Jurnal Rahmah 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ARTIKEL ILMIAH



HUBUNGAN PELEKATAN MENYUSUI, MENYENDAWAKAN BAYI DAN PENGGUNAAN BOTOL SUSU DENGAN REGURGITASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN



Disusun Oleh : RAHMAH 07180200060



PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN DEPARTEMEN KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU JAKARTA 2020



1



Hubungan Perlekatan Menyusui, Menyendawakan Bayi dan Penggunaan Botol Susu dengan Regurgitasi pada Bayi Usia 0-6 Bulan Rahmah1, Irma Jayatmi2, Hidayani3 1,2



Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Departemen Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jln. Harapan No. 50, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. 12610, Indonesia Telp. (021) 78894045, Email: [email protected], [email protected], 3 [email protected] Abstrak Penelitian internasional menunjukkan bahwa 77% bayi berusia < 3 bulan di seluruh dunia mengalami regurgitasi, di Indonesia kondisi serupa juga terjadi pada 75% bayi 0-3 bulan. Penelitian ini dilakukan karena masih banyaknya bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok yang masih mengalami kejadian regurgitasi, hal ini dibuktikan dalam studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perlekatan menyusui, menyendawakan bayi dan penggunaan botol susu dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik, pendekatan cross sectional, jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 40 responden, dengan sampel 40 responden diperoleh dengan teknik total sampling. Data di olah menggunakan SPSS versi 18. Hasil uji statistik Chi-square variabel pelekatan menyusui (P-value = 0,039), menyendawakan bayi (P-value = 0,014), penggunaan botol susu (P-value = 0,027). Kesimpulannya ada hubungan perlekatan menyusui, menyendawakan bayi dan penggunaan botol susu dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020. Saran untuk responden diharapkan agar para orang tua dapat memiliki kesadaran pentingnya menyendawakan bayi setelah menyusui. Kata Kunci: Menyendawakan Bayi, Penggunaan Botol Susu, Regurgitasi Abstract International research shows that 77% of infants aged 4 kali selama bulan pertama dan 50% bayi mengalami gumoh 1 – 4 kali per hari sampai usia 3 bulan. Sekitar 30% ibu di Indonesia mengalami kecemasan mengenai gumoh, dimana kecemasan lebih berkaitan dengan frekuensi (66%) dibanding volume gumoh (9%). Selain kecemasan mengenai frekuensi gumoh, orang tua juga mengeluhkan gejala yang menyertai gumoh seperti menangis atau rewel.7 Regurgitasi dapat terjadi disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi mengulum, pelekatan menyusui,8 menyendawakan bayi setelah menyusui,9 BBLR, kolik infantil dan penggunaan botol susu.10 Perlekatan menyusui adalah istilah yang digunakan untuk menyebut cara lain menahan puting ibu dalam mulut bayi.11 Ibu yang menyusui bayinya pertama kali akan mengalami beberapa permasalahan, diantaranya adalah ibu belum mengetahui teknik menyusui yang benar, emosional ibu saat pertama kali menyusui dalam kondisi masa pemulihan setelah melahirkan. Dengan teknik menyusui ini akan berpengaruh terhadap kemampuan ibu dalam memberikan ASI pada bayinya, teknik menyusui diantaranya adalah memberikan posisi menyusui, pelekatan mulut bayi pada payudara yang tepat sehingga bayi dapat dengan mudah mengisap putting susu ibu dan cara ibu memegang bayi saat menyusu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Y. Berdasarkan uji statistik tentang hubungan antara teknik perlekatan menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-2 bulan diperoleh nilai p value 0,000 (p value < 0,05), artinya H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara teknik perlekatan menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-2 bulan.12 Menyendawakan bayi adalah hal yang penting dilakukan setelah bayi minum susu. Dengan menyendawakan bayi akan membantu mengeluarkan udara yang ikut masuk ketika menyusu. Untuk mengurangi regurgitasi salah satunya dengan melakukan posisi menyusui yang benar sehingga mengurangi masuknya



3 udara kedalam lambung bayi dan menyendawakan setiap kali selesai menyusui. Saat proses menyusu seringkali udara ikut masuk bersama susu. Ketika susu masuk kedalam lambung, udara yang masuk tertahan dibagian atas lambung jika tidak dikeluarkan akan meningkatkan tekanan abdominal dan peningkatan tekanan sfingter esofagus yang mempengaruhi volume refluks pada esofagus, sehingga mengakibatkan isi lambung keluar kembali dan terjadi regurgitasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Samsuri AE. Hasil penelitian menunjukkan bayi 0-6 bulan sebagian besar disendawakan dalam kategori baik yaitu sebanyak 30 responden (60%). Kejadian regurgitasi pada bayi 0-6 bulan sebagian besar kategori jarang yaitu sebanyak 31 responden (62%). Ada hubungan menyendawakan bayi dengan kejadian regurgitasi pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga, dengan p value = -0, 000 (a = 0,05).9 Penggunaan botol susu merupakan variabel paling dominan dan bayi yang menggunakan botol susu memiliki kemungkinan 10 kali untuk mengalami regurgitasi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan botol susu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian regurgitasi > 4 kali sehari lebih banyak terjadi pada BBLR, penggunaan botol susu, dan bayi tanpa kolik infantil. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan botol susu terhadap regurgitasi (p=0,000, OR=10,803, dan IK=3,573-32,659).10 Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara kepada 10 ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok, didapatkan 6 ibu mengatakan bahwa bayinya suka gumoh setelah disusui sedangkan 4 ibu mengatakan bahwa bayinya tidak gumoh setelah disusui. Dari 10 ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan saat dilihat posisi atau pelekatan menyusui didapatkan 6 ibu menyusui dengan perlekatan yang kurang baik, sedangkan 4 ibu menyusui dengan perlekatan yang baik. Dari 10 ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan didapatkan 7 ibu yang tidak menyendawakan bayinya setelah menyusui, sedangkan 3 ibu lainnya menyendawakan bayinya setelah menyusui. Serta dari 10 ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan terdapat 5 ibu yang menggunakan botol susu, dan 5 ibu tidak menggunakan botol susu.



Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan perlekatan menyusui, menyendawakan bayi dan penggunaan botol susu dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perlekatan menyusui, menyendawakan bayi dan penggunaan botol susu dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020. Metode Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode penelitian deskriptif analitik, menggunakan rancangan cross sectional atau potong lintang. Jenis penelitian potong lintang atau cross sectional, merupakan penelitian deskriptif dimana subjek penelitian diamati atau diukur atau diminta jawabannya satu kali saja.13 Penelitian ini dilakukan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dikerjakan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawabnya. 14 Responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di RW 11 Kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok, penelitian ini dilakukan pada tahun 2020. Populasi penelitian ialah keseluruhan obyek penelitian, atau disebut juga universe. 15 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di RW 11 Kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok yaitu sebanyak 40 responden. Sampel penelitian ialah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan memakai teknik tertentu.15 Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di RW 11 Kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok yaitu sebanyak 40 responden dengan menggunakan teknik total sampling. Validitas ialah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur.16 Jika nilai r hitung (dalam output SPSS dinotasikan sebagai corrected item total correlation) > r tabel,



4 maka akan dikatakan bahwa item pernyataan tersebut adalah valid. Dalam penelitian ini pengujian validitas hanya dilakukan terhadap 20 responden, dengan menggunakan r tabel 0,444. Pernyataan yang valid akan diteruskan sampai ke tahap pengujian reliabilitas. Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur bisa dipercaya atau bisa diandalkan. Instrumen yang reliabel berarti hasil pengukurannya tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran berulangkali terhadap gejala yang sama dan memakai alat ukur yang sama. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan teknik Cronbach Alpha. Untuk menghitung reliabel atau tidak yaitu dapat membandingkan nilai r hasil (Cronbach Alpha) dengan nilai r tabel (0,444).17 Dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-square karena variabel yang dihubungkan terdiri dari variabel independen dalam bentuk kategorik dan variabel dependen dalam bentuk kategorik. Analisa ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SPSS versi 18. Yang hasilnya meliputi deskriptif data (univariat) dan bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Setelah itu dilakukan analisis bivariat.18 Melalui uji satatistik Chi Square akan di peroleh nilai P-value dimana didalam penelitian ini menggunakan tingkat kemaknaan 5% (0,05). Untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, jika kedua variabel tersebut mempunyai nilai P-value < 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut maka Ho ditolak dan Ha diterima, jika nilai P-value > 0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel tersebut yang artinya Ho diterima dan Ha ditolak dan untuk mengetahui besarnya peluang yaitu dapat dilihat dari nilai Odds Ratio (OR). Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penyajian data dalam bentuk tabel untuk memberikan keterangan berbentuk angka dan penyajian dalam bentuk narasi yang dilakukan untuk memberikan keterangan secara tulisan.



Hasil Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi frekuensi regurgitasi, perlekatan menyusui, menyendawakan bayi dan penggunaan botol susu pada bayi usia 0-6 bulan Variabel Regurgitasi Jarang Mengalami Regurgitasi Sering Mengalami Regurgitasi Perlekatan Menyusui Benar Tidak Benar Menyendawakan Bayi Menyendawakan Bayi Tidak Menyendawakan Bayi



Frekuensi (F)



Presentase (%)



15



37,5



25



62,5



17 23



42,5 57,5



18



45,0



22



55,0



Penggunaan Botol Susu Tidak Menggunakan 19 Botol Susu Menggunakan Botol 21 Susu Sumber: SPSS Versi 18 Tahun 2020



47,5 52,5



Berdasarkan tabel 1. dapat diambil kesimpulan dari 40 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden sering mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 25 responden (62,5 %), sedangkan responden yang jarang mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 15 responden (37,5 %). Berdasarkan tabel 1. sebagian besar responden dengan pelekatan tidak benar yaitu sebanyak 23 responden (57,5 %), sedangkan responden dengan pelekatan benar yaitu sebanyak 17 responden (42,5 %). Berdasarkan tabel 1. sebagian besar responden tidak menyendawakan bayi yaitu sebanyak 22 responden (55,0 %), sedangkan responden yang menyendawakan bayi yaitu sebanyak 18 responden (45,0 %). Berdasarkan tabel 1. sebagian besar responden menggunakan botol susu yaitu sebanyak 21 responden (52,5 %), sedangkan responden yang tidak menggunakan botol susu yaitu sebanyak 19 responden (47,5 %).



5 Analisis Bivariat Tabel 2. Hubungan perlekatan menyusui, menyendawakan bayi dan penggunaan botol susu dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020 Regurgitasi Jarang Sering Mengalami Mengalami Regurgitasi Regurgitasi N % N %



N



%



Perlekatan Menyusui Benar Tidak Benar



10 5



58,8 21,7



7 18



41,2 78,3



17 23



Menyendawakan Bayi Menyendawakan Bayi Tidak Menyendawakan Bayi



11 4



61,1 18,2



7 18



38,9 81,8



57,9



8



19,0



17



Variabel Penelitian



Penggunaan Botol Susu Tidak Menggunakan Botol 11 Susu Menggunakan Botol Susu 4 Sumber: SPSS Versi 18 Tahun 2020



Berdasarkan tabel 2. analisis hubungan perlekatan menyusui dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020 diperoleh bahwa dari 23 responden dengan pelekatan menyusui tidak benar yang sering mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 18 responden (78,3 %), dan yang jarang mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 5 responden (21,7 %). Sedangkan dari 17 responden dengan pelekatan menyusui benar yang jarang mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 10 responden (58,8 %), dan yang sering mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 7 responden (41,2 %). Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P-value = 0,039 dimana nilai P-value < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perlekatan menyusui dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020. Nilai P-value didapatkan dari Continuity Correction karena berdasarkan hasil pengolahan program SPSS didapatkan keterangan dari tabel 2x2 tidak terdapat nilai expected count kurang dari 5, dan memiliki nilai Odds Ratio sebesar 5.143 artinya responden dengan pelekatan menyusui tidak benar memiliki peluang 5 kali untuk mengalami regurgitasi dibandingkan dengan responden dengan pelekatan menyusui benar. Berdasarkan tabel 2. analisis hubungan menyendawakan bayi dengan regurgitasi pada



Total



P-Value



OR



100 100



0,039



5.143



18 22



100 100



0,014



7.071



42,1



19



100



0,027



5.844



81,0



21



100



bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020 diperoleh bahwa dari 22 responden yang tidak menyendawakan bayi yang sering mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 18 responden (81,8 %), dan yang jarang mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 4 responden (18,2 %). Sedangkan dari 18 responden yang menyendawakan bayi yang jarang mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 11 responden (61,1 %), dan yang sering mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 7 responden (38,9 %). Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P-value = 0,014 dimana nilai P-value < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara menyendawakan bayi dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020. Nilai P-value didapatkan dari Continuity Correction karena berdasarkan hasil pengolahan program SPSS didapatkan keterangan dari tabel 2x2 tidak terdapat nilai expected count kurang dari 5, dan memiliki nilai Odds Ratio sebesar 7.071 artinya responden yang tidak menyendawakan bayi memiliki peluang 7 kali untuk mengalami regurgitasi dibandingkan dengan responden yang tidak menyendawakan bayi. Berdasarkan tabel 2. analisis hubungan penggunaan botol susu dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020 diperoleh bahwa dari 21 responden yang menggunakan



6 botol susu yang sering mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 17 responden (81,0 %), dan yang jarang mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 4 responden (19,0 %). Sedangkan dari 19 responden yang tidak menggunakan botol susu yang jarang mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 11 responden (57,9 %), dan yang sering mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 8 responden (42,1 %). Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai P-value = 0,027 dimana nilai P-value < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan botol susu dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020. Nilai P-value didapatkan dari Continuity Correction karena berdasarkan hasil pengolahan program SPSS didapatkan keterangan dari tabel 2x2 tidak terdapat nilai expected count kurang dari 5, dan memiliki nilai Odds Ratio sebesar 5.844 artinya responden yang menggunakan botol susu memiliki peluang 6 kali untuk mengalami regurgitasi dibandingkan dengan responden yang tidak menggunakan botol susu. Pembahasan Hubungan Perlekatan Menyusui dengan Regurgitasi pada Bayi Usia 0-6 Bulan di RW 11 Kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020 Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara perlekatan menyusui dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020, diperoleh nilai hasil dari uji statistik Chi-square yang mana P-Value 0,039 dimana niali P-value < α (0,05) yang berarti Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara perlekatan menyusui dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020. Perlekatan menyususi adalah istilah yang digunakan untuk menyebut cara lain menahan puting ibu dalam mulut bayi.11 Teknik perlekatan adalah bagian yang penting dalam proses menyusui. Perlekatan yang tepat memungkinkan mulut bayi mampu menghisap dengan baik pula, dimana hisapan bayi ini yang akan menstimulasi ujung syaraf puting untuk membuat pesan terkirim ke otak. Otak akan memerintahkan hipotalamus anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan



hipotalamus posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon prolaktin akan merangsang alveoli payudara untuk menghasilkan ASI sedangkan hormon oksitosin yang akan menyebabkan otot-otot disekitar alveoli berkontraksi sehingga ASI akan terdorong ke ductus laktiferusdan siap untuk dihisap bayi. Semakin bayi menghisap maka semakin tinggi produksi ASI selanjutnya.19 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu Y. Berdasarkan uji statistik tentang hubungan antara teknik perlekatan menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-2 bulan diperoleh nilai p value 0,000 (p value < 0,05), artinya H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara teknik perlekatan menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-2 bulan.12 Menurut peneliti pelekatan menyususi dapat menyebabkan regurgitasi karena ibu yang menyusui bayinya pertama kali akan mengalami beberapa permasalahan, diantaranya adalah ibu belum mengetahui teknik menyusui yang benar, emosional ibu saat pertama kali menyusui dalam kondisi masa pemulihan setelah melahirkan. Dengan teknik menyusui ini akan berpengaruh terhadap kemampuan ibu dalam memberikan ASI pada bayinya, teknik menyusui diantaranya adalah memberikan posisi menyusui, pelekatan mulut bayi pada payudara yang tepat sehingga bayi dapat dengan mudah mengisap putting susu ibu dan cara ibu memegang bayi saat menyusu. Hubungan Menyendawakan Bayi dengan Regurgitasi pada Bayi Usia 0-6 Bulan di RW 11 Kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020 Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara menyendawakan bayi dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020, diperoleh nilai hasil dari uji statistik Chi-square yang mana P-Value 0,014 dimana niali P-value < α (0,05) yang berarti Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara menyendawakan bayi dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020. Menyendawakan bayi adalah hal yang penting dilakukan setelah bayi minum susu. Dengan menyendawakan bayi akan membantu



7 mengeluarkan udara yang ikut masuk ketika menyusu. Untuk mengurangi regurgitasi salah satunya dengan melakukan posisi menyusui yang benar sehingga mengurangi masuknya udara kedalam lambung bayi dan menyendawakan setiap kali selesai menyusui. Saat proses menyusu seringkali udara ikut masuk bersama susu. Ketika susu masuk kedalam lambung, udara yang masuk tertahan dibagian atas lambung jika tidak dikeluarkan akan meningkatkan tekanan abdominal dan peningkatan tekanan sfingter esofagus yang mempengaruhi volume refluks pada esofagus, sehingga mengakibatkan isi lambung keluar kembali dan terjadi regurgitasi.9 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Samsuri AE. Hasil penelitian menunjukkan bayi 0-6 bulan sebagian besar disendawakan dalam kategori baik yaitu sebanyak 30 responden (60%). Kejadian regurgitasi pada bayi 0-6 bulan sebagian besar kategori jarang yaitu sebanyak 31 responden (62%). Ada hubungan menyendawakan bayi dengan kejadian regurgitasi pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga, dengan p value = -0, 000 (a = 0,05).9 Menurut peneliti menyendawakan bayi adalah hal yang penting dilakukan setelah bayi minum susu. Dengan menyendawakan bayi akan membantu mengeluarkan udara yang ikut masuk ketika menyusu. Untuk mengurangi regurgitasi salah satunya dengan melakukan posisi menyusui yang benar sehingga mengurangi masuknya udara kedalam lambung bayi dan menyendawakan setiap kali selesai menyusui. Saat proses menyusu seringkali udara ikut masuk bersama susu. Ketika susu masuk kedalam lambung, udara yang masuk tertahan dibagian atas lambung jika tidak dikeluarkan akan meningkatkan tekanan abdominal dan peningkatan tekanan sfingter esofagus yang mempengaruhi volume refluks pada esofagus, sehingga mengakibatkan isi lambung keluar kembali dan terjadi regurgitasi. Hubungan Penggunaan Botol Susu dengan Regurgitasi pada Bayi Usia 0-6 Bulan di RW 11 Kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020 Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara penggunaan botol susu dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020, diperoleh nilai hasil dari uji statistik Chi-square yang mana P-Value 0,027 dimana niali P-value < α (0,05) yang berarti



Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan penggunaan botol susu dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020. Dot yang juga dikenal sebagai dummy, soother, atau pacifier adalah pengganti putting susu ibu yang biasanya terbuat dari karet atau plastik. Non nutritive sucking seperti halnya botol, sudah lama dikenal dalam sejarah umat manusia, penggunaanya merupakan usaha orang tua untuk memberikan sesuatu yang dapat menenangkan dan memberikan rasa nyaman untuk bayinya. Botol secara universal seakan menjadi simbol perlengkapan perawatan bayi, penggunaanya sangat luas di seluruh dunia.20 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Silmi BT, hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian regurgitasi > 4 kali sehari lebih banyak terjadi pada BBLR, penggunaan botol susu, dan bayi tanpa kolik infantil. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan botol susu terhadap regurgitasi (p=0,000, 10 OR=10,803, dan IK=3,573-32,659). Menurut peneliti bayi yang menggunakan botol susu memiliki kemungkinan untuk mengalami regurgitasi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan botol susu. Bayi yang menyusu menggunakan dot, sebaiknya diperhatikan ukurannya dengan cermat. Dot yang terlalu besar dapat memicu gumoh karena susu yang keluar terlalu banyak untuk bayi, dan jangan biarkan bayi mengisap dari botol dot yang sudah kosong. Kesimpulan Berdasarkan hasil univariat bahwa distribusi frekuensi regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan, perlekatan menyusui, menyendawakan bayi dan penggunaan botol susu di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020, dapat diambil kesimpulan dari 40 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden sering mengalami regurgitasi yaitu sebanyak 25 responden (62,5 %), sebagian besar responden dengan pelekatan tidak benar yaitu sebanyak 23 responden (57,5 %), sebagian besar responden tidak menyendawakan bayi yaitu sebanyak 22 responden (55,0 %) dan sebagian besar responden menggunakan botol susu yaitu sebanyak 21 responden (52,5 %). Berdasarkan hasil didapatkan kesimpulan



analisis bahwa



bivariat terdapat



8 hubungan antara perlekatan menyusui dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020 dengan nilai P-value 0,039. Terdapat hubungan antara menyendawakan bayi dengan regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020 dengan nilai P-value 0,014. Dan terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan botol susu dengan regurgitasi pada bayi usia 06 bulan di RW 11 kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok tahun 2020 dengan nilai Pvalue 0,027.



7. 8.



9.



Saran Berdasarkan kesimpulan di atas diharapkan agar para orang tua dapat memiliki kesadaran pentingnya menyendawakan bayi setelah menyusui untuk mengeluarkan udara yang ikut masuk ketika menyusu dan menghindari terjadinya regurgitasi. Dan diharapkan agar pihak Desa dapat bekerja sama dengan Puskesmas wilayah Kelurahan Pasir Gunung untuk dapat meningkatkan upaya promosi kesehatan dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat terkait dengan kejadian regurgitasi yang sering dialami oleh bayi. Daftar Pustaka 1. 2.



3.



4. 5.



6.



Deslidel dkk. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: EGC; 2012. Sodikin. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika; 2011. Aydogan F. Gastroesophageal Reflux Frequency of Children in Hatay. Eastern Journal of Medicine. Volume 19, Number 3; 2014. Rukiyah A Y. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita (3th Ed). Jakarta: CV. Trans Info Media; 2013. Hudayatul N. Gambaran Perilaku Ibu dalam Pencegahan Regurgitasi pada Bayi Usia 011 Bulan. [KTI]. Ponorogo: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo; 2011. Lestari L D. Pengetahuan Ibu tentang Regurgitasi pada Bayi di Desa Prajegan dan Desa Kedung Banteng Wilayah Kerja Puskesmas Sukorejo, Kecamatan Sukorejo,



10.



11. 12.



13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.



20.



Kabupaten Ponorogo. [Skripsi]. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo; 2014. IDAI. Bedanya ‘Gumoh’ dan Muntah pada Bayi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016. Ilmiasih R. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Regurgitasi pada Bayi ASI Esklusif Usia 0- 6 Bulan di Wilayah Puskesmas Pajarakan Kabupaten Probolinggo. Volume 8, Nomor 1; 2017. Samsuri A E. Hubungan Menyendawakan Setelah Menyusui dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi Usia 0 –6 Bulan di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2016. Silmi B T. Faktor Risiko Regurgitasi pada Bayiusia 0 –6 Bulan. Studi analitik observatif di desa Penggaron Lor Semarang. [KTI]. Semarang: Universitas Islam Sultan Agung; 2014. Astutik R Y. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: TIM; 2015. Rahayu Y. Hubungan Teknik Perlekatan Menyusui dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi Usia 0-2 Bulan. JOM FKp. Vol. 5 No. 2; 2018. Wibowo A. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada; 2014. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2016. Taniredja T. Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta; 2012. Sugiyono. Metodologi Penelitian Statistika. Jakarta: Rineka Cipta; 2011. Riduwan. Skala Pengukuran VariabelVariabel Penelitian. Bandung: Alfabeta; 2015. Notoadmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012. Reeder S J, Martin L, Griffin D K. Maternity Nursing: Family, Newborn, and Women’s Health Care (18 Thed). Jakarta: EGC; 2011. Setyowati M. Tingkat Pengetahuan tentang Higienitas Botol Susu pada Ibu yang Memiliki Bayi dan Balita Usia 6 Bulan - 2 Tahun di Desa Soka, Miri, Kabupaten Sragen Tahun 2014. [KTI]. Surakarta: Stikes Kusuma Husada; 2014.