Jurnal Belajar Coelenterata 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JURNAL BELAJAR KEANEKARAGAMAN HEWAN (KH) Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati M.Pd. Hari, tanggal



: 7 & 8 September 2016



Nama/ NIM



: Lelly Luckitasari/ 150341600339



Kelas



:A



Prodi



: S1 Pendidikan Biologi



Topik



: Filum Coelenterata



I. Konsep Belajar Pengertian Filum Coelenterata Klasifikasi Filum Coelenterata (Ciri Anatomi dan Morfologi)



Ciri-Ciri Filum Coelenterata



Filum Coelenterata



Proses-Proses Fisiologi dalam Tubuh Coelenterata pada Setiap Kelas II.



Bukti Belajar



Habitat dan Peranan Filum Coelenterata



A.



Pengertian Filum Coelenterata Phylum Coelenterata sangat



merupakan pylum



memiliki



tubuh



sederhana



belakang



(invertebrata). Istilah



dan



hewan



tiadak



Coelenterata



yang



bertulang



berasal



dari



bahasa Yunani dari kata “coeles” yang berarti rongga dan “interon” yang berarti usus. Fungsi rongga tubuh pada Coelenterata adalah sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler). Coelenterata lebih dikenal dengan sebutan Cnidaria. Istilah Cnidaria berasal dari bahasa Yunani dari kata “cnida” yang berarti penyengat karena sesuai dengan namanya cnidaria yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat terdapat pada tentakel yang ada disekitar mulut. Contoh Coelenterata (hewan berongga) adalah ubur-ubur



(Aurelia aurita), hydra, dan



anemon laut. Jadi, Coelenterata adalah hewan yang memiliki rongga. Coelenterata kebanyakan hidup di laut, hanya beberapa jenis yang hidup di air tawar. Coelenterata termasuk metazoan yang bersifat



diplobastik.



Coelenterata



disebut



sebagai



hewan



sederhana karena jaringan tubuhnya hanya terdiri dari dua lapis sel, yaitu sel internal dan eksternal. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat mesoglea. Habitatnya di perairan dangkal, contoh : Hydra. Sedangkan di air laut contohnya : Obelia dan ada yang melekat pada substrat dan terumbu karang



(sesil)



(meandrina).



contohnya Dan



ada



:



karang



yang



merjan,



motil



karang



otak



(berpindah-pindah),



contohnya : anemon laut. B. Ciri-Ciri Filum Coelenterata Coelenterata memiliki ciri khas dengan karasteristik dari hewan seluruh hewan coelenterata, antara lain sebagai berikut : a. Hewan bersel banyak (multiseluler).



b. Hidupnya bersifat polymorphisme, terdiri atas bentuk polip dan medusa. Polip : berbentuk tabung,menetap pada suatu objek dan umumnya tidak berpindah tempat dan berkembang biak secara vegetative Medusa : berbentuk



payung,



hidup



bebas,



umumnya



berkembang biak secara generatif. c. Memiliki rongga gastrovaskuler yang berfungsi untuk mencerna makanan. d. Tidak mempunyai kepala, anus, alat peredaran darah,alat ekskresi, dan alat respirasi. Tetapi tubuhnya hanya memiliki satu lubang yang berfungsi sebagai mulut sekaligus anus. e. Mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel. f. Belum mempunyai pusat susunan saraf sehingga sistem pernapasan dengan cara difusi (seluruh permukaan tubuh), g.



kecuali Anthozoa dan Sifonoglia. Sistem pencernaan makanan dilakukan secara intrasel dan



ekstrasel. h. Jenis kelamin: monoecious atau dioecious, larvanya disebut planula. i. Tubuhnya simetri radial. j. Merupakan hewan diploblastik : ektodermis (epidermis) dan endodermis (gastrodermis),berfunfsi sebagai alat sekresi dan pencernaan



makanan.



Dianatara



kedua



lapisan



tersebut



terdapat mesoglea. Lapisan mesoglea bersifat non seluler seperti agar-agar dan berfungsi sebaga tempat lalu lintasnya serabut saraf. Lapisan epidermis terdiri atas: sel epitel otot, sel interstisial, sel cnidocyte, sel kelenjar lendir, sel saraf indera. k. Sistem gerak dilakukan oleh sel-sel epitelomuskuler yeng terdapat pada lapisan ekstoderm dan pada bagian dasar gastrodermis . l. Gerakan pada polip biasanya terbatas, merayap atau meliukliuk, sedang pada medusa dapat berenang bebas.



m. Rangka tubuh Coelenterata mengandung zat kapur atau zat kitin.



Gambar 2.1 : Pola dasar bentuk dan struktur tubuh Coelenterata dengan penampakan irisan membujur (Barnes, 1987) C. Klasifikasi Filum Coelenterata 1. Kelas Hydrozoa Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan) sebagian besar memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.Hydrozoa dapat hidup soliter, hidup di dalam air tawar. Cara reproduksi hewan disebut adalah dengan cara vegetatif maupun generatif. Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia. Untuk Obelia merupakan Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut. Morfologi Hydrozoa Sebagian besar hidup Hydrozoa melakukan pergiliran bentuk antara polip dan medusa. Tahapan polip, suatu koloni polip yang saling berhubungan kasus obelia, lebih mudah ditemukan dibandingkan dengan tahap hidup medusa. Kelas Hydrozoa yang unik karena mereka hanya ditemukan dalam bentuk polip. Hewan ini membentuk koloni kecil berbentuk polip dominan, sebagian membentuk medusa yang mempunyai laci dan payung melalui pembentukan tunas, contohnya, Hydra, Gonionemus, dan Obelia. Hydra merupakan polip air tawar, tidak melalui stadium medusa, berukuran 6 – 15 mm, memiliki 6 – 10 tentakel yang mengelilingi. Anatomi Hydrozoa Tubuh bentuknya seperti tabung (panjang 5-10 mm, garis tengah kurang dari 2 mm) hidup berbentuk polip, permukaan mulut disebut ujung oral, dan permukaan



tempat melekatkan diri disebut ujung aboral, mulut dikelilingi oleh tentakel (setiap spesies tidak sama jumlahnya, ada yang 6 atau 7 buah tentakel, penjang 1-20 mm). 1) a)



Lapisan luar (epidermis) Sel epiteliomuskuler Sel epiteliomuskuler berfungsi proteksi dan kontraksi. Sel epiteliomuskuler pada ujung bebas melekat satu dengan yang lain. Ujung yang melekat pada mosoglea mengandung beberapa serabut kontraktil. Sel-sel epiteliomuskuler tersusun secara lungtudinal (mengikuti sumbu panjang tubuh), menonjol keluar pada kedua belah sel, sehingga sel tersebut berbentuk huruf T.



b)



(1) (2) (3) (4) c)



Sel interstitial Sel interstitial bentuknya oval, berukuran kecil, terletak dibagian dasar diantara sel-sel epiteliomuskuler. Fungsi sel interstitial adalah: Pembentukan knidoblast, Pembentukan tunas (bertindak sebagai sel formatif), Pembentukan sel-sel kelamin, Regerasi dan perbaikan sel-sel yang rusak. Knidoblast Didalam knidoblast terdapat nematokist. Nematokist terdiri dari empat tipe,



yaitu: (1) Penetran (mempunyai benang yang panjang, pada bagian pangkal terdapat tiga duri yang panjang dan 3 baris duri). (2) Volvent (mempunyai benang yang pendek dan tebal). (3) Streptilne glutinant (mempunyai benag yang panjang dan duri yang kecil). (4) Stereoline glutinant (mempunyai benag yang lurus dan berduri). Penetran dan volvent berfungsi untuk menangkap mengsa, sedang strapline dan stereoline glutinant berfungsi untuk membantu pergerakan. d)



Sel sensori dan sel saraf Sel sensori terutama terdapat dibagian tentakel dibagian tentakel dan knidoblast dan diantara sel-sel epiteliomuskuler. Sel-sel saraf kurang lebih sama dengan



e)



2)



multipolar neuron, terletak dibagian dasar epidermis. Sel-sel sekreasi kelenjar mucus Sel-sel sekreasi kelenjar mucus terletak terutama pada bagian basal (ujung aboral) Hydra. Lapisan gastrodermis Sel-sel yang terdapat pada lapisan gastrodermis adalah:



a)



Sel epiteliomuskuler (disebut juga sel-sel nutrisi, mempunyai flagel dan dapat



berbentuk pesudopodia). b) Sel-sel kelenjar (terletak diantara sel-sel nutrisi, berfungsi menghasilkan enzim pencernaan). c) Sel-sel sensoris (sel-sel sensori pada lapisan gastrodermis sama seperti didalam lapisan epidermis tetapi jumlahnya lebih sedikit). d) Sel-sel interstitial (jumlahnya tidak banyak). Diantara gastrodermis dan epidermis terdapat lapisan mesoglea, sel ini sangat membantu dalam kelenturan gerakan Hydra. Proses- Proses Fisiologi pada Kelas Hydrozoa System Pencernaan Hydra bersifat holozoic, makananya berupa Cyclops, Daphina, larva insekta, Annelida atau zooplankton lain. Zooplankton ditangkap tentakel dan dilumpuhkan oleh nematokist, kemudian ditelan masuk kedalam rongga gastrovaskuler. Didalam rongga gastrovaskuler makanan tadi akan dicerna dengan bantuan enzim tripsin yang dikeluarkan oleh sel kelenjar (pencernaan eksternal). Sel-sel nutrisi segera membentuk pseudopodia dan menangkap zat-zat makanan yang telah diolah secara eksternal. Makanan tadi dicerna lagi didalam vakuola makanan (pencernaan intrasel), kemudian zat-zat makanan diedarkan keseluruh tubuh secara difusi. Sisa-sisa zat metabolisme dan makanan yang tidak dapat dicerna dikeluarkan kembali lewat mulut. System respirasi dan ekskreasi Belum mempunyai organ khusus untuk respirasi dan ekskreasi, sehingga pada bagian basal (ujung aboral) banyak penumpukan sisa-sisa ekskreasi. Respirasi dan ekskreasi dilakukan secara difusi melalui seluruh permukaan tubuhnya. System reproduksi Reproduksi dilakukan secara seksual dan aseksual. 1) Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan membentuk testes dibagian ovarium dibagian bawah. Dalam reproduksi secara seksual beberapa spesies ada yang bersifat dioecious dan ada pula yang bersifat monoecious (hermaprodit). Kebanyakan Hydra bersifat dioecious.



2) Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas dan dinding tubuhnya yang kemudian melepaskan diri menjadi Hydra baru.



Gambar 2.2 : Siklus hidup Obelia (Barnes, 1987) System saraf Respon saraf dalam cnidaria dikontrol oleh jaringan difusi dari antar penghubung sel saraf yang dinamakan net saraf. Dalam banyak cnidaria, net saraf didistribusikan secara melalui seluruh tubuh. Mereka tidak mempunyai otak atau struktur yang mengontrol istirahat dari net saraf. Net saraf memudahkan cnidaria untuk menanggapi stimuli tertentu di lingkungannya. Sebagai contoh, ketika sel di epidermis disentuh, mereka menyampaikan sebuah sinyal untuk sel saraf. Sel saraf memancarkan sinyal tersebut melalui net saraf menuju sel kontraktil, yang mana dapat menyebabkan hewan menarik kembali dari stimulus. Di cnidaria dengan net saraf sederhana, stimulus dimanapun pada tubuh menyebabkan sinyal dikirim melalui net saraf dalam sebuah petunjuk. Sinyal ini memberikan kontraksi dari seluruh tubuh. 2.



Kelas Scyphozoa Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan) memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur. Medusa umumnya berukuran 2 – 40 cm. Reproduksi dilakukan



secara aseksual dan seksual. Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual. Contoh kelas Scyphozoa adalah ubur-ubur atau Aurelia aurita. a. Aurelia aurita Morfologi Aurelia aurita Ciri-ciri morfologi dari ubur-ubur antara lain: tubuhnya berbentuk seperti payung atau lonceng ukuran tubuhnya relative besar. Polip Aurelia berukuran kurang lebih 5 mm, terikat pada suatu objek di dasar laut. Diameter tubuh biasanya berkisar antara 7,5 cm hingga 30 cm tapi ada juga yang mencapai 60 cm. Di tengah permukaan tubuh sebelah bawah muncullah semacam kerongkongan pendek menggantung ke bawah. Anatomi Aurelia aurita Bentuk ubur-ubur memiliki mulut di tengah, dikelilingi oleh empat palps dan organ seks, terdapat empat mulut pusat. Ubur-ubur memiliki tentakel pinggiran tepi. Ubur-ubur berenang dengan kontrak dan otot-otot. Kontraksi otot-otot mengencangkan bagian bawah. Hal ini akan memaksa air keluar melalui bagian bawah, dan mendorong ubur-ubur ke depan. Relaksasi otot membuka untuk mempersiapkan diri untuk kontraksi lagi. Pada ubur-ubur dengan berbentuk piring ini dapat mengakibatkan gerakan dendeng, kontraksi kuat memberikan gerak kuat. Pada dinding delapan sensitif terhadap cahaya, dan delapan statocysts, yang membantu ubur-ubur mempertahankan diri. Juga terkait dengan ini adalah lubang chemosensory, mungkin digunakan dalam mendeteksi makanan. Organ indra terjadi dalam delapan kantong sekitar tepi bel, dan Di bawah dan sekitar mulut biasanya terdapat empat lengan lisan, pada beberapa ubur-ubur raksasa, senjatasenjata oral mungkin diperbesar sebanyak 40 meter panjang,. Ada juga renda kecil tentakel dari medusa. Lengan lisan dan sel-sel penyengat yang disebut cnidocysit, terkenal yang digunakan baik untuk pertahanan dan untuk melumpuhkan mangsanya. Proses- Proses Fisiologi pada Kelas Scyphozoa Sistem pencernaan



Pada



Aurelia



aurita



sistem



pencernaan



makanannya



bersistem



gastrovaskuler. Dari tengah-tengah permukaan tubuh sebelah bawah (permukaan oral atau



permukaan



sub-umbrella)



muncullah



semacam



kerongkongan



pendek



menggantung ke bawah yang disebut manubrium. Di ujung distal manubrium terdapat lubang mulut berjumlah empat, setiap sisi atau sudut mulut dilengkapi semacam juluran pita yang merentang panjang disebut tangan mulut. Aurelia aurita makanannya berupa zooplankton, udang-udang kecil, cacing, larva-larva insecta maupun telur-telur hewan lain yang bersama plankton. Zat lendir atau mukosa yang ada pada tubuhnya sangat membantu dalam pengumpulan hewan yang menjadi mangsanya. Bulu-bulu getar yang menghiasi rumbai tangan mulut cukup selektif dalam hal memilih makanan. Makanan yang telah terkumpul di bagian bawah tubuh akan disapu oleh flagella yang selanjutnya akan ditangkap tangan-tangan mulut untuk dimasukkan ke dalam mulut. Bahan makanan setelah masuk ke dalam perut kemudian melalui lorong manubrium akan ditampung di dalam perut untuk digarap oleh nematosit. Selanjutnya makanan itu dicampur dengan enzim yang dihasilkan oleh sel kelenjar sehingga makanan yang berupa protein, karbohidrat, lemak, dan zat kitin akan hancur. Partikel makanan yang telah dicerna akan disalurkan ke seluruh cabang saluran sistem gastrovaskuler dan sari-sarinya akan diserap oleh sel-sel nutritif dengan diedarkan oleh sel-sel pengembara atau sel amoeboid. Aurelia aurita akan menyimpan cadangan makanannya berupa butir-butir glikogen dalam sel-sel gastrodermalnya. Sistem respirasi Dalam hal respirasi, Aurelia aurita tidak mempunyai alat pernapasan khusus. Begitu pula dengan sistem ekskresi. Kedua proses tersebut dilakukan secara langsung melalui seluruh permukaan tubuh. Dalam hal ini sistem saluran air dan sistem saluran gastrovaskuler sangat membantu dalam memperlancar proses respirasi maupun ekskresi. Gas oksigen yang terlarut dalam air yang berada di dalam daerah eksternal secara difusi-osmosis akan masuk ke dalam lapisan epidermis maupun gastrodermis, tetapi sebaliknya gas karbondioksida yang terbentuk dari proses pernapasan juga akan dikeluarkan dari daerah intern secara difusi-osmosis. Begitu pula zat-zat sampah,



terutama berupa zat-zat nitrogen yang merupakan sisa-sisa metabolisme akan dibuang secara langsung oleh sel-sel epidermis maupun gastrodermis ke dalam eksternal.



Sistem ekskresi Pada Aurelia aurita mempunyai satu lubang bukaan dimana sebagai mulut dan sebagai tempat ekskresi, melalui lubang bukaan inilah Aurelia aurita mengeluarkan hasil ekskresinya. Sistem reproduksi Dalam bereproduksi, Aurelia aurita memiliki kelamin yang terpisah, berarti ada



Aurelia aurita jantan dan ada Aurelia aurita betina. Spermatozoid yang



dikeluarkan oleh Aurelia aurita jantan lalu berenang-renang mencari tubuh Aurelia aurita betina. Bila telah bertemu akan masuk ke dalam tubuh melalui mulut selanjutnya sampai ke dalam enteron maka spermatozoid membuahi sel telur yang dihasilkan ovarium dan terbentuklah zigot dan dikeluarkan kembali melalui mulut. Setelah keluar dari dalam mulut, selanjutnya zygot akan berkembang menjadi larva yang berambut getar disebut planula. Kemudian planula mengembara untuk sementara waktu dan beristirahat mengikatkan diri pada suatu substrat yang berada di dasar laut untuk tumbuh menjadi polip baru yang disebut scyphistoma bentuknya seperti terompet dengan bagian cakram basal, batang tubuh, mulut, dan tentakel. Bila scyphistoma telah mencapai ukuran penuh (± 12 mm) maka akan membelah secara transversal sehingga terbentuk setumpukkan ruas-ruas yang masing-masing berbentuk seperti cakram, scyphistoma dalam fase demikian disebut strobila, sedang bentuk cangkram sebagai hasil pembelahan dinamakan ephyra. Selanjutnya ruas ephyra yang telah tua yaitu yang terletak di ujung strobila akan melepaskan diri dan berenangrenang bebas untuk hidup secara mandiri kemudian itulah yang disebut Aurelia aurita dewasa.



Gambar 2.3 : Siklus hidup ubur-ubur (Barnes, 1987) Sistem saraf Susunan saraf ubur-ubur terdiri atas. 1. Jaringan syaraf utama terletak dibagian permukaan sub-umbrella (permukaan tubuh sebelah bawah). Susunan saraf ini berkolerasi dengan system muscular yang berada dibagian sisi itu. Susunan saraf jaringan utama ini juga menjulur masuk ke dalam bagian tangan mulut, manubrium, tentakel dan rhopalia. Susunan syaraf utama berfungsi untuk mengkoordinir aktifitas otot selama ubur-ubur melakukan pergerakan. 2. Susunan saraf diffus berada di kedua belah sisi, baik sisi sub-umbrella maupun sisi eks-umbrella. Susunan saraf difus berfungsi untuk menangkap mangsa dan pengempisan badan paying. 3. Ganglion rhopalia 8 buah. Alat indera Ubur-ubur memiliki tiga macam alat indera, yaitu. 1) Tentakulokist. Alat ini merupakan indera keseimbangan yang merupakan hasil modifikasi dari tentakel. Tentakulokist juga berfungsi untuk mengontrol irama gerak mengembang-kempisnya badan payung waktu berenang. 2) Osseli. Osseli merupakan badan berpigmen yang sensitive terhadap rangsangan cahaya, atau berfungsi untuk membedakan gelap dan terang.



3) Celah olfaktorius. Organ ini merupakan indera pembau yang berfungsi untuk mengenali zat makanan yang bakal dimasukkan ke dalam mulutnya. 3.



Kelas Anthozoa Nama Anthozoa berasal dari bahasa Yunani; anthos = bunga; zoon = hewan., yang berarti hewan yang menyerupai bunga. Mereka merupakan polip yang menetap dengan meletakkan diri pada suatu obyek yang terdapat di dasar laut. Anggota dari kelas Anthozoa fase medusanya telah tereduksi, sehingga hanya memiliki fase polip saja. a. Anemon laut (Metridium) Morfologi dan Anatomi Tubuh Metridium berbentuk silindris dengan bagian oral agak melebar seperti corong yang dihiasi dengan rangkaian tentakel-tentakel yang membentuk seperti mahkota bunga. Panjang tubuhnya sekitar 5-7 cm, tetapi ada juga yang berukuran raksasa hingga 1 m. Tubuhnya radial simetris dengan warna yang bervariasi, tetapi biasanya warnanya kecoklat-coklatan atau kekuning-kuningan. Tubuhnya terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu; bagian diskus pedal atau bagian kaki, bagian kolumna atau skapus atau bagian batang tubuh, dan bagian diskus oral atau kopitulus. Antara bagian diskus pedal dengan bagian skapus dihubungkan oleh apa yang disebut limbus, sedangkan antara bagian skapus dengan bagian diskus oral dihubungkan oleh apa yang disebut kollar atau parapet. Proses-Proses Fisiologi Pada Anemon Laut Makanan dan Pencernaan Metridium Metridium,



seperti



halnya



anemon



laut



lainnya



bersifat



karnivora. Makanannya berupa invertebrata kecil-kecil lainnya, disamping itu juga berupa



ikan-ikan kecil. Untuk jenis ikan tertentu tidak diganggunya



bahkan malah bersimbiosis, jenis ikan tersebut termasuk pada genus Amphirion. Makanan atau mangsanya terlebih dahulu diumpuhkan dengan racun yang dihasilkan oleh nematokist, baru kemudian di tarik ke dalam mulutnya dengan



pertolongan tentakel-tentakelnya. Selanjutnya makanan ditelan melalui stomodeum, dan akhirnya sampai di dalam rongga gastrovaskularnya. Di dalam rongga coelenteron makanan tersebut dicernakan oleh enzim yang terkandung di dalam getah pencernaan. Selanjutnya sari-sari makanan akan diserap oleh dinding gastrodermis, sedangkan bagian atau partikel



yang tidak tercernakan akan dimuntahkan



kembali melalui mulutnya. Proses pencernaan makanan berlangsung baik secara ekstraselular maupun secara intraselular. Getah pencerna dihasilkan oleh sel-sel kelenjar yang ditemukan di Bagian filament-digestif, maupun di dalam akonsia. Getah pencerna yang mengandung enzim proteolitik sanggup mencernakkan zat makanan yang berupa protein dan juga zat lemak maupun karbohidrat. Respirasi dan Ekskresi Metridium Metridium, seperti halnya Coelenterata lain, tidak mempunyai alat khusus untuk pernafasan maupun pembuangan hasil ekskresi. Dalam hal pernafasan baik pemasukan oksigen yang terlarut di dalam air laut, maupun mengeluarkan gas karbondioksida berlangsung secara difusi-osmosis secara langsung melalui semua permukaan tubuhnya. Yang dimaksud dengan permukaan tubuh ialah baik permukaan epidermis maupun permukaan gastrodermis yang menghadap kearah liang atau rongga gastrovaskular. Dalam hal ini, aliran air yang timbul di dalam saluran gastrovaskular disebabkan oleh gerak sapu dari rambut-rambut getar yang berjajar-jajar di bagian dinding stomodeum maupun dinding gastrovaskular (coelenteron). Gerak rambut getar yang ada pada dinding gastrovaskular menimbulkan aliran masuk, sedangkan gerak rambut-rambut getar yang ada pada dinding stomodeum akan menimbulakan aliran air ke luar. Kedua mekanisme ini sangat membantu dalam hal pertukaran gas maupun sisasisa metabolisme lainnya.



Sistem Reproduksi Metridium Memetridium mengalami metagenesis, yaitu dengan reproduksi aseksual dan seksual secara bergantian. Perkembangan secara aseksual dilakukan dengan pembentukan kuncup maupun dilakukan secara fragmentasi. Cara fragmentasi dilakukan



dengan



memutuskan



tubuhnya



di



bagian



diskus



pedal.



Perkembangbiakan secara aseksual dengan cara pembentukan kuncup berlangsung sebagai berikut: mula-mula di bagian kolumna atau skapus timbul semacam tonjolan (benjolan) yang makin berkembang sehingga akhirnya terbentuklah Metridium baru. Metridium anakan tersebut kelak bila sudah tiba saatnya akan melepaskan diri dari tubuh induknya dan hidup secara mandiri. Pada perkembangbiakan secara seksual Metridium, ada jenis yang bersifat hermaprodit, ada yang berkelamin terpisah. Pada jenis yang hermaprodid, perkembangan antara sel telur dengan spermatozoid tidak bersamaan masaknya. Baik ovum maupun spermatozoid yang telah masak akan dikeluarkan melalui mulutnya dan perkawinannya berlangsung di alam bebas (perkawinan berlangsung secara eksternal di dalam air laut). Dari hasil perkawinan antara sel telur dengan spermatozoid akan terbentuklah zigot. Dari hasil pembelahan zigot tersebut akan terbentuklah coeloblastula. Coeloblastula tersebut selanjutnya dengan proses gastrulasi akhirnya membentuk larva yang berambut getar atau planula. Dengan rambut getarnya, planula akan berenang-renang secara bebas untuk mencari lingkungan hidup baru. Bila sudah menemukan tempat yang sesuai, misalnya ada subtrat untuk melekat dan lingkungan yang cukup makanan, maka planula akan melekatkan diri pada suatu obyek dan tumbuh menjadi polip Metridium baru. Sistem Syaraf Metridium Susunan syaraf pada anemon laut sangat sederhana, dan pada dasarnya serupa dengan susunan syaraf pada Coelenterata lainnya. Susunan syarafnya bersistem difus dan belum tampak adanya susunan syaraf pusat. Sistem syaraf tersebut terdiri atas pleksus epidermal dan pleksus gastrodermal, yang masingmasing tersusun atas serabut syaraf dan ganglion yang besar. Pleksus tersebut



makin intensif terutama di bagian tentakel, diskus oral maupun stomodeum. Tentang alat indera pada anemon laut ini belum ditemukan yang spesifik. D. Habitat dan Peranan Coelenterata Habitat Coelenterata 1. Kelas Hydrozoa -



Hydra hidup di air tawar



-



Obelia hidup di air laut



2. Kelas Scyphozoa -



Ubur-ubur hidup di air laut



3. Kelas Anthozoa Sebagian besar kelas Anthozoa hidupnya di laut Peranan Coelenterata -



Hewan ubur-ubur yang



banyak dimanfaatkan untuk pembuatan



tepung ubur-ubur, kemudian diolah menjadi bahan kosmetik / kecantikan, selain itu untuk makanan. -



Karang atol, karang pantai, dam karang penghalang (barier) dapat melindungi pantai dari abrasi air laut.



-



Karang merupakan tempat persembunyian dan perkembangbiakan ikan.



-



Batu karang merupakan bahan pembuat kapur.



-



Kerangka akar bahar (Euplxaura antiphetes) dapat digunakan sebagai gelang.



-



Beberapa jenis koral, melakukan simbiosis mutualisme dengan Dinoflagellata. Koral dengan polipnya melindungi dinoflagella, sedangkan dinoflagella menyediakan oksigen dan mendaur ulang sisa metabolisme koral. Koral terkadang dapat hidup berkelompok dalam jumlah yang banyak dan membentuk susunan yang disebut coral reef. Contohnya adalah The Great Barrier Reef di Australia yang panjangnya hampir 2.000 km.



III.



Relevansi Berikut merupakan relevansi saya dalam mengikuti perkuliahan No Sebelum Sesudah 1 Saya belum mengetahui tentang Saya mengetahui tentang bentuk hewan bentuk hewan Coelenterata Coelenterata Saya belum mengetahui proses Saya mengatahui proses fisiologi di



2



fisiologi di dalam tubuh hewan dalam tubuh hewan Coelenterata 3.



Coelenterata Saya belum mengetahui peranan Saya mengetahui peranan Coelenterata Coelenterata



IV.



Identifikasi Masalah Semua masalah yang ditanyakan dalam diskusi kelas, beserta dengan jawabannya. 1. Masalah: Bagaimana Coelenterata bisa mengenali mangsa? Jawaban: Karena Coelenterata mempunyai saraf difus sehingga bisa mengenali mangsanya 2. Masalah: Bagaimana sistem ekskresi dari polip dan medusa? Jawaban: Sama 3. Masalah Pada sub-umbrella Scyphozoa, bagaimana mekanismenya? Jawaban: Sub-umbrella Scyphozoa sebagai reseptor yang paling peka.



V.



Elemen yang menarik Ternyata spesies Coelenterata itu banyak sekali. Mulai dari bentuk, warna, dan strukturnya beraneka ragam. Selain itu ada satu kelas dari filum Coelenterata yang menarik yaitu Cubozoa. Akan tetapi, masih belum pasti. Selain itu,



pembagian kelompok presentasi juga menarik, karena masing-masing kelompok berusaha untuk menjadi yang terbaik. VI.



Refleksi Diri (Umum) Saya mengetahui ciri-ciri morfologi dan anatomi, habitat, proses fisiologi, dan peranan dari masing-masing kelas pada filum Coelenterata



VII.



Refleksi Diri (khusus) Saya senang karena saya mengetahui beraneka ragam bentuk, warna, serta struktur yang berbeda-beda pada masing-masing kelas filum Coelenterata.