15 0 427 KB
Lili Kasmini, Identifikasi Populasi Makrozoobentos ...
IDENTIFIKASI POPULASI MAKROZOOBENTOS DI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE DESA LADONG ACEH BESAR
Lili Kasmini11
ABSTRAK
Desa Ladong memiliki keanekaragaman mangrove yang masih tinggi yang berpotensi untuk tetap dilestarikan, mengingat fungsi mangrove sangat penting bagi kehidupan biota yang berasosiasi di kawasan mangrove serta sebagai pendukung dalam kegiatan tambak masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan dari keanekaragaman jenis Mangrove terhadap kelangsungan hidup Makrozoobentos ekosistem tersebut dengan melihat kondisi lingkungan serta hubungan antara Mangrove dan makrozoobentos. Pengambilan data dilakukan pada September 2013 dengan metode transect line plots (English at al., 1994). Sampel diambil menggunakan pipa paralon berdiameter 11 cm kemudian di identifikasikan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kelautan Perikanan. Dari hasil penelitian, ditemukan tiga kelas makrozoobentos yaitu : Malacostraca dan Gastropoda, yang terdiri dari 6 spesies Makrozoobentos. Kelas Gastropoda memiliki persentasi tertinggi, mencapai 72,28%. Untuk jenis Mangrove, ditemukan 7 spesies yaitu Lumnitzera littorea, Aegiceras floridum, Bruguiera cylindrica, Rhizopora apiculata, Avicenia alba, Soneratia alba dan Lumnitzera racemosa. Kata kunci: Mangrove, Makrozoobentos, Malacostraca, Gastropoda
11
Lili Kasmini, Dosen STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, Email: [email protected]
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 47
Lili Kasmini, Identifikasi Populasi Makrozoobentos ...
PENDAHULUAN
merupakan salah satu indikator penting dalam
LATAR BELAKANG
menganalisa sejauh mana peranan mangrove
Provinsi tsunami
yang
Aceh parah
pernah pada
mengalami
tahun
2004.
Akibatnya sepanjang pesisir aceh mengalami kerusakan
hutan
mangrove
yang
sangat
signifikan, namun hal ini berbeda dengan daerah Desa Ladong Aceh Besar walaupun
dalam
menetralisir
keadaan
ekosistem
disekitarnya. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana sifat fisik dan kimia ekosistem Mangrove Desa Ladong? 2. Bagaimana
keanekaragaman
terkena terjangan tsunami, daerah ini tetap
makrozoobentos dan mangrove di
memiliki keanekaragaman jenis mangrove
Desa Ladong?
yang tinggi. Dengan kelestarian jenis yang
3. Bagaimana
hubungan
kepadatan
dengan
kepadatan
terjaga mengindikasikan masyarakat sadar
Mangrove
akan peran penting hutan mangrove dalam
Makrozoobentos
mengurangi efek bencana dan peningkatan
Mangrove Desa Ladong?
ekonomi bagi masyarakat. Ekosistem
pada
ekosistem
TUJUAN PENELITIAN
mangrove
merupakan
1. Untuk mengetahui kualitas lingkungan
habitat utama bagi biota makrozoobenthos dan
yang
terdapat
pada
sebagai habitat pengsuhan anak ikan (nursery
Mangrove Desa Ladong.
ekosistem
ground). Keadaan yang terlestarikan akan
2. Untuk mengetahui keanekaragaman,
meningkatkan jumlah ikan yang berpijah di
Indeks dominansi dan preferasi habitat
kawasan ekosistem mangrove. Ekosistem yang
Makrozoobentos
terlestarikan
Mangrove Desa Ladong.
akan
menimbulkan
Rantai
makanan antar biota menjadi kompleks.
3. Untuk
pada
mengetahui
ekosistem
hubungan
Salah satu fungsi utama dari mangrove
kepadatan
Mangrove
adalah menyediakan suatu lingkungan yang
kepadatan
kondusif bagi perairan disekitaranya dengan
ekosistem Mangrove DesaLadong.
Makrozoobentos
cara menetralisir sedimen yang di angkut pada
BAHAN DAN METODELOGI
saat
Tempat dan Waktu Penelitian
sungai
mengalir
ke
lautan.
dengan pada
Makrozoobentos yang memiliki habitat pada
Penelitian ini dilakukan di Desa Ladong
dasar mangrove merupakan salah satu mahluk
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
hidup yang berhubungan langsung dengan
Besar. Waktu pengambilan data dilakukan
keberadaan dan fungsi perlindungan dari
selama 10 hari pada bulan September 2013.
mangrove.
Alat dan Bahan
Makrozoobentos
yang
terus
menerus berinteraksi dengan mangrove dan sedimen yang dibawa arus menuju lautan ISSN 2086 – 1397
Adapun alat dan bahan
yang akan
digunakan pada penelitian ini berupa, alat Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 48
Lili Kasmini, Identifikasi Populasi Makrozoobentos ...
untuk pengukuran kondisi fisik dan kimia
memiliki tinggi ˂1 m. Tiap plot pengamatan
lingkungan, identifikasi makrozoobentos, dan
dibagi menjadi tiga petak, masing-masing
buku
untuk pohon 10x10 m2, untuk anakan 5x5 m2,
identifikasi
tumbuhan,
serta
alat
dan semai 1x1 m2. Di setiap petak dihitung
pengambilan sampel makrozoobentos.
tegakan
berdasarkan
diameter
batang dan spesies tegakan mangrove.
Metode Penelitian Pengambilan data
Data panjang-lebar daun diambil di setiap plot dari tngkat vegetasi pohon, anakan, dan
Stasiun dan fisika-kimia perairan Pengambilan
mangrove
dengan
semai pada tiap spesies mangrove sebanyak 20
metode transect line plots (English et al.,
lembar daun yang terbentuk sempurna (bentuk
1994)
Daerah
daun utuh). Daun yang dipilih adalah daun
pengamatan dibagi menjadi tiga stasiun,
yang berada di urutan 3-5 dari pucuk. Data
dimana setiap stasiun dibagi lagi menjadi tiga
panjang-lebar daun didapat secara in-situ.
substasiun berupa garis transek 100 meter
Gambar berikut adalah metode pengukuran
yang diusahakan tegak lurus dengan garis
panjang-lebar daun mangrove.
pantai. Masing-masing substasiun tersebut
Makrozoobentos
dibagi lagi menjadi plot-plot pengamatan
Pengambilan
secara
data
acak
dilakukan
sistematik.
sampel
makrozoobentos
(10x10) m2 yang berjumlah dua plot. Jarak
dilakukan sebanyak empat kali ulangan dalam
antar substasiun 100 m, sedangkan jarak antar
tiap plot 10x10 m2. Subtrat diambil dengan
plot-plot pengamatan 25 m. Untuk lebih
paralon berdiameter 11 cm sampai kedalaman
jelasnya dapat dilihat sketsa umum daerah
10 cm, kemudian subtrat tersebut dibilas
pengamatan pada gambar 1. Pada setiap plot
dengan air laut sampai bersih, saringan yang
pengamatan diambil parameter perairan.
digunakan bermata 1 mm. Makrozoobentos
Mangrove
yang sudah dibilas bersih, diawetkan dengan
Vegetasi mangrove dibedakan berdasarkan
alkohol 70%. Penyortiran dan identifikasi
diameter batang dan tinggi pohon, kategori
makrozoobentos dilakukan di Laboratorium
pohon adalah berdiameter ˃4 cm, anakan
Terpadu Fakultas Kelautan dan Perikanan,
berdiameter ˂4 cm dan tinggi ˃1 m, dan semai
Universitas Syiah Kuala.
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 49
Lili Kasmini, Identifikasi Populasi Makrozoobentos ...
HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Fisika-Kimia Perairan Lokasi
ST 1
Desa Ladong
ST 2
ST 3
C organik
N total
Subtrat
Suhu
Salinitas
DO
pH
(%)
(%)
27-32
34-35
4,1-4,2
8
0,3-0,4
0,1-0,2
(29,5±3,54)
(34,5±0,71)
(4,15±0,1)
(8±0)
(0,32±0,03)
(0,13±0,05)
25-28
31-37
2,1-3,4
8
0,2-0,4
0,1-0,2
(26,5±2,12)
(34±4,24)
(2,75±0,92)
(8±0)
(0,29±0,05)
(0,17±0,05)
28-32
30-32
1,2-2,4
7,5-81
0,2-0,4
0,1-0,2
(29,7±2,1)
(31±1)
(1,73±0,61)
(7,8±0,31)
(0,31±0,04)
(0,15±0,05)
Suhu Perairan
Berpasir
Berpasir
Berpasir
Derajat keasaman (pH) pada setiap stasiun
Desa Ladong memiliki suhu perairan o
penelitian di Desa Ladong menunjukkan nilai
berkisar antara 25-32 C, dimana rata-rata suhu
yang relatif sama. pH rata-rata mencapai 7,9
di setiap perairan termasuk baik. Adapun suhu
ppm dan nilai ini termasuk kategori baik untuk
perairan yang stabil di lokasi penelitian
pertumbuhan mangrove. Menurut Effendi
kemungkinan dipengaruhi oleh sirkulasi air
(2000) nilai pH yang baik untuk kelangsungan
yang terjadi cukup cepat, sehingga air terus
hidup biota akuatik berkisar antara 7-8,5 ppm
mengalami pergantian. Kerapatan mangrove
pH yang stabil dikarenakan rendahnya curah
yang tinggi juga mempengaruhi Intensitas
hujan sehingga kadar nitrogen dalam perairan
cahaya yang masuk ke perairan sehingga suhu
juga relatif rendah.
tetap dalam keadaan yang baik.
Oksigen Terlarut (DO)
Salinitas Desa
Kandungan Ladong
memiliki
oksigen
terlarut
pada
salinitas
setiap stasiun di Desa Ladong rata-rata
berkisar antara 30-37 ppt, dimana salinitas
mencapai 2,9 ppm. DO tertinggi terdapat pada
tertinggi (37 ppt) terdapat pada stasiun 2 dan
stasiun 1 (4,2 ppm) dan DO terendah pada
terendah (30 ppt) pada stasiun 3. Adapun
stasiun 3 (1,2 ppm). Faktor yang menyebabkan
keberadaan alur kecil yang melewati kawasan
kandungan DO yang rendah kemungkinan
mangrove ini dengan volume air tawar yang
dikarenakan sirkulasi air yang rendah, perairan
rendah tidak berpengaruh signifikan terhadap
terlalu dangkal dan suhu yang relatif tinggi.
salinitas air di kawasan mangrove tersebut.
C organik
Nilai rata-rata salinitas mencapai 33 ppt dan
Dilihat dari kandungan dan tekstur subtrat
tergolong baik untuk pertumbuhan mangrove.
pada Desa Ladong
Derajat Keasaman (pH)
pertumbuhan Mangrove Jenis Lumnitzera littorea,
ISSN 2086 – 1397
Aegiceras
sangat ideal untuk
floridum,
Bruguiera
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 50
Lili Kasmini, Identifikasi Populasi Makrozoobentos ...
cylindrica dan Lumnitzera racemosa. Bahan
pada kawasan yang tidak tergenang air pasang.
organik merupakan asupan makanan yang
Hal ini sependapat dengan Noor (1999) bahwa
sangat dibutuhkan bagi makrozoobenthos.
mangrove jenis Lumnitzera littorea menyukai
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
subtrat halus dan berlumpur pada bagian
kandungan bahan organik yaitu hewan dan
pinggir daratan di daerah mangrove, dimana
tumbuhan yang terakumulasi dalam tanah,
penggenangan jarang terjadi.
limbah rumah tangga yang masuk ke kawasan mangrove
dan
tingkat
kompetisi
antar
Pada stasiun I jumlah terbanyak ditemui adalah jenis Lumnitzera littorea
makrozoobentos itu sendiri.
mencapai 43% kemudian di-ikuti Bruguiera
Mangrove
cylindrica (30%), Rhizopora apiculata (19%),
Komposisi Jenis Mangrove
Aegiceras floridum (5%), Soneratia alba (5%)
Hasil analisis komposisi mangrove
dan Avicenia alba (1%). Selanjutnya pada
yang terdapat di Desa Ladong didapati yaitu
stasiun II jumlah terbanyak ditemui adalah
Lumnitzera
floridum,
jenis Lumnitzera littorea mencapai 52%
Bruguiera cylindrica, Rhizopora apiculata,
kemudian di-ikuti Rhizopora apiculata (21%),
Avicenia alba, Soneratia alba dan Lumnitzera
Soneratia alba (13%), Bruguiera cylindrica
racemosa. Setiap spesies mangrove memiliki
(11%), Aegiceras floridum (2%), dan Avicenia
kepadatan yang berbeda-beda pada 3 stasiun
alba (1%). Adapun pada stasiun III jenis
pengamatan. Lumnitzera littorea mendominasi
mangrove
pada stasiun I dan II, sedangkan Stasiun III
apiculata yaitu mencapai 27% kemudian di-
didominasi oleh jenis Rhizopora apiculata.
ikuti Lumnitzera racemosa (25%), Lumnitzera
Hasil
littorea
littorea,
pengamatan
Aegiceras
pada
setiap
stasiun
menunjukkan jenis Lumnitzera littorea tumbuh
ISSN 2086 – 1397
didominasi
oleh
Rhizopora
(22%), Soneratia alba (21%) dan
Bruguiera cylindrica (5%).
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 51
Lili Kasmini, Identifikasi Populasi Makrozoobentos ...
Gambar 1. a. Komposisi jenis mangrove stasiun I Desa Ladong b. Komposisi jenis mangrove stasiun II Desa Ladong c. Komposisi jenis mangrove stasiun III Desa Ladong ekologi kawasan tersebut adalah mangrove Indeks Nilai Penting
jenis Lumnitzera littorea dengan nilai
Indeks ini mengindikasikan tingkatan peranan suatu jenis mangrove dan sifat
INP mencapai (158,18%), dilanjutkan dengan
ekologinya.
berupa
Bruguiera cylindrica (48,34%), Rhizopora
penyediaan unsur hara dari dekomposisi
apiculata (43,06%), Soneratia alba (32,1%),
guguran daunnya, sebagai habitat dan tempat
Aegiceras floridum (9,24) dan Avicenia alba
perlindungan bagi biota yang berasosiasi
(9,04%). Pada ke dua stasiun ini Lumnitzera
dengan mangrove (Yulianda, 2000).
littorea memiliki peran terpenting terhadap
Pohon
ekologi kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan
Peranan
tersebut
Pada stasiun I di Desa Ladong untuk
jenis ini menyukai kawasan yang jarang
mangrove vegetasi pohon yang berperan
tergenang ketika pasang dan ini sesuai dengan
penting dalam ekologi adalah mangrove jenis
keadaan di tempat penelitian. Pendapat ini
Lumnitzera littorea dengan nilai INP mencapai
diperkuat oleh Noor (1999) yang menyatakan
131,77%,
Bruguiera
Lumnitzera littorea menyukai subtrat lembut,
cylindrica (89,25%), Rhizopora apiculata
berlumpur dan jarang tergenang air pasang
(35,59%),
(27,11%),
laut. Di stasiun III nilai INP tertinggi didapati
Soneratia alba (10,22%) dan Avicenia alba
pada mangrove jenis Rhizopora apiculata
(6,04%). Pada stasiun II mangrove vegetasi
(95,36%), dilanjutkan dengan Soneratia alba
pohon yang berperan sangat penting terhadap
(72,57%),
dilanjutkan
Aegiceras
ISSN 2086 – 1397
dengan
floridum
Lumnitzera
racemosa
(71%),
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 52
Lili Kasmini, Identifikasi Populasi Makrozoobentos ...
Lumnitzera littorea (41,7%) dan Bruguiera cylindrica (19,35%).
Makrozoobentos
Anakan
Hasil
identifikasi
pada
lokasi
Peran yang paling dominan pada
penelitian didapati Desa Ladong memiliki 2
mangrove ukuran anakan terhadap ekologi di
kelas makrozoobentos yaitu kelas gastropoda
Desa Ladong pada ke 3 (tiga) stasiun yaitu
dan malacostraca . kelas yang mendominasi
Lumnitzera
INP
pada lokasi penelitian adalah kelas gastropoda.
mangrove vegetasi anakan yang terdapat pada
Suwignyo et al., (1998) menyatakan bahwa
stasiun I terdiri dari Lumnitzera littorea
Gastropoda adalah kelas yang paling sukses
(156,15%), Rhizopora apiculata (95,71%) dan
dan mempunyai penyebaran yang sangat luas,
Bruguiera cylindrica (48,15%). Hasil analisis
mulai dari wilayah pasang surut sampai pada
pada stasiun II didapati nilai INP mangrove
kedalaman 8.200 m. Hal ini diperkuat oleh
vegetasi anakan yaitu Lumnitzera littorea
Nybakken (1992) bahwa kelas Gastropoda
(160,78%), Rhizopora apiculata
(111,85%)
mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap
dan Soneratia alba (27,37%). Selanjutnya INP
kekeringan dan perubahan salinitas serta
mangrove vegetasi anakan pada stasiun III
derajat keasaman (pH) dari tanah akibat
yaitu
pengaruh air laut dan air tawar.
littorea.
Adapun
Lumnitzera
littorea
nilai
(126,83%),
Lumnitzera racemosa (91,55%), Soneratia
Komposisi dan kepadatan (D) makrozoobentos
alba (47,85%) dan Rhizopora apiculata
Kelas Gastropoda memiliki komposisi
(33,77%).
terbesar di lokasi di Desa Ladong. Menurut
Semai
Wilhm
(1975)
berdasarkan
ketahanan
Nilai INP mangrove vegetasi semai
adaptasinya terhadap polusi sekitar Gastropoda
yang terdapat pada stasiun I Desa Ladong
termasuk dalam golongan makrozoobentos
terdiri dari Rhizopora apiculata (185,23%),
yang
Bruguiera cylindrica (51,86%),
Soneratia
merupakan jenis makrozoobentos yang mampu
littorea
bertahan hidup walaupun dalam keadaan
(30,54%). Hasil analisis pada stasiun II
pencemaran yang berat. Hal ini dipertegas oleh
didapati nilai INP mangrove vegetasi semai
Hutagalung
yaitu
(160,22%),
Gastropoda memiliki kemampuan yang tinggi
Soneratia alba (77,3%) dan Lumnitzera
untuk mengakumulasi bahan-bahan tercemar
littorea (62,47%). Selanjutnya INP mangrove
tanpa mati terbunuh, terdapat dalam jumlah
vegetasi semai pada stasiun III yaitu Soneratia
banyak, terikat dalam suatu tempat yang keras
alba
racemosa
dan hidup dalam jangka waktu yang lama
(90,63%), Lumnitzera littorea (38,67%) dan
sehingga kelas ini sering digunakan menjadi
alba
(32,37%)
Rhizopora
(133,09%),
dan
Lumnitzera
apiculata
Lumnitzera
toleran,
dimana
(1991)
golongan
yang
toleran
menyebutkan
Rhizopora apiculata (37,61%). ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 53
Lili Kasmini, Identifikasi Populasi Makrozoobentos ...
indikator pencemaran (bioindikator) suatu
lingkungan.
Gambar 2. Komposisi kelas makrozoobentos setiap stasiun di Desa Ladong
Kepadatan makrozoobentos tertinggi
ind/m2. Pada Desa Ladong tidak ditemui kelas
di Desa Ladong mencapai 84 ind/m2 pada
bivalvia,
stasiun I. Adapun jenis Cherithidea Sp
penyamlingan acak, sehingga meminimalkan
memiliki
objek yang jumlahnya sedikit untuk tertangkap
kepadatan
tertinggi
berbanding
dengan jenis lainnya yaitu mencapai 59
hal
ini
dikarenakan
pipa
metode
paralon.
Gambar 3. Histogram kepadatan makrozoobentos di Desa Ladong Keanekaragaman (H’), equitabilitas (E) dan dominasi (C)
Indeks
keseragaman
adalah
penyebaran individu antar jenis yang berbeda dan diperoleh dari hubungan antara H’ dan
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 54
Lili Kasmini, Identifikasi Populasi Makrozoobentos ...
Keanekargaman maksimalnya (Bengen, 2000).
makrozoobentos
Indeks keanekaragaman Shannon dan Wiener
mengembangkan
(H’) pada Desa Ladong tertinggi sebesar 1,9
namun
pada stasiun III. Ini menunjukkan bahwa
makrozoobentos
komunitas
berkembang dengan adanya bahan
makrozoobentos
kondisi
yang
Keseragaman
tidak
tertinggi
berada
stabil. di
Desa
dalam
organisme
dapat
yang
predator, subtrat yang didominasi
terlestarikan.
nilai
tersebut menunjukkan makrozoobentos dalam
serta
tersedia,
Ladong
Nilai indeks dominansi tertinggi di
lingkungan
hingga
menyebabkan
saat
ekosistem
mangrove.
pada stasiun III. Hal ini menunjukkan adanya
disebabkan
karena
spesies
stasiun
masyarakat
untuk
penelitian. Dari hasil dapat disimpulkan desa
lingkungan
di
ladong masuk dalam kategori dominansi
mangrove.
Adapun
kemungkinan
penyebab
yang
ini
pencemaran
Desa Ladong mencapai 0,55 dan didapatkan
sedang.
sedikit
3. Pola laku penduduk di daerah Desa
keadaan labil mendekati posisi tertekan.
di
dan
Ladong
menyatakan
mendominansi
hidup
makanan
dimana
yang
individu,
Adapun
lumpur
(1989)
jumlah
syarat
mencapai 0,56 didapatkan pada stasiun III Krebs
untuk
pada
Hal
ini
kepedulian
tidak
sekitar
tidak
merusak ekosistem
II. Saran
terjadinya dominansi karena kompetisi yang
Agar
terjadi antar spesies terjadi sangat ketat
mangrove desa ladong terus terjaga sehingga
sehingga
masyarakat dapat menikmati kegunaan hutan
organisme
beradaptasi
akan
yang
tidak
sulit
mampu
meningkatkan
pelestarian
ekosistem
kawasan
magrove terhadap sosial dan ekonomi.
populasinya. DAFTAR PUSTAKA Bengen, D. G. 2000. Teknik pengambilan
SIMPULAN DAN SARAN I.Simpulan
contoh dan analisis data biologi-fisika
Berdasarkan hasil penelitian dapat
sumberdaya
disimpulkan:
Jakarta.
1. Berdasarkan
hasil
pesisir.
PKSPL-IPB.
penelitian
English, S., C. Wilkinson, dan V. Baker. 1994.
makrozoobentos yang hidup di Desa
Survey manual for tropical marine
Ladong
resources. Australia Institute of Marine
merupakan jenis ekosistem
mangrove heterogen. 2. Keheterogenan mangrove keberhasilan ISSN 2086 – 1397
suatu tidak
Science. Townsville. Australia. ekosistem
Hutagalung, H. P. 1991. Pencemaran laut oleh
menentukan
logam berat. Oseana 5. P3O-LIPI.
organisme
Jakarta. Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 55
Lili Kasmini, Identifikasi Populasi Makrozoobentos ...
Krebs, C. J. 1989. Ecological methodology. Harper Collins Publishers, Inc. New York, NY. Nybakken, J.W. 1982. Marine Biology : An Ecological Approach. Terjemahan Dr. M. Eidman. Gramedia Jakarta. Noor, Y. R., M. Khazali dan I. N. N. Suryadiputra.
1999.
Panduan
Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands
International
Indonesia
Program. Bogor. Suwignyo, S., B. Widigdo, Y. Wardiatno dan M. Krisanti. 1998. Avertebrata air. Jilid 2.
Fakultas
Perikanan
dan
Ilmu
Kelautan. IPB. Bogor. Yulianda, F. 2000. Keterkaitan komunitas moluska (Gastropoda dan Bivalvia) pada ekosistem mangrove di kawasan pantai Ulee-Lheue, Banda Aceh, NAD. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 1. Januari – Juni 2014 | 56