JURNAL PRAKTIKUM DASAR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kimia Analitik Dasar-Dasar Kimia Analitik Titrasi Penetralan (Asidi-Alkalimetri)



Nita Abelia



Kimia/S1 Kimia



22030234080



KC 2022



LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TITRASI PENETRALAN (ASIDI-ALKALIMETRI)



Disusun Oleh: NITA ABELIA



KC 2022



22030234080



PRODI S1 KIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM



UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2023



I. II.



JUDUL PERCOBAAN



: Titrasi Penetralan (Asidi-Alkalimetri)



TANGGAL PERCOBAAN : Senin, 03 April 2023



III.



WAKTU PERCOBAAN



: 07.00 WIB – 09.30 WIB



IV.



TUJUAN PERCOBAAN



: 1. Menentukan standarisasi larutan basa NaOH dengan larutan asam oksalat baku 2. Menentukan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH yang sudah distandarisasi



V.



DASAR TEORI



:



Kimia analitik dibagi dalam beberapa bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisisis kualitatif merupakan identifikasi zat-zat kimia dalam proses mengenali unsur atau senyawa yang ada pada suatu sampel. Produk-produk organik yang disintesis dalam laboratorium dapat diidentifikasi dengan menggunakan teknik-teknik instrumentasi seperti spektroslopi,inframerah dan resonansi magnetik nuklir. Sedangkan analisis kuantitatif merupakan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suaru sampel. Zat yang diteteapkan berupa sebagai analit atau konstituen. Jika zat yang dianalisis (analit) tersebut menyusun sekitar lebih dari 1% dari sampel maka analit tersebut diangkap konstituen utama. Zat dianggap sebagai konstituen minor jika jumlah larutannya berkisar antara 0,01% - 1% dari sampel. Dan jika suatu zat kurang dari 0,01 % dianggap sebagai konstituen perunut (trace) (Day & Underwood, 1998) Titrasi asam-basa adalah Teknik yang umum digunakan untuk menetapkan secara tepat konsentrasi asam atau basa dari sebuah larutan. Titrasi pada dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasnya disebut asidiakalimetri .Titrasi asidi-alkalimetri merupakan titrasi volumentri dengan menggunakan NaOH sebagai larutan baku sekunder dan kalium hydrogen ftalat sebagai larutan baku primer serta ditambahkan indikator



pp. Alkalimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan standar basa sedangkan asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif pada senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan standar asam. Prinsip asidi-alkalimetri akan terjadi dalam reaksi netralisasi antara ion hidrogen dari asam dengan ion hidroksida dari basa menghasilkan air yang bersifat netral atau dapat dikatakan rekasi antara pemberi proton (asam) dengan menerima proton (basa). Berdasarkan reaksinya dengan pelarut, asam dan basa diklasifikasikan menjadi asam-basa kuat dan lemah sehingga titrasi asam-basa meliputi titrasi asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. (Kleinfelter., dkk, 1980). Menurut arhenius asam terurai menjadi ion-ion hydrogen dan anion , kemudian basa terurai menajdi ion-ion hidroksida dan kation : Asam : HX



H+ + X-



Basa



OH- + B+



: BOH



Pada tahun 1923, bronsted mempresentasikan suatu pandangan tentang perilaku asam basa dengan perlakukan kesetimbangan Arhenius. Dalam pengertian bronsted asam agalah segala zat yang dapat memberikan proton dan basa adalah zat yang dapat menerima proton. Ion hidroksida adalah suatu aseptor proton karena merupakan basa bronsted tetapi ion tersebut tidak unik dari banyaknya spesies yang dapat menunjukan perilaku dasar. Ketika suatu asam menghasilkan Proton, spesies yang kekurangan harus mempunyai sedikit afinitas Proton sehingga merupakan suatu bahasa jadi dalam perlakuan prostat kita menemui pasangan asam basa Konjugasi : HB Asam



H+ + B basa



Interaksi kedua pasangan asam basa Konjugasi mengarah ke suatu kesetimbangan di mana sebagian dari molekul-molekul asam telah memindahkan Proton kedalam air. Molekul air yang berproton atau proton terhidrasi H3O+ disebut ion hidronium tetapi biasanya dinamakan Ion



hidrogen. Kita bisa menganggap bahwa suatu asam memiliki keasaman intrinsik tertentu tetapi perlakuan prostat memperjelas bahwa tingkat terurainya suatu asam dalam larutan tergantung pada ke basa pelarut (Day & Underwood, 1998). Titran atau titer merupakan larutan yang digunakan untuk mentitrasi yang sudah diketahui secara pasti konsentrasinya.penambahan titran dilakukan secara kontinu dalam sebuah buret dengan wujud larutan yang sudadh diketahui kosentrsasinya. asam perklorat merupakan asam yang digunakan untuk titrasi basa lemah karena asam ini adalah asam yang sangat kuat dan mudah didapat. Basa lemah Di Titrasi dengan larutan asam asetat glasial dalam kasus tersebut titrannya adalah asam perklorat. Pada basa kuat seperti Alkali, hidroksida, Tetraalkilamonium hidroksida, dan natrium atau kalium metoksida atau etoksida digunakan pelarut alkohol yang rendah dan campuran Benzena dengan methanol atau etanol Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasinya. Larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya secara pasti dalam proses yang dinamakan standarisasi. Ditinjau dari kemurnianya larutan standar dikelompokan menjadi dua yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer merupakan larutan yang dibuat untuk persiapan yang sebelumnya sudah ditimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa-volume larutan. Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan yang dipersipakan untuk melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relative rendah sehigga konsentrasinya merupakan hasil dari standasrisasi (Day & Underwood, 1998) Standardisasi larutan adalah proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara menitrasi dengan larutan standar primer (John, 2003). Larutan Sekunder dipersiapkan Melalui penguraian sampel dari zat terlarut dan penimbangan secara akurat volume larutan. Model tersebut biasanya tidak dapat diterapkan karena kemungkinan Reagen kimia yang diperoleh dalam bentuk murni untuk



memenuhi kebutuhan analisis dalam hal ke akuratan Substansi yang memadai untuk hal ini adalah standar primer. Karakteristik larutan standart yaitu : 1. Harus tersedia dalam bentuk murni atau dalam suatu tingkatan kemurnian yang diketahui. Secara umum jumlah total dari pengotor tidak boleh melebihi 0,01 sampai 0,02% dan harus dilakukan tes untuk mendeteksi kuantitas pengotor tersebut melalui tes kualitatif dengan sensitivitas yang diketahui. 2. Substansi tersebut harus stabil mudah Dikeringkan dan tidak terlalu cross kopi yg sehingga tidak banyak menyerap air selama penimbangan. Dan tidak bereaksi dengan udara seperti garam hidrat. 3. Standar primer mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi agar dapat meminimalisir konsekuensi galat pada saat penimbangan. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur,



ion,



gugus,



molekul)



yang



dianalisis



atau



ditentukan



konsentrasinya atau strukturnya. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat tutrasi diakhiri. Pengambilan alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan pengenceran. Pengenceran merupakan proses yang tidak mengakibatkan terjadinya reaksi kimia. Pengenceran dilakukan dalam volume yang besar di botol volume metrik. Teknik tersebut berguna dalam prosedur spek throw Fotometri adalah penyesuayan konsentrasi zat terlalu tua sehingga galat pengukuran absorbansi larutan dapat diminimalkan. Perhitungan yang melibatkan pengenceran bersifat langsung karena tidak ada reaksi kimia yang terjadi lalu jumlah mall larutan dalam larutan asli harus sama dengan



nol



dalam



larutan



hasil



maka



dari



itu



berlaku



hukum kekekalan mol (Haryadi, 1990). Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi tidak tepat sama dgn titik ekivalen (≤ 0,1%), disebabkan ada kelebihan titran, indikator bereaksi dgn analit, atau indikator bereaksi dgn titran, diatasi dgn titrasi larutan



blanko. Larutan blanko larutan yg terdiri atas semua pereaksi kecuali analit.Untuk mengetahui titik ekivalen secara eksperimen biasanya dibuat kurva titrasi yaitu kurva yang menyatakan hubungan antara –log [H + ] atau –log [X- ] atau –log [Ag+ ] atau E (volt) terhadap volume (Padmaningrum, 2006). Peralatan yang digunakan dalam titrasi pada umunya meliputi : 1. Buret



Gambar 1 buret dan cara memgang keran Sumber : Buku Analisis Kimia Kualitatif Edisi Keenam Buret digunakan dalam menghantarkan volume yang sudah pasti namun dapat diubah-ubah dalam titrasi. Keran terbuat dari kaca atau teflon tidak memerlukan pelumasan namun hendaknya dilumasi tipis - tipis dengan gemuk Keran bukan kamu yang mengandung Silikon jika salutan tidak dapat bocor karena kamu tersebut menyumbat ujung buret (Day & Underwood, 1998) 2. Statif dan klem



Gambar 2 Statif dan Klem Sumber: www.google.com



Statif merupakan peralatan laboratorium kategori non gelas yang biasanya terbuat dari baja tahan karat dan berfungsi duntuk menegakkan/penyangga alat-alat lab (misal buret). Dalam prakteknya statif selalu dipasangkan dengan klem yang berfungsi untuk menjepit alat-alat lab yang disangga oleh statif.. 3. Labu Erlenmeyer



Gambar 3 Labu Erlenmeyer Sumber : www.google.com



Labu Erlenmeyer merupakan gelas laboratorium yang terbuat dari kaca yang berfungsi untuk tempat membuat, mencampur, dan memanaskan senyawa kimia. 4. Pipet



Gambar 4 pipet Sumber : Buku Analisis Kimia Kualitatif Edisi Keenam Jenis pipet sangat banyak antara lain Pipet transfer digunakan untuk memindahkan larutan yang volumenya sudah pasti dari suatu wadah ke wadah lainnya PIPA tersebut



harus dibersihkan dengan aquades tetapi menyesalkan tetesan air yang menempel pada dinding dalam. Pipet ukur mirip dengan Buret dan digunakan untuk mengukur volume larutan dengan ketetapan diatas gelas ukur. Tetapi biasanya pipet ukur tidak digunakan bila di tuntut ketepatan yang tinggi. Dua tipe mikro pipet yaitu pipet lamda dan souit mikroliter. Indikator asam-basa adalah indikator berupa zat yang dapat merubah warna apabia pH sekitar lingkungannya. Indikator pH terbagi menjadi indikator satu warna dan indikator dua warna. Indikator satu warna adalah yaitu indikator yang mempunyai satu macam warna seperti fenolptalin yang hanya akan berwarna merah bila dalam lingkungan basa. Indikator dua warna adalah indikator yang mempunyai dua warna, yaitu warna asam dan warna basa. Indikator kuning alizarin mempunyai warna kuning dalam lingkungan asam (warna asam) dan berwarna ungu dalam lingkungan basa (warna basa). Perubahan PH sangat berpengaruh dalam Titrasi untuk menentukan kapan. Ekuivalen dicapai. Banyak asam dan basa organik lemah yang tak terurai dan molekul tersebut digunakan untuk menentukan penambahan titran telah mencukupi, keadaan tersebut dinamakan indikator visual. Contohnya pada indikator fenolftalein (PP) Yang merupakan asam di protik dan tidak berwarna Indoka Tor ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarna kemudian dengan hilangnya Proton



kedua



menjadi



ion



dengan



sistem



konjugasi



menghasilkan warna merah. Beberapa indikator Asam Basa: Tabel 1 Indikator asam-basa Indikator



Perubahan Warna



Rentan pH



Asam pikrat



Tidak berwarna ke kuning



0,1-0,8



Timol biru



Merah ke kuning



1,2-2,8



2,6-Dintrofenol



Tidak berwarna ke kuning



2,0-4,0



Metil kuning



Merah ke kuning



2,9-4,0



Bromfenol biru



Kuning ke biru



3,0-4,6



Metil Oranye



Merah ke kuning



3,1-4,4



Bromkresol hijau



Kuning ke biru



3,8-5,4



Metil merah



Merah ke kuning



4,2-6,2



Litmus



Kuning ke biru



5,0-8,0



Metil ungu



Ung uke hijau



4,8-5,4



p-Nitrofenol



Tidak berwarna ke kuning



6,0-7,6



Bromkresol ungu



Kuning ke ungu



5,2-6,8



Bromtimol



Kuning ke ungu



5,2-6,8



Netral merah



Merah ke kuning



6,8-8,0



Fenol merah



Kuning ke biru



6,8-8,4



p-a-Naftolftalein



Kuning ke biru



7,0-9,0



Fenolftalein



Tidak berwarna ke merah



8,2-12,0



Timolftalein



Tidak berwarna ke biru



9,3-10,6



Alizarin kuning R



Kuning ke violet



10,1-12,0



1,3,5 Trinitrobenzena



Tidak berwarna ke oranye



12,0-14,0



Indikator asam-basa dapat berubah warna bila lingkungan pH berubah karena indikator asam basa merupakan asam organik lemah atau basa organik lemah sehingga dalam larutan terionisasi dan bentuk molekul indikator mempunyai warna yang berbeda dengan warna indikatornya. Letak trayek berbeda pH bergantung pada besar kecilnya tetapan kesetimbangan asam (Ka) atau tetapan kesetimbangan basa (Kb). Trayek pH terjadi akibat terjadinya kesetimbangan dan keterbatasan mata membedakan campuran warna. Indikator tepat apabila perubahan warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen dengan titrat selain itu perubahan warna harus terjadi dengan mendadak agar tidak ada keragu-raguan kapan penambahan titran dihentikan sehingga diperoleh titik akhir titrasi yang jelas. Dalam hasil indikator yang baik maka harus dipilih indikator yang mempunyai trayek pH yang mencakup pH larutan yang mendekati titik ekivalen bahkan trayek pH indikator tersebut harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva titrasi (Day & Underwood, 1998).



Ada 2 macam kertas lakmus, yaitu merah dan biru. Kertas lakmus biru biasanya digunakan untuk menunjukkan asam, yaitu jika dicelupkan dalam larutan dan ternyata berubah menjadi warna merah, berarti larutan tersebut bersifat asam. Sebaliknya jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam suatu larutan dan warna kertas berubah menjadi biru, berarti larutan tersebut bersifat basa. Jika kertas lakmus merah atau biru dicelupkan ke dalam suatu larutan dan ternyata kedua kertas tidak mengalami perubahan warna, berarti larutan tersebut bersifat netral. Indikator universal dalam bentuk kertas maupun larutan sehingga akan menjukan harga jangkauan pH suatu larutan yang lebar. Jika kertas indikator ini dicelupkan ke dalam larutan akan memberikan warna tertentu yang kemudian dibandingkan dengan warna standar yang tertera dalam wadahnya untuk mengetahui pH larutan yang sebenarnya. Dalam menganalisis sampel asam dan basa larutan asam lebih mudah dipertahankan dari pada larutan basa, maka dari itu asam biasanya dipilih sebagai standar referensi permanen untuk suatu basa. Dalam pemilihan asam yang digunakan untuk larutan standar didasarkan pada faktor faktor berikut: 1. Asam itu harus kuat yaitu sangat ter disosiasi, 2. Tidak mudah menguap, 3. Dalam keadaan stabil, 4. Garam dari asam harus mudah larut, 5. Asam tersebut bukan pengoksidasi yang cukup kuat untuk menghancurkan



senyawa senyawa organik



yang digunakan



sebagai indikator. HCl paling banyak digunakan untuk larutan standar. Garam garam klorida dari Yan perak, timah dan Raksa satu tidak mudah laut seperti halnya Sulfat dari logam logam Alkali tanah dan timah. HCl adalah suatu gas tetapi tidak cukup mudah menguap dari larutan dalam rangka ton konsentrasi yang biasa digunakan karena sangat ter disosiasi



dalam larutan berair. Dalam pembuatan larutan standar dari HCl dilakukan dengan menimbang sebagian HCl yang diketahui densitasnya diukur dengan peran pengenceran dalam labu volumemetri tetapi biasanya asam tersebut distandarisasi dengan cara yang biasa terhadap standar utama. Syarat-syarat bahan standar utama : 1. Harus tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan diketahui kemurniannya. 2. Zat tersebut harus mudah mengering dan tidak boleh terlalu higroskopi karena hal itu dapat mengakibatkan air ikut saat dalam penimbangan. 3. Standar Utama memiliki berat ekivalen yang tinggi untuk meminimalkan akibat dari kesalahan saat penimbangan. 4. Asam atau basa kuat sangat ter disosiasi namun asam atau basa lemah dapat digunakan sebagai standar utama tanpa kerugian yang berarti khususnya ketika larutan standar tersebut akan digunakan untuk menganalisis sampel dari asam atau basa lemah. (Day & Underwood, 1998). VI.



ALAT DAN BAHAN 



Alat 1) Buret 2) Klem 3) Labu Erlenmeyer 4) Gelas ukur 5) Batang pengaduk 6) Kaca arloji 7) Labu ukur 8) Statif 9) Timbangan 10) Tabung reaksi 11) Pipet tetes







Bahan 1) Aquades



2) Asam Oksalat Dehidrat 3) Indikator Fenolftalein (PP) 4) Indikator metil jingga 5) Natrium karbonat 6) Indikator metil merah 7) Boraks murni 8) Larutan NaOH 0,1 N 9) Larutan HCl X N VII.



PROSEDUR PERCOBAAN A. Pembuatan dan penentuan (standarisasi) larutan asam 1) Pembuatan larutan HCl ± 0,1 N HCl pekat murni -Dituangkan HCl pekat murni 9 mL kedalam gelas beker -Ditambahkan 500 mL aquadest sampai tanda batas -Diasuk hingga homogen Larutan HCl 0,1 N 2) Penentuan larutan HCl ± 0,1 N a) Dengan Natrium karbonat (Na2CO3) anhidrat sebaga Na2CO3 anhidrat murni -Ditimbang 1,3 gram Na2CO3 anhidrat murni -Dipindahkan kedalam gelas ukur 250mL -Dilarutkan dengan aquadest -Diencerkan sampai tanda batas -Diaduk hingga homogen Larutan baku Na2CO3 Larutan HCl



Larutan baku Na2CO3



-Dibilas



buret



dengan



5mL



HCl



Sebanyak 3 kali -Ditambahkan HCl ke dalam buret sampai 2-3 cm diatas titik nol -Dibuka kran perlahalahan -



Diturunkan larutan



-



sampai



-



Ditambahkan



25mL



larutan baku



Na2CO3



kedalam



labu



Erlenmeyer 250 mL Ditambahkan 25 mL aquadest Ditambahkan



2-3



tetes



indikator metil jingga Diletakan Labu Erlenmeyer dibawah buret dan diberi



titik nol



kertas putih



-



Dititrasi dengan membuka kran buret



-



Ditambahkan sampai terjadi perubahan



warna Metil jingga berwarna kuning -



Dicuci



dinding



labu



Erlenmeyer



dengan



aquadest -



Dititrasi ditambahkan asam setetes demi tetes



Metil jingga menjadi jingga atau sedikit merah muda -



Dicatat dan dihitung volume asam



Volume -



Diulangi sebanyak 3 kali



-



Dihitung konsentrasiw



Konsentrasi HCl Reaksi percobaan : Na2CO3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl2 (aq) + H2O (l) + CO2(g) b) Dengan Natrium tetra borat dekahidrat atau boraks sebagai baku Boraks murni -



Ditimbang 4,7-4,8 gram boraks murni



-



Dipindahkan kedalam labu ukur



-



Dilarutkandan diencerkan sampai tanda batas



-



Dikocok hingga homogen



Larutan boraks



Larutan boraks -Ditambahkan 25 mL larutan boraks -Ditambahkan 25 mL aquadest -Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah -Dititrasi -Dihentikan Ketika terjadi perubahan warna Metil merah berwarna kuning -



Dicuci dinding labu Erlenmeyer dengan aquadest



-



Dititrasi dan ditambahkan asam tetes demi tetes



Metil merah menjadi sedikit merah muda -



Dicatat dan dihitung volume asam



Volume -



Diulang sebanyak 3 kali



-



Ditung konsentrasinya Konsentrasi HCl Reaksi percobaan : Na2B4O7 (aq) + 5H2O (l) + 2HCL (aq) → 4H3BO3 (aq) + 2 NaCl (aq) B. Pembuatan dan penentuan (standarisasi) larutan basa 1) Pembuatan larutan NaOH ± 0,1 N



a) Cara pertama NaOH -



Ditimbang ± 4,2 gram NaOH dalam kaca arloji



-



Dilarutkan dalam aquadest yang sudah didihkan



-



Diencerkan sampai volume 1 liter



-



Dikocok sampai homogen



-



Disimpan dalam botol dengan sumbat karet



Larutan NaOH



b) Cara kedua NaOH -



Dilarutkan 50 gram NaOH dalam 50mL aquadest



-



Dibiarkan hingga larut bagian atas jernih



-



Diambil 6,5mL larutan NaOH pekat



-



Diencerkan dengan air yang sudah didihkan sampai volume 1 liter



-



Disimpan dalam botol dengan sumbat karet



Larutan NaOH 2) Penentuan Standarisasi larutan NaOH ± 0,1 N a.Dengan asam oksalat baku Asam oksalat -



Ditimbang asam oksalat dengan teliti 1,6 gram dalam kaca arloji



-



Dipindahkan dalam gelas ukur 250 mL



-



Dilarutkan dengan aquadest



-



Diencerkan sampai tanda batas



-



Dikocok hingga homogen



Larutan asam oksalat baku a. Dengan asam okslaat sebagai baku Larutan asam oksalat



Larutan NaOH -Dibilas



buret



dengan



larutan



-



Dipipet sebanyak 10mL larutan asam oksalat



NaOH -Dimasukan NaOH kedalam buret



-



mL



-Dibuka kran perlaha-lahan -



Ditambahkan aquadest 10mL



-Dibaca dan dicatat angkanya



dengan



Ditambahkan 3 tetes indikator (Fenolftalein)



-



Dititrasi dengan larutan NaOH



-



Dihentikan Ketika terjadi perubahan warna indikator



Tidak berwarna menjadi merah muda Dibaca dan Dicatat volume pada awal dan akhir -



Diulangi sebanyak 3 kali



-



Dihitung konsentrasi larutan NaOH



Konsentrasi NaOH



gelas



ukur -



-



kedalam



labu Erlenmeyer 250



hingga melebihi titik nol -Diturunkan larutan hingga titik nol



Dimasukan



PP



Reaksi percobaan : 2NaOH (aq) + C2H2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (l) b. Dengan larutan standart HCl ± 0,1 N Larutan NaOH -Dibilas



Larutan HCl



buret



dengan



larutan



-



Dipipet sebanyak 10mL larutan HCl



NaOH -Dimasukan NaOH kedalam buret



-



-Diturunkan larutan hingga titik nol



mL -



Ditambahkan aquadest 10mL



-Dibaca dan dicatat angkanya



dengan



Ditambahkan indikator (Fenolftalein)



-



Dititrasi dengan larutan NaOH



-



Dihentikan Ketika terjadi perubahan warna indikator



Tidak berwarna menjadi merah muda Dibaca dan Dicatat volume pada awal dan akhir -



Diulangi sebanyak 3 kali



-



Dihitung konsentrasi larutan NaOH



Konsentrasi NaOH Reaksi percobaan : NaOH (aq) + HCl(aq) → NaCl (aq) + 2 H2O (l) Rumus :



gelas



ukur -



-



kedalam



labu Erlenmeyer 250



hingga melebihi titik nol -Dibuka kran perlaha-lahan



Dimasukan



3



tetes PP



M1 x V1 = M2 x V2



VIII.



HASIL PENGAMATAN No. Perc 1



Prosedur Percobaan 2. Penentuan larutan natrium hidroksida ±0,1 N a. Dengan asam oksalat (C2H2O4) sebagai baku Larutan NaOH



Larutan asam oksalat



- Dibilas buret menggunakan larutan NaOH - Dimasukkan NaOH kedalam buret hingga melebihi titik nol - Dibuka kran perlahan-lahan - Diturunkan larutan hingga titik nol - Dibaca dan dicatat angkanya - Dititrasi dengan larutan NaOH - Dihentikan saat terjadi perubahan warna indikator - Dibaca dan dicatat angka pada buret pada awal dan akhir - Diulang sebanyak 3 kali -Dihitung konsentrasi larutan NaOH Konsentrasi NaOH



- Dipipet sebanyak 10 ml larutan asam oksalat - Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 ml - Ditambahkan air suling 10 ml dengan gelas ukur - Ditambahkan 3 tetes indikator pp



Hasil Pengamatan Sebelum - Larutan asam



Sesudah - Tabung 1



Dugaan / Reaksi



Kesimpulan



- 2NaOH (aq) +



Berdasarkan



oksalat = tidak



Asam oksalat



C2H2O4 (aq) →



percobaan yang



berwarna



+ 3 tetes



Na2C2O4 (aq) +



telah dilakukan,



- Larutan



indikator pp =



2H2O (l)



didapatkan hasil



natrium



tidak berwarna



konsentrasi NaOH - H2in (aq) + OH →



= 0,102 M dan



H3O + In



normalitas = 0,102



-



hidroksida = tidak berwarna



Adam oksalat



- Aquades =



+ aquades + 3



N, volume rata-rata



tidak berwarna



tetes indikator



didapatkan 9,8 ml



- Indicator



pp + natrium



fenolftalein =



hidroksida =



tidak berwarna



merah muda - Tabung 2 Asam oksalat + aquades + 3 tetes indikator pp = tidak



+



2-



berwarna Asam oksalat + aquades + 3 tetes indikator pp + natrium hidroksida = merah muda + + - Tabung 3 Asam oksalat + aquades + 3 tetes indikator pp = tidak berwarna Asam oksalat + aquades + 3 tetes indikator pp + natrium



hidroksida = merah muda + V1 = 9,6 ml T1 = 13 menit 10 detik V2 = 10 ml T2 = 19 menit V3 = 9,8 ml T3 = 10 menit



2.



b. dengan larutan standar HCl 0,1 N Larutan NaOH



Larutan asam klorida



- Dibilas buret menggunakan larutan NaOH - Dimasukkan NaOH kedalam buret hingga melebihi titik nol - Dibuka kran perlahan-lahan - Diturunkan larutan hingga titik nol - Dibaca dan dicatat angkanya



- Dipipet sebanyak 10 ml larutan HCl menggunakan pipet secukupnya - Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 ml - Ditambahkan air suling 10 ml menggunakan gelas ukur - Ditambahkan 3 tetes indikator pp



- Dititrasi dengan larutan NaOH - Dihentikan saat terjadi perubahan warna indikator - Dibaca dan dicatat angka pada buret pada awal dan akhir - Diulang sebanyak 3 kali - Dihitung konsentrasi larutan HCl



Konsentrasi HCl



- Larutan HCl



- Tabung 1



NaOH(aq) + HCl-



x N = tidak



10 ml larutan



(aq)



berwarna



HCl x N + 10



H2O(l)



- Aquades =



ml aquades + 3



tidak berwarna



tetes indikator



HCl(aq) + H2O(l) +



konsentrasi HCl =



- Larutan



pp = tidak



Hin(aq) → Cl-(aq) +



0,073



berwarna



H3O



Normalitas HCl =



indikator pp = tidak berwarna - Larutan



→ NaCl(aq) +



Berdasarkan percobaan telah



yang



dilakukan,



didapatkan



+ (aq)



+ In







(aq)



hasil



M



dan



0,073 N dengan 10 mL larutan



volume



NaOH 0,102 N



HCl x N +



yang



= tidak



10 ml



7,23 ml



berwarna



aquades + 3 tetes indikator pp + larutan NaOH = merah muda - Tabung 2 10 mL larutan



rata-rata didapatkan



HCl x N + 10 ml aquades + 3 tetes indikator pp = tidak berwarna 10mL larutan HCl x N + 10 ml aquades + 3 tetes indikator pp + larutan NaOH = merah muda + - Tabung 3 10 ml larutan HCl x N + 10 ml aquades + 3 tetes indikator pp = tidak berwarna



10 ml larutan HCl x N + 10 ml aquades + 3 tetes indikator pp + larutan NaOH = merah muda + V1 = 7,1 ml T1 = 11 menit 4 detik V2 = 7,2 ml T2 = 10 menit 53 detik V3 = 7,4 ml T3 = 14 menit



IX.



PEMBAHASAN Pada praktikum hari Senin, 02 April 2023 pukul 07.00 WIB sampai 09.30 WIB telah dilakukan praktikum yang berjudul “Titrasi Penetralan (Asidi-Alkalimetri)”. Tujuan praktikum titrasi asidi-alkalimetri adalah menentukan standarisasi larutan basa NaOH dengan larutan asam oksalat sebagai baku dan menentukan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH yang sudah di standarisasi. Titrasi asidi-alkalimetri adalah titrasi volumentri dengan menggunakan NaOH sebagai larutan baku sekunder dan asam oksalat sebagai larutan baku primer serta ditambahkan indikator PP. Alkalimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan standar basa yang sudah diketahui konsentrasinya. sedangkan asidi merupakan penetapan kadar secara kuantitatif pada senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan standar asam yang sudah diketahui konsentrasinya. Standarisasi adalah penentuan konsentrasi larutan standar sekunder melalui larutan standar primer. Larutan baku adalah larutan yang mengandung konsentrasi yang diketahui secara tepat dari unsur atau zat. Larutan baku terbagi menjadi 3 yaitu larutan baku primer, sekunder dan tersier. Larutan baku primer adalah larutan yang diperoleh dengan cara melarutkan suatu zat murni yang memiliki kemurnian tinggi dalam pelarut tertentu melalui metode gravimetri atau perhitungan massa dengan konsentrasi yang sudah diketahui. Larutan baku sekunder adalah larutan yang diketahui konsentrasinya dengan cara secara menstandarisasi dengan larutan baku primer



yaitu asam oksalat Larutan baku tersier adalah larutan yang



konsentrasinya diperoleh dengan mentitrasi dengan larutan sekunder yang telah memalui proses standarisasi yaitu HCl. Syarat larutan standar primer adalah pertama tersedia dalam bentuk murni. Maksud zat murni dengan kemurnian tinggi bahan kimia yang terdiri dari satu jenis senyawa atau unsur saja dan tidak tercampur dengan zat lain, serta memiliki kemurnian yang sangat tinggi. Kemurnian tinggi dalam konteks merujuk pada tingkat kebersihan atau kemurnian bahan



kimia tersebut, yang diukur dengan persentase jumlah bahan kimia murni terhadap jumlah total bahan kimia dalam sampel. Standar kemurnian untuk bahan kimia berbeda-beda tergantung pada kebutuhan dan jenis bahan kimia tersebut. Standar umumnya mencakup standar reagen kimia (SR) atau standar analisis (SA), yang menunjukkan bahwa bahan tersebut telah diuji dan terbukti memiliki kemurnian yang tinggi. Kedua zat darus dalam keadaan kering dan tidak terlalu higrokospik agar tidak banyak menyerap air ketika penimbangan. Jika air ikut tertimbang maka akan mempengaruhi massa yang diinginkan karena terjadi akumulasi NaOH dan air. Ketiga standar primer memiliki massa ekivalen yang tinggi untuk meminimalisir kesalahan dalam penimbangan. Massa ekivalen dari asam atau basa adalah berat yang diperlukan dalam gram untuk melengkapi atau bereaksi dengan 1 mol H+ (1,008g). BE dari substansi tersebut dinamakan ekivalen yang dinamakan mol. Keempat asam atau basa lebih disukai yang kuat yakni sangat terdisosiasi, namun asam/basa lemah bisa digunakan tanpa kerugian yang berartil larutan tersebut akan digunakan menganalisis sampeldari asam atau basa lemah. larutan HCl tidak digunakan sebagai larutan standar primer karena HCl bersifat reaktif, dimana akan HCl akan bereaksi dengan air dan udara yang menyebabkan konsentrasi yang dihasilkan tidak akurat karena HCl terkontaminasi dan larutan HCl akan merusak alat ukur karean bersifat korosif. 1. Percobaan 1 : penentuan standarisasi larutan basa NaOH dengan larutan baku asam oksalat Pada praktikum tersebut digunakan larutan standar baku asam oksalat yang sudah diketahui konsentrasinya. Pada praktikum ini mula-mula diambil larutan NaOH menggunakan gelas beker yang akan digunakan untuk membilas buret. Hal tersebut bertujuan untuk agar tidak terkontaminasi dengan zat lain yang menempel pada dinding buret sehingga hasil pengukuran akan lebih akurat. Digunakan larutan NaOH karena NaOH memiliki sifat alkaline dimana mampu melarutkan sisa zat yang menempel dan membantu mentralkan sisa asam-asam yang masih tersisa



setelah digunakan sebelumnya.



Dimasukan larutan NaOH kedalam buret hingga melebihi batas miniskus. Batas miniskus adalah merupakan cekungan yang menandakan titik terendah dari permukaan cairan pada sebuah alat ukur seperti buret, hal tersebut terjadi karena adanya gaya kohesi yang menyebabkan permukaan cairan menlengkung atau bagian bawah permukaan membentuk cekungan atau miniskus. Kemudian keran dibuka perlahan hingga larutan tepat pada batas miniskus nol. Perlakukan terhadap



asam okslat dipipet sebanyak 10mL



menggunakan piper seukuran. Asam oksalat berperan sebagai larutan baku primer yang telah diketahui konsentrasinya. Kemudian dimasukan kedalam labu Erlenmeyer 250mL lalu ditambahkan aquadest 10 mL menggunakan gelas ukur menghasilkan larutan tidak berwarna. Penambahan aquadest akan mempengaruhi konsentrasi dan tidak berpengaruh terhadap mol wkivalen. Karena dari hal tersebut akan menentukan mol ekivalen yang akan digunakan untuk menentukan molaritas. Setalah itu ditambahkan 3 tetes indikator PP menghasilkan larutan tidak berwarna. Penambahan indikator tersebut adalah untuk mempermudah penentuan titik akhir ekivalen dengan ditandakan terjadi perubahan warna menjadi merah muda. pH nya adalah 8,2-12. Reaksi yang terjadi yaitu : 1. 2NaOH (aq) + C2H2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq) + 2H2O (l) 2. H2in (aq) + OH- → H3O+ + In2Kemudian dititrasi dengan NaOH dan dihentikan Ketika terjadi perubahan warna indikator dari tidak berwarna menjadi larutan berwarna merah muda kemudian dilakukan pengulangan 3 kali (triplo) dan dihitung konsentrasinya. H3O+ merupakan ion hidronium yang mengidentifikasi adanya asam maka . NaOH direaksikan dengan asam oksalat akan menjadi natrium oksalat. Penambahan indikator tersebut mendeteksi kelebihan OH sehingga indikator PP akan mengalami perubahan warna dari tidak berwarna mejadi merah muda. Mekanisme kerja indikator PP adalah Indikator PP merupakan asam diprotik, proton pertama lepas mengahsilkan bentuk larutan



tidak berwarna kemudian pelepasan proton kedua menjadi sistem ion terkonjugat karena terjadi kelebihan OH yang akan berekasi dengan indikator PP, sehingga indikator PP akan mengalami pelepasan proton dengan makna lepasnya H+. Prinsip Dalam standarisasi larutan NaOH tidak hanya menggunakan asam oksalat tetapi ada beberapa larutan yang dapat digunakan dalam menstandarisasi NaOH tergantung jenis titrasi dan indikator yang digunakan antara lain yaitu asam klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), natrium karbonat (Na2CO3), kalium permangat (KMnO4). Pada tabung 1 terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda dan didapatkan volume NaOH sebesar 9,6 mL dengan waktu titrasi salama 13 menit 10 dekit. Pada tabung 2 terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda ++ dan didapatkan volume NaOH 10 mL dengan waktu tirasi selama19 menit. Dan pada tabung 3 terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda + dan didapatkan volume NaOH sebesar 9,8mL dengan waktu titrasi selama 10 menit. Kemudian dihitung volume total dengan ditambahan volume tabung 1,2, dan 3 kemudian dibagi tiga menghasilkan volume total 9,8 mL yang akan digunakan untuk menghitung konsentrasi. Didapatkan konsentrsai NaOH sebesar 0,102 M dan 0,102 N. 2. Percobaan 1 : penentuan konsentrasi HCl menggunakan larutan NaOH yang sudah distandarisasi Pada praktikum tersebut digunakan larutan standar NaOH yang sudah distandarisasi sebelumnya. Pada praktikum ini mula-mula diambil larutan NaOH menggunakan gelas beker yang akan digunakan untuk membilas buret. Hal tersebut bertujuan untuk agar tidak terkontaminasi dengan zat lain yang menempel pada dinding buret sehingga hasil pengukuran akan lebih akurat. Digunakan larutan NaOH karena NaOH memiliki sifat alkaline dimana mampu melarutkan sisa zat yang menempel dan membantu mentralkan sisa asam-asam yang masih tersisa



setelah digunakan sebelumnya.



Dimasukan larutan NaOH kedalam buret hingga melebihi batas miniskus. Batas miniskus adalah merupakan cekungan yang menandakan titik terendah dari permukaan cairan pada sebuah alat ukur seperti buret, hal tersebut terjadi karena adanya gaya kohesi yang menyebabkan permukaan cairan menlengkung atau bagian bawah permukaan membentuk cekungan atau miniskus. Kemudian keran dibuka perlahan hingga larutan tepat pada batas miniskus nol. Lalu dibaca dan dicatat angkatnya. Perlakukan terhadap



HCl X N dipipet sebanyak 10mL



menggunakan piper seukuran. HCl merupakan senyawa yang akan dicari konsentrasinya. Kemudian dimasukan kedalam labu Erlenmeyer 250mL lalu ditambahkan aquadest 10 mL menggunakan gelas ukur menghasilkan larutan tidak berwarna. Aquadest adalah air yang telah diolah melalui proses distilasi atau penyulingan sehingga bebas dari mineral dan zat-zat lainnya yang terkandung dalam air biasa. Air biasa, di sisi lain, adalah air yang belum melalui proses penyulingan atau pengolahan apapun, dan dapat mengandung mineral, bakteri, dan zat-zat lainnya, distilasi adalah proses pemisahan suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponennya. Proses ini melibatkan pemanasan campuran hingga mencapai titik didih komponen yang diinginkan, dan kemudian mengumpulkan uap yang dihasilkan dan mengembalikannya ke kondensor di mana uap tersebut dikondensasikan kembali menjadi cairan. Hasil akhir dari proses distilasi adalah pemisahan komponen-komponen campuran menjadi fraksi-fraksi yang berbeda berdasarkan titik didihnya. Penambahan aquadest akan mempengaruhi konsentrasi dan tidak berpengaruh terhadap mol wkivalen. Karena dari hal tersebut akan menentukan mol ekivalen yang akan digunakan untuk menentukan molaritas. Setalah itu ditambahkan 3 tetes indikator PP menghasilkan larutan tidak berwarna. Penambahan indikator tersebut adalah untuk mempermudah penentuan titik akhir ekivalen dengan ditandakan terjadi perubahan



warna menjadi merah muda. pH nya adalah 8,2-12. Reaksi yang terjadi yaitu : 1. NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) 2. HCl(aq) + H2O(l) + Hin(aq) → Cl-(aq) + H3O+(aq) + In-(aq) Kemudian dititrasi dengan NaOH dan dihentikan Ketika terjadi perubahan warna indikator dari tidak berwarna menjadi larutan berwarna merah muda kemudian dilakukan pengulangan 3 kali (triplo) dan dihitung konsentrasinya. H3O+ merupakan ion hidronium yang mengidentifikasi adanya asam maka . NaOH direaksikan dengan asam oksalat akan menjadi natrium oksalat. Penambahan indikator tersebut mendeteksi kelebihan OH sehingga indikator PP akan mengalami perubahan warna dari tidak berwarna mejadi merah muda. Mekanisme kerja indikator PP adalah Indikator PP merupakan asam diprotik, proton pertama lepas mengahsilkan bentuk larutan tidak berwarna kemudian pelepasan proton kedua menjadi sistem ion terkonjugat karena terjadi kelebihan OH yang akan berekasi dengan indikator PP, sehingga indikator PP akan mengalami pelepasan proton dengan makna lepasnya H+. Prinsip Dalam standarisasi larutan NaOH tidak hanya menggunakan asam oksalat tetapi ada beberapa larutan yang dapat digunakan dalam menstandarisasi NaOH tergantung jenis titrasi dan indikator yang digunakan antara lain yaitu asam klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), natrium karbonat (Na2CO3), kalium permangat (KMnO4). Pada tabung 1 terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda dan didapatkan volume sebesar 7,1 mL dengan waktu titrasi selama 11 menit 04 detik. Pada tabung 2 terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda + dan didapatkan volume 7,2 mL dengan waktu titrasi selama 10 menit 53 detik . Dan pada tabung 3 terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda++ didapatkan volume sebesar 7,4 mL dengan waktu titrasi selama 14 menit. Kemudian dihitung volume total dengan ditambahan volume tabung 1,2, dan 3



kemudian dibagi tiga menghasilkan volume total 7,23 mL yang akan digunakan untuk menghitung konsentrasi. Didapatkan konsentrsai HCl sebesar 0,073 M dan normalitas sebesar 0,073 N. X.



KESIMPULAN Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada percobaan pertama standarisasi larutan NaOH menggunakan larutan baku asam oksalat dengan menggunakan indikator PP didapatkan volume rata-rata sebesar 9,8 mL sehingga didaptkan konsentrsasi NaOH sebesar 0,102 M dan Normalitas NaOH sebesar 0,102 N dan terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah mudah sebagai tanda titik akhir evivalen. 2. Pada percobaan menentukan konsentrasi HCl menggunakan larutan NaOH yang sudah distandarisasi telah sebelumnya menggunakan indikator PP didapatkan volume rata-rata sebesar 7,23 mL sehingga didaptkan konsentrsasi HCl sebesar 0,073 M dan Normalitas NaOH sebesar 0,073 N dan terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah mudah sebagai tanda titik akhir evivalen.



XI.



SARAN Dalam pelaksanaan praktikum diharapkan setiap mahasiswa memahami dengan lebih teliti prosedur percobaan agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan prosedur percobaan dan mengakibatkan tidak ditemukan hasil yang akurat dalam penentuan konsentrasi baik NaOH maupun HCl ketika proses mereaksikan titer dan titran tersebut



DAFTAR PUSTAKA Day, R., & Underwood, A. (1998). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Haryadi, W. (1990). Dasar-Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga. John, K. (2003). Analytical Chemistry for Technicians. Washington: Lewis Publishers. Kleinfelter, D., keenan, C., & Wood, J. (1980). Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Padmaningrum, R. (2006). Titrasi Asidimetri. Jurnal Pendidikan Kimia, 1-9.



XII.



LAMPIRAN a. Jawablah pertanyaan 1. Mengapa pada pembuatan larutan NaOH harus memakai air yang sudah didihkan? jawab : Dalam pengeceran NaOH harus menggunakan air yang sudah didihkan karena NaOH merupakan logam alkali (Na) yang mudah berekasi dengan air dan akan menghasilkan rekasi eksoterm dimana partikel akan bergerak secara agak dan energi kinetik yang dihasilkam semakin cepat yang disebabkan oleh kenaikan suhu yang dapat mengakibatkan ledakan dalam proses pembuatan, kemudian untuk meningkatkan kelarutan karena akan mempercepat reaksi jika digunakan air mendidih dan untuk menstabilkan konsentrasi karena ketika memakai air dingin akan menghasilkan perbedaan suhu yang signifikan yang mneyebabkan fluktuasi dalam konsentrasi larutan. 2. Apa bedanya a) larutan baku dan larutan standar? b) asidimetri dan alkali metri ? Jawab : a) larutan baku merupakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan larutan sekunder, sedangkan larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan digunakan untuk menentukan konsentrasi atau jumlah zat dalam sampel. b) Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif pada senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan standar asam. sedangkan



Alkalimetri



merupakan



penetapan



kadar



secara



kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan standar basa. 3. Berikan alasan penggunaan indikator pada titrasi diatas ?



Jawab : Indikator terebut digunakan karena pada titrasi asam-basa pada umumnya digunakan indikator PP karena enambahan indikator tersebut mendeteksi kelebihan OH sehingga indikator PP akan mengalami perubahan warna dari tidak berwarna mejadi merah muda. Mekanisme kerja indikator PP adalah Indikator PP merupakan asam diprotik, proton pertama lepas mengahsilkan bentuk larutan tidak berwarna kemudian pelepasan proton kedua menjadi sistem ion terkonjugat karena terjadi kelebihan OH yang akan berekasi dengan indikator PP, sehingga indikator PP akan mengalami pelepasan proton dengan makna lepasnya H+



c. Dokumentasi 1. Penentuan konsentrasi NaOH dengan standarisasi asam oksalat baku No 1.



Gambar



Keterangan Dituangkan larutan NaOH pada gelas beker



2.



Ditambahkan larutan NaOH kedalam buret



3.



Dibuka perlahan kran dan diturunkan larutan hingga titik nol



4.



Dibaca dan dicatat angka pada buret



5.



Dipipet sebanyak 10 mL larutan asam oksalat dengan pipet seukuran



6.



Dimasukan kedalam labu Erlenmeyer 250 mL menghasilkan larutan tidak berwarna



7.



Diambil 10 mL aquadest dengan gelas ukur



8.



Ditambahkan aquadest 10 mL aquadest kedalam labu Erlenmeyer menghasilkan larutan tidak berwarna



9.



Ditambahkan 3 tetes indikator PP menghasilkan larutan tidak berwarna



10.



Dititrasi menggunakan larutan NaOH dan dihentikan jika terjadi perubahan warna indikator



11.



Dibaca dan dicatat angkat pada buret



12.



Diulangi titrasi sebanyak 3 kali dan dihitung konsentrasi NaOH



13.



Menghasilkan larutan berwarna merah muda



2. Penentuan konsentrasi HCl dengan standarisasi larutan NaOH No 1.



Gambar



Keterangan Dipipet 10 mL larutan HCl X N dengan pipet seukuran



2.



Diambil 10 mL aquadest menggunakan gelas ukur



3.



Dimasukan kedalam labu Erlenmeyer mengahasilkan larutan tidak berwarna



4.



Ditambahkan 3 tetes larutan indikator PP



5.



Dititrasi menggunakan larutan NaOH dan dihentikan jika terjadi perubahan warna indikator



6.



Dibaca dan dicatat angkat pada buret



7.



Diulangi titrasi sebanyak 3 kali dan dihitung konsentrasi NaOH



8.



Menghasilkan larutan berwarna merah muda



c) Perhitungan