuk menentukan tarif pembebaban. Tarif ganda memisahkan biaya tetap dan variabel. Biaya tetap departemen pendukung dialokasikan pada basis kapasitas awal, dan tarif variabel dikembangkan berdasarkan penggunaan anggaran 1. Tarif Pembebanan Tunggal Misal bahwa perusahaan mengembangkan departemen foto copy sendiri untuk melayani tiga departemen produksinya (audit, pajak, dan konsultan menajemen sistem atau MAS). Biaya departemen foto copy termasuk biaya tetap sebesar $0,023 per lembar foto copy (kertas dan tinta). Estimasi penggunaan (dalam kertas) oleh ketiga departemen produksi adalah sebagai berikut ; Departemen audit 94.500 Departemen pajak 67.500 Departemen MAS 108.000 Total



270.000



Jika tarif pembebanan tunggal di gunakan, biaya tetap sebesar $26.190 akan digabungkan dengan estimasi biaya variabel sebesar $6.210 (270.000 x $0,023). total biaya sebesar $32.400 dibagi dengan estimasi jumlah lembar yang di foto copy sebanyak 270.000 yang akan menghasilkan tarif per lembar sebesar $0,12. Jumlah yang d bebankan ke departemen produksi merupakan suatu fungsi jumlah lembar yang di foto copy. Anggaplah bahwa penggunaan aktual adalah ssebagai berikut ; departemen audit sejumlah 92.000 lembar; dan departemen MAS 115.000 lembar. Total biaya foto copy yang dibebankan pada masing-masing departemen dapat diperlihatkan sebagai berikut ;



Audit Pajak



Jumlah x Lembar 92.000 65.000



Pembebanan per Lembar $0,12 0,12 0,12



MAS Total



115.000 272.000



=



Total Pembebanan $11.040 7.800 13.8 00 $32.640



Apakah departemen foto copy membutuhkan $32.640 untuk membutuhkan 272.000 lembar? Tidak, departemen foto copy hanya membutuhkan $32.446 [$26.190 + 9272.000 x $0,023)]. 2. Tarif Pembebanan Berganda Walaupun penggunaan tarif tunggal adalah sederhana, namun hal ini mengabaikan dampak diferensial dari perubahan penggunaan biaya. Biaya variabel departemen pendukung naik sesuai tingkat kenaikan jasa. Sebagai contoh, biaya kertas dan tinta untuk departemen foto copy meningkat sesuai peningkatan jumlah lembar yang di foto copy.