Jurnal Vermes [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Inna
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

VERMES DAN MOLLUSCA



Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten



: Fadhila Meilasari : B1A015051 :I :5 : Lovendo Ilham Widodo



LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II



KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2017



I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kingdom animalia dikelompokan menjadi beberapa klasifikasi. Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, hewan dikelompokan menjadi vertebrata (memiliki tulang belakang) dan avertebrata. Berdasarkan simetri tubuhnya, animalia dibagi menjadi kelompok simetri radial dan simetri biateral. Menurut lapisan tubuhnya, terdapat kelompok animalia diploblastik dan triploblastik (Jasin, 1987). Lamarck membagi invertebrata ke dalam dua kelompok yaitu Insecta (serangga) dan Vermes (cacing). Tapi sekarang, invertebrata diklasifikasikan ke dalam lebih dari 30 sub-fila mulai dari organisme yang simpel seperti porifera dan cacing pipih hingga organisme yang lebih kompleks seperti mollusca, echinodermata, dan arthropoda. Hewan juga diklasifikasikan menjadi beberapa phylum, diantaranya adalah Porifera (hewan berpori), Cnidaria termasuk Coelenterata (hewan berongga), Ctenophora termasuk



Coelenterata



(hewan



berongga),



Platyhelminthes



(cacing



pipih),



Nemathelminthes (cacing gilik), Annelida (cacing gelang), Mollusca (hewan lunak), Arthropoda (hewan berkaki buku), Echinodermata (hewan berkulit duri), serta Chordata (hewan bertulang belakang) (Jasin, 1987). Sejalan dengan perkembangannya yang dilakukan melalui observasi dan penelitian, para ahli sepakat bahwa phylum Vermes yang semula membawahi 3 kelas (classis) yaitu Platyhelminthes, Nemathelminthes dan Annelida sudah tidak berdasarkan susunan kimia tubuh dan coelomnya, para ahli menetapkan bahwa Echinodermata dianggap paling tinggi derajatnya di antara invertebrata karena susunan kimia penyusun tubuh echinodermata paling lengkap (Hegner & Engemann, 1968). Ada beberapa hewan yang berkembang pada tingkat kedua lapisan, yaitu ektoderm (lapisan luar) dan endoderm (lapisan dalam) atau biasa disebut diplobastik. Adapun yang termasuk golongan hewan ini adalah Porifera dan Coelenterata. Di antara kedua lapisan, yaitu ektoderm dan endoderm akan berkembang dan terbentuk lapisan mesoderm. Lapisan mesoderm akan berkembang membentuk bagian tubuh yang menjadi otot, sistem reproduksi, sistem sirkulasi, dan sistem ekskresi. Golongan hewan yang berkembang pada ketiga tingkat lapisan ini dinamakan triplobastik. Golongan hewan ini adalah Platyhelminthes dan Nemathelminthes (Clifford, 1975). B. Tujuan Tujuan praktikum acara Vermes dan Mollusca, antara lain : 1. Mengenal beberapa anggota Phylum Platyhelminthes, Annelida dan Mollusca. 2. Mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota Phylum Platyhelminthes, Annelida dan Mollusca. II. TINJAUAN PUSTAKA



Phylum Platyhelminthes atau cacing pipih merupakan salah satu kelompok yang paling beragam dalam Lophotrochozoa dengan sekitar 20.000 spesies didistribusikan di seluruh dunia termasuk hidup bebas dan organisme parasit serta diklasifikasikan ke dalam 17 kelompok besar. Semua cacing ini aselomata, memiliki simetri bilateral, hermafrodit dengan beberapa pengecualian dan memiliki sistem saraf sederhana terpusat dan lapisan mesoderm. Cacing pipih ini ditandai dengan tingkat tinggi keragaman morfologi dan sistem reproduksi. Fenomena reproduksi aseksual yang jarang di temukan pada kelompok cacing pipih. Hal ini mendukung kehadiran populasi sel induk totipoten disebut "neoblasts" pada cacing yang hidup bebas dan "germinal sel" pada cacing pita (Moguel et al., 2015). Menurut Lutz (1985), menyatakan Phylum Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13.000 species, terbagi menjadi tiga kelas; tiga yang bersifat parasit dan satu hidup bebas. Empat kelas dari Platyhelminthes, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing hisap), Monogenea, dan Cestoda. Planaria dan kerabatnya dikelompokkan sebagai kelas Turbellaria. Ikan gurame adalah parasit eksternal dari kelas Monogenea. Cacing kait adalah parasit eksternal atau internal dari kelas Trematoda. Cacing pita adalah parasit internal dari kelas Cestoda. a. Kelas Turbellaria Hampir semua anggota Turbellaria hidup secara bebas, hanya ada beberapa saja yang hidup secara ektokomensalis atau secara parasitis. Tubuh cacing Turbellaria tidak terbagi atas segmen-segmen, bagian luarnya ditutupi oleh epidermis yang berinsitium sebagian daripadanya dilengkapi dengan sel-sel yang menghasilkan zat mukosa. Contohnya Planaria sp. b. Kelas Monogenea Monogenea merupakan cacing pipih parasit yang berukuran sangat kecil, cacing ini ditemukan terutama pada kulit atau insang ikan. Cacing ini jarang memiliki ukuran lebih dari 2 cm. Memiliki opisthaptor, suatu organ pada bagian posterior untuk melekat pada inang yang terdiri atas penghisap (sucker) dan pengait (hook). Contohnya Gyrodactilus sp. Diplectanum, Neobenedenia. c. Kelas Trematoda Hampir semua anggota trematoda ini bersifat parasit terhadap hewan Vertebrata, endoparasit. Tubuh tertutup oleh suatu tegument yang Biasanya licin, tetapi kadang berduri. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis maupun silia kecuali fase larvanya. Tubuh berbentuk seperti daun, dan dilengkapi dengan alat pengisap. Bagian luar tubuh dilapisi kutikula. Contohnya Fasciola hepatica (cacing hati). d. Kelas Cestoda (Cacing Pita)



Seluruh anggota kelas ini bersifat endoparasit. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis maupun silia. Tubuh seperti pita dan pada umumnya terbagi atas segmensegmen. Setiap segmennya dilengkapi dengan satu perangkat alat reproduksi yang hermaphrodit. Contohnya Taenia solium, Taenia saginata, Taenia pisiformis, Echinococcus Granulosus. Phylum Annelida memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Cacing ini sudah mempunyai rongga sejati disebut triplobastik selomata dan tubuh simetri bilateral. Bentuk tubuhnya bersegmen-segmen dilapisi oleh kutikula, tersusun oleh gelang kecil yang dibatasi dengan sekat berbentuk seperti cincin atau gelang. Annelida ini mempunyai sistem pencernaan sempurna yaitu mulut, faring, esofagus, tembolok, usus halus, dan anus. Selain itu, juga mempunyai sistem ekskresi berupa nefridia. Respirasinya melalui permukaan tubuh atau insang. Pada tiap-tiap segmen terdapat organ ekskresi, sistem saraf, dan sistem reproduksi (Mandila & Hidayati, 2013) Menurut Rusyana (2011), menyatakan Phylum ini dibagi menjadi beberapa kelas yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea. a. Polychaeta Tiap segmen dilengkapi dengan parapodia, yaitu semacam kaki yang terdapat pada sisi kanan dan kiri tubuhnya. Kepala dapat terlihat jelas dan bermata. Habitat berada di laut, Cacing ini, alat kelamin cacing jantan dan betina sudah dapat dibedakan, larvanya bersilia, dan dapat bergerak bebas yang disebut dengan trokopor. b. Oligochaeta



Bentuk cacing Oligochaeta berkebalikan dari cacing Polychaeta, yaitu mempunyai sedikit seta/rambut, tidak mempunyai mata dan parapodia. Misalnya, cacing tanah (Pheretima sp.) berada di Asia. Cacing tanah mempunyai peranan penting dalam menyuburkan tanah. c. Hirudinea Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai rambut, parapodia, dan seta. Contoh nya lintah (Hirudinaria javanica) atau pacet (Haemadippza zeylania), Tempat hidup hewan ini ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat. lintah merupakan hewan pengisap darah, pada tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan untuk menempel pada tubuh inangnya. Phylum Mollusca merupakan hewan multiselular yang tidak mempunyai tulang belakang, habitatnya di air maupun darat, hewan triploblastik selomata, struktur tubuhnya simetri bilateral, tubuh terdiri dari kaki, massa visceral, dan mantel, memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf, organ ekskresi berupa nefridia, memiliki radula (lidah bergigi), heterotrof, dan reproduksi secara seksual (Saanin, 1968).



Mollusca merupakan phylum terbesar kedua setelah Athropoda. Mollusca yang telah dideskripsikan adalah sekitar 80.000 spesies yang masih hidup dan 35.000 spesies ditemukan sebagai fosil. Mollusca merupakan hewan yang bertubuh lunak, mempunyai ciri tubuh yang tidak bersegmen dan rongga tubuh yang kecil, kaki berotot dibagian ventral, massa visceral dibagian dorsal, dan mempunyai mantel yang mensekresikan bahan-bahan untuk pembentukan cangkang. Faktor lingkungan yang mempengaruhi mollusca dapat berupa hubungan dengan predator, makanannya dan organisme penyebab penyakit. Faktor fisik meliputi suhu, kelembaban, struktur substrat dan nutrient serta air (kedalaman, arus, gelombang, banjir, perputaran dan fluktuasi air); sedangkan faktor kimiawi berperan penting dalam kehidupannya antara lain salinitas,keseimbangan ion, pH, dan tingkat polusi. Polusi dari pestisida dapat mempengaruhi jaringan dalam tubuh mollusca bahkan menimbulkan kematian. (Hamidah, 2015). Menurut Verma (2002), menyatakan phylum Mollusa terbagi menjadi delapan kelas yaitu a. Polyplacophora Polyplacophora merupakan satu dari lima kelas dalam phylum mollusca. Polyplacophora memiliki bentuk bulat telur, pipih, dan simetri bilateral. Mulut terletak di bagian anterior tetapi tidak berkembang dengan baik. Sedangkan anusnya berada di bagian posterior. Polyplacophora tidak memiliki tentakel dan mata. Contohnya Chiton sp. b. Scaphopoda



Hewan jenis ini pada umumnya bercangkang seperti kerucut atau tanduk. Di kedua ujung cangkang berlubang. Scapopoda biasa hidup di air. Contohnya Dentalium vulgare c. Gastropoda Sebagian besar Gastropoda mempunyai cangkok (rumah) dan berbentuk kerucut terpilin (spiral). Bentuk tubuhnya sesuai dengan bentuk cangkok. Padahal waktu larva, bentuk tubuhnya simetri bilateral. Namun ada pula Gastropoda yang tidak memiliki cangkok, sehingga sering disebut siput telanjang (vaginula). Hewan ini terdapat di laut dan ada pula yang hidup di darat. Contohnya Achatina fulica d. Aplacophora Tubuh menyerupai cacing, tidak bercangkang dan hanya diselubungi mantel yang liat, alat gerak dan kepala yang berkembang. e. Cephalopoda Kelas Cephalopoda memiliki bagian kepala yang jelas, mata besar, telah berkembang baik seperti mata pada Vertebrata. Cephalopoda memiliki tentakel di bagian kepala (berjumlah 8 atau 10 buah) untuk menangkap mangsa atau membela diri. Semua hewan Cephalopoda tidak bercangkang (kecuali Nautilus sp), memiliki kelenjar tinta yang menghasilkan cairan tinta yang berguna untuk mengelabuhi pemangsa. Jenis kelamin terpisah (dioesis), tidak mengalami fase larva. Cephalopoda memiliki sel-sel khusus pembawa warna (kromatofora) yang dapat mengubah warna



tubuh dalam waktu singkat sesuai dengan warna benda di sekitarnya. Contohnya Loligo sp. (cumi-cumi), Octopus sp. (gurita), Nautilus sp. f. Bivalvia Hewan Bivalvia ialah berbagai jenis kerang, remis dan kijing. Bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang lainnya banyak mengandung zat kapur. Zat kapur ini digunakan untuk membuat cangkangnya. Cangkang ini berfungsi untuk melindungi tubuh. Cangkang di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis. Kepalanya tidak nampak dan kakinya berotot. Fungsi kaki untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir. Contohnya Anadara sp. g. Caudofoveata Caudofoveata juga dikenal sebagai Chaetodermomorpha yaitu merupakan kelompok mollusca dengan bentuk tubuh silindris dan tidak mempunyai cangkang. tidak mempunyai kaki dan mantel menutupi seluruh permukaan tubuh untuk penganti cangkang, h. Monoplacophora Hewan yang mempunyai bentuk tubuh seperti siput kecil berukuran 3mm sampai 3cm tubuh bagian dorsal tertutup dengan sebuah cangkang bagian ventral terdapat sebuah kaki yang datar dan bundar.



III. MATERI DAN METODE A. Materi Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara Vermes dan Mollusca adalah bak preparat, pinset, kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet (gloves), masker, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam acara Vermes dan Mollusca yaitu beberapa spesimen hewan Phylum Platyhelminthes, Annelida dan Mollusca. B. Metode



Metode yang dilakukan dalam praktikum acara Vermes dan Mollusca antara lain: 1. Karakter pada spesiman diamati, digambar, dan dideskripsikan berdasarkan ciri-ciri morfologi. 2. Spesimen diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi. 3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter spesimen yang diamati. 4. Laporan sementara dari hasil praktikum dibuat.



DAFTAR REFERENSI Clifford. 1975. An Introduction To Numerical Classification. New York: Academic Press. Hamidah, A. 2015. Jenis dan Kepadatan Moluska di Danau Kerinci Provinsi Jambi, Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura Pontianak, pp. 65 – 73. Hegner, Robert W & Engemann JG. 1968. Invertebrates Zoology. Macmillan Company Collier-Macmilllan Limited.



London: The



Jasin M. 1987. Sistematika Hewan (Invertebrata dan vertebrata). Surabaya: Sinar Wijaya. Lutz. 1985. Tropical Ecosystem and Ecological Concepts. Inggris: Cambridge University Press. Mandila SP & Hidajati N. 2013. Identifikasi Asam Amino pada Cacing Sutra (Tubifex sp.) yang diekstrak dengan Pelarut Asam Asetat dan Asam Laktat. Journal of Chemistry, 2(1). Moguel, B., Bobes, J.R., Carrero, C.J., Laclette, P.J. 2015. Transfection of Platyhelmynthes. BioMed Research International, pp. 1-9. Rusyana A. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung: ALFABETA. Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta.



Verma PS. 2002. A Manual of Practical Zoology Invertebrates. New Delhi: S. Chand Company Ltd.