JUKNIS PMT LOKAL 2022 Done [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



1



KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan untuk Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK), Balita Berat Badan Tidak Naik/weight faltering Balita, Balita Berat Badan Kurang dan Gizi Kurang. Petunjuk teknis ini merupakan bagian dari upaya mempercepat pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 khususnya penurunan prevalensi balita stunting, wasting dan ibu hamil KEK. Intervensi yang dilakukan pada Balita Weight Faltering, Berat Badan Kurang serta Gizi Kurang dan Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK berupa: 1. tatalaksana penyebab masalah gizi 2. pemberian terapi gizi dan/atau makanan tambahan 3. edukasi dan konseling gizi pada keluarga, ibu hamil dan orang tua balita dalam praktik penyiapan makanan bergizi bagi balita dan ibu hamil serta memastikan mereka mengkonsumsi sesuai dengan kebutuhan 4. stimulasi perkembangan dan pemantauan pertumbuhan sesuai usia anak Pendekatan tersebut diharapkan bisa membentuk kemandirian keluarga dalam pemberian makanan yang berkualitas bagi balita dan ibu hamil. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini, saran dan kritik kami nantikan guna penyempurnaan petunjuk teknis ini. Jakarta, September 2022 Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat



dr Maria Endang Sumiwi, MPH



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................. 2 DAFTAR ISI................................................................................ 3 DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. 5 DAFTAR GAMBAR .................................................................... 8 BAB I. PENDAHULUAN ............................................................. 9 A.



Latar Belakang .............................................................. 9



B.



Tujuan ......................................................................... 13



C.



Sasaran....................................................................... 13



D.



Definisi Operasional .................................................... 14



E.



Dasar Hukum .............................................................. 15



BAB II. TATALAKSANA UNTUK IBU HAMIL .......................... 18 KURANG ENERGI KRONIS (KEK) .......................................... 18 A.



Deteksi Dini, Penemuan Kasus, Intervensi, dan Rujukan ....................................................................... 18



B.



Panduan Pemberian Makanan Tambahan .................. 23 Prinsip Utama Pemberian Makanan Tambahan .....23 Standar Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil .....................24 Standar Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal untuk Ibu Hamil KEK ........................................28 Edukasi Terkait Pemberian Makanan Tambahan ........ 31 1. 2. 3.



C.



Contoh Topik dan Jadwal Edukasi Gizi ....................32 Pesan Pendidikan Gizi: Pemenuhan Gizi Ibu Hamil.........................................................................32 3. Penyiapan Makanan yang Aman ..............................35 Panduan Pengukuan Antropometri pada Ibu Hamil ..... 36 1. 2.



D.



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



3



BAB III. PENANGGULANGAN BALITA GIZI KURANG, BALITA BERAT BADAN KURANG DAN BALITA BERAT BADAN TIDAK NAIK/WEIGHT FALTERING ......................................... 41 A.



Deteksi Dini, Penemuan Kasus, Intervensi, dan Rujukan ....................................................................... 41



B.



Panduan Pemberian Makanan Tambahan .................. 57



C.



Prinsip Utama Pemberian Makanan Tambahan .....57 Standar Kebutuhan Zat Gizi Balita ............................61 Standar Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal untuk Balita ........................................................63 Edukasi Gizi untuk Ibu Balita ....................................... 69



D.



1. Contoh Topik dan Jadwal Edukasi Gizi ....................71 2. Pesan Pendidikan Gizi: Pemenuhan Gizi Balita .....72 Panduan Pengukuan Antropometri pada Balita ........... 76



A.



Potensi Pangan Lokal ................................................. 86



B.



Potensi Sumber Protein Hewani dan Pola Konsumsi .. 89



1. 2. 3.



BAB V. PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BAGI IBU HAMIL KEK, BALITA BERAT BADAN TIDAK NAIK/WEIGHT FALTERING, BERAT BADAN KURANG DAN GIZI KURANG ................................................................. 92 Persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal .............................................. 106 Komponen Biaya Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal ......................................................................... 107 BAB V. PENUTUP .................................................................. 108 DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 110



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



4



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk Penduduk Indonesia berdasarkan PMK no 28 Tahun 2019……………………………………………...…………113 Lampiran 2. Daftar Bahan Makanan Penukar ......................... 116 Lampiran 3. Contoh Menu ...............................................................127 Lampiran 4. Potensi Pangan Lokal berdasarkan Rata-Rata Nilai Komposit Ketahanan Pangan ............................................128 Lampiran 5. Kuesioner Pre dan Post Test untuk Ibu Hamil KEK ………………………………………………………………………………….128 Lampiran 6. Kuesioner Pre dan Post Test untuk Balita Gizi Kurang ...................................................................................137 Lampiran 7. Formulir Pemantauan Bulanan Pemberian PMT, Pendidikan Gizi, dan Demo Masak ...................................142 Lampiran 8. Formulir Evaluasi ........................................................145 Lampiran 9. Formulir Pemantauan Bulanan kepada Sasaran Penerima MT Lokal bagi Ibu Hamil ...................................146 Lampiran 10. Formulir Pemantauan Bulanan PMT berbasis Pangan Loka bagi Balita .....................................................148 Lampiran 11. Kartu Kontrol Konsumsi MT berbasis Pangan Lokal pada Ibu Hamil KEK ............................................................150 Lampiran 12. Kartu Kontrol Konsumsi MT berbasis Pangan Lokal pada Balita Gizi Kurang ......................................................151 Lampiran 13. Formulir Catatan Pemberian Makanan dan Pemantauan Berat Badan Ibu Hamil KEK .......................152 Lampiran 14. Formulir Catatan Pemberian Makanan dan Pemantauan Berat Badan Balita Gizi Kurang .................153 Lampiran 15. Formulir Pelaporan Bulanan Tingkat Kecamatan154 Lampiran 16. Formulir Pelaporan Bulanan Tingkat Kabupaten 155 Lampiran 17. Formulir Pelaporan Bulanan Tingkat Provinsi......156



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



5



DAFTAR TABEL Tabel 1. Pertambahan Berat Badan selama Kehamilan yang direkomendasikan sesuai IMT Sebelum Hamil .............................. 22 Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Wanita Usia Subur, Ibu Hamil dan Menyusui usia 19-49 Tahun di Indonesia (Permenkes RI No. 28 tahun 2019) ............................... 25 Tabel 3. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal yang diperuntukkan bagi Ibu Hamil KEK ............... 28 Tabel 4. Standar Bahan Makanan Tambahan Bagi Ibu Hamil KEK untuk disiapkan sebanyak 1 kali makan (dalam bentuk Kudapan atau Makanan lengkap) ..................................................................... 28 Tabel 7. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan Sejumlah Energi MP-ASI balita (6 - 23 bulan) dalam Satu Hari dan Kebutuhan Sehari 24 – 59 bulan ...................................................... 60 Tabel 9. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Balita di Indonesia (Permenkes RI No. 28 tahun 2019) (Kementerian Kesehatan RI, 2019) .......................................................................... 62 Tabel 10. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal yang diperuntukkan bagi Balita (6-59 bulan) di Indonesia .............................................................................................. 63 Tabel 11. Standar Bahan Makanan Tambahan bagi Baduta (6-23 bulan) MP ASI berbasis Pangan Lokal dari bahan Makanan Mentah .................................................................................................. 64 Tabel 12. Standar Bahan Makanan Tambahan Bagi Balita (24-59 bulan) untuk disiapkan sebanyak 1 kali makan (dalam bentuk Kudapan atau Makanan lengkap) .................................................... 66 Tabel 13. Topik atau Materi Pendidikan Gizi yang dapat diberikan sesuai Kebutuhan di Lapangan ........................................................ 71 PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



6



Tabel 15. Jumlah Jenis Pangan yang Dikonsumsi menurut Kelompok Pangan .............................................................................. 87 Tabel 16. Teknik Pengolahan Makanan........................................ 100



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



7



DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Anjuran porsi makan dan minum menurut kecukupan energi untuk ibu hamil dibandingkan WUS untuk konsumsi satu hari .................................................................. …...34 Gambar 2. Lima Kunci Aman Makanan dan Kebersihan ....... 35 Gambar 3. Tata Laksana Balita dengan Weight Faltering dan BB Kurang dengan Protokol A .................................................... 46 Gambar 4. Tata Laksana Balita dengan Gizi Kurang dengan Protokol A....................................................................................... 48 Gambar 5. Tatalaksana balita usia di bawah 6 bulan dengan weight faltering, BB kurang, dan gizi kurang (PROTOKOL B) ......................................................................................................... 49 Gambar 6. Tatalaksana balita usia 6 - 59 bulan dengan weight faltering, BB kurang, dan gizi kurang (PROTOKOL B) ........... 50 Gambar 7. Dampak dari intervensi dipantau melalui kenaikan berat badan .................................................................................... 54 Gambar 8. Pemberian ASI Eksklusif ......................................... 72 Gambar 9. Pelekatan yang Benar saat Menyusui ................... 73 Gambar 10. Pemenuhan Gizi Balita usia 6-23 Bulan ............. 74 Gambar 11. Cara Membuat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) .......................................................................................... 75 Gambar 12. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan 2021 86 Gambar 13. Jumlah Jenis Pangan yang Dikonsumsi di setiap Provinsi ........................................................................................... 88



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



8



BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Status gizi yang baik pada ibu hamil dan balita merupakan salah satu faktor penentu untuk keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia. Pencegahan terjadinya masalah gizi pada ibu hamil dan anak, merupakan hal penting yang dilaksanakan mulai dari menjaga kesehatan dan status gizinya saat sebelum dan selama kehamilan, dilanjutkan pada masa menyusui, semua bayi mendapat ASI eksklusif, semua baduta (bawah dua tahun) mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) tinggi protein hewani serta memastikan setiap anak balita mengkonsumsi makanan keluarga dengan nilai gizi yang sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita terutama 1000 Hari Pertama Kehidupan sangat pesat demikian pula perkembangan kognitifnya. Ibu hamil dan balita merupakan kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan dampak jangka panjang yang ditimbulkan apabila mereka menderita kekurangan gizi. Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang janin, kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), selanjutnya berisiko balita mengalami masalah gizi kurang yang bila berlangsung terus menerus menyebabkan stunting. Besaran masalah gizi ibu berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi ibu hamil Kurang Energi Kronis 17,3%. Berdasarkan Studi Diet Total tahun 2014, lebih dari separuh ibu hamil memiliki asupan energi sangat kurang (10%



Jam 16



Snack



Jam 18



Makan malam



+ ikan/ayam/ daging/telur ayam



Jam 20



Susu 5 takar (150 ml)



PDK PER >10%



2-3 sdm daging sapi/ikan/ayam



© Damayanti Rusli Sjarif (2022)



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



53



Untuk mengetahui keberhasilan intervensi yang diberikan, baik untuk Protokol A maupun B, dampak intervensi dipantau melalui Kriteria Sukses, yaitu jika balita sudah keluar dari definisi operasi weight faltering, BB kurang, dan gizi kurang (lihat Gambar 8): Jika balita masih belum memenuhi kriteria sukses tersebut di bawah ini, maka wajib rujuk ke RS.



Kriteria keberhasilan Weight faltering:



BB Kurang: Gizi Kurang:



Terjadi peningkatan BB sesuai usia:      



0 – 3 bulan : 4 – 6 bulan : 7 – 9 bulan : 10 – 12 bulan: 1 – 3 tahun : 4 – 6 tahun :



25 – 30 gram per hari 20 gram per hari 15 gram per hari 12 gram per hari 8 gram per hari 6 gram per hari



Indeks BB/U di atas -2 SD



Indeks BB/TB di atas -2 SD



Gambar 8. Dampak dari intervensi dipantau melalui kenaikan berat badan



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



54



Dalam mempersiapkan PDK, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guna menjaga kebersihan dan kemananan penyajiannya. Berikut adalah cara untuk membersihkan dan sterilisasi peralatan, serta penyiapan PDK: A. Cara membersihkan peralatan PDK: a. mencuci tangan dengan sabun sebelum membersihkan dan mensterilkan peralatan minum bayi; b. mencuci semua peralatan (wadah/tempat PDK/sikat wadah) dengan sabun; dan c. membilas wadah dengan air yang mengalir B. Cara sterilisasi peralatan PDK: a. wadah harus terendam seluruhnya; b. panci ditutup dan biarkan sampai mendidih selama 5 – 10 menit; c. panci biarkan tertutup, biarkan wadah didalamnya sampai segera akan digunakan; d. mencuci tangan dengan sabun sebelum mengambil wadah; e. bila wadah tidak langsung digunakan setelah direbus botol harus disimpan ditempat yang bersih dan tertutup C. Cara Penyiapan PDK a. membersihkan tempat penyiapan PDK; b. mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan; c. rebus air minum sampai mendidih dalam panci tertutup; d. biarkan air tersebut didalam panci tertutup selama 10-15 menit agar suhunya turun menjadi tidak kurang dari 70°C; e. tuangkan air tersebut (suhunya tidak kurang dari 70°C) sebanyak yang dapat dihabiskan oleh bayi (jangan berlebihan) ke dalam wadah yang telah disterilkan; f. tambahkan PDK sesuai takaran yang dianjurkan pada label; g. aduk rata menggunakan sendok yang sudah disterilkan;



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



55



h. dinginkan segera dengan merendam bagian bawah wadah PDK di dalam wadah berisi air bersih dingin, sampai suhunya sesuai untuk diminum. i. sebelum memberikan PDK, pastikan tidak dalam keadaan panas untuk menghindari luka terbakar pada mulut bayi (dicoba dengan meneteskan PDK pada pergelangan tangan, akan terasa agak hangat, tidak panas); dan j. PDK tidak boleh disimpan, harus dikonsumsi dan dihabiskan dalam waktu 2 jam setelah pembuatan. Pemberian PKGK (PDK) pada balita BB tidak naik/weight faltering dan gizi kurang hanya berdasar indikasi medis dan hanya bisa dilakukan tim asuhan gizi di Puskesmas (dokter, perawat/bidan, ahli gizi, farmasi) sesuai dengan kompetensi dan wewenangnya



Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan, ahli gizi dan farmasi) sebagai tim asuhan gizi di Puskesmas: 1. Peran dokter: sebagai penanggung jawab pelayanan, menetapkan diagnosa dan tatalaksana penyakit serta pemberian terapi gizi pada balita 2. Peran perawat/bidan: melakukan asuhan keperawatan terkait malnutrisi dan penyakit penyerta 3. Peran ahli gizi: konfirmasi status gizi, melakukan asuhan gizi, edukasi dan konseling gizi pada balita Dalam hal tersebut, tenaga kesehatan dapat melibatkan masyarakat untuk: - Melakukan pemantauan pertumbuhan dan deteksi dini gangguan tumbuh kembang anak di Posyandu/ PAUD. Kader dan masyarakat dilatih mengenali tanda-tanda risiko: berisiko gagal tumbuh, kasus gizi kurang dan gizi buruk serta perawakan pendek pada anak PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



56



-



-



-



Upaya penjaringan balita berisiko gagal tumbuh, gizi kurang dan gizi buruk serta perawakan pendek. Masyarakat dapat melaporkan kepada petugas kesehatan jika menemukan anak dengan tanda-tanda hambatan pertumbuhan dan perkembangan de desanya. Membantu dan memantau keluarga yang mempunyai balita sakit dan mengingatkan waktu berkunjung ke pelayanan kesehatan Melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan pemangku kepentingan terkait dalam intervensi gizi Melaporkan hasil kegiatan pemantauan pertumbuhan dan merujuk ke Puskesmas bila ditemukan balita dengan masalah kesehatan dan atau masalah gizi.



Untuk dapat meningkatkan keberhasilan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan bagi balita berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang, dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang dapat dilakukan terintegrasi dengan kelas ibu hamil atau kelas ibu balita. Pemahaman serta fasilitasi dari orang tua dan keluarga dibutuhkan dalam: 1. penyediaan dan memastikan kecukupan konsumsi makanan bergizi bagi anak 2. memastikan makanan tambahan habis dikonsumsi 3. memberikan stimulasi perkembangan anak sesuai dengan yang tertera pada Buku KIA Ketiga hal di atas perlu disertai dengan adanya konseling gizi dan pendampingan oleh tenaga kesehatan (Masri et.al, 2020). B. Panduan Pemberian Makanan Tambahan 1. Prinsip Utama Pemberian Makanan Tambahan Berikut adalah prinsip utama pemberian makanan tambahan sesudah kembali ke Posyandu:



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



57



1. Setelah terapi gizi berhasil dan balita kembali dipantau di Posyandu, maka akan diberikan makanan tambahan lokal 14 hari dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penggunaan bahan lokal, serta konseling ASI dan PMBA 2. Hanya berupa tambahan dan bukan pengganti makanan utama 3. Berupa makanan siap santap— diutamakan mengandung sumber protein hewani dengan memperhatikan gizi seimbang; lauk hewani diharapkan dapat bersumber dari 2 macam sumber protein yang berbeda. Misalnya telur dan ikan, telur dan ayam, telur dan daging. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan protein yang tinggi dan asam amino esensial yang lengkap 4. Bagi baduta, pemberian makanan tambahan sesuai prinsip pemberian makanan bayi dan anak dan harus terus diiringi dengan pemberian ASI (diberikan secara ondemand sesuai kebutuhan anak) Tabel 6 menjelaskan komposisi kandungan makanan tambahan pangan lokal untuk balita setelah kembali ke Posyandu sesuai prinsip pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) berdasarkan Pedoman PMBA, WHO Infant and Young Child Feeding 2009, dan Permenkes 28 tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi Masyarakat Indonesia. Tabel 6. Panduan Pemberian Makan Baduta (6-23 Bulan)



Usia



6–8 bulan



Energi MP-ASI



Konsistensi /tekstur



200 kkal



Mulai dengan bubur kental, makanan lumat



Frekuensi



Jumlah setiap kali makan



2-3 kali setiap hari.12 kali selingan dapat diberikan



Mulai dengan 2-3 sendok makan setiap kali makan, tingkatkan bertahap hingga ½ mangkok



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



58



Usia



Energi MP-ASI



Konsistensi /tekstur



Frekuensi



Jumlah setiap kali makan berukuran 250 ml (125 ml)



9 – 11 bulan



12-23 bulan



Jika Tdk Dapat ASI (6-23 bulan)



300 kkal



550 kkal



Jumlah kalori sesuai dengan kelompok usia



Makanan yang dicincang halus dan makanan yang dapat dipegang bayi



3-4 kali setiap hari 12 kali selingan dapat diberikan



½ - ¾ mangkok ukuran 250 ml (125 – 200ml)



Makanan keluarga



3-4 kali setiap hari 12 kali selingan dapat diberikan



¾ - 1 mangkok ukuran 250 ml



Tekstur/ konsistensi sesuai dengan kelompok usia



Frekuensi sesuai dengan kelompok usia dan tambahkan 1-2 kali makan ekstra, 1-2 kali selingan dapat diberikan.



Jumlah setiap kali makan sesuai dengan kelompok umur, dengan penambahan 1-2 gelas susu per hari @250 ml dan 2-3 kali cairan



Sumber: WHO, 2009; WHO, 2010; WHO/PAHO, 2003; UNICEF, 2013 pada buku Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak, 2019



Sumber sebaiknya terdiri dari zat gizi lengkap dari makanan pokok tinggi protein (dengan mengutamakan protein sumber hewani) PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



59



Tabel 6 menjelaskan panduan pemberian makan anak usia 623 bulan sesuai dengan Buku Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) tahun 2019, mulai dari kebutuhan energi, konsistensi/tekstur, frekuensi, serta jumlahnya setiap kali makan. Anak usia 6-8 bulan harus mengkonsumsi sejumlah 200 kkal energi dari MP-ASI dengan tekstur bubur atau lumat, sebanyak 2-3 kali sehari dan 2-3 sendok makan setiap kali makan. Tekstur, jumlah, dan frekuensi makan ini ditingkatkan seiring dengan pertambahan usia anak. Tabel 7 juga menyajikan rekomendasi proporsi protein dan lemak sebesar minimal 10% dan 30% terhadap energi berdasarkan CMAM Technical brief: Management of Moderate Acute Malnutrition (MAM) – Current Knowledge and Practice (2014) (Annan R.A., Webb P., 2014). Di samping itu, untuk mendukung kejar tumbuh yang optimal, asupan makanan disarankan mengandung protein sekitar 10-16% dari total energi (Joosten & Meyer, 2010). Tabel 5. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan Sejumlah Energi MP-ASI balita (6 - 23 bulan) dalam Satu Hari dan Kebutuhan Sehari 24 – 59 bulan



Zat Gizi



Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr)



6–8 bulan 200



Usia Balita 9 – 11 12 – 23 bulan bulan 300 550



24 – 59 bulan 1.400



5*



7,5*



13,75*



35*



7



10



18



47



Sumber: WHO. (2012). Technical note: Supplementary foods for the management of moderate acute malnutrition in infants and children 6–59 months of age.



*Protein Energy Ratio (PER) sebesar 10% - 16% PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



Lemak 30% dari energi



60



Menu makan bersama untuk satu kali makan yang disiapkan sebanyak 30-50% MT sehari, dan memungkinkan ketika pulang dibawakan bahan makanan sumber protein hewani untuk dikonsumsi di rumah Memperhatikan kemungkinan besarnya porsi makanan yang disajikan dan untuk memastikan makanan tersebut dapat dikonsumsi habis, porsi MT yang diberikan saat makan bersama disarankan minimal mengandung 30-50% komposisi kandungan MP-ASI sebagaimana disajikan pada Tabel 7. Dengan demikian, balita diharapkan untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizi total dalam sehari. 2. Standar Kebutuhan Zat Gizi Balita Berikut Tabel Angka Kecukupan Gizi 2019 berdasar Permenkes 28/2019 (Kementerian Kesehatan RI, 2019) yang dianjurkan untuk Balita di Indonesia yang harus diketahui oleh penanggung jawab program dan pengelola gizi di berbagai tingkatan serta masyarakat.



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



61



Tabel 6. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Balita di Indonesia (Permenkes RI No. 28 tahun 2019) (Kementerian Kesehatan RI, 2019) Zat Gizi



Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Serat (g) Air (mL) Vitamin A (RE) Vitamin D (µg) Vitamin E (mg) Vitamin K (µg) Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Vitamin B3 (mg) Vitamin B5 (mg) Vitamin B6 (mg) Asam Folat (µg) Vitamin B12 (µg) Biotin (µg) Kolin (mg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Magnesium (mg) Besi (mg) Yodium (µg) Seng (mg) Selenium (µg) Mangan (mg) Fluor (mg) Kromium (µg) Kalium (mg) Natrium (mg) Klor (mg) Tembaga (µg)



Bayi dan Anak 0-5 bulan 550 9 31 59 0 700 375 10 4 5 0.2 0.3 2 1.7 0.1 80 0.4 5 125 40 200 100 30 0.3 90 1.1 7 0.003 0.01 0.2 400 120 180 200



6-11 bulan 800 15 35 105 11 900 400 10 5 10 0.3 0.4 4 1.8 0.3 80 1.5 6 150 50 270 275 55 11 120 3 10 0.7 0.5 6 700 370 570 220



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



1-3 tahun 1350 20 45 215 19 1150 400 15 6 15 0.5 0.5 6 2.0 0.5 160 1.5 8 200 40 650 460 65 7 90 3 18 1.2 0.7 14 2600 800 1200 340



4-6 tahun 1400 25 50 220 20 1450 450 15 7 20 0.6 0.6 8 3.0 0.6 200 1.5 12 250 45 1000 500 95 10 120 5 21 1.5 1 16 2700 900 1300 440



62



3. Standar Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal untuk Balita Standar kebutuhan zat gizi berdasarkan AKG 2019 pada kelompok usia 6-59 bulan berkisar 800-1400 kkal dan protein 15-25 gram per hari (secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3). Berdasarkan rekomendasi WHO tahun 2012, balita dengan gizi kurang membutuhkan tambahan asupan energi sebesar 25 kkal/kg BB Ideal/hari untuk mencapai penambahan berat badan sebanyak 5 gram/kg BB/hari (WHO, 2012). Dijelaskan pula bahwa dalam setiap 1000 kkal makanan yang ditambahkan yang diberikan, harus mengandung protein sebanyak 20-43 gram (8-16%) dan lemak 25-65 gram (22.5 – 58.5%). Lebih lanjut, CMAM Forum tahun 2014 merekomendasikan bahwa untuk proses pemulihan balita dengan gizi kurang, dibutuhkan setidaknya 30% dari energi terdiri dari lemak dan 10-15% dari protein (Annan R.A., Webb P., 2014). Berkaitan dengan variasi kebutuhan gizi anak usia 6-59 bulan, merujuk pada pemberian MT sebanyak 30-50% dari kebutuhan asupan makanan balita sehari sebagaimana disampaikan pada Tabel 7, berikut adalah perhitungan komposisi minimal kandungan makanan tambahan balita khususnya energi, protein, dan lemak yang disajikan dalam satu porsi kali makan : Tabel 7. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal yang diperuntukkan bagi Balita (6-59 bulan) di Indonesia



Zat Gizi



Usia Balita 9 – 11 bulan 60 – 100 90 – 150 2 – 3* 2 – 4* 2 – 3,3 3-5



6 – 8 bulan Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr)



12 – 23 bulan 165 – 275 4 – 7* 5,5 - 9



24 – 59 bulan 420 10,5* 14



*perhitungan jumlah protein ini telah mempertimbangkan prinsip kecukupan Protein Energy Ratio (PER) sebesar 10-16% PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



63



Sebagai contoh, balita usia 24-59 bulan yang mengalami gizi kurang diperkirakan membutuhkan tambahan asupan energi sebesar: 25 kkal x berat badan ideal = 25 kkal x 16 kg = 400 kkal/hari Dengan tambahan asupan energi sebesar 400 kkal per hari, dapat diketahui kebutuhan tambahan protein dan lemak sebesar 10-16 gram dan 10-26 gram. Kebutuhan ini dihasilkan dari perhitungan sebagai berikut: Protein = (10-16% x 400 kkal) : 4 kal/gram = 10-16 gram



Lemak = (22.5 – 58.5% x 400 kkal) : 9 kal/gram = 10-26 gram Tabel 8. Standar Bahan Makanan Tambahan bagi Baduta (6-23 bulan) MP ASI berbasis Pangan Lokal dari bahan Makanan Mentah Contoh Standar Bahan Makanan Contoh 1



Contoh 2



Bahan Makanan



BDD URT (gr) 6-11 bulan



BDD URT (gr) 12-23 bulan



Makanan Pokok (beras) Lauk Hewani (Ikan Kembung) Sayuran (Bayam) Minyak



25 gr



2,5 sdm



35



3,5 sdm



25



½ ptg



30



¾ ptg



10



1 sdm



20



2 sdm



7,5



1,5 sdt



7,5



1,5 sdt



Makanan Pokok (beras)



25 gr



2,5 sdm



35



3,5 sdm



Lauk Hewani



25



½ ptg



30



¾ ptg



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



64



Contoh Standar Bahan Makanan



Bahan Makanan



(Ikan Kembung) Sayuran (Wortel) Santan Contoh 3



Makanan Pokok (Beras) Lauk Hewani (Telur Ayam) Sayuran (Brokoli) Minyak Total Energi



BDD URT (gr) 6-11 bulan



BDD URT (gr) 12-23 bulan



10



1 sdm



20



2 sdm



5



1 sdt



5



1 sdt



25 gr



2,5 sdm



35



3,5 sdm



30



½ butir



50



1 butir kecil



10



1 sdm



20



2 sdm



5



1 sdt



5



1 sdt



175-200 kkal



225-275 kkal



Keterangan: 1. Standar menu makanan tambahan bagi baduta baik berupa kudapan maupun makanan lengkap dalam sekali makan ratarata mengandung:  Energi 175 – 200 kalori untuk usia 6-11 bulan dan 225 – 275 kalori untuk usia 12-23 bulan  Protein 9 gram (15%)  Lemak 11 gram (40%)  Karbohidrat 28 gram (45%) 2. Pemberian makanan tambahan bagi baduta harus terus diiringi dengan pemberian ASI dengan memperhatikan proporsi penerimaannya, yakni disarankan sebesar 30-50% dari makanan yang seharusnya dikonsumsi sehari. 3. Pemberian makanan tambahan dilakukan secara responsive feeding untuk menstimulasi kemampuan makan anak.



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



65



Tabel 9. Standar Bahan Makanan Tambahan Bagi Balita (24-59 bulan) untuk disiapkan sebanyak 1 kali makan (dalam bentuk Kudapan atau Makanan lengkap)



Bahan Makanan Makanan Pokok (beras) Lauk hewani 1 (telur) Lauk hewani 2 (ayam/ikan/daging) Lauk Nabati (kacang2an/ tempe/tahu) Sayur Buah Minyak/lemak



Berat Ukuran Rumah Tangga (gram) (URT) 50 ½ gelas 30 30



1 butir telur ayam ukuran kecil ½ potong sedang/1/2 ekor



25



½ potong sedang



30 50 5



1/3 gelas ukuran 250 ml 1 buah 1 sdt



Sumber: panganku.org



Keterangan 1. Makanan tambahan bagi balita yang berupa makanan kudapan maupun makanan lengkap sebaiknya terdiri dari zat gizi yang lengkap yang berasal dari makanan pokok, sumber lauk pauk hewani dan nabati serta sayur dan buah 2. Standar menu makanan tambahan bagi balita usia 24-59 bulan baik berupa kudapan maupun makanan lengkap dalam sekali makan rata-rata mengandung:  Energi 393,35 kalori  Protein 16,5 gram (17%)  Lemak 15 gram (33%)  Karbohidrat 51 gram (50%) 3. Bahan makanan yang digunakan untuk membuat makanan tambahan bagi balita disesuaikan dengan sumber daya lokal setempat PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



66



1) Makanan pokok dapat berupa jagung, singkong, ubi, kentang, talas dan tepung-tepungan 2) Lauk hewani dapat berupa telur, berbagai ikan, ayam, dan daging maupun sumber lauk hewani yang terdapat disekitar wilayah sasaran 3) Lauk nabati dapat berupa tempe, tahu, maupun kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang hijau, kacang polong, kacang kedelai, dll 4) Sayuran dan buah sebaiknya menggunakan yang berwarna hijau atau orange/merah/kuning karena mengandung lebih banyak vitamin dan mineral dibandingkan yang tidak berwarna. 4. Jumlah bahan makanan (kuantitas) yang digunakan dalam satu kelompok bahan makanan disesuaikan dengan Panduan Bahan Makanan Penukar. Misalnya: beras 60 gram (nasi 120 gram) dapat digantikan dengan kentang 210 gram (2 buah sedang) 5. Lauk hewani diharapkan dapat bersumber dari 2 (dua) macam sumber protein yang berbeda. Misalnya telur dan ikan, telur dan ayam, telur dan daging. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan protein yang tinggi dan asam amino esensial yang lengkap. 6.



Buah sebaiknya menggunakan buah utuh. Selain karena lebih aman juga waktu mengonsumsinya dapat disesuaikan.



7.



Makanan tambahan baik berupa kudapan dan makanan lengkap bagi ibu hamil bagi balita dapat dikreasikan sesuai dengan kearifan setempat. Prinsipnya berupa makanan padat gizi dan memenuhi standar yang telah ditentukan. Untuk menghitung kebutuhan bahan pangan yang akan dibeli perlu mempertimbangkan berat kotor dan berat bersih.



8.



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



67



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



68



C. Edukasi Gizi untuk Ibu Balita Edukasi gizi bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu hamil serta orang tua/pengasuh balita sasaran dalam penerapan gizi seimbang/isi piringku, pemanfaatan dan pengolahan bahan pangan lokal dalam konsumsi makanan sehari hari. Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: a. Konseling Gizi Konseling gizi merupakan bagian integral dari pelayanan gizi untuk memastikan terjadinya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku pada ibu hamil dan ibu balita serta pengasuh agar dapat menerapkan pola makan sesuai prinsip gizi seimbang sesuai kondisi dan kebutuhannya. Konseling gizi dilakukan secara individual dengan mengutamakan komunikasi interpersonal. b. Penyuluhan gizi Kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu balita sasaran yang dilakukan dengan kelompok kecil, bersamaan dengan pelaksanaan pemberian makan tambahan. Kegiatan ini dapat dilakukan bersamaan dengan jadwal posyandu, atau kegiatan masyarakat lainnya (contoh kelas ibu hamil dan ibu balita). Pelaksanaan penyuluhan dilakukan antara 15 – 30 menit bertempat di Posyandu atau tempat lain yang disepakati bersama. Materi penyuluhan terkait dengan kebutuhan gizi, pemilihan pangan dan aspek kesehatan ibu hamil dan balita dengan memanfaatkan media yang sudah tersedia di Puskesmas. c. Demonstrasi masak Kegiatan demonstrasi masak ini bertujuan agar ibu hamil dan orang tua/pengasuh balita sasaran memperoleh keterampilan yang cukup dalam pemilihan, penyiapan, dan pengolahan makanan untuk ibu hamil dan anak balita. Kegiatan demo masak ini dilakukan setelah penyuluhan gizi setiap 1 bulan sekali agar PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



69



sasaran memperoleh pengetahuan tentang aspek gizi dan kesehatan pada anak balita dan ibu hamil. Peralatan memasak dan bahan makanan berbasis pangan lokal disiapkan oleh tim pelaksana tingkat desa. Adapun beberapa contoh menu untuk demo ini dapat merujuk pada pada Lampiran 3. Berikut informasi kunci yang penting untuk diketahui oleh ibu balita untuk dapat memenuhi kebutuhan gizinya:



Pesan Kunci untuk Ibu Balita: 























ASI adalah sumber gizi yang lengkap, cukup, dan seimbang bagi bayi di bawah usia 6 bulan; kandungan proteinnya setara dengan protein hewani Berikan protein hewani dalam jumlah yang cukup sedini mungkin saat mulai pemberian MPASI (usia anak 6 bulan) Konsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi berdasarkan usia secara jumlah, frekuensi makan, konsistensi dan variasi makanan. Pada baduta, pemberian makan harus sesuai Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) Konsumsi makanan yang mengandung zat gizi lengkap yaitu karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, vitamin dan mineral Utamakan pemberian protein hewani pada asupan makanan balita. Anak membutuhkan asupan protein dan lemak lebih banyak sedangkan serat lebih sedikit dibandingkan orang dewasa. Disiplin dalam menjalankan prinsip keamanan pangan, kebersihan, dan sanitasi lingkungan, serta stimulasi perkembangan



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



70



1. Contoh Topik dan Jadwal Edukasi Gizi Dalam menyelenggarakan edukasi gizi, berikut adalah contoh topik dan jadwal pendidikan gizi ASI dan PMBA, dimana di lapangan dapat bersifat situasional (sesuai kebutuhan), bersamaan dengan pemantauan mingguan. Materi dapat diberikan pada kelas Ibu Balita. Tabel 10. Topik atau Materi Pendidikan Gizi yang dapat diberikan sesuai Kebutuhan di Lapangan Minggu ke1



Topik/Materi Edukasi   



2



 



3



 



4



   



Pemantauan Tumbuh Kembang Inisiasi menyusui dini, menyusui eksklusif (manfaat dari menyusui) dan posisi menyusui yang baik Tanda-tanda kecukupan ASI (lihat buku KIA 2020) Pemberian MPASI usia 6 bulan-2 tahun sesuai rekomendasi (PMBA) Perawatan Anak dan pemberian makan secara responsif Gizi anak (bahan makanan sumber protein hewani) Gizi seimbang (komposisi gizi makro dan mikro) Demonstrasi masak Cara penyiapan dan pengolahan makanan yang aman Gizi seimbang (mis. cara membaca label) Stimulasi perkembangan



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



71



2. Pesan Pendidikan Gizi: Pemenuhan Gizi Balita Di bawah ini disajikan beberapa contoh pesan pendidikan gizi yang dapat disampaikan kepada Ibu Balita: a. Pentingnya Menyusui  ASI eksklusif diberikan kepada bayi sampai dengan usia 6 bulan  Usia 6 bulan ditambah dengan MP ASI  ASI dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau lebih dengan memperhatikan pertumbuhan, perkembangan serta pemberian makanan yang adekuat dan memenuhi gizi seimbang anak.



Gambar 9. Pemberian ASI Eksklusif



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



72



Gambar 10. Pelekatan yang Benar saat Menyusui



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



73



b. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI)



Pemberian Makanan Pendamping adalah proses pemberian makanan dan cairan lainnya yang diberikan kepada bayi mulai usia 6 bulan ketika ASI saja tidak lagi mencukupi kebutuhan gizi bayi. Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan yang diolah dari bahan lokal yang tersedia di rumah yang tepat digunakan sebagai makanan untuk bayi mulai usia 6 bulan. MPASI dibuat dari menu makanan keluarga dan pada masa pemberian MPASI, ASI tetap terus diberikan.



Gambar 11. Pemenuhan Gizi Balita usia 6-23 Bulan



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



74



Gambar 12. Cara Membuat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI)



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



75



d. Pemantauan Pertumbuhan Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan program perbaikan gizi yang menitik beratkan pada upaya pencegahan dan penanggulangan keadaan gizi balita, meliputi:  Penimbangan dan pengukuran PB/TB secara teratur, pengisian Kurva Pertumbuhan Buku KIA, penentuan status pertumbuhan berdasarkan kenaikan berat badan.  Tindak lanjut setiap kasus gangguan pertumbuhan (berupa konseling dan rujukan)  Tindak lanjut berupa kebijakan dan program di tingkat masyarakat serta meningkatkan motivasi untuk memberdayakan keluarga D. Panduan Pengukuan Antropometri pada Balita Teknik menimbang BB bayi < 2 tahun menggunakan timbangan dengan ketelitian 5-10 gram Langkah-langkah: 1. Letakkan timbangan di tempat yang rata, datar, dan keras. Bersih dan tidak ada beban lain di atas timbangan



1



3 PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



76



2. Baterai dipasang pada tempatnya dengan memperhatikan posisi baterai jangan sampai terbalik. 3. Tekan tombol power/On dinyalakan dan memastikan angka pada jendela baca menunjukan angka nol. Posisi awal harus selalu berada diangka nol (jendela baca 0,00 kg). Bila memiliki unit alat pengukuran dengan dua jenis satuan pengukuran (pound atau kg), tekan tombol UNIT HOLD sampai display sudah menunjukkan 0,00 (kg)



3



3



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



77



4. Letakkan bayi diatas piring timbangan dengan memakai pakaian seminimal mungkin/ keadaan telanjang dan tidak memegang sesuatu



5. Tekan tombol UNIT HOLD, tunggu hingga tulisan “HOLD” pada display berhenti berkedip untuk mendapatkan berat bayi. Bila ragu-ragu, ulangi pemeriksaan 2-3 kali dan diambil rerata.



7 5 PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



78



6. Catat dan plot BB pada grafik pertumbuhan sesuai jenis kelamin 7. Untuk mematikan timbangan, tekan tombol OFF



Teknik menimbang BB bayi ≥ 2 tahun menggunakan timbangan dengan ketelitian 5-10 gram A. Persiapan Sumber energi timbangan digital dapat berasal dari baterai atau cahaya. Untuk timbangan yang menggunakan cahaya, timbangan harus diletakkan pada tempat dengan pencahayaan yang cukup pada saat digunakan. B. Cara Pemasangan 1. Memastikan kelengkapan dan kebersihan timbangan 2. Memasang baterai pada timbangan yang menggunakan baterai. 3. Meletakkan timbangan di tempat yang datar, keras, dan cukup cahaya. 4. Menyalakan timbangan “ON” dan memastikan bahwa angka yang muncul pada layar baca adalah 00,0. 5. Timbangan siap digunakan. C. Langkah-Langkah 1. Sepatu dan pakaian luar anak harus dilepaskan dan anak menggunakan pakaian seminimal mungkin 2. Nyalakan dengan menekan tombol ON TARE/TARA 3. Pilih unit pengukuran (pound atau kg) dengan menekan tombol UNIT HOLD sampai display sudah menunjukkan 0,00 (kg) 4. Saat (display) layar baca menunjukkan 0,00 posisikan anak (berdiri) tepat di tengah sesuai pijakan serta tetap berada di atas timbangan sampai angka berat badan muncul pada layar baca dan sudah tidak berubah 5. Tekan tombol UNIT HOLD, tunggu hingga tulisan “HOLD” pada display berhenti berkedip untuk mendapatkan berat PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



79



anak. Bila ragu-ragu, ulangi pemeriksaan 2-3 kali dan diambil rerata. 6. Petugas membaca dan segera mencatat hasil penimbangan yang ditunjukkan pada layar baca 7. Catat dan plot BB pada grafik pertumbuhan sesuai jenis kelamin 8. Untuk mematikan timbangan, tekan tombol OFF, pastikan timbangan dimatikan setelah dipakai dan disimpan kembali pada tempatnya Teknik mengukur panjang badan menggunakan Infantometer/Length Board A. Cara Pemasangan 1. Alat harus dipastikan dalam kondisi baik dan lengkap, alat penunjuk ukuran (meteran) dapat terbaca jelas dan tidak terhapus atau tertutup. 2. Alat ditempatkan pada tempat yang datar, rata dan keras. 3. Alat ukur panjang badan dipasang sesuai petunjuk. Harus dipastikan bahwa alat geser dapat digerakkan dengan baik. 4. Panel bagian kepala diposisikan pada sebelah kiri pengukur. Posisi pembantu pengukur berada di belakang panel bagian kepala.



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



80



B. Cara Penggunaan 1. Sepatu/alas kaki, kaus kaki, hiasan rambut, tutup kepala, dan aksesoris lainnya pada balita harus dilepaskan. 2. Menyiapkan alas tipis (bukan bantal) untuk bagian kepala balita. 3. Balita dibaringkan telentang pada papan dengan puncak kepala menempel pada panel bagian kepala (yang tetap). 4. Pengukuran dilakukan oleh dua orang 5. Pengukur pertama memegang dan menekan lutut atau tulang kering balita agar kaki lurus dengan permukaan alat ukur. 6. Pengukur kedua meletakkan tangan pada telinga balita (lengan pengukur pertama harus lurus dan tidak tegang). 7. Pengukur kedua memastikan kepala balita datar di papan dan garis imajiner (dari titik cuping telinga ke ujung mata) tegak lurus dengan lantai tempat balita dibaringkan. 8. Pengukur pertama menggerakkan alat geser ke arah telapak kaki balita hingga posisi telapak kaki tegak lurus menempel pada alat geser. Pengukur pertama dapat mengusap telapak kaki balita agar balita dapat 9. PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



81



10. menegakkan telapak kakinya ke atas dan telapak kaki segera ditempatkan menempel pada alat geser. 11. Pengukur pertama membaca hasil pengukuran dimulai dari angka kecil ke besar 12. Pembacaan hasil pengukuran harus dilakukan dengan cepat dan seksama karena anak akan banyak bergerak. 13. Hasil pembacaan disampaikan kepada pembantu pengukur untuk segera dicatat.



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



82



Teknik mengukur panjang/tinggi badan menggunakan Stadiometer Alat ukur panjang dan tinggi badan • • •







Saat ini telah dikembangkan alat yang dapat digunakan sebagai alat ukur panjang maupun tinggi badan yang lebih praktis digunakan Cara pemasangan alat ini disesuaikan dengan tujuan penggunaan. Jika akan digunakan untuk mengukur panjang badan, alat diletakkan berbaring di atas meja atau di lantai. Prinsip penggunaan alat sama dengan infantometer Jika akan digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini diletakkan berdiri.



Catatan hasil pengukuran panjang/tinggi badan anak harus disertai dengan keterangan posisi pengukuran, telentang atau berdiri.



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



83



Cara mengukur tinggi badan: 1. Sepatu/alas kaki, kaus kaki, hiasan rambut, dan tutup kepala pada anak dilepaskan. 2. Pengukur utama memposisikan anak berdiri tegak lurus di bawah stadiometer. Tangan kiri pengukur pertama memegang dagu anak dan melihat skala ukur. Pastikan pandangan anak lurus ke depan. Kepala harus dalam posisi tegak lurus dengan tiang. 3. Pengukur kedua memposisikan tangan kiri pada lutut anak, menekan kaki anak ke papan dengan lembut agar anak berdiri tegak. Tangan kanan pada tulang kering anak, tungkai anak menempel ke papan dan tempat berpijak.



4. Pengukur pertama memastikan bahu anak datar, tangan anak di samping dan lurus.



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



84



5. Pengukur pertama memastikan 5 bagian tubuh anak menempel di tiang skala yaitu: bagian belakang kepala, punggung, bokong, betis dan tumit. Pada anak dengan obesitas, minimal 2 bagian tubuh menempel di dinding yaitu punggung dan bokong. 6. Pengukur kedua memposisikan kedua lutut dan tumit anak rapat sambil menekan perut anak agar anak berdiri dengan tegak. 7. Pengukur pertama menarik alat geser atau kepala stadiometer sampai menyentuh puncak kepala anak dalam posisi tegak lurus ke tiang skala. 8. Pengukur membaca angka pada jendela baca tepat pada garis merah dengan arah baca dari atas ke bawah.



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



85



BAB IV. POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN LOKAL A. Potensi Pangan Lokal Pangan lokal adalah pangan yang tersedia di wilayah dan biasa dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Potensi sumber daya pangan lokal pada dasarnya tinggi, namun belum semua komoditas pangan lokal tersedia data produksi dan distribusinya di setiap daerah. Indeks ketahanan pangan (Food Security) digunakan untuk mengetahui ketahanan pangan suatu daerah. Indeks ini terdiri dari dimensi ketersediaan pangan, keterjangkauan/akses pangan dan pemanfaatan pangan termasuk didalamnya sumber air (minum) yang bersih dan aman. Gambar 13. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan 2021



Peta di atas memperlihatkan bahwa secara umum kabupaten di provinsi di wilayah timur Indonesia memiliki tingkat ketahanan pangan yang lebih rendah dibandingkan wilayah barat Indonesia. Selain itu, kabupaten yang terletak di kepulauan juga memiliki tingkat kerentanan terhadap PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



86



kerawanan pangan yang lebih tinggi dibandingkan daerah bukan kepulauan dengan penyebab/karakterisik yang sama. Berdasarkan provinsi, data ketahanan pangan dapat dilihat pada Lampiran 4. Namun demikian, meskipun pada tingkat provinsi, suatu wilayah dapat dikategorikan sebagai wilayah tahan pangan, namun pada tingkat kabupaten/kota masih terdapat disparitas. Di bawah ini adalah sebaran kabupaten yang dikategorikan rentan pangan: 1. Kabupaten Prioritas 1 di Provinsi Papua, Papua Barat, Sumatera Barat, Maluku dan Riau 2. Kabupaten Prioritas 2 di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Maluku, Aceh, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tengah. 3. Kabupaten Prioritas 3 di Provinsi Kepulauan Riau, Maluku, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua Barat, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, dan Papua Barat. Berdasarkan hasil analisis data Survei Diet Total tahun 2014, ditemukan bahwa pangan yang dikonsumsi sangat beragam. Secara nasional ditemukan sebanyak 2.104 jenis pangan dari 17 kelompok bahan pangan. Pengelompokkan 2.104 jenis pangan berdasarkan kelompok pangan disajikan pada Tabel 15. Tabel 11. Jumlah Jenis Pangan yang Dikonsumsi menurut Kelompok Pangan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Kelompok Pangan Serealia Umbi-umbian Kacang-kacangan Sayuran Buah-buahan Daging Jeroan Ikan



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



Jumlah Jenis Pangan 198 102 95 309 190 75 67 468 87



9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.



Telur Susu Minyak dan lemak Gula dan konfeksionari Bumbu Minuman Makanan komposit Air Suplemen Total



17 31 24 74 164 127 51 5 107 2104



Tabel 15 menunjukkan setiap kelompok pangan memiliki beraneka ragam jenis pangan. Lima kelompok pangan yang memiliki variasi terbanyak adalah: ikan (468), sayuran (309), serealia (198), buah-buahan (190) dan bumbu (164). Konsumsi pangan pada setiap provinsi pun beranekaragam. Gambar 14 menunjukkan jumlah jenis pangan yang dikonsumsi penduduk di setiap provinsi dan sebarannya.



Gambar 14. Jumlah Jenis Pangan yang Dikonsumsi di setiap Provinsi



Provinsi yang mengonsumsi berbagai jenis pangan yang paling banyak dan beraneka ragam adalah Provinsi Jawa Tengah (1.022 jenis pangan), Jawa Timur (1.020 jenis pangan), dan Jawa Barat (958 jenis pangan). Provinsi dengan PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



88



konsumsi jenis pangan yang paling sedikit adalah Gorontalo (301 jenis pangan), Sulawesi Barat (351 jenis pangan) dan Maluku Utara (387 jenis pangan). Secara nasional, berdasarkan data Susenas Maret 2020, konsumsi energi dan protein masyarakat Indonesia sudah mencapai Angka Kecukupan Gizi sebesar 2.112 kkal dan 62 gram per hari (dari 2.100 kkal dan 57 gram protein yang dianjurkan) (Badan Pusat Statistik, 2020). Namun, distribusi asupan protein hewani seperti daging dan telur/susu pada penduduk dengan kelompok pengeluaran kuintil 1 dan 2 berkisar 3 - 4.5 kali lebih rendah dibandingkan pendukuk kuintil 4 dan 5. Di sisi lain, asupan protein nabati penduduk kuintil 1 dan 2 adalah 2 kali lebih besar dari asupan protein hewaninya. Berbagai studi menyebutkan bahwa asupan protein dan energi yang seimbang (protein kurang dari 25% dari kandungan energi dalam makanan) berkontribusi terhadap 31% penurunan risiko bayi lahir kecil. Hasil ini bahkan lebih jelas terlihat pada ibu hamil dengan gizi kurang atau kurus (Imdad & Bhutta, 2012), memperbaiki pertumbuhan janin, meningkatkan berat (mencapai 95-324 gram) dan panjang lahir (4,6 – 6,1 mm), serta mengurangi risiko BBLR sebesar 632% (Liberato et al., 2013). Oleh karena itu, dirasa penting untuk memperhatikan asupan protein, khususnya protein hewani yang lebih mudah dicerna oleh tubuh salah satunya berkaitan dengan minimnya zat anti gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil, khususnya ibu hamil KEK (Berrazaga et al., 2019; Gilani et al., 2012). B. Potensi Sumber Protein Hewani dan Pola Konsumsi Pada periode 5 tahun terakhir (tahun 2015-2019), angka konsumsi ikan nasional mengalami peningkatan sebesar 6,39% sedangkan pada periode 8 tahun terakhir (tahun 2012-2019) mengalami peningkatan sebesar 6,51%. Peningkatan angka konsumsi ikan nasional dari tahun ke tahun didukung oleh kampanye nasional Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) yang dilaksanakan di seluruh provinsi. PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



89



Sebagai negara maritim dengan luas laut sekitar 3.544.743.9 km2 setara dengan 64,97 persen dari luas total negara Indonesia, potensi sumber daya laut yang dimiliki Indonesia sangat luas, sehingga potensi hasil ikan nya pun melimpah. Ikan merupakan makanan yang tergolong menyehatkan karena banyak mengandung asam lemak tak jenuh omega 3. Konsumsi kalori berasal dari ikan tertinggi adalah Kalimantan Utara, yaitu sebesar 101,24 kkal sementara yang terendah adalah di provinsi DI Yogyakarta (24,76 kkal). Konsumsi daging di Indonesia masih tergolong sedikit, bahkan bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara. Selain harganya yang mahal, rendahnya konsumsi daging penduduk Indonesia juga disebabkan oleh daya beli penduduk yang rendah. Penduduk yang mengkonsumsi kalori berasal dari daging paling tinggi terdapat di Kepulauan Riau yaitu sebesar 116,68 kkal sedangkan yang terendah di Maluku Utara sebesar 17,47 kkal. Selain ikan dan daging, telur juga merupakan sumber protein, asam amino, dan lemak yang sehat, sedangkan susu mengandung asam lemak, protein dan kalsium. Penduduk di provinsi DKI Jakarta paling tinggi mendapatkan kalori yang berasal dari telur dan susu. Konsumsi kalori per kapita penduduk Provinsi DKI Jakarta sebesar 101,08 kkal, sedangkan penduduk di Provinsi Maluku Utara mengkonsumsi kalori yang berasal dari telur dan susu hanya sebesar 28,83 kkal. Tingkat partisipasi konsumsi pangan hewani yang tinggi adalah ikan dan telur, diikuti daging unggas terutama dari ayam ras. Konsumsi ikan dalam rumah tangga (KIDRT) berdasarkan raw data Susenas tahun 2019 sebesar 35,43 kg/kapita atau naik 2,99% dibandingkan KIDRT tahun 2018 sebesar 34,40 kg/kapita. KIDRT tahun 2019 sebesar 34,43 kg/kapita/tahun setara ikan utuh segar terdiri atas konsumsi ikan dan udang segar (KIDS) sebesar 28,80 kg/kapita, konsumsi ikan dan udang awetan (KIDA) sebesar 4,72 kg/kapita, serta konsumsi PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



90



ikan dan udang dalam makanan/minuman jadi (KIMJ) sebesar 1,91 kg/kapita. Berdasarkan wilayah provinsi, KIDRT tahun 2019 tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 49,42 kg/kapita setara dengan 127.568 ton ikan utuh segar, dilanjutkan oleh Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 48,28 kg/kapita setara dengan 129.675 ton ikan utuh segar dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 47,78 kg/kapita setara dengan 71.117 ton ikan utuh segar. KIDRT tahun 2019 terendah terdapat di Provinsi Jawa Tengah sebesar 18,88 kg/kapita setara dengan 646.174 ton ikan utuh segar, dilanjutkan oleh Provinsi DI. Yogyakarta sebesar 19,52 kg/kapita setara dengan 76.597 ton ikan utuh segar dan Provinsi Jawa Barat sebesar 21,19 kg/kapita setara dengan 1.079.019 ton ikan utuh segar.



PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG



91



BAB V. PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BAGI IBU HAMIL KEK, BALITA BERAT BADAN TIDAK NAIK/WEIGHT FALTERING, BERAT BADAN KURANG DAN GIZI KURANG Kegiatan penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan berbasis pangan lokal siap santap bagi ibu hamil KEK dan balita usia 6-59 bulan dengan berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang dilaksanakan melalui proses bantuan pemerintah Pusat, kepada penerima bantuan Dinas Kabupaten/Kota, dan selanjutnya pada pelaksanaan di tingkat Kecamatan sampai Desa dengan pembagian peran berdasarkan tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut: Kegiatan Menyusun dan menetapkan petunjuk teknis kegiatan dan media pendidikan gizi; Melakukan sosialisasi, koordinasi, integrasi dan advokasi dengan lintas program dan lintas sektor pelaksanaan kegiatan di lapangan



Pusat



Kabupaten/ Kecamatan/ Desa Kota Puskesmas























92



Kegiatan secara berjenjang; Menetapkan tim persiapan dan tim pengawas dalam pelaksanaan kegiatan Menetapkan mitra pelaksana kegiatan dan membuat perjanjian kerja sama Menetapkan lokasi kabupaten/kota hingga desa untuk pelaksanaan kegiatan Menyusun proposal rencana kegiatan dan kebutuhan anggaran Membentuk tim pelaksana Membentuk tim pendamping



Pusat







Kabupaten/ Kecamatan/ Desa Kota Puskesmas























































93



Kegiatan Mendata dan merekap sasaran program Melakukan sosialisasi kegiatan (teknis dan administrasi) Melakukan orientasi kegiatan kepada kader/PKK Melaksanakan pemberian Makanan Tambahan berbasis pangan lokal siap santap (persiapan dan pelaksanaan) Melakukan promosi dan edukasi gizi Melakukan pendampingan secara berjenjang dan berkala dari tingkat pusat



Pusat



Kabupaten/ Kecamatan/ Desa Kota Puskesmas √



















































94



Kegiatan sampai tingkat desa serta pendampingan ke sasaran Membina, memantau, mengevaluasi, mengawasi, mengendalikan, dan melaporkan kegiatan melalui pertemuan secara berkala. Melakukan pemantauan pengolahan, penyajian dan keamanan pangan Menyusunan laporan substansi dan keuangan Melakukan tindakan perbaikan bila ada masalah dalam penyelenggaran PMT



Pusat







Kabupaten/ Kecamatan/ Desa Kota Puskesmas























































95



Dalam rangka implementasi dan perluasan cakupan Pemberian Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal bagi Ibu Hamil KEK dan balita berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi, diperlukan dukungan dan peran K/L terkait sesuai dengan tugas masing-masing berdasarkan Perpres No 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting dan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG). Mitra non pemerintah seperti dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tingi, organisasi profesi, mitra pembangunan, media massa, dan berbagai kelompok masyarakat madani lainnya dapat terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam pengelolaan kegiatan pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil KEK berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang mengikuti Petunjuk Teknis Penyaluran Dana Bantuan Pemerintah dalam rangka Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis Pangan Lokal untuk Ibu Hamil KEK, Pangan Lokal dan atau Pangan Olahan Diet Khusus (PDK) bagi Balita Gizi Kurang, Berat Badan Kurang, Tidak Naik Berat Badan/Weight Faltering Tahun 2022 yang mengacu pada peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2021 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Kesehatan Lebih lanjut, tahapan penyelenggaraan pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal meliputi: persiapan, perencanaan,pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan sebagaimana berikut: 1. Tahap Persiapan a) Penetapan Kabupaten/Kota penerima b) Penyusunan Petunjuk Teknis Kegiatan



96



c) d) e) f)



Pemberitahuan Kegiatan Sosialisasi Pembekalan/Orientasi Tim Pelaksana di Desa Pemerintah di Lingkungan Kementerian Kesehatan



2. Tahap Perencanaan a) Penyusunan proposal kegiatan b) Penetapan Tim Pelaksana Kegiatan 3. Tahap Pelaksanaan a) Menyusun Menu sesuai Standar b) Pembelian Bahan Makanan c) Pemberian Makanan Tambahan Kegiatan pemberian makanan tambahan sebaiknya disertai pendampingan, edukasi/konseling gizi, tatalaksana penyakit apabila sasaran ada penyakit penyerta dan meminimalisir faktor risiko lainnya. a. Pemberian Makanan Tambahan Setiap sasaran menerima makanan tambahan sesuai dengan protokol yang telah disampaikan di atas. Kegiatan ini sebaiknya dintegrasikan dengan program yang ada di desa seperti antara lain: kelas ibu balita dan didahului dengan edukasi gizi atau penyuluhan gizi. Untuk pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal, edukasi gizi dapat berupa demonstrasi masak, makan bersama-sama diantar ke rumah sasaran, atau mekanisme lain yang mendukung sesuai kondisi wilayah. Selain melalui kelas ibu hamil/ibu balita, penyiapan makanan tambahan berbasis pangan lokal dapat dilakukan dengan: 1) Tim pelaksana langsung menyiapkan makanan tambahan siap santap: dimakan bersama kelompok sasaran di suatu tempat, atau



97



2) Menunjuk penyelenggara makanan (contoh: warung lokal) untuk mengolah sesuai dengan menu yang telah disusun dan dibawah pengawasan tim pelaksana. b. Pendampingan, Pelaksanaan Edukasi Gizi dan Demo Masak Secara Berkala Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan orang tua balita dan ibu hamil sasaran dalam penerapan gizi seimbang/isi piringku dan pemanfaatan bahan pangan lokal dalam konsumsi makanan sehari hari. Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan kelompok maupun perorangan secara langsung kepada orang tua balita atau ibu hamil selama pendampingan. Materi yang diberikan terkait dengan kebutuhan gizi, pemilihan pangan dan aspek kesehatan balita dan ibu hamil dengan memanfaatkan media yang sudah tersedia di Puskesmas. Penyuluhan kelompok dapat disertai dengan demonstrasi masak yang dilakukan di lakukan di kelas ibu balita/ibu hamil. Edukasi ini juga dapat diperluas di tingkat masyarakat kepada penyelenggara atau penyedia makanan untuk memahami pentingnya pemenuhan gizi pada ibu hamil dan mendorong partisipasi untuk penyediaan paket menu sesuai kebutuhan ibu hamil sesuai standar kebutuhannya selama kehamilan dengan mengacu pada pedoman gizi seimbang. c. Cara Pengolahan Pengolahan makanan dilakukan sesuai dengan cara pengolahan yang biasa dilakukan sehari-hari dengan memperhatikan aspek higiene dan sanitasi. Dalam hal ini, bahan makanan harus dicuci sampai bersih, air yang



98



digunakan juga air bersih yang layak minum. Selain itu, peralatan yang digunakan harus bersih dan orang yang mengolah makanan juga harus menjaga kebersihan diri. Prinsip-prinsip dalam pengolahan bahan makanan perlu diperhatikan untuk mempertahankan zat gizi yang terkandung dalam bahan makanan serta meningkatkan daya cerna makanan. Teknis pengolahan makanan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 16 berikut:



99



Tabel 12. Teknik Pengolahan Makanan No.



1.



2.



Cara Pengolahan



Merebus



Mengukus



Prinsip pengolahan ● ● ● ●



● ● ● ●



3.



Memanggang ● ● ●



4.



Membakar ●



5.



Menggoreng



● ●



Gunakan air bersih secukupnya Semua bahan terendam Air mendidih (suhu sekitar 100º C) Lama perebusan sampai tingkat kematangan yang dikehendaki termasuk bagian dalam bahan makanan Gunakan air bersih secukupnya Lama pengukusan sampai tingkat kematangan yang dikehendaki termasuk bagian dalam bahan makanan Panaskan alat pemanggang (oven) sampai panas yang dikehendaki sebelum bahan dimasukkan Lama pemanggangan sampai tingkat kematangan yang dikehendaki termasuk bagian dalam bahan makanan Untuk memanggang daging atau pangan tinggi protein, hindari sampai terbakar (arang) Siapkan bahan pembakar (arang/kayu) sampai terbentuk bara api sebelum bahan makanan dibakar Lama pembakaran sampai tingkat kematangan yang dikehendaki termasuk bagian dalam bahan makanan Untuk membakar daging atau pangan tinggi protein, hindari sampai terbakar (arang) Gunakan minyak goreng secukupnya Panaskan minyak goreng sampai suhu yang dikehendaki sebelum bahan dimasukkan



100



No.



6.



Cara Pengolahan



Prinsip pengolahan



● Lama penggorengan sampai tingkat kematangan yang dikehendaki termasuk bagian dalam bahan makanan ● Dianjurkan menggunakan minyak goreng yang sama tidak lebih dari dua kali penggorengan ● Memasak makanan dengan minyak sedikit ● Panaskan minyak goreng sampai suhu Menumis yang dikehendaki sebelum bahan dimasukkan ● Lama memasak dengan waktu singkat Sumber: Fellows, 2009 d. Persyaratan penjamah makanan 1) Surat pernyataan berbadan sehat 2) Dimasa pandemi COVID 19, sudah divaksinasi minimal 2 kali 3) Bersedia menjalankan prinsip higiene dan sanitasi selama proses penyelenggaraan makanan tambahan pangan lokal (seperti menjaga kebersihan diri dan bahan pangan, serta peralatan yang dipergunakan) e. Pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal menerapkan protokol kesehatan dengan memperhatikan hal-hal lainnya sebagaimana berikut: 1) Jadwal pemberian makan disesuaikan dengan kondisi setempat (contoh: dibuat jadwal/pembagian kupon) 2) Pengambilan makanan dilakukan dengan tertib sesuai jadwal yang telah disepakati, menjaga jarak dan menggunakan masker 3) Menyediakan tempat cuci tangan (dengan air mengalir dan menggunakan sabun) atau hand sanitizer di lokasi pembagian makanan



101



4.



Pengendalian dan Pemantauan a) Pengendalian Pengendalian kegiatan di lapangan menjadi sangat penting demi keberhasilan program, secara umum tujuan pengendalian kegiatan adalah: 1) Memastikan bahwa sasaran penerima MT sesuai dengan ketentuan yang ada; 2) Memastikan bahwa kegiatan berjalan sesuai dengan tahapan kegiatan; 3) Memastikan bahwa pengalokasian dan pemanfaatan dana bantuan pemerintah sesuai dengan pedoman; 4) Memastikan bahwa kualitas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) sesuai standar yang telah ditetapkan dan diterima oleh sasaran; 5) Memastikan agar setiap pelaksana kegiatan dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai dengan fungsinya masing-masing; dan 6) Menjamin ketepatan waktu pelaksanaan dengan jadwal pelaksanaan yang telah ditentukan. b) Pemantauan Pemantauan merupakan bagian dari pengendalian kegiatan di lapangan yang dilakukan oleh Tim secara berjenjang. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi serta data pelaksanaan kegiatan untuk bahan pengambilan keputusan dalam proses menjaga dan perbaikan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pemantauan akan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Mekanisme Pemantauan dan Pendampingan: a. Pemantauan dan pendampingan dilakukan secara berjenjang mulai dari pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan/puskesmas dan desa. b. Tim Kabupaten dan tim Kecamatan Kepala Puskesmas, TPG atau tenaga kesehatan atau Bidan



102



Desa melakukan pendampingan dan pembinaan kegiatan pemberian makanan tambahan setiap bulan, dan bila ada masalah segera melakukan koordinasi dan tindakan perbaikan. c. Kegiatan pemantauan penyelenggaraan kegiatan pemberian makanan tambahan secara berkala. d. Formulir pemantauan yang harus diisi terdapat pada Lampiran 5-17 dengan periode pengisian saat awal dan akhir Pemberian Makanan Tambahan (Lampiran 5 dan 6) serta periode bulanan. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam melakukan pemantauan kepada sasaran sebagai berikut: 1) Bagi Sasaran Penambahan BB ibu hamil KEK, berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang yang menjadi sasaran: a. Bagi ibu hamil KEK, terjadi peningkatan BB sesuai dengan kurva penambahan BB pada Buku KIA mencapai 12.5-18 kg selama kehamilan atau 2-3 kg/bulan pada trimester kedua dan ketiga atau LiLA mencapai ≥23.5 cm b. Bagi balita berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang, terjadi peningkatan berat badan sesuai dengan kriteria kenaikan berat badan pada Gambar 8.



2) Penyelenggara a. Kepatuhan terhadap konsumsi PMT yang diberikan (jumlah yang diberikan dan dihabiskan) b. Frekuensi dan lamanya pemberian c. Mekanisme pelaksana pemberian PMT d. Kepatuhan terhadap standar menu yang ditetapkan



103



e. Perubahan status gizi sasaran f. Distribusi dan konsumsi tablet tambah darah g. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran h. Berat Badan dan Panjang Badan Bayi yang lahir dari Ibu Hamil KEK (jika melahirkan) c) Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal untuk Ibu Hamil KEK dan Balita berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang yang bisa dilihat dari aspek input, proses, dan output dari pelaksanaan kegiatan ini. Program ini secara spesifik ditujukan untuk perbaikan status gizi dan perubahan perilaku makan/pola asuh penerima sasaran dan keluarga. Perubahan berat badan anak dicatat sebelum dan setelah kegiatan mengikuti jadwal kegiatan di Posyandu. Penilaian terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan praktik (PSP) dilakukan dengan membandingkan perubahan skor sebelum dan setelah kegiatan dengan kuesioner terlampir. Sasaran PSP ini adalah ibu hamil KEK dan orang tua/pengasuh berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang. 5. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan pemberian makanan tambahan lokal untuk ibu hamil KEK dan berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang dilakukan secara berjenjang dari tingkat desa sampai tingkat Pusat dengan mekanisme pencatatan dan pelaporan sebagai berikut: a) Pencatatan hasil pengukuran BB, TB, Lila, dan konsumsi tablet tambah darah serta makanan tambahan pada ibu hamil dan balita dapat menggunakan buku KIA dan catatan



104



b)



c)



d)



e)



lainnya yang dapat dicatat secara elektronik melalui Sigizi Terpadu. Tim Pelaksana mencatat hasil kegiatan melalui pencatatan di puskesmas dan juga mencatat di kartu pemantauan ibu hamil dan balita sebagai self-monitoring agar ibu anak balita dapat ikut memantau setiap kali mendapat makanan tambahan lokal. Ketua Tim Pelaksana melaporkan pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala setiap bulan yang terdiri dari jumlah penerima, hari makan, besar anggaran yang dipergunakan, dan sumber pendanaan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Mitra Pelaksana melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Dinas Kesehatan Provinsi secara berkala setiap bulan. Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Kementerian Kesehatan secara berkala setiap bulan.



Berkaitan dengan penyelenggaraan administrasi dan keuangan lebih lanjut dapat merujuk pada Petunjuk Teknis Penyaluran Dana Bantuan Pemerintah dalam rangka Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis Pangan Lokal untuk Ibu Hamil KEK, Pangan Lokal dan atau Pangan Olahan Diet Khusus (PDK) bagi Balita Gizi Kurang, Berat Badan Kurang, Tidak Naik Berat Badan/Weight Faltering Tahun 2022.



105



Persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal 1. Makanan tambahan diutamakan berbasis bahan makanan lokal yang tersedia di wilayah setempat. 2. Makanan tambahan berbasis pangan lokal dapat diberikan berupa makanan lengkap atau makanan kudapan. 3. Makanan tambahan balita berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang diutamakan berupa sumber protein hewani (misalnya ikan/telur/daging/ayam), namun tetap memperhatikan keseimbangan kebutuhan zat gizi yang lain. 4. Makanan tambahan untuk ibu hamil KEK diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan energi dan protein, diutamakan berupa sumber protein hewani (misalnya ikan/telur/daging/ ayam), namun tetap memperhatikan keseimbangan kebutuhan zat gizi yang lain. 5. Bentuk makanan tambahan yang diberikan kepada balita dapat disesuaikan dengan Panduan Pemberian Makan Balita sebagaimana Tabel 8.



106



Komponen Biaya Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal Dana dipergunakan untuk paket kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Lokal bagi ibu hamil KEK dan Balita usia 6-59 bulan gizi kurang dan, meliputi pembelian bahan makanan, biaya operasional dan jasa pengolahan makanan dengan rincian sebagai berikut: 1. Biaya bahan makanan dan operasional digunakan untuk pembelian bahan makanan, transport, dan bahan bakar memasak minimal 80% dari alokasi dana. 2. Biaya jasa penyelenggaraan makan sebesar maksimal 15% dari alokasi dana. 3. Biaya operasional untuk dukungan administrasi maksimal sebanyak 5% dari alokasi dana.



Anggaran unit cost setiap kali pemberian makan tambahan ibu hamil KEK dan Balita gizi kurang disesuaikan dengan harga yang berlaku di daerah masing-masing dengan mengacu pada standar menu yang ditetapkan.



107



BAB V. PENUTUP Pemberian makanan tambahan pangan lokal untuk ibu hamil KEK berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan status gizi ibu hamil maupun balita dan mengatasi penyebabnya serta meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran dalam mempersiapkan dan menyediakan makanan sesuai prinsip gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan kelompok usia dan kondisinya. Peran pemerintah daerah, tenaga kesehatan, kader, dan keluarga, serta berbagai pihak yang memberi perhatian pada kesehatan ibu hamil dan balita sangat diharapkan dalam mendukung keberhasilan kegiatan ini. Edukasi kesehatan dan gizi serta pendampingan penerima manfaat oleh tenaga kesehatan dan kader merupakan pendukung keberhasilan dalam kegiatan pemberian makanan tambahan. Pemahaman tentang pentingnya pemenuhan gizi bagi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan komitmen keluarga dalam pencegahan dan penanggulangan masalah gizi secara dini. Buku petunjuk teknis ini disiapkan sebagai acuan bagi semua pihak terkait dalam pelaksanaan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK berat badan tidak naik/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien.



108



109



DAFTAR PUSTAKA Anna Maria Siega-Riz, P., Meera Viswanathan, P., Merry-K Moos, BSN, M., Andrea Deierlein, MS, M., Sunni Mumford, S., Julie Knaack, M., Patricia Thieda, M., Linda J. Lux, M., Kathleen N. Lohr, P., & Less, S. (2009). A systematic review of outcomes of maternal weight gain according to the Institute of Medicine recommendations: birthweight, fetal growth, and postpartum weight retention. American Journal of Obstetrics & Gynecology, 201(4), 339.e1-339.e14. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ajog.2009.07.002 Annan R.A., Webb P., B. R. (2014). Management of Moderate Acute Malnutrition ( MAM ): Current Knowledge and Practice. September, 37. Badan Ketahanan Pangan. (2019). Pangan Lokal 2019 Direktori. In Repository Pertanian. http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/12039%0 Ahttp://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/12345678 9/12039/direktori final cetak 021219 smallsize 2248 %281%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y Badan Pusat Statistik. (2020). Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi berdasarkan Hasil Susenas Maret 2020 (Amiek Chamami & I. Sahara (eds.)). Badan Pusat Statistik. Berrazaga, I., Micard, V., Gueugneau, M., & Walrand, S. (2019). The role of the anabolic properties of plant-versus animalbased protein sources in supporting muscle mass maintenance: a critical review. Nutrients, 11(8). https://doi.org/10.3390/nu11081825 Escott-Stump, S. (2015). Malnutrition: Overnutrition and Undernutrition. In Nutrition & diagnosis-related care (8th ed., pp. 269–273). Walters Kluwer. Gilani, G. S., Xiao, C. W., & Cockell, K. A. (2012). Impact of antinutritional factors in food proteins on the digestibility of protein and the bioavailability of amino acids and on protein quality. British Journal of Nutrition, 108(SUPPL. 2).



110



https://doi.org/10.1017/S0007114512002371 Imdad, A., & Bhutta, Z. A. (2012). Maternal nutrition and birth outcomes: Effect of balanced protein-energy supplementation. Paediatric and Perinatal Epidemiology, 26(SUPPL. 1), 178–190. https://doi.org/10.1111/j.13653016.2012.01308.x Irwan, Mery, T., Kadir, S., & Amalia, L. (2020). Efektifitas Pemberian PMT Modifikasi berbasis Kearifan Lokal terhadap Peningkatan Status Gizi Balita Gizi Kurang dan Stunting. Gorontalo Journal Health and Science Community, 4(2). Joosten, K., & Meyer, R. (2010). Nutritional screening and guidelines for managing the child with faltering growth. European Journal of Clinical Nutrition, 64(S1), S22–S24. https://doi.org/10.1038/ejcn.2010.44 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota Tahun 2021. Kementerian Kesehatan RI. (2019). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2019 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN UNTUK MASYARAKAT INDONESIA. In Kementerian Kesehatan RI. Liberato, S. C., Singh, G., & Mulholland, K. (2013). Effects of protein energy supplementation during pregnancy on fetal growth: A review of the literature focusing on contextual factors. Food and Nutrition Research, 57. https://doi.org/10.3402/fnr.v57i0.20499 Siswanto. (2014). Buku Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu. In Trihono, Atmarita, A. B. Jahari, & D. Kartono (Eds.), Lembaga Penerbit Balitbangkes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. UNICEF. (2022). Maternal Nutrition: Prevention of malnutrition in women before and during pregnancy and while breastfeeding. In UNICEF Programming Guidance (pp. 25– 33). UNICEF. https://doi.org/10.1007/978-1-908517-90-6_3



111



Utami, R., Gunawan, I. M. A., & Aritonang, I. (2018). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan terhadap Status Gizi pada Ibu Hamil di Kabupaten Sleman. Jurnal Nutrisia, 20(1), 19–26. https://doi.org/10.29238/jnutri.v20i1.115 WHO. (2012). Technical note: Supplementary foods for the management of moderate acute malnutrition in infants and children 6–59 months of age. In International Journal of Heat and Mass Transfer. https://doi.org/10.1016/00179310(85)90220-0 WHO. (2013). Essential Nutrition Actions: Improving Maternal, Newborn, Infant and Young Child Health and Nutrition. WHO. (2016). WHO Recommendations on Antenatal Care for a Positive Pregnancy Experience. WHO (World Health Organization). WHO. (2019). Essential nutrition actions: mainstreaming nutrition through the life-course. World Health Organization.



112



Lampiran 1. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Penduduk Indonesia berdasarkan PMK no 28 Tahun 2019 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air yang dianjurkan untuk Penduduk Indonesia (per orang per hari)



113



Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk Penduduk Indonesia (per orang per hari)



114



Angka Kecukupan Mineral yang dianjurkan untuk Penduduk Indonesia (per orang per hari)



115



Lampiran 2. Daftar Bahan Makanan Penukar A. Golongan 1: Bahan Makanan Sumber Karbohidrat Kandungan zat gizi per porsi nasi kurang lebih seberat 100 gram, yang setara dengan ¾ gelas adalah: 175 Kalori, 4 gram Protein dan 40 gram Karbohidrat. Daftar pangan sumber karbohidrat sebagai penukar 1 (satu) porsi nasi: Nama Pangan



Beras Bihun Biskuit Havermut Jagung Segar Kentang Kentang Hitam Maizena Makaroni Mie Basah Mie Kering Nasi Beras Giling putih Nasi Beras Giling Merah Nasi Beras Giling Hitam Nasi Beras ½ Giling Nasi Ketan Putih Roti Putih Roti Warna Coklat Singkong Sukun Talas



Ukuran Rumah Tangga (URT) ½ Gelas ½ Gelas 4 Buah Besar 5 ½ Sendok Besar 3 Buah Sedang 2 Buah Sedang 12 Biji 10 Sendok Makan ½ Gelas 2 Gelas 1 Gelas ¾ Gelas ¾ Gelas ¾ Gelas ¾ Gelas ¾ Gelas 3 Iris 3 Iris 1 ½ Potong 3 Potong Sedang ½ Biji Sedang



Berat dalam Gram 50 50 40 45 125 210 125 50 50 200 50 100 100 100 100 100 70 70 120 150 125



116



Nama Pangan



Tape Beras Ketan Tape Singkong Tepung Tapioca Tepung Beras Tepung Hunkwe Tepung Sagu Tepung Singkong Tepung Terigu Ubi Jalar Kuning Kerupuk Udang/Ikan



Ukuran Rumah Tangga (URT) 5 Sendok Makan 1 Potong Sedang 8 Sendok Makan 8 Sendok Makan 10 Sendok Makan 8 Sendok Makan 5 Sendok Makan 5 Sendok Makan 1 Biji Sedang 3 Biji Sedang



Berat dalam Gram 100 100 50 50 50 50 50 50 135 30



A. Golongan 2: Bahan Makanan Sumber Protein Hewani Kandungan zat gizi satu (1) porsi terdiri dari satu (1) potong sedang Ikan segar seberat 40 gram adalah 50 Kalori, 7 gram Protein dan 2 gram lemak. Daftar lauk pauk sumber protein hewani sebagai penukar 1 porsi Ikan segar adalah:



Bahan makanan Daging sapi Daging ayam Hati Sapi Ikan Asin Ikan Teri Kering Telur Ayam Udang Basah



Ukuran RumahTangga Berat dalam (URT) gram 1 potong sedang 1 potong sedang 1 potong sedang 1 potong kecil 1 sendok makan 1 butir 5 ekor sedang



35 40 50 15 20 55 35



117



Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai penukar 1 porsi Ikan segar: Bahan makanan Ukuran Rumah Berat dalam Tangga (URT) gram Susu sapi 1 gelas 200 Susu kerbau ½ gelas 100 Susu kambing ¾ gelas 185 Tepung sari kedele 3 sendok makan 20 Tepung susu whole 4 sendok makan 20 Tepung susu krim 4 sendok makan 20 Menurut kandungan Lemak, Kelompok Lauk Pauk dibagi menjadi 3 golongan Golongan A: Rendah Lemak Daftar pangan sumber protein hewani dengan 1 (satu) satuan penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 2 gram Lemak dan 50 Kalori:



Bahan Makanan Ayam Tanpa Kulit Babat Cumi-cumi Daging asap Daging ayam Daging kerbau Dendeng sapi Gabus kering Hati sapi Ikan asin kering Ikan kakap



Ukuran Rumah Tangga (URT) 1 potong sedang 1 potong sedang 1 ekor kecil 1 lembar 1 potong sedang 1 potong sedang 1 potong sedang 1 ekor kecil 1 potong sedang 1 potong sedang 1/3 ekor besar



Berat dalam gram 40 40 45 20 40 35 15 10 50 15 35



118



Bahan Makanan Ikan kembung Ikan lele Ikan mas Ikan mujair Ikan peda Ikan pindang Ikan segar Ikan teri kering Ikan cakalang asin Kerang Ikan lemuru Putih telur ayam Rebon kering Rebon basah Selar kering Sepat kering Teri nasi Udang segar



Ukuran Rumah Tangga (URT) 1/3 ekor sedang 1/3 ekor sedang 1/3 ekor sedang 1/3 ekor sedang 1 ekor kecil ½ ekor sedang 1 potong sedang 1 sendok makan 1 potong sedang ½ gelas 1 potong sedang 2 ½ butir 2 sendok makan 2 sendok makan 1 ekor 1 potong sedang 1/3 gelas 5 ekor sedang



Berat dalam gram 30 40 45 30 35 25 40 20 20 90 35 65 10 45 20 20 20 35



119



Golongan B: Lemak sedang Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu) satuan penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 5 gram lemak dan 75 Kalori: Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam Tangga (URT) gram Bakso Daging kambing Daging sapi Ginjal sapi Hati ayam Hati sapi Otak Telur ayam Telur bebek asin Telur puyuh Usus sapi Telur bebek



10 biji sedang 1 potong sedang 1 potong sedang 1 potong besar 1 buah sedang 1 potong sedang 1 potong besar 1 butir 1 butir 5 butir 1 potong besar 1 butir



170 40 35 45 30 35 60 55 50 55 50 50



Golongan C: Tinggi Lemak Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu) satuan penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 13 gram Lemak dan 150 Kalori: Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam Tangga (URT) gram Bebek 1 potong sedang 45 Belut 3 ekor 45 Kornet daging sapi 3 sendok makan 45 Ayam dengan kulit 1 potong sedang 35 Daging babi 1 potong sedang 50 Ham 1 ½ potong kecil 40 Sardencis ½ potong sedang 35



120



Bahan Makanan



Ukuran Rumah Berat dalam Tangga (URT) gram Sosis 1 potong kecil 50 Kuning telur ayam 4 butir 45 C. Golongan 3: Bahan Makanan Sumber Protein Nabati Kandungan zat gizi satu (1) porsi Tempe sebanyak 2 potong sedang atau 50 gram adalah 75 Kalori, 5 gram Protein, 3 gram lemak dan 7 gram karbohidrat. Daftar pangan sumber protein nabati sebagai penukar 1 porsi tempe adalah: Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam Tangga (URT) Gram Kacang Hijau 2 Sendok Makan 20 Kacang Kedelai 2 ½ Sendok Makan 25 Kacang Merah 2 Sendok Makan 20 Kacang Mete 1 ½ Sendok Makan 15 Kacang Tanah Kupas 2 Sendok Makan 15 Kacang Tolo 2 Sendok Makan 20 Keju Kacang Tanah 2 Sendok Makan 15 Kembang Tahu 1 Lembar 20 Oncom 2 Potong Kecil 40 Petai Segar ½ gelas 55 Tahu 2 Potong Sedang 110 Sari Kedelai 2 ½ Gelas 185 D. Golongan 4: Sayuran Berdasarkan kandungan zat gizinya kelompok sayuran dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: a. Golongan A, kandungan kalorinya sangat rendah sehingga dapat diabaikan: Gambas/Oyong Jamur kuping Ketimun Labu air Selada Lobak Tomat sayur Selada air Daun bawang Baligo



121



b.



Golongan B, kandungan zat gizi per porsi (100 gram) adalah: 25 Kal, 5 gram karbohidrat, dan 1 gram protein. Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelahdimasakdan ditiriskan. Jenis sayuran termasuk golongan ini: Bayam Bit Daun kecipir Daunt talas Jagung muda Kangkung Brokoli Buncis Daun kacang panjang Genjer Kemangi Kacang panjang



c.



Kapri muda Kol Labu waluh Pepaya muda Sawi Terong Kembang kol Labu Siam Pare Rebung Taoge Wortel



Golongan C, kandungan zt gizi per porsi (100 gram) adalah: 50 Kal, 10 gram karbohidrat, dan 3 gram protein. Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelah dimasak dan ditiriskan. Jenis sayuran termasuk golongan ini: Bayam Daun katuk Daun Mangkokan merah mlinjo Daun Daun Kacang Dauntalas singkong papaya kapri Mlinjo Kluwih Taoge Nangka kedelai muda



122



E. Golongan 5: Buah dan Gula Kandungan zat gizi perporsi buah (setara dengan 1 buah Pisang Ambon ukuran sedang) atau 50 gram, mengandung 25 Kalori dan 5 gram Karbohidrat. Daftar buah-buahan sebagai penukar 1 (satu) porsi buah:



*) Berat tanpa kulit dan biji (berat bersih) F. Golongan 6: Susu Susu Tanpa Lemak 1 Satuan Penukar = 75 Kalori. 7 gram Protein, dan 10 gram Karbohidrat Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam Tangga (URT) gram Susu skim cair 1 gelas 200 Tepung susu skim 4 sdm 20 Yoghurt non fat 2/3 gelas 120



123



Susu Rendah Lemak 1 Satuan Penukar = 125 Kalori. 7 gram Protein, 6 gram Lemak dan 10 gram Karbohidrat Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam gram Tangga (URT) Keju Susu kambing Susu sapi Susu kental manis Yoghurt susu penuh



1 ptg kecil ¾ gelas 1 gelas ½ gelas 1 gelas



35 165 200 100 200



Susu Tinggi Lemak 1 Satuan Penukar = 150 Kalori. 7 gram Protein, 10 gram Lemak dan 10 gram Karbohidrat Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam gram Tangga (URT) Susu kerbau Tepung susu penuh



½ gelas 6 sdm



100 30



G. Golongan 7: Minyak dan Lemak Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi menjadi 2 kelompok yaitu lemak tak jenuh dan lemak jenuh: Lemak Tak Jenuh Satu satuan penukar mengandung 50 Kalori dan 9 gram lemak. Daftar pangan penukar satu (1) porsi minyak:



124



Bahan Makanan



Ukuran Rumah Tangga (URT)



Berat dalam gram



Alpokat Margarin jagung Mayonaise Minyak biji kapas Minyak matahari Minyak jagung Minyak kedelai Minyak kacang tanah Minyak safflower Minyak zaitun Kacang almond



½ buah besar ¼ sendok teh 2 sendok makan 1 sendok teh 1 sendok teh 1 sendok teh 1 sendok teh 1 sendok teh 1 sendok teh 1 sendok teh 7 biji



60 5 20 5 5 5 5 5 5 5 10



Lemak Jenuh Daftar pangan penukar yang mengandung asam lemak 9 gram dan 50 Kalori: Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam Tangga (URT) gram Kelapa Lemak babi/sapi Mentega Minyak kelapa Minyak kelapa sawit Santan (peras) Keju krim



1 potong kecil 1 potong kecil 1 sendok teh 1 sendok teh 1 sendok teh 1/3 gelas 1 potong kecil



15 5 5 5 5 40 15



125



H. Golongan 8: Makanan Tanpa Kalori Bahan Makanan Bahan Makanan Agar-agar Air Kaldu Air Mineral Cuka Gula Alternatif Aspartam



Gelatin Kecap Kopi Teh Gula Alternatif Sakarin



Sumber: Persatuan Ahli Gizi Indonesia Asosiasi Dietisien Indonesia. Penuntun Diet dan Terapi Gizi Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta 2019 FKUI, Daftar Bahanan Makan Penukar Balai Penerbit FKUI Jakarta 1997 Almatsier, Editor, Penuntun Diet Instalasi Gizi RS Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2007



126



Lampiran 3. Contoh Menu Contoh Menu Makanan Kudapan untuk Ibu Hamil (sekitar 500 kkal)



127



Lampiran 4. Potensi Pangan Lokal berdasarkan Rata-Rata Nilai Komposit Ketahanan Pangan



128



N Aceh o. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. Sum 44. ater 45. a 46. Bar 47. at 48. 49. 50. 51.



Kabupaten/ Kota Simeulue Aceh Singkil Aceh Aceh Selatan Aceh Timur Tenggara Aceh Aceh Barat Tengah Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Gayo Daya Lues Aceh Nagan Raya Tamiang Aceh Jaya Bener Pidie Jaya Meriah Nias Mandailing Tapanuli Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Toba Utara Labuhan Samosir Asahan Batu Simalungun Dairi Karo Deli Langkat Serdang Nias Selatan Humbang Pakpak Hasundutan Samosir Bharat Serdang Batu Bara Bedagai Padang Padang Lawas Utara Labuhan Lawas Labuhan Batu Selatan Nias Batu Utara Nias Barat



Kompo sit 5 3 5 6 6 4 6 6 5 6 6 6 5 6 6 6 2 6 4 4 5 5 6 6 5 5 6 6 6 6 6 4 5 5 6 6 6 5 5 3 5 4 4



Kepulauan Pesisir Mentawai Solok Selatan Sijunjung Tanah Datar Padang Agam Pariaman Limapuluh Koto



1 6 6 6 6 6 6 6



N Kabupaten/ 52. Pasaman o. Kota 53. Solok 54. Dharmas Selatan 55. Pasaman Raya Riau Barat 56. Kuantan 57. Indragiri Sengingi 58. Indragiri Hilir Hulu 59. Pelalawan 60. Siak 61. Kampar 62. Rokan Hulu 63. Bengkalis 64. Rokan Hilir 65. Kepulauan Jam Meranti 66. Kerinci bi 67. Merangin 68. Sarolangun 69. Batang Hari 70. Muaro 71. Tanjung Jambi 72. Tanjung Jabung 73. Tebo Jabung Timur 74. Bungo Barat Sumatera Selatan 75. Ogan 76. Ogan Komering 77. Muara Enim Komering Ilir Ulu 78. Lahat 79. Musi Rawas 80. Musi 81. Banyuasin 82. Ogan 83. Ogan Komering 84. Ogan Ilir Komering Ulu Selatan 85. Empat Ulu Timur 86. Penukal Lawang 87. Musi Abab Rawas Ben Utara Lematang 88. gkul Bengkulu Ilir 89. Rejang Selatan u 90. Bengkulu Lebong 91. Kaur Utara 92. Seluma 93. Mukomuko 94. Lebong 95. Kepahiang 96. Bengkulu Lampung Tengah 97. Lampung 98. Tanggamus Barat 99. Lampung Selatan



Kompo 6 sit 6 6 6 5 4 5 4 6 4 3 4 4 1 6 6 5 5 5 5 5 5 5 5 6 5 5 5 6 6 5 6 5 4 5 4 5 4 5 5 4 6 5 5 5 5 5 6



N Kabupaten/ Kompo 100. Lampung 6 o. Kota sit 101. Lampung 6 Timur 102. Lampung 5 Tengah 103. Way 5 UtaraKanan 104. Tulang 6 105. Pesawaran 6 Bawang 106. Pringsewu 6 107. Mesuji 6 108. Tulang 6 109. Pesisir 5 BawangBarat Kep. Bangka Barat Belitung 110. Bangka 6 111. Belitung 4 112. Bangka 6 113. Bangka 3 Barat 114. Bangka 6 Tengah 115. Belitung 4 Selatan Kepulauan Riau Timur 116. Karimun 3 117. Bintan 3 118. Natuna 3 119. Lingga 2 120. Kepulauan 3 DKI Jakarta Anambas 121. Kep. Seribu 2 Jawa Barat 122. Bogor 5 123. Sukabumi 6 124. Cianjur 6 125. Bandung 6 126. Garut 6 127. Tasikmalaya 5 128. Ciamis 6 129. Kuningan 6 130. Cirebon 6 131. Majalengka 6 132. Sumedang 6 133. Indramayu 6 134. Subang 6 135. Purwakarta 6 136. Karawang 6 137. Bekasi 6 138. Bandung 5 139. Pangandara 6 Barat Jawa Tengah n 140. Cilacap 6 141. Banyumas 6 142. Purbalingga 6 143. Banjarnegar 6 144. Kebumen 6 a 145. Purworejo 6 146. Wonosobo 6 147. Magelang 6



129



N Kabupaten/ 148. Boyolali o. Kota 149. Klaten 150. Sukoharjo 151. Wonogiri 152. Karanganyar 153. Sragen 154. Grobogan 155. Blora 156. Rembang 157. Pati 158. Kudus 159. Jepara 160. Demak 161. Semarang 162. Temanggun 163. Kendal g 164. Batang 165. Pekalongan 166. Pemalang 167. Tegal 168. Brebes DI Yogyakarta 169. Kulon Progo 170. Bantul 171. Gunung 172. Sleman Kidul Jawa Timur 173. Pacitan 174. Ponorogo 175. Trenggalek 176. Tulungagun 177. Blitar g 178. Kediri 179. Malang 180. Lumajang 181. Jember 182. Banyuwangi 183. Bondowoso 184. Situbondo 185. Probolinggo 186. Pasuruan 187. Sidoarjo 188. Mojokerto 189. Jombang 190. Nganjuk 191. Madiun 192. Magetan 193. Ngawi 194. Bojonegoro 195. Tuban 196. Lamongan 197. Gresik 198. Bangkalan



Kompo 6 sit 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 6 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5



N Kabupaten/ Kompo N Kabupaten/ 199. Sampang 5 247. Sanggau o. Kota sit o. Kota 200. Pamekasan 6 248. Ketapang 201. Sumenep 6 249. Sintang Banten 250. Kapuas Hulu 202. Pandeglang 5 251. Sekadau 203. Lebak 5 252. Melawi 204. Tangerang 6 253. Kayong 205. Serang 6 254. Kubu Utara Raya Bali Kalimantan Tengah 206. Jembrana 6 255. Kotawaringi 207. Tabanan 6 256. Kotawaringi n Barat 208. Badung 6 257. Kapuas n Timur 209. Gianyar 6 258. Barito 210. Klungkung 6 259. Barito SelatanUtara 211. Bangli 5 260. Sukamara 212. Karangasem 6 261. Lamandau 213. Buleleng 6 262. Seruyan Nusa Tenggara Barat 263. Katingan 214. Lombok 5 264. Pulang 215. Lombok 6 265. Gunung Barat Pisau Mas 216. Lombok 5 266. Barito Timur Tengah 217. Sumbawa 6 267. Murung Timur Kalimantan 218. Dompu 6 RayaSelatan 219. Bima 6 268. Tanah Laut 220. Sumbawa 6 269. Kota Baru 221. Lombok 5 270. Banjar Barat Nus 271. Barito Kuala Utara 222. Sumba 4 272. Tapin a 223. Sumba 4 273. Hulu Sungai Barat Ten 224. 4 274. Hulu Sungai Timur Selatan ggar Kupang 225. Timor 3 275. Hulu Sungai Tengah a 226. Timor 4 276. Tabalong Tengah Utara Tim 227. Belu 5 277. Tanah Tengah Selatan ur 228. Alor 4 278. Balangan Bumbu Utara Kalimantan Timur 229. Lembata 5 230. Flores Timur 5 279. Paser 231. Sikka 5 280. Kutai Barat 232. Ende 5 281. Kutai 233. Ngada 6 282. Kutai Timur Kertanegara 234. Manggarai 5 283. Berau 235. Rote Ndao 4 284. Penajam 236. Manggarai 5 285. Mahakam Paser Utara Kalimantan 237. Sumba 4 Barat Ulu Utara 238. Sumba 3 286. Malinau Tengah 239. Nagekeo 5 287. Bulungan Barat Daya 240. Manggarai 4 288. Tana Tidung 241. Sabu 2 289. Nunukan Timur Raijua Sulawesi Utara 242. Malaka 4 Kalimantan Barat 290. Bolaang 243. Sambas 5 291. Minahasa Mongondow 244. Bengkayang 6 292. Kepulauan 245. Landak 5 293. Kepulauan Sangihe 246. Mempawah 5 294. Minahasa Talaud Selatan



Kompo 6 sit 5 5 5 5 3 5 5 4 6 6 6 6 5 6 5 6 6 3 6 4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 3 6 4 6 6 3 5 6 3 6 6 6 3 6 6



130



N Kabupaten/ 295. Minahasa o. Kota 296. Bolaang Utara 297. Kep. Siau Mongondow 298. Minahasa Tagulandan Utara 299. Bolaang Tenggara g Biaro 300. Bolaang Mongondow Sulawesi Tengah Mongondow Selatan 301. Banggai Timur 302. Banggai Kepulauan 303. Morowali 304. Poso 305. Donggala 306. Toli-Toli 307. Buol 308. Parigi 309. Tojo UnaMoutong 310. Sigi Una 311. Banggai 312. Morowali Laut Sulawesi Selatan Utara 313. Selayar 314. Bulukumba 315. Bantaeng 316. Jeneponto 317. Takalar 318. Gowa 319. Sinjai 320. Maros 321. Pangkajene 322. Barru dan 323. Bone Kepulauan 324. Soppeng 325. Wajo 326. Sidenreng 327. Pinrang Rappang 328. Enrekang 329. Luwu 330. Tana Toraja 331. Luwu Utara 332. Luwu Timur 333. Toraja Utara Sulawesi Tenggara 334. Buton 335. Muna 336. Konawe 337. Kolaka 338. Konawe 339. Bombana Selatan 340. Wakatobi 341. Kolaka 342. Buton Utara Utara 343. Konawe 344. Kolaka Utara Timur



Kompo 6 sit 6 3 6 6 6 4 6 6 6 5 6 6 5 6 5 2 6 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 6 6 6 5 6 6 6 6 6 4 6 5 5 6



N Kabupaten/ 345. Konawe o. Kota 346. Muna Barat Kepulauan 347. Buton 348. Buton Tengah Gorontalo Selatan 349. Boalemo 350. Gorontalo 351. Pohuwato 352. Bone 353. Gorontalo Bolango Sulawesi Barat Utara 354. Majene 355. Polewali 356. Mamasa Mandar 357. Mamuju 358. Mamuju 359. Mamuju Utara Maluku Tengah 360. Maluku 361. Maluku Tenggara 362. Maluku Tenggara Barat 363. Buru Tengah 364. Kepulauan 365. Seram Aru 366. Seram Bagian 367. Maluku Bagian Barat 368. Buru Barat Timur Daya Maluku Selatan Utara 369. Halmahera 370. Halmahera Barat 371. Kepulauan Tengah 372. Halmahera Sula 373. Halmahera Selatan 374. Halmahera Utara 375. Pulau Timur 376. Pulau Morotai Papua Barat Taliabu 377. Fak-Fak 378. Kaimana 379. Teluk 380. Teluk Wondama 381. Manokwari Bintuni 382. Sorong 383. Sorong Selatan 384. Raja Ampat 385. Tambrauw 386. Maybrat 387. Manokwari 388. Pegunungan Selatan Papua Arfak 389. Merauke 390. Jayawijaya 391. Jayapura



Kompo 5 sit 6 5 5 6 6 6 6 6 5 5 5 6 6 6 2 2 5 6 1 3 3 4 3 3 2 3 2 4 5 4 2



N 392. o. 393. 394. 395. 396. 397. 398. 399. 400. 401. 402. 403. 404. 405. 406. 407. 408. 409. 410. 411. 412. 413. 414. 415. 416.



Kabupaten/ Nabire Kota Kepulauan Biak Namfor Yapen Paniai Puncak Jaya Mimika Boven Mappi Digoel Asmat Yahukimo Pegunungan Tolikara Bintang Sarmi Keerom Waropen Supiori Mamberamo Nduga Raya Lanny Jaya Mamberamo Yalimo Tengah Puncak Dogiyai Intan Jaya Deiyai



Kompo 4 sit 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1



Sumber: Kementerian Pertanian RI, 2021) Keterangan Warna:



2 2 1 1 5 1 3 2 1 1 4 1 6 1 3



131



Lampiran 5. Kuesioner Pre dan Post Test untuk Ibu Hamil KEK Kuesioner Pre Test dan Post Test Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Melalui Pemberian Makanan Berbasis Pangan Lokal pada Ibu Hamil KEK (Diisi oleh Ibu Hamil Penerima Makanan Tambahan)



Nama Lengkap Ibu Usia Ibu Usia Kehamilan Ibu (dalam minggu) Berat Badan Tinggi Badan LiLA RT/RW/Dusun Nama Posyandu Desa/Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi Nama Tenaga Pelaksana (TPG/Petugas lain) Instansi Nomor Telepon Tanggal Pengambilan Data Pre/Post Test



: : : :



………………………………………. ………………………………………. ………………………………………. ……………………………………….



: : : : : :



………………………………………. ………………………………………. ………………………………………. ………………………………………. ………………………………………. ……………………………………….



: ………………………………………. : ………………………………………. : ………………………………………. : Pre/Post Test*



Ket: *Coret salah satu



132



A. Pengetahuan Ibu Hamil Berilah tanda centang (√) pada pernyataan yang dianggap benar! No. Pernyataan Benar Salah 1 2



3



4



5



6



7



8 9



10



Selama hamil, kebutuhan gizi ibu meningkat dibandingkan sebelum hamil Ibu hamil harus mengkonsumsi tambahan 1 porsi makan sehari untuk memenuhi kebutuhan gizinya Ibu hamil tetap harus mengkonsumsi makanan sesuai dengan prinsip gizi seimbang Ibu hamil harus memilliki Lingkar Lengan Atas (LiLA) lebih dari atau sama dengan 23.5 cm untuk mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan janin Asupan makanan bergizi seimbang yang perlu dikonsumsi setiap hari misalnya terdiri dari nasi, tempe, sayur, dan buah Ibu hamil dengan berat badan kurang harus meningkat berat badannya sebanyak 11.5-16 kg selama kehamilan Ibu hamil yang memiliki Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23.5 cm berisiko melahirkan bayi dengan berat badan yang kurang Ibu hamil sebaiknya menimbang berat badan setidaknya sekali dalam 3 (tiga) bulan Ibu hamil harus mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan Sumber protein hewani, seperti ayam, ikan, telur, daging, dan lainnya baik untuk kehamilan dan perkembangan janin



B. Sikap Ibu Berilah tanda centang (√) pada pernyataan yang dianggap benar!



133



No. 1. 2. 3.



4.



5. 6.



7



8



9



10



Pernyataan



Sikap Setuju Tidak Setuju



Meskipun hamil, menurut saya, kebutuhan gizi ibu tidak bertambah Menurut saya, asupan makan selama hamil sama saja dengan sebelum hamil Bagi saya, karena ibu hamil sering mual, muntah atau ngidam, boleh untuk makan tidak sesuai dengan prinsip gizi seimbang Menurut saya, penting untuk memastikan ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) saya lebih dari atau sama dengan 23.5 cm agar pertumbuhan janin baik Bagi saya, gizi seimbang cukup hanya dengan makan nasi, lauk-pauk dan sayur. Penting bagi saya untuk memastikan penambahan berat badan saya selama hamil sebesar 12.5-18 kg Menurut saya, berbahaya jika ibu hamil memiliki Lingkar Lengan Atas (LiLA)